Anda di halaman 1dari 12

Penelitian Kuantitatif

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Seiring perkembangan zaman membuat berbagai hal di dunia ini semakin maju dengan
pesatnya. Modernitas itu terjadi bukan hanya mencakup media yang menjadi alat
penyampaiaannya saja melainkan mencakup semua aspek kehidupan sehari-hari; dunia politik,
sampai pada dunia keilmuan.
Dalam perkembangannya, keilmuan yang mengkaji tentang sains memiliiki peranan
penting dalam perkembangan zaman itu sendiri. Keilmuan yang terus berkembang membuat
manusia yang memiliki fitrah dengan rasa keingin tahuannya terus menerus berinovasi baik atas
hal-hal yang baru maupun mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang belum terpecahkan.
Dalam prosesnya, manusia menggunakan keilmuan sebagai alat mencari kebenaran.
Kebenaran keilmuan dapat dibenarkan melalui berbagai cara, salah satunya dengan penelitian.
Penelitian merupakan kegiatan keilmuan yang urgen dan sangat diminati dalam berbagai
aktivitas keilmuan, terlebih dalam dunia akademik. Penelitian menjadi hal penting yang harus
dilakukan oleh insan akademis guna menunjang tugas-tugas akademikaya. Namun bukan hanya
itu, penelitian menjadi tolak ukur keberhasilan suatu proses pendidikan dan lebih luasnya lagi
menjadi tolak ukur kemajuan suatu bangsa dalam bidang pembangunan sumber daya mausia.
Yang menjadi salah satu penghambat kemajuan budaya meneliti adalah kurangnya pengetahuan
tentang metode penelitian itu sendiri sehingga banyak orang terutama para insan akademis
melakukan penelitian yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah metodologi penelitian yang benar.
Oleh karena itu, penulis dalam makalah ini akan membahas tentang salah satu bentuk metodologi
penelitian yang sering digunakan dalam proses penelitian yaitu metodologi penelitian kuantitatif.
Penulis juga akan membahas tentang keunggulan dan kelemahan dari penelitian kuantitatif.

1.2 Rumusan Masalah


a) Apa yang dimaksud dengan penelitian kuantitatif?
b) Bagaimana Langkah-Langkah Penelitian dengan Metode Kuantitatif?
c) Apa Saja Syarat yang menetapkan suatu Metode Penelitian Kuantitatif?
d) Apa Kelebihan dan Kekurangan Metode Penelitian Kuantitatif?

1.3 Tujuan Penulisan


a) Mengetahui Pengertian Penelitian Kuantitatif
b) Mengetahui Langkah-Langkah Penelitian dengan Metode Kuantitatif
c) Mengetahui Syarat yang Menetapkan suatu Metode Penelitian Kuantitatif
d) Mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Metode Penelitian Kuantitatif

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Menurut Ari Kunto penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan angka
mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta terhadap hasilnya (Ari Kunto, 1992).
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa penelitian kuantitatif adalah penelitian yang data-
datanya berupa angka dan data-data yang diangkakan kemudian data dikumpulkan dalam bentuk
angka dan ditafsirkan kedalam bentuk angka juga.

2.2. Langkah-Langkah Penelitian


Setiap metode penelitian pasti memilki langkah-langkah untuk melaksanakan
penelitiannya begitu juga dengan penelitian kuantitatif. Langkah-langkah penelitian kauntitatif
adalah sebagai berikut:

2.2.1 Latar Belakang Masalah


Latar belakang masalah memuat hal-hal yang menarik untuk melakukan penelitian, biasanya
kerana adanya kesenjangan antara yang seharusnya dan kenyataan. Dalam bagian ini dimuat
deskripsi singkat wilayah penelitian dan juga jika diperlukan hasil penelitian penyelidik
sebelumnya. Secara rinci latar belakang (Wardi Bachtiar:1997) berisi:
a. Argumentasi mengapa masalah tersebut menarik untuk diteliti dipandang dari bidang
keilmuan/maupun kebutuhan praktis.
b. Penjelasan akibat-akibat negatif jika masalah tersebut tidak dipecahkan.
c. Penjelasan dampak positif yang timbul dari hasil-hasil penelitian
d. Penjelasan bahwa masalah tersebut relevan, aktual dan sesuai dengan situasi dan kebutuhan
zaman
e. Relevansinya dengna penelitian-penelitian sebelumnya
f. Gambaran hasil penelitian dan manfaatnya bagi masyarakat atau negara dan bagi
perkembangan ilmu.
2.2.2 Identifikasi, Pemilihan dan Perumusan Masalah
a. Identifikasi Masalah
Masalah penelitian dapat diidentifikasi sebagai adanya kesenjangan antara apa yang seharusnya
dan apa yang ada dalam kenyataan, adanya kesenjangan informasi atau teori dan sebagainya.
b. Pemilihan Masalah
1). Mempunyai nilai penelitian (asli, penting dan dapat diuji)
2). Feasible/dapat dilaksanakan (biaya, waktu dan kondisi)
3). Sesuai dengan kualifikasi peneliti.
4). Menghubungkan dua variabel atau lebih (Nazir: 1988)
c. Sumber Masalah
Bacaan, seminar, diskusi, pengamatan, pengalaman, hasil penelitian terdahulu, dan lain-lain.
d. Perumusan Masalah
1). Dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya
2). Jelas dan padat
3). Dapat menjadi dasar dalam merumuskan hipotesis dan judul penelitian.
Selain dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya, suatu masalah dapat dirumuskan dengan
menggunakan kalimat berita. Keduanya sama baiknya akan tetapi ada perbedaan dalam
kemampuannya mengkomunikasikan pesan yang ada di dalamnya. Kalimat berita lebih bersifat
memberikan gambaran tentang karakteristik masalah yang bersangkutan. Sedangkan kalimat
tanya dapat lebih mengakibatkan adanya tantangan untuk mengumpulkan informasi lebih lanjut.

2.2.3 Perumusan Tujuan dan Manfaat Penelitian


1) Tujuan penelitian adalah suatu pernyataan tentang apa yang akan kita cari/ capai dari masalah
penelitian. Cara merumuskan yang paling mudah adalah dengan mengubah kalimat pertanyaan
dalam rumusan masalah menjadi kalimat pernyataan.
2) Manfaat penelitian mencakup manfaat teoritis dan praktis (Arikunto:1992).
2.2.4 Telaah Pustaka
1) Manfaat Telaah Pustaka
2) Untuk memperdalam pengetahuan tentang masalah yang diteliti
3) Menyusun kerangka teoritis yang menjadi landasan pemikiran
4) Untuk mempertajam konsep yang digunakan sehingga memudahkan perumusan hipotesa
5) Untuk menghindari terjadinya pengulangan penelitian

2.2.5 Pembentukan Kerangka Teori


Kerangka teori merupakan landasan pemikiran yang membantu arah penelitian, pemilihan
konsep, perumusan hipotesa dan memberi kerangka orientasi untuk klasifikasi dan analisis data
(Koentjaraningrat:1973). Kerangka teori dibuat berdasarkan teori-teori yang sudah ada atau
berdasarkan pemikiran logis yang dibangun oleh peneliti sendiri.
Teori yang dibahas atau teori yang dikupas harus mempunyai relevansi yang kuat dengan
permasalahan penelitian. Sifatnya mengemukakan bagaimana seharusnya tentang masalah yang
diteliti tersebut berdasar konsep atau teori-teori tertentu. Khusus untuk penelitian hubungan dua
variabel atau lebih maka dalam landasan teori harus dapat digambarkan secara jelas bagaimana
hubungan dua variabel tersebut.

2.2.6 Perumusan Hipotesis


Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap
paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Hipotesa merupakan kristalisasi dari
kesimpulan teoritik yang diperoleh dari telaah pustaka. Secara statistik hipotesis merupakan
pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang
diperoleh dari sampel penelitian.
2.2.7 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Konsep merupakan definisi dari sekelompok fakta atau gejala (yang akan diteliti). Konsep
ada yang sederhana dan dapat dilihat seperti konsep meja, kursi dan sebagainya dan ada konsep
yang abstrak dan tak dapat dilihat seeprti konsep partisipasi, peranan dan sebagainya. Konsep
yang tak dapat dilihat disebut construct. Karena construct bergerak di alam abstrak maka perlu
diubah dalam bentuk yang dapat diukur secara empiris, atau dalam kata lain perlu ada definisi
operasional.
Definisi operasional adalah mengubah konsep dengan kata-kata yang menggambarkan
perilaku atau gejala yang dapat diamati dan dapat diuji kebenarannya oleh orang lain.

2.2.8 Validitas/Keabsahan dan Reliabilitas/Keabsahan Instrumen


Pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur variabel yang kita teliti sebelumnya harus dilakukan
uji validitas dan reliabilitas. Bila instrumen/alat ukur tersebut tidak valid maupun reliabel, maka
tidak akan diperoleh hasil penelitian yang baik.
Validitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur betul-betul
mengukur apa yang akan diukur.
Ada beberapa jenis validitas, namun yang paling banyak dibahas adalah validitas konstruk.
Konstruk atau kerangka konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk
menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat
perhatian penelitian. Konsep itu kemudian seringkali masih harus diubah menjadi definisi yang
operasional, yang menggambarkan bagaimana mengukur suatu gejala. Langkah selanjutnya
adalah menyusun pertanyaan-pertanyaan/ pernyataan-pernyataan yang sesuai dengan definisi itu
Untuk mencari definisi konsep tersebut dapat ditempuh dengan berbagai cara sebagai berikut
:
1. Mencari definisi konsep yang dikemukakan para ahli. Untuk ini perlu dipelajari buku-buku
referensi yang relevan.
2. Jika dalam literatur tidak dapat diperoleh definisi konsep-konsep penelitian, maka peneliti harus
mendefinisikan sendiri konsep tersebut. Untuk tujuan ini peneliti dapat mendiskusikan dengan
ahli-ahli yang kompeten dibidang konsep yang akan diukur.
3. Menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon responden atau orang-orang yang
memiliki karakteristik yang sama dengan responden (Ancok: 1989).
Cara yang paling banyak dipakai untuk mengetahui validitas konstruk suatu instrumen/alat
pengukur ialah dengan mengkorelasikan skor/nilai yang diperoleh pada masing-masing
pertanyaan/pernyataan dari semua responden dengan skor/nilai total semua
pertanyaan/pernyataan dari semua responden. Korelasi antara skor/nilai setiap
pertanyaan/pernyataan dan skor/nilai total haruslah signifikan berdasarkan ukuran statistik
tertentu misalnya dengan menggunakan teknik korelasi product moment.
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengkur dapat
dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas menunjukkan kemantapan/konsistensi hasil
pengukuran. Suatu alat pengukur dikatakan mantap atau konsisten, apabila untuk mengukur
sesuatu berulang kali, alat pengukur itu menunjukkan hasil yang sama, dalam kondisi yang sama.
Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran
yang mantap atau konsisten. Pada alat pengukur fenomena fisik seperti berat dan panjang suatu
benda, kemantapan atau konsistensi hasil pengukuran bukanlah sesuatu yang sulit diperoleh.
Tetapi untuk pengukuran fenomena sosial, seperti sikap, pendapat, persepsi, kesadaran
beragama, pengukuran yang mantap atau konsisten, agak sulit dicapai.
Berhubung gejala sosial tidak semantap fenomena fisik, maka dalam pengukuran fenomena
sosial selalu diperhitungkan unsur kesalahan pengukuran. Dalam penelitian sosial kesalahan
pengukuran ini cukup besar. Karena itu untuk mengetahui hasil pengukuran yang sebenarnya,
kesalahan pengukuran ini perlu diperhitungkan. Makin kecil kesalahan pengukuran, semakin
reliabel alat pengukurnya. Semakin besar kesalahan pengukuran, semakin tidak reliabel alat
pengukur tersebut.
Teknik-teknik untuk menentukan reliabilitas ada tiga yaitu: a. teknik ulangan, b. teknik
bentuk pararel dan c. teknik belah dua. Dalam tulisan ini akan dijelaskan satu teknik saja yaitu
teknik belah dua.
Teknik belah dua merupakan cara mengukur reliabilitas suatu alat ukur dengan membagi alat
ukur menjadi dua kelompok. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Mengajukan instrumen kepada sejumlah responden kemudia dihitung validitas itemnya. Item
yang valid dikumpulkan menjadi satu, item yang tidak valid dibuang.
b. Membagi item yang valid tersebut menjadi dua belahan. Untuk mebelah instrumen menjadi
dua, dapat dilakukan dengan salah satu cara berikut: 1). Membagi item dengan cara acak
(random). (2) membagi item berdasarkan nomor genap-ganjil. Untuk menghitung reliabilitasnya
skor total dari kedua belahan itu dikorelasikan.

2.2.9 Penetapan Metode Penelitian


Penetapan metode penelitian mencakup : (i) penentuan subyek penelitian (populasi dan
sampel), (ii) metode pengumpulan data(penyusunan angket) dan (iii) metode analisis data
(pemilihan analisis statistik yang sesuai dengan jenis data).

2.2.10 Pembuatan Rancangan Penelitian


Rancangan penelitian adalah pedoman yang disusun secara sistematis dan logis tentang apa
yang akan dilakukan dalam penelitian.

2.2.11 Pengumpulan Data


Dalam pengumpulan data diperlukan kemampuan melacak peta wilayah, sumber informasi
dan keterampilan menggali data. Untuk itu diperlukan pelatihan bagi para tenaga pengumpul
data.

2.2.12 Pengolahan, Analisis dan Interpretasi


Hasil Penelitian
Pengolahan data meliputi editing, coding, katagorisasi dan tabulasi data. Analisis data
bertujuan menyederhanakan data sehingga mudah dibaca dan ditafsirkan. Dalam penelitian
kuantitatif analisis data menggunakan statistik.
Interpretasi bertujuan menafsirkan hasil analisis secara lebih luas untuk menarik kesimpulan.

2.2.13 Menyusun Laporan Penelitian


Untuk memudahkan menyusun laporan maka diperlukan kerangka laporan out line.

2.3 Syarat-Syarat Penelitian Metode Kuantitatif


a. Sistematis
Dilaksanakan menurut pola tertentu dari yang paling sederhana sampai dengan yang
kompleks sehingga tercapai tujuan secara efektif dan efisien.
b. Berencana
Dilaksanakan dengan adanya unsur kesengajaan dan sebelum dilakukan penelitian, sudah
dipikirkan langkah-langkah pelaksanaanya.
c. Mengikuti Konsep Ilmiah
Mulai dari awal sampai dengan akhir kegiatan, penelitian dilakukan dengan mengikuti cara-
cara atau langkah-langkah yang sudah ditentukan, yaitu prinsip yang digunakan untuk
memperoleh ilmu pengetahuan (taraf berpikir ilmiah oleh John Dewey di dalamreflective
thinking) yang antara lain meliputi:
1) The felt need
Penelitian dilakukan karena diawali oleh adanya kebutuhan atau tantangan untuk
menyelesaikan suatu masalah.
2) The Problem
Merumuskan masalah agar suatu masalah penelitian menjadi jelas batasan, kedudukan, dan
alternatif cara untuk memecahkan masakah tersebut.

3) The hypothesis
Menetapkan hipotesis sebagai titik tolak mengadakan kegiatan pemecahan masalah.
4) Collection of data as evidence
Mengumpulkan data untuk menguji hipotesis.
5) Concluding belief
Menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan data dan dikembalikan kepada hipotesis
yang sudah dirumuskan.
6) General value of the conclusion
Menentukan kemungkinan untuk mengadakan generalisasi dari kesimpulan tersebut dan
implikasinya di masa yang akan datang (Sutrisno Hadi di dalam Suharsimi Arikunto, 1998: 15).

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Metode Penelitian Kuantitatif


2.4.1 Kelebihan
a) Banyak gejala yang hanya dapat diselidiki dengan observasi, hasilnya lebih akurat dan sulit
dibantah
b) Banyak objek yang hanya bersedia diambil datanya hanya dengan observasi, misalnya terlalu
sibuk dan kurang waktu untuk diwawancarai atau menisci kuisioner
c) Kejadian serempak dapat diamati dan dicatat serempak pula dengan memperbanyak observer
d) Banyak kejadian yang dipandang kecil yang tidak dapat ditangkap moleh alat pengumpul data
yang lain, yang ternyata sangat menentukan hasil penelitian

2.4.2 Kelemahan
a) Observasi tergantung pada kemampuan pengamatan dan mengingat
b) Kelemahan-kelemahan observer dalam pencatatan
c) Banyak kejadian dan keadaan objek yang sulit diobservasi, terutama yang menyangkut
kehidupan pribadi yang sangat rahasia
d) Observasi sering menemukan observer yang bertingkah laku baik dan menyenangkan karena
tahu dia sedang di observasi
e) Banyak gejala yang hanya dapat diamati dalam keadaan tertentu sehingga dapat terjadi
gangguan yang menyebabkan observasi tidak dapat dilakukan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan berikut:
1. Metode Penelitian Kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan angka mulai dari
pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta terhadap hasilnya.
2. Metode Penelitian Kuantitatif berpacu pada syarat-syarat tertentu dimana aspek satu dengan
yang lainnya saling menguatkan satu sama lain, yaitu; sistematis, berencana, dan mengikuti
konsep ilmiah
3. Metode Penelitian Kuantitatif dapat digunakan pada penelitian yang bersifat observasi secara
langsung pada objek, yang memiliki keunggulan hasil data yang lebih akurat dan sulit dibantah.
4. Metode Penelitian Kuantitatif memiliki proses pengolahan data yang lebih spesifik (rumit)
sehingga dalam aplikasinya masih jarang digunakan.

3.2 Saran
1) Meninjau penggunaan metode penelitian kuantitatif ini dengan perbandingan aplikasinya,
penulis berharap dalam dunia akademis menyediakan suatu pembinaan khusus untuk menunjang
terlahirnya insan-insan akademis yang unggul dengan hasil karya ilmiahnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Fajar, Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Jurnal Penelitian Agama Nomor: 1 Juni –
Agustus 1992. Balai Penelitian P3M IAIN Sunan Kalijaga

Ace Suryadi, Teori dan Praktek Perumusan Masalah Dalam Penelitian Sosial Keagamaan, Makalah
Tidak Diterbitkan, 2000.

Djamaluddin Ancok, Teknik Penyusunan Skala Pengukuran; PPK UGM, Yogyakarta, 1989.

Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Gramedia, Jakarta, 1973.


Harahap, Nasruddin, Penelitian Sosial : Latar Belakang, Proses : Persiapan Pelaksanaannya, dalam
Jurnal Penelitian Agama Nomor: 1 Juni – Agustus 1992. Balai Penelitian P3M IAIN Sunan
Kalijaga

Moh. Nasir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta, 1985.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 1992.

Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Logos: Jakarta, 1997.

Anda mungkin juga menyukai