Pembimbing :
dr. Pugud Samudro, KEMD
BAB I
PRESENTASI KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. H
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Sokanegara, RT 006/007 Purwokerto
Pekerjaan : Pedagang
Agama : Islam
No RM : 02068196
Tgl. Masuk RS : 12 Agustus 2018
Tgl Periksa : 16 Agustus 2018
Bangsal : Mawar Pria
B. ANAMNESIS
1. Keluhan utama : demam, penurunan kesadaran
2. Keluhan tambahan : mual, pinggang sakit, kateter urin terdapat endapan
darah
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD dengan keluhan demam tinggi dan sulit
diajak berkomunikasi. Demam terjadi setelah pasien menjalani operasi
batu ginjal (ureterorenoscopy). Demam diikuti dengan keringat yang terus
menerus keluar dan diare cair berwarna kekuningan. Sejak demam pasien
sulit berkomunikasi dengan keluarga dan sulit makan. Selain itu nafas
pasien juga tidak teratur, dada berdebar, dan pasien mengatakan pusing
serta mual.
Saat pemeriksaan pasien mengeluh sesak napas, mual, demam, dan
pinggang sakit. Demam mereda sesaat diberikan paracetamol namun
demam kembali tinggi. Saat awal masuk rumah sakit, mual sangat terasa
hingga pasien tidak bisa makan, namun saat ini mual sudah membaik.
Pinggang sakit sudah dirasakan sejak operasi, dan saat ini pada kateter urin
terdapat endapan darah berwarna merah.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat hipertensi : disangkal
b. Riwayat stroke : disangkal
c. Riwayat maag : disangkal
d. Riwayat DM : disangkal
e. Riwayat penyakit jantung : disangkal
f. Riwayat penyakit ginjal : diakui, nefrolithiasis post
ureterorenoscopy
g. Riwayat alergi ` : disangkal
h. Riwayat sakit kuning : disangkal
i. Riwayat penyakit paru : disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat keluhan yang sama : disangkal
b. Riwayat hipertensi : disangkal
c. Riwayat DM : disangkal
d. Riwayat penyakit jantung : disangkal
e. Riwayat penyakit ginjal : disangkal
f. Riwayat alergi ` : disangkal
6. Riwayat Sosial Ekonomi
a. Community
Pasien merupakan seorang bapak yang tinggal bersama istri
dan anaknya. Rumah pasien berada di tempat cukup padat penduduk
dan sehari-hari pasien sering menghabiskan waktu untuk berjualan di
pasar.
b. Occupational
Pasien adalah seorang pedagang dengan aktifitas yang sangat
tinggi dan banyak menghabiskan aktifitas sehari-hari di luar rumah.
c. Personal Habit
Pasien sehari-hari bekerja sebagai pedagang dengan aktivitas
yang tinggi, sepulang kerja pasien langsung kembali ke rumah.
Aktivitas sehari-hari berlangsung terus menerus seperti itu. Pasien
memiliki kebiasaan merokok dan meminum kopi.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Gelisah
BB : 66 kg
TB : 167 cm
Kesadaran : Compos mentis
Vital Sign : TD : 110/65 mmhg
N : 66 x/menit
RR : 28 x/menit
S : 37.9 OC
Status Generalis
Pemeriksaan Kepala
Bentuk Kepala : Mesochepal, simetris
Rambut : Warna hitam, mudah rontok (-), distribusi merata
Pemeriksaan Mata
Palpebra : Edema (-/-), ptosis (-/-)
Konjunctiva : Anemis (-/-), SI (-/-)
Sklera : Ikterik (-/-)
Pupil : Reflek cahaya (+/+), isokor Ø 3 mm
Pemeriksaan Telinga : Otore (-/-), deformitas (-/-), nyeri tekan (-/-)
Pemeriksaan Hidung : Nafas cuping hidung (-/-), deformitas (-/-),
rinore (-/-)
Pemeriksaan Mulut : Bibir sianosis (-), tepi hiperemis (-), bibir
kering (-), lidah kotor (-), tremor (-), ikterik (-),
sariawan (-)
Pemeriksaan Leher
Trakea : Deviasi trakea (-)
Kelenjar Tiroid : Tidak membesar
Kel. Limfonodi : Tidak membesar, nyeri tekan (-)
JVP : Dalam batas normal, 5+2 cmH2O
Status Lokalis
Paru-Paru
Inspeksi : Gerak hemithorax simetris, tidak terdapat ketinggalan
gerak, retraksi (-)
Palpasi : Vocal fremitus apex sinistra sama dengan apex dextra
Vocal fremitus basal sinistra sama dengan basal dextra
Perkusi : Sonor pada hemithorax dekstra dan sinistra
Auskultasi : SD vesikuler +/+, Ronkhi basah kasar -/-, Ronkhi basah
halus -/-, Wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tampak di SIC VI 2 jari medial LMCS
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC VI 2 jari medial LMCS, kuat
angkat (-)
Perkusi : Batas Jantung
Kanan atas : SIC II LPSD
Kiri atas : SIC II LPSS
Kanan bawah : SIC VI LPSD
Kiri bawah : SIC VIII, 2 jari medial LMCS
Auskultasi : S1>S2 reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat
Perkusi : Timpani, pekak sisi (-), pekak alih (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (+) di regio hipogastrik, undulasi (-)
Hepar : Tidak teraba pembesaran
Lien : Tidak teraba pembesaran
Ginjal : nyeri ketok kostovertebrae (+/+), nyeri tekan (+/+)
Extremitas
Pemeriksaan Ekstremitas Ekstremitas
superior inferior
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Edema (pitting) - - - -
Sianosis - - - -
Kuku kuning - - - -
(ikterik)
Akral dingin - - - -
Reflek fisiologis
Bicep/tricep + +
Patela + +
Reflek patologis
Reflek babinsky - - - -
Sensoris D=S D=S D=S D=S
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
E. DIAGNOSIS KERJA
1. Sepsis MODS
2. Riwayat ensefalopati
3. Renal failure related sepsis
4. Infeksi saluran kemih
5. Riwayat batu saluran kemih
F. TERAPI
- IVFD NaCl 0.9% 30 tpm
- Inj. Ciprofloxacin 200mg/12 jam
- Inj. Metil prednisolon 3x20 mg
- Inj. Omeprazole 1x1 amp
- Inf Albumin 20% 100 cc
- Sukralfat syr 3Xc1
- Paracetamol 3X500 mg tab
- Inf paracetamol 1 gr extra bila suhu >39
- Nocid 2x1 tab
- Diit lunak, mobilisasi bertahap
G. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad malam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1.2 Etiologi
• Urin berwarna gelap dan keruh, serta adanya bau yang menyengat dari
urin
• Demam
• Pada wanita yang lebih tua juga menunjukkan gejala yang serupa, yaiu
kelelahan, hilangnya kekuatan, demam
Tidak setiap orang dengan infeksi saluran kemih dapat dilihat tanda –
tanda dan gejalanya, namun umumnya terlihat beberapa gejala,
meliputi:
Gejala – gejala dari infeksi saluran kemih secara spesifik sering meliputi :
• Pyelonephritis akut.
Pada tipe ini, infeksi pada ginjal mungkin terjadi setelah meluasnya
infeksi yang terjadi pada kandung kemih. Infeksi pada ginjal dapat
menyebabkan rasa salit pada punggung atas dan panggul, demam
tinggi, gemetar akibat kedinginan, serta mual atau muntah.
• Cystitis.
Inflamasi atau infeksi pada kandung kemih dapat dapat menyebabkan
rasa tertekan pada pelvis, ketidaknyamanan pada perut bagian bawah,
rasa sakit pada saat urinasi, dan bau yang mnyengat dari urin.
• Uretritis.
Inflamasi atau infeksi pada uretra menimbulkan rasa terbakar pada saat
urinasi. Pada pria, uretritis dapat menyebabkan gangguan pada penis
(Tessy Agus, 2001).
• Pemeriksaan Diagnostik
Urinalisis
• Mikroskopis
• Biakan bakteri
Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
• Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari
urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap
sebagai criteria utama adanya infeksi.
Metode tes
• Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes
Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka
psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika
terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
• Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):
Uretritis akut akibat organisme menular secara seksual
(misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes
simplek).
• Tes- tes tambahan:
Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan
ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan
apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius,
adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau
hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic,
sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten
(Tessy Agus, 2001).
II. 3.4 Penatalaksanaan Medik
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens
antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus
urinarius dengan efek minimal terhaap flora fekal dan vagina.
Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan
atas:
• Terapi antibiotika dosis tunggal
• Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
• Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
• Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko
kekambuhan infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri
persisten di awal infeksi, factor kausatif (mis: batu, abses), jika
muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah penanganan dan
sterilisasi urin, terapi preventif dosis rendah.
Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole
(gastrisin), trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim,
septra), kadang ampicillin atau amoksisilin digunakan, tetapi E.
Coli telah resisten terhadap bakteri ini. Pyridium, suatu analgesic
urinarius jug adapt digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan
akibat infeksi.
Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkina
adanya:
• Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan
• Interansi obat
• Efek samping obat
• Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui
ginjal
Resiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan faal
ginjal:
• Efek nefrotosik obat
• Efek toksisitas obat (Tessy Agus, 2001).