Anda di halaman 1dari 22

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI


Nama : Moh Uman Fathoni
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
NPM/Semester : 1531010049 / II
Praktikum : Kimia Analisa
Romb./Grup : III / E
Percobaan : Pemisahan Golongan IIIA, IIIB
NPM/Teman Praktek : 1531010009 / Bitsar Ihsani
Tanggal : 08 Maret 2016
Pembimbing : Ir. Kindriari Nurma W, MT.
DRAFT

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Analisa kimia adalah penyelidikan yang bertujuan untuk mencari susunan
persenyawaan atau campuran persenyawaan di dalam suatu sampel. Analisa kimia
terdiri dari analisa kualitatif, yaitu penyelidikan mengenai kadar unsur atau ion
yang terdapat dalam suatu zat tunggal atau campuran. Suatu senyawa dapat
diuraikan menjadi anion dan kation. Analisa kualitatif merupakan salah satu cara
yang paling efektif untuk mempelajari unsur-unsur serta ion-ionnya dalam
larutan. Dalam analisa kualitatif terdapat dua aspek penting yaitu pemisahan dan
identifikasi dimana kedua aspek ini didasari oleh kelarutan, sifat penguapan dan
ekstraksi. Analisa campuran kation-kation memerlukan pemisahan kation secara
sistematik dalam golongan dan selanjutnya diikuti masing-masing golongan ke
dalam sub golongan dan komponen-komponennya. Dalam analisa kualitatif juga
dikenal suatu cara untuk menentukan ion (kation/anion) tertentu dengan
menggunakan pereaksi selektif dan spesifik. Pereaksi selektif adalah pereaksi
yang memberikan reaksi tertentu untuk jenis kation/anion. Sedangkan pereaksi
spesifik adalah pereaksi yang hanya mereaksi zat yang dicari saja.
Percobaan kali ini kita akan menguji kation golongan III yang terdiridari
Fe3+, Cr3+, Ni2+, Co2+, Mn2+, Zn2+, dan Al3+ dengan menambahkan pereaksi
NH4OH dan Na2S, maka akan diperoleh pengandapan. Oleh karena itu, percobaan
ini dilakukan agar praktikan dapat mengetahui hasil pengamatan dan perubahan
khas yang terjadi dalam reaksi-reaksi kation golongan III.
Untuk memahami konsep pemisahan golongan lebih dalam lagi, untuk itu
dilakukan percobaan ini. Selain itu dengan melakukan percobaan ini dapat
mengetahui pereaksi selektif yang digunakan pada golongan III. Serta mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan. Bukan hanya itu saja tetapi dapat
juga mengetahui apa saja hasil pemisahan reaksi golongan III, baik IIIA ataupun
IIIB beserta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kebutuhan
rumah tangga ataupun dalam bidang industri.

I.2 Tujuan Percobaan


1. Mendeteksi bahan-bahan penyusun suatu campuran.
2. Memisahkan penyusun suatu campuran menjadi golongan IIIA dan IIIB.
3. Mempelajari reaksi-reaksi ion yang terjadi pada saat percobaan.
4. Untuk memisahkan dan mengidentifikasi suatu unsur kedalam golongan
IIIA dengan kation ( Fe3+, Cr3+, Al3+ , Mn2+ ) dan IIIB dengan kation
(Ni2+, Co2+, Mn2+, Zn2+ ).

I.3 Manfaat Percobaan


1. Mahasiswa dapat mengetahui pereaksi selektif yang digunakan pada
golongan IIIA dan golongan IIIB.
2. Mahasiswa dapat mengerti apa saja hasil pemisahan reaksi golongan IIIA
dan IIIB.
3. Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kelaruatan.
4. Mahasiswa dapat mengaplikasikan analisa kation-anion dalam kehidupan
sehari-hari.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Secara Umum


Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik kation-kation diklasifikasikan dalam
lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagensia. Dengan
memakai apa yang disebut reagensia golongan secara spesifik, dapat kita tetapkan ada
tidaknya golongan-golongan kation, dan dapat juga memisahkan golongan-golongan ini
dengan pemeriksaan lebih lanjut. Selain merupakan cara yang tradisional untuk
menyajikan bahan, urut-urytan ini juga memudahkan dalam mempelajari reaksi-reaksi.
Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah asam
klorida, hidrogen sulfida, dan amonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas apakah
suatu kation bereaksi dengan reagensia-reagensia ini dengan membentuk endapan atau
tidak. Jadi boleh kita katakan bahwa klasifikasi kation yang paling umum, didasarkan atas
perbedaan kelarutan klorida, sulfida, dan karbonat dari kation tersebut.
(Setiono, 1985)
Dalam precobaan kali ini kation-kation yang akan dicari dan dimasukkan
ke dalam golongan III adalah Mn(II), Al(III), Fe(III), Cr(III), Ni(II), Co(II), dan
Zn(II). Kation golongan III dibedakan menjadi kation golongan IIIA dan IIIB.
Kation golongan IIIA (Mn2+, Al3+, Fe3+, Cr3+) diendapkan sebagai hidrok- sida,
sedangkan kation golongan IIIB (Ni2+, Co2+, Zn2+) dapat diendapkan sebagai
sulfida dalam suasana amoniakal. Filtrate dari pemisahan golongan II dipanaskan
terlebih dahulu untuk menghilangkan kelebihan H2S-nya.
(Lutva, 2015)
II. 1.1 Menghilangkan ion-ion penggangu sebelum pengendapan kation-
kation golongan III
Dari sudut cara ion-ion mengganggu, ion-ion ini dapat dibagi dlam dua
golongan utama.
1. Ion-ion yang bila berada dalam dalam larutan bergabung dengan ion
logam membentuk ion-ion kompleks yang stabil. Dalam golongan ini
termasuk asam-asam organik dan senyawa hidroksi. Dengan adanya zat
besi ini, kromium dan alumunium diendapkan tidak sempurna atau tidak
mengendap sama sekali oleh amonium klorida dan larutan amonia.
2. Ion-ion yang pada kondisi tertentu membentuk senyawa-senyawa yang
tidak larut dengan beberapa logam dari golongan yang lebih belakangan
daripada golongan logam yang hendak diendapkan.

Anion-anion yang dihilangkan menurut urutan: asam-asam organik, borat


dan fluorida, silikat, fosfat.
II.1.2 Pemisahan dan Identifikasi Kation Golongan IIIA
Dalam filtrate yang diperoleh setelah pemisahan kation golongan II,
adanya fosfat, silikat, borat, florida, dan anion dari asam-asam organic harus diuji.
Jika salah satu ion ini ada, ion-ion ini harus dihilangkan. Maka larutan golongan
IIIA akan dipisahkan harus bebas ion-ion yang disebut diatas dan juga bebas dari
hydrogen sulfida.
(Ayuni, 2013)
Kation-kation golongan III A antara lain:
1. BESI, Fe (Ar : 55,85) --- BESI(II).

Besi yang murni adalah logam berwarna putih-perak, yang kukuh dan liat. Ia
melebur pada 15350C. Jarang terdapat besi komersial yang murni; biasanya besi
mengandung sejumlah kecil karbida, silisida, dan sulfide dari besi, serta sedikit
grafit. Zat-zat pencemar ini memainkan peranan penting dalam kekuatan struktur
besi. Besi dapat dimagnitkan. Asamklorida encer atau pekat dan asam sulfat encer
melarutkan besi, pada mana dihasilkan garam-garam besi (II) dan gas hydrogen.

Fe + 2H+ → Fe2+ + H2 ↓

Fe + 2HCl → Fe2+ + 2Cl- + H2 ↑

Asam sulfat pekat yang panas, menghasilkan ion-ion besi(II) dan belerang
dioksida :

2Fe + 3H2SO4+ 6H+ → 2Fe3+ + 3SO2 ↑ + 6H2O

Dengan asam nitrat encer dingin, terbentuk ion besi(II) dan amonia :

4Fe + 10H+ + NO-3 4Fe2+ + NH4 + 3H2O


2. ALUMUNIUM, Al (ar : 26,98).

Alumunium adalah logam putih, yang liat dan dapat ditempa; bubuknya
berwarna abu-abu. Ia melebur pada 6590C. Bila terkena udara ,objek-objek
alumunium teroksidasi pada permukaan tetapi lapisan oksida ini melindungi objek
dari oksida lebih lanjut. Asal klorida encer dengan mudah melanjutkan logam ini,
pelarutan lebih dalam asam sulfat encer atau asam nitrat encer:

2Al + 6H+ 2Al3+ + 3H2

Proses pelarutan dapat dipercepat dengan menambahkan sedikit merkurium


(II) klorida pada campuran. Asam klorida pekat juga melarutkan alumunium:

2Al + 6HCl 2Al3+ + 3H2 + 6Cl-

Asam sulfat pekat melarutkan alumunium dengan membebaskan belerang


dioksida:

2Al + 6H2SO4 2Al3+ + 3SO4 + 3SO2 +H2O

Asam nitrat pekat membuat logam menjadi pasif. Dengan hidroksida


hidroksida alkali, terbentuk larutan terahidrokso aluminat :

2Al + 2OH- + 6H2O 2[Al(OH04]- + 3H2

3. KROMIUM

Kromium adalah logam kristalin yang putih, tak begitu liat dan tak dapat
ditempa dengan berarti. Ia melebur pada 17665’C. logam ini larut dalam asam
klorida encer atau pekat. Jika tak terkena udara, akan terbentuk ion-ion kromium
(II) :

Cr + 2H+ Cr2+ + H2

Cr + 2HCl  Cr2+ + 2Cl- + H2

Dengan adanya oksigen dari atmosfer, kromium, sebagian atau seluruhnya


menjadi teroksidasi ke keadaan tervalen :

4Cr2+ + O2+ 4H+ 4Cr3+ + 2H2O


Asam sulfat encer menyerang kromium perlahan-lahan dengan
membentuk hidrogen. Dalam asam sulfat pekat panas, kromium melarut dengan
mudah , pada mana ion-ion kromium (III) dan belerang dioksida terbentuk :

2Cr + 6 H2SO4  2Cr3+ +3 SO42- + 3SO2  + 6 H2O

4. MANGAN, Mn (Ar:54,938).
Mangan adalah logam putih abu-abu, yang penampilannya serupa besi-
tuang. Ia melebur pada suhu 12500C. Ia bereaksi dengan air hangat membentuk
mangan (II) hidroksda dan hidrogen :
Mn + 2 H2O  Mn(OH)2 + H2
Bila ia terserang asam sulfat pekat dan panas, belerang dioksida akan
dilepaskan:
Mn + 2H2So4  Mn2+ + SO42- + SO + 2H2O
Kation mangan (II) diturunkan dari mangan (II) oksida. Ia membentuk
garam-garam tak berwarna, meski jika senyawa itu mengandung air kristal,dan
dapat larut dalam larutan, warnanya agak merah jambu, ini disebabkan oleh
adanya ion heksakuomanganat(II), [Mn(H2O)6]2+.

II.1.3 Pemisahan dan Identifikasi Kation Golongan IIIB


Untuk pemisahan kation golongan IIIB diuraikan dua metode : (a) metode
asam klorida hydrogen peroksida yang paling umum dipakai dan dianjurkan untuk
para pemula, (b) metode asam klorida-kaliumklorat-hidrogen peroksida, metode
ini memerlukan lebih banyak pengalaman, tetapi samae fisiensinya.

(Ayuni, 2013)

Kation-kation golongan ini adalah sebagai berikut:

1. KOBALT., Co ( Ar : 58, 93 ).

Kobalt adalah logam berwarna abu-abu seperti baja, dan bersifat secara
magnetis. Ia melebur pada 1490  C. Logam ini mudah melarut dalam asam-asam
mineral encer :

Co + 2H+ Co2+ + H2


Pelarut dalam asam nitrat di sertai dengan pembentukan nitrogen oksida

3 Co + 2HNO3 + 6H+ 3 Co2+ + 2NO  + 4H2O

Dalam larutan air, kobalt secara normal terdapat sebagai ion kobalt (II)
Co2+ . Kadang-kadang, khususnya dalam kompleks-kompleks, di jumpai ion
kobalt (III), Co3+ . Kedua ion ini masing-masing di turunkan Co2O3 . Oksida
kobalt (II) – kobalt (III), Co3O4 , juga diketahui.

Reaksi ion kobalt (II) dapat di pelajari dengan larutan kobalt (II) klorida,
CoCl2, 6H2O, 0,5M atau kobalt (II) nitrat Co (NO3)2. 6 H2O, 0,5M.

a. Larutan natrium hyroksida. Dalam keadaan dingin, mengendap suatu


garam basa berwarna biru.

Co2+ + OH- + NO3-Co(OH)NO 3

b. Larutan ammonia : jika tak terdapat garam-garam ammonium, sedikit


ammonia akan mengendapkan garam basa seperti dalam reaksi 1 :
Co2+ + NH3 + H2O + NO3- Co (OH)NO3+NH4+
c. Lautan ammonium sulfide : endapan hitam kobalt (II) sulfide dari laruta
nnetral atau basa :

Co2+ + S2-CoS

2. NIKEL,NI (Ar: 58, 71).

Nikel adalah logam putih perak yang keras. Nikel bersifat liat, dapat di
tempa dan sangat kukuh. Logam ini melebur pada 455C, dan bersifat sedikit
magnetis. Asam klorida (baik encer maupun pekat) dan asam sulfat encer,
melarutkan nikel dengan membentuk hydrogen:

Ni + 2H+ Ni2+ + H2

Ni + 2HCl  Ni2+ + 2Cl- +H2 

Melarutkan nikeldengan membentuk belerang dioksida :

Ni+ H2SO4 + 2H+ Ni2+ + SO2 2H2O


Asam nitrat encer dan pekat melarutkan nikel dengan mudah dalam
keadaan dingin :

3Ni + 2HNO3 + 6H+ 3Ni2+ + SO2 + 2H2O

3. ZINK, Zn (Ar: 65,38)

Zink adalah logam yang putih-kebiruan. Logam ini cukup mudah ditempa
dan liat pada 110-150C. Zink melebur pada 410C dan mendidih pada 906C.
Zink-zink komersial dapat mudah larut dalam asam klorida encer dan asam sulfat
encer dengan mengeluarkan hydrogen:

Zn + 2H+ Zn2+ + H2 

Pelarut akan terjadi dalam asam nitrat yang encer sekali, pada mana tak ada gas
yang dilepaskan:

4Zn + 10H+ + NO3- 4Zn2+ + NH4+ + 3h2O

Dengan bertambah pekatnya konsentrasi asam nitrat, akan terbentuk dinitrogen


oksida( N2O), nitrogen oksida (NO):

4Zn + 10H+ + 2NO3- 4Zn2+ + N2O  + 5H2O

3Zn + 8HNO3 3Zn2+ + 2NO  + 6NO3- + 4H2O

Asam nitrat pekat mempunyai pengaruh yang kecil terhadap zink, karena
rendahnya kelarutan zink nitrat dalam suasana demikian. Dengan asam sulfat
pekat, panas, dilepaskan belerang dioksida:

Zn + 2H2SO4 Zn2+ + SO2  + SO42- + 2H2O

Zink juga larut dalam hidroksida alkali, pada mana terbentuk


tetrahidroksoziinkat(II):

Zn + 2OH- + 2H2O  [Zn(OH)4]2- + H2

Zink membentuk hanya satu seri garam: garam-garam ini mengandung kation
zink(II), yang diturunkan dari zink oksida, ZnO.

(Setiono, 1985)
II.2 Sifat Bahan
1. HCl
a. Rumus molekul : HCl f. Titik didih :110 °C (383
dalam air (H2O) K),larutan 20,2%; 48 °C (321
b. Massa molar : 36,46 g/mol K), larutan 38%.
(HCl) g. Kelarutan dalam air :
c. Penampilan : Cairan tak Tercampur penuh
berwarna sampai dengan h. Viskositas : 1,9 mPa·s pada
kuning pucat 25 °C,larutan 31,5%
d. Densitas : 1,18 i. Fungsi : sebagai reagen,
g/cm3 (variable) untuk menguji adanya Fe(+)
e. Titik lebur : −27,32 °C dan Al(+)
(247 K) larutan 38%
(Anonim, 2015)
2. NH3
a. Rumus molekul : NH3 f. Titik lebur : -77.73 °C
b. Massa molar : 17.0306 g/mol (195.42 K)
c. Penampilan : Gas tak g. Titik didih : -33.34 °C
berwarna berbau tajam (239.81 K)
d. Massa jenis and fase : h. Fungsi : sebagai reagen,
0.6942 g/L, gas untuk menguji adanya Ni(+)
e. Kelarutan dalam air : 89.9
g/100 ml pada 0 °C
(Anonim, 2015)
3. HNO3
a. Rumus molekul : HNO3
b. Massa molar : 63,012 g/mol
c. Penampilan : Cairan bening tidak berwarna
d. Densitas : 1,51 g/cm³, cairan tidak berwarna
e. Titik didih : (120.5 °C (larutan 68%))
f. Kelarutan dalam air : tercampurkan
g. Fungsi : sebagai reagen, untuk menguji adanya Mn(+), Cr(+)

(Anonim, 2015)
4. H2S
a. Rumus kimia : H2S
b. Massa molar : 34.08 g mol−1
c. Penampilan : Gas tak berwarna
d. Bau : telur busuk
e. Densitas : 1.363 g dm−3
f. Titik lebur : -82 °C
g. Titik didih : -60 °C
h. Fungsi : sebagai reagen, untuk menguji adanya Zn(+)

(Anonim, 2015)
5. Asam Asetat
a. Rumus kimia : C2H4O2
b. Massa molar : 60.05 g mol−1
c. Penampilan : Cairan tak berwarna atau kristal
d. Bau : Menyengat/Seperti cuka
e. Densitas : 1,049 g cm−3
f. Titik lebur : 289 to 290 K
g. Titik didih : 391 to 392 K
h. Kelarutan dalam air : Dapat campur
i. Fungsi : sebagai reagen, untuk menguji adanya Cr3+, Zn2+

(Anonim, 2015)
6. NaOH
a. Rumus molekul : NaOH
b. Massa molar : 39,9971 g/mol
c. Penampilan : zat padat putih
d. Densitas : 2,1 g/cm³, padat
e. Titik lebur : 318 °C (591 K)
f. Titik didih : 1390 °C (1663 K)
g. Kelarutan dalam air : 111 g/100 ml (20 °C)
h. Kebasaan (pKb) : -2,43
i. Fungsi : sebagai reagen, untuk menguji adanya kation golongan IIIB

(Anonim, 2015)
7. NH4OH
a. berbentuk cair h. merupakan larutan basa
b. berbau tidak sedap i. mudah larut dalam air
c. tidak berwarna j. autoniosasi
d. titik lebur : -780C k. Fungsi : sebagai reagen,
e. titik didih : -33,50C untuk menguji adanya Al3+
f. tidak dapat diisolasi dan Ni2+
g. tidak stabil
(Demoln, 2012)
8. NaOCl
a. Rumus molekul: NaOCl f. Titik didih: 101 °C, 214 °F,
374 K (terurai)
b. Berat molekul: 74,44 gr/mol
g. Keasaman (pKa): 29,3
gr/100mL (0 °C)
c. Penampilan: Zat padat putih

h. Fungsi : sebagai reagen,


d. Densitas: 1,11 gr/cm3
untuk menguji adanya Co2+

e. Titik lebur: 18 oC, 64 °F,


291 K (pentahidrat)
(Anonim, 2014)

9. H2O2

a. berat molar 34,0147 g/mol


b. densitas 4 g/cm3 (cair)
c. titik cair -110C (262,15K)
d. titik didih 150,20C (423,35K)
e. keasaman (pKa) 11,65
f. viskositas 1,245cP pada suhu 200C
g. dengan penampakan tidak berwarna dan tidak berbau.
h. H2O2 tidak berwarna, berbau khas agak keasaman, dan larut dengan baik
dalam air.
i. Dalam kondisi normal (kondisi ambient), hidrogen peroksida sangat stabil
dengan laju dekomposisi kira-kira kurang dari 1% per tahun.
j. Fungsi : sebagai reagen, untuk menguji adanya Mn2+, Cr3+

(Anonim, 2015)
10. Aquadest (H2O)
a. merupakan cairan g. memiliki pH=7
b. tidak berbau h. merupakan produk stabil
c. berat molekul 18,02 g/mol i. tidak bersifat korosif tidak
d. titik didih 1000C beracun
e. tekanan uap 2.3 kPa j. Fungsi : sebagai reagen,
f. tidak dapat terbakar pelarut

(Widyaastuti, 2015)
11. K4Fe(CN)6
a. Densitas : I,85 gr/cm3
b. Titik leleh : 69-71 0C
c. Titik didih : 400 oC
d. Berat molekul : 368,35 g/mol
e. Tidak larut dalam etanol
f. Fungsi : untuk mendeteksi ion Fe

(Diana, 2008)
12. Co
a. Warna : metallic gray
b. Fase : solid
c. Massa jenis : 8.90 g·cm−3
d. Titiklebur :1768 K, 1495 °C, 2723 °F
e. Titikdidih : 3200 K, 2927 °C, 5301 °F
f. Fungsi : untuk menguji adanya Co2+, Ni2+

(Anonim, 2015)
13. NH4Cl
a. Berat molekul : 53.491
b. Titik didih : 338 °C
c. Kelarutan dalam air : 297 g/L (0 °C),
d. Kelarutan dalam alcohol : 6 g/L (19 °C)
e. Tidak larut dalam diethyl ether, acetone serta hampir tidak larut dalam etil
asetat
f. Fungsi :sebagaireagen, untuk menguji adanya Ni2+

(Yuni, 2015)
14. PbAsetat
a. Bentuk kristal, granul atau f. kelarutan: dalam air 1600 ml,
serbuk dalam air panas 0,5 ml, dalam
b. berwarna putih, abu-abu atau alkohol 30 ml, cepat larut
coklat dalam gliserol
c. sedikit berbau asam asetat g. pH dalamlarutan aqua 5%
d. titik leleh 327,40C pada 250C = 5,5–6,5
e. titik didih 1740C h. Fungsi : sebagai reagen,
untuk menguji adanya Cr3+

(Anonim, 2014)
15. Amyl Alkohol
a. Cairan tidak berwarna. g. Titik lebur -790C (-110,20F);
b. Beraroma seperti alkohol. h. Berat jenis (air=1): 0,8146;
c. Berat molekul 88,15; i. Sedikit larut dalam air agak
d. Rumus molekul C5H12O; larut dalam air dingin, air
e. Titik nyala 330C (91,40F); hangat; larut dalam aseton,
f. Titik didih 137-139 0C; eter, alcohol.
j. Fungsi : sebagai reagen, untuk menguji adanya Co2+

( Anonim, 2015)
16. Amoniumtetratiosianatmercurat (II)
a. Kristal tak berwarna
b. larut dalam air
c. disebut juga amonium rodanida
d. Fungsi :sebagaireagen, untuk menguji adanya Zn2+, Cr3+

(Zulaiha, 2011)
17. Dimethyl glioksin
a. Zat padat berwarna putih
b. tidak larut dalam air
c. larut dalam alcohol
d. Fungsi :sebagaireagen, pereaksi untuk nikel

(Zulaiha, 2011)
18. KCNS
a. Keadaanfisikdanpenampilan: g. TitikDidih: 500 ° C (932 ° F)
Solid. (Deliquescent h. Melting Point: 173 ° C (343,4
Kristalpadat.) ° F)
b. Bau: tidakberbau. i. Kelarutan: Mudah larut
c. Rasa: Tidaktersedia. dalam air dingin. Larut dalam
d. MolekulBerat: 97.18g/mole aseton. Larut dalam alkohol.
e. Warna: Putih. j. Fungsi :sebagaireagen, untuk
f. pH (1% soln / air): menguji adanya Fe3+
Tidaktersedia.
(Anonim, 2015)
19. NaBO3
a. Rumus molekul : NaBO3
b. Massa molar : 99,815 gr/mol (monohidrat), 153,86 gr/mol (tetrahidrat)
c. Titik leleh : 630C (tetrahidrat)
d. Titik didih : 130 – 1500C
e. Kelarutan dalam air : 2,15 gr/10 ml
f. Fungsi : sebagai reagen untuk memisahkan (endapan Fe dan Mn) dan
filtrat (Cr dan Al)

(Anonim, 2015)
20. NaBiO3
a. Massa molar : 279,97 gr/mol
b. Penampilan : bubuk berwarna coklat terang
c. Densitas : 6,50 gr/cm3
d. Kelarutan dalam air : tidak larut dalam air dingin, mengurai dalam air
panas
e. Fungsi : untuk menguji adanya Mn2+

(Anonim, 2015)
21. H2SO4
a. RumusMolekul : H2SO4 e. Kelarutandalam air : dapat
b. Massa molar : 98,08 g/mol tercampur penuh
c. Penampilan : cairan bening, f. Keasaman : -3 pKa
tak berwarna, tak berbau g. Viskositas : 26,7 cP (20 °C)
d. Densitas : 1,84 g/cm3, cair h. Fungsi : untuk mendeteksi
ion Zn

(Anonim, 2015)
22. Manic Boraks
a. Massa molar : 381.37 (decahydrate)
b. Penampilan : white solid
c. Densitas : 1.73 g/cm³ (solid)
d. Titiklebur : 743 °C (anhydrous)
e. Titikdidih : 1575 °C
f. Fungsi :sebagaireagen, untuk menguji adanya Co2+

(Anonim, 2015)
23. NH4CNS
a. Bentuk : kristal
b. Warna : bening
c. Bau : tidakberbau
d. Fungsi :reagen, untuk menguji adanya Co2+
(Laura, 2013)
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

III.1 Bahan
1. HCl 10. H2SO4 16. PbAsetat
2. NH4OH 11. Co 17. Amyl alcohol
3. HNO3 12. NaBO3 18. Manic Boraks
4. K4[Fe(CN)6] 13. Amonium 19. H2O
5. KCNS tetratiosianat mercurat 20. NaOH
6. NaOCl (II) 21. H2O2
7. NH4Cl 14. NH4CNS 22. CH3COOH
8. NaBiO3 15. Dimethyl 23. H2S
9. NH3 glioksin
III.2 Alat
1. Tabung reaksi
2. Kertas saring
3. Waterbath
4. Cawan porselen
5. Spatula
6. Beaker glass
7. Sentrifus
8. Pemanas spiritus
9. Pipet
10. Penjepit Tabung Reaksi
11. Corong
12. Gelas ukur
III.3 Gambar Alat

Beaker Glass Spatula Pipet Corong

Pemanas spiritus Cawan Porselin Waterbath Sentrifus

Penjepit tabung reaksi Kertas saring Tabung reaksi Gelas ukur

III.4. Prosedur Praktikum


A. Pemisahan Golongan IIIA

Filtrat Dari Golonga II


Panaskan hingga H2S habis + HNO3pekat beberapa tetes
Tambahkan NH4Cl dan didihkan
Tambahkan NH4OH sampai alkalis lalu saring
ENDAPAN FILTRAT
(Fe3+, Al3+, Cr3+, dan Mn2+) (IIIB, IV
Cuci dengan NH4Cl 1% panas dan V)
Tambahkan NaBO3 atau NaOH dan H2O2 3%
Didihkan
ENDAPAN FILTRAT
(Fe dan Mn) (Cr dan Al)
Cuci endapan dengan air panas Dibagi menjadi 3 bagian :
dan dibagi menjadi 2 Bagian : 1. Tambahkan CH3COOH
Larutan dengan HNO3 + H2O2 tambahkan Pb Asetat 
3% didihkan, lalu dinginkan + endapan kuning PbCrO4 
NaBiO3 kocok warna Cr(+)
lembayung Mn(+). 2. Tambahkan HNO3 encer,
Tambahkan HCl encer + larutan dinginkan, tambahkan amyl
KCNS warna merah tua alkohol, tambahkan H2O2
Fe(+) 3% kocok biarkan memisah.
Tambahkan K4Fe(CN)6  Lapisan atas biru
endapan biru  Fe(+) Cr(+)
3. Asamkan dengan
menambahkan HCl encer +
NH4OH encer (sampai
alkalis), panaskan 
mendidih  endapan putih
gelatin Al(+)

B. Pemisahan Golongan IIIB

Filtrat Dari Golonga IIIA


+ NH4OH encer, panaskan
Dialiri gas H2S (1/2 – 1 menit )
ENDAPAN FILTRAT
(CoS, NiS, MnS dan ZnS) (IV dan
Cuci dengan NH4Cl 1% V)
Endapan + H2O + HCl 2M
Aduk, diamkan dan saring
ENDAPAN FILTRAT
 Jika hitam  (Mungkin Mn2+, Zn2+ dan ikutkan dari Co2+
mungkin CoS dan dan Ni2+)
NiS Didihkan sampai H2S hilang
 Uji endapan Dingkinkan
dengan manic + NaOH nerlebih
boraks  biru  + 1 ml H2O2 3%

Co(+) atau Didihkan dan saring

Endapan Filtrat
Endapan + NaOCl
(Mn2+, Co2+ dan (Zn2+)
dan HCl encer :
Ni2+) Dibagi menjadi 2
 Didihkan
Bagian terbesar bagian.
 Dinginkan dan
adalah MnO2 x H2O 1. +CH3COOH
encerkan sampai
(coklat) dan ikutan + H2S 
4 ml
dari Ni(OH)2 dan endapan putih
Larutan dibagi 2 Co(OH)2 ZnS  Zn(+)
(sama) : *Larutan endapan 2. +H2SO4
 + 1 ml amyl dengan HNO3 1:1 + +Co
alkohol + 2 gram beberapa tetes + Amonium
NH4CS, kocok  H2O23%. tetratiosianat
lapisan amyl *Didihkan untuk mercurat (II)
alcohol  menguraikan H2O2 aduk 
biru  Co(+) *Dinginkan endapan biru
 +2 ml NH4Cl + *+ NBiO3, aduk dan muda  Zn(+)
NH3 sampai biarkan  larutan

alkalis + dimetyl ungu  Mn(+)


glioksin berlebih
 endapan
merah  Ni (+)
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. “Natrium Hipoklorit”. http://wawasanilmukimia.wordpress.com.


Diakses pada 01 Maret 2016

Anonim. 2014. “Timbal Asetat”. http://ik.pom.go.id. Diakses pada 01 Maret 2016

Anonim. 2015. “Amonia”. http://www.academia.edu. Diakses pada 01 Maret


2016

Anonim. 2015. “Amyl Alkohol”. http://id.wikipedia.org. Diakses pada 01 Maret


2016

Anonim. 2015. “Asam Asetat”. http://id.wikipedia.org. Diakses pada 01 Maret


2016

Anonim. 2015. “Asam Klorida”. http://id.wikipedia.org. Diakses pada 01 Maret


2016

Anonim. 2015. “Asam Nitrat”. http://id.wikipedia.org. Diakses pada 01 Maret


2016

Anonim. 2015. “Asam Sulfat”. http://id.wikipedia.org. Diakses pada 01Maret


2016

Anonim. 2015. “Boraks”. http://id.wikipedia.org. Diakses pada 01 Maret 2016

Anonim. 2015. “Hidrogen Peroksida”. http://okkpd.pertanian.jatimprov.go.id.


Diakses pada 01 Maret 2016

Anonim. 2015. “Hidrogen Sulfida”. http://id.wikipedia.org. Diakses pada 02


Maret 2016

Anonim. 2015. “Lembar Data Keselamatan Bahan”.


http://documents.tips/documents. Diakses pada 02 Maret 2016
Anonim. 2015. “Pemisahan Golongan IIIA dan IIIB”. http://www.academia.edu.
Diakses pada 02 Maret 2016

Ayuni, Sri. 2013. “Kimia Analitik”. Yogyakarta : Graha Ilmu

Demoln. 2012. “Sifat Fisika dan Kimia Zat Kimia”. http://demoln.blogspot.co.id.


Diakses pada 02 Maret 2016

Laura. 2013. “Rumus Kimia Amonium”. http://laura96.blogspot.co.id. Diakses


pada 02 Maret 2016

Lutva. 2015. “Laporan Praktikum Dasar Kimia”. http://lutva.blogspot.co.id.


Diakses pada 02 Maret 2016

Setiono. 1985. “Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif”. Jakarta: PT


Kalman Media Pustaka

Widyaastuti, Shinta. 2015. ”Laporan”. http://wiwidhikaru.blogspot.co.id. Diakses


pada 02 Maret 2016

Yuni. 2015. “Amonium Klorida”. http://belajarkimia.com. Diakses pada 02 Maret


2016

Zulaiha, Zila. 2011. “Sifat Bahan Kimia”. http://zilazulaiha.blogspot.co.id.


Diakses pada 02 Maret 2016

Anda mungkin juga menyukai