Anda di halaman 1dari 2

II.

Diskusi
Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh perbandingan hasil celup sebagai berikut :
1. Hasil pencelupan dengan menggunakan resep 1 warnanya lebih muda dari hasil
pencelupan dengan menggunakan resep 2. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan
penggunaan Asam sulfat, dimana hasil pencelupan dengan resep 1 tidak
menggunakan Asam sulfat. Sehingga tidak terjadi penguraian oksidator, sedangkan
pada hasil pencelupan dengan resep 2 penyerapannya lebih banyak karena
ditambahkan Asam sulfat, hal ini menyebabkan resep 1 memberikan hasil paling
buruk.
2. Hasil pencelupan dengan menggunakan resep 3 warnanya lebih tua dari hasil
pencelupan dengan resep 2. Hal ini terjadi karena pada hasil pencelupan dengan
resep 3 penambahan H2SO4 yang berfungsi untuk membangkitkan warna lebih
banyak daripada hasil pencelupan dengan resep 2. Sehingga hal ini menyebabkan
reaksi hidrolisis yang terjadi lebih sempurna karena pH yang terjadi lebih asam dan
warna yang dibangkitkan akan lebih baik sehingga menghasilkan warna yang lebih
tua. Keduanya memiliki hasil celup dengan kerataan yang hampir sama.
3. Hasil pencelupan dengan resep 3 dan 4 warnanya hampir sama karena kedua-duanya
menggunakan banyak zat warna dan zat pembantu, dan Asam sulfat yang sama.
Tapi resep 4 menggunakan oksidator K2Cr2O7 sehingga menyebabkan warna bahan
menjadi kekuning-kuningan, maka proses pencuciannya harus sampai bersih.
4. (NH4)2SO4 diperlukan dalam pencelupan ini karena berfungsi sebagai pendonor
asam, sehingga serat protein bermuatan positif didalam air, dan dapat berikatan
dengan zat warna yang bermuatan negatif dalam air.
Diskusi
Dari hasil praktikum diperoleh hasil yang cukup baik, namun ada beberapa hal yang
kurang diperhatikan sehingga hasilnya kurang sesuai dengan yang diinginkan
diantaranya :
1. Katun yang digunakan merupakan katun yang belum sempurna sehingga hasil celup
yang dihasilkan kurang baik, maka diperlukan proses pemasakan.
2. Suhu yang tidak terkontrol akan mengakibatkan penyerapan zat warna kedalam serat
terlalu cepat sehingga hasilnya kurang rata dan kemungkinan akan merusak katun.
3. Pada saat pembangkitan warna ketika penambahan H2SO4 60% bahan harus diangkat
dan pada suhu kira-kira 40oC agar pembangkitannya baik dan hasil yang diperoleh
tidak belang dan penambahannya jangan berlebih karena katun mudah terhidrolisa
dalam keadaan asam dan panas.
4. Zat warna bejana larut mempunyai substantivitas yang sangat kecil terhadap serat
kapas, maka untuk menambah daya serap yang besar maka ditambah garam dalam
jumlah yang besar, pada pengerjaan ini digunakan 30 g/l NaCL sehingga
menghasilkan warna yang tua.
5. Proses pengerjaan pembangkitan warna dipisah (dua bak) lebih baik karena
penggunaan H2SO4 60% pada proses hidrolisa dengan NaNO2 akan berjalan dengan
sempurna untuk mengoksidasi zat bejana larut menjadi bejana yang tidak larut
berjalan lebih baik daripada pembangkitan warna yang disatukan (satu bak) dengan
pemberian NaNO2 pada awal dan H2SO4 60 % pada pembangkitan warna sehingga
hasil yang didapat lebih baik dengan dua bak.
6. NaNO2 digunakan sebagai oksidator karena dapat bekerja pada suasana alkali dan
H2SO4 untuk mengaktifkan kerja NaNO2, tidak digunakannya H2O2 atau Na2BO3
sebagai oksidator tidak dapat bekerja dalam suasana alkali.

Anda mungkin juga menyukai