CHAPTER REPORT 3
RADIOAKTIVITAS
(Radioactivity)
Oleh
WINARSIH
NIM 117795005
Radioaktivitas pertama kali ditemukan pada tahun 1896 oleh ilmuwan Perancis Henri
Becquerel ketika sedang bekerja dengan material fosforen. Material semacam ini akan
berpendar di tempat gelap setelah sebelumnya mendapat paparan cahaya, dan dia berfikir
pendaran yang dihasilkan tabung katoda oleh sinar-X mungkin berhubungan dengan
fosforesensi. Karenanya ia membungkus sebuah pelat foto dengan kertas hitam dan
menempatkan beragam material fosforen di atasnya. Kesemuanya tidak menunjukkan hasil
sampai ketika ia menggunakan garam uranium.
Pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut tentang radioaktivitas, antara lain meliputi:
1. Penemuan Radioaktivitas.
2. Pemancaran Radioaktivitas dan Hukum Pergeseran.
3. Perkembangan dan Peluruhan Radioaktivitas.
4. Deret Peluruhan.
5. Keseimbangan Radioaktivitas.
6. Penemuan Radium.
7. Deret Radioaktif.
8. Percabangan Radioaktivitas.
9. Gas Radon.
10. Satuan Radioaktivitas.
11. Umur rata-rata Bahan Radioaktif.
12. Pengukuran Peluruhan Konstan.
13. Umur Paruh untuk Peluruhan Kompleks.
14. Umur Batuan dan Mineral.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
hitam, sebuah bayangan hitam dari bahan phosporesens menimbulkan bayangan hitam pada
negatif film. Dari kejadian ini beliau membuat kesimpulan bahwa bahan phosporesens dalam
hal ini menghasilkan radiasi yang dapat menghitamkan pelat film oleh benda buram seperti
halnya sinar biasa.
Beberapa hari setelah penemuan ini, ketika cuaca mendung dan mereka gagal untuk
meradiasikan bahan phosporesens dengan bantuan sinar matahari, dia meletakkan segala
macam dalam sebuah panci gelap, kemudian meninggalkan sampel garam uranium pada
tempat di atas piringan yang sudah dibungkus rapat. Dimana kemudian pelat ini
dikembangkan pada bulan Maret 1986. Bayangan hitam muncul seperti sebelumnya dengan
intensitas yang besar. Hal ini menunjukkan bahwa garam uranium dapat memancarkan radiasi
yang dapat menghitamkan pelat film, meskipun tanpa adanya sinar matahari.
Garam uranium memancarkan sinar radiasi secara spontan, peristiwa ini biasa
disebut dengan radioaktivitas.
Dalam beberapa hari setelah penemuan besar ini, Becquerel menemukan bahwa
radiasi yang dipancarkan oleh garam uranium dapat mengionisasi gas dan dapat membuat gas
tersebut konduktif, sebagai tambahan selain gas tersebut dapat menghitamkan pelat film.
Sehingga, dimungkinkan untuk keaktifan suatu sampel (misalnya intensitas dari
sinar yang diradiasikan) dengan mengukur peristiwa ionisasi yang dihasilkan menggunakan
elektroskop daun emas.
Becquerel menemukan bukti bahwa sinar yang diradiasikan oleh garam uranium
yang berbeda-beda. Dia juga mengamati sinar yang diradiasikan oleh logam uranium. Sdari
penelitian ini dia mengambil kesimpulan bahwa pancaran radiasi yang tembus tersebut
berasal dari unsure uranium itu sendiri.
Segera setelah Becquerel merintis pekerjaannya, Marie Curie dan suaminya Pierrie
Curie memulai pekerjaannya pada penemuan awal medan radioaktivitas. Selain sebuah
uranium mereka meneliti radioaktivitas dari unsur-unsur yang lain. Ssalah satu fakta paling
penting dari pengamatan mereka adalah sifat alami dan intensitas dari radiasi yang
dipancarkan oleh bahan-bahan radioaktif yang tidak dipengaruhi oleh perubahan fisika
maupun kimia. Panas atau tekanan tidak berpengaruh pada radioaktivitas. Seperti yang telah
kita lihat, kombinasi kimia dengan beberapa unsur lain juga tidak berpengaruh pada
radioaktivitas. Kenyataan ini menunjukkan bahwa radioaktivitas dari suatu unsur seperti
uranium tidak berpengaruh apa-apa pada elektron-elektron yang berputar dalam orbit atom.
Pada saat ini, perubahan kimia yang terjadi dalam kaitannya dengan perubahan susunan dari
orbital elektron dalam atom. Penelitian terbaru telah membuktikan bahwa radioaktivitas asal
dibentuk dengan inti atom.
3
Marie Curie dan Pierre Curie menemukan unsur radioaktif baru polonium (Z=84)
dan radium (Z=88) yang lebih aktif dari uranium. Kita akan membicarakan masalah ini
sesudahnya. Dengan adanya penemuan inisumber-sumber penemuan bahan-bahan radioaktif
dapat dipersiapkan dengan perlengkapan yang lebih kompleks sebagai revolusi ilmu
pengetahuan dari radioaktivitas.
Terlepas dari ilmuwan-ilmuwan Perancis di atas, kelompok ilmuwan yang juga aktif
memulai penyelidikan diprakarsai oleh Ernest Rutherford (kemudian Lord Rutherford)
pertama kali di Cambridge Inggris, kemudian universitas Mcgill di Montrael, Kanada dan
terakhir kembali lagi di Cambridge.
Rutherford menunukkan bahwa uranium cukup memancarkan dua jenis sinar. Salah
satunya yang mudah diserap dinamakan sinar α . Sinar yang lain yang lebih dapat
menembus dinamakan sinar β . Kemudian jenis sinar yang ketiga dinamakan sinar γ ,
yang ditemukan oleh seorang ilmuwan perancis P.V. Villard (1900), yang sangat tembus
dibandingkan sinar α dan β .
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa radioaktivitas ditemukan dalam unsur lain
selain uranium. Misalnya unsur Thorium (Z=90) dan radium (Z=88). Ini yang disebut unsur-
unsur radioaktif. Disini disebutkan bahwa radioaktivitas yang telah diteliti tidak hanya
diantara unsur-unsur yang di atas. Tetapi banyak unsur yang isotop (jumlah proton sama) dari
unsur-unsur radioaktif tersebut tidak bersifat radioaktif secara alami, melainkan dihasilkan
dalam eksperimen di laboratorium pada tahun-tahun berikutnya. Kita akan membahasnya
secara lebih dalam pada bahan-bahan radioaktif di Bab X.
(3.2-1)
Berbagai macam percobaan telah menunjukkan bahwa partikel β adalah partikel
dengan energi elektron yang sangat besar. Karena membawa sebuah partikel bermuatan
4
negatif, muatan positif dari nukleus dinaikkan oleh sebuah partikel sebagai hasil dari
pancaran β . Seperti itulah nomor atom Z dari nukleus induk dinaikkan menjadi Z+1
dalam nukleus anak pada kasus ini. Dalam pandangan yang lebih modern dalam proses
pemancaran β bahwa neutron di dalam inti atom secara spontan diubah kedalam proton.
Sehingga jumlah total dari neutron dan proton dalam nukleus yang sama dengan nomor
A
massanya A tetap tidak berubah. Seperti itu inti atom Z X diubah kedalam inti atom
A
Z+ 1 X terkait dengan pancaran β :
→
A
X β A−4 …………………………………………………………………(3.2-2)
Z Z+ 1Y
Sinar γ yang mempunyai energi radiasi elektromagnetik sangat tinggi, sehingga
panjang gelombangnya sangat pendek. Dalam banyak kasus panjang gelombang mereka lebih
pendek daripada pancaran sinar X, sinar α ataupun sinar β . Sehingga pancaran inti
atomnya biasanya diikuti oleh pancaran satu atau lebih dari foton sinar γ .
Sinar γ juga dipancarkan dalam beberapa jenis nuklir transmisi yang akan kita
bahas pada Bab X. akibatnya, pancaran dari sinar γ tidak memproduksi beberapa
perubahan pokok di alam pada suatu nukleus. Hanya nukleus yang membuat transisi dari satu
energi dasar ke yang lainnya.
Pada awal tahun 1913, dua orang ilmuwan F.Soddy dan Fajans mengamati
perubahan di atas dalam harga A dan Z selama pemancaran α seperti perubahan nilai Z
selama pemancaran β . Mereka mensistemasikan pengamatan mereka dalam bentuk
hukum yang lebih empirik, yang sekarang lebih dikenal sebagai hukum pergeseran. Hukum
tersebut mungkin dapat diartikan sebagai berikut: pemancaran sinar α mengurangi nilai
massa atom oleh 4 unit partikel dan mempengaruhi pergeserannya dalam tabel sistem
periodik yaitu 2 langkah ke kiri; di sisi lain pancaran β meninggalkan nomor massa dalam
sistem tabel periodik yang digeser satu langkah ke kanan.
Ketika hukum itu dirumuskan, pengetahuan mengenai struktur neutron proton dari
inti atom kurang. Dalam perjalanan waktu ketika ide-ide menjadi mengkristal, hukum
perpindahan bisa diterangkan dengan jelas, seperti yang telah kita lihat di atas.
5
Seorang ilmuwan dari Inggris Willian Crookes (1900) mengamati bahwa ada
beberapa bahan yang tidak diketahui terdapat di dalam garam uranium. Bahan ini dapat
diketahui melalui pemisahan secara kimia dengan besi hidroksida. Garam uranium itu sendiri
tetinggal pada saat terjadi pemisahan secara kimia dan kehilangan keradioaktifannya secara
bersamaan. Crookers menamakan bahan yang tidak diketahui itu sebagai bahan pemercepat
seperti UX (uranium-X) dan menunjukkan bahwa penyusun materi kimianya berbeda dari
uranium itu sendiri. Kemudian dia membiarkan garam uranium yang tidak aktif tersebut dan
bahan pemercepat aktif selama beberapa minggu. Dan menemukan bahwa garam uranium
didapatkan kembali keradioaktifannya seperti sebelumnya. Kemudian bahan pemercepat
menjadi benar-benar tidak aktif.
Crookes menunjukkan bahwa perkembangan dan peluruhan radioaktivitas dari U
dan UX di atas masing-masing dapat diwakili oleh dua rumus matematika. Bila kita menulis
aktivitas (misalnya intensitas radiasi radioaktif yang dipancarkan) sebagai A, kemudian
peluruhan radioaktivitas UX dapat dirumuskan sebagai:
A X = A0 exp(−λ t) …………………………………………………………..(3.3-
1)
Di sisi lain, perkembangan dari aktivitas U dapat ditunjukkan dengan rumus:
A U = A 0 {1−exp (−λ t ) } ……………………………………………………(3.3-2)
A 0 dan λ adalah konstan t menunjukkan waktu setelah pemisahan UX dari U.
Jadi, peluruhan dan perkembangan radioaktivitas mengikuti hukum eksponensial. A0
adalah aktivitas UX segera setelah pemisahannya dari U. Persamaan (3.3-1) dan (3.3-2)
1
menunjukkan bahwa dalam waktu yang lama (t ∞ ) dibandingkan dengan ,
λ
aktivitas UX menjadi nol ketika U kembali pada keadaan awal yang harganya A0 .
6
Gambar 3.1 (a) Peluruhan radioaktivitas AX dari UX terhadap waktu. (b) Perkembangan
radioaktivitas AU terhadap waktu. Waktu paruh dari UX adalah 24,1 hari.
Pada gambar 3.1 (a) dan (b), peluruhan dan perkembangan radioaktivitas dari UX
dan U secara berturut-turut ditunjukkan pada grafik.
Perubahan aktivitas UX dan U terhadap waktu di atas dapat dijelaskan sebagai
berikut. Karena pemancaran radiasi radioaktif, peluruhan atom-atom U diubah menjadi atom-
atom unsur baru UX. Unsur baru tersebut juga radioaktif dan diubah menjadi beberapa unsur
lainnya oleh peluruhan radioaktif. Apa yang telah Crookes ukur lebih dulu sebagai aktivitas
dari U merupakan intensitas asli dari radiasi radioaktif yang dipancarkan oleh sejumlah kecil
UX asli yang terdapat dalam garam uranium. Radiasi radioaktif yang dipancarkan oleh U
(partikel α ) tidak dapat dideteksi oleh Crookes karena partikel tersebut dapat diserap
dengan mudah. Ketika UX terpisah dari U secara kimia, seluruh radioaktivitas diamati secara
alami dalam endapan yang mengandung UX. Garam uranium yang tertinggal ditemukan
menjadi tidak aktif. Pada saat tertentu, lebih banyak lagi uranium yang diluruhkan, sejumlah
UX dibentuk dalam garam uranium yang didapat kembali keradioaktifannya seiring dengan
berjalannya waktu. Dengan kata lain, peluruhan secara terus menerus dari atom UX
memancarkan radiasi radioaktif (sinar β ), jumlahnya secara terus menerus menurun
terhadap waktu.
Hal ini dapat dilihat pada gambar 3.1 (a) dan (b), bahwa jumlah dari aktivitas UX
dan U adalah konstan (sama dengan A 0 ) karena bersesuaian terhadap uranium dalam
kesetimbangan dengan hasil radioaktifnya.
7
Percobaan Crookes juga menunjukkan bahwa aktivitas dari bahan-bahan radioaktif
bergantung dengan jumlahnya. Kita telah menyatakan sebelumnya bahwa radioaktivitas
merupakan proses atomik. Atom-atom dari bahan radioaktif diubah menjadi atom lainnya
sebagai hasil peluruhan α dan β . Berdasarkan Rutherford dan Soddy, laju perubahan
dari atom-atom radioaktif pada saat tertentu bergantung pada jumlah atom-atom yang
terdapat dalam sampel.
Mengingat peluruhan radioaktif dari atom unsur P menjadi unsur yang lain Q dapat
dituliskan secara simbol sebagai:
PQ
dN
waktu. Jika N merupakan jumlah atom P pada saat tertentu, maka laju perubahan
dt
dari N terhadap waktu yang mengukur aktivitas P, sebanding dengan N sehingga dapat kita
tulis:
dN
∝N
dt
dN
=−λN
Atau, dt .…………………………….(3.3-
3)
Disini λ adalah konstan, yang dikenal sebagai konstanta peluruhan. Tanda negatif
pada persamaan di atas menunjukkan adanya pengurangan jumlah atom N terhadap waktu.
Dengan mengintegrasikan persamaan (3.3-3) kita dapatkan
N=N 0 exp (−λt ) ……………………………………….(3.3-4)
N
Pada saat t = 0, N= 0 yang sama dengan jumlah atom P yang terdapat pada awal
percobaan.
Kita dapat dengan mudah mendapatkan hasil yang diperoleh Crookes dengan
bantuan persamaan (3.3-4). Karena radioaktivitas merupakan ukuran intensitas radiasi yang
dipancarkan oleh bahan radioaktif, yang bergantung pada laju perubahan dari atom-atom
8
Persamaan ini sama dengan persamaan (3.3-1) yang diusulkan oleh Crookes untuk
peluruhan aktivitas dari UX.
Perkirakan bahwa jumlah atom radioaktif berkurang setengah dalam waktu τ ,
¿2
Menghasilkan τ= =¿ ………………………………(3.3-5)
❑
Gambar 3.2. Peluruhan bahan radioaktif memiliki waktu paruh yang berbeda.
Setiap bahan radioaktif memiliki harga karakter λ dan τ (lihat gambar 3.2).
1
τ
Karena jumlah atom radioaktif berkurang oleh faktor 2 setelah waktu , sehingga
2
1
jumlahnya akan berkurang oleh faktor
()2
1
atau 4 setelah waktu
2τ
. Dengan cara
1 1
3τ
yang sama jumlahnya akan berkurang oleh faktor 23 atau 8 setelah waktu dan
1
nτ
seterusnya. Secara umum jumlahnya berkurang oleh faktor 2 n setelah waktu ,
misalnya setelah n waktu paruh. Dari persamaan (3.3-1), kita dapatkan
9
A
In A = In 0 -λt……………………………………………..(3.3-6)
Sehingga grafik dari perubahan In A terhadap waktu akan membentuk garis lurus
dengan kemiringan negatif (-λ). Dari grafik tersebut bahwa λ dan oleh karenanya τ
ditentukan (lihat gambar 3.3).
Gambar 3.3. Variasi In A terhadap waktu untuk isotop radioaktif 32p dengan waktu paruh 14,5 hari.
Jika logaritma dasar 10 digunakan, maka kemiringan garis lurus akan menjadi
λ x log 10 e atau 0.4343 λ.
1
τ
Setelah waktu yang lama (t >> λ atau t >> ), kita dapatkan N = 0 dan A = 0,
misalnya setelah waktu yang lama dari awal percobaan, jumlah atom radioaktif (N) menjadi
mendekati nol dan radioaktivitas sampel (A) lenyap. Dalam hal praktis, radioaktivitas
menjadi terabaikan kecil antara 10 atau 12 waktu paruh dari awal percobaan.
lain pula yaitu R. Jika λ1 dan λ2 adalah konstanta peluruhan dari P dan Q, selanjutnya
kita dapat menunjukkan deret peluruhan dari P dan Q sebagai
PQR
Jumlah atom Q yang dibentuk tiap sekon adalah sama dengan jumlah atom P yang
meluruh tiap sekon. Jika N1 adalah jumlah atom P pada waktu tertentu t, kemudian
berdasarkan persamaan (3.3-3) laju peluruhan atom P adalah
dN 1
= λ1 N 1
dt …………………………………………………(3.4-
1)
10
Laju hasil atom Q juga sama dengan λ1 N 1 . Atom Q juga mengalami peluruhan
radioaktif. Jika N2 adalah jumlah dari atom Q yang ada pada waktu tertentu t, laju
peluruhan Q adalah λ2 N 2 . Sehingga laju perubahan jumlah atom Q pada waktu tertentu t
adalah
dN 2
=λ 1 N 1−λ 2 N 2
dt ……………….……………………(3.4-2)
Disini
N 10 merupakan jumlah atom P pada t = 0.
N 2 =f ( t ) exp ( −λ 2 t )
dN 2
dt
= ( dfdt −λ f ) exp (−λ t )
2 2
df
=λ N exp ( λ 2− λ1 ) t
Atau dt 1 10
Integrasi menghasilkan
λ1 N 10
f ( t )=− exp {−( λ1 −λ2 ) t }+ C
λ1 −λ2
Dimana C adalah konstanta integrasi. Jika kita menganggap bahwa pada t = 0, jumlah atom Q
N 2 = 0, maka N 2 ( 0 ) =0 yang menghasilkan
11
λ 1 N 10
C=
λ1 −λ2
λ1 N 10
f ( t )=
λ1 −λ 2
{ 1−exp (−λ 1 + λ2 ) t }
Sehingga kita dapat
λ 1 N 10
λ 1− λ2 {
N 2= exp ( −λ 2 t ) −exp (−λ 1 t ) }
Maka ………………..(3.4-
4)
Dari persamaan ini, kita lihat bahwa N 2 =0 pada t = 0. Meningkat seiring meningkatnya t
dN 2
( )
dt tm
=
λ 1 N 10
λ 1−λ2
{−λ2 exp ( −λ 2 t ) + λ 1 exp (−λ1 t ) } tm =0
λ1
exp {( λ1 −λ 2 ) t m}=
λ2
Atau
t m=
1
λ1 −λ2
In 1
λ2 ( )
N2 menjadi maksimum pada
t=t m dapat dengan mudah dicek oleh
2 2
diferensiasi kedua dari N 2 . Hal ini dapat dengan mudah terlihat bahwa d N 2 / dt
12
P λ1 Q λ 2 R λ 3 S λ 4 … … … … …
→ → → →
Tanda panah terakhir setelah S menunjukkan bahwa S juga radioaktif sehingga
rantai radioaktif berlanjut setelah S. Ini biasanya berhenti setelah beberapa langkah sampai
hasil akhir yang stabil dibentuk.
Jika
λ1 , λ 2 , λ3 dan seterusnya menunjukkan konstanta peluruhan dan
N 1 , N 2 , N 3 dan seterusnya merupakan jumlah atom pada waktu tertentu t dari unsur P, Q, R
dan seterusnya, kemudian kita dapat menulis
dN 1
=−λ 1 N 1
dt
dN 2
=λ 1 N 1−λ 2 N 2
dt
dN 3
=λ 2 N 2− λ3 N 3
dt
dN n
= λn−1 N n−1 −λn N n
dt
Bateman adalah orang pertama yang memecahkan deret persamaan diferensial.
Anggapan sederhana yang mengira bahwa pada awalnya hanya atom P yang ada, sehingga
N 2 =N 3 =N 4 =. .. . .. .. . .. .. .=0 pada t = 0.
Pertama kita menganggap kasus sederhana dari tiga deret peluruhan sehingga unsur
terakhir S stabil:
P Q R S (stabil)
Kita kemudian mendapatkan, menggunakan persamaan (3.4-4)
dN 3
=λ 2 N 2− λ3 N 3
dt
λ1 λ 2
=
λ1 −λ 2
{ exp (−λ2 t ) −exp (−λ1 t ) }−λ 3 N 3
exp ( λ 3 t )
Mengalikan dengan kita dapatkan
dN 3 d
dt { 3 ( 3 ) }
exp ( λ3 t ) +λ 3 N 3 exp ( λ 3 t )= N exp λ t
dt
λ1 λ 2
λ1 −λ 2
{ exp (−λ2 t ) −exp (−λ1 t ) } exp ( λ3 t )
=
N 3 exp ( λ3 t )=
λ1 −λ 2 {
λ1 λ2 N 10 exp ( λ 3− λ2 ) t exp ( λ3 −λ 1 ) t
λ3 −λ 2
−
λ3 −λ1 }
+C
13
λ1 λ 2 N 10
C=
Atau ( λ3 −λ 1 ) ( λ 3 −λ2 )
Sehingga kita dapatkan
N 3 =λ1 λ 2 N 10 {C1 exp ( −λ1 t ) +C2 exp ( −λ2 t ) +C3 exp (−λ3 t ) }
……………..(3.4-6)
1
C1=
Disini ( λ 2− λ1 )( λ3−λ1 )
1
C2 =
( λ 1− λ2 )( λ3 −λ 2 )
1
C3 =
( λ 1− λ3 )( λ2−λ 3)
Pada kasus yang lebih umum dari n deret peluruhan, jumlah atom dari unsur dalam
langkah ke-n ditemukan menjadi
N n =N 10 {C1 exp ( −λ1 t ) +C2 exp ( −λ2 t ) +C 3 exp (−λ3 t ) } +.. .. .+C n exp (−λ n t )
…….(3.4-
7)
Disini
λ1 λ 2 λ3 . . .. .. λ n−1
C1 =
( λ 2− λ1 )( λ3 −λ1 ) .. .. . ( λ n− λ1 )
λ 1 λ2 λ 3 .. .. . . λ n−1
C2 =
( λ 1− λ2 )( λ3 −λ 2 ) .. . .. ( λ n− λ2 )
λ1 λ 2 λ3 . .. . .. λn−1
C n=
( λ 1− λn )( λ2 −λ n ) . .. . . ( λn−1−λ n )
Dan seterusnya.
14
Konstanta peluruhan dari bahan radioaktif yang berbeda biasanya berbeda. Pada
gambar 3.4 a dan b ditunjukkan perubahan jumlah N2 terhadap waktu untuk dua kasus
λ1 λ2
¿
τ2
¿
τ1
berturut-turut ¿ λ2 ¿ dan λ1 ¿
¿ serta untuk berturut-turut τ1 ¿
¿ dan ¿ τ2 ¿ .
Gambar 3.4. (a) Peluruhan suksesif dari dua bahan radioaktif yang memiliki waktu paruh
τ1 =
1 jam untuk induk dan
τ2 = 5 jam untuk anak. (b) Keseimbangan transien untuk
dua bahan radioaktif yang memiliki waktu paruh
τ1 = 5 jam untuk induk dan
τ2 = 1 jam untuk anak.
tm (lihat persamaan 3.4-5) dan kemudian mulai menurun. Pada kasus pertama, ketika
τ2
¿
τ1 ¿
¿ , unsur anak hidup lebih lama daripada unsur induk. Dalam kasus ini, setelah jangka
mencapai maksimum, N2 menurun secara eksponensial dengan waktu paruh unsur induk
ketika t1 ≫ .
dihasilkan oleh
tm =In5|λ 1− λ2| .
15
τ1
(A) Keseimbangan Transien: pada kasus kedua yang dibahas di atas ( ¿ τ2 ¿ ),
keseimbangan transien dibentuk antara jumlah inti induk dan inti produk setelah jangka
waktu yang lama dibandingkan dengan waktu paruh dari produk ( t ≫ τ 2 ) . Secara jelas,
λ2 t ≫ 1 dalam kasus ini, sehingga eksponen (−λ2 t ) menjadi kecil dibandingkan
−λ t
eksponen ( 1 ) . Persamaan (3.4-4) dalam kasus ini menghasilkan
λ 1 N 10
N 2= exp (−λ1 t )
λ 2 −λ1 ……………………………………(3.5-1)
yang menunjukkan bahwa atom unsur anak menurun terhadap waktu paruh induk. Dari
persamaan (3.4-3) dan (3.5-1) kita dapatkan
N2 λ1
= =
N1 λ2 −λ1 konstan………………………………….(3.5-2)
selama selang waktu tersebut t ≪ τ1 penurunan jumlah atom induk (N1 ) mungkin
diabaikan. Secara jelas, λ1 t ≪ 1 dalam kasus ini, sehingga eksponen (−λ1 t )≈1 .
Persamaan (3.4-4) kemudian menghasilkan
λ 1 N 10
λ2 {
N 2= 1−exp (−λ2 t ) }
…………………………………….(3.5-
3)
Persamaan (3.5-3) menunjukkan bahwa jumlah atom anak meningkat secara
eksponensial terhadap waktu. Aktivitas unsur anak juga meningkat secara eksponensial.
Inilah yang diteliti oleh Crookes dalam penelitiannya dengan UX (lihat subbab 3.3).
Jika waktu pengamatan dibandingkan dengan lama waktu paruh dari produk anak
( t ≫ τ 2 ) , maka dapat kita tulis
λ 1 N 10
N 2= =N 2
λ2 ………………………………………………….(3.5-4)
16
2 ∝¿
N¿
Jadi jumlah atom anak mencapai harga konstan setelah jangka waktu yang
¿
¿
¿
N 2∝¿
N1
hanya perbandingan ¿ yang tetap, tetapi
N 2∝¿
¿ dan N 1 juga memiliki harga tetap.
Persamaan (3.5-5) menghasilkan
λ1 N 10 = λ2 N 2∝ ¿
¿ ………………………………………………………..(3.5-
6)
N 2∝¿
Ini menunjukkan bahwa meskipun jumlah atom anak dalam keseimbangan ( ¿ )
17
N 2∝ , N 3∝ ¿
Jika ¿ dan seterusnya merupakan jumlah atom dari deret unsur produk
dalam keseimbangan sekular, kemudian dalam waktu t ≪ τ 1 , semuanya menjadi konstan.
Semua aktivitas dapat dibuat persamaan:
3 ∝ ¿= λ 4 N 4 ∝ ¿= . . . .
2 ∝¿ = λ 3 N ¿
λ 1 N 10 = λ 2
¿
N ¿
……………………………….(3.5-
7)
Keseimbangan sekular dijaga selama unsur induk P dan produk yang berbeda tetap
bersama-sama. Jika ada produk anak yang dipisahkan dari induk, maka keseimbangan
terganggu. Jumlah atom produk lalu mulai tumbuh lagi dan mencapai harga jenuh. Ini
memungkinkan untuk memisahkan unsur produk dengan waktu paruh yang relatif pendek
dari unsur induk dengan waktu paruh yang lama secara berulang.
Sebagai contoh, ini memungkinkan untuk memisahkan radioaktif gas radon dengan
waktu paruh 3,82 hari dari unsur induk radium yang waktu paruhnya 1620 hari, setiap
beberapa hari digunakan dalam penanganan kanker. Ini mungkin disebutkan dalam
keterhubungan ini bahwa dalam praktik keseimbangan sejumlah produk dihasilkan dalam
waktu sekitar 10 – 12 waktu paruh produk.
18
Pada awalnya mereka tidak mengisolasi radioaktivitas dari barium. Ketika pada akhirnya
mereka berhasil melakukannya dengan kristalisasi kecil, mereka menemukan bahan
radioaktif baru yang kuat, yang mereka sebut radium (September, 1898). Mereka dibantu oleh
ahli kimia Prancis G.Bemont.
Berat atom radium ditentukan oleh Madam Curie yaitu 226 dan nomor atomnya Z =
88. Ini mungkin berguna untuk menyebutkan bahwa memulai dengan lebih dari satu ton bijih
campuran, Curies dapat memisahkan hanya sekitar 200 mg atau radium klorida. Ini secara
jelas menandakan besaran raksasa dari tugas mereka.
Waktu paruh polonium dan radium ditentukan yaitu masing-masing 139 hari dan
1620 tahun. Radioaktivitas unsur ini ditemukan menjadi beberapa order dari besaran yang
lebih tinggi dari uranium. Dalam kasus radium ini sekitar 3 x 106 kali tingginya.
Unsur baru lainnya actinium (Z = 89) ditemukan segera setelah penemuan polonium
(Po) dan radium (Ra) oleh Andre Debierne tahun 1899.
Po dan Ra dibuat sebagai hasil deret peluruhan dari uranium yang memiliki waktu
paruh 4,5 x 109 tahun. Karena waktu paruh Po dan Ra lebih kecil dibandingkan uranium,
maka unsur-unsur tersebut dimasukkan dalam keseimbangan sekular dengan unsur induk
uranium. Untuk alas an inilah, unsur-unsur ditemukan dalam uranium yang mengandung bijih
mineral. Karena radioaktivitasnya ditambah dengan radioaktivitas uranium, mineral
ditemukan lebih radioaktif daripada uranium murni.
Dari persamaan (3.5-7), ini menjelaskan bahwa jumlah polonium dan uranium harus
lebih kecil dibandingkan bijih uranium karena waktu paruh yang sangat lama pada akhirnya,
dibandingkan dengan dua unsur yang lain. Sebagai contoh, kita dapat menghitung jumlah
radium yang berada dalam keseimbangan sekular terhadap uranium.
Uranium alami memiliki dua isotop dengan nomor massa 235 dan 238 dengan
226 238
kelimpahan relatif masing-masing 0,7 % dan 99,3 %. Ra dihasilkan dari U. Dalam 1000
kg uranium alami jumlah atom 238U adalah
6, 025×1023
NU= ×106 ×0, 993=2,514×10 27
238
Persamaan (3.5-7) menghasilkan, karena λ=0, 693 / τ
N Ra τ Ra
=
NU τU
τ Ra N U 1620
N Ra = = 9
×2, 514×1027=9,05×1020
Atau τU 4,5×10
Maka jumlah 226Ra adalah
226
mRa =N Ra × =340
6, 025×1023 mg
19
Itu hanya sekitar 340 mg radium yang berada dalam keseimbangan sekular dengan
1000 kg uranium. Hal ini menjelaskan mengapa Curies dapat mengisolasi sejumlah kecil
radium dari sejumlah besar bijih yang telah mereka proses.
20
Gambar 3.6. Deret thorium.
Pada gambar menunjukkan deret yang berbeda, nomor atom Z meningkat sepanjang
sumbu absis, sementara nomor massa A meningkat sepanjang sumbu ordinat. Karena
peluruhan α menghasilkan penurunan A 4 unit dan Z 2 unit, jenis peluruhan ini
mengindikasikan kemiringan panah di sebelah kiri gambar. Di sisi lain, peluruhan β
menghasilkan peningkatan Z 1 unit, A tidak berubah, peluruhan diindikasikan oleh panah
horizontal sebelah kanan.
Untuk beberapa deret, Z adalah sama untuk deret anggota pada garis vertikal yang
sama, sehingga menunjukkan isotop-isotop dari unsur yang sama dengan nomor massa yang
berbeda. Contohnya adalah RaA, RaC’, RaF pada gambar 3.5, ThA, ThC’ pada gambar 3.6
dan AcA, AcC’ pada gambar 3.7 yang kesemuanya merupakan isotop dari polonium (Z = 84)
dengan A yang berbeda. F.Soddy adalah orang pertama yang menemukan (1913) adanya
isotop-isotop selama penelitiannya pada deret radioaktif secara alami. Ini sebelum
ditemukannya isotop stabil oleh J.J. Thomson (lihat Bab II).
Deret U-Ra ditunjukkan pada gambar 3.5 mulai dari isotop yang lebih berlimpah
238
U dari uranium yang memiliki waktu paruh 4,5 x 10 9 tahun. Pada gambar tersebut
ditunjukkan oleh lambang UI. Itu berubah menjadi unsur UX 1 oleh peluruhan α . Secara
234
jelas A = 234 dan Z = 90, sehingga itu merupakan isotop Th. Ini telah dilambangkan
dengan simbol UX sebelum identifikasi sebenanrnya. Waktu paruhnya adalah 24,1 hari dan
mengalami peluruhan β untuk menghasilkan UX2 yang merupakan isotop 234Pa dari unsur
proto-aktinium (Z = 91). Unsur tersebut juga radioaktif dan berubah menjadi UII ( 234U)
dengan Z = 92 melalui peluruhan α diikuti dengan deret peluruhan α dan β untuk
membentuk produk akhir RaG stabil yang merupakan isotop 206Pb dari timbal (Z = 82).
21
Deret thorium dimulai dari isotop 232Th dari thorium (Z = 90). Itu melalui peluruhan
α yang memiliki waktu paruh 1,36 x 1010 tahun. Setelah sejumlah deret peluruhan α
dan β berhenti pada produk akhir stabil 208
Pt (ThD) yang merupakan isotop dari timbale.
Hal ini ditunjukkan pada gambar 3.6.
Deret aktinium dimulai dari isotop 235
U dari uranium yang melalui peluruhan α
dengan waktu paruh 7,1 x 108 tahun. Seperti yang disebutkan sebelumnya, kelimpahan
relatifnya dalam uranium alami hanya 0,7 % dan juga disebut aktino-uranium. Setelah
peluruhan deret α dan β , deret tersebut berhenti pada isotop stabil 207
Pb dari timbal
(AcD) yang ditunjukkan pada gambar 3.7.
Ini memungkinkan bahwa pada deret Th, nomor massa dari semua nuklida dapat
dilambangkan dengan 4n dimana n adalah bilangan bulat. Nomor massa dari nuklida dalam
deret U-Ra dapat dilambagkan dengan 4n+2, n merupakan bilangan bulat. Akhirnya, pada
deret Ac, nomor massa dari semua nuklida dapat ditulis 4n+3. Sebagai contoh inti awal pada
tiga deret memiliki nomor massa:
22
Pada tabel 3.1 sampai 3.4, menunjukkan berbagai anggota empat deret tersebut.
Tabel 3.1
Deret uranium-radium (4n + 2)
** Nuklida ini menunjukkan aktivitas α dan β . Pada kolom 5, rasio percabangan cabang
α dan β diberikan.
*** 234Pam atau UZ merupakan isomer dari isotop 234Pa.
Tabel 3.2
Deret thorium (4n)
23
24
Tabel 3.3
Deret aktinium (4n + 3)
Tabel 3.4
Deret neptunium (4n + 1)
25
Pada gambar 3.5 sampai 3.7, percabangan radioaktivitas tidak ditunjukkan pada
semua kasus. Dengan demikian percabangan β -
dari RaA atau percabangan α tidak
ditunjukkan pada gambar 3.5, walaupun terdaftar pada tabel 3.1. demikian pula percabangan
β -
dari ThA atau percabangan α dari Ac tidak ditunjukkan pada gambar 3.6 dan 3.7,
tetapi masing-masing ditunjukkan pada tabel 3.2 dan 3.3.
Jika bahan radioaktif menunjukkan aktivitas α dan β , kemudian terdapat
peluang peluruhan terjadi pada dua percabangan. Konstanta peluruhan untuk kedua
percabangan adalah
λ α dan λ β . Kemudian peluang bahwa bahan atom akan mengalami
λ β dt) dalam interval waktu yang sama. Jadi peluang peluruhan total atom oleh emisi α
dan β adalah (
λ α + λ β ) dt. Jika kita menganggap N atom, total laju peluruhan
menjadi (lihat persamaan 3.3-3)
dN
= λα+ λβ
dt -( )N = -λN……………………………….(3.8-1)
λ adalah konstanta peluruhan total. Jika sebagian waktu paruh peluruhan oleh emisi
α dan β berturut-turut adalah τ α dan τ β , kemudian
In2 In2
λ α= λ β=
τα dan
τβ
Jika τ adalah rata-rata waktu paruh suatu bahan, dapat kita tulis
¿2
λ=
τ
¿2 ¿2 ¿2
= +
τ τα τ β
26
1 1 1
= +
Atau
τ τ α τ β ……………………..…………(3.8-3)
Rasio λα/ λ dan λβ/ λ menghasilkan rasio percabangan untuk dua cabang.
28
umur yang berbeda untuk keberadaannya. Atom-atom yang meluruh dalam interval t sampai
t+dt dari waktu awal mungkin diperlakukan memiliki umur rata-rata dari t. Anggap
jumlahnya adalah dN. Lalu dari persamaan (3.3-4) kita memiliki
dN =−λ Ndt =−λN 0 exp (−λt ) dt
Umur rata-rata
τ m dari semua atom yang terdapat pada suatu bahan akan menjadi
∞
−λ ∫ tN 0 exp (−λt ) dt
τm=
∫ tdN
= 0∞ =
1
∫ dN −λ ∫ N 0 exp (−λt ) dt λ
0 ……………………………..(3.11-1)
Ini akan dicatat bahwa karena waktu peluruhan atom-atom diperpanjang dari 0
samapai tak hingga, umur rata-rata bukanlah signifikansi fisika. Dalam hal praktis, konstanta
peluruhan λ dan waktu paruh peluruhan τ merupakan besaran yang lebih penting.
Menggunakan persamaan (3.3-5), kita dapatkan hubungan antara
τ m dan τ :
τ
τm= τ =0, 693 τ m …………………………………..(3.11-2)
In2 atau
29
Dikurangi dari aktivitas total A untuk t yang kecil, persamaan (3.13-2) menunjukkan
variasi In (A-A20) terhadap t merupakan garis lurus dengan kemiringan negatif (-λ 1). Ketika
memperhitungkan kembali pada t = 0, hasil tersebut harga dari A10, aktivitas awal unsur 1.
Melalui metode ini, waktu paruh dari sekitar 10-15 tahun hingga sekitar 10 18 tahun
telah ditentukan.
(iv) Pada kasus bahan-bahan pancaran α , memungkinkan untuk menentukan λ
dengan mengukur jarak partikel α yang dipancarkan dan menggunakan keterhubungan
antara jarak R dan konstanta peluruhan λ yang diberikan oleh Hukum Geiger-nuttall (lihat
Bab IV).
(v) Pada kasus emitter α yang umurnya sangat panjang, λ telah ditentukan
dengan bantuan lempeng fotografik emulsi nuklir (lihat Bab VII).
Lempeng emulsi dipenuhi dengan sejumlah bahan radioaktif yang diketahui. Setelah
interval waktu tertentu, lempengan dikembangkan dan jumlah partikel α yang terekam
dalam lempengan diukur dengan bantuan mikroskop, menggunakan keterhubungan
∆ N =−λN ∆ t , memungkinkan untuk menentukan λ.
(vi) Metode kaloremetrik juga digunakan untuk menentukan λ pada kasus bahan
yang didiskusikan pada (v) di atas. Jika semua partikel α diserap dalam kalorimeter, lalu
dengan mengukur panas yang berkembang setelah waktu ∆ t . Gunakan hubungan yang
diberikan pada (v) di atas, λ dapat ditentukan.
(vii) Untuk setiap waktu paruh yang pendek, metode di atas tidak sesuai. Untuk
bahan-bahan dalam bentuk gas dengan waktu paruh beberapa sekon, metode aliran dapat
digunakan. Gas tersebut mengalir melalui pipa dengan kecepatan tertentu v. Detektor radiasi
yang sesuai ditempatkan di samping pipa, terpisah pada jarak yang diketahui (d). waktu yang
diperlukan gas untuk mengalir dari satu detector menuju detector selanjutnya adalah d/v.
Rasioaktivitas gas, terekam oleh penurunan deret detektor, yang sama dengan exp (-λ d/v).
Dari sini, λ dapat ditentukan.
Menggunakan metode di atas waktu paruh 12B adalah 0,204 sekon.
(viii) Ketika atom induk memancarkan beberapa radiasi, partikel α atau β ,
terdapat pentalan atom anak. Jika produk anak bersifat radioaktif, maka atom pentalan
meluruh dalam perjalanannya dari tempat sumber pada satu ujung pipa yang dikosongkan ke
ujung lainnya. Jika waktu paruhnya sangat pendek, maka memungkinkan untuk mengukur
penyusutan dalam intensitas radiasi yang dipancarkan oleh atom pentalan dua deret detector
yang ditempatkan di sepanjang pipa, seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.9. metode ini
dikenal dengan metode jarak pentalan. Metode tersebut telah digunakan untuk menentukan
waktu paruh atom pentalan 214
Po (RaC’) yang diproduksi dalam peluruhan β dari 214
Bi
(RaC). Waktu paruhnya adalah 1,64 x 10-4 sekon.
30
Gambar 3.9. Metode jarak pental (rekoil) dari pengukuran waktu paruh pendek.
(ix) Pada beberapa kasus, produk pentalan yang waktu paruhnya pendek disimpan di
satu titik pada disk putar, sepanjang keliling yang ditempatkan pada rangkaian detektor yang
sesuai, ditempatkan pada interval yang teratur, seperti pada gambar 3.10. Jika disk diputar
pada kecepatan yang seragam, bahan radioaktif yang tersimpan melewati jendela dari
detektor berikutnya pada interval waktu yang teratur.
Gambar 3.10. Metode disk putar dari pengukuran waktu paruh pendek.
Intensitas radiasi yang dipancarkan oleh bahan radioaktif menurun ketika sumber
yang tersimpan beranjak dari satu detektor ke detektor selanjutnya.
Waktu paruh 216Po (ThA) telah diukur dengan metode disk putar. Waktu paruhnya
adalah 0,158 sekon.
(x) Untuk pengukuran waktu paruh yang sangat pendek (10 -3 sekon atau kurang),
metode koinsidens tertunda lebih sesuai. Pada metode ini, terdapat dua detektor untuk
mendeteksi dua kejadian yang terkait yang terjadi dalam interval waktu yang sangat pendek
212 −¿¿
satu sama lainnya. Sebagai contoh, dalam peluruhan Bi 212Po, β yang dipancarkan,
31
Metode ini dapat digunakan untuk mengukur waktu paruh sekitar 10-9 sekon. Lihat
pula subbab 6.20 dan 11.15.
Gambar 3.11. Kurva analisis peluruhan kompleks untuk campuran dua bahan
radioaktif 1 dan 2 oleh metode peeling off.
Jika A1 dan A2 merupakan aktivitas dua unsur 1 dan 2, resultan aktivitasnya adalah
A= A 1 + A2 = A10 exp (−λ1 t ) + A20 exp (−λ2 t )
…………………………(3.13-
1)
Dimana A10 dan A20 merupakan aktivitas pada saat t = 0. Pada permulaan ketika
t ≪ τ 2 , λ2t kecil sehingga exp (-λ2t) 1. Oleh karena itu dapat kita tulis untuk t
yang kecil
A= A 10 exp ( −λ 1 t ) + A 20
Atau In (A – A20) = In A10 – λ1t……………………………………….(3.13-2)
Di sisi lain, setelah waktu yang lama dibandingkan waktu paruh unsur 1 ( t ≫ τ 1 ),
aktivitas yang hilang pertama kali secara praktis:
A 1 =A 10 exp ( −λ1 t )
0
Oleh karena itu, aktivitas sampel unsur 2 hanya:
32
A= A 20 exp ( −λ 2 t )
Sehingga In A = In A20 – λ2t………………………………..(3.13-3)
Dengan demikian grafik dari aktivitas dalam plot semilog untuk t yang besar
merupakan garis lurus dengan kemiringan negatif (-λ2). Ini ditunjukkan pada bagian ekor
kurva peluruhan (bagian CD). Jika bagian ini diekstrapolasi kembali pada waktu nol, kita
dapatkan A20, aktivitas awal dari unsur 2.
Jika sekarang A20 dikurangi dari total aktivitas A untuk t yang kecil, kemudian
persamaan (3.13-2) menunjukkan bahwa variasi In (A – A20) terhadap t merupakan garis lurus
dengan kemiringan negatif (-λ1). Ketika diekstrapolasi kembali pada t = 0, hasil ini harga dari
A10, aktivitas awal dari unsur 1.
Dengan demikian kurva resultan peluruhan kompleks dipisahkan ke dalam dua
kurva peluruhan untuk dua komponen melalui metode “peeling-off” dan kesesuaian waktu
paruh τ 1 dan τ 2 dapat ditentukan.
Metode tersebut dapat dikembangkan untuk kasus lebih dari dua komponen jika
waktu paruh komponen benar-benar berbeda.
Jika waktu paruh komponen sebanding, analisisnya lebih sulit.
33
sejak pembekuan mineral yang mengandung uranium pada kulit bumi hingga waktunya
34
1 8 N U + N He
t= In
Ini menghasilkan λU 8 NU …………………………….(3.14-
3)
Dengan menghitung jumlah gas helium yang terakumilasi dalam sampel yang
238
diberikan yang mengandung sejumlah U, ini memungkinkan untuk mengukur umur t dari
mineral.
Kemungkinan bahwa gas helium diproduksi berturut-turut melalui peluruhan α
dari kedua isotop uranium 238
U dan 235
U. Terakhir memancarkan 7 partikel α sebelum
235 207
sebuah atom dari U ditransformasi menjadi isotop stabil Pb sehingga 7 atom helium
235
diproduksi masing-masing atom U yang ditransformasi. Jika dihitung, jumlah atom helium
yang keluar adalah
N He =8 N U { exp ( λ U t )−1 } +7 N ' U {exp ( λ ' U t )−1 }
………………….(3.14-
6)
Disini
λU dan λ'U berturut-turut merupakan konstanta peluruhan dari 238U dan
235
U serta
N U dan N ' U merupakan jumlah atom-atomnya dalam sejumlah material.
Metode di atas memisalkan seluruh helium, terakumulasi dalam sampel sejak awal
mulainya formasi, ditahan olehnya. Di samping itu, tidak ada gas helium dari sumber lainnya
terdapat dalam mineral. Kedua anggapan tersebut adalah salah. Beberapa gas helium
kemungkinan besar berdifusi di dalam atau di luar struktur pori batuan.
(iii) Metode kelimpahan isotopik: pada metode ini rasio kelimpahan relatif isotop
206
Pb dan 207Pb dari radiogenik asli diukur dengan metode spektroskopik massa, dimana umur
mineral dapat diperkirakan. Ini merupakan metode terbaik untuk memperkirakan umur
mineral. Ini lebih peka terhadap hilangnya bahan kimia dan mekanis suatu timah dari
204
mineral. Ketiadaan beberapa isotop Pb memastikan radiogenik asli dari dua isotop timah
206
Pb dan 207Pb dalam mineral.
(iv) Metode potassium: potassium yang terbentuk secara alami (Z = 19) memiliki
+¿¿
isotop radioaktif yang umurnya panjang 40K yang mengalami peluruhan β dan berubah
menjadi isotop stabil 40Ar dari argon (Z = 18). Waktu paruhnya 1,3 x 109 tahun. Argon alami
36 38 40
memiliki tiga isotop stabil Ar, Ar, dan Ar dengan kelimpahan relative berturut-turut
0,337%; 0,063% dan 99,6%. Jadi ratio normal 40Ar dengan 36Ar diketahui.
Jika rasio ini (diukur dengan metode spektroskopik massa) ditemukan berbeda
dalam kasus gas argon diturunkan dari potassium yang mengandung mineral, lalu dari
perbandingan rasio yang diukur dengan rasio yang diharapkan secara normal, memungkinkan
untuk memperkirakan umur mineral.
35
Terlepas dari uranium dan thorium, keberadaan isotop yang umurnya sangat lama
dari beberapa unsur sudah diketahui. Daftarnya terdapat pada tabel 3.5.
Umur mineral yang mengandung beberapa unsur tersebut telah diperkirakan,
menggunakan radioaktivitas isotopnya yang terdaftar dalam tabel.
Pada beberapa kasus, karena waktu paruhnya sangat lama, radioaktivitas dari isotop
sangat lemah sehingga sulit untuk mendeteksinya. Sehingga memungkinkan di masa yang
akan datang bahwa beberapa isotop diketahui menjadi stabil yang bersifat radioaktif dengan
waktu paruh yang sangat panjang.
Ada kelas isotop radioaktif lainnya yang terjadi di alam yang memiliki waktu paruh
relatif pendek. Meliputi 3H ( τ = 12,4 tahun), 14C ( τ = 5330 tahun) dan sebagainya.
Bagaimanapun isotop tersebut tidak memiliki kelas yang sama pada tabel 3.5 tersebut.
Padahal, yang terakhir diproduksi pada awal pembentukan dan telah bertahan dalam jangka
yang lama di alam, isotop dengan waktu paruh lebih pendek dibentuk oleh partikel energi
tinggi yang terdapat dalam sinar kosmik (lihat Bab X) pada inti stabil dari unsur berbeda
yang terdapat di atmosfer atau di dalam kulit bumi. Seiring berjalannya waktu sebuah
keseimbangan ditetapkan antara laju produksi dan laju peluruhan sehingga keseimbangan
jumlah selalu ada di alam.
14
Properti radioaktif dari isotop C telah menggunakan obyek arkeologi dalam
penentuan umur hingga sekitar 25.000 tahun. 3He dapat juga digunakan dalam penentuan
tanggal, meski aplikasi ini terbatas karena waktu paruhnya yang relatif pendek dan
kelimpahan yang sedikit.
36
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Ilmuwan yang menemukan radioaktivitas adalah ilmuwan Perancis Henri Becquerel
(1986). Radioaktivitas ditemukan hampir secara kebetulan, sama seperti penemuan sinar X
oleh Rontgen setahun sebelumnya.
2. Pemancaran sinar α mengurangi nilai massa atom oleh 4 unit partikel dan
mempengaruhi pergeserannya dalam tabel sistem periodik yaitu 2 langkah ke kiri; di sisi
lain pancaran β meninggalkan nomor massa dalam sistem tabel periodik yang digeser
satu langkah ke kanan.
3. Radioaktivitas dari unsur yang berbeda mengalami perubahan yang tidak sama dalam
kurun waktu yang sama. Laju perubahan dari atom-atom radioaktif pada saat tertentu
bergantung pada jumlah atom-atom yang terdapat dalam sampel.
4. Deret peluruhan akan berhenti ketika mencapai hasil akhir yang stabil.
5. Keseimbangan radioaktivitas meliputi keseimbangan transien dan keseimbangan sekular.
6. Currie dan timnya menemukan unsur radium melalui kristalisasi kecil pada September
1898 setelah ditemukannya polonium dan barium.
7. Setiap deret radioaktif berakhir pada isotop-isotop stabil yang ditemukan oleh F.Soddy
(1913).
8. Sebagian besar unsur-unsur radio alam berubah baik melalui peluruhan α atau β -.
Pada sebagian kasus transformasi α dan β diamati untuk isotop yang sama dengan
rasio percabangan tertentu untuk cabang α dan β . Rasio λα/ λ dan λβ/ λ
menghasilkan rasio percabangan untuk dua cabang.
9. Gas radon ditemukan oleh Rutherford dan Soddy dengan mencairkan gas tersebut melalui
pendinginan hingga -150o C.
226
10. Satuan radioaktivitas ditetapkan sebagai jumlah peluruhan yang terjadi pada 1 gm Ra
oleh emisi partikel α dalam 1 sekon. Satuan tersebut dinamakan Curie. 1 currie = 3,7 x
10 10 peluruhan per sekon.
11. Konstanta peluruhan memiliki harga yang berbeda untuk bahan radioaktif yang berbeda.
Demikian pula umur bahan radioaktif tersebut.
12. Pengukuran konstanta peluruhan dari suatu bahan radioaktif dapat dilakukan melalui
beberapa metode, antara lain metode langsung, kalorimetrik, aliran, jarak pentalan, disk
putar, dan sebagainya.
13. Kurva resultan peluruhan kompleks dipisahkan ke dalam dua kurva peluruhan untuk dua
komponen melalui metode “peeling-off” dan kesesuaian waktu paruh τ 1 dan τ 2 dapat
ditentukan. Metode tersebut dapat dikembangkan untuk kasus lebih dari dua komponen
jika waktu paruh komponen benar-benar berbeda.
37
14. Penentuan umur geologi mineral dan batuan melalui beberapa metode, yaitu metode timah,
helium, kelimpahan isotopik, dan potassium.
15.
38
DAFTAR PUSTAKA
Goshal, S.N. 2002. Nuclear Physics. New Delhi: S.CHAND & COMPANY LTD.
39