Anda di halaman 1dari 3

Khutbah I jaminan mendayagunakan akal (hifdhul 'aql),

jaminan kepemilikan harta (hifdhul mâl), dan


terjaganya kesucian keluarga (hifdhun nasl).
Beberapa hal pokok inilah yang lazim disebut
maqâshidus syarî‘ah.

mat Islam, juga seluruh umat manusia


lainnya, masing-masing memiliki hak untuk
hidup yang wajar. Sebagai implementasi dari
nilai-nilai utama tadi, mereka seyogianya
mendapat keleluasaan dalam mencari ilmu,
beribadah, mengekspresikan pikiran,
berkarya, dan sejenisnya. Jaminan tersebut
wajib ada selama dilaksanakan dalam
kerangka kemasyarakatan yang bertanggung
jawab. Apabila kebebasan tersebut
dirampas secara zalim maka sangatlah wajar
sebuah perlawanan dan pembelaan
kemudian mengemuka.

Jamaah shalat Jum’at yang dirahmati Allah,

Kaum Muslimin patut bangga memiliki


ajaran yang begitu memuliakan manusia.
Islam lahir dari latar sejarah bangsa Arab
yang melanggar moralitas perikemanusiaan:
fanatisme kesukuan yang parah, pelecehan Artinya: “Telah diizinkan (berperang) bagi
terhadap perempuan, perang saudara, orang-orang yang diperangi, karena
perampasan hak milik orang lain, perjudian, sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan
dan lain sebagainya. Dalam ajarannya pun, sesungguhnya Allah, benar-benar Maha
komitmen tersebut juga sangat jelas. Allah Kuasa menolong mereka itu. (Yang teraniaya
berfirman, wa laqad karramnâ banî itu adalah) orang-orang yang telah diusir dari
âdam (sungguh telah Kami muliakan kampung halaman mereka tanpa alasan
manusia). Islam juga menjamin kehidupan yang benar, kecuali karena mereka berkata
yang berkeadilan, aman secara jasmani dan "Tuhan kami hanyalah Allah".
ruhani, serta merdeka dari belenggu
penindasan. Dalam tradisi ushul fiqih, kita Jika kita perhatikan secara seksama, Surat
mengenal prinsip-prinsip yang haram Al-Hajj ayat 39-40 ini menegaskan bahwa
dilanggar, yakni hak hidup (hifdhun nafs), tiap orang memiliki hak atas kampung
terjaganya kehidupan agama (hifdhud din), halaman, rumah, tempat tinggal, tanah air
yang dalam bahasa Al-Qur’an disebut dari semangat tersebut. Resolusi Jihad
diyârihim (berasal dari kata dâr, rumah). adalah deklarasi perang kemerdekaan
Sebab itu, tatkala mereka diusir atau sebagai “jihad suci” yang digelorakan para
dirampas hak-haknya, Allah memberi kiai di Indonesia pada 22 Oktober 1945 guna
kewenangan mereka untuk membela diri. menghadang pasukan Inggris (NICA) yang
Mengapa demikian? Karena kampung hendak menjajah Indonesia. Berkat
halaman atau tanah air adalah tempat perjuangan yang gigih, gelora keislaman
berpijak untuk melaksanakan kehidupan yang tinggi, serta riyadlah dan doa para
secara wajar dan aman sebagai manusia ulama, serangan NICA dapat digagalkan dan
yang dimuliakan di buka bumi. Tanah air bangsa Indonesia tetap merdeka hingga kini
adalah tempat untuk mencari nafkah, sejak Proklamasi Kemerdekaan pada 17
makan, berkeluarga, menunaikan kewajiban Agustus 1945.
agama, bermasyarakat, mengembangkan
pendidikan, dan seterusnya. Sebagian ulama tersebut bahkan tak hanya
memimpin perlawanan, tapi juga aktif
Jamaah shalat Jum’at rahimakumullâh, bergerilya, menyusun strategi, bahkan
perang fisik secara langsung dengan pasukan
Begitu pula yang diteladankan Rasulullah. musuh. Umat Islam sadar bahwa membela
Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi tanah air dari penindasan adalah bagian dari
wasallam bersama para sahabat berjuang perjuangan Islam, yang nilai maslahatnya
keras melindungi hak-hak mereka. Mereka akan dirasakan oleh jutaan orang. Terlebih
berperang bukan semata hanya untuk saat Resolusi Jihad dikumandangkan,
menyerang. Mereka berperang karena Indonesia adalah negara yang baru dua
sedang diserang dan melawan kezaliman bulan berdiri.
kaum Musyrik Quraisy yang merenggut
kebebasan kaum Muslim dalam bertauhid Para ulama dan cendekia Muslim sadar
dan hidup tanpa gangguan siapa pun. betul, bahwa sebagai makhluk sosial
Artinya, umat Islam berperang justru karena kehadiran negara merupakan sebuah
tak menginginkan perang itu terjadi sama keniscayaan, baik
sekali di muka bumi. secara syar’i maupun ‘aqli, karena banyak
ajaran syariat yang tak mungkin
Semangat serupa juga dikobarkan para dilaksanakan tanpa kehadiran negara. Oleh
ulama-ulama kita era pra-kemerdekaan karena itu, al-Imam Hujjatul Islam Abu
Indonesia. Selama proses penjajahan Jepang Hamid al-Ghazali dalamIhyâ’ ‘Ulûmid
dan Belanda, penduduk pribumi tak aman Dîn mengatakan:
dan tak nyaman di tanah air sendiri. Mereka
tersingkir dari kehidupan yang layak: susah
belajar, susah makan, susah bekerja, dan
susah beribadah. Berbagai kekejaman dan
kezaliman inilah mendorong para ulama
bersama umat Muslim, dan para pahlawan
lain untuk mengusir kaum kolonial. Kalau
kita pernah mendengar “Resolusi Jihad” “Kekuasaan (negara) dan agama merupakan
maka itu adalah salah satu cerminan nyata dua saudara kembar. Agama adalah
landasan, sedangkan kekuasaan adalah rakyat ialah taat kepada pemimpin
pemelihara. Sesuatu tanpa landasan akan sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran
roboh. Sedangkan sesuatu tanpa pemelihara Islam.
akan lenyap.”
Jamaah shalat Jum’at rahimakumullâh,
Jamaah shalat Jum’at rahimakumullâh,
Kita patut bersyukur bahwa negara kita,
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Indonesia, cukup aman dibanding sebagian
yang kini kita diami adalah hasil kesepakatan negara di belahan lain dunia. Umat Islam di
bangsa (mu’ahadah wathaniyyah), dengan sini dapat menjalankan ibadah dan
Pancasila sebagai dasar negara. Ia dibangun menuntut ilmu agama dengan tenang
atas janji bersama, termasuk di dalamnya kendatipun berbeda-beda madzhab dan
mayoritas umat Islam. Bahkan, sebagian kelompok. Kita juga relatif bebas dari
perumus Pancasila adalah para tokoh dan kekangan di Tanah Air dalam menjalankan
ulama Muslim. Karena itu, sebagai penganut hidup sehari-hari. Udara kemerdekaan ini
agama yang sangat menghormati janji, adalah karunia besar dari Allah subhanahu
seluruh umat Islam wajib mentaati dasar wata’ala.Jangan sampai kita baru
tersebut, apalagi tak nilai-nilai di dalamnya merasakan kenikmatan luar biasa ini setelah
selaras dengan substansi ajaran Islam. rudal-rudal berjatuhan di sekeliling kita,
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi tank-tank perang berseliweran, tempat
wasallam bersabda: ibadah hancur karena bom, atau konflik
berdarah antara-saudara sesama
bangsa. Na’ûdzubillâhi min dzâlik.

Mari kita syukuri kemerdekaan ini dengan


Artinya: “Kaum Muslimin itu berdasar pada hamdalah, sujud syukur, dan mengisinya
syarat-syarat (kesepakatan) mereka.” (HR dengan kegiatan-kegiatan positif. Kita
Al-Baihaqi dari Abi Hurairah) mungkin tak lagi sedang berperang secara
fisik sebagaimana ulama-ulama dan
Indonesia memang bukan Negara Islam pahlawan kita terdahulu, tapi kita masih
(dawlah Islamiyyah), akan tetapi sah punya cukup banyak masalah kemiskinan,
menurut pandangan Islam. Demikian pula kebodohan, korupsi, kekerasan, narkoba,
Pancasila sebagai dasar negara, walaupun dan lain-lain yang juga wajib kita perangi.
bukan selevel syari’at/agama, namun ia
tidak bertentangan, bahkan selaras dengan
prinsip-prinsip Islam. Sebagai konsekuensi
sahnya NKRI, maka segenap elemen bangsa
wajib mempertahankan dan membela
kedaulatannya. Pemerintah dan rakyat
memiliki hak dan kewajibannya masing-
masing. Kewajiban utama pemerintah ialah
mewujudkan kemakmuran dan
kesejahteraan rakyatnya secara berkeadilan
dan berketuhanan. Sedangkan kewajiban

Anda mungkin juga menyukai