Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

Pandangan materi atom pertama kali dikemukakan oleh kimiawan Inggris

John Dalton pada awal abad kesembilan belas. Membutuhkan waktu hampir

seratus tahun sebelum struktur dalam atom dapat dipahami. Penelitian J J.

Thomson tentang muatan listrik melalui gas menyebabkan penemuan elektron,

yang dapat dikatakan menjadi awal dari pemahaman kita tentang struktur atom.

Thomson mengusulkan model atom, yang telah dibahas dalam Bab 4 dari Vol. I,

di mana muatan negatif elektron dianggap tertanam di dalam tubuh atom yang

bermuatan positif, tersebar di seluruh volume atom memiliki jari-jari 10-10 m.

Model roti kismis ( Plum Pudding ) ini meskipun demikian merupakan teori yang

mendukung model inti atom yang diusulkan oleh Ernest Rutherford berdasarkan

penelitian pada hamburan partikel α oleh materi.

Pada bagian ini akan diuraikan tentang :

1. Teori Hamburan partikel α Rutherford

2. Verifikasi secara Eksperimen dari persamaan Hamburan Rutherford oleh

Geiger dan Marsden

3. Model Inti Atom Rutherford

4. Penentuan muatan inti Chadwick

1
2

BAB II
PEMBAHASAN

1. Teori Hamburan partikel α Rutherford

Partikel Alfa (α) merupakan partikel bermuatan positif energi tinggi yang

dipancarkan oleh zat radioaktif, jumlah listrik positif mereka sama dengan dua

unit muatan listrik. Massanya sama dengan massa atom helium. Partikel Alfa

dipancarkan selama peluruhan radioaktif unsur berat tertentu seperti uranium atau

radium (lihat § 3.1). Bila energi tunggal partikel α dipancarkan dari zat radioaktif

melalui lembaran logam yang sangat tipis, mereka ditemukan terhambur ke arah

yang berbeda dengan arah sinar dari partikel semula. Meskipun, sejauh ini,

sebagian besar partikel dihamburkan pada sudut kecil, sebagian kecil ditemukan

terhambur pada sudut besar (lebih besar dari 90°).

Hamburan sudut besar tersebut tidak dapat dijelaskan berdasarkan model

atom Thomson, alasan yang dapat dipahami secara kualitatif adalah sebagai

berikut. Gaya tolak elektrostatik antara muatan positif dari atom terhambur dan

partikel alfa berbanding terbalik dengan kuadrat jarak (q) partikel alfa dari pusat

muatan yang terakhir dan berbanding lurus dengan muatan positif atom terhambur

yang terkandung dalam lingkaran berjari-jari q (lihat Gambar 1.1).

Gambar 1.1 Hamburan partikel Alfa menurut model atom Thomson


3

Seperti yang kita lihat, sudut hamburan meningkat dengan meningkatnya muatan

efektif atom, menolak partikel α dan menurun dengan semakin jauh jaraknya dari

pusat atom di mana partikel α melewati atom. Ketika partikel α lewat pada jarak

yang relatif besar dari pusat atom (~10-10m di dekat pinggiran atom), jarak ini

menjadi begitu besar sehingga sudut hamburan sangat kecil, meskipun seluruh

muatan positif dari atom menolak itu.

Di sisi lain, ketika partikel α lewat pada jarak yang relatif dekat dari pusat

atom, muatan efektif terpental. Begitu kecil karena sudut hamburan cukup kecil.

Untuk menjelaskan sudut hamburan besar dari partikel α yang teramati,

Rutherford (1911) mengusulkan model baru dari atom. Menurutnya, seluruh

muatan positif suatu atom dan hampir seluruh massa atom terlingkup dalam

lingkaran sangat kecil di dekat pusat. Muatan positif yang berat ini diketahui

sebagai inti atom. Ketika sebuah partikel α lewat sangat dekat dengan pusat atom,

Gaya tolak listrik kuat dialami seluruh muatan positif atom dan menyebabkan

dihamburkan pada sudut yang relatif besar.

Selama eksperimen hamburan, berkas sinar sempit dari energi tunggal

partikel α yang dijatuhkan pada lembaran logam yang sangat tipis seperti emas ( Z

= 79 ) atau perak (Z = 47 ) yang dapat diputar atau dipukul sampai sangat tipis

pada orde 10-7 m (0,1 mikron) atau lebih kecil. Partikel α tidak kehilangan energi

sedikitpun ketika melewati lembaran tipis tersebut. Pengaturan disediakan untuk

menghitung jumlah partikel α yang terhambur dalam arah yang berbeda. Pada

Gambar 1.2, ditunjukkan diagram skema dari eksperimen dasar untuk

mempelajari hamburan partikel α.


4

Gaya yang dialami oleh partikel α adalah gaya pusat yang berbanding

terbalik dengan kuadrat jaraknya dari inti atom. Hal ini diketahui dari hukum

mekanika bahwa lintasan partikel ditindaklanjuti oleh gaya seperti sebuah kerucut.

Kerucut akan menjadi elips, parabola atau hiperbola, tergantung pada

apakah energi awal partikel E <0, E = 0 atau E> 0.

Gambar 1.2 Eksperimental dasar untuk kajian hamburan partikel α. S adalah sumber α. F adalah
foil penghambur dan M adalah mikroskop dengan layer fluoresen

Dalam kasus ini energi awal dari partikel α adalah positif (Eα > 0). Sehingga

lintasan PA'P' adalah sebuah hiperbola dengan hamburan inti yang terletak di

salah satu pusat fokus F. Di sini kita mengasumsikan bahwa seluruh muatan

positif + Ze inti terkonsentrasi pada titik F.

Dalam Gambar 1.3, ditampilkan lintasan PA'P' dari partikel α di bawah

aksi tolakan listrik karena inti bermuatan + Ze.

Gambar 1.3 Lintasan partikel α selama hamburan oleh inti


5

Bila M adalah massa dan Z’e muatan partikel α ; disini Z’= 2, inti ini

diasumsikan cukup berat.

Selama partikel α mendekati inti F dari jarak yang cukup besar, gaya tolak

listrik diabaikan atau dianggap kecil ketika jaraknya sangat jauh. Pada kasus ini

energi potensialnya diabaikan dan seluruh energi adalah energi kinetik: Eα =

Mv2/2 dimana v adalah kecepatan mula-mula dari partikel α. Lintasan partikel α

pada jarak yang cukup besar adalah garis lurus, bertepatan dengan asimtot QOR

dari hiperbola PA'P'. Jika kita membuat garis tegak lurus FG dari inti ke garis

asimtot ini, kemudian panjang FG = b diketahui sebagai impact parameter.

Selama partikel α mendekati inti, lintasan lengkungannya lebih banyak

dan lebih jauh dari F karena tolakan elektrostatik meningkat. Akhirnya, ketika

mencapai Titik A’ pada jarak minimum dari F, ia mulai menjauh dari inti

sepanjang A'P’. Pada jarak yang sangat jauh dari inti, jalurnya resesi bertepatan

dengan asimtot R'OQ’ dari hiperbola itu. Sudut ROQ’ diantara dua asimtot QOR

dan R'OQ’ adalah sudut hamburan . Dua asimtot sama-sama miring pada sudut

terhadap sumbu FF' dari hiperbola itu.

Ketika partikel α mencapai titik A' dari hiperbola, tolakan elektrostatiknya

maksimum. Tercatat jarak paling kecil dengan pendekatan FA' = q . Energi

potensial dari partikel α di A’ adalah dimana F/m adalah

konstanta dielektrik ruang hampa.

Kecepatan Vm partikel α di A’ adalah minimum. Energi kinetik pada titik

ini adalah sehingga energi total adalah


6

Persamaan ini untuk energi awal partikel α kita mendapatkan

... (1.2-1)

Atau, ... (1.2-2)

Sekali lagi, momentum linear partikel α pada jarak besar adalah Mv

sepanjang garis QOR dan karenanya momentum sudut awal adalah

Mv. FG = Mv. b

Di A ', momentum linear Mvm dari partikel α tegak lurus terhadap sumbu

FF' hiperbola, sehingga momentum sudutnya pada titik ini

M vm.FA' = M vm q

Karena gaya yang bekerja pada partikel α merupakan gaya pusat,

momentum sudutnya harus kekal, berdasarkan hukum mekanika. Sehingga,

Mv b = M vm q ... (1.2-3)

Mengacu pada Gambar. 1.3, kita tahu dari sifat-sifat hiperbola bahwa

OF = OF’ = ε.OA '

dimana ε > 1 adalah eksentrisitas . Jadi

q = FA '= OF + OA' = OF

Sekali lagi dari teori kerucut, kita tahu bahwa

sehingga q = OF (1 + cos ϕ)

karena sin ϕ = FG / OF, kita dapatkan


7

q = FG (1 + cos ϕ) / sin ϕ = b (1 + cos ϕ) / sin ϕ ... (1.2-4)

Dari persamaan (1.2-3) dan (1.2-4), kita mendapatkan

... (1.2-5)

Kemudian dari persamaan (1.2-2) dan (1.2-5), kita memiliki

Subtitusi untuk q dari persamaan (1.2-5) , diperoleh

Atau

Akhirnya kita mendapatkan

... (1.2-6)

karena ,

... (1.2-7)

Persamaan (1.2-7) menunjukkan bahwa selama parameter impact b

menjadi lebih kecil, sudut hamburan θ meningkat. Pada Gambar 1.4,

ketergantungan θ pada b ditunjukkan secara sistematis.

Selama percobaan hamburan, sejumlah besar partikel α diproyeksikan

menuju inti target. Jika kita membatasi perhatian kita pada inti hamburan tunggal,

maka partikel α yang mendekati jalur asimtotik yang berbeda akan memiliki
8

parameter impact b yang berbeda.

Gambar 1.4 Partikel α yang terhambur pada parameter impak yang berbeda

Jika kita menggambar dua silinder koaksial tak terbatas berjari-jari b dan

(b + db) yang sejajar sumbunya pada arah datang dengan sumbu inti, maka semua

partikel α dengan garis asimtotik antara kedua silinder akan terhambur antara dua

sudut θ dan θ - dθ ditentukan oleh persamaan (1.2-7) (lihat Gambar 1.5).

Gambar 1.5 Perhitungan jumlah partikel α yang terhambur

Anulus antara proyeksi dua silinder pada bidang tegak lurus terhadap sumbu

tersebut mempunyai secara jelas luasan 2π b db sehingga jumlah dari kejadian

partikel α pada anulus ini dalam interval waktu tertentu adalah dN = N2πbdb,

dimana N merupakan jumlah kejadian per satuan luas. Kemudian menggunakan

persamaan (1.2-7), kita mendapatkan jumlah hamburan yang tersebar di antara θ

dan θ-dθ ,Sehingga

Semua partikel α terhambur pada sudut solid


9

dimana jumlah hamburan per satuan sudut adalah ( dengan Z’ = 2)

... (1.2-9)

Dalam persamaan (1.2-9), tanda negatif menunjukkan persamaan (1.2-8)

telah turun. Tanda negatif hanya menunjukkan bahwa selama parameter impact b

meningkat, sudut hamburan θ menurun.

Dalam pengurangan di atas, diasumsikan bahwa dari N kejadian partikel α

pada satuan luas hamburan tersebut, jumlah dN tersebar oleh aksi dari inti

hamburan tunggal. Jadi jika hanya satu partikel α yang terjadi per satuan luas,

sehingga N = 1, maka persamaan (1.2-9) memberikan probabilitas hamburan dari

partikel karena aksi dari inti hamburan tunggal. Nilai probabilitas hamburan ini

per unit sudut padat diberikan oleh

... (1.2-10)

Persamaan (1.2-10) dikenal sebagai rumus hamburan Rutherford.

2
Sekarang memiliki dimensi [energi x panjang] sedangkan Mv

memiliki dimensi energi. Oleh karena itu memiliki dimensi panjang. Oleh

karena itu dσ / dΩ memiliki dimensi kuadrat panjang, yaitu suatu luasan. Untuk

alasan ini, probabilitas hamburan diberikan oleh persamaan (1.2-10) ditunjuk

sebagai penampang hamburan tiap satuan sudut padat atau penampang hamburan

diferensial. Karena unsur sudut padat dΩ adalah tidak berdimensi, dσ memiliki

dimensi suatu luas dan mengukur penampang hamburan ke sudut solid dΩ. Total
10

hamburan penampang σ diperoleh dengan mengintegrasikan dσ pada semua sudut

solid yang juga berdimensi suatu luasan .

Gambar 1.6 Perhitungan jumlah hamburan nuclei per satuan luas foil hamburan

Pada percobaan hamburan, sinar tumbukan dari partikel α yang memiliki

energi tunggal diperbolehkan jatuh pada lembaran hamburan sangat tipis t seperti

ditunjukkan pada Gambar 1.6. Jika N partikel α yang terjadi pada lembaran dalam

interval waktu sejumlah  N yang tersebar ke dalam sudut padat  Ω pada sudut θ

akan sebanding dengan N  Ω. Hal ini juga akan tergantung jumlah inti hamburan

n1 yang ada per satuan luas foil (yaitu, rapat paket inti atom) sehingga kita dapat

menuliskan

 N  Nn1  Ω

Atau ... (1.2-11 )

Dari Gambar 1.6, kita melihat bahwa n1 = nt dimana n adalah jumlah

hamburan inti tiap satuan volume foil. Jadi kita dapatkan, menggunakan

persamaan (1.2-10)
11

Gambar 1.7 Perhitungan luasan garis intercep oleh dua kerucut lingkaran

Dari Gambar 1.7, kita melihat bahwa jika kita menggambar lingkaran

dengan jari-jari r dan menggambar dua kerucut semi-vertikal dengan sudut θ dan

θ + ∆θ, maka kemudian daerah garis diantara dua kerucut pada permukaan

lingkaran adalah

Partikel α yang dihamburkan ke dalam sudut padat  Ω pada sudut

hamburan θ seluruhnya melewati garis ini. Kemudian jumlah hamburan partikel α

yang jatuh tiap satuan luas garis adalah

... (1.2-12)

2. Verifikasi eksperimental dari rumus hamburan Rutherford oleh Geiger


dan Marsden

Dari persamaan (1.2-12) kita melihat bahwa


(a)

(b)
2
(c) , ( E = ½ Mv adalah energi dari partikel α)

(d)
Kesimpulan di atas merupakan teori Rutherford yang telah diuji oleh
12

serangkaian Eksperimen yang dilakukan oleh H.Geiger dan Ernest Marsden

(1913), dua orang murid Rutherford.

Pengaturan eksperimental mereka ditunjukkan pada Gambar 1,8. F adalah

foil logam yang sangat tipis (dari emas atau perak). R adalah tabung kaca

berdinding tipis yang dilapisi sejumlah kecil gas radon radioaktif (226Rn) yang

memancarkan energi tunggal partikel α, yang setelah bertumbukan dengan

membuka melalui perisai A jatuh pada foil hamburan F. Setelah hamburan dari F

melalui sudut θ yang berbeda mereka jatuh pada layar fluoresen S untuk

menghasilkan kerdipan cahaya (lihat Bab VII) yang dapat diamati melalui M

mikroskop yang dapat berubah di sekitar sumbu. Seluruh peralatan disimpan di

bawah tekanan tinggi melalui pompa bertekanan. Dengan menghitung jumlah

kerdipan cahaya yang dihasilkan pada S, Jumlah Ns partikel α dari kejadian pada

satuan luas dapat ditemukan.

Gambar 1.8 Eksperimen Geiger dan Marsden pada verifikasi hukum hamburan Rutherford

Geiger dan Marsden menemukan bahwa ketika partikel α dari kecepatan

tertentu v dihamburkan dari foil dengan ketebalan tertentu t, pada sudut θ berbeda,

hasil (NS x sin4 ) tetap konstan dalam batas-batas kesalahan eksperimental,

seperti yang dapat dilihat pada kolom terakhir dari Tabel 1.1. Hal ini memberikan

konfirmasi kesimpulan (a) di atas.


13

Tabel 1.1

Jumlah partikel α
yang jatuh tiap
Sudut hamburan sin4 satuan luas layar NS x sin4
(Ns)
15° 2.903X10-4 132,000 38.4
30° 4.484X10-3 7,800 35.0
45° 2.146X10-2 1,435 30.8
60° 0.0625 477 29.8
75° 0.1379 211 29.1
105° 0.3952 69.5 27.5
120° 0.5586 51.9 29.0
135° 0.7245 43.0 31.2
150° 0.8695 33.1 28.8

Geiger dan Marsden selanjutnya mengukur jumlah partikel α yang

terhambur melalui sudut tertentu ( θ = konstan ) menggunakan hamburan foil

dengan ketebalan yang berbeda-beda. Hasil eksperimen mereka ditunjukkan

secara grafik pada Gambar 1.9 yang mana jumlah hamburan NS yang masuk

kedalam daerah luasan diplot sebagai fungsi ketebalan foil. Ketebalan dinyatakan

dalam persamaan kesetimbangan udara, yang mana ketebalan udara yang

dihasilkan sama dengan energi yang hilang seperti yang sebenarnya dihasilkan

oleh ketebalan foil tertentu (konstan). Mereka menggunakan foil dari ketebalan

yang berbeda dan menemukan bahwa untuk bahan tertentu grafiknya adalah garis

lurus, yang menunjukkan bahwa Ns  t , verifikasi kesimpulan (b).


14

Gambar 1.9 Variasi jumlah hamburan partikel α dengan foil tipis

Tabel 1.2
Jumlah partikel α
Rentang kejadian yang jatuh tiap NS x v4
(nilai relatif )
partikel α satuan luasan layar
(Ns)
5.5 961.0 24.7 25
47.6 1.21 29.0 24
4.05 1.50 33.4 22
3.32 1.96 44.0 22
2.51 2.84 81.0 28
1.84 4.32 101.0 23
1.04 9.22 255.0 28

Untuk menguji kesimpulan (c), Geiger dan Marsden menggunakan partikel

α yang berbeda kecepatannya. Jika berkas sinar tumbukan energi tunggal partikel

α dengan energi awal tertentu yang diberikan dilewatkan pada lembaran mika

tipis, maka partikel yang muncul dari foil kehilangan sejumlah tertentu energi,

tergantung pada ketebalan foil. Kemunculan partikel α dengan demikian

merupakan pendekatan sinar energi tunggal dari berkurang energi. Jika ini

tersebar dari hamburan foil, maka hamburan dari partikel α pada kecepatan yang

berkurang tersebut bisa dipelajari. Hal ini dilakukan oleh Geiger dan Marsden

menggunakan kertas logam mika dari ketebalan yang berbeda untuk mengurangi

energi α pada nilai-nilai yang berbeda dan kemudian mempelajari hamburannya di

sudut tertentu (θ = konstan) oleh hamburan foil dengan ketebalan tertentu (t=

konstan). Kecepatan v dari partikel α bisa ditentukan dengan mengukur rentang R


15

(lihat § 4.7). Mereka menemukan bahwa hasil (Ns x v4) adalah konstan, seperti

dapat dilihat pada kolom terakhir dari Tabel 1.2. Dengan cara ini hukum

kecepatan (kesimpulan c) teori Rutherford telah diverifikasi.

Karena kesalahan besar pada pengukuran Geiger dan Marsden, kesimpulan

terakhir (d) tidak dapat diverifikasi oleh mereka, yang bagaimanapun dilakukan

kemudian (lihat § 1.5).

3. Model Inti Atom Rutherford

Verifikasi Percobaan dari teori Rutherford tentang hamburan partikel α

oleh Geiger dan Marsden, dibahas dalam bagian sebelumnya, secara kuat tercipta

model inti atom yang diusulkan oleh Rutherford. Menurut model ini, seluruh

muatan positif dan hampir seluruh massa atom terkonsentrasi dalam lingkaran

berjari-jari R, kecil dibandingkan dengan jari-jari atom, yang merupakan orde

10-10 m (lihat Bab I, Vol. I).

Teori Rutherford tentang hamburan partikel α memberi kita beberapa

gagasan tentang ukuran bola dimana di dalamnya terdapat muatan inti. Persamaan

(1.2-5) dan (1.2-6) menunjukkan bahwa jarak pendekatan minimum q partikel α

ke inti tergantung pada sudut hamburan θ dan menurun dengan meningkatnya θ.

Ketika θ = 180° nilai jarak terkecil pendekatan qm adalah sedemikian rupa

sehingga partikel α berbalik arah sepanjang jalan kejadian dari titik pendekatan

terdekat (titik balik) dan karenanya berada pada keadaan diam sesaat (v = 0) pada

titik ini. Jadi energinya sepenuhnya adalah potensial pada titik ini dan dapat

ditulis sebagai
16

Yang memberikan

222
Untuk partikel α dari isotop Rn memiliki energi Eα = 5,486 MeV kita

mendapatkan qm = 2.47 x 10-14m untuk perak (Z = 47) dan qm = 4.15x 10-14m

untuk emas (Z = 79). Karena jari-jari inti atom harus lebih kecil dari perkiraan di

atas, jelaslah bahwa jari-jari inti lebih kecil dengan faktor orde 104 m sampai 105

m dibandingkan dengan jari-jari atom.

Dalam perhitungan qm di atas, telah diasumsikan bahwa hukum Coulomb

interaksi elektrostatik antara partikel α dan inti hamburan berlaku baik bahkan

pada jarak pendek tersebut.

Eksperimen Geiger dan Marsden memberikan bukti jelas yang

mendukung. Dalam percobaan mereka, sudut hamburan terbesar adalah 150° dan

bukan 180°. Dalam hal ini jarak minimum pendekatan sedikit lebih tinggi

daripada qm seperti yang diperkirakan di atas. Namun demikian, pembahasan di

atas menunjukkan secara jelas bahwa Hukum Coulomb tentang gaya berlaku

antara inti hamburan dan partikel α pada jarak orde 10-14 m.

Karena atom secara keseluruhan bermuatan listrik netral, harus ada muatan

negatif yang mengimbangi atom, yang mana muatan negatif tersebut harus sama

dengan muatan positif total inti. Seperti kita telah melihat dalam § 4.3, Vol.I,

Bagian bermuatan negatif atom, sebenarnya terdiri dari elektron bermuatan

negatif yang berputar di sejumlah orbit tertentu yang jari-jarinya sebanding


17

dengan jari-jari atom (~10-10m) seperti planet-planet berputar mengitari matahari.

Gambaran atom Rutherford, secara fundamental berbeda dari model roti kismis JJ

Thomson.

Perbandingan jari-jari inti (~10-15m) dengan jari-jari atom (10-10m )

menunjukkan bahwa pembentuknya adalah sekitar 105m kali lebih kecil daripada

atomnya. Selanjutnya, ikatan yang kuat dari gabungan inti dihasilkan dari gaya

yang harus dimiliki pada jarak yang sangat dekat, minimal kurang dari 2x 10-15 m.

Namun, model atom Rutherford memiliki satu kelemahan serius. Seperti,

atom tidak dapat terkonfigurasi stabil. Teori elektromagnetik tentang cahaya

memprediksi bahwa elektron yang mengitari, karena percepatan sentripetal

mereka, secara terus-menerus harus memancarkan radiasi elektromagnetik

sehingga mereka akan bergerak secara spiral ke dalam dan akhirnya jatuh ke inti.

Hal ini membuat Niels Bohr ilmuwan dari Denmark (1913) menyarankan jalan

keluar dari kesulitan ini, yang terlibat dengan konsep yang sama sekali baru dan

yang berbeda dengan beberapa konsep dasar dari mekanika klasik dan teori

elektromagnetik Maxwell tentang cahaya.

Hal ini dikenal sebagai teori kuantum Bohr. Teori kuantum, dalam bentuk

yang lebih maju saat ini, merupakan dasar teoritis dari semua fenomena

subatomik. Teori baru ini, yang dikenal sebagai mekanika kuantum, secara singkat

dibahas dalam Vol. I dari buku ini.

4. Penentuan muatan inti Chadwick

James Chadwick, seorang mahasiswa Rutherford, menggunakan teknik

perbaikan,dia adalah seseorang yang pertama (1920) menentukan muatan inti


18

beberapa elemen berdasarkan teori Rutherford tentang hamburan partikel α. Kita

telah melihat bahwa jumlah partikel α yang terhambur oleh inti muatan +Ze ini

sebanding dengan kuadrat muatan inti; yaitu Ns ≈ Z2 ( kesimpulan d di § 1.3).

Peralatan Chadwick ini yang ditampilkan pada Gambar 1.10. Untuk

meningkatkan jumlah partikel α yang terhambur, Chadwick menggunakan foil

hamburan berbentuk cincin sempit RR' dipasang pada bingkai yang sesuai, seperti

ditunjukkan pada Gambar 1.10 (a)

S adalah sumber α dan D adalah layar dari beberapa materi gemilang

sebagai detektor. Cincin RR' yang ditempatkan pada bidang tersebut adalah tegak

lurus dengan garis SD yang melewati pusat cincin.

(C)

Area =Acos θ/2

Area A

(b)
Gambar 1.10. (a) Eksperimen Chadwick pada penentuan muatan inti
(b) Luasan efektif detektor diberikan untuk berkas sinar yang dihambur secara
normal
(c) ketebalan efektif foil penghambur

Cincin RR' demikian tertutup antara dua kerucut koaksial dengan S di

vertexnya. S dan D berjarak sama dari bidang RR' sehingga SR = RD. Jika sudut

semi-vertikal kerucut dalam adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 1.10 (a),
19

maka SR dan RD inklinasi dengan sumbu SD di . Jika partikel α adalah insiden

di cincin RR' sepanjang SR dan kemudian terhambur di sepanjang RD untuk

mencapai detektor, sudut rata-rata hamburan akan sebesar θ. Hal ini benar untuk

seluruh titik di RR'. Sehingga luas hamburan foil RR’ cukup kecil untuk

eksperimen Chadwick pada daerah yang efektif yang ditampilkan oleh kejadian

partikel α untuk sudut hamburan tertentu yang relatif besar, yang membantu

meningkatkan jumlah hamburan partikel, paling tidak untuk melengkapi

perhitungan statistic.

Sebuah layar L yang mencegah partikel α agar tidak jatuh secara langsung

dari sumber ke detector. Jika L dipindahkan, maka memungkinkan untuk

menentukan jumlah Ns partikel α yang jatuh secara langsung di D tiap sekon.

Mengetahui sudut padatan oleh D di S, maka memungkinkan untuk

memperkirakan kekuatan sumber, seperti laju pancaran partikel α yang keluar dari

sumber. Jika N0 mewakili kekuatan sumber, A adalah luas D dan SD = R,maka

jumlah yang jatuh di D adalah

Mengetahui N0 memungkinkan untuk menentukan jumlah N partikel α

yang jatuh di RR’ tiap detik. Sudut tajam oleh RR’ di S adalah

Dan ... (1.5-1)


20

∆ θ dapat dihitung dari lebar cincin sehingga N dapat ditemukan dengan

bantuan persamaan (1.5-1).

Untuk menentukan muatan inti Ze dengan bantuan persamaan (1.2-12)

penting untuk mengetahui jumlah hamburan partikel α yang jatuh pada detektor

per detik. Perlu dicatat pula bahwa partikel α yang terhambur dari RR' adalah

kejadian di D membuat sudut dengan garis normal. Proyeksi dari permukaan

daerah normal A ke pola RD dari partikel terhambur adalah A cos ( ) [lihat

Gambar 1.10 (b)]. Maka untuk mendapatkan jumlah partikel α yang jatuh pada

satuan luas D, Ns diberikan dalam persamaan (1.2-12) harus dikalikan dengan

cos .

Selanjutnya, setelah partikel α insiden pada foil hamburan RR' ketebalan t

pada sudut terhadap normal, ketebalan efektif foil untuk berkas sinar α adalah t/

cos ( lihat Gambar 1.10(c)). Akhirnya dari persamaan (1.2-12) dengan bantuan

persamaan (1.5-1):

Disini r adalah jarak rata-rata foil hamburan RR ' dari S. Jika a adalah

jari-jari rata-rata cincin RR' dengan a = r sin sehingga r = a cosec

Jika w adalah lebar foil hamburan,maka dari Gambar 1.10 a kita lihat

bahwa
21

/ a cosec ... (1.5-2)

Sehingga didapatkan

... (1.5-3)

Dengan demikian jumlah hamburan partikel α yang jatuh di satuan luas

detektor adalah sebanding dengan cos

Chadwick menentukan Z untuk sejumlah elemen logam menggunakan

persamaan diatas. Hasilnya untuk tembaga, perak, emas adalah seperti tabel

dibawah dan disesuaikan dengan nomor atomnya.

Tabel 1.3

Z yang ditentukan oleh


Elemen Nomor atom
Chadwick
Cu 29.3 29
Ag 46.3 47
Au 77.4 78

Perlu dicatat bahwa nomor atom suatu unsur mewakili nomor urut

posisinya dalam Tabel periodik (lihat § 6.6, Vol. I) dan sama dengan jumlah

elektron orbital dalam atom. Yang terakhir ini ditentukan langsung oleh Barkla

dari percobaan hamburan sinar X dan ditemukan berada dalam perjanjian dengan

nilai-nilai nomor atom yang ditentukan dari studi tentang karakteristik spektrum

sinar x oleh Moseley (lihat § 8.9, Vol. I). Karena atom secara keseluruhan adalah

listrik netral, muatan inti Z (diukur dalam satuan muatan listrik) harus sama

dengan nomor atom. Penentuan Chadwick tentang Z untuk unsur-unsur yang

berbeda menegaskan hal ini secara meyakinkan. Perubahan sedikit dari nilai Z

dari jumlah integral adalah karena kesalahan eksperimental.


22

Percobaan Chadwick yang digambarkan di atas juga menyediakan

validitas kesimpulan d pada teori hamburan Rutherford (lihat § 1.3) yang, seperti

telah kita lihat, tidak bisa diverifikasi oleh Geiger dan Marsden.
23

BAB III

KESIMPULAN

1. Partikel Alfa ( α ) merupakan partikel bermuatan positif memiliki energi

tinggi yang dipancarkan oleh zat radioaktif, jumlah listrik positif mereka yang

sama dengan dua unit muatan listrik. Ketika partikel α lewat pada jarak yang

relatif dekat dari pusat atom, muatan efektif memukul mundur itu begitu kecil

bahwa sudut hamburan lagi cukup kecil. Untuk menjelaskan sudut hamburan

diamati besar dari sebuah-partikel, Rutherford (1911) Ilmuwan Inggris yang

mengusulkan model baru dari atom. Menurut Rutherford, seluruh atom

bermuatan positif dan hampir seluruh massa atom terlingkup yang sangat

kecil dipusatnya. Gaya yang dialami oleh partikel α adalah kekuatan sentral

bervariasi berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari inti.

2. Kesimpulan Rutherford :

(a)

(b)
2
(c) , ( E = ½ Mv adalah energi dari partikel α)

(d)
Kesimpulan di atas merupakan teori Rutherford yang telah diuji oleh

serangkaian Eksperimen yang dilakukan oleh H.Geiger dan Ernest Marsden

(1913), dua orang murid Rutherford.

3. Model atom Rutherford memiliki satu kelemahan serius. Seperti, atom tidak

dapat terkonfigurasi stabil. Teori elektromagnetik tentang cahaya

memprediksi bahwa elektron yang mengitari, karena percepatan sentripetal


24

mereka, secara terus-menerus harus memancarkan radiasi elektromagnetik

sehingga mereka akan bergerak secara spiral ke dalam dan akhirnya jatuh ke

inti.

4. James Chadwick, seorang mahasiswa Rutherford, menggunakan teknik

perbaikan,dia adalah seseorang yang pertama (1920) menentukan muatan inti

beberapa elemen berdasarkan teori Rutherford tentang hamburan-partikel α.

Percobaan Chadwick menggambarkan serta menyediakan validitas

kesimpulan d yaitu pada teori hamburan Rutherford, tidak bisa

diverifikasi oleh Geiger dan Marsden.


25

DAFTAR PUSTAKA

S. Chand & Company Ltd. 2002 . Nuclear Physics : Germany. Company Ltd

Anda mungkin juga menyukai