Disusun oleh:
dr. Iqbal Zain Kurniadi
Pendamping Internship:
dr. Sahata Parhusip
dr. Susy Andriati
Page 1 of 20
BERITA ACARA LAPORAN KASUS
Pada hari ini, tanggal 2018, telah dipresentasikan sebuah laporan kasus
oleh
Nama : dr. Iqbal Zain Kurniadi
Judul : Anemia pada Diabetes Mellitus
Nama Wahana : RSUD Ahmad Ripin
No Nama Peserta Diskusi Presentasi Tanda Tangan
1 dr. Eni Fathonah
2 dr. Ely Kartika
3 dr. Virgiawan Yudha Karsa
4 dr. Rahmawati Risna
5 dr. Meirinda Hidayanti
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya :
Pendamping I Pendamping II
Page 2 of 20
BAB I
PENDAHULUAN
Page 3 of 20
obersitas atau ada sangat kegemukan dan biasanya diketahui DM setelah usia 30
tahun.
Page 4 of 20
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 62 tahun
Alamat : Sengeti
Pekerjaan : Wiraswasta
Masuk RS : 4 Juni 2018
No. MR : 484104
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama: Lemas
Keluhan Tambahan: Kepala pusing, rasa kesemutan di jari kaki dan tangan
Page 5 of 20
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan tanggal 04 Juni 2018
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital
- Tensi : 140/90
- Nadi : 88x/menit, irama reguler, kuat angkat
- RR :18x/menit
- Suhu : 36,7C
Kepala : normocephal
- Mata : konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor
- Telingan : sekret (-), darah (-)
- Hidung : nafas cuping hidung(-), epistaksis (-), sekret (-)
- Mulut : sianosis (-), tonsil T1-T1 hiperemis (-)
Leher : pemebesaran KGB (-)
Thoraks : simetris, retraksi (-)
Jantung
- Inspeksi : ictus cordis tak tampak
- Palpasi : ictus cordis tidak meledar
- Perkusi : batas jantung tidak melebar
- Auskultasi : bunyi jantung I-II reguler, gallop (-), murmur(-)
Pulmo
- Inspeksi : pergerakan nafas simetris, retraksi (-)
- Palpasi : fremitus taktil kanan sama dengan kiri
- Perkusi : sonor (+) di seluruh lapangan paru, redup (-)
- Auskultasi : suara nafas vesikuler (+/+), wheezing (-/-), rhonki
(-/-)
Abdomen
Page 6 of 20
- Inspeksi : cembung
- Auskultasi : bising usus (+) normal
- Perkusi : timpani di seluruh lapang abdomen
- Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat (+), udem (-), sianosis (-)
Fungsi Ginjal :
Ureum : 16 mg/dl
Kreatinin : 1,2 mg/dl
V. USULAN PEMERIKSAAN
- HbA1C
VI. DIAGNOSIS
Diagnosis: - Anemia sedang ec susp Nefropati DM
- Neuropati DM
- DM Tipe II
Page 7 of 20
Diagnosis Banding
Anemia megaloblastik
Anemia defisiensi besi
VII.PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
- Tirah baring
- Diet Dm
Medikamentosa
- IVFD RL 20 tpm
- Pantoprazol vial 1x1
- Novorapid 3x12 U
- Lovemir 1x10 U
- Candesartan tab 8mg 1x1
- Transfusi PRC II kolf
(premedikasi : Furosemid Inj 1x1 amp)
VIII. Follow Up
Tanggal Follow up Terapi
04 juni S: lemas (+), kesemutan jari P : - IVFD RL 20 tpm
2018 kaki dan tangan, pusing - Pantoprazol vial 1x1
O: TD : 140/90 mmhg - Novorapid 3x12 U
T/N : 36,8/75x - Lovemir 1x10 U
RR : 20 x/i - Candesartan tab 8mg
CA : +/+ 1x1
Lab : Hb : 6,5 g/dl - Amlodipin tab 5 mg 1x1
Page 8 of 20
A :Anemia sedang ec susp - Transfusi PRC II kolf
Nefropati DM (premedikasi:Furosemid
Neuropati DM Inj 1x1 amp)
DM Tipe II
Page 9 of 20
07 juni S : kebas pada tangan dan P : pasien BLPL
2018 kaki, - Novorapid 3x12 U
O : TD : 120/90mmhg - Lovemir 1x10 U
T/N : 36,7/76x - Amlodipine tab 5 mg 1x1
RR : 20x - Candesartan tan 8 mg 1x1
Lab : HB : 9,2 gr/dl - Mecobalamin tab 3 x1
A : - Anemia sedang ec susp
nefro[pati DM
- Neuropati DM
- DM tipe II
Page 10 of 20
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Eritropoiesis
Page 11 of 20
dan juga terdapat pada penyakit sumsum tulang. Normoblas tidak ditemukan
dalam darah tepi manusia yang normal.1
Terjadi mekanisme stimulasi yang kuat pada kasus-kasus anemia berat
oleh eritropoetin terhadap sumsum tulang untuk meningkatkan produksi dan
pelepasan retikulosit lebih dini. Hal ini akan menyebabkan waktu pematangan
retikulosit menjadi eritrosit di dalam darah tepi bertambah lama, dari 1 – 2 hari
menjadi 2 – 3 hari. Maka untuk mendapatkan gambaran kemampuan yang
sebenarnya dari sumsum tulang untuk memproduksi eritrosit, maka hitung
retikulosit pada kasus-kasus seperti ini perlu dilakukan koreksi lebih lanjut
(koreksi kedua), yaitu koreksi dengan lama waktu pematangan yang
dibutuhkan dibagi dua.
Nilai normal retikulosit dalam hitung jumlah (%) yaitu 0,5 – 2,0 % dari
jumlah eritrosit, sehingga didapatkan nilai normal yang mutlak adalah 25 – 85
x 103 /mm3 atau 109 sel/L.3,4
1. Eritropoietin
Eritropoiesis diatur oleh hormon eritropoietin, yaitu suatu polipeptida
yang sangat terglikosikasi yang terdiri dari 165 asam amino dengan berat
molekul 30400. Normalnya 90% hormon ini dihasilkan di sel interstisial
peritubular ginjal dan 10% nya di hati dan tempat lain. Tidak ada cadangan
yang sudah dibentuk sebelumnya, dan stimulus pembentukan eritropoietin
adalah tekanan oksigen (O2) dalam jaringan ginjal. Karena itu produksi
eritropoietin meningkat pada kasus anemia, jika karena sebab metabolik atau
struktural, hemoglobin tidak dapat melepaskan O2 secara normal, jika O2
atmosfer rendah atau jika gangguan fungsi jantung, paru atau kerusakan
sirkulasi ginjal mempengaruhi pengiriman O2 ke ginjal. 5
Eritropoietin merangsang eritropoiesis dengan meningkatkan jumlah
sel progenitor yang terikat untuk eritropoiesis. BFUE dan CFUE lanjut yang
mempunyai reseptor eritropoietin terangsang untuk berproliferasi,
berdiferensiasi, dan menghasilkan hemoglobin. Proporsi sel eritroid dalam
sumsum tulang meningkat dan dalam keadaan kronik, terdapat ekspansi
eritropoiesis secara anatomik ke dalam sumsum berlemak dan kadang–
Page 12 of 20
kadang ke lokasi ekstramedular. Rongga sumsum tulang pada bayi dapat
meluas ke kortikal sehinga menyebabkan deformitas tulang dengan
penonjolan tulang frontal dan protrusi maksila. Sebaliknya peningkatan
pasokan O2 ke jaringan (akibat peningkatan massa sel darah merah atau
karena hemoglobin dapat lebih mudah melepaskan O2 dibanding normalnya)
menurunkan dorongan eritopoietin. Kadar eritropoietin plasma dapat
bermanfaat dalam penegakan diagnosa klinis. Kadar eritropoietin tinggi bila
tumor yang mensekresi eritropoietin menyebabkaan polisitemia, tetapi
kadarnya rendah pada penyakit ginjal berat atau polisitemia rubra vera.1
Page 13 of 20
Suatu studi memperkirakan lama waktu tinggal retikulosit di
sumsum tulang sebelum memasuki sirkulasi darah tepi bervariasi antara
17 jam pada tikus normal sampai 6,5 jam pada tikus yang menderita
anemia. Walaupun retikulosit baik di sumsum tulang maupun di darah
tepi bisa dipisahkan dari kontaminasi sel yang sama dari kompartemen
yang berbeda akan tetapi pemisahan ini tidak sempurna sekali sehingga
metode untuk membedakan masih perlu disempurnakan untuk
mengetahui dengan tepat fungsi sitologis dan maturasi dari retikulosit.
Diperkirakan waktu pematangan retikulosit adalah berkisar antara 2 - 5
jam, tergantung metode yang dipakai, spesies yang dipelajari dan juga
tingkat stimulasi proses yang menentukan kapan retikulosit keluar dari
sumsum tulang ke sirkulasi masih belum jelas diketahui. Ada studi yang
mendapatkan bahwa perbedaan spesies dapat menentukan perbedaan
jumlah retikulosit yang beredar didarah tepi, dimana pada tikus dan babi
didapatkan jumlah retikulosit yang banyak sedang pada manusia, anjing
dan kucing jumlahnya sedikit bahkan pada kuda hampir tidak didapatkan
atau sedikit sekali. Perbedaan yang unik ini bisa dikenali dengan metode
manual dengan pengecatan supravital seperti metode biru metilen.7
Retikulosit yang sangat muda (imatur) adalah retikulosit yang
dilepaskan ke darah tepi akibat adanya rangsangan akibat anemia dan hal
ini disebut stressed reticulocyte. Retikulosit jenis ini mempunyai masa
hidup yang lebih pendek apabila di tranfusikan ke dalam resipien
normal dan secara umum dianggap sel ini tidak normal karena tidak
melalui perkembangan sel yang normal sampai ke divisi terminal dari
perkembangan retikulosit. Sebuah studi ingin meneliti masa hidup dari
retikulosit normal dan retikulosit stress ini baik pada pasien normal
maupun pasien anemia. Eksperimen ini mendapatkan data:
(1) Masa hidup retikulosit akan normal jika retikulosit normal
diinjeksikan ke binatang yang non anemik;
(2) Oleh karena gangguan intrinsik dari retikulosit stress, akan
menyebabkan sel ini lebih cepat dibersihkan dari sirkulasi oleh resepien
Page 14 of 20
normal dengan kecepatan yang lebih besar dibandingkan dengan resepien
yang anemia; dan
(3) Baik retikulosit normal maupun retikulosit yang stress akan
disingkirkan dengan kecepatan yang bertambah dengan berlalunya waktu
pada penderita yang anemia. Secara keseluruhan data ini menunjukkan,
pada saat proses anemia berjalan akan terjadi proses adaptasi yang
memungkinkan sel yang diproduksi selama anemia tersebut akan beredar
lebih lama pada binatang yang dibuat anemi dibandingkan dengan
binatang yang normal. Studi yang lain juga mendukung hal ini dimana
didapatkan bahwa peningkatan masa hidup retikulosit pada binatang
yang anemia bukan disebabkan oleh adanya overload sistem
retikoluendotelial akan tetapi hal ini diduga oleh adanya proses adaptasi
lien yang menurunkan aktivitas penghancurannya terhadap retikulosit
yang stress.6,7
Besi digunakan untuk mensintesis hemoglobin oleh sel induk
eritroid di sumsum tulang pada proses eritropoiesis yang pada akhirnya
bermuara dengan pelepasan retikulosit ke sirkulasi, dan akan memberi
sinyal untuk aktivitas eritropoiesis 3 - 4 hari setelah besi terpakai untuk
membuat hemoglobin. Oleh karena itu CHr/Reticulocyte Hemoglobin
Content (rerata kadar hemoglobin dalam retikulosit) dianggap dapat
merefleksikan ketersediaan besi selama pembentukan SDM, dan
parameter retikulosit ini menggambarkan keseimbangan antara besi dan
eritropoiesis dalam 28 jam terakhir. Peneliti akhir-akhir ini banyak
mengindikasikan bahwa CHr merupakan indikator untuk ketersediaan
besi selama pemberian terapi rekombinan eritropoietin manusia.
Perubahan kadar hitung retikulosit awal hanyalah menggambarkan
keluarnya retikulosit muda dari sumsum tulang dan bukan merupakan
tanda adanya ekspansi dari proses eritropoeisis dan dengan alasan ini
tentu lebih penting untuk mengetahui respon eritropoiesis terhadap
pemberian besi dibandingkan hanya melihat retikulosit indeks saja.3,4,5
Page 15 of 20
3. Faktor–faktor yang Mengganggu Respons Retikulosit Normal
terhadap Anemia
a. Penyakit sumsum tulang; misalnya hipoplasia, infiltrasi oleh
karsinoma, limfoma, mieloma, leukimia akut, tuberkulosis.
b. Defisiensi besi, vitamin B12 atau folat
c. Tidak adanya eritropoietin; misalnya penyakit ginjal
d. Berkurangnya pasokan O2 ke jaringan; misalnya miksedema,
defisiensi protein
e. Eritropoiesis inefektif, misalnya thallasemia mayor, anemia
megaloblastik, mielodisplasia, mielofibrosis, anemia
diseritropoieis kongenital.
Page 16 of 20
peradangan kronis yang dikaitkan dengan peningkatan produk si sitokin seperti
tumor necrosis factor alpha, interleukin-1 dan interferon gamma yang
menekan proliferasi stem cell sel darah merah. Reaksi ini dapat terjadi sebelum
timbulnya neuropati pada diabetes mellitus
Neuropati otonom
Peningkatan inflamasi sistemik pada neuropati otonom akan menyebabkan
terjadinya sympathetic denervation dari eferen ginjal yang akan berakibat pada
kerusakan ginjal
Obat-obatan
Penggunaan obat-obatan seperti aspirin dan ACE-inhibitor pada pasien
diabetes melitus dapat menyebabkan terjadinya anemia. Sistem renin-
angiotensin-aldosteron (RAAS) cukup berperan dalam memodulasi produksi
eritropoeitin (Mehdi, 2009). Peningkatan pada angiotensin II akan
menyebabkan laju filtrasi glomerular men inggi dan kebutuhan terhadap
oksigen juga akan bertambah. Keadaan ini memicu ginjal untuk memproduksi
eritropoeitin dengan lebih banyak. Penggunaan ACE - inhibitor dapat
menyebabkan gangguan pada sistem RAAS dan menyebabkan penurunan
kadar hematokrit.
Page 17 of 20
besi tubuh.
Page 18 of 20
BAB IV
ANALISA KASUS
Page 19 of 20
DAFTAR PUSTAKA
Page 20 of 20