Anda di halaman 1dari 40

TUGAS MATA KULIAH FISIKA IV

CHAPTER REPORT 3
RADIOAKTIVITAS
(Radioactivity)

Oleh

WINARSIH
NIM 117795005

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SAINS
2012
BAB I
PENDAHULUAN

Radioaktivitas pertama kali ditemukan pada tahun 1896 oleh ilmuwan Perancis Henri
Becquerel ketika sedang bekerja dengan material fosforen. Material semacam ini akan
berpendar di tempat gelap setelah sebelumnya mendapat paparan cahaya, dan dia berfikir
pendaran yang dihasilkan tabung katoda oleh sinar-X mungkin berhubungan dengan
fosforesensi. Karenanya ia membungkus sebuah pelat foto dengan kertas hitam dan
menempatkan beragam material fosforen di atasnya. Kesemuanya tidak menunjukkan hasil
sampai ketika ia menggunakan garam uranium.
Pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut tentang radioaktivitas, antara lain meliputi:
1. Penemuan Radioaktivitas.
2. Pemancaran Radioaktivitas dan Hukum Pergeseran.
3. Perkembangan dan Peluruhan Radioaktivitas.
4. Deret Peluruhan.
5. Keseimbangan Radioaktivitas.
6. Penemuan Radium.
7. Deret Radioaktif.
8. Percabangan Radioaktivitas.
9. Gas Radon.
10. Satuan Radioaktivitas.
11. Umur rata-rata Bahan Radioaktif.
12. Pengukuran Peluruhan Konstan.
13. Umur Paruh untuk Peluruhan Kompleks.
14. Umur Batuan dan Mineral.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penemuan Radioaktivitas


Inti atom, serta bagian-bagian dasar dari inti atom yang telah dibahas pada Bab II,
yang sekarang lebih kita kenal sebagai inti stabil. Inti atom terbentuk dari neutron-neutron
atau muatan netral dan proton-proton atau muatan positif pada keadaan tertentu yang disebut
dengan keadaan dasar. Proton dan neutron tetap berada pada keadaannya selama periode yang
tak tentu, jika keduanya tidak mengalami gangguan.
Bagaimanapun, ada kelompok lain dari inti atom, dan kesemuanya itu sangat
banyak jenisnya yang berupa inti-inti yang tidak stabil. Inti yang tidak stabil tersebut
memisahkan diri (berdisintegrasi) secara spontan dengan mengemisikan/ membuang
beberapa radiasi elektromagnetik dengan energi yang sangat tinggi. Pada kasus yang pertama,
salah satu nomor atom Z atau massa atom A atau keduanya dari inti atom yang berubah, dapat
menghasilkan inti atom yang baru. Pada kasus yang kedua, inti atom membuat transisi dari
keadaan kuantum yang mempunyai energi lebih tinggi ke keadaan yang mempunyai energi
lebih rendah. Peristiwa ini biasa disebut transformasi spontan dari inti atom dan lebih kita
kenal sebagai radioaktivitas yang memulai munculnya penemuan pertama dari peristiwa
nuklir. Ilmuwan yang menemukan radioaktivitas adalah ilmuwan Perancis Henri Becquerel
(1986).
Radioaktivitas ditemukan hampir secara kebetulan, sama seperti penemuan sinar X
oleh Rontgen setahun sebelumnya. Kejadian ini segera diteliti setelah penemuan sinar X,
sinar ini dihasilkan dari fluoroisasi dalam brbagai macam material termasuk kaca. Becquerel,
tokoh yang menerima warisan dari ayahnya A. C Becquerel berupa ilmu pada peristiwa
phosporisasi dan fluoroisasi (lihat Bab IV pada bagian I), mendengar adanya penemuan sinar
X kemudian beliau menghubungkan dengan peristiwa-peristiwa yang masih berhubungan.
Penemuan pertamanya memberikan hasil yang negative, bahan phosporesens dan flouresens
yang beliau teliti tidak menghasilkan sinar X.
Selanjutnya, Becquerel mengulangi penelitiannya dengan garam uranium (uranyl
potassium phospat). Ketika lapisan dari bahan phosporesens yang diletakkan pada kertas
hitam tebal dilapisi pelat fotografi dan seluruh bagiannya memancarkan radiasi yang sangat
kuat meskipun sebelumnya tidak terkena sinar (baik sinar matahari maupun sinar-sinar yang
lain) selama beberapa jam, dari hal tersebut telah ditemukan pada perkembangannya pelat

2
hitam, sebuah bayangan hitam dari bahan phosporesens menimbulkan bayangan hitam pada
negatif film. Dari kejadian ini beliau membuat kesimpulan bahwa bahan phosporesens dalam
hal ini menghasilkan radiasi yang dapat menghitamkan pelat film oleh benda buram seperti
halnya sinar biasa.
Beberapa hari setelah penemuan ini, ketika cuaca mendung dan mereka gagal untuk
meradiasikan bahan phosporesens dengan bantuan sinar matahari, dia meletakkan segala
macam dalam sebuah panci gelap, kemudian meninggalkan sampel garam uranium pada
tempat di atas piringan yang sudah dibungkus rapat. Dimana kemudian pelat ini
dikembangkan pada bulan Maret 1986. Bayangan hitam muncul seperti sebelumnya dengan
intensitas yang besar. Hal ini menunjukkan bahwa garam uranium dapat memancarkan radiasi
yang dapat menghitamkan pelat film, meskipun tanpa adanya sinar matahari.
Garam uranium memancarkan sinar radiasi secara spontan, peristiwa ini biasa
disebut dengan radioaktivitas.
Dalam beberapa hari setelah penemuan besar ini, Becquerel menemukan bahwa
radiasi yang dipancarkan oleh garam uranium dapat mengionisasi gas dan dapat membuat gas
tersebut konduktif, sebagai tambahan selain gas tersebut dapat menghitamkan pelat film.
Sehingga, dimungkinkan untuk keaktifan suatu sampel (misalnya intensitas dari
sinar yang diradiasikan) dengan mengukur peristiwa ionisasi yang dihasilkan menggunakan
elektroskop daun emas.
Becquerel menemukan bukti bahwa sinar yang diradiasikan oleh garam uranium
yang berbeda-beda. Dia juga mengamati sinar yang diradiasikan oleh logam uranium. Sdari
penelitian ini dia mengambil kesimpulan bahwa pancaran radiasi yang tembus tersebut
berasal dari unsure uranium itu sendiri.
Segera setelah Becquerel merintis pekerjaannya, Marie Curie dan suaminya Pierrie
Curie memulai pekerjaannya pada penemuan awal medan radioaktivitas. Selain sebuah
uranium mereka meneliti radioaktivitas dari unsur-unsur yang lain. Ssalah satu fakta paling
penting dari pengamatan mereka adalah sifat alami dan intensitas dari radiasi yang
dipancarkan oleh bahan-bahan radioaktif yang tidak dipengaruhi oleh perubahan fisika
maupun kimia. Panas atau tekanan tidak berpengaruh pada radioaktivitas. Seperti yang telah
kita lihat, kombinasi kimia dengan beberapa unsur lain juga tidak berpengaruh pada
radioaktivitas. Kenyataan ini menunjukkan bahwa radioaktivitas dari suatu unsur seperti
uranium tidak berpengaruh apa-apa pada elektron-elektron yang berputar dalam orbit atom.
Pada saat ini, perubahan kimia yang terjadi dalam kaitannya dengan perubahan susunan dari
orbital elektron dalam atom. Penelitian terbaru telah membuktikan bahwa radioaktivitas asal
dibentuk dengan inti atom.

3
Marie Curie dan Pierre Curie menemukan unsur radioaktif baru polonium (Z=84)
dan radium (Z=88) yang lebih aktif dari uranium. Kita akan membicarakan masalah ini
sesudahnya. Dengan adanya penemuan inisumber-sumber penemuan bahan-bahan radioaktif
dapat dipersiapkan dengan perlengkapan yang lebih kompleks sebagai revolusi ilmu
pengetahuan dari radioaktivitas.
Terlepas dari ilmuwan-ilmuwan Perancis di atas, kelompok ilmuwan yang juga aktif
memulai penyelidikan diprakarsai oleh Ernest Rutherford (kemudian Lord Rutherford)
pertama kali di Cambridge Inggris, kemudian universitas Mcgill di Montrael, Kanada dan
terakhir kembali lagi di Cambridge.
Rutherford menunukkan bahwa uranium cukup memancarkan dua jenis sinar. Salah
satunya yang mudah diserap dinamakan sinar α . Sinar yang lain yang lebih dapat
menembus dinamakan sinar β . Kemudian jenis sinar yang ketiga dinamakan sinar γ ,
yang ditemukan oleh seorang ilmuwan perancis P.V. Villard (1900), yang sangat tembus
dibandingkan sinar α dan β .
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa radioaktivitas ditemukan dalam unsur lain
selain uranium. Misalnya unsur Thorium (Z=90) dan radium (Z=88). Ini yang disebut unsur-
unsur radioaktif. Disini disebutkan bahwa radioaktivitas yang telah diteliti tidak hanya
diantara unsur-unsur yang di atas. Tetapi banyak unsur yang isotop (jumlah proton sama) dari
unsur-unsur radioaktif tersebut tidak bersifat radioaktif secara alami, melainkan dihasilkan
dalam eksperimen di laboratorium pada tahun-tahun berikutnya. Kita akan membahasnya
secara lebih dalam pada bahan-bahan radioaktif di Bab X.

2.2 Pemancaran Radioaktivitas dan Hukum Pergeseran


Telah disebutkan pada bagian sebelumnya bahwa radioaktivitas adalah gejala nuklir.
Inti atom dari atom yang secara spontan memancar menghasilkan inti atom yang lain dengan
memancarkan sinar-sinar kosmik misalnya α dan β . Rutherford membuktikan bahwa
4
sinar α mempunyai inti atom sama seperti atom pada helium yaitu 2 He mempunyai
nomor massa A = 4 dan nomor atom Z = 2. Karenanya pancaran dari α yang berasal dari
A
inti atom Z X (nukleus induk) penurunan nomor massa 4 dan nomor atom 2, sehingga
A−4
nukleus baru Z−2 Y (nukleus anak) yang dibentuk menghasilkan pancaran α , prosesnya
sebagai berikut:
A → A−4
ZX α Z−2 Y ………………………………………..…………………..

(3.2-1)
Berbagai macam percobaan telah menunjukkan bahwa partikel β adalah partikel
dengan energi elektron yang sangat besar. Karena membawa sebuah partikel bermuatan

4
negatif, muatan positif dari nukleus dinaikkan oleh sebuah partikel sebagai hasil dari
pancaran β . Seperti itulah nomor atom Z dari nukleus induk dinaikkan menjadi Z+1
dalam nukleus anak pada kasus ini. Dalam pandangan yang lebih modern dalam proses
pemancaran β bahwa neutron di dalam inti atom secara spontan diubah kedalam proton.
Sehingga jumlah total dari neutron dan proton dalam nukleus yang sama dengan nomor
A
massanya A tetap tidak berubah. Seperti itu inti atom Z X diubah kedalam inti atom
A
Z+ 1 X terkait dengan pancaran β :

A
X β A−4 …………………………………………………………………(3.2-2)
Z Z+ 1Y
Sinar γ yang mempunyai energi radiasi elektromagnetik sangat tinggi, sehingga
panjang gelombangnya sangat pendek. Dalam banyak kasus panjang gelombang mereka lebih
pendek daripada pancaran sinar X, sinar α ataupun sinar β . Sehingga pancaran inti
atomnya biasanya diikuti oleh pancaran satu atau lebih dari foton sinar γ .
Sinar γ juga dipancarkan dalam beberapa jenis nuklir transmisi yang akan kita
bahas pada Bab X. akibatnya, pancaran dari sinar γ tidak memproduksi beberapa
perubahan pokok di alam pada suatu nukleus. Hanya nukleus yang membuat transisi dari satu
energi dasar ke yang lainnya.
Pada awal tahun 1913, dua orang ilmuwan F.Soddy dan Fajans mengamati
perubahan di atas dalam harga A dan Z selama pemancaran α seperti perubahan nilai Z
selama pemancaran β . Mereka mensistemasikan pengamatan mereka dalam bentuk
hukum yang lebih empirik, yang sekarang lebih dikenal sebagai hukum pergeseran. Hukum
tersebut mungkin dapat diartikan sebagai berikut: pemancaran sinar α mengurangi nilai
massa atom oleh 4 unit partikel dan mempengaruhi pergeserannya dalam tabel sistem
periodik yaitu 2 langkah ke kiri; di sisi lain pancaran β meninggalkan nomor massa dalam
sistem tabel periodik yang digeser satu langkah ke kanan.
Ketika hukum itu dirumuskan, pengetahuan mengenai struktur neutron proton dari
inti atom kurang. Dalam perjalanan waktu ketika ide-ide menjadi mengkristal, hukum
perpindahan bisa diterangkan dengan jelas, seperti yang telah kita lihat di atas.

2.3 Perkembangan dan Peluruhan Radioaktivitas


Radioaktivitas dari unsur-unsur uranium dan thorium tampaknya mengalami
perubahan yang tidak sama dalam kurun waktu yang sama. Dengan kata lain, ada beberapa
bahan radioaktif (misalnya gas radon) yang berkurang radioaktivitasnya selama kurun waktu
tertentu yang teramati. Misalnya intensitas dari pancaran radiasi oleh bahan-bahan tersebut
mengalami pengurangan secara teratur dalam kurun waktu tertentu. Akhirnya, kapasitas
bahan-bahan tersebut untuk mengemisi radiasi radioaktif tidak tampak sama sekali.

5
Seorang ilmuwan dari Inggris Willian Crookes (1900) mengamati bahwa ada
beberapa bahan yang tidak diketahui terdapat di dalam garam uranium. Bahan ini dapat
diketahui melalui pemisahan secara kimia dengan besi hidroksida. Garam uranium itu sendiri
tetinggal pada saat terjadi pemisahan secara kimia dan kehilangan keradioaktifannya secara
bersamaan. Crookers menamakan bahan yang tidak diketahui itu sebagai bahan pemercepat
seperti UX (uranium-X) dan menunjukkan bahwa penyusun materi kimianya berbeda dari
uranium itu sendiri. Kemudian dia membiarkan garam uranium yang tidak aktif tersebut dan
bahan pemercepat aktif selama beberapa minggu. Dan menemukan bahwa garam uranium
didapatkan kembali keradioaktifannya seperti sebelumnya. Kemudian bahan pemercepat
menjadi benar-benar tidak aktif.
Crookes menunjukkan bahwa perkembangan dan peluruhan radioaktivitas dari U
dan UX di atas masing-masing dapat diwakili oleh dua rumus matematika. Bila kita menulis
aktivitas (misalnya intensitas radiasi radioaktif yang dipancarkan) sebagai A, kemudian
peluruhan radioaktivitas UX dapat dirumuskan sebagai:
A X = A0 exp(−λ t) …………………………………………………………..(3.3-
1)
Di sisi lain, perkembangan dari aktivitas U dapat ditunjukkan dengan rumus:
A U = A 0 {1−exp (−λ t ) } ……………………………………………………(3.3-2)
A 0 dan λ adalah konstan t menunjukkan waktu setelah pemisahan UX dari U.
Jadi, peluruhan dan perkembangan radioaktivitas mengikuti hukum eksponensial. A0
adalah aktivitas UX segera setelah pemisahannya dari U. Persamaan (3.3-1) dan (3.3-2)

1
menunjukkan bahwa dalam waktu yang lama (t ∞ ) dibandingkan dengan ,
λ
aktivitas UX menjadi nol ketika U kembali pada keadaan awal yang harganya A0 .

6
Gambar 3.1 (a) Peluruhan radioaktivitas AX dari UX terhadap waktu. (b) Perkembangan
radioaktivitas AU terhadap waktu. Waktu paruh dari UX adalah 24,1 hari.

Pada gambar 3.1 (a) dan (b), peluruhan dan perkembangan radioaktivitas dari UX
dan U secara berturut-turut ditunjukkan pada grafik.
Perubahan aktivitas UX dan U terhadap waktu di atas dapat dijelaskan sebagai
berikut. Karena pemancaran radiasi radioaktif, peluruhan atom-atom U diubah menjadi atom-
atom unsur baru UX. Unsur baru tersebut juga radioaktif dan diubah menjadi beberapa unsur
lainnya oleh peluruhan radioaktif. Apa yang telah Crookes ukur lebih dulu sebagai aktivitas
dari U merupakan intensitas asli dari radiasi radioaktif yang dipancarkan oleh sejumlah kecil
UX asli yang terdapat dalam garam uranium. Radiasi radioaktif yang dipancarkan oleh U
(partikel α ) tidak dapat dideteksi oleh Crookes karena partikel tersebut dapat diserap
dengan mudah. Ketika UX terpisah dari U secara kimia, seluruh radioaktivitas diamati secara
alami dalam endapan yang mengandung UX. Garam uranium yang tertinggal ditemukan
menjadi tidak aktif. Pada saat tertentu, lebih banyak lagi uranium yang diluruhkan, sejumlah
UX dibentuk dalam garam uranium yang didapat kembali keradioaktifannya seiring dengan
berjalannya waktu. Dengan kata lain, peluruhan secara terus menerus dari atom UX
memancarkan radiasi radioaktif (sinar β ), jumlahnya secara terus menerus menurun
terhadap waktu.
Hal ini dapat dilihat pada gambar 3.1 (a) dan (b), bahwa jumlah dari aktivitas UX
dan U adalah konstan (sama dengan A 0 ) karena bersesuaian terhadap uranium dalam
kesetimbangan dengan hasil radioaktifnya.

7
Percobaan Crookes juga menunjukkan bahwa aktivitas dari bahan-bahan radioaktif
bergantung dengan jumlahnya. Kita telah menyatakan sebelumnya bahwa radioaktivitas
merupakan proses atomik. Atom-atom dari bahan radioaktif diubah menjadi atom lainnya
sebagai hasil peluruhan α dan β . Berdasarkan Rutherford dan Soddy, laju perubahan
dari atom-atom radioaktif pada saat tertentu bergantung pada jumlah atom-atom yang
terdapat dalam sampel.
Mengingat peluruhan radioaktif dari atom unsur P menjadi unsur yang lain Q dapat
dituliskan secara simbol sebagai:

PQ

Jumlah dari atom P menurun terhadap waktu, sedangkan Q meningkat terhadap

dN
waktu. Jika N merupakan jumlah atom P pada saat tertentu, maka laju perubahan
dt
dari N terhadap waktu yang mengukur aktivitas P, sebanding dengan N sehingga dapat kita
tulis:

dN
∝N
dt

dN
=−λN
Atau, dt .…………………………….(3.3-
3)

Disini λ adalah konstan, yang dikenal sebagai konstanta peluruhan. Tanda negatif
pada persamaan di atas menunjukkan adanya pengurangan jumlah atom N terhadap waktu.
Dengan mengintegrasikan persamaan (3.3-3) kita dapatkan
N=N 0 exp (−λt ) ……………………………………….(3.3-4)
N
Pada saat t = 0, N= 0 yang sama dengan jumlah atom P yang terdapat pada awal
percobaan.
Kita dapat dengan mudah mendapatkan hasil yang diperoleh Crookes dengan
bantuan persamaan (3.3-4). Karena radioaktivitas merupakan ukuran intensitas radiasi yang
dipancarkan oleh bahan radioaktif, yang bergantung pada laju perubahan dari atom-atom

radioaktif, kita dapat menulis (kecuali untuk faktor yang tetap)


dN
A=| |=λN =λN 0 exp (−λt )= A0 exp (−λt )
dt

8
Persamaan ini sama dengan persamaan (3.3-1) yang diusulkan oleh Crookes untuk
peluruhan aktivitas dari UX.
Perkirakan bahwa jumlah atom radioaktif berkurang setengah dalam waktu τ ,

yang dikenal dengan peluruhan waktu paruh. Sehingga ketika


t=τ , N=N 0 /2 sehingga
kita dapat persamaan (3.3-4)
N0
=N 0 exp (−λτ )
2

¿2
Menghasilkan τ= =¿ ………………………………(3.3-5)

Karena λ meningkat τ menurun dan sebaliknya. Persamaan (3.3-4) menunjukkan


bahwa karena λ meningkat, τ menurun jumlah atom radioaktif menurun dengan lebih
cepat. Sebaliknya, jika λ kecil ( τ besar), jumlah atom radioaktif menurun dengan sangat
lambat. Ini adalah kasus uranium dan thorium yang memiliki waktu paruh peluruhan yang
sangat lama, sehingga konstanta peluruhannya (λ) sangat kecil.

Gambar 3.2. Peluruhan bahan radioaktif memiliki waktu paruh yang berbeda.

Setiap bahan radioaktif memiliki harga karakter λ dan τ (lihat gambar 3.2).

1
τ
Karena jumlah atom radioaktif berkurang oleh faktor 2 setelah waktu , sehingga

2
1
jumlahnya akan berkurang oleh faktor
()2
1
atau 4 setelah waktu

. Dengan cara

1 1

yang sama jumlahnya akan berkurang oleh faktor 23 atau 8 setelah waktu dan

1

seterusnya. Secara umum jumlahnya berkurang oleh faktor 2 n setelah waktu ,
misalnya setelah n waktu paruh. Dari persamaan (3.3-1), kita dapatkan

9
A
In A = In 0 -λt……………………………………………..(3.3-6)
Sehingga grafik dari perubahan In A terhadap waktu akan membentuk garis lurus
dengan kemiringan negatif (-λ). Dari grafik tersebut bahwa λ dan oleh karenanya τ
ditentukan (lihat gambar 3.3).

Gambar 3.3. Variasi In A terhadap waktu untuk isotop radioaktif 32p dengan waktu paruh 14,5 hari.

Jika logaritma dasar 10 digunakan, maka kemiringan garis lurus akan menjadi
λ x log 10 e atau 0.4343 λ.
1
τ
Setelah waktu yang lama (t >> λ atau t >> ), kita dapatkan N = 0 dan A = 0,
misalnya setelah waktu yang lama dari awal percobaan, jumlah atom radioaktif (N) menjadi
mendekati nol dan radioaktivitas sampel (A) lenyap. Dalam hal praktis, radioaktivitas
menjadi terabaikan kecil antara 10 atau 12 waktu paruh dari awal percobaan.

2.4 Deret Peluruhan


Sejauh ini kita belum mengatakan apapun tentang radioaktivitas dari hasil Q yang
dibentuk dalam peluruhan radioaktif dari P. Q mungkin tetap atau bersifat radioaktif. Jika
radioaktif, maka peluruhan dari atomnya akan membentuk atom lain dari unsur baru yang

lain pula yaitu R. Jika λ1 dan λ2 adalah konstanta peluruhan dari P dan Q, selanjutnya
kita dapat menunjukkan deret peluruhan dari P dan Q sebagai

PQR

Jumlah atom Q yang dibentuk tiap sekon adalah sama dengan jumlah atom P yang

meluruh tiap sekon. Jika N1 adalah jumlah atom P pada waktu tertentu t, kemudian
berdasarkan persamaan (3.3-3) laju peluruhan atom P adalah
dN 1
= λ1 N 1
dt …………………………………………………(3.4-
1)

10
Laju hasil atom Q juga sama dengan λ1 N 1 . Atom Q juga mengalami peluruhan

radioaktif. Jika N2 adalah jumlah dari atom Q yang ada pada waktu tertentu t, laju

peluruhan Q adalah λ2 N 2 . Sehingga laju perubahan jumlah atom Q pada waktu tertentu t

adalah

dN 2
=λ 1 N 1−λ 2 N 2
dt ……………….……………………(3.4-2)

Dari persamaan (3.4-1) kita dapatkan dari integrasi

N 1 =N 10 exp (−λt ) ………………………………………….(3.4-3)

Disini
N 10 merupakan jumlah atom P pada t = 0.

Untuk menyelesaikan persamaan (3.4-2), kita tulis

N 2 =f ( t ) exp ( −λ 2 t )

Dengan diferensiasi kita dapat

dN 2
dt
= ( dfdt −λ f ) exp (−λ t )
2 2

Substitusikan dalam persamaan (3.4-2), kita dapatkan

( dfdt −λ f ) exp(−λ t )=λ N


2 2 1 10 exp ( −λ 1 t ) −λ 2 f exp (−λ2 t )

df
=λ N exp ( λ 2− λ1 ) t
Atau dt 1 10

Integrasi menghasilkan

λ1 N 10
f ( t )=− exp {−( λ1 −λ2 ) t }+ C
λ1 −λ2

Dimana C adalah konstanta integrasi. Jika kita menganggap bahwa pada t = 0, jumlah atom Q
N 2 = 0, maka N 2 ( 0 ) =0 yang menghasilkan

11
λ 1 N 10
C=
λ1 −λ2

λ1 N 10
f ( t )=
λ1 −λ 2
{ 1−exp (−λ 1 + λ2 ) t }
Sehingga kita dapat

λ 1 N 10
λ 1− λ2 {
N 2= exp ( −λ 2 t ) −exp (−λ 1 t ) }
Maka ………………..(3.4-
4)

Persamaan (3.4-4) menghasilkan perubahan jumlah atom Q N 2 terhadap waktu.

Dari persamaan ini, kita lihat bahwa N 2 =0 pada t = 0. Meningkat seiring meningkatnya t

dan mencapai maksimum pada waktu tertentu


tm yang dapat ditentukan melalui

diferensiasi N 2 dengan memperhitungkan waktu:

dN 2
( )
dt tm
=
λ 1 N 10
λ 1−λ2
{−λ2 exp ( −λ 2 t ) + λ 1 exp (−λ1 t ) } tm =0

λ2 exp ( −λt m ) =λ1 exp ( −λ 1 t m )


Atau

Kemudian kita dapatkan

λ1
exp {( λ1 −λ 2 ) t m}=
λ2

Atau
t m=
1
λ1 −λ2
In 1
λ2 ( )
N2 menjadi maksimum pada
t=t m dapat dengan mudah dicek oleh
2 2
diferensiasi kedua dari N 2 . Hal ini dapat dengan mudah terlihat bahwa d N 2 / dt

bernilai negatif pada


t=t
m .
Kadang-kadang ditemukan bahwa hasil R dalam peluruhan radioaktif dari Q juga
radioaktif. Hasil S yang dibentuk dari peluruhan atom R mungkin radioaktif. Deret peluruhan
radioaktif dapat dituliskan sebagai berikut:

12
P λ1 Q λ 2 R λ 3 S λ 4 … … … … …
→ → → →
Tanda panah terakhir setelah S menunjukkan bahwa S juga radioaktif sehingga
rantai radioaktif berlanjut setelah S. Ini biasanya berhenti setelah beberapa langkah sampai
hasil akhir yang stabil dibentuk.
Jika
λ1 , λ 2 , λ3 dan seterusnya menunjukkan konstanta peluruhan dan

N 1 , N 2 , N 3 dan seterusnya merupakan jumlah atom pada waktu tertentu t dari unsur P, Q, R
dan seterusnya, kemudian kita dapat menulis
dN 1
=−λ 1 N 1
dt
dN 2
=λ 1 N 1−λ 2 N 2
dt
dN 3
=λ 2 N 2− λ3 N 3
dt
dN n
= λn−1 N n−1 −λn N n
dt
Bateman adalah orang pertama yang memecahkan deret persamaan diferensial.
Anggapan sederhana yang mengira bahwa pada awalnya hanya atom P yang ada, sehingga

N 2 =N 3 =N 4 =. .. . .. .. . .. .. .=0 pada t = 0.
Pertama kita menganggap kasus sederhana dari tiga deret peluruhan sehingga unsur
terakhir S stabil:
P  Q  R  S (stabil)
Kita kemudian mendapatkan, menggunakan persamaan (3.4-4)
dN 3
=λ 2 N 2− λ3 N 3
dt
λ1 λ 2
=
λ1 −λ 2
{ exp (−λ2 t ) −exp (−λ1 t ) }−λ 3 N 3
exp ( λ 3 t )
Mengalikan dengan kita dapatkan
dN 3 d
dt { 3 ( 3 ) }
exp ( λ3 t ) +λ 3 N 3 exp ( λ 3 t )= N exp λ t
dt

λ1 λ 2
λ1 −λ 2
{ exp (−λ2 t ) −exp (−λ1 t ) } exp ( λ3 t )
=

Dengan mengintegralkan kita dapatkan

N 3 exp ( λ3 t )=
λ1 −λ 2 {
λ1 λ2 N 10 exp ( λ 3− λ2 ) t exp ( λ3 −λ 1 ) t
λ3 −λ 2

λ3 −λ1 }
+C

C adalah konstanta integrasi. Karena 3 N =0


pada t = 0 kita dapatkan
λ1 λ2 N 10 λ 2− λ1
+C=0
λ 1− λ2 ( λ3 −λ2 )( λ3 − λ1 )

13
λ1 λ 2 N 10
C=
Atau ( λ3 −λ 1 ) ( λ 3 −λ2 )
Sehingga kita dapatkan
N 3 =λ1 λ 2 N 10 {C1 exp ( −λ1 t ) +C2 exp ( −λ2 t ) +C3 exp (−λ3 t ) }
……………..(3.4-6)
1
C1=
Disini ( λ 2− λ1 )( λ3−λ1 )
1
C2 =
( λ 1− λ2 )( λ3 −λ 2 )

1
C3 =
( λ 1− λ3 )( λ2−λ 3)

Pada kasus yang lebih umum dari n deret peluruhan, jumlah atom dari unsur dalam
langkah ke-n ditemukan menjadi

N n =N 10 {C1 exp ( −λ1 t ) +C2 exp ( −λ2 t ) +C 3 exp (−λ3 t ) } +.. .. .+C n exp (−λ n t )
…….(3.4-
7)

Disini

λ1 λ 2 λ3 . . .. .. λ n−1
C1 =
( λ 2− λ1 )( λ3 −λ1 ) .. .. . ( λ n− λ1 )

λ 1 λ2 λ 3 .. .. . . λ n−1
C2 =
( λ 1− λ2 )( λ3 −λ 2 ) .. . .. ( λ n− λ2 )

λ1 λ 2 λ3 . .. . .. λn−1
C n=
( λ 1− λn )( λ2 −λ n ) . .. . . ( λn−1−λ n )

Dan seterusnya.

2.5 Keseimbangan Radioaktivitas

14
Konstanta peluruhan dari bahan radioaktif yang berbeda biasanya berbeda. Pada

gambar 3.4 a dan b ditunjukkan perubahan jumlah N2 terhadap waktu untuk dua kasus
λ1 λ2
¿
τ2
¿
τ1
berturut-turut ¿ λ2 ¿ dan λ1 ¿
¿ serta untuk berturut-turut τ1 ¿
¿ dan ¿ τ2 ¿ .

Gambar 3.4. (a) Peluruhan suksesif dari dua bahan radioaktif yang memiliki waktu paruh
τ1 =
1 jam untuk induk dan
τ2 = 5 jam untuk anak. (b) Keseimbangan transien untuk
dua bahan radioaktif yang memiliki waktu paruh
τ1 = 5 jam untuk induk dan
τ2 = 1 jam untuk anak.

Pada kedua kasus, N 2 meningkat dari 0 pada t = 0, mencapai maksimum pada t =

tm (lihat persamaan 3.4-5) dan kemudian mulai menurun. Pada kasus pertama, ketika
τ2
¿
τ1 ¿
¿ , unsur anak hidup lebih lama daripada unsur induk. Dalam kasus ini, setelah jangka

waktu yang cukup lama dibandingkan dengan τ1 , N2 menurun secara eksponensial

dengan waktu paruhnya τ 2 .


τ1
Di sisi lain, pada kasus kedua ketika ¿ τ2 ¿ , unsur induk lebih lama hidup. Setelah

mencapai maksimum, N2 menurun secara eksponensial dengan waktu paruh unsur induk

ketika t1 ≫ .

Pada kedua kasus ditunjukkan dalam gambar 3.4 a dan b,


tm adalah sama

dihasilkan oleh
tm =In5|λ 1− λ2| .

15
τ1
(A) Keseimbangan Transien: pada kasus kedua yang dibahas di atas ( ¿ τ2 ¿ ),
keseimbangan transien dibentuk antara jumlah inti induk dan inti produk setelah jangka
waktu yang lama dibandingkan dengan waktu paruh dari produk ( t ≫ τ 2 ) . Secara jelas,
λ2 t ≫ 1 dalam kasus ini, sehingga eksponen (−λ2 t ) menjadi kecil dibandingkan
−λ t
eksponen ( 1 ) . Persamaan (3.4-4) dalam kasus ini menghasilkan
λ 1 N 10
N 2= exp (−λ1 t )
λ 2 −λ1 ……………………………………(3.5-1)

yang menunjukkan bahwa atom unsur anak menurun terhadap waktu paruh induk. Dari
persamaan (3.4-3) dan (3.5-1) kita dapatkan

N2 λ1
= =
N1 λ2 −λ1 konstan………………………………….(3.5-2)

Walaupun N 1 dan N 2 menurun terhadap waktu, perbandingannya tetap. Hal ini


dikenal dengan keseimbangan transien.
Karena aktivitas dari dua unsur radioaktif berbanding lurus dengan jumlah masing-
masing atom, perbandingan kedua aktivitas juga tetap pada waktu tersebut.
(B) Keseimbangan Sekular : ketika waktu paruh unsur induk sangat lama
dibandingkan unsur anak ( τ 1 ≫ τ 2 ) keseimbangan yang dibentuk antara jumlahnya dikenal
sebagai keseimbangan sekular. Dalam kasus ini waktu paruh unsur induk sangat lama dimana

selama selang waktu tersebut t ≪ τ1 penurunan jumlah atom induk (N1 ) mungkin

diabaikan. Secara jelas, λ1 t ≪ 1 dalam kasus ini, sehingga eksponen (−λ1 t )≈1 .
Persamaan (3.4-4) kemudian menghasilkan
λ 1 N 10
λ2 {
N 2= 1−exp (−λ2 t ) }
…………………………………….(3.5-
3)
Persamaan (3.5-3) menunjukkan bahwa jumlah atom anak meningkat secara
eksponensial terhadap waktu. Aktivitas unsur anak juga meningkat secara eksponensial.
Inilah yang diteliti oleh Crookes dalam penelitiannya dengan UX (lihat subbab 3.3).
Jika waktu pengamatan dibandingkan dengan lama waktu paruh dari produk anak
( t ≫ τ 2 ) , maka dapat kita tulis
λ 1 N 10
N 2= =N 2
λ2 ………………………………………………….(3.5-4)

16
2 ∝¿
N¿

Jadi jumlah atom anak mencapai harga konstan setelah jangka waktu yang
¿
¿
¿

lama dibandingkan dengan waktu paruhnya τ 2 . Selama waktu tersebut N 1 =N 10 juga


tetap tidak berubah secara praktis. Oleh karena itu perbandingan jumlah atom anak dan atom
induk menjadi konstan:
N 2∝ ¿ N 2 ∝¿ λ1 τ2
≈ = =
N1 N 10 λ2 τ1
¿
¿ ……………………………………………..(3.5-
5)
Ini dikenal sebagai keseimbangan sekular. Di bawah keseimbangan sekular, tidak

N 2∝¿
N1
hanya perbandingan ¿ yang tetap, tetapi
N 2∝¿
¿ dan N 1 juga memiliki harga tetap.
Persamaan (3.5-5) menghasilkan
λ1 N 10 = λ2 N 2∝ ¿
¿ ………………………………………………………..(3.5-
6)
N 2∝¿
Ini menunjukkan bahwa meskipun jumlah atom anak dalam keseimbangan ( ¿ )

adalah kecil dibandingkan jumlah atom induk


N 1≈ N 10 , keduanya memiliki aktivitas yang
sama (lihat persamaan 3.3-3). Faktanya bahwa aktivitas UX mencapai harga konstan ketika
berada dalam keseimbangan sekular dengan U yang ditunjukkan pada gambar 3.1 (b).
Persamaan (3.5-3) menunjukkan bahwa aktivitas unsur anak tumbuh dengan waktu paruhnya.
Ini juga menjelaskan bahwa dari gambar 3.1 (b) dimana pertumbuhan aktivitas Au dari
uranium (yang sama dengan aktivitas produk anak UX dalam keseimbangan sekular) terjadi
dengan waktu paruh 24,1 hari.
Kita telah mediskusikan tentang deret peluruhan pada bagian sebelumnya. Jika itu
dianggap bahwa unsur induk P memiliki waktu paruh yang lama dibandingkan dengan semua
produk anaknya, misalnya τ 1 ≫ τ 2 , τ 3, τ 4 dan seterusnya (atau λ1 ≪ λ 2 , λ 3 , λ 4 dan
seterusnya), kemudian akan menjadi keseimbangan sekular antara semua unsur produk (Q, R,
S, dan seterusnya) dan unsur induk P setelah waktu yang lama dibandingkan dengan waktu
paruh produk anak. Berdasarkan persamaan (3.5-5) jumlah atom Q mencapai harga konstan
N 2∝¿
¿ setelah waktu yang lama ( t ≫ τ 2 ) . Sehingga laju peluruhan juga menjadi konstan.
Karena laju produksi dari produk R selanjutnya sama dengan laju peluruhan dari Q, laju
sebelumnya menjadi konstan. Jadi setelah waktu yang lama dibandingkan waktu paruhnya
jumlah atom R mencapai harga konstan. Demikian pula untuk deret produk lainnya.

17
N 2∝ , N 3∝ ¿
Jika ¿ dan seterusnya merupakan jumlah atom dari deret unsur produk
dalam keseimbangan sekular, kemudian dalam waktu t ≪ τ 1 , semuanya menjadi konstan.
Semua aktivitas dapat dibuat persamaan:
3 ∝ ¿= λ 4 N 4 ∝ ¿= . . . .
2 ∝¿ = λ 3 N ¿
λ 1 N 10 = λ 2
¿
N ¿
……………………………….(3.5-
7)
Keseimbangan sekular dijaga selama unsur induk P dan produk yang berbeda tetap
bersama-sama. Jika ada produk anak yang dipisahkan dari induk, maka keseimbangan
terganggu. Jumlah atom produk lalu mulai tumbuh lagi dan mencapai harga jenuh. Ini
memungkinkan untuk memisahkan unsur produk dengan waktu paruh yang relatif pendek
dari unsur induk dengan waktu paruh yang lama secara berulang.
Sebagai contoh, ini memungkinkan untuk memisahkan radioaktif gas radon dengan
waktu paruh 3,82 hari dari unsur induk radium yang waktu paruhnya 1620 hari, setiap
beberapa hari digunakan dalam penanganan kanker. Ini mungkin disebutkan dalam
keterhubungan ini bahwa dalam praktik keseimbangan sejumlah produk dihasilkan dalam
waktu sekitar 10 – 12 waktu paruh produk.

2.6 Penemuan Radium


Segera setelah penemuan radioaktivitas oleh Becquerel, yang dicatat oleh Madam
Curie bahwa bijih uranium lebih radioaktif daripada uranium murni. Dia menyimpulkan
bahwa bijih harus mengandung satu atau lebih unsur yang lebih radioaktif dari uranium. Dia
mengerjakan pemisahan unsur-unsur yang tidak diketahui. Suaminya, Pierre Currie juga
bergabung dalam upayanya.
Tugas itu merupakan besaran raksasa karena termasuk pemisahan kimia yang hanya
beberapa milligram (bahkan kurang) dari unsur baru yang penyusun kimianya tidak diketahui
semuanya, dari satu ton lebih bijih.
Karena bahan-bahan kimia dari unsur baru tidak diketahui, kesemuanya hanya
memandu lokasi radioaktif. Untuk kerjanya, Madam Currie telah mengembangkan tipe baru
elektrometer yang lebih sensitif dari elektroskop daun emas sederhana yang digunakan oleh
Becquerel. Dengan teknik yang meningkat dia dapat menentukan aktivitas sampel secara
kuantitatif.
Ketika radioaktif dikonsentrasikan dalam residu yang sangat kecil, unsur baru
ditemukan secara jelas. Unsur yang pertama kali ditemukan dinamakan polonium (Z = 84)
berasal dari nama asal Negara Madam Currie Polandia (Juli, 1898).
Curies melakukan analisis kimia suatu mineral menggunakan metode standar.
Dalam kelompok sulfida, tidak dapat larut dalam larutan asam, mereka menemukan
polonium. Mereka juga menemukan radioaktivitas dalam kelompok barium (Ba, Sr dan Ca).

18
Pada awalnya mereka tidak mengisolasi radioaktivitas dari barium. Ketika pada akhirnya
mereka berhasil melakukannya dengan kristalisasi kecil, mereka menemukan bahan
radioaktif baru yang kuat, yang mereka sebut radium (September, 1898). Mereka dibantu oleh
ahli kimia Prancis G.Bemont.
Berat atom radium ditentukan oleh Madam Curie yaitu 226 dan nomor atomnya Z =
88. Ini mungkin berguna untuk menyebutkan bahwa memulai dengan lebih dari satu ton bijih
campuran, Curies dapat memisahkan hanya sekitar 200 mg atau radium klorida. Ini secara
jelas menandakan besaran raksasa dari tugas mereka.
Waktu paruh polonium dan radium ditentukan yaitu masing-masing 139 hari dan
1620 tahun. Radioaktivitas unsur ini ditemukan menjadi beberapa order dari besaran yang
lebih tinggi dari uranium. Dalam kasus radium ini sekitar 3 x 106 kali tingginya.
Unsur baru lainnya actinium (Z = 89) ditemukan segera setelah penemuan polonium
(Po) dan radium (Ra) oleh Andre Debierne tahun 1899.
Po dan Ra dibuat sebagai hasil deret peluruhan dari uranium yang memiliki waktu
paruh 4,5 x 109 tahun. Karena waktu paruh Po dan Ra lebih kecil dibandingkan uranium,
maka unsur-unsur tersebut dimasukkan dalam keseimbangan sekular dengan unsur induk
uranium. Untuk alas an inilah, unsur-unsur ditemukan dalam uranium yang mengandung bijih
mineral. Karena radioaktivitasnya ditambah dengan radioaktivitas uranium, mineral
ditemukan lebih radioaktif daripada uranium murni.
Dari persamaan (3.5-7), ini menjelaskan bahwa jumlah polonium dan uranium harus
lebih kecil dibandingkan bijih uranium karena waktu paruh yang sangat lama pada akhirnya,
dibandingkan dengan dua unsur yang lain. Sebagai contoh, kita dapat menghitung jumlah
radium yang berada dalam keseimbangan sekular terhadap uranium.
Uranium alami memiliki dua isotop dengan nomor massa 235 dan 238 dengan
226 238
kelimpahan relatif masing-masing 0,7 % dan 99,3 %. Ra dihasilkan dari U. Dalam 1000
kg uranium alami jumlah atom 238U adalah
6, 025×1023
NU= ×106 ×0, 993=2,514×10 27
238
Persamaan (3.5-7) menghasilkan, karena λ=0, 693 / τ
N Ra τ Ra
=
NU τU
τ Ra N U 1620
N Ra = = 9
×2, 514×1027=9,05×1020
Atau τU 4,5×10
Maka jumlah 226Ra adalah
226
mRa =N Ra × =340
6, 025×1023 mg

19
Itu hanya sekitar 340 mg radium yang berada dalam keseimbangan sekular dengan
1000 kg uranium. Hal ini menjelaskan mengapa Curies dapat mengisolasi sejumlah kecil
radium dari sejumlah besar bijih yang telah mereka proses.

2.7 Deret Radioaktif


Uranium (Z = 92) dan thorium (Z = 90) merupakan dua unsur yang terjadi secara
alami dan bersifat radioaktif. Keduanya memiliki waktu paruh yang sangat lama.
Penyelidikan lebih lanjut telah mengungkapkan keberadaan sejumlah unsur anak yang
umurnya pendek dihasilkan dalam deret peluruhan unsur-unsur yang lainnya. Bukti
keberadaannya telah ditemukan dalam mineral yang mengandung unsur-unsur tersebut.
Percobaan pada perkembangan dan peluruhan radioaktivitas dari unsur-unsur tersebut telah
ditentukan identitas dan hubungan genetik antara produk yang berbeda.
Penelitian ini merujuk pada penemuan tiga unsur deret radioaktif yang pada
mulanya berasal dari isotop radioaktif uranium yang umurnya lama ( 235U dan 238
U) dan
berasal dari thorium (232Th) oleh deret peluruhan. Masing-masing deret berakhir pada isotop
stabil (Z = 82).
Gambar 3.5, 3.6, dan 3.7 menunjukkan tiga deret secara berturut-turut sebagai deret
uranium-radium (atau uranium sederhana), thorium, dan aktinium. Nomor massa dan nomor
atom dari unsur anak pada masing-masing deret diatur oleh hukum pergeseran yang
didiskusikan pada subbab 3.2.

Gambar 3.5. Deret uranium-radium.

20
Gambar 3.6. Deret thorium.

Gambar 3.7. Deret aktinium.

Pada gambar menunjukkan deret yang berbeda, nomor atom Z meningkat sepanjang
sumbu absis, sementara nomor massa A meningkat sepanjang sumbu ordinat. Karena
peluruhan α menghasilkan penurunan A 4 unit dan Z 2 unit, jenis peluruhan ini
mengindikasikan kemiringan panah di sebelah kiri gambar. Di sisi lain, peluruhan β
menghasilkan peningkatan Z 1 unit, A tidak berubah, peluruhan diindikasikan oleh panah
horizontal sebelah kanan.
Untuk beberapa deret, Z adalah sama untuk deret anggota pada garis vertikal yang
sama, sehingga menunjukkan isotop-isotop dari unsur yang sama dengan nomor massa yang
berbeda. Contohnya adalah RaA, RaC’, RaF pada gambar 3.5, ThA, ThC’ pada gambar 3.6
dan AcA, AcC’ pada gambar 3.7 yang kesemuanya merupakan isotop dari polonium (Z = 84)
dengan A yang berbeda. F.Soddy adalah orang pertama yang menemukan (1913) adanya
isotop-isotop selama penelitiannya pada deret radioaktif secara alami. Ini sebelum
ditemukannya isotop stabil oleh J.J. Thomson (lihat Bab II).
Deret U-Ra ditunjukkan pada gambar 3.5 mulai dari isotop yang lebih berlimpah
238
U dari uranium yang memiliki waktu paruh 4,5 x 10 9 tahun. Pada gambar tersebut
ditunjukkan oleh lambang UI. Itu berubah menjadi unsur UX 1 oleh peluruhan α . Secara
234
jelas A = 234 dan Z = 90, sehingga itu merupakan isotop Th. Ini telah dilambangkan
dengan simbol UX sebelum identifikasi sebenanrnya. Waktu paruhnya adalah 24,1 hari dan
mengalami peluruhan β untuk menghasilkan UX2 yang merupakan isotop 234Pa dari unsur
proto-aktinium (Z = 91). Unsur tersebut juga radioaktif dan berubah menjadi UII ( 234U)
dengan Z = 92 melalui peluruhan α diikuti dengan deret peluruhan α dan β untuk
membentuk produk akhir RaG stabil yang merupakan isotop 206Pb dari timbal (Z = 82).

21
Deret thorium dimulai dari isotop 232Th dari thorium (Z = 90). Itu melalui peluruhan
α yang memiliki waktu paruh 1,36 x 1010 tahun. Setelah sejumlah deret peluruhan α
dan β berhenti pada produk akhir stabil 208
Pt (ThD) yang merupakan isotop dari timbale.
Hal ini ditunjukkan pada gambar 3.6.
Deret aktinium dimulai dari isotop 235
U dari uranium yang melalui peluruhan α
dengan waktu paruh 7,1 x 108 tahun. Seperti yang disebutkan sebelumnya, kelimpahan
relatifnya dalam uranium alami hanya 0,7 % dan juga disebut aktino-uranium. Setelah
peluruhan deret α dan β , deret tersebut berhenti pada isotop stabil 207
Pb dari timbal
(AcD) yang ditunjukkan pada gambar 3.7.
Ini memungkinkan bahwa pada deret Th, nomor massa dari semua nuklida dapat
dilambangkan dengan 4n dimana n adalah bilangan bulat. Nomor massa dari nuklida dalam
deret U-Ra dapat dilambagkan dengan 4n+2, n merupakan bilangan bulat. Akhirnya, pada
deret Ac, nomor massa dari semua nuklida dapat ditulis 4n+3. Sebagai contoh inti awal pada
tiga deret memiliki nomor massa:

A = 232 = 4 x 58 untuk deret Th;

A = 238 = 4 x 59 + 2 untuk deret U-Ra;

A = 235 = 4 x 58 + 3 untuk deret A.

Tidak ada deret radioaktif alami yang bersesuaian terhadap A = 4n + 1.


241
Bagaimanapun deret ini telah ditemukan, dimulai dengan unsur transuranik Pu (Z = 94)
yang memiliki waktu paruh 15 tahun. Anggota deret ini yang paling lama hidupnya adalah
237
Np (Z = 93) isotop dari unsur transuranik neptunium. Deret ini disebut deret neptunium dan
209
ditunjukkan pada gambar 3.8. Ini berakhir pada isotop stabil Bi (Z = 83) dari bismuth.
Karena tidak ada anggota nuklida pada deret ini yang memiliki waktu paruh sebanding
dengan alam semesta, deret tersebut tidak terjadi di alam. Semua anggotanya dapat
diproduksi di laboratorium dengan cara buatan.

22
Pada tabel 3.1 sampai 3.4, menunjukkan berbagai anggota empat deret tersebut.
Tabel 3.1
Deret uranium-radium (4n + 2)

Notasi s, d, y menunjukkan sekon, hari dan tahun.

** Nuklida ini menunjukkan aktivitas α dan β . Pada kolom 5, rasio percabangan cabang
α dan β diberikan.
*** 234Pam atau UZ merupakan isomer dari isotop 234Pa.

Gambar 3.8. Deret nepturium

Tabel 3.2
Deret thorium (4n)

23
24
Tabel 3.3
Deret aktinium (4n + 3)

2.8 Percabangan Radioaktivitas


Sebagian besar unsur-unsur radio alam berubah baik melalui peluruhan α atau
β -. Pada sebagian kasus transformasi α dan β diamati untuk isotop yang sama
dengan rasio percabangan tertentu untuk cabang α dan β . Sebagai contoh, pada
nuklida ditandai C untuk ketiga deret (RaC, Th C, Ac C) sebagai percabangan radioaktivitas
yang diamati. Pada deret U-Ra, RaC (seperti 214
Bi) mengalami peluruhan β -
lebih dari
99% lamanya sementara mengalami transformasi α 0,04% lamanya, yang sesuai rasio
percabangan. Produk anak dalam dua kasus berturut-turut adalah RaC’ (214Po) dan RaC”
(210Tl).

Tabel 3.4
Deret neptunium (4n + 1)

25
Pada gambar 3.5 sampai 3.7, percabangan radioaktivitas tidak ditunjukkan pada
semua kasus. Dengan demikian percabangan β -
dari RaA atau percabangan α tidak
ditunjukkan pada gambar 3.5, walaupun terdaftar pada tabel 3.1. demikian pula percabangan
β -
dari ThA atau percabangan α dari Ac tidak ditunjukkan pada gambar 3.6 dan 3.7,
tetapi masing-masing ditunjukkan pada tabel 3.2 dan 3.3.
Jika bahan radioaktif menunjukkan aktivitas α dan β , kemudian terdapat
peluang peluruhan terjadi pada dua percabangan. Konstanta peluruhan untuk kedua

percabangan adalah
λ α dan λ β . Kemudian peluang bahwa bahan atom akan mengalami

peluruhan α dalam waktu dt adalah (


λ α dt) sementara peluang peluruhan β -
adalah (

λ β dt) dalam interval waktu yang sama. Jadi peluang peluruhan total atom oleh emisi α

dan β adalah (
λ α + λ β ) dt. Jika kita menganggap N atom, total laju peluruhan
menjadi (lihat persamaan 3.3-3)
dN
= λα+ λβ
dt -( )N = -λN……………………………….(3.8-1)

Dimana λ=λα +α β ……………………………………..(3.8-2)

λ adalah konstanta peluruhan total. Jika sebagian waktu paruh peluruhan oleh emisi
α dan β berturut-turut adalah τ α dan τ β , kemudian

In2 In2
λ α= λ β=
τα dan
τβ

Jika τ adalah rata-rata waktu paruh suatu bahan, dapat kita tulis

¿2
λ=
τ

Sehingga kita dapatkan dari persamaan (3.8-2)

¿2 ¿2 ¿2
= +
τ τα τ β

26
1 1 1
= +
Atau
τ τ α τ β ……………………..…………(3.8-3)

Rasio λα/ λ dan λβ/ λ menghasilkan rasio percabangan untuk dua cabang.

2.9 Gas Radon


Pada setiap deret radioaktif secara alami, isotop radioaktif dari unsur Z = 86
diproduksi, berbentuk gas pada suhu ruangan. Pada umumnya dikenal dengan gas mulia.
Pada saat ini, nama-nama yang berbeda telah diusulkan. Pada kasus deret u-Ra namanya
adalah pancaran radium (222Em). Pada deret thorium dan aktinium, namanya berturut-turut
adalah pancaran thorium (220Em) dan pancaran aktinium (219Em). Kemudian, nama umum
radon diusulkan. Unsur ini mirip dengan gas mulia neon, argon, krypton dan lainnya serta
terletak pada kolom terakhir dari tabel periodik. Unsur tersebut memiliki kulit terluar 6p terisi
penuh dengan 6 elektron.
Pada tahun terakhir radioaktivitas, para ilmuwan bekerja pada laboratorium yang
berbeda untuk menyelesaikan masalah gas yang keberadaannya tidak diketahui pada saat itu.
Selama proses kimia bahan radioaktif secara alami, gas yang tidak diketahui ini akan terlepas
dari sampel dan akan menyebar ke tempat yang berbeda di laboratorium. Karena waktu
paruhnya yang relatif singkat, unsur tersebut berubah menjadi produk anak dalam waktu yang
singkat. Produk anak ini berbentuk padat akan tersimpan pada tempat yang berbeda
(misalnya meja, dinding dan lainnya) di laboratorium. Karena endapan aktif tersebut adalah
aktif α obyek berbeda di laboratorium yang menunjukkan radioaktivitas. Para pekerja di
laboratorium sangat bingung dengan yang terjadi. Meskipun Rutherford dan R.B Owens
membuktikan bahwa alasan nyata peristiwa misterius adalah emisi gas radioaktif yang
disebutkan di atas. Rutherford dan Soddy dapat mencairkan gas tersebut dengan
mendinginkan hingga -150o C yang ditetapkan kebenarannya dan terpisah seperti yang
disebutkan di atas. Gas radon biasanya terpisah dari unsur induk (dan produk lainnya) rata-
rata arus udara yang dikirim melalui pipa kaca.

2.10 Satuan Radioaktivitas


Satuan radioaktivitas ditetapkan sebagai jumlah peluruhan yang terjadi pada 1 gm
226
Ra oleh emisi partikel α dalam 1 sekon. Satuan tersebut dinamakan Curie. Jumlah ini
telah diukur dengan sangat hati-hati oleh pekerja yang berbeda dan harga yang mendekati
10
adalah 3,7 x 10 peluruhan per sekon. Bagaimanapun, pengukuran ini tidak selalu
memberikan hasil yang konstan. Sehingga definisi yang lama digantikan dengan definisi baru
pada tahun 1950. Berdasarkan hal tersebut
1 currie = 3,7 x 10 10 peluruhan per sekon
27
Jika jumlah atom dalam laju peluruhan bahan radioaktif di atas, dikatakan memiliki
radioaktivitas dari 1 currie (Ci).
Seribu bagian dan sejuta bagian dari Currie berturut-turut dikenal dengan 1
milicurrie (mCi) dan 1 mikrocurrie ( μ Ci).
Mari kita menentukan jumlah 222Rn dan 238
U memiliki 1 Ci masing-masing
radioaktivitas.
Untuk 222Rn dapat kita tulis
λ Rn N Rn=1 Ci = 3,7 x 10 10 peluruhan per sekon
Disini
λ Rn=0, 693/ τ Rn merupakan konstanta peluruhan dari 226
Rn,
τ Rn

merupakan waktu paruhnya;


τ Rn = 3,82 hari. Kemudian kita dapatkan jumlah atom 226Rn
3,7×1010×3,82
N Rn = ×24×3600=1,762×1016
0,693
Kemudian jumlah 226Rn adalah
1, 762×1016×222
m ( Rn )= 23
=6, 49×10−6 g
6,025×10
Jumlah volume gas 226Rn pada STP adalah
6, 49×10−6×22417
V Rn = =6, 55×10−4 cm 3
222
¿ 6,55×10−10 m3
9
Demikian juga untuk 238U kita dapatkan ( τ U =4,5×10 tahun )
10
3,7×10
NU= ×4,5×10 9×365×24×3600=7,58×1027
0, 693
Sehingga jumlah 238U adalah
7, 58×1027×238
m ( U )= =2994 kg
6, 025×1023

2.11 Umur Rata-rata Bahan Radioaktif


Peluruhan radioaktif merupakan sebuah proses acak. Proses tersebut tidak mungkin
diprediksi sebelumnya sebagai ketika atom tertentu akan meluruh. Jika kita membatasi
perhatian kita pada atom radioaktif tertentu yang mungkin meluruh pada saat kita mengamati,
atau mungkin meluruh sesudahnya. Pernyataan ini berlaku untuk masing-masing atom pada
specimen. Bagaimanapun, jika kita menganggap jumlah atom yang sangat besar terdapat
dalam spesimen, lalu atom tersebut akan meluruh pada laju tertentu, terjadi fluktuasi. Laju
peluruhan ditentukan oleh konstanta peluruhan λ yang memiliki harga tertentu untuk bahan
radioaktif yang diberikan. Konstanta tersebut memiliki harga yang berbeda untuk bahan
radioaktif yang berbeda.
Jika kita mulai dari waktu tertentu (t = 0), lalu atom yang berbeda akan meluruh
pada waktu yang berbeda setelah waktu awal dimulainya. Jadi atom yang berbeda memiliki

28
umur yang berbeda untuk keberadaannya. Atom-atom yang meluruh dalam interval t sampai
t+dt dari waktu awal mungkin diperlakukan memiliki umur rata-rata dari t. Anggap
jumlahnya adalah dN. Lalu dari persamaan (3.3-4) kita memiliki
dN =−λ Ndt =−λN 0 exp (−λt ) dt
Umur rata-rata
τ m dari semua atom yang terdapat pada suatu bahan akan menjadi

−λ ∫ tN 0 exp (−λt ) dt
τm=
∫ tdN
= 0∞ =
1
∫ dN −λ ∫ N 0 exp (−λt ) dt λ
0 ……………………………..(3.11-1)
Ini akan dicatat bahwa karena waktu peluruhan atom-atom diperpanjang dari 0
samapai tak hingga, umur rata-rata bukanlah signifikansi fisika. Dalam hal praktis, konstanta
peluruhan λ dan waktu paruh peluruhan τ merupakan besaran yang lebih penting.
Menggunakan persamaan (3.3-5), kita dapatkan hubungan antara
τ m dan τ :
τ
τm= τ =0, 693 τ m …………………………………..(3.11-2)
In2 atau

2.12 Pengukuran Konstanta Peluruhan


Metode yang berbeda telah dikembangkan untuk pengukuran konstanta peluruhan
dari suatu bahan radioaktif. Kita akan mendiskusikan beberapa metode penting berikut.
(i) Untuk waktu paruh yang diperpanjang dari beberapa sekon hingga sekitar 10-15
tahun, ini memungkinan untuk mengukur konstanta peluruhan (atau waktu paruh) mengikuti
penurunan intensitas radiasi yang dipancarkan oleh seatu bahan radioaktif (aktivitas) terhadap
waktu. Grafik logaritma alami dari aktivitas terhadap waktu menghasilkan garis lurus dengan
kemiringan (-λ). Metode tersebut dibahas pada subbab 3.3 (lihat persamaan 3.3-6).
Metode ini dikenal sebagai metode langsung. Jika aktivitas sampel sangat lemah,
maka ketelitian metode tidaklah bagus.
Intensitas radiasi biasanya diukur dengan alat hitung partikel yang sesuai (atau
foton), misalnya penghitung Geiger-Muller atau penghitung scintillation yang akan dibahas
pada Bab VII.
(ii) Pada kasus waktu paruh yang sangat lama, aktivitas sampel tetap konstan secara
praktis selama waktu eksperimen, atau bahkan selama beberapa tahun. Pada beberapa kasus,
jumlah bahan yang diteliti (semisal isotop radio tertentu) ditentukan dari jumlah atom N yang
ditemukan. Jika laju peluruhan dari atom-atom tersebut dN/dt ditentukan dengan mengukur
jumlah radiasi tertentu (misalnya partikel α atau β ) yang dipancarkan setiap sekon,
dari dN/dt = -λN (persamaan 3.3-3), ini memungkinkan untuk menentukan λ.

29
Dikurangi dari aktivitas total A untuk t yang kecil, persamaan (3.13-2) menunjukkan
variasi In (A-A20) terhadap t merupakan garis lurus dengan kemiringan negatif (-λ 1). Ketika
memperhitungkan kembali pada t = 0, hasil tersebut harga dari A10, aktivitas awal unsur 1.
Melalui metode ini, waktu paruh dari sekitar 10-15 tahun hingga sekitar 10 18 tahun
telah ditentukan.
(iv) Pada kasus bahan-bahan pancaran α , memungkinkan untuk menentukan λ
dengan mengukur jarak partikel α yang dipancarkan dan menggunakan keterhubungan
antara jarak R dan konstanta peluruhan λ yang diberikan oleh Hukum Geiger-nuttall (lihat
Bab IV).
(v) Pada kasus emitter α yang umurnya sangat panjang, λ telah ditentukan
dengan bantuan lempeng fotografik emulsi nuklir (lihat Bab VII).
Lempeng emulsi dipenuhi dengan sejumlah bahan radioaktif yang diketahui. Setelah
interval waktu tertentu, lempengan dikembangkan dan jumlah partikel α yang terekam
dalam lempengan diukur dengan bantuan mikroskop, menggunakan keterhubungan
∆ N =−λN ∆ t , memungkinkan untuk menentukan λ.
(vi) Metode kaloremetrik juga digunakan untuk menentukan λ pada kasus bahan
yang didiskusikan pada (v) di atas. Jika semua partikel α diserap dalam kalorimeter, lalu
dengan mengukur panas yang berkembang setelah waktu ∆ t . Gunakan hubungan yang
diberikan pada (v) di atas, λ dapat ditentukan.
(vii) Untuk setiap waktu paruh yang pendek, metode di atas tidak sesuai. Untuk
bahan-bahan dalam bentuk gas dengan waktu paruh beberapa sekon, metode aliran dapat
digunakan. Gas tersebut mengalir melalui pipa dengan kecepatan tertentu v. Detektor radiasi
yang sesuai ditempatkan di samping pipa, terpisah pada jarak yang diketahui (d). waktu yang
diperlukan gas untuk mengalir dari satu detector menuju detector selanjutnya adalah d/v.
Rasioaktivitas gas, terekam oleh penurunan deret detektor, yang sama dengan exp (-λ d/v).
Dari sini, λ dapat ditentukan.
Menggunakan metode di atas waktu paruh 12B adalah 0,204 sekon.
(viii) Ketika atom induk memancarkan beberapa radiasi, partikel α atau β ,
terdapat pentalan atom anak. Jika produk anak bersifat radioaktif, maka atom pentalan
meluruh dalam perjalanannya dari tempat sumber pada satu ujung pipa yang dikosongkan ke
ujung lainnya. Jika waktu paruhnya sangat pendek, maka memungkinkan untuk mengukur
penyusutan dalam intensitas radiasi yang dipancarkan oleh atom pentalan dua deret detector
yang ditempatkan di sepanjang pipa, seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.9. metode ini
dikenal dengan metode jarak pentalan. Metode tersebut telah digunakan untuk menentukan
waktu paruh atom pentalan 214
Po (RaC’) yang diproduksi dalam peluruhan β dari 214
Bi
(RaC). Waktu paruhnya adalah 1,64 x 10-4 sekon.

30
Gambar 3.9. Metode jarak pental (rekoil) dari pengukuran waktu paruh pendek.

(ix) Pada beberapa kasus, produk pentalan yang waktu paruhnya pendek disimpan di
satu titik pada disk putar, sepanjang keliling yang ditempatkan pada rangkaian detektor yang
sesuai, ditempatkan pada interval yang teratur, seperti pada gambar 3.10. Jika disk diputar
pada kecepatan yang seragam, bahan radioaktif yang tersimpan melewati jendela dari
detektor berikutnya pada interval waktu yang teratur.

Gambar 3.10. Metode disk putar dari pengukuran waktu paruh pendek.

Intensitas radiasi yang dipancarkan oleh bahan radioaktif menurun ketika sumber
yang tersimpan beranjak dari satu detektor ke detektor selanjutnya.
Waktu paruh 216Po (ThA) telah diukur dengan metode disk putar. Waktu paruhnya
adalah 0,158 sekon.
(x) Untuk pengukuran waktu paruh yang sangat pendek (10 -3 sekon atau kurang),
metode koinsidens tertunda lebih sesuai. Pada metode ini, terdapat dua detektor untuk
mendeteksi dua kejadian yang terkait yang terjadi dalam interval waktu yang sangat pendek

212 −¿¿
satu sama lainnya. Sebagai contoh, dalam peluruhan Bi 212Po, β yang dipancarkan,

dideteksi oleh detektor β . Inti anak 212


Po (ThC’) memiliki waktu paruh 3 x 10-7 sekon.
Partikel α yang dipancarkan dalam peluruhannya dideteksi oleh detektor α . Pulsa
listrik diperoleh dari dua detektor ionisasi diproduksi di dalamnya berturut-turut oleh partikel
α dan β dicampur bersama dengan menggunakan teknik koinsidens penundaan (lihat
Bab VII) dan pulsa listrik tunggal yang diperoleh direkam alat elektronik yang sesuai.
Dengan mengubah waktu penundaan antara pulsa dari dua detektor, variasi dalam jumlah
pulsa koinsidens diukur dan grafik diplotkan. Konstanta peluruhan λ dapat ditentukan dari
grafik ini.

31
Metode ini dapat digunakan untuk mengukur waktu paruh sekitar 10-9 sekon. Lihat
pula subbab 6.20 dan 11.15.

2.13 Waktu Paruh untuk Peluruhan Kompleks


Waktu paruh dari bahan radioaktif tunggal dapat ditentukan dalam beberapa kasus
dengan mengikuti peluruhan aktivitasnya terhadap waktu, seperti yang dibahas pada subbab
3.12.
Pada banyak kasus, jumlah unsur radio dengan waktu paruh yang berbeda mungkin
dicampur bersama dalam sampel, komponennya mungkin tidak mudah untuk dipisahkan.
Dalam kasus ini, kita mendapatkan kurva peluruhan kompleks yang merupakan superposisi
dari kurva peluruhan masing-masing komponen dalam campuran tersebut. Seperti yang
dibahas pada subbab 3.3, plot dari In A, terhadap waktu (plot semilog) menghasilkan garis
lurus dengan kemiringan negatif (-λ) untuk bahan radioaktif tunggal. Untuk bahan radioaktif
campuran, kurva peluruhan telah ditunjukkan pada gambar 3.11. Kurva analisis peluruhan
kompleks menunjukkan bahwa kurva tersebut merupakan superposisi dari kurva peluruhan
dua unsur radio yang berbeda dengan konstanta peluruhan λ 1 dan λ2 serta waktu paruh τ 1
dan τ 2 dimana τ 2 ≫ τ 1 .

Gambar 3.11. Kurva analisis peluruhan kompleks untuk campuran dua bahan
radioaktif 1 dan 2 oleh metode peeling off.

Jika A1 dan A2 merupakan aktivitas dua unsur 1 dan 2, resultan aktivitasnya adalah
A= A 1 + A2 = A10 exp (−λ1 t ) + A20 exp (−λ2 t )
…………………………(3.13-
1)
Dimana A10 dan A20 merupakan aktivitas pada saat t = 0. Pada permulaan ketika
t ≪ τ 2 , λ2t kecil sehingga exp (-λ2t) 1. Oleh karena itu dapat kita tulis untuk t
yang kecil
A= A 10 exp ( −λ 1 t ) + A 20
Atau In (A – A20) = In A10 – λ1t……………………………………….(3.13-2)
Di sisi lain, setelah waktu yang lama dibandingkan waktu paruh unsur 1 ( t ≫ τ 1 ),
aktivitas yang hilang pertama kali secara praktis:
A 1 =A 10 exp ( −λ1 t )
0
Oleh karena itu, aktivitas sampel unsur 2 hanya:

32
A= A 20 exp ( −λ 2 t )
Sehingga In A = In A20 – λ2t………………………………..(3.13-3)
Dengan demikian grafik dari aktivitas dalam plot semilog untuk t yang besar
merupakan garis lurus dengan kemiringan negatif (-λ2). Ini ditunjukkan pada bagian ekor
kurva peluruhan (bagian CD). Jika bagian ini diekstrapolasi kembali pada waktu nol, kita
dapatkan A20, aktivitas awal dari unsur 2.
Jika sekarang A20 dikurangi dari total aktivitas A untuk t yang kecil, kemudian
persamaan (3.13-2) menunjukkan bahwa variasi In (A – A20) terhadap t merupakan garis lurus
dengan kemiringan negatif (-λ1). Ketika diekstrapolasi kembali pada t = 0, hasil ini harga dari
A10, aktivitas awal dari unsur 1.
Dengan demikian kurva resultan peluruhan kompleks dipisahkan ke dalam dua
kurva peluruhan untuk dua komponen melalui metode “peeling-off” dan kesesuaian waktu
paruh τ 1 dan τ 2 dapat ditentukan.
Metode tersebut dapat dikembangkan untuk kasus lebih dari dua komponen jika
waktu paruh komponen benar-benar berbeda.
Jika waktu paruh komponen sebanding, analisisnya lebih sulit.

2.14 Umur Batuan dan Mineral


Terdapat bukti-bukti yang kuat, secara astronomi dan geofisika, bahwa unsur yang
terdapat di alam diciptakan sekitar 5,5 milyar tahun yang lalu, sementara pembekuan kulit
Bumi terjadi sekitar 3,5 milyar tahun yang lalu. Penelitian tentang radioaktivitas dari unsur
radio alami yang umurnya sangat lama seperti uranium dan thorium, telah menetapkan hal
ini. Jika waktu paruh dari unsur tersebut lebih pendek dari waktu yang telah lewat sejak
unsur-unsur tersebut terbentuk di alam, unsur-unsur tersebut tidak dapat bertahan dan tidak
ada bekas dari keberadaannya yang akan ditemukan di mana saja di alam semester ini.
Perbandingan waktu paruh uranium dan thorium mengutip lebih awal terhadap umur alam
semesta ( 1010 tahun) yang menunjukkan bahwa unsur tersebut merupakan unsur yang
sama.
Hal ini memungkinkan untuk menentukan umur geologi mineral dan batuan yang
mengandung unsur-unsur di atas dari penelitian radioaktivitas. Kita akan membahas beberapa
metode berikut:
(i) Metode timah: kita lihat pada subbab 3.7 bahwa deret radioaktif alami yang
238
berbeda dimulai dari radioisotope yang umurnya sangat lama U, 232Th atau 235U dan setelah
mengalami sejumlah peluruhan α dan β berturut-turut atom-atom radioaktif berubah
menjadi produk akhir stabil yang merupakan isotop timah.
Pada kasus deret U-Ra, berturut-turut, hasil peluruhan dalam formasi satu atom
206 238
isotop stabil timah Pb dari dari masing-masing atom U. Jika waktu yang telah berlalu

33
sejak pembekuan mineral yang mengandung uranium pada kulit bumi hingga waktunya

adalah t, dan jika


N Uo merupakan jumlah atom-atom 238
U yang terdapat pada awalnya
238
dalam sejumlah mineral yang diberikan, maka jumlah atom U yang terdapat pada sampel
pada saat itu adalah
N U =N Uo exp (−λ U t )
……………………………………………
(3.14-1)
238
Sehingga jumlah atom U yang telah mengalami transformasi radioaktif selama
206
waktu tersebut dan harus sama dengan jumlah atom Pb yang terbentuk yang
bertransformasi adalah
N Pb =N Uo −N U =N U {exp ( λU t ) −1 }
……………………………….(3.14-
2)
Dari persamaan di atas kita dapatkan
1 N Pb + N U
t = In
λτ NU ………………………………….……………..(3.14-
3)
N Pb dan N U dapat ditentukan melalui metode kimia dan spektroskopok massa
sehingga umur geologi mineral t dapat ditentukan menggunakan persamaan (3.14-3).
Dengan cara yang sama, umur thorium yang mengandung mineral dapat ditemukan
dengan menentukan rasio 208Pb terhadap 232Th.
Metode di atas didasarkan pada asumsi bahwa mineral yang dipelajari tidak
mengandung banyak timah lainnya dari isotop timah radiogenik (206Pb) yang memulai
238
peluruhanradioaktif dari U. Lebih lanjut dianggap bahwa seluruh jumlah timah yang
diproduksi telah ditahan dalam mineral. Anggapan ini bisa beralasan. Meskipun demikian,
beberapa timah yang hilang tidak dapat diabaikan. Metode tersebut di atas dikenal dengan
metode timah.
(ii) Metode helium: partikel α dipancarkan selama peluruhan yang berturut-turut
238
dimulai dari U berubah menjadi helium netral dengan memperoleh elektron orbital yang
terakumulasi sebagai gas helium dalam mineral yang mengandung uranium. Selama periode
yang lama sejak pembekuan mineral, besaran yang terukur dari gas helium diproduksi. Jika
jumlahnya diukur, maka umur mineral dapat ditentukan.
238
Sebuah inspeksi gambar 3.5 menunjukkan bahwa transformasi dari U menjadi
206
Pb terjadi melalui peluruhan berturut-turut selama 8 partikel α dipancarkan. Oleh
karena itu jumlah atom helium yang terbentuk adalah
N He =8 ( N Uo −N U )=8 N U [ exp ( λU t ) −1 ]
………………………………..
(3.14-4)

34
1 8 N U + N He
t= In
Ini menghasilkan λU 8 NU …………………………….(3.14-
3)
Dengan menghitung jumlah gas helium yang terakumilasi dalam sampel yang
238
diberikan yang mengandung sejumlah U, ini memungkinkan untuk mengukur umur t dari
mineral.
Kemungkinan bahwa gas helium diproduksi berturut-turut melalui peluruhan α
dari kedua isotop uranium 238
U dan 235
U. Terakhir memancarkan 7 partikel α sebelum
235 207
sebuah atom dari U ditransformasi menjadi isotop stabil Pb sehingga 7 atom helium
235
diproduksi masing-masing atom U yang ditransformasi. Jika dihitung, jumlah atom helium
yang keluar adalah
N He =8 N U { exp ( λ U t )−1 } +7 N ' U {exp ( λ ' U t )−1 }
………………….(3.14-
6)
Disini
λU dan λ'U berturut-turut merupakan konstanta peluruhan dari 238U dan

235
U serta
N U dan N ' U merupakan jumlah atom-atomnya dalam sejumlah material.
Metode di atas memisalkan seluruh helium, terakumulasi dalam sampel sejak awal
mulainya formasi, ditahan olehnya. Di samping itu, tidak ada gas helium dari sumber lainnya
terdapat dalam mineral. Kedua anggapan tersebut adalah salah. Beberapa gas helium
kemungkinan besar berdifusi di dalam atau di luar struktur pori batuan.
(iii) Metode kelimpahan isotopik: pada metode ini rasio kelimpahan relatif isotop
206
Pb dan 207Pb dari radiogenik asli diukur dengan metode spektroskopik massa, dimana umur
mineral dapat diperkirakan. Ini merupakan metode terbaik untuk memperkirakan umur
mineral. Ini lebih peka terhadap hilangnya bahan kimia dan mekanis suatu timah dari
204
mineral. Ketiadaan beberapa isotop Pb memastikan radiogenik asli dari dua isotop timah
206
Pb dan 207Pb dalam mineral.
(iv) Metode potassium: potassium yang terbentuk secara alami (Z = 19) memiliki
+¿¿
isotop radioaktif yang umurnya panjang 40K yang mengalami peluruhan β dan berubah

menjadi isotop stabil 40Ar dari argon (Z = 18). Waktu paruhnya 1,3 x 109 tahun. Argon alami
36 38 40
memiliki tiga isotop stabil Ar, Ar, dan Ar dengan kelimpahan relative berturut-turut
0,337%; 0,063% dan 99,6%. Jadi ratio normal 40Ar dengan 36Ar diketahui.
Jika rasio ini (diukur dengan metode spektroskopik massa) ditemukan berbeda
dalam kasus gas argon diturunkan dari potassium yang mengandung mineral, lalu dari
perbandingan rasio yang diukur dengan rasio yang diharapkan secara normal, memungkinkan
untuk memperkirakan umur mineral.

35
Terlepas dari uranium dan thorium, keberadaan isotop yang umurnya sangat lama
dari beberapa unsur sudah diketahui. Daftarnya terdapat pada tabel 3.5.
Umur mineral yang mengandung beberapa unsur tersebut telah diperkirakan,
menggunakan radioaktivitas isotopnya yang terdaftar dalam tabel.
Pada beberapa kasus, karena waktu paruhnya sangat lama, radioaktivitas dari isotop
sangat lemah sehingga sulit untuk mendeteksinya. Sehingga memungkinkan di masa yang
akan datang bahwa beberapa isotop diketahui menjadi stabil yang bersifat radioaktif dengan
waktu paruh yang sangat panjang.
Ada kelas isotop radioaktif lainnya yang terjadi di alam yang memiliki waktu paruh
relatif pendek. Meliputi 3H ( τ = 12,4 tahun), 14C ( τ = 5330 tahun) dan sebagainya.
Bagaimanapun isotop tersebut tidak memiliki kelas yang sama pada tabel 3.5 tersebut.
Padahal, yang terakhir diproduksi pada awal pembentukan dan telah bertahan dalam jangka
yang lama di alam, isotop dengan waktu paruh lebih pendek dibentuk oleh partikel energi
tinggi yang terdapat dalam sinar kosmik (lihat Bab X) pada inti stabil dari unsur berbeda
yang terdapat di atmosfer atau di dalam kulit bumi. Seiring berjalannya waktu sebuah
keseimbangan ditetapkan antara laju produksi dan laju peluruhan sehingga keseimbangan
jumlah selalu ada di alam.
14
Properti radioaktif dari isotop C telah menggunakan obyek arkeologi dalam
penentuan umur hingga sekitar 25.000 tahun. 3He dapat juga digunakan dalam penentuan
tanggal, meski aplikasi ini terbatas karena waktu paruhnya yang relatif pendek dan
kelimpahan yang sedikit.

36
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Ilmuwan yang menemukan radioaktivitas adalah ilmuwan Perancis Henri Becquerel
(1986). Radioaktivitas ditemukan hampir secara kebetulan, sama seperti penemuan sinar X
oleh Rontgen setahun sebelumnya.
2. Pemancaran sinar α mengurangi nilai massa atom oleh 4 unit partikel dan
mempengaruhi pergeserannya dalam tabel sistem periodik yaitu 2 langkah ke kiri; di sisi
lain pancaran β meninggalkan nomor massa dalam sistem tabel periodik yang digeser
satu langkah ke kanan.
3. Radioaktivitas dari unsur yang berbeda mengalami perubahan yang tidak sama dalam
kurun waktu yang sama. Laju perubahan dari atom-atom radioaktif pada saat tertentu
bergantung pada jumlah atom-atom yang terdapat dalam sampel.
4. Deret peluruhan akan berhenti ketika mencapai hasil akhir yang stabil.
5. Keseimbangan radioaktivitas meliputi keseimbangan transien dan keseimbangan sekular.
6. Currie dan timnya menemukan unsur radium melalui kristalisasi kecil pada September
1898 setelah ditemukannya polonium dan barium.
7. Setiap deret radioaktif berakhir pada isotop-isotop stabil yang ditemukan oleh F.Soddy
(1913).
8. Sebagian besar unsur-unsur radio alam berubah baik melalui peluruhan α atau β -.
Pada sebagian kasus transformasi α dan β diamati untuk isotop yang sama dengan
rasio percabangan tertentu untuk cabang α dan β . Rasio λα/ λ dan λβ/ λ
menghasilkan rasio percabangan untuk dua cabang.
9. Gas radon ditemukan oleh Rutherford dan Soddy dengan mencairkan gas tersebut melalui
pendinginan hingga -150o C.
226
10. Satuan radioaktivitas ditetapkan sebagai jumlah peluruhan yang terjadi pada 1 gm Ra
oleh emisi partikel α dalam 1 sekon. Satuan tersebut dinamakan Curie. 1 currie = 3,7 x
10 10 peluruhan per sekon.
11. Konstanta peluruhan memiliki harga yang berbeda untuk bahan radioaktif yang berbeda.
Demikian pula umur bahan radioaktif tersebut.
12. Pengukuran konstanta peluruhan dari suatu bahan radioaktif dapat dilakukan melalui
beberapa metode, antara lain metode langsung, kalorimetrik, aliran, jarak pentalan, disk
putar, dan sebagainya.
13. Kurva resultan peluruhan kompleks dipisahkan ke dalam dua kurva peluruhan untuk dua
komponen melalui metode “peeling-off” dan kesesuaian waktu paruh τ 1 dan τ 2 dapat
ditentukan. Metode tersebut dapat dikembangkan untuk kasus lebih dari dua komponen
jika waktu paruh komponen benar-benar berbeda.
37
14. Penentuan umur geologi mineral dan batuan melalui beberapa metode, yaitu metode timah,
helium, kelimpahan isotopik, dan potassium.
15.

38
DAFTAR PUSTAKA

Goshal, S.N. 2002. Nuclear Physics. New Delhi: S.CHAND & COMPANY LTD.

39

Anda mungkin juga menyukai