Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA PRODUK ALAM

PERCOBAAN I
JALUR ASETAT-MALONAT

Disusun oleh :
Kelas C/ Golongan II/ Kelompok 4
1. Rini Ambarsari (10460)
2. Sonia Pratiwi (10463)
3. Addina Millati Azmi (10466)

Dosen Jaga: Dr.rer.nat. Yosi Bayu Murti, M.Si., Apt.


Asisten Jaga: Ayu Rafi dan Sylvia Meidi

LABORATORIUM KIMIA PRODUK ALAM


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2017
PERCOBAAN I
JALUR ASETAT-MALONAT

I. SKEMA KERJA

a. Alat dan bahan


1. Alat
- Lempeng KLT
- Bejana KLT
- Sinar UV 254nm dan 366nm
- Syringe kapiler
- Alat penyemprot
- Pinset
- Penggaris
2. Bahan
- Larutan pembanding : antron
- Larutan uji: Getah Aloe vera dan Rhei Radix
- Fase gerak: Etil Asetat:Methanol:Aquadest (100:17:13) dan Toluene:Etil
Asetat:Methanol (5:1.5:3.5 v/v)
- Fase diam: Silica gel F254
- Uap ammonia
- KOH etanolik 10% III.

b. Cara Kerja

Dilakukan penjenuhan bejana/chamber berisi fase gerak (oleh laboran)

Disiapkan dua plat KLT untuk sampel Getah Aloe Vera dan Rhei Radix

Dibuat 3 titik totolan pada masing-masing plat dengan jarak yang sama antara satu sama lain
dan berjarak 1 cm dari tepi bawah lempeng, serta diberi tanda batas akhir elusi yang berjarak
5 cm dari titik totolan

Masing-masing plat ditotolkan larutan pembanding yaitu antron (tiga totolan) pada titik
dengan posisi yang sama menggunakan syringe kapiler
Ditotolkan masing-masing larutan uji sebanyak 3 kali penotolan menggunakan syringe
kapiler

Dibiarkan sampai kering

Dicek bercak di bawah sinar UV 254 nm

Apabila sudah terlihat bercak, dimasukkan kedua lempeng KLT pada bejana masing-masing
yang sudah dijenuhi fase gerak dengan hati-hati

Disandarkan lempeng KLT pada dinding bejana hingga bagian bawah lempeng tercelup fase
gerak

Ditutup bejana dengan rapat dan dipastikan bahwa totolan tidak tercelup fase gerak dan fase
gerak bergerak keatas secara bersama-sama (membentuk garis horizontal lurus)

Dibiarkan fase gerak bergerak keatas pada permukaan lempeng hingga mencapai batas jarak
elusi yang sudah ditetapkan

Dikeluarkan lempeng dan dikeringkan di udara

Diamati bercak pada sinar tampak, sinar UV 254nm dan sinar UV 366nm

Didokumentasikan dan dihitung harga Rf dari bercak-bercak senyawa hasil pemisahan dan
dibandingkan dengan senyawa pembanding

Plat KLT dengan sampel Rhei Radix diuapi dengan ammonia

Diamati bercak pada sinar tampak

Plat KLT dengan sampel Rhei Radix disemprot dengan pereaksi KOH etanolik 10%

Diamati bercak pada sinar tampak, sinar UV 254nm dan sinar UV 366nm
Didokumentasikan dan dihitung harga Rf dari bercak-bercak senyawa hasil pemisahan dan
dibandingkan dengan senyawa pembanding

II. HASIL DAN ANALISIS DATA

1. Getah Aloe vera

Fase diam : Silica gel F 254


Fase gerak : Etil asetat:Methanol:Aquadest (100:17:13)
Penotolan sampel : 3 kali
Jarak elusi : 5 cm
Deteksi : KOH etanolik

Sebelum Disemprot Setelah Disemprot


Sampel
Rf Tampak UV 254 UV 366 Rf Tampak UV 254 UV 366
tanpa 0.54 - meredam - 0.54 - meredam Orange
hidrolisis semu

0.54 - meredam - 0.56 Orange meredam Orange


semu semu
hidrolisis
0.96 Kuning meredam Orange 0.96 Orange meredam Orange
semu semu semu semu

antron 0.96 - Biru Kuning 0.96 - meredam Kuning


violet semu semu

2. Rhei Radix

Fase diam : Silica gel F 254


Fase gerak : Toluene:Etil Asetat:Methanol (5:1.5:3.5 v/v)
Penotolan sampel : 3 kali
Jarak elusi : 5 cm
Deteksi : Uap ammonia dan KOH etanolik
Sebelum Disemprot Setelah Disemprot
Sampel
Rf Tampak UV 254 UV 366 Rf Tampak UV 254 UV 366
tanpa 0.52 - meredam Biru violet 0.5 - meredam Putih
hidrolisis

0.66 - meredam - 0.66 - meredam -

0.72 Orange meredam - 0.7 Kuning meredam merah


semu samar

0.84 krem meredam Abu-abu 0.84 orange meredam -

0.98 orange meredam kuning 0.96 merah meredam orange

0.5 - meredam Biru violet 0.5 - meredam putih

0.64 - meredam - 0.64 - meredam Orange


violet
hidrolisis
0.84 Orange meredam Abu-abu 0.84 Orange meredam ungu
pekat merah

0.96 Orange meredam kuning 0.96 merah meredam Merah-


kuning orange

antron 0.94 - meredam Biru violet 0.92 - meredam -

Analisis: Untuk menganalisa senyawa pada suatu sampel, perlu diamati harga Rf dan warna
bercak sampel dan pembanding. Sampel dikatakan mengandung senyawa pembanding
apabila harga Rf dan warna bercaknya sama. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan
didapatkan hasil bahwa Getah Aloe vera (Hidrolisis) diduga memiliki kepolaran sama dengan
senyawa pembanding yaitu antron karena harga Rf sama (0.96) akan tetapi warna bercak
berbeda pada sinar tampak, sinar UV 254 nm, dan UV 366 nm sebelum maupun sesudah
disemprot.

Rhei Radix (hidrolisis dan non-hidrolisis) diduga mengandung senyawa yang memiliki
kepolaran yang mirip dengan pembanding yaitu antron karena terdapat bercak harga Rf yang
mirip (yaitu 0.96; 0.98; dan 0.94). Sampel Rhei Radix (hidrolisis dan non-hidrolisis) diduga
mengandung senyawa yang memiliki gugus fungsi yang sama dengan senyawa pembanding
antron karena terdapat bercak dengan warna sama (biru violet) yang diamati dibawah sinar
UV 366 nm, namun memiliki harga Rf yang berbeda (yaitu 0.5 untuk sampel hidrolisis; 0.52
untuk sampel non-hidrolisis; dan 0.94 untuk senyawa pembanding).

III. PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa yang dihasilkan dari
jalur asetat-malonat dari suatu produk alam menggunakan teknik Kromatografi Lapis Tipis.
Kandungan senyawa yang akan diidentifikasi pada praktikum ini adalah Aloin dan Emodin.
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah prosedur analisis yang teknik pengerjaannya cukup
sederhana, cepat, dan murah sehingga memberikan ahli kimia jawaban yang cepat tentang
berapa banyak komponen dalam suatu campuran sampel yang dianalisis. KLT juga dapat
digunakan untuk mendukung identitas senyawa dalam campuran ketika Rf senyawa
dibandingkan dengan Rf senyawa yang dikenal. Sebuah plat KLT biasanya dibuat dari
lembaran kaca, logam, atau plastic dengan ukuran tertentu dan permukaan yang rata yang
dilapisi dengan fase diam berupa lapisan tipis adsorben padat (biasanya silica atau alumina).
Pada Kromatografi Lapis Tipis, sampel yang akan dianalisis dilarutkan pada pelarut yang
sesuai kemudian sampel dan pembanding ditotolkan dalam bentuk titik atau pita pada
permukaan fase diam. Setelah penotolan, sebaiknya plat diamati di bawah sinar UV untuk
mengetahui apakah sampel dan pembanding yang ditotolkan sudah dapat diampati. Plat KLT
kemudian dicelupkan pada fase gerak di dalam chamber tertutup. Perlu diperhatikan agar
totolan sampel tidak ikut tercelup dalam fase gerak karena hal ini akan menyebabkan sampel
dan pembanding dapat terlarut pada fase gerak dan tidak terjadi pemisahan.
Fase gerak atau eluen perlahan-lahan akan bergerak ke atas plat KLT mengikuti gaya
kapiler hingga batas elusi yang telah ditentukan. Prinsip pemisahan komponen pada teknik
KLT didasarkan atas perbedaan kekuatan interaksi masing-masing komponen dengan fase
gerak dan fase diam. Suatu komponen yang kepolarannya lebih sama dengan fase diam akan
berinteraksi lebih kuat dengan fase diam sehingga memiliki kecepatan migrasi yang lebih
lambat. Akibatnya, jarak migrasi senyawa tersebut lebih pendek. Jika kepolaran komponen
lebih sama dengan fase gerak, komponen tersebut akan lebih kuat interaksinya dengan fase
gerak sehingga lebih mudah terbawa dan menghasilkan kecepatan migrasi yang lebih cepat
serta jarak migrasi yang lebih panjang.
Ketika fase gerak telah mencapai batas yang ditentukan, plat diangkat dari ruang
elusidasi kemudian diangin-anginkan sebentar di udara. Senyawa hasil identifikasi
divisualisasikan dengan detector yang sesuai (UV, sinar tampak, pereaksi kimia). Jika
senyawa merupakan senyawa yang berwarna, visualisasi cukup dilakukan dengan sinar
tampak. Namun kebanyakan senyawa organik yang diidentifikasi merupakan senyawa tidak
berwarna, sehingga perlu dilakukan visualisasi lebih lanjut dengan menggunakan lampu UV
baik pada gelombang pendek maupun gelombang panjang. Pengamatan di bawah sinar UV
gelombang pendek (254 nm) dan gelombang panjang (366 nm) dimaksudkan agar dapat
menampakan senyawa sebagai bercak yang berwarna gelap (UV 254 nm) dan untuk
menampakkan bercak yang berfluorosensi sehingga pada pengamatan terlihat bercak
berpendar (UV 366 nm).
Keuntungan menggunakan sinar UV untuk memvisualisasikan bercak adalah sinar UV
tidak merusak senyawa yang dideteksi. Cara pemvisualisasian dengan penyemprotan
menggunakan asam sulfat dan pemanasan dilakukan untuk mengoksidasi senyawa-senyawa
organik yang tampak sebagai bercak hitam kecoklatan. Adanya warna hitam kecoklatan
menunjukkan adanya senyawa organik pada sampel. Dalam teknik KLT, perbandingan jarak
rambat bercak senyawa sampel terhadap jarak rambat fase gerak diukur dari titik penotolan
dinyatakan sebagai Rf. Identifikasi senyawa diamati dengan menghitung dan
membandingkan harga Rf antara senyawa pembanding dan senyawa sampel. Jika harga Rf
senyawa sampel sama dengan harga Rf senyawa pembanding, artinya senyawa sampel
dan pembanding memiliki kepolaran yang mirip, namun bukan berarti bahwa sampel
mengandung senyawa pembanding. Sampel dikatakan mengandung senyawa pembanding
apabila baik harga Rf maupun warna bercaknya sama. Harga Rf bukan merupakan konstanta
fisik karena akan berubah sesuai dengan kondisi percobaan.
Pada percobaan ini, senyawa yang digunakan sebagai sampel adalah golongan senyawa
jalur metabolit asam malonat yaitu getah Aloe vera dan Rhei radix (Rheum officinalum).
Untuk senyawa pembanding digunakan antron.
Aloe vera adalah anggota famili Aloaceae dengan kandungan utama asam amino,
antrakinon, enzim, mineral, vitamin, lignin, monosakarida, polisakarida, saponin san sterol.
Antrakinon penting yang terkandung dalam Aloe vera adalah aloin dan emodin. Aloe vera
memiliki aktivitas antifungi, antiinflamasi, antikanker serta immunomodulator (Gupta and
Maholtra, 2012). Sementara Rhei radix adalah anggota family Polygonaceae dengan
kandungan utama glikosida antrakinon yaitu emodin, physcion, aloe-emodin, khrisofanol,
rheinosida A-D serta sennosida A-F. Rhei Radix memiliki sifat utama yaitu sebagai laxative
agent sehingga pada bidang farmasi sering digunakan untuk pengobatan konstipasi jangka
pendek (Anonim, 2008).
Praktikan diberi dua buah plat KLT yang dilapisi silica gel F 254 sebagai fase diam.
Kedua plat telah diberi tanda 1 cm dari dasar plat sebagai titik awal penotolan. Sebelum
dilakukan penotolan larutan pembanding dan sampel, diberi tanda pada titik yang berjarak 5
cm dari titik awal penotolan sebagai titik batas elusi. Lalu, dilakukan penotolan pada plat
KLT dengan bantuan syringe. Sampel yang akan ditotolkan (termasuk sampel hidrolisis)
sudah disiapkan oleh laboran, sehingga praktikan tidak perlu menyiapkan sampel
(mengekstrak dari simplilsia). Terdapat dua macam sampel yang digunakan yaitu getah Aloe
vera (untuk deteksi Aloin) dan Rhei Radix (untuk deteksi Emodin) yang mana keduanya
dibagi lagi menjadi dua macam sampel. Satu sampel terhidrolisis dan satu sampel tidak
dihidrolisis. Hidrolisis sampel dengan asam ini dilakukan untuk memecah ikatan glikosidik
sehingga aglikon dan glikon terpisah. Pada plat KLT pertama, ditotolkan sampel getah Aloe
vera yang sudah dihidrolisis dan tidak dihidrolisis serta senyawa pembanding antron.
Sementara pada plat KLT kedua ditotolkan sampel Rhei Radix yang sudah dihidrolisis dan
tidak dihidrolisis serta senyawa pembanding antron.
Pada masing-masing spot, ditotolkan sampel sebanyak tiga totol. Tiap kali penotolan
harus ditunggu kering sebelum dilakukan penotolan selanjutnya. Penotolan yang dilakukan
harus menghasilkan titik yang sekecil mungkin agar bercak yang terjadi tidak melebar
sehingga tidak mengurangi derajat pemisahan. Setelah penotolan selesai dilakukan, plat KLT
dimasukkan ke dalam bejana yang telah dijenuhi oleh fase gerak. Bejana harus jenuh agar
homogenitas tekanan uap di dalam bejana sama sehingga kecepatan migrasi fase gerak pada
saat elusi akan sama. Jika kecepatan fase gerak sama, maka kecepatan senyawa ketika elusi
pada masing-masing plat akan sama. Memasukkan plat KLT ke dalam fase gerak harus
dilakukan dengan segera dan hati-hati agar fase gerak tidak menguap dan agar bejana tetap
jenuh oleh uap fase gerak. Setelah itu dibiarkan agar fase gerak bergerak ke atas plat hingga
batas yang ditentukan.
Setelah fase gerak mencapai batas elusi, plat KLT segera diambil dan dikeringkan di
udara. Plat KLT kemudian diamati dengan sinar tampak, sinar UV 254 nm dan UV 366 nm.
Dicatat pula warna dan jarak bercak pada plat KLT dari titik penotolan untuk selanjutnya
dihitung harga Rf-nya. Kemudian, plat KLT sampel Rhei Radix (emodin) diberi uap
ammonia lalu diamati lagi pada sinar tampak, sinar UV 254 nm dan UV 366 nm. Kemudian
visualisasi dilanjutkan dengan penyemprotan KOH-Etanolik 10% (untuk plat aloin dan
emodin) dan kembali dilakukan pengamatan dibawah sinar tampak, sinar UV 254 nm serta
UV 366 nm. Bercak yang tidak tervisualisasikan dapat lebih jelas terlihat setelah diberi
perlakuan dengan reagen penampak bercak. Dengan penyemprotan, distribusi pereaksi
penampak bercak akan terbentuk secara lebih homogen dan tidak terlalu tebal.
Berikut adalah analisis praktikan setelah melakukan pengamatan terhadap sampel:
1. Sampel non hidrolisis
Pada pengamatan setelah elusi, teramati bahwa sampel Rhei Radix dan pembanding
memiliki warna dan harga Rf yang tidak sama pada pengamatan di bawah sinar tampak, UV
254 nm dan UV 366 nm. Emodin akan muncul pada Rf sekitar 0.7 (setelah disemprot KOH
etanolik 10%) dan akan berwarna kuning terang dibawah UV 366 nm. Dari hasil percobaan,
didapat satu bercak dari sampel Rhei Radix non hidrolisis yang memiliki harga Rf 0.72.
Namun, bercak ini tidak nampak warna kuning terang dibawah sinar UV 366 nm, melainkan
terlihat berwarna merah. Sehingga, kemungkinan senyawa tersebut memiliki kepolaran yang
mirip dengan senyawa emodin. Terdapat pula bercak kuning (dibawah UV 366 nm) dengan
harga RF 0.98. Kemungkinan, senyawa ini mengandung gugus fungsi yang sama dengan
emodin.
Sementara itu, pada hasil KLT dari antron muncul bercak berwarna biru-violet di Rf
0.94 saat divisualisasi di bawah UV 366. Sedangkan pada sampel dengan harga Rf yang
mirip yaitu 0.98 terdapat bercak warna kuning saat divisualisasi di bawah UV 366 nm. Hal
ini menandakan bahwa senyawa yang terkandung dalam sampel kemungkinan memiliki
kepolaran serupa dengan antron. Selain itu, terdapat pula bercak (dari sampel) dengan Rf
0.52 yang memiliki warna yang sama (biru violet) dengan pembanding antron saat diamati di
bawa UV 366 nm. Hal ini menandakan bahwa senyawa yang terkandung dalam sampel
memiliki gugus fungsi yang sama dengan antron. Berdasarkan literatur, diketahui bahwa
sampel Rhei Radix memang mengandung senyawa antron. Hasil ini sesuai teori.
Untuk deteksi senyawa aloin, senyawa tersebut akan berfluoresensi kuning kecoklatan
dibawah UV 366 nm pada Rf sekitar 0.5 setelah disemprot dengan KOH etanolik 10%
visibel. Dari hasil percobaan dengan sampel getah Aloe vera (non hidrolisis; setelah
disemprot), diperoleh bercak pada Rf 0.56 berwarna orange semu dibawah UV 366 nm.
Sehingga, sampel Aloe vera kemungkinan juga mengandung senyawa aloin.
2. Sampel hidrolisis
Pada pengamatan setelah elusi, teramati bahwa sampel Rhei Radix dan pembanding
memiliki warna dan harga Rf yang tidak sama pada pengamatan di bawah sinar tampak, UV
254 nm dan UV 366 nm. Emodin akan muncul pada Rf sekitar 0.7 (setelah disemprot KOH
etanolik 10%) dan akan berwarna kuning terang dibawah UV 366 nm. Dari hasil percobaan,
didapat satu bercak dari sampel Rhei Radix hidrolisis yang berwarna kuning dibawah UV
366 nm dengan harga Rf 0.96. Sehingga, senyawa yang terkandung dalam sampel mungkin
memiliki gugus fungsi yang sama dengan emodin.
Selanjutnya, untuk deteksi senyawa aloin, senyawa tersebut akan berfluoresensi kuning
kecoklatan dibawah UV 366 nm pada Rf sekitar 0.5 setelah disemprot dengan KOH etanolik
10% visibel. Dari hasil percobaan dengan sampel getah Aloe vera (hidrolisis; setelah
disemprot), diperoleh bercak pada Rf 0.56 berwarna orange semu dibawah UV 366 nm.
Sehingga, sampel Aloe vera kemungkinan juga mengandung senyawa aloin sebab memiliki
warna bercak dan harga Rf yang hampir sama dengan teori. Pada sampel Aloe vera
terhidrolisis juga muncul bercak pada Rf 0.96 (Rf yang sama dengan antron) namun
memiliki warna bercak yang berbeda dari bercak antron, yaitu warna orange semu dibawah
UV 366 nm. Sementara dibawah UV 366 nm, antron berwarna kuning semu. Sehingga, dapat
diketahui bahwa senyawa yang terkandung dalam sampel memiliki kepolaran yang sama
dengan antron.

IV. KESIMPULAN
1. Sampel getah Aloe vera mengandung aloin dan antron.
2. Sampel Rhei Radix mengandung antron dan hanya mengandung gugus yang sama
dengan emodin. Hasil ini tidak sesuai dengan teori.

V. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008, Assessment Report of Rhubarb (Rhei Radix),
http://www.ema.europa.eu/docs/en_GB/document_library/Herbal_-
_HMPC_assessment_report/2009/12/WC500018404.pdf, diakses 19 September
2017.
Anonim, 2015, Thin Layer Chromatography Information,
http://orgchem.colorado.edu/Technique/Procedures/TLC/TLC.html, diakses 19
September 2017.
Baldwin, G., 2015, Aloe vera,
http://www.herballegacy.com/Baldwin_Chemical.html, diakses 19 September
2017.
Vinay, K.G, Seema Malhotra, 2012, Pharmacological attribute of Aloe vera :
Revalidation through experimental and clinical studies,
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3611630/, diakses 19 September
2017.

Yogyakarta, 20 September 2017


Praktikan,
Rini Ambarsari (10460)
Sonia Pratiwi (10463)
Addina Millati Azmi (10466)
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai