Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit yang di sebabkan oleh cacing sering kali dianggap masalah biasa,
Sebenarnya hal ini sangat beralasan karena pada umumnya penyakit ini bersifat
kronis sehingga secara klinis tidak tampak begitu nyata. Karakteristik fisik
wilayah tropik seperti Indonesia merupakan surga bagi kelangsungan hidup
cacing parasitik yang ditunjang oleh pola hidup kesehatan masyarakatnya
(Edmundson 1992).
Penyakit kecacingan masih sering dijumpai di seluruh wilayah Indonesia.
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing ini tergolong penyakit yang kurang
mendapat perhatian, sebab masih sering dianggap sebagai penyakit yang tidak
menimbulkan wabah maupun kematian. sebab secara perlahan adanya infestasi
cacing di dalam tubuh penderita akan menyebabkan gangguan pada kesehatan
mulai yang ringan, sedang sampai berat yang ditunjukkan sebagai manifestasi
klinis diantaranya berkurangnya nafsu makan, rasa tidak enak di perut, gatal –
gatal, alergi, anemia, kekurangan gizi berupa kalori dan protein.
Toxocariasis adalah penyakit parasiter yang disebabkan oleh infeksi cacing
nematoda.Terdapat tiga spesies Toxocara yang sangat penting yaitu Toxocara
canis menyerang anak anjing dan anjing dewasa,Toxocara cati menyerang anak
kucing dan kucing dewasa, dan Ancylostoma braziliensis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Vicseral dan Cutaneus ?
2. Apa penyebab dan Gejala infeksi tersebut ?
3. Bagaimana pemeriksaan laboratorium infeksi tersebut ?
4. Bagaimana penularan dan pencegahan infeksi tersebut ?
5. Bagaimana cara pengobatan/penatalaksanaan infeksi tersebut ?

1.3 Tujuan
1. Agar pembaca dapat memahami Vicseral dan Cutaneus
2. Agar pembaca dapat mengetahui penyebab dan Gejala infeksi
3. Agar pembaca dapat mengetahui pemeriksaan laboratorium infeksi
4. Agar pembaca bagaimana penularan dan pencegahan infeksi tersebut
5. Agar pembaca dapat mengetahui cara pengobatan/penatalaksanaan infeksi
tersebut

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Helmintologi


Kata “helminth” berasal dari bahasa Yunani yang berarti cacing, semula
ditunjukan pada cacing usus, tetapi lebih umum dimaksudkan keduanya yang bersifat
parasit maupun bebas.

2.2 Klasifikasi
Berdasarkan taksonomi, cacing dibagi kedalam dua kelompok, diantaranya :
1) Nemathelminthes (cacing gilik)
2) Platyhelminthes (cacing pipih)
Cacing yang termasuk ke dalam Nemathelminthes atau Nematoda yaitu Toxocara
cati dan Toxocara canis, Ancylostoma braziliensis, A.caninum, Uncirania
stenocephala, Gnathostoma spinigerum, A. duodenale, Necator americanus, dan
Strongyloides stercoralis.
Larva Migrans, yaitu terjadinya migrasi larva cacing nematode terutama
nematode binatang dalam tubuh manusia tempat larva tersebut tidak dapat
berkembang lebih lanjut untuk menjadi dewasa, dalam hal ini manusia bertindak
sebagai hospes prantara.
Terdapat dua jenis Larva Migrans, yaitu :
 Visceral Larva Migrans
 Cutaneus Larva Migrans.

A. VISCERAL LARVA MIGRANS


a. Pengertian
Visceral Larva Migrans (VLM) disebut juga penyakit Toxocariasis karena
penyebabnya, yaitu Toxocara canis yang banyak ditemukan pada anjing, dan
dalam jumlah kecil juga oleh Toxocara cati pada kucing. Toksokariasis adalah

2
suatu infeksi yang terjadi akibat penyerbuan larva cacing gelang ke organ tubuh
manusia.
b. Penyebab
Vicseral Larva migrans disebabkan oleh Toxocara canis (Ascaris anjing) dan
Toxocara cati (Ascaris kucing). Kadang-kadang Larva Ascaris lumbicoides,
Srtongyloides stercoralis dan cacing tambang manusia yang tersesat.
Toxocara canis berjenis kelamin jantan mempunyai ukuran panjang yang
bervariasi antara 3,6 – 8,5 cm, sedangkan Toxocara canis betina mempunyai
ukuran antara 5,6 – 10 cm.
Toxocara cati berjenis kelamin jantan berukuran antara 2,5 – 7,8 cm sedangkan
Toxocara cati betina mempunyai ukuran antara 2,5 -14 cm. Bentuk hewan ini
menyerupai Ascaris lumbricoides muda. Pada Toxocara canis terdapat sayap
servikal yang bebentuk seperti lanset, sedangkan pada Toxocara cati berbentuk
sayap yang lebih lebar sehingga kepalanya menyerupai kepala ular kobra.
Bentuk ekor Toxocara canis dan Toxocara cati hampir sama, untuk yang
berjenis kelamin jantan ekornya berbentuk seperti tangan dan dengan jari yang
sedang menujuk (digitform), sedangkan untuk yang berjenis kelamin betina
bentuk ekornya bulat meruncing.
Siklus Hidup Toxocara canis dan Toxocara cati
Siklus hidup Toxocara canis dan Toxocara cati pada anjing atau kucing serupa
dengan siklus askariasis pada manusia.
Siklus hidup cacing Toxocara canis dan Toxocara cati yaitu hidup ditanah,
lumpur, pasir dan tempat-tempat kotor.
c. Gejala / Kelainan Fisik
Toksokariasis biasanya mnyebabkan infeksi yang relative ringan pada anak-anak
usia 2-4 tahun, tetapi bias juga mengenai orang dewasa.
Gejala yang timbul pada saat terkena infeksi Visceral, yaitu:
 Demam
 Batuk
 Mengigil

3
 Hepatomegali
 Eosinophilia
 Muntah
 Anemia
 Leukopeni
 Emasiasi
 Hipergammaglobulinemia
 Warna kulit ke abu-abuan.
Anak-anak yang lebih besar tau orang dewasa lebih cenderung tidak
menunjukan gejala, tapi mereka bias mengalami luka dimata yang
mengakibatkan gangguan penglihatan dan biasa dikelirukan dengan suatu
tumor ganas di mata.
d. Pemeriksaan Laboratorium
Secara laboratoris pada pemeriksaan serum darah ditemukan eosinophilia dan
hipergammaglobulinemia. Darah juga diperiksa untuk dihitung diferential secara
test intradermal (walau sudah jarang digunakan). Tes serologis yang digunakan
dapat berupa fiksasi komplemen, flouresen antibody, hemaglutinasi indirek, atau
akhir-akhir ini ELISA (diagnosis presumtif jika titer >1:16). Biopsi hepar juga
dapat dilakukan untuk menemukan lesi granuloma eosinofilik.
e. Pencegahan
 Berikan penyuluhan kepada masyarakat, terutama kepada pemilik
peliharaan tenta bahaya dari kebiasaan pica (mengigit, menjilat benda-
benda) yang terpajan daerah yang tercemar oleh kotoran hewan
peliharaan.
 Pemberian pengobatan berkala kepada anjing dan kucing peliharaan.
 Bersihkan tanah berpasir tempat anjing dan kucing membuang tinja dan
tempat anak-anak bermain.
 Gunakan pelindung kaki dan tangan ketika bekerja dikebun.

4
f. Penularan
Kebanyakan infeksi yang terjadi pada anak-anak adalah secara langsung atau
tidak langung karena menelan telur Toxocara yang infektif. Secara tidak
langsung melalui makanan seperti sayur sayuran yang tercemar atau secara
langsung melalui tanah yang tercemar dengan perantaraan tangan yang kotor
masuk kedalan mulut.
Telur memerlukan pematangan embrio selama beberapa minggu ditanah. Jika
kemudian telur infektif ini termakan, telur akan menetas di dalam usus dan larva
akan keluar bermigrasi keberbagai organ tubuh melali saluran limfe atau darah.
g. Pengobatan / Penatalaksanaan
Umumnya berupa pengobatan simptomatis. DEC (dietil-karbamazine) dapat
dicoba dengan pemberian per oral selama 2-3 minggu. Thiabendazol atau
Mebendazol juga lazim dicobakan.
Mebendazol
Dosis dewasa dan anak diatas 2 tahun : 100-200 mg dua kali sehari, selama 4
hari.
Anak kurang dari 2 tahun : kurang dianjurkan
Anti alergi, untuk mengurangi alergi lokak.
Antibiotika, diberikan bila ada infeksi skunder (Bernanah).

B. CUTANEUS LARVA MIGRANS


a. Pengertian
Cutaneus Larva Migrans (CLM) adalah kelainan kuliat yang disebabkan oleh
penetrasi larva nematode dari berbagai cacing kait ke bawah kulit. Buku teks
barat menyebutnya Creeping erupton. Larva cacing kait yang lazim terlibat
adalah larva Ancylostoma braliziensis dari anjing atau kucing, A. caninum dan
Uncinaria stenochepala dari anjing, Gnathostoma spinigerum dari babi, dan
dari manusia sendiri, yaitu A. duodenale, Necator americanus, dan
Strongyloides stercoralis.
b. Penyebab

5
Cutaneus Larva Migrans (CLM) disebabkan oleh Ancylostoma braliziensis dari
anjing atau kucing, A. caninum dan Uncinaria stenochepala dari anjing,
Gnathostoma spinigerum dari babi, dan dari manusia sendiri, yaitu A.
duodenale, Necator americanus, dan Strongyloides stercoralis.
Ancylostoma caninum mempunyai 3 pasang gigi. Panjang cacing jantan
dewasa berukuran 11-13 mm dengan bursa kopulatriks dan cacing betina
dewasa berukuran 14-21 mm. cacing betina meletakan rata-rata 16.000 telur
setiap harinya.
Ancylostoma braziliense mirip dengan A. caninum tetapi kapsul bulaknya
memanjang berisi dua pasang gigi sentral. Gigi sebelah lateral lebih besar,
sedangkan gigi sebelah medial lebih kecil. Selain itu Ancylostoma braziliense
juga terdapat sepasang gigi segitiga di dasar bulak kapsul. Cacing betina
berukuran 6-9 mm dan cacing jantan berukuran 5-8 mm. cacing betina dapat
mengeluarkan 4.000 butir telur setiap hari.
Siklus Hidup
Telur keluar bersama tinja pada kondisi yang menguntungkan (lembab, hangat,
dan tempat yang teduh). Setelah itu larva menetas dalam 1-2 hari. Larva
rabditiform tumbuh di tinja dan/atau tanah dan menjadi larva filariform (larva
stadium tiga) yang infektif setelah 5-10 hari. Larva infektif ini dapat bertahan
selama 3-4 minggu dikondisi lingkungan yang sesuai. Pada kontak dengan
penjamu hewan (anjing dan kucing) menembus kulit dan dibawa pembuluh
darah menuju jantung dan keseluruh organ manusia.
c. Gejala / Kelainan Fisik
Awalnya, pada manusia dapat menimbulkan rasa gatal yang hebat ditempat
larva melakukan penetrasi. Terjadi papula pada titik penetrasi kemudian
timbul eritrema berbentuk seperti gambaran ular berkelok dibawah kulit
berwarna kemerahan yang menggambarkan gerak perjalanan larva dibawah
kulit. Dalam migrasinya melalui aliran darah, dapat imbul gejala paru disertai
eosinofila. Setelah larva berkembang menjadi dewasa di usus (sangat jarang),
dapat terjadi gejala intestinal. Pada anjing dan kucin timbul gejala anemia,

6
bulu rontok, gejala lesu, dan gelisah. Kematian terjadi jika timbul infeksi
berat.
d. Pemeriksaan Laboratorium
Karena stadium dewasa di intestine jarang terjadi, pemeriksaan ova pada tinja
kurang memuaskan. Disarankan memeriksa peningkatan eosinophil melalui
pemeriksaan darah. Dapat juga mengambil larva diujung terowongan untuk
pemeriksaan mikroskopis. Pada anjing dan kucing, pemeriksaan telur
Ancylostoma dengan teknik flotasi.
e. Pencegahan
 Berikan penyuluhan kepada masyarakat, terutama kepada pemilik
peliharaan tenta bahaya dari kebiasaan pica (mengigit, menjilat benda-
benda) yang terpajan daerah yang tercemar oleh kotoran hewan
peliharaan.
 Pemberian pengobatan berkala kepada anjing dan kucing peliharaan.
 Bersihkan tanah berpasir tempat anjing dan kucing membuang tinja dan
tempat anak-anak bermain.
 Gunakan pelindung kaki dan tangan ketika bekerja dikebun.
f. Penularan
Melalui penetrasi kulit oleh larva infektif, terutama pada pekerja kebun dan
anak-anak yang sering baermain tanah lembab pasir (sandy soil) tempat anjing
dan kucing bebas membuang tinjanya.
g. Pengobatan/Penatalaksanaan
Tiabendazol per oral selama 3 hari, dkombinasi dengan krim topical anti gatal.
Penyemprotan atau spray topical dengan etil klorida dapat membunuh
larvanya selain menimbulkan mati rasa untuk mengurangi gatal dan nyeri.
Rendam tangan atau kaki dalam larutan hipoklorit. Antihistamin juga dapat
dianjurkan. Pada hewan dapat dicoba penyuntikan disofenol secara subkutan.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Visceral Larva Migrans (VLM) disebut juga penyakit Toxocariasis karena
penyebabnya, yaitu Toxocara canis yang banyak ditemukan pada anjing, dan
dalam jumlah kecil juga oleh Toxocara cati pada kucing. Toksokariasis adalah
suatu infeksi yang terjadi akibat penyerbuan larva cacing gelang ke organ tubuh
manusia. Toksokariasis biasanya mnyebabkan infeksi yang relative ringan pada
anak-anak usia 2-4 tahun, tetapi bias juga mengenai orang dewasa.
Gejala yang timbul pada saat terkena infeksi Visceral, yaitu: Demam, Batuk,
Mengigil, Hepatomegali, Eosinophilia.
Cutaneus Larva Migrans (CLM) adalah kelainan kuliat yang disebabkan oleh
penetrasi larva nematode dari berbagai cacing kait ke bawah kulit. Buku teks
barat menyebutnya Creeping erupton. Larva cacing kait yan lazim terlibat
adalah larva Ancylostoma braliziensis dari anjing atau kucing, A. caninum dan
Uncinaria stenochepala dari anjing, Gnathostoma spinigerum dari babi, dan dari
manusia sendiri, yaitu A. duodenale, Necator americanus, dan Strongyloides
stercoralis.

8
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Bernardus Sandjaja, DMM, DTM&H, MSPH.2007.Parasitologi Kedokteran Buku


I Protozoologi Kedokteran.Jakarta:Prestasi Pustaka Publisher

Djaenudin Natadisastra, dr.,Sp.ParK. dan Prof. Dr.Ridad Agoes,


MPH.2009.Parasitologi Kedokteran Ditinjau dari organ tubuh yang
diserang.Jakarta:EGC

Pinardi Hadidjaja, Prof.Dr.dr,MPH&TM,SpParK, Sri S.Margono,


Prof.dr.SpParK.2011. Dasar Parasitologi Klinik Pertama.Jakarta:Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai