Diabetes Melitus (DM) merupakan kategori penyakit tidak
menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat,baik secara global,regional,nasional maupun lokal.Salah satu jenis penyakit metabolik yang mengalami peningkatan penderita setiap tahun di negara-negara seluruh dunia.Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindroma yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh karena adanya kelainan pada sel beta pada orangdarah meningkat karena adanya resistensi insulin akibat gaya hidup yang salah ( Soegondo, 2013 ).Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,kerja insulin atau keduanya (PERKENI,2011).
Data World Health Organization (WHO) jumlah penderita DM
seluruh dunia diperhitungkan mencapai 221 juta dan proposi lebih tinggi tersebar pada daerah Asia dan Afrika,prevalensi kasus DM meningkat 2-3 kali lipat setiap tahunnya.WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2025,jumlah penderita DM akan meningkat menjadi 300 juta orang ( Kemenkes RI,2014).Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Rinkesdas) tahun 2007 yang hanya memeriksa penduduk di perkotaan mendapatkan di antara responden yang diperiksa gula darahnya 5,7% menderita diabetes melitus. Dari yang terdeteksi tersebut hanya 26,3% yang telah terdiagnosis sebelumnya dan 73,7% tidak terdiagnosis sebelumnya. Sedangkan pada Riskesdas 2013, dari 6,9% penderita diabetes melitus yang didapatkan, 30,4% yang telah terdiagnosis sebelumnya sebelumnya. Meskipun terjadi peningkatan proporsi penderita diabetes melitus yang terdiagnosis namun proporsi yang tidak terdiagnosis sebelumnya masih besar ( Kemenkes RI, 2014).
Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 prevalensi penyakit diabetes
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan di Provinsi Lampung 0,4 per 1000 penduduk. Prevalensi penderita DM meningkat dengan bertambahnya usia, tetapi cenderung menurun kembali setelah usia 64 tahun.Prevalensi DM menurut jenis kelamin didapatkan pada perempuan (6,4%) lebih tinggi dibandingkan laki-laki (4,9%), menuruttingkat pendidikan prevalensi DM paling tinggi pada kelompok tidak sekolah (8,9%) dan tidak tamat SD (8,0%).Ditinjau dari segi pekerjaan,prevalensi DM lebih tinggi pada kelompok ibu rumah tangga (7,0%) dan tidak bekerja (6,9%) diikuti pegawai dan wiraswasta yang masing-masing (5,9%). Berdasarkan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita , prevalensi DM meningkat sesuai dengan meningkatnya tingkat pengeluaran ( Kemenkes RI, 2013).
Di provinsi Lampung berdasarkan data pola penyakit penderita
puskesmas dan rumah sakit dari berbagai tingkatan umur , jumlah kasus DM menempati urutan kedua setelah penyakit neoplasma ganas, sedangkan berdasarkan data pola kematian menurut penyakit penyebab kematian pasien dirawat di Rumah Sakit Provinsi Lampung. Diabetes Melitus menempati urutan ke 16 dengan jumlah 430 orang (1,15%) dari jumlah kematian 37,279 ( Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2013 ). Dan pada tahun 2014 mengalami peningkatan menjadi 69,282 kasus dari 1.731.543 pasien (4%) dan merupakan urutan ke 8 dari 10 penyakit terbesar yang ada di Provinsi Lampung ( Dinas Kesehatan Pronsi Lampung, 2014 ). Di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Lampung tahun 2014 jumlah penderita Diabetes Melitus sebanyak 370 orang , meningkat menjadi 549 orang pada tahun 2015 , dan pada tahun 2016 menjadi 604 penderita ( Rekam medik Rumah Sakit Bhayangkara Polda Lampung, 2017).
Komplikasi diabetes melitus yang dapat terjadi yaitu
komplikasi akut maupun komplikasi kronik yang meliputi hipoglikemia , hiperglikemia non ketotik ,neuropati , penyakit jantung koroner, stroke, hipertensi, penyakit pembuluh darah perifer, gangguan pada hati, penyakit paru, gangguan saluran pencernaan , dan infeksi . Salah satu komponen yang cukup penting untuk mengurangi resiko terjadinya komplikasi dan kekambuhan pada diabetes melitus yaitu dengan melakukan pencegahan dan pengelolahan yang tepat . Kelangsungan hidup penderita diabetes lebih panjang dan dapat dikontrol lebih lama. Tujuan tersebut dapat tercapai dengan menjalankan 4 pilar pengelolahan diabetes melitus yaitu, edukasi, latihan jasmani, intervensi, farmakologis, dan terapi gizi medis ( Ndraha , 2014 ).
Pada dasarnya perencanaan makan pada penderita diabetes
melitus tidak jauh berbeda dengan perencanaan makanan pada orang normal. Akan tetapi penderita diabetes melitus harus memperhatikan makanan yang dikomsumsi atau jadwal makan yang baik . Perencanaan makan menjadi komponen yang sangat penting bagi pengelolaan diabetes melitus. Perencanaan yang baik dipengaruhi oleh faktor pengetahuan . Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan kognitif merupakan merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang ( Notoadmojo, 2010 ). Pengetahuan yang cukup tentang diet diabetes melitus dapat mengendalikan kondisi penyakitnya dengan mengontrol pola makan ( Nurrahmani, 2012 ).
Pengetahuan dalam manajemen diabetes melitus memiliki peran
penting karena tingkat pengetahuan yang rendah dapat mempengaruhi gaya hidup seseorang dan mempengaruhi tingkat kesehatannya. Tingkat pengetahuan tersebut dapat membentuk cara hidup seseorang terutama dalam mencegah, mengenali, serta mengelola penyakit diabetes melitus yang dimiliknya. Menurut Notoadmojo (2010), pengetahuan yang tinggi akan meningkatkan derajat kesejahteraan seseorang dengan melaksanakan perawatan sesuai dengan kondisi dirinya sendiri . Pada pasien diabetes mel;itus , selain memperhatikan makanan yang dikomsumsi, pasien juga harus patuh menjalankan terapi diet untuk menstabilkan kadar gula darah menjadi normal dan mempertahankan rasa nyaman dan sehat (Sarwono, 2011).Upaya yang dilakukan untuk mengendalikan kadar gula darah dalam rentang normal , dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya tingkat pengetahuan, sosial ekonomi dan fasilitas layanan yang tersedia termasuk perawatan mandiri pasien di rumah (Sutandi, 2012). Kepatuhan adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bersedia melaksanakan aturan diet sesuai dengan yang telah ditetapkan. Perubahan sikap dan prilaku individu nilai dengan tahap identifikasi,kemudian menjadi internalisasi, bentuk internalisasi berupa kepatuhan ( Niven, 2013). Menurut Rahmat (2002), dalam Susanti dan Sulistriyani (2013),dampak jika pasien tidak patuh dalam pelaksanaan diet menyebabkan komplikasi pada penyakit diabetes melitus yang tidak terkendali. Apabila pasien patuh dalam pelaksanaan diet maka penyakit diabetes melitus dapat terkendali .
Dari uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti
“Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Tentang Penyakit Deabetes Melitus dengan Motivasi dalam Mencegah Terjadinya Komplikasi pada Penderita Diabetes Melitus di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Bhayangkara Polda Lampung Tahun 2018”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah : Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Tentang Penyakit Deabetes Melitus dengan Motivasi dalam Mencegah Terjadinya Komplikasi pada Penderita Diabetes Melitus di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Bhayangkara Polda Lampung Tahun 2018”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Diketahui “Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Tentang
Penyakit Deabetes Melitus dengan Motivasi dalam Mencegah Terjadinya Komplikasi pada Penderita Diabetes Melitus di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Bhayangkara Polda Lampung Tahun 2018”.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan
tentang penyakit pada penderita deabetes melitus di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Bhayangkara Polda Lampung Tahun 2018. b. Untuk mendapatkan gambaran pengetahuan tentang penyakit padapenderita diabetes melitus di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Bhayangkara Polda Lampung Tahun 2018. c. Untuk mendapatkan gambaran tentang motivasi penderita deabetes melitus dalam mencegah komplikasi di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Bhayangkara Polda Lampung Tahun 2018.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Aplikatif
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi
dan menambah pengetahuan bagi perawat mengenai diabetes melitus sehingga perawat dapat lebih proaktif dalam melakukan asuhan keperawatan dan memberikan intervensi yang tepat khususnya pada pasien diabetes melitus dan dapat memotivasi pasien dalam mencegah komplikasi.
1.4.2 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi yang dapat menjadi masukan pengetahuan dasar dalam pengembangan ilmu khususnya Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Tentang Penyakit Deabetes Melitus dengan Motivasi dalam Mencegah Terjadinya Komplikasi pada Penderita Diabetes Melitus. DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung (2013).Profil Kesehatan Provinsi