Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Paham sekularisme menganggap bahwa kehadiran agama akan menghambat


kemajuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Doktrin ini berawal dari revolusi ilmu
pengetahuan yang terjadi di Eropa Barat pada abad 16 masehi, ditandai dengan turunnya
pamor dan kekuasaan gereja. Kondisi ini terjadi dikarenakan banyaknya kontradiksi atau
pertentangan antara ajaran gereja dengan fakta-fakta ilmiah pada saat itu. Oleh karena
itu terjadilah upaya untuk memisahkan nilai-nilai agama, ketuhanan maupun ajaran
moral dari ranah ilmu pengetahuan. Perkembangan sekulerisasi ini pada akhirnya
melahirkan ilmu pengetahuan yang bersifat positivistic yang memiliki perspektif dengan
menitikberatkan pada praktik akuntansi sebagaimana adanya sehingga fungsi ilmu
pengetahuan positivistik adalah to explain (menjelaskan hubungan antar variabel) dan to
predict (memprediksi kejadian di masa yang akan datang berdasarkan teori yang telah
ada) (Watts and Zimmerman :1986 dalam Budi Sulistyo, 2010: 2). Efek dari sekulerisasi
ini melahirkan praktik kapitalisme yang merambah hampir di sebagian besar negara di
dunia. Kapitalisme global mengancam ke semua aspek kehidupan manusia di semua
negara-negara dunia termasuk negara kaum muslimin mengalami westoxciation (racun
pemikiran barat) yaitu pluralisme, sikretisme, nasionalisme, liberalism, sekulerisme.
Perkembangan akuntansi sebagai salah satu cabang ilmu sosial telah mengalami
pergeseran nilai yang sangat mendasar dan berarti, terutama mengenai kerangka teori
yang mendasari dituntut mengikuti perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Abdul Karim (1990:3) mengemukakan bahwa selama ini yang digunakan sebagai dasar
kontruksi teori akuntansi lahir dari konteks budaya dan idiologi. Akuntansi konvensional
dipengaruhi oleh berbagai macam ideology, akan tetapi dapat dilihat bahwa ideology
yang paling dominan mempengaruhinya adalah ideologi kapitalisme. Akuntansi
konvensional mempunyai beberapa keterbatasan. Hal ini memunculkan banyak kritik
terhadap praktek akuntansi konvensional itu sendiri. Begitu pula dengan akuntansi sector
public di Indonesia yang saat ini dikenal dengan standar akuntansi pemerintahan berbasis
Akruatalis. Hal tersebut dapat dilihat dari proses penyusunan standar akuntansi
pemerintah (SAP) yang menggunakan acuan dan rujukan antara lain dari Internasional
Federation of Accounting, Internasional Accounting Standards Committee/Board,

1
Internasional Monetery Fund, FASB-USA, GASB-USA, FASAB-USA serta lembaga-
lembaga profesi lainnya.

Berbagai kritik atas kelemahan yang muncul dalam praktik akuntansi


konvensional mendorong para ilmuan muslim melahirkan akuntansi Syariah. Dengan
kontruksi akuntansi konvensional menjadi akuntansi Islam (syariah) lahir dari nilai-nilai
budaya masyarakat dan ajaran syariah Islam yang dipraktikan dalam kehidupan sosial-
ekonomi (Roddoni dan Hammed:1997). Akuntansi syariah dapat dipandang sebagai
kontruksi sosial masyarakat Islam guna menerapkan ekonomi Islam dalam kegiatan
ekonomi. Akuntansi syariah merupakan sub-sistem dari system ekonomi dan keuangan
Islam, digunakan sebagai instrument pendukung penerapan nilai-nilai Islami dalam
ranah akuntansi, fungsi utamanya adalah sebagai alat manajemen menyediakan
informasi kepada pihak internal dan eksternal organisasi (Hasyshi: 1986; Baydoun dan
Willet, 2000 serta Harahap, 2001 dalam sulistyo: 2010: 4).

Fenomena sector public di Indonesia seperti apa..yang akan ditulis? Apa problem
akuntansi sector public berbasis akrual? Dan berbasis cash dan kasih argumentasi. Lebih
dibicarakan akuntansi pemerintah berbasis akrual dengan cara pandang Syariah.. dengan
konsep maslahah akuntansi Syariah bagi sector public bukan dengan konsep al-farabi.

Sementara itu, dari beberapa baris ayat 282 surah Al Baqarah, dapat diambil salah
satu pelajaran yaitu perintah untuk mengatur dan menyusun pembukuan akuntansi sudah
secara implisit diisyaratkan oleh Al Qur’an. sekaligus perintah pembukuan akuntansi
dilengkapi dalam Al Qur’an nilai-nilai penting yang mengiringi nya seperti keadilan,
ketaqwaan, dan transparansi. Selain itu menunjukkan bahwa seberapapun pesatnya
pengembangan sistem informasi akuntansi, dokumentasi bahan primer yang sangat
penting untuk melakukan proses alur bisnis dan akuntansi, dari dokumentasi tersebut
akuntan dapat melakukan tugasnya. Ayat Al Qur’an tersebut menekankan untuk takut
kepada Allah. Filter moral akan membatasi akuntan terhadap perilaku fraud,
embezzlement, bribery, collusion bahkan korupsi karena adanya rasa takut kepada Allah
dan hari akhir. Dalam Surat Al-Baqarah ayat 282, dibahas masalah muamalah. Termasuk
di dalamnya kegiatan jual-beli, utang-piutang dan sewa-menyewa. Dari situ dapat kita
simpulkan bahwa dalam Islam telah ada perintah untuk melakukan sistem pencatatan
yang tekanan utamanya adalah untuk tujuan kebenaran, kepastian, keterbukaan, dan
keadilan antara kedua pihak yang memiliki hubungan muamalah.

2
B. Rumusan Masalah

Rumusah permasalahan yang dapat disampaikan adalah bagaimana tinjauan dalam


aspek epistemologi islam menurut Abu Nashr Al-Farabi yang menyangkut tentang
konsep pengetahuan, sumber pengetahuan dan ukuran-ukuran pengetahuan yang dapat
dilakukan dalam rangka merekonstruksi akuntansi sector publik?

C. Tujuan Penulisan

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai teori epistemologi


islam menurut Abu Nashr Al-Farabi yang menyangkut tentang konsep pengetahuan,
sumber pengetahuan dan ukuran-ukuran pengetahuan terutama dalam rangka
merekonstruksi akuntansi sector publik.

D. Manfaat Penulisan

Memberikan kontribusi konsepsional mengenai teori epistemologi islam dalam


akuntansi pemerintahan yang menyangkut tentang konsep pengetahuan, sumber
pengetahuan dan ukuran-ukuran pengetahuan dalam akuntansi sector publik.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Perkembangan Akuntansi Sektor Publik dan Akuntansi Syariah


Pada tahun 1494, buku pertama tentang akuntansi double-entry diterbitkan
oleh Luca Pacioli, adalah biarawan (pendeta) Fransiskan, ia mungkin hanya disebut
sebagai Friar Luca. Sementara Friar Luca dianggap sebagai “Bapak Akuntansi”.
Pacioli tidak menciptakan sistem. Sebaliknya, ia hanya menggambarkan metode
yang digunakan oleh perdagang di Venesia selama periode Renaissance Italia.
Sistemnya termasuk sebagian besar siklus akuntansi seperti yang kita kenal sekarang.
Buku akuntansi pertama sebenarnya adalah salah satu dari lima bagian dalam buku
matematika Pacioli, berjudul Summa de Arithmetica, Geometria, Proportioni et
Proportionalita (Segalanya Tentang Aritmatika, Geometri dan Proporsi). Bagian
tentang akuntansi ini berfungsi sebagai buku teks akuntansi satu-satunya di dunia
sampai abad ke-16. Perkembangan akuntansi dari masa ke masa akan mengikuti
perkembangan sistem ideologi dan ekonomi suatu negara. Dengan kata lain, dalam
menatap perkembangan akuntansi, tidak banyak yang tidak sepakat bahwa akuntansi
sangat dipengaruhi oleh alam dan lingkungan tempat akuntansi itu dikembangkan.

Berbagai kelemahan akuntansi konvensional ini telah disorot oleh berbagai


pihak. Beberapa isu yang sangat ditentang antara lain adalah:

1. Metode penilaian historical cost yang dianggap tidak memberikan informasi


yang relevan bagi investor apalagi pada masa inflasi
2. Sistem alokasi yang dinilai subjektif dan arbiter sehingga bisa menimbulkan
penyalahgunaan akuntansi untuk melakukan penipuan untuk kepentingan pihak
tertentu yang dapat merugikan pihak lain.
3. Prinsip konservatisme yang dianggap menguntungkan pemegang saham dan
merugikan pihak lain
4. Perbedaan standar dan perlakuan untuk mencatat dan memperlakukan transaksi
atau pos yang berbeda. Misalnya penilaian pada surat berharga, persediaan, yang
tidak konsisten dengan aktiva tetap. Yang pertama dapat menggunakan Lower of
cost or market (yang lebih rendah dari biaya atau pasar), sedangkan yang terakhir
menggunakan cost (biaya). Bahkan ada yang boleh menggunakan market (pasar).

4
5. Demikian juga perbedaan dalam pengakuan pendapatan, ada yang menggunakan
“accrual basis” ada “cash basis”.
6. Adanya perbedaan dalam pengakuan pendapatan atau biaya. Misalnya dalam hal
pengakuan pendapatan apakah pada saat barang selesai diproduksi, pada saat
dijual, atau pada saat dilakukan penagihan. Perlakuannya tidak konsisten untuk
semua jenis pos dan transaksi (Harahap, 2001 dalam Sulistyo, 2010:5).

Di sisi lain, landasan filosofis Akuntansi konvensional merupakan representasi


pandangan dunia Barat yang kapitalistik, sekuler dan liberal serta didominasi
kepentingan laba. Landasan filosofis seperti itu jelas berpengaruh terhadap konsep
dasar teoritis sampai bentuk teknologinya, yaitu laporan keuangan.

Laporan keuangan instansi public menggunakan acuan dari International Public


Sector Accounting Standards (IPSAS) adalah standar akuntansi untuk entitas sektor
publik yang dikembangkan oleh International Public Sector Accounting Standards
Board (IPSASB). IPSASB merupakan badan yang bernaung di bawah
InternationalFederation of Accountants (IFAC), organisasi profesi akuntansi di
tingkat internasional yang didirikan tahun 1977. Keberadaan IPSASB bermula dari
kesadaran akan manfaat nyata informasikeuangan yang konsisten dan terbandingkan
(comparable) lintas-jurisdiksi. Dalam mengembangkan standar akuntansi sektor
publik, IPSASB sangat mendorong keterlibatan pemerintah dan penyusun standar di
berbagai negara melalui penyampaian tanggapan/komentar atas proposal-proposal
IPSASB yang dinyatakan dalam exposure draft. IPSAS yang diterbitkan oleh
IPSASB terkait dengan pelaporan keuangan sektor publik, baik untuk yang masih
menganut basis kas (cash basis) maupun yang telah mengadopsi basis akrual (accrual
basis). IPSAS yang berbasis akrual dikembangkan dengan mengacu kepada
International Financial Reporting Standards (IFRS).

Akuntansi syariah muncul sebagai solusi atas kritik dan keterbatasan yang
ada pada akuntansi konvensional. Dimana filosofi dasar yg menjadi sumber
kebenaran dari nilai akuntansi syariah adalah dari Allah SWT sesuai dengan faham
tauhid yang di anut islam. Allah lah yg menjadi sumber kebenaran, pedoman hidup
dan sumber hidayah yg akan membimbing kita sehari hari dalam semua aspek
kehidupan. Dalam perkembangannya, akuntansi berkembang karena penerapan
sistem ekonomi islam khususnya dalam dunia bisnis, misalnya keuangan, perbankan,
asuransi, dan perusahaan lainnya. Mueller dan Belkaoui dalam Harahap, 2008 dalam

5
sulistyo: 2010: 5) menyebut akuntansi islam sebagai emerging model dengan basis
religious relativism yang didasarkan pada hukum syariah. Akuntansi islam bukan
mengenai agama (fiqih), ia sejajar dengan ilmu akuntansi kapitalis. Akuntansi islam
dibangun diatas dasar pemikiran manusia yang mengindahkan hukum-hukum Allah.
Kalau Akuntansi kapitalis dibangun atas dasar filsafat materialisme/sekularisme
hasil pemikiran manusia tanpa campur tangan Allah, maka Akuntansi Islam
dibangun di atas dasar pemikiran manusia yang mengindahkan hukum-hukum Allah.
B. Epistemologi Islam Al- Farabi
Secara teoretis ilmu akuntansi merupakan pengabungan antara rasionalisme
dan empirisme karena akuntansi merupakan ilmu yang menggunakan pemikiran
untuk menganalisis data transaksi akuntansi dalam pembuatan laporan keuangan
dimana data transaksi akuntansi merupakan hal yang kongkrit dapat di respon oleh
panca indera manusia. Ilmu akuntansi digunakan sesuai dengan kebutuhan oleh
profesi akuntan sebagai aspek dalam aksiologi atau bagaimana ilmu akuntansi
tersebut digunakan. Dalam aspek epistemologi ilmu akuntansi menjabarkan
bagaimana langkah langkah atau proses dalam pembuatan suatu laporan keuangan
dan bagaimana suatu transaksi saling mempengaruhi dalam suatu laporan keuangan.
Dari sudut pandang ontologi, ilmu akuntansi memberikan konsep mengenai
subsistem keberadaan yaitu apa yang ada itu, Ontologi adalah ilmu intisari sesuatu
hal. Metodologi yang diturunkan dari ontologi berhubungan dengan hakikat “ada”
yang menjadi objek investigasi, sehingga menjawab pertanyaan “apa”. Anggapan
epistimologi dan ontologi adalah menjadi penentu metodologi. Menurut Tejoyuwono
(2004) dalam yusnaini (2016:111), metodologi penelitian adalah suatu ilmu tentang
kerangka kerja melaksanakan penelitian yang bersistem. Fungsi filsafat adalah untuk
menguji metode yang digunakan untuk menghasilkan pengetahuan yang valid.
Akuntansi dalam Islam dapat kita lihat melalui pedoman suci umat islam, Al-Qur’an
dan Hadits.
Konsep epistemology menurut para filosof islam adalah sebagai berikut (Mustofa,
1997: 76-77):
1. Abu Yusuf Ya’qub ibn Ishak Al-Kindi (Wafat 252 H), sering disebut sebagai Al-
Kindi yang menyebutkan 3 macam pengetahuan manusia, yaitu:
a. Pengetahuan Indrawi
Pengetahun indrawi terjadi secara langsung ketika seseorang mengamati
obyek-obyek material, kemudian dalam proses tanpa tenggang waktu dan

6
tanpa berpindah ke imajinasi. Pengetahuan yang diperoleh lewat jalan ini
bersifat tidak tetap, tetapi selalu berubah dan bergerak setiap waktu.
b. Pengetahuan Rasional
Pengetahuan rasional adalah pengetahuan yang diperoleh menggunakan jalan
akal yang bersifat universal, tidak parsial dan immaterial. Pengetahuan ini
menyelidikinya sampai pada hakikatnya dan sampai pada kesimpulan bahwa
manusia adalah makhluk yang berfikir.
c. Pengetahuan Isyraqi
Pengetahuan isyraqi merupakan pengetahuan yang datang dan diperoleh
langsung dari pancaran Nur Ilahi, puncak pengetahuan dari pengetahuan ini
adalah pengetahuan yang diperoleh Nabi untuk membawakan ajaran yang
berasal dari wahyu Tuhan. Menurut al-kindi, pengetahuan inilah yang mutlak
dan benar. Pengetahuan ini hanya dimilki oleh mereka yang berjiwa suci dan
dekat dengan Allah.
2. Abu Nashr Al-Farabi (257-329 H)
Menurut Al-Farabi, manusia memperoleh pengetahuan itu dari daya mengindra,
menghayal, dan berfikir. Yang mana ketiga daya ini merujuk pada kedirian
manusia, yaitu : jism, nafs, aql.
a. Mengindra, daya ini memungkinkan manusia untuk menerima rangsangan
seperti panas dan dingin. Dengan daya ini manusia dapat mengecap,
membau, mendengar suara dan melihat.
b. Menghayal, memungkinkan manusia untuk memperoleh kesan dari hal-hal
yang dirasakan setelah obyek itu lenyap dari jangkauan indra. Daya ini adalah
menggabungkan atau memisahkan seluruh kesan-kesan yang ada sehingga
menghasilkan potongan-potongan atau kombinasi-kombinasi yang beragam.
Hasilnya bisa jadi benar bisa jadi salah.
c. Berfikir, daya ini memungkinkan manusia memahami berbagai pengertian.
3. Abu Hamid Al-Ghazali (450-505 H)
Al-Ghazali mengkaji secara mendalam persoalan-persoalan epistemologi.
Menurutnya, makrifat hakiki adalah suatu pengetahuan yang menyingkap
hakikat objek pengetahuan (ma’lum) sedemikian sehingga tidak menyisakan satu
bentuk keraguan dan tidak menghadirkan kemungkinan kekeliruan atasnya.
Al-Ghazali mendapatkan pemikiran dan menggapai keyakinan lewat alur logika
dan keluar darinya dengan jalan pengalaman mistik dan intuisi irfani. Dengan

7
menghitung kesalahan dan kekeliruan panca indra, Al-Ghazali lantas meragukan
hal-hal yang indriawi dan beranggapan bahwa sebagaimana akal bisa
mengungkap semua kesalahan panca indra, sangat mungkin akan hadir seorang
pemikir lain yang mampu menyingkap kekeliruan akal dan membatalkan
pengetahuan yang dipandang gamblang oleh akal (seperti angka sepuluh lebih
besar dari tiga). Menurutnya, pengalaman mistik dan intuisi irfani (al-kasy wa
asy-syuhud al-’irfani). Akan tetapi, ia juga meyakini bahwa jalan logika dan
penalaran akal, dengan berpegang teguh pada syarat-syaratnya, sebagai metode
memahami hakikat eksternal. Ia menekankan bahwa hasil-hasil yang dicapai oleh
pengetahuan itu sangat berpijak kepada penguatan argumentasi-argumentasinya.
4. Fakhr al-Din ar-Razi (543-606 H)
Ar-Razi memiliki konsep sama dengan para filosof sebelumnya yang
menganggap indra lahir dan akal sebagai alat untuk memahami realitas luar, dan
setelah menerima kenyataan adanya kekeliruan pada indra lahir, kemudian
meletakkan akal itu sebagai tolok ukur dalam penentuan kesalahan yang
dilakukan oleh indra lahir.
Menurut ar-razi, ilmu itu ialah hubungan antara ‘âlim (yang mengetahui) dengan
ma’lum bidz-dzat (pengetahuan esensial). Lebih lanjut Ar-razi juga menjelaskan
tentang keraguan-keraguan yang berhubungan dengan pengetahuan-pengetahuan
badihi dan gamblang, namun, menurutnya, keberadaan semua keraguan tersebut
tidak mampu menafikan kebenaran pengetahuan yang gamblang tersebut.
C. Pemikiran Abu Nashr Al-Farabi
Al-Farabi merupakan Filsuf yang pertama yang berhasil memandang filsafat
secara utuh dan menyeluruh seperti di dalam kitab karangannya yang berjudul
Ihsha’u al-‘Ulum” yang memandang Filsafat secara utuh dan sempurna serta
membahasnya secara mendetail. ia juga sangat terkenal akan kepakarannya dalam
hal filsafat Aristoteles sehingga ia dikenal dengan sebutan Mu’allim Tsani (Guru
kedua). (ahmad Hanafi, 1992:82)

Ada banyak sekali pemikiran-pemikiran yang telah dihasilkan oleh al-Farabi.


Dalam penelitian ini menggunakan salah satu teori Al-Farabi yaitu:
Teori Pengetahuan Al-Farabi
Al-Farabi berpendapat bahwa jendela pengetahuan adalah indera, sebab pengetahuan
masuk ke dalam diri manusia melalui indera. Sementara pengetahuan totalitas

8
terwujud melalui pengetahuan parsial, atau pemahaman universal merupakan hasil
penginderaan terhadap hal-hal yang parsial. Jiwa mengetahui dengan daya. Dan
indera adalah jalan yang dimanfaatkan jiwa untuk memperoleh pengetahuan
kemanusiaan (Jamil Shaliba, 1973:163) Tetapi penginderaan inderawi tidak
memberikan kepada kita informasi tentang esensi segala sesuatu, melainkan hanya
memberikan sisi lahiriah segala sesuatu. Sedangkan pengetahuan universal dan
esensi segala sesuatu hanya dapat diperoleh melalui akal.

9
BAB II

METODOLOGI

Konsep sector public akrual..

A. Metode Penelitian Filsafat Islam


Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan
filsafat islam. Berbeda dengan lingkup filsafat modern, filsafat Islam sebagaimana yang
telah dikembangkan para filosof agungnya, meliputi bidang-bidang yang sangat luas,
seperti logika, fisika, matematika dan metafisika yang berada di puncaknya. Filsafat
Islam ini memiliki pandangan yang bersifat integral-holistik. Filsafat Islam mengakui,
sebagai sumber ilmu, bukan hanya pencerapan indrawi, tetapi juga persepsi rasional dan
pengalaman mistik. Dengan kata lain menjadikan indera, akal dan hati sebagai sumber-
sumber ilmu yang sah. Akibatnya terjadilah integrasi di bidang klasifikasi ilmu antara
metafisika, fisika dan matematika, dengan berbagai macam divisinya. Demikian juga
integrasi terjadi di bidang metodoogi dan penjelasan ilmiah. Karena itu filsafat Islam
tidak hanya mengakui metode observasi, sebagai metode ilmiah, sebagaimana yang
dipahami secara eksklusif dalam sains modern, tetapi juga metode burhani, untuk
meneliti entitas entitas yang bersifat abstrak, ‘irfani, untuk melakukan persepsi spiritual
dengan menyaksikan (musyahadah) secara langsung entitas-entitas rohani, yang hanya
bisa dianalisa lewat akal, dan terakhir bayani, yaitu sebuah metode untuk memahami
teks-teks suci, seperti al-Qur’an dan Hadits. Oleh karena itu, filsafat Islam mengakui
kebasahan observasi indrawi, nalar rasional, pengalaman intuitif dan juga wahyu sebagai
sumbersumber yang sah dan penting bagi ilmu.
Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian dengan pendekatan epistemology
islam. Epistemologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari asal-usul, hakikat dan
metode sebuah ilmu pengetahuan dengan tujuan mendapatkan keyakinan. Epistemologi
Islam, didasarkan pada paradigma tauhid. Parametertetapnya adalah dari wahyu.
Parameter tidak tetapnya disesuaikan oleh keadaan waktu-tempat yang bervariasi.
Sumbernya adalah wahyu (Al Qur’an dan As Sunnah),observasi dan percobaan empiris,
serta alasan kemanusiaan (yusnaini, 2016:113).
B. Jenis Penelitian dan Sumber Data
Penelitian ini bersifat penelitian kepustakaan (Library Research). Maka dalam langkah-
langkah kerjanya akan digunakan dua sumber data sebagai acuan, yakni sumber primer
dan sumber sekunder.

10
Tidak konsisten dengan konsep alfarabi atau maqoshid?
a. Adapun yang menjadi sumber primer adalah Al-Qur’an yang telah diterjemahkan
kedalam Bahasa Indonesia, artinya seluruh rujukan mengenai konsep dasar akuntansi
dan pencatatan didapat dari sumber itu.
b. Sedangkan mengenai sumber data sekunder adalah karya-karya atau buku-buku Al-
Farabi yang telah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia dari sumber yang masih
asli serta hasil para peneliti yang sebelumnya.
C. Tehnik dan Metoda Analisis Data
Pengumpulan data dimulai dengan pengumpulan kepustakaan. Pertama dicari naskah-
naskah asli, manuskrip-manuskrip lain, varaian-varian dan mencari terjemahan penting.
Buku literatur yang ada dipelajari sebagai satu keutuhan istilah dan konsep pokok satu
persatu menurut hubungan mereka (induksi), agar dapat dipastikan kalau ada keragu-
raguan, atau dapat diterjemahkan menurut arti persis di tempat itu.
D. Sistematika Pembahasan
Bab I - Pendahuluan : Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan
kegunaan,
Bab II – Studi Pustaka : Perkembangan Akuntansi, Epistmologi Islam, Pemikiran
Abu Nasr Al-Farabi.
Bab III – Metodologi : Metode Filsaafat Islam, Jenis Penelitian dan Sumber Data,
Tehnik dan Metoda analisis Data, Sistematika Pembahasan
Bab IV – Pembahasan : Membahas permasalahan yang disandingkan dengan
metode dan teori yang ada.
Bab V – Simpulan : Kesimpulan, saran dan penutup.

11
Daftar Pustaka

Abdul Karim, 1990. Peranan Prinsip Akuntansi Dalam Pengelolaan Transaksi Keuangan,
Bandung.
Ahmad Roddoni, Abdul Hammed. 1997. Lembaga Keungan Syariah. Jakarta.
Ahmad Mustafa, 1997, Filsafat Islam, Pustaka Setia, Bandung.
Jamil Shaliba. 1973, Tarikh al-Falsafah al-‘Arabiyah, Cet. II. Beirut: Dar al-Kutub al-
Lubhani, hal. 163.
Sulistyo, Budi. 2010, “Memahami Konsep Kemanunggalan Dalam Akuntansi : Kritik Atas
Upaya Mendekonstruksi Akuntansi Konvensional Menuju Akuntansi Syariah
Dalam Bingkai Tasawuf”, Jurnal Akuntansi, Univ. Jember
Yusnaini, 2016, “Filsafat Ilmu Akuntansi: Sebuah Tinjauan pada Aspek Epistemologis
Islam”, Jurnal Filsafat Akuntansi - UNS Palembang, 30 Juni 2016

12

Anda mungkin juga menyukai