Anda di halaman 1dari 21

 Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat.

 Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam


keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh.
DEFINISI
 Termo : Panas
 Regulasi : Pengaturan
 Termoregulasi adalah Suatu pengaturan
fisiologis tubuh manusia mengenai
keseimbangan produksi panas dan
kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan
 Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh
 Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan
pada 37°C.
 Tubuh manusia memiliki seperangkat sistem yang
memungkinkan tubuh menghasilkan, mendistribusikan, dan
mempertahankan suhu tubuh dalam keadaan konstan.
 Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal suhu inti
(core temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan
dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga
pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar
37°C).
 Selain itu, ada suhu permukaan (surface temperatur), yaitu
suhu yang terdapat pada kulit, jaringan sub kutan, dan lemak.
Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 30°C sampai
40°C.
 Lokasi pengukuran temperatur tubuh : ketiak
(aksila), sub lingual (dibawah lidah) atau rektal
(dubur)
 Temperatur dubur lebih tinggi 0,3 – 0,5 oC daripada
temperatur aksila
 Suhu rektal agak konstan bila dibandingkan dengan
suhu-suhu di daerah lain
1. Kecepatan metabolisme
2. Demam (peradangan)
3. Aktivitas
4. Gangguan organ
5. Lingkungan
1. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat :
a. Vasodilatasi  disebabkan oleh hambatan dari pusat
simpatis pada hipotalamus posterior (penyebab
vasokontriksi) sehingga terjadi vasodilatasi yang kuat
pada kulit, yang memungkinkan percepatan
pemindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan
kali lipat lebih banyak.
b.Berkeringat  pengeluaran keringat menyebabkan
peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi.
c. Penurunan pembentukan panas  Beberapa
mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis
kimia dan menggigil dihambat dengan kuat.
Core body
temperature
>37°C

Thermoreceptors

Hypothalamus
nerves Muscles of
Sweat skin arteriole
glands walls relax
Muscles increase Skin arteries dilate
reduce secretion More blood to the
activity skin.
More radiation &
conduction of heat

More water covers the


skin.
More evaporation
Less heat generated
2. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun :
a. Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh  karena
rangsangan pada pusat simpatis hipotalamus
posterior.
b. Piloereksi  Rangsangan simpatis menyebabkan
otot erektor pili yang melekat pada folikel rambut
berdiri.
c. Peningkatan pembentukan panas  sistem
metabolisme meningkat melalui mekanisme
menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan
simpatis, serta peningkatan sekresi tiroksin.
Core body
temperature
<37°C

Thermoreceptors Hypothalamus
nerves
nerves Muscles of
skin arteriole
Muscles Sweat walls
glands constrict Skin arteries
shivering constrict
decrease
Less blood to the
secretion skin.
Less radiation &
conduction of heat

Less water covers the


More heat skin.
generated Less evaporation
Panas dapat hilang dan masuk ke dalam tubuh manusia
dengan cara konveksi, konduksi, radiasi dan evaporasi,

1. Radiasi
Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh
dalam bentuk gelombang panas inframerah. Gelombang
inframerah yang dipancarkan dari tubuh memiliki
panjang gelombang 5 – 20 mikrometer. Tubuh manusia
memancarkan gelombang panas ke segala penjuru
tubuh. Radiasi merupakan mekanisme kehilangan panas
paling besar pada kulit (60%) atau 15% seluruh
mekanisme kehilangan panas.
2. Konduksi
 Proses perpindahan kalor secara konduksi bila dilihat
secara atomik merupakan pertukaran energi kinetik
antar molekul (atom), dimana partikel yang energinya
rendah dapat meningkat dengan menumbuk partikel
dengan energi yang lebih tinggi.
 Konduksi terjadi melalui getaran dan gerakan elektron
bebas.
 Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan
langsung kulit dengan benda-benda yang ada di
sekitar tubuh.
MEKANISME KEHILANGAN PANAS MELALUI KULIT

3. Konveksi
 Apabila seceret kopi diletakkan di atas kompor listrik
yang panas maka enegi dalam ceret akan meningkat
yang disebabkan oleh konveksi
 Apabila kalor berpindah dengan cara gerakan partikel
yang telah dipanaskan dikatakan perpindahan kalor
secara konveksi
 Aliran konveksi dapat terjadi dikarenakan massa jenis
udara panas sangat ringan dibandingkan massa jenis
udara dingin
4. Evaporasi
 Evaporasi ( penguapan air dari kulit ) dapat
memfasilitasi perpindahan panas tubuh. Setiap satu
gram air yang mengalami evaporasi akan
menyebabkan kehilangan panas tubuh sebesar 0,58
kilokalori.
 Pada kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme
evaporasi berlangsung sekitar 450 – 600 ml/hari. Hal
ini menyebabkan kehilangan panas terus menerus
dengan kecepatan 12 – 16 kalori per jam.
 Evaporasi ini tidak dapat dikendalikan karena
evaporasi terjadi akibat difusi molekul air secara terus
menerus melalui kulit dan sistem pernafasan.
 Enegi panas mula-mula akan penetrasi kedalam
jaringan kulit dalam bentuk berkas cahaya
(dalam bentuk radiasi atau konduksi) kemudian
akan menghilang didalam jaringan yang lebih
dalam berupa panas, panas tersebut kemudian
diangkut ke jaringan lain dengan cara konveksi
yaitu diangkut ke jaringan seluruh tubuh melalui
cairan tubuh, dan energi panas akan
dikeluarkan melalui evaporasi (keringat)
 Asupan cairan terutama diatur melalui mekanisme rasa haus.
 Haluaran Cairan.
 Hormon.
 Pusat pengendalian rasa haus barada di dalam hipotalamus di
otak. Stimulus fisiologis utama terhadap pusat rasa haus adalah
peningkatan konsentrasi plasma dan penurunan volume darah.
Sel-sel reseptor yang disebut osmoreseptor secara terus
menerus memantau osmolalitas.
 Cairan terutama di keluarkan melalui ginjal dan saluran
gastrointestinal. Pada orang dewasa, ginjal setiap menit
menerima sekitar 125 ml plasma untuk di saring dan
memproduksi urine sekitar 60 ml dalam setiap jam atau
totalnya sekitar 1,5 l dalam satu hari.
 Hormone utama yang mempengaruhi keseimbangan cairan
dan elektrolit adalah ADH, keadaan kekurangan air akan
meningkatkan osmolaritas darah dan keadaan ini akan di
respon oleh kelenjar hipofisis dengan melepaskan ADH. ADH
akan menurunkan produksi urine dengan cara meningkatkan
reabsorbsi air oleh tubulus ginjal.
REFERENSI
1. Guyton & Hall, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 9, EGC,
Jakarta, 1997.

Anda mungkin juga menyukai