Anda di halaman 1dari 21

TUGAS KELOMPOK

PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENCATATAN KELAHIRAN


DAN KEMATIAN IBU DAN BAYI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas
DosenPengampu : Dr.Agung Suharto.,APP.,S.Pd.,M.Kes

Disusun Oleh :
Kelompok 2

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI DIII KEBIDANAN KAMPUS MAGETAN
MAGETAN
2018
TUGAS KELOMPOK
PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENCATATAN KELAHIRAN
DAN KEMATIAN IBU DAN BAYI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas
DosenPengampu : Dr.Agung Suharto.,APP.,S.Pd.,M.Kes

Disusun oleh :
1. Ulfah Afista P27824216007
2. Wahyu Tiara Ramadani P27824216008
3. Amalia Firdayanti P27824216013
4. Sinta Mustika Anggraini P27824216016
5. Vivi Pebristy Putri P27824216034

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI DIII KEBIDANAN KAMPUS MAGETAN
MAGETAN
2018

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah


memberikan rahmat serta Hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul Asuhan Kebidanan Komunitas tentang Peran Serta
Masyarakat Dalam Pencatatan Kelahiran Dan Kematian Ibu Dan Bayi

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Asuhan Kebidanan


Komunitas di Prodi DIII Kebidanan Kampus Magetan dalam menyusun laporan ini
penulis mendapatkan bantuan pengarahan dan bimbingan. Untuk itu pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.Agung Suharto.,APP.,
S.Pd.,M.Kes selaku Dosen Pengampu mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas dan
untuk semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini.

Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna,untuk itu penulis
memohon kritik dan saran untuk perbaikan pembuatan laporan di masa yang akan
datang. Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya.

Magetan, Oktober 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB 1 PENDAHUULUAN ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 4
2.1 Pengertian Peran Serta Masyarakat ................................................................ 4
2.2 Tujuan Peran Serta Masyarakat ...................................................................... 5
2.3 Langkah-Langkah Pengembangan Peran Serta Masyarakat .......................... 6
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat .................................... 6
2.5 Penggerakkan Sasaran untuk Mencapai Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak 7
2.6 Pengertian Pencatatan Kehamilan Dan Kematian Ibu Bayi ........................... 8
2.7 Tingginya AKI dan AKB di Indonesia ........................................................... 8
2.8 Penyebab Kematian Ibu dan Bayi ................................................................ 12
2.9 Pencatatan Kelahiran Dan Kematian Ibu/Bayi ............................................. 12
2.10 Sistem Pencatatan Kelahiran ........................................................................ 13
2.11 Sistem Pencatatan Kematian ........................................................................ 14
BAB 3 PENUTUP...................................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 16
3.2 Saran ............................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 17

iii
BAB 1
PENDAHUULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Balita (AKABA) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator status kesehatan di
masyarakat. Menurut data hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu mencapai 2,6 kematian per 100
kelahiran dan angka kematian bayi mencapai 32 kematian per 1000 kelahiran
hidup.
Berdasarkan kecenderungan angka-angka tersebut, akan sulit dicapai target
MDGs tahun 2015. Dari penilaian sistem kesehatan berbagai negara, Indonesia
menempati urutan 106 dari 191 negara yang dinilai untuk indikator pencapaian
yang mencakup status kesehatan dan tingkat tanggapan (responsiveness).
Puskesmas memegang peranan penting dalam usaha untuk menurunkan
AKI, AKB, AKABA di Indonesia. Melalui program-program pokoknya
diharapkan Puskesmas sebagai pelayanan strata pertama dalam Sistem
Kesehatan Nasional (SKN), bisa menerapkan pelayanan kesehatan secara
komprehensif (menyeluruh) yang meliputi usaha promotif, prventif, rehabilitatif,
dan kuratif, secara terpadu dan berkesinambungan.
Selain puskesmas, dalam usaha untuk menurunkan angka kematian ibu dan
angka kematian bayi, penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat dibidang
kesehatan akan menghasilkan kemandirian masyarakat dibidang kesehatan
dengan demikian penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat merupakan
proses sedangkan kemandirian merupakan hasil, karenanya kemandirian
masyarakat dibidang kesehatan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk dapat
mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di lingkungannya. Peran serta
masyarakat di dalam pembangunan kesehatan dapat diukur dengan makin

1
2

banyaknya jumlah anggota masyarakat yang mau memanfaatkan pelayanan


kesehatan seperti, Puskesmas, Pustu, Polindes, mau hadir ketika ada kegiatan
penyuluhan kesehatan, mau menjadi kader kesehatan, mau menjadi peserta
Tabulin, JPKM, dan lain sebagainya.
Bidan bersama sektor yang bersangkutan menggerakkan masyarakat
dalam bentuk pengorganisasian masyarakat yaitu proses pembentukkan
organisasi di masyarakat dan dapat mengidentifikasi kebutuhan prioritas dari
kebutuhan tersebut, serta mengembangkan keyakinan dan berusaha
memenuhi atas sumber–sumber yang ada di masyarakat.
Peran serta masyarakat mutlak didalam suatu upaya kesehatan termasuk
upaya kesehatan ibu dan anak. Upaya kesehatan bukan oleh pemerintah saja,
peran serta masyarakat merupakan unsur mutlak dalam kegiatan upaya
kesehatan kemandirian masyarakat diperlukan untuk mengatasi masalah
kesehatannya dan menjalin upaya pemecahannya sendiri adalah kunci
kelangsungan pembangunan. GBHN mengamanatkan agar dapat
dikembangkan suatu sistem kesehatan nasional yang semakin mendorong
peningkatan peran serta masyarakat (Melani, 2009).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Pengertian Peran Serta Masyarakat?
1.2.2 Apa Tujuan Peran Serta Masyarakat?
1.2.3 Bagaimana Langkah-Langkah Pengembangan Peran Serta
Masyarakat?
1.2.4 Apa Faktor yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat?
1.2.5 Bagaimana Penggerakkan Sasaran untuk Mencapai Pelayanan
Kesehatan Ibu dan Anak?
1.2.6 Pengertian Pencatatan Kehamilan Dan Kematian Ibu Bayi?
1.2.7 Bagaimana Tingginya AKI dan AKB di Indonesia?
1.2.8 Apa Penyebab Kematian Ibu dan Bayi?
1.2.9 Bagaimana Pencatatan Kelahiran Dan Kematian Ibu dan Bayi?
1.2.10 Bagaimana Sistem Pencatatan Kelahiran?
1.2.11 Bagaimana Sistem Pencatatan Kematian?
3

1.3 Tujuan
1.3.1 Dapat mengetahui Pengertian Peran Serta Masyarakat
1.3.2 Dapat mengetahui Tujuan Peran Serta Masyarakat
1.3.3 Dapat mengetahui Langkah-Langkah Pengembangan Peran Serta
Masyarakat
1.3.4 Dapat mengetahui Faktor yang Mempengaruhi Peran Serta
Masyarakat
1.3.5 Dapat mengetahui Penggerakkan Sasaran untuk Mencapai Pelayanan
Kesehatan Ibu dan Anak
1.3.6 Dapat mengetahui Pencatatan Kehamilan Dan Kematian Ibu Bayi
1.3.7 Dapat mengetahui Tingginya AKI dan AKB di Indonesia
1.3.8 Dapat mengetahui Penyebab Kematian Ibu dan Bayi
1.3.9 Dapat mengetahui Pencatatan Kelahiran Dan Kematian Ibu dan Bayi
1.3.10 Dapat mengetahui Sistem Pencatatan Kelahiran
1.3.11 Dapat mengetahui Sistem Pencatatan Kematian
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Peran Serta Masyarakat


Peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan adalah keadaan dimana
individu, keluarga maupun masyarakat umum ikut serta bertanggung jawab
terhadap kesehatan diri, keluarga ataupun kesehatan masyarakat lingkungannya.
Upaya kesehatan berumber daya masyarakat (UKBM) adalah wahana
pemberdayaan masyarakat yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat,
dikelola oleh, dari, untuk, dan bersama mayarakat dengan bimbingan dari petugas
puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait.
Pentingnya peran serta masyarakat memiliki arti penting dalam pembangunan
pada umumnya dan pembangunan kesehatan pada khususnya. Hal ini terbukti
dengan dicantumkannya peran serta masyarakat dalam UU No. 36 Tahun 2009
tentang kesehatan pasal 9, 18, dan 174.
Peran serta masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat
dalam memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat tersebut. Partisipasi
masyarakat di bidang kesehatan berarti keikut sertaan seluruh anggota masyarakat
dalam memecahkan setiap permasalahan. Di dalam hal ini masyarakat sendirilah
yang aktif memikirkan, merencanakan, melaksanakan, melaksanakan dan
mengevaluasikan program-program kesehatan masyarakatnya. Lembaga atas
wadah yang ada di masyarakat hanya dapat memotivasi, mendukung dan
membimbingnya. (Notoatmodjo, 2007)
Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 1997, peran serta masyarakat
adalah proses dimana individu, keluarga, lembaga, lembaga swadaya masyarakat,
dunia usaha dan masyarakat luas pada umumnya:
1. Mengambil tanggung jawab atas kesehatan dan kesejahteraan dirinya sendiri,
keluarga dan masyarakat

4
5

2. Mengembangkan kemampuan untuk berkontribusi dalam upaya peningkatan


kesehatan mereka sendiri dan masyarakat sehingga termotivasi untuk
pemecahan masalah kesehatan yang dihadapinya.
3. Menjadi perintis pembangunan kesehatan dan memimpin dalam
perkembangan kegiatan masyarakat dibidang kesehatan yang dilandasi dengan
semangat gotong royong.
Peran serta masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilakukam
berdasarkan gotong royong dan swadaya masyarakat dalam rangka menolong
mereka sendiri, mengenal, memecahkan masalah dan kebutuhan yang dirasakan
masyarakat, baik dakam bidang kesehatan maupun dalam bidang yang berkaitan
dengan kesehatan agar mampu memelihara kehidupannya yang sehat dalam
rangka meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat.
2.2 Tujuan Peran Serta Masyarakat
Menurut Melani (2009) tujuan pembinaan peran serta masyarakat adalah
terwujudnya upaya yang dilakukan oleh masyarakat secara terorganisasi untuk
meningkatkan kesehatan ibu, anak, keluarga berencana menuju keluarga sehat dan
sejahtera. Untuk mencapai tujuan tersebut berbagai upaya yang dilakukan
berbagai upaya yang dilakukan adalah:
1. Peningkatan peran pemimpin di masyarakat untuk mendorong dan
mengarahkan masyarakat dalam setiap upaya kesehatan ibu, anak dan
keluarga berencana.
2. Peningkatan dan kesadaran serta kemauan masyarakat dalam pemeliharaan,
perbaikan dan peningkatan keluarga terutama kesehatan ibu, anak dan
keluarga berencana.
3. Dorongan masyarakat untuk mengenali potensi tersedia yang dapat
dimanfaatkan untuk mendukung kesehatan masyarakat.
Selain itu, tujuan peran masyarakat adalah tujuan program peran serta
masyarakat yang meningkatkan peran dan kemandirian dan kerja sama dengan
6

lembaga-lembaga non pemerintah yang memiliki visi sesuai, yaitu meningkatkan


kuantitas dan kualitas kelembagaan dan organisasi non pemerintah dan
masyarakat, memperkuat peran aktif masyarakat dalam setiap tahap dalam proses
pembangunan melalui peniongkatan jaringan kemitraan dengan masyarakat
(Laluna, 2008).
2.3 Langkah-Langkah Pengembangan Peran Serta Masyarakat
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, langkah Pengembangan
PSM meliputi:
1. Penggalangan dukungan penentu kebijaksanaan, pemimpin wilayah, lintas
sektor dan berbagai organisasi kegiatan yang dilaksankan melalui dialog,
seminar, lokakarya dengan memanfaatkan media masa dan sistem informasi
kesehatan.
2. Persiapan petugas penyelenggara melalui pelatihan, orientasi kepemimpinan
di bidang kesehatan.
3. Persiapan masyarakat melaui rangkaian kegiatan untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam mengenal dan memecahkan masalah
kesehatan, dengan menggali dan menggerakkan sumber daya yang
dimilikinya.
4. Melaksanakan kegiatan kesehatan keluarga untuk masyarakat melalui kader
yang terlatih.
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat
Menurut Yeung (2005) beberapa faktor yang berpengaruh untuk membuat
pendekatan peran serta masyarakat bekerja yaitu:
1. Motivasi, insentif bagi kelompok untuk bekerjasama harus ada jika interaksi
dan keterlibatan ingin berkelanjutan.
2. Kepemimpinan masyarakat, keberadaan struktur kepemimpinan dalam
organisasi formal dan informal di masyarakat.
3. Kemampuan untuk melakukan learning approach, adanya fleksibilitas untuk
mencoba aktifitas dan metode baru serta memberi peluang
7

mekanisme feedback untuk belajar dari kesuksesan dan kesalahan. Dalam hal
ini masyarakat diberi hak untuk menentukan pilihannya sendiri dan
menanggung konsekuensinnya.
4. Sumber daya, kemampuan sumber daya di masyarakat.
2.5 Penggerakkan Sasaran untuk Mencapai Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
.Menurut Kepmenkes No. 128 (2004) pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan ibu dan anak, yaitu:
1. Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah kerjanya
agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan.
2. Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggarakan
setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.
3. Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan dan pemulihan.
4. Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan
masyarakat
5. Memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan
masyarakat untk hidup sehat.
6. Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk
pembiayaan.
7. Ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksana program
kesahatan.
8. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan
9. Pelayanan kesehatan perorangan
10. Pelayanan kesehatan masyarakat
8

2.6 Pengertian Pencatatan Kehamilan Dan Kematian Ibu Bayi


Pencatatan adalah suatu kegiatan pokok baik di dalam maupun di luar
gedung puskesmas, puskesmas pembantu, dan bidan di desa harus dicatat.
Kehamilan Ibu adalah dimulainya pembuahan sel telur oleh sperma sampai
dengan lahirnya janin; kehamilan normal 280 hari ( 40 minggu atau 9 bulan 7
hari ); dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Kematian ibu adalah kematian seorang perempuan saat hamil atau dalam 42
minggu setelah berhentinya kehamilan, tanpa memandang durasi atau lokasi
kehamilan, karena berbagai penyebab yang berhubungan dengan distimulasi
oleh kehamilan dan penanganannya, tetapi tidak dari kasus – kasus kecelakaan
atau incidental ( Depkes RI, 1998 )
Angka Kematian Ibu ( AKI ) adalah jumlah kematian ibu ( 15 – 49 tahun )
per 100.000 perempuan per tahun. Ukuran ini merefleksikan, baik resiko
kematian ibu hamil dan baru saja hamil, serta proporsi perempuan menjadi
hamil pada tahun tersebut ( Depkes RI, 1998 ). Angka Kematian Bayi ( AKB )
adalah jumlah kematian bayi sebelum mencapai umur tepat satu tahun per 1.000
kelahiran hidup ( BPS, 2003 )
2.7 Tingginya AKI dan AKB di Indonesia
AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi. Tingginya angka kematian ibu
dan kematian bayi menunjukkan masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan
( Maternal mortality is an indicator of how well the entire health care system is
functioning ). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia pada
tahun 1994, AKI adalah 390 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 40 per
1.000 kelahiran hidup.
a. Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia dari tahun 1967 sampai dengan
tahun 1996 menunjukkan kecenderungan menurun. Estimasi AK yang
dilakukan Biro Pusat Statistik adalah berdasarkan perhitungan dari data hasil
sensus/survei (tentang rata-rata yang dilahirkan hidup menurut ibu).
9

Pada kurun waktu tahun 1967-1976 (9 tahun), penurunan AKB ratarata per
tahun adalah 3,2%, yaitu 145 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1967,
menjadi 109 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1976. Untuk periode 1986-
1992, penurunan AKB rata-rata per tahun adalah 4,1% yaitu 71 per 1000
kelahiran hidup pada tahun 1986 menjadi 60 per 1000 kelahiran hidup pada
tahun 1992. Dari hasil proyeksi, terlihat bahwa AKB pada tahun 1992 sebesar
60 per 1000 kelahiran hidup yang cenderung menurun menjadi 54 per 1000
kelahiran hidup pada tahun 1996. Berdasarkan jenis kelamin, terlihat bahwa
angka kematian pada bayi laki-laki tampaknya lebih besar dibandingkan bayi
perempuan.
Pola penyakit penyebab kematian bayi dari SKRT tahun 1986 berbeda
dengan hasil SKRT tahun 1992. Perbedaan proporsi antara tahun 1986 dan 1992
ini mungkin disebabkan oleh cakupan sampel SKR.T 1986 yang hanya
mencakup 7 provinsi, sedangkan pada tahun 1992 mencakup 37 provinsi.
Proporsi penyakit penyebab kematian pada bayi hasil SKRT ,ahun 1986 yang
tertinggi adalah penyakit tetanus neonatorum (19,3%), sedangkan hasil SKRT
1992 adalah penyait ISPA (36%). Jika dibanding~an hasil SKRT 1992 dengan
hasil SKRT 1995, penyakit sistem pernapasan menduduki urutan pertama,
sedangkan gangguan pranatal naik dari .irutan kelima pada SKRT 1992 dan
menjadi urutan kedua pada SKRT :995. Jika dibandingkan pola penyakit
penyebab kematian bayi antara lawa-Bali dan luar Jawa-Bali, terlihat urutan
tertinggi di Jawa-Bali cisebabkan gangguan pranatal (33,5%), sedangkan di luar
Jawa-Bali cisebabkan penyakit sistem pernapasan.
b. Angka Kematian Balita (AKABA)
Angka kematian balita (0--4 tahun) adalah jumlah kematian anak usia C-4
tahun per 1000 kelahiran hidup. AKABA menggambarkan tingkat perm
asalahan kesehatan anak dan faktor lain yang berpengaruh terhadap keseatan
anak balita, seperti gizi, sanitasi, penyakit menular, dan kecelakaan.
10

Estimasi angka kematian balita di Indonesia yang dihitung dari data iro Pusat
Statistik, mengalami penurunan yang cukup berarti, yaitu an 111 per 1000
kelahiran hidup pada tahun 1986 menjadi 81 per 1000 kelahiran hidup pada
tahun 1993. Angka kematian balita tertinggi d Provinsi Nusa Tenggara Barat
(162 per 1000 kelahiran hidup), sedangkar Provinsi DKI Jakarta (4 per 1000
kelahiran hidup.
Hasil SKRT menunjukkan 5 penyakit penyebab kematian. anak balita,
yaitu sistem pernapasan (30,8%), gangguan pranatal (21,6%), diare (15,3%),
infeksi dan parasit lain (6,3%), dan saraf (tetanus) (5,5%).
c. Angka Kematian Ibu (AKI)
Angka kematian ibu berguna untuk menggambarkan tingkat kesa daran
perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatar
lingkungan, dan tingkat pelayanan kesehatan (terutama untuk ibu hamil ibu
waktu melahirkan, dan masa nifas). Angka kematian ibu sampai saal ini baru
diperoleh dari survei terbatas seperti penelitian dan pencatatar pada 12 rumah
sakit pendidikan (1977-1980) diperoleh AKI 370 per 100.00( kelahiran hidup.
Penelitian oleh Universitas Padjadjaran di Ujung Berun€ (1978-1980) AKI 170,
dan di Kabupaten Sukabumi tahun 1982 sebesar 450 dan hasil SKRT 1980
adalah 150 per 100.000 kelahiran hidup. Hasil in relatif rendah karena survei
tidak mencakup semua provinsi. Menurut hasi: SKRT tahun 1992, angka
kematian ibu sebesar 425 per 100.000 kelahirar hidup. Hasil survei demografi
Kesehatan Indonesia tahun 1994 menunjuk kan angka 390 per 100.000
kelahiran hidup, sedangkan pada hasil SKRZ 1995, angka kematian ibu sebesar
373 per 100.000 kelahiran hidup.
d. Angka Kematian Kasar (AKK)
Dari hasil sensus tahun 1971 dan 1980, SUPAS tahun 1967 dan 1985
terlihat bahwa angka kematian kasar cenderung menurun dan menurut hasil
perkiraan BPS angka kematian kasar (AKK) pada kurun waktL 1985-1990 akan
menjadi 7,9 per 1000 penduduk dan selanjutnya pade kurun waktu 1990-1995
11

menjadi sebesar 7,5 per 1000 penduduk. Penyakit penyebab kematian per 100
kematian hasil SKRT 1986 se. bagai urutan pertama adalah penyakit diare
sebesar 12 per 1000 kema. tian, sedangkan dari hasil SKRT 1992 dan SKRT
1995 adalah penyakit sistem sirkulasi, yaitu sebesar 16 per 100 kematian tahun
1992 menjad 18,9 per 100 kematian tahun 1995. Sementara itu, dari hasil SKRT
1991: untuk daerah Jawa-Bali menunjukkan bahwa penyakit kematian utama
adalah sistem sirkulasi (24,2 per 100 kematian). Penyakit sistem sirkulasi ini
mencakup hipertensi, penyakit jantung iskemia, penyakit paru yang berkaitan
dengan jantung, komplikasi penyakit jantung yang kausanya tidak jelas, dan
penyakit serebrovaskular. Untuk daerah luar Jawa-Bali, menunjukkan bahwa
penyakit penyebab kematian utama adalah sistem pernapasan (16,0 per 100
kematian) yang diikuti penyakit sistem sirkulasi (14,3 per kematian) dan
tuberkulosis (10,9%).
Untuk tahun 1995, pola penyakit penyebab kematian bukan penyebab
langsung secara nasional, berbeda dengan pola penyakit penyebab kematian
pada rumah sakit umum kelas A, B, C maupun D. Secara nasional dan menurut
rumah sakit umum kelas B, penyakit serebrovaskular merupakan penyebab
utama kematian. Pada rumah sakit umum kelas A, penyakit karena cedera dan
keracunan merupakan penyebab utama, sedangkan pada rumah sakit umum
kelas C dan D, penyebabnya adalah penyakit saluran napas bawah.
Jika dilihat pola penyakit pada tahun 1995, penyakit utama yang terbanyak
secara nasional bukan merupakan penyebab utama yang mendasari kematian.
Untuk kasus penyakit terbanyak secara nasional, yaitu penyakit infeksi usus,
penyakit karena cedera, dan keracunan di rumah sakit umum kelas A,
komplikasi obstetri dan abortus di rumah sakit umum kelas B, sedangkan di
rumah sakit umum kelas C dan D sama dengan tingkat nasional, yaitu penyakit
infeksi usus.
12

2.8 Penyebab Kematian Ibu dan Bayi


Penyebab kematian ibu diantaranya adalah perdarahan (42%), eklamsia
(13%), aborsi (11% ), infeksi (10% ), partus lama (9%), dan lain – lain (15%).
Sedangkan AKI berdasarkan BPS ( 2003 ) adalah 35 per 1.000 kelahiran hidup,
dengan penyebab gangguan perinatal 34,7 %; sistem pernapasan 27,6 %; diare
9,4 %; sistem pencernaan 4,3 %; tetanus 3,4 %; saraf 3,2 %; dan gejala tidak
jelas 4,1 %
2.9 Pencatatan Kelahiran Dan Kematian Ibu/Bayi
Dari hasil sensus 1971 dan 1980 diperkirakan bahwa tingkat kelahiran kasar
di indonesia pada tahun 1971 dan 1980 masing-masing 44 dan 36 /1000
penduduk.Pada tahun 1988 tingkat kelahiran kasar diperkirakan menjadi
28,7/1000 penduduk.Jumlah kelahiran total atau (total pertility rate) pada tahun
1971 5,6/wanita ,pada tahun 1980 menjadi 46/wanita dan pada tahun 1988
diperkirakan menjadi 3,48/wanita.Tingakat kematian kasar pada 1971 dan 1980
adalah 19/1000 dan 12,5/1000.Pada tahun 1988 angka ini di perkirakan menjadi
7,9/1000 penduduk.Tingkat kematian bayi (infant mortility rate) yang pada 1971
sebesar 14.
Sistem Pencatatan Kelahiran dan Kematian dimaksudkan untuk melihat dan
mengkaji apakah kewajiban-kewajiban dan persyaratan-persyaratan dalam
pencatatan, penerbitan dan pelaporan peristiwa kelahiran dan kematian teradopsi
dalam sistem dengan komponen masukan (input), proses dan keluaran (output)
dan sub-sub sistemnya. Secara umum, sistem itu terdiri dari tiga (3) komponen
yang lazim disebut dalam dunia manajemen yakni model umum suatu sistem
seperti berikut: Sumber: Sutanta (2003:6) dan Diana dan Setiawati (2011:4)

INPUT PROSES OUTPUT

Gambar 1. Model Umum Suatu Sistem


Namun sebenarnya, sistem itu tidak sesederhana gambar di atas, dan dari
gambar di atas dapat didefinisikan sistem, yaitu sekumpulan hal atau kegiatan
13

atau elemen atau subsistem yang saling bekerja sama atau yang dihubungkan
dengan cara-cara tertentu, sehingga membentuk satu kesatuan untuk
melaksanakan suatu fungsi guna mencapai suatu tujuan (Sutanta 2003:4).
Menurut Sutanta (2003) ada sepuluh karakteristik sistem yaitu:
1. Mempunyai komponen (components)
2. Mempunyai batas (boundary)
3. Mempunyai lingkungan (environment)
4. Mempunyai penghubung/antar muka (interface) antar komponen
5. Mempunyai masukan (input)
6. Mempunyai pengolahan (processing)
7. Mempunyai keluaran (output
8. Mempunyai sasaran (objectives) dan tujuan (goal)
9. Mempunyai kendali (control)
10. Mempunyai umpan balik (feed back).
2.10 Sistem Pencatatan Kelahiran
Sistem Pencatatan Kelahiran terdiri dari tiga (3) komponen yaitu:
a. Masukan (Input)
Masukan atau Input dalam Sistem Pencatatan Kelahiran menjelaskan
empat sub-sub komponen yaitu:
1) Prosedur
2) Metode
3) Dukungan
4) Masalah yang dihadapi
b. Dapat dikemukakan sebagai berikut:
1) Merujuk pada peraturan perundang-undangan yaitu “Bahwa
setiap peristiwa kelahiran wajib dilaporkan oleh penduduk kepada
Instansi Pelaksana di tempat terjadinya kelahiran”. Hal ini lebih
disebabkan oleh rendahnya kesadaran penduduk di kedua daerah
tersebut untuk melaporkan peristiwa kelahiran yang dialaminya”,
14

sehingga lebih suka menunda untuk melaporkan atau kalau


anaknya sudah mau masuk sekolah, baru mau mengurus Akte
Kelahiran anaknya. Juga kalau ada keperluan lain seperti mau
umroh atau naik haji baru berkeinginan untuk mengurus akte
kelahirannya.
2) Mengisi formulir sebagai metode kerja yang selalu diterapkan
oleh Dinas Dukcapil. Itulah sebabnya, selalu ada pegawai yang
selalu siap melayani secara khusus, untuk memberikan formulir
bagi penduduk di kedua daerah, yang datang melaporkan
peristiwa kelahiran.
3) Untuk tetap mendukung kelancaran sistem Pencatatan kelahiran
di kedua daerah kajian, sarana prasarana sudah tersedia dan cukup
baik, seperti komputer beserta operatornya dan anggaran pun
telah disediakan dalam APBD. Akte Kelahiran yang diterbitkan
dan siap untuk diserahkan tersebut dalam penyerahannya selalu
menggunakan tanda terima.
4) Kemudian akte kelahiran yang diterbitkan dan yang sudah
diserahkan kepada yang berhak menerimanya, secara teratur
dilaporkan ke Bagian Dukcapil Biro Pemerintahan Umum Prov.
Dengan demikian, hasil (output) dalam Sistem Pencatatan
Kelahiran baik di Daerah Kabupaten maupun Daerah Kota, tidak
ada kendala yang dihadapi.
2.11 Sistem Pencatatan Kematian
Sistem Pencatatan Kematian terdiri dari tiga (3) komponen yaitu:
a. Masukan (Input)
Masukan atau input dalam Sistem Pencatatan Kematian menjelaskan empat
(4) sub-sub komponen yaitu:
1) Prosedur
2) Metode
15

3) Dukungan
4) masalah yang dihadapi
Sesuai dengan jawaban informan dalam tabel di atas, dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1) Berdasarkan Putusan Presiden (Perpres) No. 25 Tahun 2008, dalam
Pasal 81 ayat (1), (2) dan (3) sebagaimana terdapat dalam matrik,
dengan jelas menyebutkan “Pencatatan kematian dilakukan dengan cara
pelapor mengisi formulir dan menyerahkan formulir pelaporan
kematian” Hal ini tidak selalu terjadi karena rendahnya kesadaran
penduduk melaporkan peristiwa kematian baik di daerah Kabupaten
maupun di daerah Kota. Apabila keluarga yang mengalami peristiwa
kematian datang melaporkan, pasti peraturan di atas dilaksanakan sesuai
prosedur dan metode kerja yang ditetapkan.
2) Dukungan personil, sarana prasarana serta anggaran untuk Kabupaten
untuk melaksanakan pencatatan peristiwa selalu tersedia. Tetapi untuk
Kota sampai saat ini dana/anggaran untuk mendukung pencatatan
kematian belum tersedia.
3) Masalah yang dihadapi baik Kabupaten maupun Kota adalah tingkat
kesadaran masyarakat yang rendah untuk melaporkan peristiwa
kematian dari keluarganya dan tempat pelayanan yang jauh.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk peran serta
masyarakat dalam pencatatan kelahiran dan kematian ibu dan bayi berupa
pendataan sasaran, pencatatan kelahiran dan kematian ibu dan bayi, dan
pergerakan sasaran agar mau menerima atau mencapai pelayanan kesehatan ibu
dan anak (KIA) serta segala upaya fasilitasi yang bersifat persuasif dan melalui
memerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahun, sikap, perilaku, dan
kemampuan masyarakat dalam menemukan, merencanakan serta memecahkan
masalah menggunakan sumber daya atau potensi yang mereka miliki termasuk
partisipasi dan dukungan tokoh-tokoh masyarakat yang ada dan hidup di
masyarakat.
3.2 Saran
Dalam pembahasan ini sebaiknya bidan serta masyarakat lebih meningkatkan
kesadaran dan peran serta masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dan mencapai pelayanan kesehatan ibu dan anak.

16
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 1998.Standar Pelayanan dan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit.


Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Melani. 2009. “Fermentasi” (online),


(http://www.scibd.com/doc/9739014/FERMENTASI, diakses pada tanggal 10
Oktober 2018).

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta

Kepmenkes RI No. 128/ Menkes/ SK/ II tahun 2004 Tentang Kebijakan Dasar
Puskesmas.

Permenkes. 2009. Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

17

Anda mungkin juga menyukai