Anda di halaman 1dari 13

Kelenjar Tiroid dan Peranannya dalam Proses Metabolisme

Taridha Vania Christhy Emmanuella Sibarani


102013409 / A-6
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
chokyuri219@gmai.com

Abstrak
Kelenjar tiroid adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh manusia.
Kelenjar ini juga mempunyai peran penting , dalam memetabolisme zat-zat nutrien seperti
karbohidrat, protein, dan lemak. Sekresi tiroid dipengaruhi oleh konsentrasi zat iodium yang
masuk dalam tubuh melalui konsumsi makanan , dan juga oleh hormone TSH (Thyroid
stimulatory hormone ) yang disekresikan di hipofisis anterior . Hormon tiroid ini memilki fungsi
yang sangat kompleks , yang berhubungan dengan segala aspek metabolisme yang terjadi
dalam tubuh. Selain itu sintesis Iodium dibutuhkan harus tetap seimbang dimana apabila terjadi
kekurangan ataupun kelebihan dari zat ini , dapat menyebabkan terjadinya suatu gangguan ,
contohnya adalah Hipertiroidisme , yang di sebabkan oleh peningkatan sekresi hormone
TSH,karena berkurangnya intake iodium.
Kata Kunci : Kelenjar Tiroid , Hormon Tiroid , Sinstesis Iodium

Abstract

The thyroid gland is one of the largest endocrine glands in the human body. This gland is also
have an important role in metabolizing nutrients substances such as carbohydrates, proteins,
and fats. The secretion of this hormone is influenced by the concentration of iodine that enters
the body through the consumption of food, and also by the hormone TSH (Thyroid stimulatory
hormone) which is secreted in the anterior pituitary. The thyroid hormone has an extremely
complex functions, which deal with all aspects of metabolism that occurs in the body. Other than
that the synthesis of Iodine needed must stay balanced which in case of a shortage or excess of
these substances, may cause a disturbance, for example, is hyperthyroidism, which is caused by
increased secretion of the hormone TSH, due to the reduced intake of iodine.

Keywords: Thyroid Gland, Thyroid Hormone, synthesis of Iodine

1
Pendahuluan
Kelenjar tiroid adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh manusia.
Kelenjar ini juga penting peranannya dalam metabolisme zat-zat nutrien seperti karbohidrat,
protein, dan lemak. Kelenjar ini mempertahankan tingkat metabolisme di berbagai jaringan agar
optimal sehingga mereka berfungsi normal . 1
Hornon ini merangsang konsumsi O2 pada sebagian besar sel di tubuh , membantu
mengatur metabolisme lemak , karbohidrat dan protein dan penting untuk pertumbuhan dan
pematangan normal. Kelenjar tiroid , tidak esensial bagi kehidupan , tetapi ketiadaannya
menyebabkan perlambatan perkembangan mental dan fisik , berkurangnya daya tahan terhadap
dingin . Sebaliknya , sekresi hormone yang berlebihan akan menyebabkan badan menjadi
kurus , gelisah , takikardia , tremor dan kelebihan pembentukan panas.1
Pada scenario di ceritakan mengenai beberapa siswa SD di wilayah kerjanya tampak kecil
dan pendek dibandingkan dengan temen-temannya. Lalu didapati juga ada pembesaran di bagian
leher pada beberapa pasien yang berobat ke puskesmas tersebut. Berdasarkan scenario tersebut
maka dalam makalah ini akan di bahas mengenai struktur dari kelenjar tiroid, sintesis dan
mekanisme serta fungsi dari hormone tiroid , serta , peran dari pada iodium .

Pembahasan

Struktur kelenjar tiroid (Glandula Thiroid )


Kelenjar tiroid terdiri dari lobus jaringan endokrin kanan dan kiri , di hubungkan oleh
isthmus yaitu suatu bagian yang sempit , sehingga kelenjar ini terlihat seperti dasi kupu-kupu .
Kelenjar tiroid terletak pada leher bagian depan, dibawah laring tepat di bawah cartilago
cricoidea, di samping kiri dan kanan trachea (Gambar 1). Letaknya setinggi vertebra C5-Th 1 ,
Isthmusnya terletak setinggi cincin trachea 2-3 . pada bagian depan berbatasan dengan mm.
infrahyoidei , yaitu m. sterno-hyoideus dan m. sterno-thyreoideus , dan juga berbatasan dengan
m. sternocleidomastoideus, serta v. jugularis anterior. Pada bagian dorsomedial , berbatasan
dengan larynx , trachea dalam carotid sheath, serta ada dua saraf yaitu n. laryngeus inferior dan
n. laryngeus superior r. externus.

2
Gambar 1. Kelenjat Tiroid

Kelenjar tiroid diperdarahi oleh a. carotis eksterna yang mempercabangkan a. thyroidea


superior , a. subclavia yang mepercabangkan truncus thyrocervicalis yang cabangnya adalah a.
thyroidea inferior . Pembuluh baliknya menuju ke Vv . thyroidea superior dan media yang
bermuara ke v. jugularis interna , dan V. thyreoidea inferior yang bermuara ke v. anonyma
sinistra . Glandula ini dipersarafi oleh ggl. Cervicalis superior , media , inferior ke nn. cardiaci ,
laringeus superior dan inferior, berjalan sepanjang aa. Thyroidea ke glandula thyroid.
Kelenjar tiroid unik karena memiliki banyak susunan histologik yang mengadakan
penyimpanan ekstrasel bagi produknya dalam lumen folikel mirip-kista. Pada manusia folikel-
folikel itu diperkirakan berjumlah (2-3) x 107 dan mereka mengandung hormon cukup untuk
beberapa minggu. Pada sediaan, mereka hampir bulat dan berdiameter antara 0,2 dampai 0,9
mm. Folikel dibatasi epitel selapis kuboid. Sel-selnya terpolarisasi terhadap lumen, yang terisi
substansi mirip-gelatin atau semicair yang disebut koloid. Tiroksin dan triiodotironin disimpan
dalam bentuk koloid sebagai unsur pembentuk sebuah glikoprotein sekresi besar disebut
tiroglobulin. Setiap folikel dibungkus lamina basal tipis, yaitu jalinan serat retikular halus, dan
sebuah plexus kapiler.
Epitel folikel tiroid mamalia terdiri atas dua jenis sel: sel principal yang terbanyak pada
epitel itu dan sel parafolikel yang terdapat satu-satu atau dalam kelompok kecil di antara basis
sel-sel principal ( Gambar 2). Epitel ini umumnya kuboid rendah namun tingginya bervariasi dari

3
folikel ke folikel dan pada keadaan aktivitas fisiologik berbeda. Ia dapat terutama gepeng atau
kuboid pada kelenjar yang relatif tenang dan kolumnar pada kelenjar hiperaktif.

Gambar 2. Sel –sel kelenjar tiroid 4


Sel principal memiliki inti bulat atau lonjong, sedikit heterokromatin dan mengandung
satu atau dua nukleoli. Sitoplasma selnya basofilik, sedangkan koloidnya terpulas dengan eosin
dan memberi reaksi kuat terhadap karbohidrat dengan asam periodat Schiff. Pada mikrograf
elektron, permukaan lumen dari sel-sel principal memiliki banyak mikrovili pendek. Membran
pada dasar selnya licin dan duduk diatas lamina basal tipis yang mengelilingi folikel secara
lengkap.
Sel parafolikel besar yang pucat terletak di dalam epitel namun tidak mencapai
permukaan bebasnya, terpisah darinya oleh bagian melengkung sel-sel principal di sebelahnya.
Mereka terdapat satu-satu atau dalam kelompok kecil. Pada mikrograf elektron, semua sel
parafolikel tampak di dalam epitel. Sel-sel parafolikel dua sampai tiga kali lebih besar daripada
sel principal, namun pada manusia mereka hanya merupakan 0,1% dari massa epithelial kelenjar.
Mereka cenderung lebih banyak di bagian pusat lobus tiroid. Intinya bulat atau lonjong dan
mungkin berlekuk pada satu sisinya. Sitoplasmanya berdensitas rendah dan mengandung
reticulum endoplasma dalam jumlah sedang, terutama berbentuk tubular, namun mungkin juga
terdapat tumpukan kecil cysterna. Granul sekresi sel-sel parafolikel mengandung kalsitonin,

4
sebuah hormon peptide dari 32 asam amino yang menurunkan konsentrasi kalsium darah dengan
menekan reabsorpsi tulang.
Sel – sel sekretorik utama tiroid , yang dikenal sebagai sel folikel, tersusun membentuk
bola-bola berongga yang masing- masing membentuk satu unit fungsional yang dinamai folikel .
Pada potongan mikroskopik , folikel tampak sebagai cincin sel- sel folikel mengelilingi suatu
lumen di bagian dalam yang terisi oleh koloid, bahan yang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan ekstrasel untuk hormone tiroid. Perhatikan bahwa koloid di dalam lumen folikel
bersifat ekstrasel ( yaitu diluar sel tiroid ), meskipun terletak dibagian di dalam bagian interior
folikel . Koloid tidak berkontak langsung dengan cairan ekstrasel yang mengelilingi folikel
berupa yang mengelilingi folikel , serupa dengan danau di tengah pulau yang tidak berhubungan
langsung dengan lautan yang mengelilingi pulau tersebut.4
Konsistuen utama koloid adalah suatu molekul protein besar yang dikenal sebagai
tiroglobulin (Tg) , yang berikatan dengan hormone – hormone tiroid dalam berbagai stadium
sintesis. Sel Folikel menghasilkam dua hormone yang mengandung iodium yang berasal dari
asam amino tirosin : tetraiodotironin ( T4 atau tiroksin ) dan triiodotironin (T3) . Awalan tetra
dan tri serta huruf bawah 4 dan 3 menunjukan jumlah atom iodium yang terdapat di masing-
masing hormone ini . Kedua hormone , yang secara kolektif di sebut hormone tiroid, adalah
regulator pentng laju metabolik basal ( BMR) keseluruhan.

Sintesis dan penyimpanan hormone tiroid


Sintesis hormon tiroid memerlukan dua bahan dasar yaitu tirosin dan iodium, yang
keduanya harus diserap dari darah oleh sel – sel folikel. Tahap pembentukan hormone tiroid
dimulai dari pengangkutan iodida dari darah ke dalam sel –sel dan folikel ke tiroid . Membran
basal sel tiroid mempunyai kemampuan yang spesifik untuk memompakan iodida secara aktif
ke bagian dalam sel (Gambar 3). Kemampuan ini dinamakan penjeratan iodida (iodida trapping).
Pada kelenjar tiroid yang normal , pompa iodida dapat memekatkan iodide kurang lebih 30 kali
dari konsentrasinya di dalam darah .
Tirosin adalah asam amino yang disintesis tubuh, sedangkan iodium tidak disintesis
oleh tubuh sehingga harus diperoleh dari makanan.
Sintesis, penyimpanan dan sekresi hormon tiroid terdiri dari langkah – langkah berikut:

5
 Semua langkah sintesis hormone tiroid berlangsung di dalam molekul tiroglobulin di
dalam koloid. Tiroglobulin di sintesis oleh reticulum endoplasma sel folikel. Di dalam sel
folikel, tiroglobulin yang disintesis akan menyatu dengan tirosin dan kemudian
dikeluarkan ke dalam koloid dengan cara eksotisosis. Sel – sel folikel yang mengelilingi
koloid membentuk suatu glikoprotein yang disebut tiroglobulin dan enzim untuk sintesis
hormone tiroid . Protein – protein ini di kemas kedalam vesikel dan disekresikan
ketengah – tengah ruang folikel . Sel –sel folikel juga secara akif menimbun yodida, I- ,
yang berasal dari makanan dengan menggunakan sodium – iodide- symporter ( NIS).
 Iodium dari darah terjerat di membran secara aktif oleh enzim hydrogen peroksidase
yang dihasilkan enzim tiroid peroksidase di sel folikel. Kemudian melalui pompa iodium
yaitu pompa Na – K ATPase terletak di membran luar sel folikel, iodium secara aktif
masuk ke dalam sel folikel menuju ke dalam koloid.
 Di dalam koloid, iodium cepat melekat dengan molekul tiroglobulin. Perlekatan sebuah
iodium ke tirosin menghasilkan monoiodotirosin (MIT). Perlekatan dua iodium ke tirosin
menghasilkan diiodotirosin (DIT).
 Kemudian terjadi penggabungan antar molekul MIT dan DIT. Penggabungan antar satu
molekul MIT dengan satu molekul DIT menghasilkan triiodotironin (T3). Penggabungan
antar dua molekul MIT menjadi tetraiodotironin (T4 atau tiroksin). Penggabungan tidak
terjadi antara dua molekul MIT.
Semua produk ini tetap melekat ke tiroglobulin. Hormon tiroid tetap tersimpan dalam
bentuk ini di koloid sampai terurai dan disekresikan . Jumlah hormone tiroid yang tersimpan
normalnya dapat memenuhi kebutuhan tubuh untuk beberapa bulan. Karena reaksi – reaksi ini
berlangsung di dalam molekul tiroglobulin, semua produk tetap melekat ke protein besar tersebut
sampai kemudian dipecah dan di sekresikan jika diperlukan tubuh.

6
Gambar 3. Mekanisme Sintesis Hormon Tiroid

Pengaturan sekresi hormon tiroid


Thyroid stimulatory hormone (TSH), hormon yang dihasilkan hipofisis anterior,
merupakan hormone regulator terpenting bagi sekresi hormone tiroid.
Selain meningkatkan sekresi hormone tiroid, TSH bertanggung jawab untuk
mempertahankan integritas structural kelenjar tiroid. Tanpa adanya TSH, kelenjar tiroid
mengalami atrofi dan sekresi hormonnya berkurang. Sebaliknya kelenjar ini akan hipertrofi
(peningkatan ukuran tiap sel folikel) dan hyperplasia (peningkatan jumlah sel folikel) sebagai
respon stimulasi TSH yang berlebihan.
Jika kadar hormon tiroid berlebih dalam darah, hormon – hormon tiroid akan
memberikan feedback negative dengan cara menghambat hipofisis anterior untuk
menghentikan sekresi TSH oleh hipofisis anterior.

Pengangkutan hormone tiroid di dalam darah


Sebagian besar T4 dan T3 diangkut di dalah dalam keadaan terikat ke protein plasma
tertentu . Setelah dikeluarkan ke dalam darah , hormon tiroid yang sangat lipofilik dengan
berikatan dengan beberapa protein plasma . Kurang dari 1% T3 dan 0,1% T4 tetap berada dalam
bentuk tidak terikat ( bebas) , karena hanya hormone bebas dari keseluruhan hormone tiroid
memiliki akses ke reseptor sel sasaran dan mampu menimbulkan suatu efek.

7
Terdapat 3 protein plasma yang penting dalam pengikatan hormone tiroid:
 Globulin pengikat tiroksin ( thyroxine binding globulin ): secara selektif mengikat
hormone tiroid , kurang dari 55% T4 dan 65 % dari T3 dalam sirkulasi
 Albumin : secara non selektif mengikat banyak hormone hipofilik , termasuk 10 % dari
T4 dan 35% dari T3
 Thyroxine binding prealbumin : dimana hormone ini akan mengikat sisa 35% T4.

Bentuk aktif hormone di dalam darah


Dalam kerjanya , T3 memiliki potensial lebih besar sekitar 2-4 kali dari pada T4 , selain
itu juga T3 bekerja lebih cepat , mempunyai efek dalam beberapa jam. Sedangkan T4
membutuhkan waktu beberapa hari untuk mencapai respons maksimal. Dalam sirkulasi hanya
sekitar 20% T3 yang dihasilkan dari kelenjar tiroid. Sekitar 80% T3 dalam darah berasal dari
pengubahan T4. Dengan demikian T3 adalah bentuk hormone yang paling efektif dan actual di
tingkat sel, meskipun tiroid menghasilkan lebih banyak T4, dimana T4 berperan sebagai
prohormon ( simpanan) .

Pengaruh sekresi hormon tiroid oleh TSH


Untuk sintesis hormone tiroid , dibutuhkan iodium yang diperoleh dari makanan , asam
amino tirosin ) . yang mana hormone tiroid ini merupakan regulator penting bagi laju
metabolisme basal keseluruhan, pertumbuhan , perkembangan tubuh & fungsi sistem saraf.
Selain untuk sintesis hormone tiroid, iodium tidak memiliki manfaat lain di tubuh.
Pengendalian sekresi hormone tiroid mengikuti pola khas hipotalamus- hipofisis-
kelenjar endokrin perifer. Thyrotropin –releasing hormone (TRH) hipotalamus mengontrol
sekresi hormone ,
Efek hormone perangsang TSH pada sekresi tiroid akan menybabkan peningkatan sekresi T4
dan T3 oleh kelenjar tiroid . Pengaruh yang spesifik terhadap kelenjar tiroid yaitu :
 Meningkatkan proteolisis tiroglobulin yang disimpan dalam folikel dan hasil akhirnya
adalah terlepasnya hormone – hormone tiroid ke dalam sirkulasi darah dan menurunkan
substansi folikel itu sendiri.

8
 Meingkatkan aktivitas pompa Na+, sehingga meningkatkankecepatan “ penjeratan iodida“
( iodida trapping) di dalam sel –sel kelenjar , kadangkla meningkatkan rasio kons ,
iodida intraseluler terhadap konsentrasi iodida ekstraselular sebanyak 8x normal
 Meningkatkan iodinasi tirosin dan meningkatkan proses “ penggandengan “ ( coupling)
untuk membentuk hormone tiroid
 Meningkatkan ukuran dan meningkatkan aktivitas sekretorik sel – sel tiroid
 Meningkatkan jumlah sel – sel tiroid di tambah perubahan sel kuboid menjadi sel
kolumnar dan menimbulkan banyak lipatan epitel tiroid ke dalam folikel.

Mekanisme perubahan hormone


Ada 3 dasar pengaturan faal tiroid, yaitu: Thyreotrophin Releasing Hormone (TRH); b).
Thyroid Stimulating Hormone (TSH) dan Autoregulasi. TRH (Thyreotrophin Releasing
Hormone) disintesis di paraventrikularis hipotalamus. TRH ini melewati median eminence,
tempat hormon ini disimpan, kemudian dikeluarkan lewat sistem hipotalamohipofiseal ke sel
tirotrop hipofisis anterior. Akibatnya sekresi TSH oleh anterior hipofisis meningkat. Peningkatan
TSH meregulasi peningkatan eksresi iodotironin oleh kelenjar tiroid. Peningkatan iodotironin
memberi efek mekanisme umpan balik negatif terhadap sekresi TRH hipotalamus dan TSH
hipofisis.
TSH (Thyroid Stimulating Hormone) disintesis oleh sel tirotrop hipofisis anterior. TSH
akan berikatan dengan reseptor TSH (TSHr) di membran folikel sehingga akan terjadi efek
pada tiroid. Sinyal selanjutnya terjadi lewat protein G. Dari sini akan terjadi stimulus protein
kinase A oleh cAMP untuk ekspresi gen yang penting untuk fungsi tiroid seperti pompa
iodium, tiroglobulin, dan pertumbuhan sel tiroid. Efek klinisnya terlihat sebagai perubahan
morfologi sel, naiknya produksi hormon, folikel dan vaskularisasi bertambah oleh
pembentukan gondok dan peningkatan metabolisme.

Peran katabolisme dan sekresi hormone tiroid


 Efek pada plasma dan lemak hati : Meningkatnya hormon tiroid akan menurunkan jumlah
kolesterol , fosfolipid, dan trigliserida dalam darah dan meningkatkan asam lemak bebas.
Sedangkan apabila sekresinya menurun , maka akan meningkatkan konsentrasi kolesterol

9
, fosfolipid dan trigiserida plasma dan hampir selalu menyebabkan pengendapan lemak
secara berlebihan di dalam hati.
 Efek pada laju metabolisme : Hormon tiroid adalah penentu utama laju metabolik basal ,
dibandingkan dengan hormone lain , kerja hormone tiroid relative “lamban”. Hormon
tiroid meningkatkan laju metabolisme basal keseluruh tubuh . Hormon ini adalah
regulator terpenting laju konsumsi O2 dan pengeluaran energy tubuh pada keadaan
istirahat. Efek metabolik hormone toroid berkaitan erat dengan efek kalorgenik (“
penghasil panas”),
 Efek pada metabolisme karbohidrat, protein dan lemak : Hormon ini meningkatkan
glikolisis , glukogenesis , meningkatkan kecepatan absorpsi, peningkatan sekresi insulin.
Pada metabolisme protein , hormone ini akan mempengaruhi sintesis dan penguraian
protein.Pada metabolisme lemak , hornom tiroid akan meningkatkan metabolismenya ,
dimana lipid akan diangkut dari jaringan lemak sehingga konsentrasi asam lemak bebas
di dalam plasma, serta mempercepat proses oksidasi asam lemak bebas oleh sel.
 Efek pada tumbuh kembang : Pada tumbuh kembang , hormone tiroid akan merangsang
sekresi dan mendorong efek dari Growth Hormon (GH) pada sintesis structural ,
pertumbuhan rangka. Hormon tiroid penting untuk pertumbuhan anak. Pada anak
hipotiroidisme, kecepatan pertumbuhan sangat tertinggal. Pada anak hipertiroidisme,
terjadi pertumbuhan tulang yang sangat berlebihan. Akan tetapi, epifisis lebih cepat
menutup, sehingga anak tersebut mempunyai masa pertumbuhan yang lebih singkat
.Hormon ini juga memberikan efek pada metabolisme tulang dan Ca++ . .Selain itu
Peningkatan produksi hormone tiroid akan menyebabkan berat badan menurun ,
sebaliknya apabila produksinya berkurang maka berat badan akan meningkat.
 Efek pada kebutuhan vitamin : Hormon tiroid meningkatkan metabolisme dalam tubuh
dengan cara meningkatkan jumlah enzim tubuh. Jadi sejumlah vitamin yang berperan
sebagai koenzim diperlukan untuk kerja enzim. Oleh karena itu peningkatan hormone
tiroid yang berlebih, akan menyebabkan defisiensi vitamin.
 Efek pada pertumbuhan dan perkembangan sistem saraf pusat (SSP) : Hormon tiroid
penting untuk perkembangan SSP pada janin. Sehingga bayi yang kekurangan hormon
tiroid pasca melahirkan yang tidak di beri pengobatan, maka perkembangan SSP
khususnya otak akan terhambat dan terjadi keterbelakangan mental yang menetap selama

10
hidupnya. Pada umumnya, hormon tiroid meningkatkan kecepatan berpikir, tetapi juga
sering menimbulkan disosiasi pikiran, dan sebaliknya, berkurangnya hormon tiroid
menyebabkan kecemasan yang berlebihan, atau paranoia.
 Efek terhadap sistem kardiovaskular : Meningkatnya metabolisme jaringan mempercepat
pemakaian oksigen dan memperbanyak pelepasan jumlah produk akhir metabolism dari
jaringan. Efek ini menyebabkan vasodilatasi di sebagian besar jaringan tubuh untuk
sehingga meningkatkan aliran darah. Kecepatan aliran darah di kulit juga meningkat
untuk membuang panas dari tubuh. Sebagai meningkatnya aliran darah, maka curah
jantung juga meningkat sampai 60% atau lebih di atas normal dan turun sampai hanya
50% dari nomal jika hipotiroidisme yang sangat berat . Frekuensi dan kekuatan denyut
jantung juga meningkat karena kebutuhan jaringan untuk proses metabolisme meningkat.
 Efek pada saluran cerna: Selain meningkatkan nafsu makan dan asupan makanan,
hormon tiroid mempercepat sekresi getah pencernaan dan motilitas saluran cerna.
Hipertiroidisme seringkali menyebabkan diare, dan sebaliknya, hipotiroidisme
menyebabkan konstipasi.
 Efek pada kulit : Kecepatan aliran darah pada kulit akan meningkat oleh karena
meningkatnya kebutuhan untuk pembuangan panas. Jadi karena adanya efek kalorgenik
hormone tiroid , menyebabkan vasodilatasi perifer.
 Efek pada kelenjar kelamin dan kelenjar mammae: Sekresi hormon tiroid yang normal
dapat membuat fungsi seksual yang normal. Pada pria, jika terjadi hipertiroidism akan
menyebabkan impotensi, dan sebaliknya jika hipotiroidisme akan menyebabkan
hilangnya libido. Pada wanita hipertiroidisme, biasanya menderita oligomenore, bahkan
kadangkala timbul amenore. Sedangkan pada wanita hipotiroidisme menyebabkan
timbulnya menoragia (darah menstruasi berlebih) dan polimenore (frekuensi menstruasi
lebih sering). Namun pada beberapa wanita kekurangan hormone ini menimbulkan
periode menstruasi yang tidak teratur dan bahkan timbul amenore. Pada wanita
hipotiroidsme juga mengalami penurunan libido yang sangat besar.
 Efek pada kelenjar endokrin lain: Meningkatnya hormon tiroid menyebabkan
meningkatnya kecepatan sekresi sebagian besar kelenjar endokrin lain. Sebagai contoh
meningkatnya sekresi T4 akan menyebabkan peningkatan metabolisme glukosa
menyebabkan peningkatan sekresi insulin oleh pankreas..3

11
Sumber iodium dalam bahan makanan
Iodium berfungsi dalam sintesis hormone tiroid (iodium diperoleh dari makanan , asam
amino tirosin). Laut merupakan sumber utama iodium, dengan demikian makanan laut seperti
ikan, kerang-kerangan serta rumput laut yang dapat dimakan merupakan sumber pangan yang
kaya akan iodium. Siklus ekologis iodium di alam dimulai dalam bentuk uap air laut (yang
mengandung iodium) yang dibawa oleh angin dan awan ke wilayah daratan. Uap air laut ini akan
jatuh sebagai air hujan yang sebagian akan menggantikan iodium yang hilang pada lapisan
permukaan tanah kendati salju, hujan, banjir, dan sungai melarutkan kembali iodium dan
membawanya ke laut. Sebagian iodium yang diperoleh dari tanah akan masuk ke dalam air
minum serta sejumlah kecil iodium masuk ke dalam tanaman, hewan, dan produk pangan yang
dihasilkan seperti sereal, kacang-kacangan, buah, sayuran, daging, susu, serta telur.
Bila masukan iodium dalam makanan turun dibawah 10 µg/hari , sintesis hormone tiroid
tidak adekuat dan sekresinya menurun . akibatnya terjadi peningkatan sekresi TSH , sehingga
kelenjar tiroid terlalu aktif memproduksi hormone tiroid dan terjadi hipertrofi tiroid ( gondok
defisiensi iodium ). Adapun yang namanya Hipertiroidisme yang ditandai dengan peningkatan
laju metabolik basal , peningkatan pembentukan keringat, sehingga pengeluaran keringat
bertambah banyak, penurunan berat badan , karena tubuh membakar bahan makanan dengan
kecepatan abnormal. , terjadi degradasi netto simpanan karbohidrat , lemak dan protein sehingga
menyebabkan penurunan massa protein otot rangka , sehingga terjadi kelemahan otot. Hal ini
disebabkan oleh bermacam kelainan termasuk , meskipun jarang yaitu adanya tumor pada bagian
hipofisis anterior yang meproduksi hormone TSH atau aktifasi konstitutif reseptor TSH. 2

Kesimpulan
Kelenjar tiroid, terletak di bawah laring pada kedua sisi dan sebelah anterior trakea,
merupakan salah satu kelenjar endokrin terbesar yang menghasilkan dua hormone utama yaitu
T3 dan T4. Kedua hormone ini sangat meningkatkan kecepatan metabolism tubuh. Kekurangan
hormone ini biasanya menyebabkan penurunan kecepatan metabolism basal dan bila kelebihan
sekresi tiroid sangat hebat dapat meningkatkan sekresi kelenjar tiroid dapat meningkatkan
kecepatan metabolism basal . Sekresi hormone ini terutama diatur oleh hormone TSH yang
disekresi oleh hipofisis anterior.dan bergantung pada intake dari zat iodium.

12
Daftar Pustaka
1. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran . Edisi 20. Jakarta : EGC.h. 306-17.
2. Gibney MJ. Gizi kesehatan masyarakat.Jakarta: EGC; 2008. h.269-70.
3. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC; 2008. H.
978-87.
4. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar : teks dan atlas. Jakarta : EGC ; 2007.h.407-8.
5. Murray RK. Biokimia harper. Edisi 27. Jakarta: EGC; 2009. h. 468-9.
6. Sherwood L.Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta : EGC ;2011.h.757-
63.

13

Anda mungkin juga menyukai