UU No 28 TH 2002
UU No 28 TH 2002
JEMBATAN KARTANEGARA
BAB 1
PENDAHULUAN
Sebagai alat penghubung, jembatan harus mempunyai stuktur yang kuat yang
dapat memberikan keselamatan bagi masyarakat pengguna. Akan tetapi, tidak
semua pembangunan jembatan sesuai dengan standar perencanaan, hal ini
dikarenakan oleh kondisi, dana, keahlian pekerja, kualitas bahan yang
digunakan, dan sebagainya.
Salah satu contoh kegagalan konstruksi jembatan terjadi pada jembatan kukar
atau tenggarong atau jembatan Mahakam II. Kegagalan konstruksi ini
mengakibatkan kurang lebih 20 orang tewas, dan puluhan orang lainya luka-
luka. Untuk mengetahui sebab terjadinya keruntuhan jembatan Tenggorong,
maka diperlukan tinjauan lapangan untuk meneliti penyebabnya. Permasalahan
konstruksi yang diperoleh dari hasil penelitian selanjutnya dapat dijadikan
pedoman dalam pembangunan selanjutnya.
3. Apa solusi yang harus diberikan agar kejadian ini tidak akan terulang
kembali
3. Untuk mendapatkan solusi yang tepat agar kejadian ini tidak akan terulang
kembali.
BAB II
Tinjauan Pustaka
Untuk perencanaan Jembatan, tentu ada standar yang mesti kita ikuti, misalnya,
kalau merencanakan Jembatan harus berdasarkan Standar Nasional Indonesia
(SNI), ikutilah ketentuan desain dan parameternya, bagaimana perhitungan
pembebanan (pertimbangan beban mati/berat konstruksi, beban bergerak (beban
yang bergerak diatasnya), beban angin, gempa dsb.). Sehingga kekuatan
rencana awal Jembatan bisa direalisasikan, dan kesalahan dalam hal pemilihan
material (tulangan, baut, bantalan elastomer, kabel untuk jembatan tipe
suspense, dlsbg.) bisa dihindari.
PEMBAHASAN
Jembatan Kutai Kartanegara adalah salah satu Jembatan yang dirancang dengan
menggunakan cable-suspension sebagai konstruksi utamanya yang berfungsi
sebagai penahan sekaligus penyalur tegangan-tegangan yang terjadi yang
diakibatkan beban-beban statis ataupun juga beban-beban dinamis. Dimana
dalam perhitungan konstruksi jembatan biasanya diistilahkan dengan Beban
Mati (Dead Load) dan beban hidup (live Load)
Selain kedua istilah beban tersebut masih ada istilah lain untuk beban-beban
yang biasa terjadi dan harus diperhitungkan antara lain beban angin (Wind
Load) dan beban yang disebabkan oleh gempa (Seismic Load) serta masih
adalagi tetapi jarang diperhitungkan yaitu Resonansi Load yang disebabkan
pengaruh dari suatu bunyi yang cukuup keras dan bisa menimbulkan getaran
pada kontruksi jembatan, terjadi pada tempat-tempat tertentu yang sering
dilanda angin kencangatau badai. Dalam analisis perhitungannya beban-beban
tersebut harus dikombinasikan antara satu dengan yang lain berdasarkan aturan-
aturan yang sudah baku dan telah ditetapkan sebagai peraturan-peraturan yang
ahrus diikuti dan dilaksanakan. Adapun yang dimaksud beban mati di atas adlah
semua bagian komponen atau material konstruksi yang bersifat tetap dan terus
menerus membebani keberadaan konstruksi tersebut. Untuk beban hidup
umumnya merupakan beban segala macam kandaraan yang melintas dan
mempengruhi konstruksi tersebut sewaktu pada saat berada diatasnya.
Sedangkan beban angin dan beban gempa sifatnya temporary tetapi tetap harus
ada dalam analysisnya. Mengamati dan mencermati dari insiden kagagalan
konstruksi pada jembatan kutai Kartanegara yang terjadi pada hari sabtu tiga
hari yang lalu berdasarkan keterangan saksi-saksi pada saat terjadinya insiden
kegagalan konstruksi, secara teoritis ada dua hal yang dapat menyebabkan hal
tersebut:
Bagaimana dengan kemungkinan kedua hal ini terjadi secara tidak langsung
akibat dari adanya maintence/pemeliharaan dikarenakan adanya buka tutup
salah satu sisi jalan pada jembatan sehingga menyebabkan perlambatan dan
bahkan bisa kemacetan kendaraan yang berpengaruh pada peningkatan beban
pada salah satu sisi yang lain hal ini bisa membuat lantai jembatan miring tegak
lurus sisi arah jalan pada jembatan ini sesuai dengan keterangan salah seorang
saksi yang melihat terjadinya kemiringan sisi jembatan pada saat insiden.
Mungkin hal ini penyebabnya?
Jika dilihat dari kontruksinya yang terbagi menjadi beberapa macam kontruksi
yaitu Kontruksi utamanya, pertama adalah pondasi atau pilar, pada jembatan
Kartanegara ini meskipun ada sedikit cacat, tetapi tetap kokoh berdiri, dalam hal
ini tentunya bukan menjadi penyebab kegagalan kontruksi pada jembatan
Kartanegara ini. Kedua block beton penahan angkur cable tetap ada serta masih
kokoh dan demikian pula cable suspensionya tetap menempel serta tergantung
pada pilar utama, sekalipun ada informasi block beton sedikit ada keretakan dan
pergeseran tetapi hal itu sudah terjadi beberapa waktu sebelumnya, indikasi itu
bisa dicermati pernah adanya pelebaran pada perletakan girder salah satu sisi
yang terletak di Tenggarongnya.
Kalaupun hal tersebut terjadi karena kegagalan end blok ternyata konstruksi
rangka tetap tergantung pada tempatnya dan tidak secepat hitungan detik
jatuhnya bersamaan ke sungai serta adanya bekas dari pergeseran tersebut.
Dalam suatu kesempatan sertfikasi konstruksi pada 2004 di kota Samarinda,
salah satu mentornya yang cukup mengetahui dalam perancangan jembatan
tersebut menyebutkan secara teknis bahwa untuk sistem pembagian distribusi
pembebanan pada jembatan kutai Kartanegara, terbagi 2, yaitu: rangka baja
dengan bentang 270 meter tersebut merupakan konstruksi penahan untuk semua
beban mati yang disalurkan ke pilar utama dan selanjutnya ke pondasi. Dan
cable suspension utama sebagai penahan konstruksi semua beban hidup untuk
disalurkanke pilar dan seterusnya ke pondasi.
Dugaan lain, Kolapsnya jembatan yang sedang dalam tahap perawatan ini,
menurut mas Eko dalam tulisannya bahwa, “pertama tali yang putus dari tengah
kemudian secara beruntun tali-tali di sisi lainnya mengikuti putus dan runtuh”.
Jembatan setelah kolaps: tampak kabel utama masih utuh dan pernyataan ini
juga dibuktikan oleh foto-foto yang bisa didapati di google, kalau kabel vertikal
nya memang terputus dari kabel utama. Dalam arti, dugaan sementara bahwa
kegagalan konstruksinya ada pada clamp cable hanger nya yang tidak lagi
sanggup menahan perubahan beban. Perubahan beban bisa disebabkan: saat
adanya perawatan yang disebut, pengalihan beban pada sisi tertentu jembatan
membuatnya tidak imbang (terpusat), sementara, kondisi tekanan angin
mungkin menambah tekanan pada kabel, dan dalam kondisi itu, ada baut yang
aus, lalu putus.
Disisi lain, ada yang menduga bahwa tiang utama penyangga bergeser dari
pondasi, pemikiran ini tentu juga memungkinkan kearah kabel vertikal tertarik
dan kemudian putus.
Hasil analisis:
’’Pasti kami harus melakukan yang bagus, mulai desain dan lain-lain. Ini
jembatan besar sekali. Studi yang dilakukan ke depan akan sebaik mungkin,
lebih fokus,’’ ujar Agung kepada Radar Lampung melalui telepon genggamnya
kemarin (30/11).
Dijelaskan, desain dan material untuk JSS dipilih yang mampu bertahan lama.
Pemeliharaan jembatan sepanjang kira-kira 30 kilometer ini juga tidak dapat
dilakukan sembarangan. Jika JSS telah beroperasi, akan diberlakukan structural
hold monitoring system atau sistem pemantauan struktural yang berkelanjutan.
’’Itu nantinya computerize. Jadi bisa mendeteksi yang akan terjadi. Terutama
terkait peringatan dini, di mana tingkat korosi yang tinggi akibat kadar garam
air laut. Jadi nanti juga maintenance (perawatan) antikarat,’’ papar dia.
Menurut dia, itu menandakan bahwa memang ada metode pelaksanaan yang
tidak memenuhi kaidah-kaidah konstruksi. Jika memang saat akan dibangun
Jembatan Suramadu diorientasikan agar kegiatan industri berkembang di dua
kawasan tersebut, maka seharusnya kendaraan-kendaraan barang dapat
melintasinya.
’’Kami sangat tidak berharap seperti kejadian Jembatan Tenggarong yang baru
berapa tahun dibangun kemudian ambruk. Jembatan ini gagal dari sisi
pelaksanaan dan pemeliharaan. Jadi kami harap pelaksanaannya (JSS) akan
baik,” kata Ilham.
“Memangnya, kalo ground breakingnya itu selesai, maka jss cepat dibangun?
Belum tentu. Karena pertanyaannya, siapa yang mau beri kita utang? Perbankan
atau pemerintah luar negeri?” tandasnya.
Jika belajar dari Jembatan Suramadu, yang memberi utang atas pembangunan
itu adalah pemerintah Tiongkok. Dan sebanyak 50 persen dari pelaksana
konstruksinya juga dilakukan oleh pengusaha dari Tiongkok. Sehingga
kemudian terbangunlah Jembatan Suramadu, walaupun hasilnya ternyata tidak
dilalui oleh kendaraan barang.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Solusi