Makalah KWN
Makalah KWN
NASIONAL DI INDONESIA
Disusun oleh:
NIM : I1C016008
JURUSAN FARMASI
PURWOKERTO
2017
Analisis Persoalan Berita Hoax Terhadap Ketahanan Nasional Di Indonesia
A. Latar Belakang
Masyarakat sering mendapat kiriman pesan di media sosial yang berisi berita
dengan konten kebencian terhadap pihak tertentu. Bulan Agustus lalu, polisi berhasil
tersangka, Sri Rahayu Ningsin (SRN), pada 5 Agustus 2017 karena kasus penghinaan
pada Presiden Jokowi. Akun Facebook yang digunakan Sri untuk menyebarkan berita
hoax ternyata masih aktif padahal sudah di-takedown oleh penyidik sehingga diusut
orang yang memulihkan akun tersebut. Dari penyelidikan didapat seorang tersangka,
Jaspriadi, yang memiliki kemampuan di bidang IT telah memulihkan akun Sri. Jaspriadi
terkait dengan tiga orang lain yang sebelumnya ditangkap dalam kasus ujaran kebencian
yaitu Sri Rahayu, Ropi Yatsman, dan M. Faisal Tanong. Ternyata mereka merupakan
anggota suatu kelompok Saracen yang selama ini sering menyebarkan berita hoax di
media sosial. Kelompok ini menggunakan lebih dari 2000 akun media sosial untuk
menyebarkan berita hoax. Bahkan, terdapat 800.000 akun yang tergabung dalam
kelompok Saracen.
Saracen menjual konten hoax yang mereka buat. Media sosial yang dimiliki
Saracen akan mengunggah berita atau konten yang tidak sesuai dengan kebenarannya.
Unggahan dilakukan sesuai dengan pesanan dalam proposal yang diajukan. Menurut
Kepala Bagian Mitra Divisi Humas Polri, Kombes Pol Awi Setiyono, harga per paket
2
konten hoax sekitar Rp72 juta. Biaya tersebut meliputi biaya pembuatan situs, membayar
buzzer, membayar ‘wartawan’ penulis artikel pesanan, dan sisanya untuk Jaspriadi, sang
ketua.
mengangkat kasus ini dalam makalah. Saracen dinilai membahayakan keutuhan NKRI
karena dapat mengadu domba beberapa pihak dan memecah belah persatuan. Selain itu,
kasus berita hoax ini menyebar di media sosial yang ramai digunakan oleh mayoritas
remaja seperti penulis sehingga menarik penulis untuk mengangkat masalah berita hoax
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan, dapat dibuat rumusan masalah:
C. Pembahasan
1. Pengertian Hoax
Hoax menjadi suatu isu dan perbincangan hangat di media massa maupun
media jejaring sosial belakangan ini yang dianggap meresahkan publik dikarenakan
informasi tersebut yang tidak tau kebenarannya. Hoax memiliki banyak arti yaitu
tipuan, menipu, kabar burung, berita bohong, pemberitaan palsu, atau informasi palsu.
Secara umum, hoax dapat diartikan sebagai sebuah pemberitaan palsu untuk menipu
korban hoax adalah warga yang menggunakan internet. Hal ini bertujuan menggiring
3
opini dan kemudian membentuk persepsi terhadap suatu informasi (Prasanti &
Fitriani, 2017).
oleh masyarakat sekitar, dan untuk menikmati kesenangan dalam kebohongan yang
diciptakan tentunya dengan memanfaatkan teknologi yang serba canggih ini. Banyak
sumber yang menyebutkan bahwa kata hoax pertama kali digunakan oleh orang
orang Amerika yang mengacu pada sebuah judul film “The Hoax” pada tahun 2006
yang disutradarai oleh Lasse Hallstrom. Film ini dinilai mengandung banyak
kebohongan, sejak saat itu istilah ”hoax” muncul setiap kali ada sebuah pemberitaan
palsu atau sebuah informasi yang belum tentu kebenarannya. Sedangkan menurut
Robert Nares, kata hoax muncul sejak abad 18 yang merupakan kata lain dari “hocus”
Istilah hoax yang marak saat ini disebabkan arus penyebaran informasi
yang tidak tersaring secara baik, cepatnya informasi tersebar ke khalayak tidak
tersebar hanyalah berita bohong demi keuntungan pihak tertentu semata, oleh sebab
itu kita harus cermat & bijak dalam memperoleh informasi (Harley, 2008).
2. Ciri-Ciri Hoax
Menurut David Harley dalam buku Common Hoaxes and Chain Letters
semua orang yang Anda tahu, jika tidak, sesuatu yang tidak menyenangkan akan
4
terjadi”. Kedua, informasi hoax biasanya tidak menyertakan tanggal kejadian atau
tidak memiliki tanggal yang realistis atau bisa diverifikasi, misalnya "kemarin" dan
sebuah kejelasan. Kemudian yang ketiga, informasi hoax biasanya tidak memiliki
tanggal tersebut juga tidak akan membuktikan apa-apa, tetapi dapat menimbulkan
efek keresahan yang berkepanjangan. Keempat, tidak ada organisasi yang dapat
tetapi biasanya tidak terkait dengan informasi. Siapapun bisa mengatakan: "Saya
lainnya)”.
Ciri-ciri informasi hoax dan email berantai yang dikemukakan Harley sesuai
tidak mencantumkan sumber yang valid dan memakai nama-nama perusahaan besar.
tersebut bukan hoax, keempat ciri-ciri ini setidaknya dapat membantu kita dalam
Berbicara mengenai ketahanan informasi nasional tentu tidak akan lepas dari
ketahanan nasional itu sendiri. Ketahanan nasional sebagai istilah yang mulai dikenal
dan dipergunakan pada permulaan tahun 1960-an. Istilah ketahanan nasional untuk
5
pertama kali dikemukan oleh Presiden Republik Indonesia, Soekarno. Kemudian
pada tahun 1962 mulai diupayakan secara khusus untuk mengembangkan gagasan
ketahanan nasional di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat Bandung (Amal
Ketahanan nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa, yang berisi
hambatan dan tantangan, baik yang datang dari luar maupun dari dalam negeri, yang
hidup bangsa dan negara serta perjuangan dalam mengejar tujuan nasional Indonesia
(Suradinata, 2005). Perlu diketahui juga bahwa ketahanan nasional ini berdampak
Lembaga ini membawa misi untuk mencoba menggali jaringan yang dapat
dengan berbagai sumber daya jauh seperti komputer dan sumber data yang besar.
sehingga mampu mencakup puluhan juta orang dan ribuan jaringan (Wahyudin &
Karimah, 2016).
berbagai bidang, seperti politik, hiburan, pendidikan, dan perekonomian. Tak hanya
6
pengguna secara global, pertumbuhan pengguna internet di Indonesia turut
mencapai 82 juta orang. Dengan angka tersebut, Indonesia berada di peringkat ke-8
Internet merupakan salah satu media komunikasi yang popular dan disukai
oleh para pencari informasi dikarenakan aksesnya yang cepat dan selalu
merupakan jaringan dari ribuan komputer yang menjangkau jutaan orang di seluruh
dunia. Tak hanya menjadi sarana penelitian untuk mengakses data dari berbagai
sumber, saat ini internet telah menjadi media komunikasi yang cepat dan
membedakan internet dengan media massa lainnya. Setiap orang dapat mengakses
berinteraksi melalui sebuah jaringan, seperti Yahoo Mail, Google Talk, Facebook,
dan Twitter. Suatu kelompok yang berbasis internet biasanya didasari oleh
minat yang sama terhadap suatu jenis informasi. Berbagai jenis bidang yang
membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 dan memungkinkan
7
Ada banyak media yang dapat diklasifikasikan sebagai media sosial.seperti
forum internet, majalah, weblog, blog sosial, microblogging, wiki, podcast, foto
atau gambar, video, peringkat, dan bookmark sosial (Wahyudin & Karimah, 2016).
Berikut ini adalah ciri-ciri yang dimiliki oleh media sosial (Gamble &
Gamble, 2002):
a. Pesan yang disampaikan tidak hanya untuk satu orang saja namun untuk
Sejak 1978, media sosial telah ditemukan, yakni berupa papan buletin
Lalu munculah beberapa situs jejaring sosial, seperti geocities (1995), sixdegress.com
tetbilang sangat pesat karena setiap orang bisa mendaftarkan dirinya untuk
memilik satu atau semua jenis media sosial yang disebutkan di atas. Seorang
pengguna media sosial bisa mengakses media sosial menggunakan jaringan internet
pun beragam, mulai dari berbagai pemikiran dalam bentuk kata-kata, foto, video, dan
yang berbasis di Singapura) melansir informasi penggunaan internet dan media sosial
di Indonesia pada tahun 2014. Dari 255.5 juta total penduduk Indonesia, tenyata
terdapat 72.7 juta merupakan pengguna aktif internet. Fakta yang lebih
8
memiliki minimal satu akun media sosial, yakni sebanyak 72 juta jiwa. Angka ini
bukan jumlah akun media sosial yang dimiliki dengan pengguna Indonesia.
Sebanyak 72 juta penduduk yang merupakan pengguna aktif media sosial merupakan
28% dari total populasi jiwa di Indonesia. Total pengguna aktif media sosial ini
baik, berada dalam usia yang sudah bisa membaca dan mempunyai akses internet
dibuktikan dengan tingginya tingkat akses media sosial dari ponsel, yakni
sebanyak 62 juta. Jumlah pengguna ponsel untuk mengakses media sosial ini adalah
24% dari total populasi jiwa di Indonesia. Media sosial yang paling banyak
pengguna yang dilaporkan pada dua kuartal lalu. Facebook tidak memberikan
mengirimkan pesan baik secara individu maupun berkelompok dalam satu grup,.
Posisi grup disusun oleh Twitter sebanyak 11%. Pada maret 2015, CEO Twitter,
9
jumlahnya mencapai 50 juta pengguna. Ia mengklaim juga memberikan banyak
orang sehingga menjadi wadah untuk membicarakan hal yang sedang terjadi.
Selain Facebook, Whatsaap, dan Twitter, facebook messenger juga merupakan media
sosial yang aktif digunakan di Indonesia, sebanyak 9%. Kemudian digunakan oleh
Google+ (9%), Linked (7%), Instagram (7%), Skype (6%), Pinterest (6%), dan Line
melihat berita yang disebar orang lain. Bukan hanya berita yang benar-benar terjadi,
berita yang mengandung informasi bohong juga dapat tersebar karena tidak adanya
filter berita. Informasi atau berita hoax jelas memperlemah Ketahanan Informasi
Nasional karena masyarakat sangat rentan gesekan akibat informasi hoax yang ada.
Seperti jika melihat kondisi saat ini, banyak sekali berita-berita terutama di media
online yang diunggah oleh akun, website, dan situs yang tidak jelas dan
Menurut Juni Tristanto L. Putra, Peneliti Lapangan LSI Area Jawa Timur, di
era digital, setiap orang bisa dengan bebas menulis artikel, opini, berita dan lain-lain
kemudian menggunggahnya. Sebenarnya ini menjadi salah satu dampak positif jika
artikel, opini, berita yang ditulis bisa menginspirasi, menambah pengetahuan, dan
membawa banyak kemanfaatan untuk orang lain. Namun, menjadi kontradiktif jika
kemudian yang ditulis merupakan sesuatu yang sifatnya hoax dan tujuannya untuk
hal-hal yang tidak baik. Hal tersebut tentunya akan sangat merugikan bagi yang
menjadi korban jika berita hoax berhasil memprovokasi masyarakat untuk bertindak
10
negatif dan anarkis, maka pasti akan banyak masalah yang timbul di NKRI (Prasanti
Hoax telah menjadi momok nasional yang harus diperangi bersama, karena
dampak yang ditimbulkan begitu masif dan sangat merugikan banyak pihak, baik itu
secara reputasi, materi, hingga mengancam nyawa. Berita bohong, apalagi fitnah
masyarakat dan hal itu dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa (Prasanti
politik dan sosial, juga pada masalah agama, SARA, bahkan masalah pribadi
sekalipun turut meramaikan ruang di media sosial (Wahyudin & Karimah, 2016).
diskusi, dan silang pendapat tentang isu-isu politik di media sosial tersebut telah
penghormatan kepada orang lain, empati kepada lawan bicara, dan antisipasi atas
bersikap, serta tanggung jawab atas setiap ucapan yang hendak atau sedang
11
disampaikan. Namun yang terjadi di media sosial dewasa ini adalah tren yang
sebaliknya.
informasi atau analisis tentang orang tersebut. Dan, begitu sering orang terlambat
yang berkembang di media sosial adalah tidak adanya kedewasaan dan sikap
bertanggung jawab pengguna media sosial. Tampak jelas bahwa telah terjadi
krisis etika berkomunikasi melalui media sosial (Wahyudin & Karimah, 2016).
media, terutama media sosial masih rendah. Makanya, tidak heran jika penipuan
lewat internet dan cyber crime-nya meningkat. Akses ke pornografi meningkat dan
mudah, berita bohong (hoax) serta caci maki di media sosial alias cyber bullying
besar masyarakat Indonesia lebih banyak untuk membahas hal yang bersifat
persaudaraan atas dasar keragaman. Padahal, media sosial sejatinya dapat menjadi
12
dalam berkomunikasi dan menciptakan ruang untuk menciptakan diseminasi
etika komunikasi untuk mencari standar etika apa yang harus digunakan oleh
komunikator dan komunikan dalam menilai di antara teknik, isi dan tujuan
pandai-pandai memilih berita yang akan dibaca dan dishare sebagai sebuah informasi
seringkali secara sadar atau tidak membuat perasaan banyak pihak terbawa karena
telah membaca isi berita hoax tersebut. Sehingga membuat pembaca semakin
dan situs berita hoax juga tidak jelas serta tidak meyakinkan. Jadi kita juga perlu
memahami hal-hal tersebut supaya kita bisa membedakan antara berita yang memang
tidak mudah tertipu dan tidak mudah terprovokasi dengan banyaknya berita-berita
Bagi pemerintah, harus lebih intens memfilter situs, web, dan akun yang
memberikan punishment karena, menurut data Kominfo, Februari 2017, tercatat ada
800.000 situs di Indonesia yang terindikasi sebagai penyebar berita palsu dan ujaran
kebencian (hate speech). Jumlah tersebut jelas tidak sedikit. Satu situs saja yang
menyebarkan berita hoax maka akan sampai pada ribuan bahkan jutaan pembaca.
Apalagi 800.000 situs, tentu akan semakin banyak juga efek negatif yang akan
13
Selain memberikan punishment, pemerintah juga harus menggunakan cara-
cara lain yang sifatnya lebih persuasif kepada masyarakat, dengan tujuan agar
media yang tidak berimbang terhadap sesuatu hal, juga menjadi pemicu munculnya
berita hoax, karena jika media memiliki kecenderungan dalam memberitakan sesuatu
dan tidak berimbang, maka pasti akan timbul pihak-pihak yang pro dan kontra atas
pemerintah juga memberikan arahan kepada semua media supaya selalu berimbang
Nasional atau daerah, harus ada perbaiki dulu moralitas dan mentalitas masyarakat.
Perbaikan tersebut bisa dimulai dari pribadi masing-masing. Moral dan mental yang
baik akan lebih bisa mengontrol semua tindakan yang akan kita lakukan dan tidak
akan ada lagi oknum-oknum penyebar berita hoax. Dengan sendirinya, mereka dapat
memahami tentang arti pentingnya sebuah berita yang bisa merubah mindset dan bisa
membangun opini bagi pembacanya. Mereka akan berfikir ulang untuk menyebarkan
berita hoax tersebut. Selain itu, dalam rangka memperkuat Ketahanan Informasi
Nasional, masyarakat juga harus jeli dalam membaca berita, supaya tidak terjebak
oleh informasi yang ternyata hanya hoax (Prasanti & Fitriani, 2017).
kuat atau tidaknya ketahanan nasional NKRI. Apabila Ketahanan Informasi lemah,
maka negara akan mudah disusupi oleh berita-berita hoax yang akan memperlemah
14
NKRI. Begitu juga sebaliknya, jika ketahanan informasi NKRI kuat, maka tidak akan
ada lagi berita hoax yang bisa melemahkan ketahanan nasional NKRI. Hoax bisa
diredam dengan kesadaran yang muncul di dalam diri kita sendiri (Prasanti & Fitriani,
2017).
b. Melakukan filterisasi kognitif pada pesan yang diterima agar terhindar dari berita
d. Bersikap aktif dalam melakukan crosscheck atau hasil dari pesan informasi
tersebut.
dalam Encylcopedia Britannica yang terbit tahun 1972, bahwa secara etimologi
Etika berasal dari bahasa Yunani, Ethos yang berarti karakter. Definisi Etika
menurut terminologi adalah studi yang sistematis dari konsep-konsep nilai baik,
buruk, harus, benar, salah dan sebagainya atau tentang prinsip-prinsip umum yang
membenarkan kita dalam penerapannya didalam segala hal, disebut juga filsafat
moral (dari kata latin “mores” yang artinya adat istiadat). Etika mencoba untuk
meneliti tingkah laku manusia yang dianggap merupakan cerminan dari apa
yang terkandung dalam jiwanya atau dalam hati nuraninya. Contohnya: manusia
Semua pihak pasti sepakat proses berkomunikasi pada level mana pun
tak mungkin berjalan tanpa etika. Tanpa dilandasi etika, praktik bermedia akan
15
mengarah pada kekacauan. Pada akhirnya, masyarakat yang menanggung kerugian
sosial politik secara jernih dan obyektif, justru jadi ajang persitegangan dan
mencari standar etika apa yang harus digunakan oleh komunikator dan
komunikan dalam menilai di antara teknik, isi dan tujuan komunikasi di media
D. Kesimpulan
1. Hoax telah menjadi momok nasional yang harus diperangi bersama karena dampak
yang ditimbulkan begitu masif dan merugikan banyak pihak, baik itu secara reputasi,
materi, hingga mengancam nyawa. Berita bohong, apalagi fitnah memang sangat
2. Saat menerima berita dari media sosial, masyarakat harus melakukan crosscheck
terlebih dahulu agar terhindar dari berita hoax. Selain itu, pengguna media sosial
16
harus menggunakan etika dalam berkomunikasi agar berita-berita hoax tidak tersebar
lebih jauh.
E. Saran
agar dapat memfilter setiap informasi yang diterima. Apabila setiap masyarakat
membaca dengan baik dan memahami informasi yang diterima kemudian melakukan
crosscheck, maka berita hoax tidak akan memunculkan konflik dalam kehidupan
17
DAFTAR PUSTAKA
Amal, I. & Armawi, A., 2005, Keterbukaan Informasi dan Ketahanan Nasional, Gadjah
Baihaki, E., 2016. Media Sosial dan Intoleransi, Pikiran Rakyat Edisi 3 Agustus 2016.
Ervianto, T., 2017, Fenomena Apakah Saracen Itu, Detiknews 27 Agustus 2017.
Gamble, T. K. & Gamble, M., 2002. Communication Works Seventh Edition, McGraw Hill,
New York.
Harley, 2008, Common Hoaxes and Chain Letters, ESET, San Diego.
Prasanti, D. & Fitriani, D. R., 2017, Membangun Ketahanan Informasi Nasional dalam
Santoso, A., 2017, Saracen Penyebar Konten Sara yang Dapat Memecah Belah Bangsa,
Sudibyo, A., 2016, Etika Bermedia dan Kontroversi Politik, Kompas Edisi 18 Oktober 2016.
Suradinata, E., 2005, Hukum Dasar Geopolitik dan Geostrategi dalam Kerangka Keutuhan
Wahyudin, U. & Karimah, K. E., 2016, Etika Komunikasi di Media Sosial, Prosiding
18