Anda di halaman 1dari 73

Bandar Lampung,agustus 2018

Disahkan Oleh :

Dosen Penguji /Pembimbing Akademik

Triyoso,Skep.,Ns.,M.Kes.

1
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

dan hidayahnya-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kegiatan Praktek

Belajar Lapangan dengan judul’’Laporan Asuhan Keperawatan Komunitas Dalam Konteks

Perawatan Kesehatan Utama Di Desa SUMBER AGUNG Kecamatan SUMBER AGUNG

Kota Bandar LampungTahun 2018’’.

Adapun tujuan penulisan laporan ini untuk memenuhi salah tugas praktek lapangan

progam PSIK Universitas Malahayati Bandar Lampung.Penulis telah berupaya seoptimal

mungkin untuk dapat menyelesaikan laporan kegiatan praktek belajar lapangan ini dengan

sebaik-baiknya, namun penulis menyadari banyak kekurangan dan jauh dari sempurna,

untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.

Penulis berharap semoga laporan kegiatan praktek belajar lapangan ini bermanfaat

bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.Dalam penyusunan laporan ini tidak

lepas dari bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih.

Mudah-mudahan bantuan, bimbingan dan budi baik yang telah diberikan pada penulis

mendapat balasan dengan limpahan berkat dan anugrah dari Allah SWT. Amin...

Bandar Lampung, Agustus2018

Penulis

2
3

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL........................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1


1.1 Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Tujuan Penulisan..................................................................... 3
1.3 Manfaat Penulisan................................................................... 3
1.4 Metode Penulisan.................................................................... 3
1.5 Sistematika Penulisan.............................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 5


2.1 Definisi Keperawatan Komunitas........................................... 5
2.2 Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas........................... 6
2.3 Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas........................... 7
2.4 Pusat Kesehatan Komunitas.................................................... 8
2.5 Bentuk Pendekatan dan Partisipasi Masyarakat...................... 10
2.6 Model Konseptual Keperawatan Komunitas........................... 13
2.7 Hubungan Konsep Keperawatan Komunitas Dengan ............ 15
Pelayanan Kesehatan Utama................................................... 15
2.8 Proses Pelaksanaan Keperawatan komunitas.......................... 20

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS.............................. 27


3.1 Pengkajian Keperawatan Komunitas...................................... 27
3.2 Analisa Data Komunitas.......................................................... 46
3.3 Diagnosa Keperawatan Komunitas......................................... 50
3.4 Rencana Keperawatan Komunitas.......................................... 51
3.5 Implementasi Keperawatan Komunitas.................................. 54
3.6 Evaluasi Keperawatan Komunitas.......................................... 55
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................... 56

3
4

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..................................................... 60


5.1 Kesimpulan............................................................................. 60
5.2 Saran....................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 62


LAMPIRAN

4
5

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

3.1 Distribusi Proporsi Sampel Pada Setiap Dusun Di Desa 28


Bakunglor Kec. Jamblang Kab. Cirebon

3.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur 30

3.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin 31

3.4 Distribusi Kelas Sosial Berdasarkan Tingkat Penghasilan 32

3.5 Distribusi Kelas Sosial Berdasarkan Tingkat Pendidikan 33

3.6 Distribusi Kelas Sosial Berdasarkan Pekerjaan 33

3.7 Distribusi Jenis Penyakit Yang Diderita Oleh Penduduk 35


Desa Bakunglor Tahun 2018

3.8 Distribusi Jenis Kontrasepsi Yang Digunakan PUS 36

3.9 Distribusi Jenis Bangunan Rumah Penduduk 37

3.10 Distribusi Rumah Berdasarkan Kebersihan 37

3.11 Distribusi Rumah Berdasarkan Ventilasi 37

3.12 Distribusi Rumah Berdasarkan Pencahayaan 38

3.13 Distribusi Rumah Berdasarkan Jamban Keluarga 38

3.14 Distribusi Rumah Berdasarkan Jarak Sumber Air Dengan 38


Septiktank

3.15 Distribusi Rumah Berdasarkan Keberadaan Jentik 39

3.16 Distribusi Rumah Berdasarkan Pengolahan Sampah 39

3.17 Distribusi Keluarga Berdasaran Tipe Keluarga 39

3.18 Distribusi Keluarga Berdasarkan Pengeolaan Sayuran 40


Sebelum Dimasak

3.19 Distribusi Keluarga Berdasarkan Penyajian Makanan 40


Setelah Dimasak
3.20 Distribusi Keluarga Berdasarkan Kebiasaan Menggantung 40
Pakaian

5
6

3.21 Distribusi Keluarga Berdasarkan Kebiasaan Menggunakan 41


Handuk

3.22 Distribusi Kebiasaan Anak Melakukan Kebersihan Diri 41

3.23 Distribusi Kebiasaan Anak Melakukan Cuci Tangan Pakai 41


Sabun

3.24 Distribusi Kebiasaan Anak Memakai Alas Kaki Saat 42


Bermain

3.25 Distribusi Keluarga Berdasakan Kebiasaan Buang Air 42


Besar

3.26 Distribusi Keluarga Berdasarkan Penggunaan Air Bersih 42

3.27 Distribusi Keluarga Berdasarkan Penghasilan 43

6
7

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Lampiran

Lampiran 1 Planning Of Action (POA) Hasil MMD di Desa


Bakunglor Kecamatan Jamblang Kabupaten Cirebon

Lampiran 2 Rencana Kegiatan Pra Musyawarah Masyarakat Desa


(MMD)

Lampiran 3 Rencana Kegiatan Pelatihan dan Refresing Kader


Posbindu di Desa Bakunglor Kec. Jamblang Kab.
Cirebon

Lampiran 4 Rencana Kegiatan Pemeriksaan Kesehatan dan


Konseling Pada Lansia di Desa Bakunglor Kec.
Jamblang Kab. Cierbon

Lampiran 5 Rencana Kegiatan Refresing Kader Posyandu di Desa


Bakunglor

Lampiran 6 Laporan Hasil Kegiatan Pra Musyawarah Masyarakat


Desa (MMD)

Lampiran 7 Laporan Hasil Kegiatan Musyawarah Masyarakat Desa


(MMD)

Lampiran 8 Laporan Hasil Kegiatan Refresing Kader Posbindu di


Desa Bakunglor Kec. Jamblang Kab. Cirebon

Lampiran 9 Laporan Hasil Kegiatan Pemeriksaan Kesehatan dan


Konseling Pada Lansia di Desa Bakunglor Kec.
Jamblang Kab. Cirebon

Lampiran 10 Laporan Hasil Kegiatan Refresing Kader Posyandu di


Desa Bakunglor Kec. Jamblang Kab. Cirebon

Lampiran 11 Format Pengkajian Komunitas

Lampiran 12 Foto Kegiatan PBL Komunitas di Desa Bakunglor


Kecamatan Jamblang Kabupaten Cirebon Tahun 2013

7
8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal.

Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan upaya dari seluruh potensi bangsa baik

masyarakat, swasta maupun pemerintah pusat dan daerah. Pembangunan kesehatan untuk

mencapai Indonesia Sehat 2020 bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya dan perubahan paradigma sehat yaitu upaya untuk meningkatkan kesehatan

bangsa Indonesia agar mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam

menjaga kesehatan sendiri melalui kesadaran yang tinggi yang mengutamakan upaya

promotif dan preventif. (Depkes RI, 2006)

Guna mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal tersebut, berbagai

upaya kesehatan telah diselenggarakan. Salah satunya adalah upaya perawatan kesehatan

masyarakat yang lebih dikenal dengan upaya keperawatan komunitas.

Keperawatan komunitas merupakan bentuk pelayanan atau asuhan langsung yang

berfokus kepada kebutuhan dasar komunitas, yang berkaitan dengan kebiasaan atau pola

perilaku masyarakat yang tidak sehat, ketidakmampuan masyarakat untuk beradaptasi

dengan lingkungan (bio, psiko, sosial, kultural, maupun spiritual). Intervensi keperawatan

komunitas yang dilakukan difokuskan pada tiga level prevensi atau pencegahan yaitu :

prevensi primer yang pelaksanaan difokuskan pada pendidikan kesehatan konseling,

prevensi sekunder dan prevensi tersier.

8
9

Sebagai tenaga profesional, maka perencanaan dalam memberikan asuhan

keperawatan komunitas merupakan hal yang teramat penting disusun oleh perawat.

Rencana asuhan keperawatan disusun dengan memperhatikan banyak faktor, terutama

sekali faktor masyarakat itu sendiri, karena pada hakekatnya masyarakatlah yang memiliki

rencana tersebut, dan perawat sebaiknya hanyalah sebagai fasilitator dan motivator dalam

menggerakkan dinamika masyarakat untuk dapat menolong dirinya sendiri. (Sutarna Agus,

2003)

Tidak hanya perencanaan tentunya perawat harus mampu pula memastikan bahwa

rencana tersebut merupakan upaya yang paling maksimal, artinya ners tidak saja dituntut

berperan dilevel pelaksana dimasyarakatsaja (grassroat), namun pula harus merambah

kepada level pengambil keputusan (decision maker), dengan aktif melakukan lobi,

negosiasi, serta advokasi terhadap apa yang telah direncanakan untuk dapat diwujudkan.

Hal ini akan memaksa ners untuk mampu bekerja sama dengan berbagai pihak baik dari

kalangan birokrat pemerintahan,lembaga swadaya masyarakat, maupun kalangan bisnis.

Oleh karena itu penting dilakukan pendekatan strategi yang mantap dengan memanfaatkan

berbagai data primer, sekunder dan tersier sebagaibukti (evidence base). ( Sutarna Agus,

2003)

Melihat fenomena tersebut diatas, mahasiswa Program PSIK merasa perlu untuk

praktek keperawatan komunitas, yang dilaksanakan dari tanggal 27 Juli 2018 s.d 05

Agustus 2018 di Desa Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung. Sebagai out put dari

praktek keperawatan komunitas tersebut mahasiswa menyusun laporan “Asuhan

Keperawatan Komunitas di Desa Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung Tahun

2018”.

1.2 Tujuan Penulisan

9
10

Laporan Asuhan Keperawatan Ini dapat menggambarkan asuhan keperawatan

komunitas di Desa Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung.

1.3 Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

Sebagai sumber informasi khususnya bagi mahasiswa program profesi ners

dalam melaksanakan kegiatan praktek belajar klinik keperawatan komunitas

melalui kegiatan pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD).

2. Manfaat Praktis

Sebagai bahan masukan bagi program Perkesmas untuk meningkatkan

kualitas pelayanan asuhan keperawatan komunitas.

1.4 Metode Penulisan

Data-data yang diperlukan diperoleh dengan menggunakan teknik pengumpulan data

yang meliputi :

1. Studi kepustakaan yaitu usaha memperoleh data secara teori yang berhubungan

dengan konsep dan asuhan keperawatan komunitas.

2. Studi kasus secara langsung pada kegiatan dilapangan dan berpartisipasi aktif dalam

memberikan asuhan keperawatan komunitas.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penyusunan laporan praktek keperawatan

komunitas ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

10
11

BAB IV PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

11
12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Keperawatan Komunitas

Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai

persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus dengan

batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun

dkk, 2006). Misalnya di dalam kesehatan di kenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu

menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu

wilayah desa binaan dan lain sebagainya. Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada

masyarakat petani, masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan

sebagainya. (Mubarak, 2006)

Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan

perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) dengan dukungan

peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif

secara berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif secara

menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta

masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing process) untuk

meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam

upaya kesehatan. (Mubarak, 2006)

Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang bersifat

alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan

masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah

seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan. (Wahyudi,

2010)

12
13

2.2 Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas

Tujuan dan fungsi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut :

1. Tujuan keperawatan komunitas

Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan dan

peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut :

1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu, keluarga,

dan keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.

2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general

community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan

masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.

Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan

masyarakat mempunyai kemampuan untuk:

1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami

2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut

3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan

4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi

5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi, yang akhirnya
dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self
care).
2. Fungsi Keperawatan Komunitas

1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi kesehatan

masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien.

2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan

kebutuhannya dibidang kesehatan.

3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah,

komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.

13
14

4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan permasalahan

atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan pelayanan yang cepat

dan pada akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan. (Mubarak, 2006)

2.3 Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas

Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:

1. Proses kelompok (group process)

Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah belajar dari

pengalaman sebelumnya, selain faktor pendidikan/pengetahuan individu, media masa,

Televisi, penyuluhan yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga

dengan masalah kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya gambaran

penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnya sangat mempengaruhi upaya

penangan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika masyarakat sadar

bahwa penangan yang bersifat individual tidak akan mampu mencegah, apalagi

memberantas penyakit tertentu, maka mereka telah melakukan pemecahan-pemecahan

masalah kesehatan melalui proses kelompok.

2. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana

perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer materi/teori dari seseorang ke

orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut

terjadi adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri.

Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No.

23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat untuk

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental dan sosialnya,

sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial.

3. Kerjasama (Partnership)

14
15

Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat jika

tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi lingkungan masyarakat luas.

Oleh karena itu, kerja sama sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan

keperawatan komunitas melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan

masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat.

2.4 Pusat Kesehatan Komunitas

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Sekolah atau Kampus

Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi pendidikan pencegahan

penyakit, peningkatan derajat kesehatan dan pendidikan seks. Selain itu perawata yang

bekerja di sekolah dapat memberikan perawatan untuk peserta didik pada kasus

penyakit akut yang bukan kasus kedaruratan misalnya penyakit influensa, batu dll.

Perawat juga dapat memberikan rujukan pada peserta didik dan keluarganya bila

dibutuhkan perawatan kesehatan yang lebih spesifik.

2. Lingkungan kesehatan kerja

Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan bagi pekerjanya

yang berlokasi di gedung perusahaan tersebut. Asuhan keperawatan di tempat ini

meliputi lima bidang. Perawata menjalankan program yang bertujuan untuk:

1) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan mengurangi jumlah

kejadian kecelakaan kerja

2) Menurunkan resiko penyakit akibat kerja

3) Mengurangi transmisi penyakit menular anatar pekerja

4) Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan

pendidikan kesehatan.

15
16

5) Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan memberikan

pertolongan pertama pada kecelakaan. (Mubarak, 2006)

3. Lembaga perawatan kesehatan di rumah

Klien sering kali membutuhkan asuhan keperawatan khusus yang dapat

diberikan secara efisien di rumah. Perawat di bidang komunitas juga dapat

memberikan perawatan kesehatan di rumah misalnya: perawata melakukan kunjungan

rumah, hospice care, home care dll. Perawat yang bekerja di rumah harus memiliki

kemampuan mendidik, fleksibel, berkemampuan, kreatif dan percaya diri, sekaligus

memiliki kemampuan klinik yang kompeten.

4. Lingkungan kesehatan kerja lain

Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat bekerja dan memiliki

peran serta tanggungjawab yang bervariasi. Seorang perawat dapat mendirikan praktek

sendiri, bekerja sama dengan perawata lain, bekerja di bidang pendididkan, penelitian,

di wilayah binaan, puskesmas dan lain sebagainya. Selain itu, dimanapun lingkungan

tempat kerjanya, perawat ditantang untuk memberikan perawatan yang berkualitas.

(Mubarak, 2006)

2.5 Bentuk-Bentuk Pendekatan dan Partisipasi Masyarakat

Bentuk-bentuk pendekatan dan partisipasi masyarakat yaitu sebagai berikut :

1. Posyandu

Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan posyandu. Secara

sederhana dapat diartikan sebagai pusat kegiatan dimana masyarakat dapat sekaligus

memperoleh pelayanan KB dan Kesehatan. Selain itu posyandu juga dapat diartikan

sebagai wahana kegiatan keterpaduan KB dan kesehatan ditingkat kelurahan atau desa,

yang melakukan kegiatan-kegiatan seperti:

a. Kesehatan ibu dan anak

16
17

b. KB

c. Imunisasi

d. Peningkatan gizi

e. Penanggulangan diare

f. Sanitasi dasar

g. Penyediaan obat esensial, (Zulkifli, 2003).

Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu, hal ini bertujuan

untuk memberikan kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat karena di

posyandu tersebut masyarakat dapat memperolah pelayanan lengkap pada waktu

dan tempat yang sama. Posyandu dipandang sangat bermanfaat bagi masyarakat

namun keberadaannya di masyarakat kurang berjalan dengan baik, oleh karena itu

pemerintah mengadakan revitalisasi posyandu. Revitalisasi posyandu merupakan

upaya pemberdayaan posyandu untuk mengurangi dampak dari krisis ekonomi

terhadap penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Kegiatan ini juga

bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam menunjang upaya

mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta kesehatan ibu dan anak

melalui peningkatan kemampuan kader, manajemen dan fungsi posyandu. (Zulkifli,

2003)

Tujuan pokok penyelenggaraan Posyandu adalah untuk :

a. Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak

b. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR

c. Mempercepat penerimaan NKKBS

d. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan

kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup

sehat

17
18

e. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan pada penduduk berdasarkan

letak geografi

f. Meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih

teknologi untuk swakelola usaha kesehatan masyarakat.

MenurutNasru effendi (2000), untuk menjalankan kegiatan Posyandu

dilakukan dengan system 5 meja, yaitu:

1) Meja I

a. Pendaftaran

b. Pencacatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan PUS (Pasangan Usia

Subur).

2) Meja II

Penimbangan Balita dan ibu hamil

3) Meja III

Pengisian KMS

4) Meja IV

a. Diketahui BB anak yang naik/tidak naik, ibu hamil dengan resiko tinggi,

PUS yang belum mengikuti KB

b. Penyuluhan kesehatan

c. Pelayanan PMT, oralit, Vit. A, Tablet zat besi, Pil ulangan, Kondom

5) Meja V

a. Pemberian iminisasi

b. Pemeriksaan Kehamilan

c. Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan

d. Pelayanan kontrasepsi IUD, suntikan.

Peserta Posyandu mendapat pelayanan meliputi :

18
19

1) Kesehatan ibu dan anak :

a. Pemberian pil tambah darah (ibu hamil)

b. Pemberian vitamin A dosis tinggi ( bulan vitamin A pada bulan Februarii

dan Agustus)

c. PMT

d. Imunisasi.

e. Penimbangan balita rutin perbulan sebagai pemantau kesehatan balita

melalui pertambahan berat badan setiap bulan. Keberhasilan program

terlihat melalui grafik pada kartu KMS setiap bulan.

2) Keluarga berencana, pembagian Pil KB dan Kondom.

3) Pemberian Oralit dan pengobatan.

4) Penyuluhan kesehatan lingkungan dan penyuluhan pribadi sesuai permasalahan

dilaksanakan oleh kader PKK melalui meja IV dengan materi dasar dari KMS

baita dan ibu hamil. Keberhasilan Posyandu tergambar melalui cakupan

SKDN.

Menurut Nasrul effendi (2000), untuk meja I sampai meja IV dilaksanakan

oleh kader kesehatan dan untuk meja V dilaksanakan oleh petugas kesehatan seperti

dokter, bidan, perawat, juru imunisasi. Tetapi dilapangan yang kita temukan dari

meja 1 sampai meja 5 dilakukan oleh semua perawat puskesmas, hanya di beberapa

posyandu yang kader kesehatannya berperan aktif. Pendidikan dan pelatihan kader

selama ini hanya sebatas wacana saja di masyarakat. Kader seharusnya lebih aktif

berpatisipasi dalam kegiatan Posyandu. Keadaan seperti ini masih perlu perhatian

khusus untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

2.6 Model Konseptual Dalam Keperawatan Komunitas

19
20

Model adalah sebuah gambaran deskriptif dari sebuah praktik yang bermutu yang

mewakili sesuatu yang nyata atau gambaran yang mendekati kenyataan dari konsep. Model

praktik keperawatan didasarkan pada isi dari sebuah teori dan konsep praktik. (Riehl &

Roy, 1980 dalam Sumijatun, 2006)

Salah satu model keperawatan kesehatan komunitas yaitu Model Health Care System

(Betty Neuman, 1972). Model konsep ini merupakan model konsep yang menggambarkan

aktivitas keperawatan, yang ditujukan kepada penekanan penurunan stress dengan cara

memperkuat garis pertahanan diri, baik yang bersifat fleksibel, normal, maupun resisten

dengan sasaran pelayanan adalah komunitas. (Mubarak & Chayatin, 2009)

Menurut Sumijatun (2006), teori Neuman berpijak pada metaparadigma keperawatan

yang terdiri dari yang terdiri dari klien, lingkungan, kesehatan dan keperawatan.Asumsi

Betty Neuman tentang empat konsep utama yang terkait dengan keperawatan komunitas

adalah:

1. Manusia, merupakan suatu sistem terbuka yang selalu mencari keseimbangan dari

harmoni dan merupakan suatu kesatuan dari variabel yang utuh, yaitu: fisiologi,

psikologi, sosiokultural, perkembangan dan spiritual

2. Lingkungan, meliputi semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh-pengaruh dari

sekitar atau sistem klien

3. Sehat, merupakan kondisi terbebas dari gangguan pemenuhan kebutuhan. Sehat

merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan

menghindari atau mengatasi stresor.

Model ini menganalisi interaksi anatara empat variabel yang menunjang keperawatan

komunitas, yaitu aspek fisik atau fisiologis, aspek psikologis, aspek sosial dan kultural,

serta aspek spiritual.

20
21

Sehat menurut Neuman adalah suatu keseimbangan bio, psiko, cultural dan spiritual

pada tiga garis pertahanan klien, yaitu garis pertahanan fleksibel, normal dan resisten.

Sehat dapat diklasifikasikan dalam delapan tahapan, yaitu:

1. Normally well, yaitu sehat secara psikologis, medis dan social

2. Pessimistic, yaitu bersikap atau berpandangan tidak mengandung harapan baik

(misalnya khawatir sakit, ragu akan kesehatannya, dan lain-lain)

3. Socially ill, yaitu secara psikologis dan medis baik, tetapi kurang mampu secara social,

baik ekonomi maupun interaksi social dengan masyarakat

4. Hypochondriacal, yaitu penyakit bersedih hati dan kesedihan tanpa alasan

5. Medically ill, yaitu sakit secara medis yang dapat diperiksa dan diukur

6. Martyr, yaitu orang yang rela menderita atau meninggal dari pada menyerah karena

mempertahankan agama/kepercayaan. Dalam kesehatan, seseorang yang tidak

memperdulikan kesehatannya, dia tetap berjuang untuk kesehatan/keselamatan orang

lain

7. Optimistic, yaitu meskipun secara medis dan social sakit, tetapi mempunyai harapan

baik. Keadaan ini sering kali sangat membantu dalam penyembuhan sakit medisnya

8. Seriously ill, yaitu benar-benar sakit, baik secara psikologis, medis dan sosial.

2.7 Hubungan Konsep Keperawatan Komunitas Dengan Pelayanan Kesehatan

Utama

Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang merupakan perpaduan

antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif

masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat

dengan menekankan kepada peningkatan peran serta masyarakat dalam melakukan upaya

promotif dan perventif dengan tidak melupakan tindakan kuratif dan rehabilitatif

21
22

sehinggadiharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam

memelihara kesehatannya. (Mubarak, 2009)

Selain menjadi subjek, masyarakat juga menjadi objek yaitu sebagai klien yang

menjadi sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari individu dan

masyarakat. Berdasarkan pada model pendekatan totalitas individu dari Neuman (1972

dalam Anderson, 2006) untuk melihat masalah pasien, model komunitas sebagai klien

dikembangkan untuk menggambarkan batasan keperawatan kesehatan masyarakat sebagai

sintesis kesehatan masyarakat dan keperawatan. Model tersebut telah diganti namanya

menjadi model komunitas sebagai mitra, untuk menekankan filosofi pelayanan kesehatan

primer yang menjadi landasannya.

Secara lebih rinci dijabarkan sebagai berikut :

1. Tingkat individu

Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut

mempunyai masalah kesehatan maka perawat akan memberikan asuhan keperawatan

pada individu tersebut. Pelayanan pada tingkat individu dapat dilaksanakan pada rumah

atau puskesmas, meliputi penderita yang memerlukan pelayanan tindak lanjut yang

tidak mungkin dilakukan asuhan keperawatan di rumah dan perlu kepuskesmas,

penderita resiko tinggi seperti penderita penyakit demam darah dan diare. Kemudian

individu yang memerlukan pengawasan dan perawatan berkelanjutan seperti ibu hamil,

ibu menyusui, bayi dan balita.

2. Tingkat keluarga

Keperawatan kesehatan komunitas melalui pendekatan keperawatan keluarga

memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga yang mempunyai masalah kesehatan

terutama keluarga dengan resiko tinggi diantaranya keluarga dengan sosial ekonomi

rendah dan keluarga yang anggota keluarganya menderita penyakit menular dan kronis.

22
23

Hal ini dikarenakan keluarga merupakan unit utama masyarakat dan lembaga yang

menyakut kehidupan masyarakat. Dalam pelaksanaannya, keluarga tetap juaga berperan

sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan anggotanya.

3. Tingkat komunitas

Keperawatan kesehatan komunitas di tingkat masyarakat dilakukan dalam lingkup

kecil sampai dengan lingkup yang luas didalam suatu wilayah kerjapuskesmas.

Pelayanan ditingkat masyarakat dibatasi oleh wilayah atau masyarakat yang mempunyai

ciri-ciri tertentu misalnya kebudayaan, pekerjaan, pendidikan dan sebagainya.

Asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan memandang komunitas sebagai

klien dengan strategi intervensi keperawatan komunitas yang mencakup tiga aspek yaitu

primer, sekunder dan tertier melalui proses individu dan kelompok dengan kerja sama

lintas sektoral dan lintas program. Pelayanan yang diberikan oleh keperawatan komunitas

mencakup kesehatan komunitas yang luas dan berfokus pada pencegahan yang terdiri dari

tiga tingkat yaitu:

1. Pencegahan primer

Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada penghentian penyakit sebelum

terjadi karena itu pencegahan primer mencakup peningkatan derajat kesehatan secara

umum dan perlindungan spesifik. Promosi kesehatan secara umum mencakup

pendidikan kesehatan baik pada individu maupun kelompok. Pencegahan primer juga

mencakup tindakan spesifik yang melindungi individu melawan agen-agen spesifik

misalnya tindakan perlindungan yang paling umum yaitu memberikan imunisasi pada

bayi, anak balita dan ibu hamil, penyuluhan gizi bayi dan balita.

2. Pencegahan sekunder

Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk menditeksi penyakit lebih awal

dengan mengobati secara tepat. Kegiatan-kegiatan yang mengurangi faktor resiko

23
24

diklasifikasikansebagai pencegahan sekunder misalnya memotivasi keluarga untuk

melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu dan puskesmas.

3. Pencegahan tertier

Yang mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada seseorang dengan

stadium dini dan rehabilitasi pada orang yang mengalami kecacatan agar dapat secara

optimal berfungsi sesuai dengan kemampuannya, misalnya mengajarkan latihan fisik

pada penderita patah tulang.

Selanjutnya agar dapat memberikan arahan pelaksanaan kegiatan, berikut ini

diuraikan falsafah keperawatan komunitas dan pengorganisasian masyarakat (Mubarak,

2009):

1. Falsafah Keperawatan Kesehatan Komunitas

Keperawatan kesehatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan

perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual) terhadap

kesehatan masyarakat dan memberikan prioritas pada strategi pada pencegahan penyakit

dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi yang mengacu pada paradigma

keperawatan secar umum dengan empat komponen dasar yaitu manusia, kesehatan,

lingkungan dan keperawatan.

2. Pengorganisasian masyarakat

Tiga model pengorganisasian masyarakat menurut Rothman (1998) meliputi peran

serta masyarakat (localiti developmen), perencanaan sosial melalui birokrasi pemerintah

(social developmant) dan aksi sosial berdasarkan kejadian saat itu (social action).

(Mubarak, 2009)

Pelaksanaan pengorganisasian masyarakat dilakukan melalui tahapan berikut:

1. Tahap persiapan

24
25

Dilakukan dengan memilih area atau daerah yang menjadi prioritas, menentukan

cara untuk berhubungan dengan masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan

masyarakat.

2. Tahap pengorganisasian

Dengan persiapan pembentukan kelompok dan penyesuaian dengan pola yang ada

dimasyarakat dengan pembentukan kelompok kerja kesehatan.

3. Tahap pendidikan dan pelatihan

Melalui kegiatanpertemuan teratur dengan kelompok masyarakat melalui

pengkajian, membuat pelayanan keperawatan langsung pada individu, keluarga dan

masyarakat.

4. Tahap formasi kepemimpinan

Memberikan dukungan latihan dan mengembangkan keterampialan yang

mengikuti perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan kegiatan

pendidikan kesehatan.

5. Tahap koordinasi

Kerjasama dengan sektor terkait dalam upaya memandirikan masyarakat.

6. Tahap akhir

Suverpisi bertahap dan diakhiri dengan evaluasi dan pemberian umpan balik dan

masing-masing evaluasi untuk perbaikan untuk kegiatan kelompok kesehatan kerja

selanjutnya.

2.8 Proses Pelaksanaan Keperawatan Komunitas

Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang khusus keperawatan yang

merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial

yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu,

keluarga, kelompok khusus dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit

25
26

(mempunyai masalah kesehatan/keperawatan), secara komprehensif melalui upaya

promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif dengan melibatkan peran serta

aktif masyarakat secara terorganisir bersama tim kesehatan lainnya untuk dapat mengenal

masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi serta memecahkan masalah-masalah

yang mereka miliki dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan sesuai dengan

hidup sehat sehingga dapat meningkatkan fungsi kehidupan dan derajat kesehatan

seoptimal mungkin dan dapat diharapkan dapat mandiri dalam memelihara kesehatannya

(Chayatin, 2009). Menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan

melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan profesional yang merupakan perpaduan

antara konsep kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan yang ditujukan pada seluruh

masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi.

Perawatan komunitas merupakan Pelaksanaan keperawatan komunitas dilakukan

melalui beberapa fase yang tercakup dalam proses keperawatan komunitas dengan

menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dinamis. Fase-fase pada proses

keperawatan komunitas secara langsung melibatkan komunitas sebagai klien yang dimulai

dengan pembuatan kontrak/partner ship dan meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan,

implementasi dan evaluasi. (Efendi, 2009)

Asuhan keperawatan yang diberikan kepada komunitas atau kelompok adalah

(Mubarak, 2005):

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis

terhadap mesyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang

dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut

26
27

permasalah pada fisiologis, psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapat

ditentukan.

1) Pengumpulan data

Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok antara lain :

a. Inti (Core) meliputi : Data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri atas

usia yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai,

keyakinan, serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas.

b. Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain:

 Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi, bagaimana kepadatannya

karena dapat menjadi stresor bagi penduduk

 Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan

untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat

 Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan keamanan tempat

tinggal, apakah masyarakat merasa nyaman atau tidak, apakag sering

mengalami stres akibat keamanan dan keselamatan yang tidak terjamin

 Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah cukup menunjang,

sehingga memudahkan masyarakat mendapatkan pelayanan di berbagai bidang

termasuk kesehatan

 Pelayanan kesehatan yang tesedia, untuk diteksi dini atau memantau gangguan

yang terjadi

 Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi dini dan merawat

atau memantau gangguan yang terjadi

 Sistem komunikasi, serta komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan

masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan yang terkait dengan gangguan

penyakit

27
28

 Sistem ekonomi, tingkat sosial ekonomi masyarakat secara keseluruhan,

apakah pendapatan yang terima sesuai dengan Upah Minimum Registrasi

(UMR) atau sebaliknya

 Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja dibuka, apakah biayanya

dapat dijangkau masyarakat

2) Jenis data

Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan data objektif

(Mubarak, 2005):

a. Data subjektif

Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh

individu, keluarga, kelompok, dan komunitas, yang diungkapkan secara

langsung melalui lisan.

b. Data objektif

Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan

pengukuran.

c. Sumber data

 Data primer

Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari individu,keluarga, kelompok,

masyarakat berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengkajian.

 Data sekunder

Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya:

kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien atau medical record.

3) Cara pengumpulan data

a. Wawancara yaitu: kegiatan timbale balik berupa Tanya jawab

b. Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca indra

28
29

c. Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada tubuh individu

4) Pengelolaan data

a. Klasifikasi data atau kategorisasi data

b. Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan telly

c. Tabulasi data

d. Interpretasi data

5) Analisa data

Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data dengan

kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan

atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau

masalah keperawatan.

6) Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan

Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan masalah

keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat sehingga dapat dirumuskan masalah

kesehatan.

7) Prioritas Masalah

Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan Abraham H

Maslow:

a. Keadaan yang mengancam kehidupan

b. Keadaan yang mengancam kesehatan

c. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosis keperawatan ialah respon individu pada masalah kesehatan baik yang

actual maupun potensial. Diagnose keperawatan komunitas akan memeberikan

gambaran tentang masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang

29
30

mungkin terjadi. Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat rekreasi komunitas terhadap

stresor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu problem/masalah

(P), etiology atau penyebab (E), dan symptom atau manifestasi/data penunjang (S).

(Mubarak, 2005)

 Problem : merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang

seharusnya terjadi.

 Etiologi : penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat memeberikan

arah terhadap intervensi keperawatan.

 Symptom : tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah yang terjadi.

3. Perencanaan/ Intervensi

Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan keperawatan

yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keprawatan

yang sudahditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan

intervensi yang dapat dilakukan berkaitan dengan diagnosa keperawatan komunitas

yang muncul diatas adalah (Mubarak, 2005):

a. Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit

b. Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit

c. Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit

d. Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan diet yang tepat

e. Lakukan olahraga secara rutin

f. Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk memperbaiki

lingkungan komunitas

g. Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan

4. Pelaksanaan/Implementasi

30
31

Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang

telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhen keperawatan harus bekerjasama

dengan angoota tim kesehatan lain dalam hal melibatkan pihak puskesmas, bidan desa,

dan anggota masyarakat (Mubarak, 2005). Perawat bertanggung jawab dalam

melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang bersifat (Efendi, 2009), yaitu:

a. Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit

b. Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup sehat dan

melaksanakan upaya peningkatan kesehatan

c. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan penyakit

d. Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan

komunitas

5. Penilaian/Evaluasi

Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan.

Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan dengan

pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat

dengan membandingkan tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan

sehari-hari dan tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah

ditentukan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005). Adapun tindakan dalam

melakukan evaluasi adalah sebagai berikut :

a. Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan intervens

b. Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi keperawata

c. Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit

31
32

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

3.1 Pengkajian Keperawatan Komunitas

Pengumpulan data dalam asuhan keperawatan komunitas ini dilakukan dengan cara

servasi langsung, wawancara dan studi dokumentasi di Desa Sumber Agung Kecamatan

Sumber Agung Kota Bandar lampung. Pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan

Survey Mawas Diri (SMD) pada sampel dari populasi penduduk Desa Sumber Agung yang

pad KK dengan Rt 05 75 KK dengan mensurvei semua KK yang ada di R 05.

Hasil Data pada RT 05 Desa Sumber Agung Kecamatan Sumber Agung Kota Bandar

Lampung, yaitu sebagai berikut :

Hasil Survey Mawas Diri (SMD) yang telah dilaksanakan pada tanggal 28 Juli

2018 cara pendataan door to door, yaitu sebagai berikut :

1. Dimensi Lokasi

a. Batasan Komunitas

Desa Sumber Agung termasuk kategori Desa Swakarya yang secara

administrasi merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Sumber Agung

Kota Bandar Lampung, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Daerah perbukitan

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tegal Rejo

 Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Umbul Kunci

 Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pinang Jaya

b. Lokasi Pelayanan Kesehatan

32
33

Sarana pelayanan kesehatan terdekat adalah Puskesmas Pembantu Desa

Sumber Agung yang terletak ± 1 km dari pusat desa yang dapat dicapai dengan

jalan kaki, kendaraan roda dua dan roda empat. Sedangkan Puskesmas induk adalah

Puskesmas Pinang Jaya yang terletak di Kecamatan Kemiling yang berjarak ± 0,5

km.

c. Gambaran Geografis

Desa Sumber Agung adalah daerah pemukiman penduduk yang padat,

merupakan daerah dataran rendah dengan luas wilayah ± 295,529 hektar, yang

terdiri dari 248,281 hektar tanah sawah dan 13,049 hektar tanah darat.

d. Flora dan Fauna

Keadaan tanah di Desa Sumber Agung sangat subur, seluruh jenis tumbuhan

bisa tumbuh dengan baik seperti jambu, mangga, sayuran, kunyit, jahe,kencurdan

bunga-bungaan. Sebagian besar penduduk tidak memanfaatkan pekarangan yang

ada untuk ditanami tanaman yang bermanfaat untuk obat keluarga (Toga). Binatang

ternak yang banyak dipelihara adalah ayam. Lingkungan Buatan

Terdapat sarana olah raga seperti lapangan bola kaki dan volly ball, yang

terltak di pusat desa Sumber Agung

2. Dimensi Populasi

a. Ukuran

Jumlah penduduk Desa Sumber Agung pada RT 05 adalah sebanyak 307

jiwa, yang terdiri laki-laki 167 jiwa dan perempuan 140 jiwa. Sedangkan jumlah

kepala keluarga (KK) adalah 75 KK dan jumlah pasangan usia subur (PUS)

berdasarkan hasil survey mawas diri (SMD) sebanyak 58 pasang.

33
34

b. Kepadatan

Perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilayah desa Sumber Agung

Kecamatan Sumber Agung Kota Bandar Lampung adalah :

 Luas wilayah : Jumlah Penduduk

 2.955.290 m2 : 6.303 jiwa

 469 m2/jiwa

c. Komposisi Penduduk

Komposisi penduduk dapat dilihat dari berbagai indikator, antara lain

berdasarkan kelompok umur dan berdasarkan jenis kelamin.

1) Komposisi Penduduk Berdasarkan kelompok Umur

Dari hasil survey mawas diri (SMD) pada penduduk Desa Sumber

Agung RT 05 yang dilakukan pada tanggal 28-29 juli 2018 didapat hasil yang

dapat disampaikan dalam bentuk tabel dibawah ini

Tabel 3.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

No. Kelompok Umur Jumlah Persentase (%)


(Tahun)
1. 0 –5 33 10,75
2. 6 – 12 52 16,93
3. 13 – 21 35 11,40
4. 22 – 54 161 52,44
6. > 55 th 26 8,46
Jumlah 1075 100
Sumber : Data primer pendataan Juli 2018

Berdasarkan tabel 3.2 diatas, sebagian besar penduduk (52%) adalah

kelompok umur 22 – 54 tahun yang merupakan potensi sebagai sumber daya

manusia yang menunjang kesehatan keluarga, kelompok dan masyarakat.

2) Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis kelamin

34
35

Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin hasil survey mawas

diri (SMD) dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)


.
1. Pria 145 47,23
2. Wanita 162 52,77
Jumlah 307 100
Sumber : Data primer pendataan

Berdasarkan tabel 3.3 di atas, sebagian besar penduduk (52,77%)

adalah berjenis kelamin wanita.

d.Pertumbuhan Penduduk

Kelahiran pada satu tahun terakhir ada 5 bayi lahir hidup, sedangkan

kematian bayi tidak ada, baik infant mortality rate maupun maternal mortality rate

tidak ada. Kematian balita (3-5 tahun) tidak ada.

e.BudayaPenduduk

Mayarakat Desa Bakunglorhampir seluruhnya bersuku jawa, sehingga tidak

ada perbedaan budayamaupun kebiasaan, sehingga tidak ada konflik etnis maupun

sara karena homogen.

f. Mobilitas Penduduk

1) Jenis Kependudukan

Penduduk desa Sumber Agung adalah penduduk tetap, tidak ada

penduduk sementara atau penduduk musiman.

2) Pemanfaatan Waktu oleh Penduduk

35
36

Karena mayoritas penduduk adalah petani maka waktu lebih banyak

dipergunakan bekerja di sawah, pergi jam 06.00 WIB dan pulang kadang-

kadang jam 18.00 WIB. Waktu istirahat malam rata-rata jam 21.00 WIB

sudahtidur malam dan bangun pagi jam 04.00WIB. Sedangkan para lansia

mereka rata-rata Katz indeknya Adan mereka masih mampu untuk bekerja

disawah.

g. Kelas Sosial Penduduk

Kelas sosial penduduk berdasarkan tingkatan kesejahteraan keluarga dapat

dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.4 Distribusi Kelas Sosial Berdasarkan Tingkat Penghasilan

No. Penghasilan Jumlah Persentase (%)


1. Keluarga Pra-sejahtera 20 26,66
2. Keluarga Sejahtera I 25 33,33
3. Keluarga Sejahtera II 15 20
4. Keluarga Sejahtera III 10 13,33
5. Keluarga Sejahtera III plus 5 6,66
Jumlah 75 100
Sumber : Data Sekunder

Berdasarkan tabel 3.4 diatas, sebagian besar keluarga (26,66%)adalah

keluarga Pra-sejahtera.

h. Kelas Sosial Penduduk Berdasaarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan penduduk berdasarkan hasil survey mawas diri (SMD),

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

36
37

Tabel 3.5Distribusi Kelas Sosial Berdasarkan Kategori Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)


1. Belum Sekolah 20 6,51
2. TK/PA/PAUD 13 4,23
3. SD/MI 105 34,20
4. SMP/MTs 83 27,03
5. SMA 50 16,28
6. PT 10 3,25
7. Tidak Sekolah 26 8,46
Jumlah 307 100

Sumber data primer Pendataan Oktober 2013

Berdasarkan tabel 3.5 di atas sebagian besar penduduk (48,28%)

berpendidikan SD, hal ini sangat berpengaruh terhadap pengetahuan dan prilaku

hidup sehat. Karena pada masyarakat yang berpendidikan rendah biasanya akan

menimbulkan dua masalah yaitu perasaan apatis dan ketidaktegasan keluarga

dalam mengambil keputusan terutama tentang kesehatan. Namun tidak demikian

halnya, mereka cukup kooferatif dan antusias serta semangat kegotongroyongan

yang tinggi dan ini merupakan sumber daya atau kekuatan untuk mengatasi

masallah kesehatan.

i. Kelas Sosial Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan penduduk berdasarkan hasil survey mawas diri (SMD),

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.6 Distribusi Kelas Sosial Berdasarkan Pekerjaan

No. Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase (%)


1. PNS 5 2,67
2. ABRI 0 0
3. Karyawan 35 6,95
4. Wiraswasta 20 10,69
5. Buruh / petani 112 59,89
6. Pensiunan - -
7. Tidak Bekerja 15
Jumlah 187 100

37
38

Sumber : Data Primer Pendataan Oktober 2013

Berdasarkan tabel 3.6 di atas, sebagian besar penduduk (59,89) bekerja

sebagai petani. Dari hasil wawancara didapat data bahwa petani bekerja jam 06.00

dan pulang jam 18.00. Dilihat dari jam kerja para petani hampir seharian penuh

(12 jam) bekerja di sawah atau ladang, maka kemungkinan terjadi kelelahan

akibat kerja dan hal ini akan menurunkan daya tahan tubuh dan mudah terserang

penyakit, sehingga produktivitas kerja menurun.

3. Dimensi Sistem Sosial

a. Sistem Kesehatan

1) Jenis pelayanan kesehatan yang tersedia di puskesmas pembantu

Terdapat Puskesmas Pembantu Desa Bakunglor yang terletak didusun

Gempol, dengan jenis pelayanan sebagai berikut :

a) Konsultasi dan pemeriksaan kesehatan KIA dan KB

b) Pertolongan persalinan

c) Pemeriksaan dan pengobatan penyakit

d) Pelayanan umum

e) Kegawat daruratan medis.

Di Desa Sumber Agung lingkungan 2 ada 5 Rt yang terdapat 1 bidan

desa, 1 unit posyandu dan kader kesehatan berjumlah 5 orang dan kader

desa siaga.

2) Jenis pembiayaan kesehatan

BPJS Pemerintah.

38
39

3) Jenis penyakit penduduk desa Sumber Agung Rt 05

Tabel 3.7 Distribusi Jenis Penyakit Yang Diderita Penduduk Desa


Tahun 2018.

Persentase
No. Jenis Penyakit Jumlah
(%)
1. ISPA 16 5,21
2. Rematik 5 1,62
3. Hipertensi 9 2,93
4. Carries Dentist 7 2,28
5. Myalgian 7 2,28
6. Diare 4 1,30
7. Katarak 5 1,62
8. Dermatitis 3 0,98
9. Gastritis 2 0,65
10. Cacingan 2 0,65
11 DHF 1 0,32
12 Thypoid 1 0,32
Jumlah 62 17,23
Sumber : Data primer pendataan Juli 2018

Berdasarkan tabel 3.7 diatas, bahwa penyakit ISPA 5,21% merupakan

urutan pertama penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat, ini

kemungkinan disebabkan oleh faktor sanitasi lingkungan yang kurang baik.

Sedangkan urutan kedua adalah Hipertensi 2,93% yang mayoritas diderita

oleh lansia.

4) Kondisi kesehatan penduduk desa Sumber Agung Rt 05

 Terdapat 80 Pasangan Usia Subur (PUS), dan dalam keadaan sehat

 Terdapat 4 ibu hamil, 100% frekuensi makan 3 kali makanan pokok +

selingan, 100% melakukan pemeriksaan kehamilan ke petugas kesehatan

(bidan/dokter), 100% mendapatkan imunisasi TT 2 kali, masalah

kesehatan : tidak ada.

39
40

 Terdapat 17 ibu menyusui, 70,59% (12) memberikan ASI eksklusif

selama 6 bulan, masalah kesehatan : tidak ada

 Terdapat 33 balita, 100% berat badan balita normal, 33 balita (100%)

telah mendapatkan imunisasi lengkap. kondisi balita saat ini sakit yaitu :

6 balita (18,18%) ISPA .

 Terdapat 13 anak usia pra sekolah dan sekolah, 72 orang (23,45%)

kondisi anak saat ini sakit, yaitu : ISPA 10 orang(11,76%), carries 7

orang (8,23%), penyakitkulit 3 orang (3,52%), diare 2 orang (2,35%)

 Terdapat 35 usia remaja, 25 orang (71,42%) kegiatan remaja setelah

pulang sekolah adalah bermain, masalah kesehatan : tidak ada.

 Terdapat 161 usia dewasa, 5 orang (3,10 %) kondisi saat ini sakit, yaitu :

1 orang myalgia, 2 orang gastritis, dan 2 orang hipertensi.

5) Terdapat 26 usia lansia, 20 orang (76,92%) kondisi lansia saat ini sakit, yaitu
: 5 orang (19,23%) rematik, 4 orang (15,38%) hipertensi dan 2 orang (7,69)
katarak,tidak ada pelayanan pospindu di lk 2 Desa Sumber .
Tabel 3.8 DistribusiJenis Kontrasepsi Yang Digunakan PUS

No. Jenis Kontrasepsi Jumlah Persentase (%)


1. IUD 3 1,40
2. Pil 20 22,43
3. Suntik 30 56,07
4. Implan 22 17,29
5. Lain-lain 5 2,81
Jumlah 80 100
Sumber : Data Primer Pendataan Oktober 2013

Berdasarkan tabel 3.8 di atas, sebagian besar (37,50%) PUS

menggunakan jenis kontrasepsi suntikan.

6) Kondisi kesehatan lingkungan

a) Pemukiman

40
41

Tabel 3.9 Distribusi Jenis Bangunan Rumah Penduduk

No. Jenis bangunan Jumlah Persentase (%)


1. Permanen 68 90,67
2. Semi permanen 7 9,33
Jumlah 75 100
Sumber : Data Primer Pendataan Juli 2018

Berdasarkan tabel 3.9 di atas, sebagian besar (90,67%) jenis

bangunan rumah penduduk adalah permanen.

b) Kondisi Rumah

Tabel 3.10 Distribusi Rumah Berdasarkan Kebersihan

No Kriteria Jumlah Persentase (%)


.
1. Bersih 58 77,33
2 Tidak Bersih 17 22,67
Jumlah 75 100
Sumber : Data Primer Pendataan 2013

Berdasarkan tabel 3.10 di atas, sebagian besar rumah (77,33%)

dalam keadaan bersih.

c) Ventilasi Rumah

Tabel 3.11Distribusi Rumah Berdasarkan Ventilasi

No Kriteria Jumlah Persentase (%)


.
1. Baik 58 77,33
2. Kurang 17 22,67
Jumlah 75 100
Sumber : Data Primer Pendataan 2018

Berdasarkan tabel 3.11 di atas, 22,67% rumah memiliki ventilasi

yang kurang.

d) Pencahayaan Rumah

41
42

Tabel 3.12Distribusi Rumah Berdasarkan Pencahayaan

No Kriteria Jumlah Persentase (%)


.
1. Terang 47 62,67
2. Kurang Terang 28 37,33
Jumlah 100

Berdasarkan tabel 3.12 di atas, 37,33% rumah memiliki pencahayaan

yang kurang.

e) Jamban Keluarga

Tabel 3.13 Distribusi Rumah Berdasarkan Jamban Keluarga

No Kriteria Jumlah Persentase (%)


.
1. Punya WC 75 100
2. Tidak Punya WC - -
Jumlah 75 100
Sumber : Data Primer Pendataan Juli 2018

Berdasarkan tabel 3.13 di atas, rumah (100%) memiliki jamban

keluarga.

f) Jarak Sumber Air dengan Septiktank

Tabel 3.14 Distribusi Rumah Berdasarkan Jarak Sumber Air dengan Septiktank

No Kriteria Jumlah Persentase (%)


.
1. < 10 meter 72 96
2. > 10 meter 3 4
Jumlah 75 100
Sumber : Data Primer Pendataan Juli 2018

Berdasarkan tabel 3.14 di atas, sebagian besar rumah (96%)

memiliki jarak sumber air dengan setiktank >10 meter.

42
43

g) Keberadaan Jentik Nyamuk

Tabel 3.15Distribusi Rumah Berdasarkan Keberadan Jentik Nyamuk

No Kriteria Jumlah Persentase (%)


.
1. Ada Jentik 7 9,33
2. Tidak Ada Jentik 68 90,67
Jumlah 75 100
Sumber : Data Primer Pendataan Oktober 2013

Berdasarkan tabel 3.15 di atas, 9,33% rumah ditemukan jentik

nyamuk.

h) Pengolahan Sampah

Tabel 3.16 Distribusi Pengolahan Sampah

No. Pembuangan Limbah Jumlah %


1. Ditumpuk 7 9,33
2. Dikubur 2 2,67
3. Dibakar 5 6,67
4. Diambil petugas 54 72
Total 75 100
Sumber : Data Primer Pendataan Juli 2018

Berdasarkan tabel 3.16 di atas, sebagian besar (72%) pengelolaan

sampahnya diambil oleh petugas sampah.

4. Sistem Keluarga

a. Type Keluarga

Tabel 3.17 Distribusi Keluarga Berdasarkan Type Keluarga

43
44

No Type Keluarga Jumlah Persentase (%)


.
1. Extended family 5 6,66
2. Nuclear family 66 88
3. Lansia sendirian 4 5,33
Jumlah 75 100
Sumber : Data Primer Pendataan Oktober 2013

Berdasarkan tabel 3.17 di atas, sebagian besar keluarga (88%) merupakan

keluarga inti.

b. Pola Hidup Sehat

a) Pengelolaan sayuran sebelum dimasak

Tabel 3.18 Distribusi Keluarga Berdasarkan Pengelolaan Sayuran


Sebelum Dimasak

No. Pengolahan Makanan Jumlah Persentase (%)


1. Dicuci baru dipotong 25 33,33
2. Dipotong baru dicuci 50 66,66
Total 75 100
Sumber : Data Primer Pendataan Juli 2018

Berdasarkan tabel 3.18 di atas, sebagian besar keluarga (33,33%)

melakukan pengelolaan sayuran dicuci baru dipotong.

b) Penyajian makanan yang telah dimasak

Tabel 3.19 Distribusi Keluarga Berdasarkan Penyajian Makanan Setelah


Dimasak

No. Penyajian Makanan Jumlah Persentase (%)


1. Tertutup 65 86,66
2. Terbuka 10 13,33
Total 75 100
Sumber : Data Primer Pendataan Juli 2018

Berdasarkan tabel 3.19 di atas, sebagian besar keluarga (86,66%)

melakukan penyajian makanan setelah dimasak secara tertutup.

44
45

c) Kebiasaan menggantung pakaian

Tabel 3.20 Distribusi Keluarga Berdasarkan Kebiasaan Menggantung


Pakaian

No. Kebiasaan Menggantung Jumlah Persentase (%)


Pakaian
1. Ya 55 73,33
2. Tidak 20 26,66
Total 75 100
Sumber : Data Primer Pendataan Juli 2018

Berdasarkan tabel 3.20 di atas, sebagian besar keluarga (73,33%)

mempunyai kebiasaan menggantung pakaian.

d) Kebiasaan keluarga menggunakan handuk

Tabel 3.21 Distribusi Keluarga Berdasarkan Kebiasaan Menggunakan


Handuk

No. Menggunakan Handuk Jumlah Persentase (%)


1. Sendiri 57 76
2. Bersama sama 18 24
Total 75 100
Sumber : Data Primer Pendataan Juli 2018

Berdasarkan tabel 3.21 di atas, sebagian keluarga (24%) mempunyai

kebiasaan menggunakan handuk secara bersama-sama.

e) Kebiasaan anak melakukan kebersihan diri

Tabel 3.22 Distribusi Kebiasaan Anak Melakukan Kebersihan Diri

No. Kebiasaan Mandi Jumlah Persentase (%)


1. 1x 5 9,33
2. 2x 58 90,67
3. 3x - -
Total 63 100
Sumber : Data Primer Pendataan Juli 2018

45
46

Berdasarkan tabel 3.22 di atas, sebagian anak (9,33%) mempunyai

kebiasaan membersihkan diri (mandi) 1 kali/hari.

f) Kebiasaan anak mencuci tangan pakaian sabun

Tabel 3.23 Distribusi Kebiasaan Anak Melakukan Cuci Tangan Pakai


Sabun

No. Kebiasaan Cuci Tangan Jumlah Persentase (%)


1. Ya 88,23
2. Tidak 14 11,77
Total 119 100
Sumber : Data Primer Pendataan Oktober 2013

Berdasarkan tabel 3.23 di atas, sebagian anak (11,77%) mempunyai

kebiasaan tidak cuci tangan pakai sabun.

g) Kebiasaan anak memakai alas kaki saat bermain

Tabel 3.24 Distribusi Kebiasaan Anak Memakai Alas Kaki Saat Bermain

No. Kebiasaan Memakai Alas Jumlah Persentase (%)


Kaki
1. Ya 106 89,07
2. Tidak 13 10,93
Total 119 100
Sumber : Data Primer Pendataan Oktober 2013

Berdasarkan tabel 3.24 di atas, sebagian anak (10,93%) mempunyai

kebiasaan tidak memakai alas kaki saat bermain.

h) Kebiasaan keluarga buang air besar

Tabel 3.25 Distribusi Keluarga Berdasarkan Kebiasaan Buang Air Besar

No. Kebiasaan Buang Air Besar Jumlah Persentase


(%)

46
47

1. Dijamban 75 100
2. Sembarangan (kebun, sawah, - -
sungai, dll)
Total
Sumber : Data Primer Pendataan Juli 21018

Berdasarkan tabel 3.25 di atas, semua warga (100%) sudahBAB di Jamban

i) Penggunaan air bersih dalam keluarga

Tabel 3.26 Distribusi Keluarga Berdasarkan Penggunaan Air Bersih

No. Sumber Air Jumlah %


1. PAM/Ledeng 0 0
2. Sumur 47 62,67
3. Sungai 0 0
4. Pompa air/listrik 30 37,33
Total 75 100
Sumber : Data Primer Pendataan Oktober 2013

Berdasarkan tabel 3.26 di atas, 100% keluarga telah menggunakan air

bersih.

5. Sistem Kesejahteraan

Program pengentasan kemiskinan yang berjalan di masyarakat diantaranya

adalah Raskin (beras miskin), Jamkesmas/Askeskin untuk jaminan pelayaan

kesehatan masyarakat miskin, bantuan langsung tunai (BLT) untuk kompensensasi

kenaikan BBM bagi masyarakat miskin. Disamping itu juga terdapat lembaga

perekonomian desa yang dapat mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat

desa Sumber Agung terutama Rt 05, yaitu koperasi simpan pinjam, lumbung desa

dan gabungan kelompok tani (Gapoktan).

Kegiatan gotong royong antar warga desa Rt 05 masih kuat,seperti pada kegiatan

hajatan, pembangunan sarana umum, pembangun rumah warga.

47
48

6. Sistem Ekonomi

Mayoritas penduduk desa Sumber Agung Rt 05 bermata pencaharian sebagai

buruh. Hal ini sesuai dengan sumberdaya alam utama yang dimiliki oleh desa

Sumber Agung adalah lahan perkebunan.

Tabel 3.27 Distribusi Keluarga Berdasarkan Penghasilan

No Sifat Kesejahteraan Jumlah Persentase (%)


.
1. < Rp 500.000 - -
2. Rp 500.000 – 1000.000 12 16
3. > Rp 1000.000 63 94
Jumlah 75 100

Berdasarkan tabel 3.27 di atas, sebagian besar keluarga (94%) memiliki tingkat

penghasilan > Rp. 1000.000, hal ini menunjukan bahwa dari segi ekonomi sudah

dapat dikatakan cukup memadai dan ini merupakan kekuatan untuk menunjang hidup

sehat.

7. Sistem Politik

 Cara pemilihan tokoh masyarakat formal seperti Ketua RT dan RW dilakukan

dengan cara musyawarah mufakat. Sedangkan dalam bidang non formal seperti

bidang agama, misalnya imam dan bilal di masjid dipilih berdasarkan

keahliannya.

 Peraturan tak tertulis berdasarkan aturan-aturan yang terdapat dalam budaya

jawa dan hasil kesepakatan bersama warga.

 Struktur pemerintahan formal : Kepala desa membawahi Kepala dusun, Kepala

dusun membawahai beberapa RW dan RW membawahi beberapa RT.

48
49

8. Sistem Rekreasi

Warga Desa Sumber Agung di Rt 05 hampir rata-rata tidak mempunyai jadwal

rekreasi, mereka hanya melakukan rekreasi pada saat-saat tertentu saja, seperti pada

saat tahun baru dan pada hari raya idul fitri.sesekali.

Sarana hiburan bagi keluarga pada waktu luang adalah televisi dan radio.

9. Sistem Komunikasi

Komunikasi dalam masyarakat terbentuk secara vertikal dan horisontal.

Komunikasi horisontal yaitu komunikasi yang terbentuk antar warga masyarakat

Desa Bakunglor. Sedangkan komunikasi vertikal yaitu komunikasi antara warga

masyarakat Desa Sumber Agung Rt 05 dengan Pemerintahan Desa Sumber Agung,

yaitu dari warga masyarakat ke ketua RT, kemudian ke ketua RW, kemudian ke

kepala dusun, kemudian ke kepala desa/kuwu dan sebaliknya.

Media komunikasi yang sering digunakan biasanya adalah masjid atau musolah

sebagai pusat penyampaian informasi disamping telepon.

10. Sistem Keagamaan

Seluruh penduduk desa Sumber Agung Rt 05 beragama islam, kegiatan ibadah

khususnya Sholat dilaksanakan di Masjid atau Musolah, disamping itu terdapat

kegiatan pengajian rutin mingguan yang dilaksanakan di Masjid Desa Sumber

Agung Lk 2 setiap jum,at jam 13.00 WIB. Selain itu juga selalu dilaksanakan

kegiatan keagamaan yang berhubungan dengan peringatan tahun baru islam, maulid

nabi, isra miraj, dan lain-lain.

Organisasi keagamaan yang mengatur kegiatan yang berhubungan pelaksanaan

syariat agama diantaranya adalah majelis ulama tingkat desa dan organisasi remaja

masjid.

49
50

11. Sistem Legal

 Peraturan atau ketentuan tentang kependudukan yang berlaku adalah peraturan

perundang-undangan negara RI yang berhubungan dengan pemerintahan desa,

peraturan yang bersumber pada hukum agama dan norma/nilai-nilai yang

bersumber pada adat istiadat/budaya dan atas kesepakatan bersama warga

masyarakat.

 Sistem keamanan desa diantaranya terdapat Linmas yang unsur utamanya

adalah petugas hansip yang pembinanya dari unsur TNI/Polri (Babinsa).

3.2 Analisa Data Komunitas

Analisa data yang dilakukan meliputi tahapan sebagai berikut :

1. Klasifikasi Data

No Klasifikasi Distribusi Frekuen Persentas


. si e (%)
1 Distribusi Balita (0-5 tahun) 33 10,75
penduduk Usia pra dan sekolah (6-12 52 16,93
menurut tahun)
kelompok umur Usia remaja (13-21 tahun) 35 11,40
Usia Dewasa (22-54 Tahun) 161 52,44
Usia Lansia (>55 Tahun) 26 8,46
2 Distribusi tingkat Keluarga Pra-sejahtera 20 26,66
kesejahteraan Keluarga Sejahtera I 25 33,33
keluarga Keluarga Sejahtera II 15 20
Keluarga Sejahtera III 10 13,33
Keluarga Sejahtera III plus 5 6,66
3 Distribusi Tidak Sekolah 26 8,24
penduduk Belum Sekolah 20 6,51
menurut tingkat TK/PA/PAUD 13 4,23
pendidikan SD/MI 105 34,20
SMP/MTs 83 27,03
SMA 50 16,28
PT 10 3,25
4 Distribusi PNS 5 2,27
penduduk ABRI 0 0
menurut Karyawan 35 6,95
pekerjaan kepala Wiraswasta 20 10,69
keluarga Buruh / petani 112 59,89
Pensiunan 7 2,12
Tidak Bekerja 15 4,89

50
51

5 Distribusi jenis ISPA 16 5,21


penyakit Rematik 15 1,62
Hipertensi 9 2,93
Carries Dentist 7 2,28
Myalgian 7 2,28
Diare 4 1,30
Katarak 5 1,62
Dermatitis 3 0,98
Gastritis 2 0,65
DHF 1 0,32
Thypoid 1 0,32
6 Distribusi jenis Permanen 68 90,67
bangunan rumah Semi permanen 7 9,33
7 Distribusi Bersih 58 77,33
kebersihan rumah Tidak Bersih 17 22,67
8 Distribusi Baik 58 77,33
ventilasi rumah Kurang 17 22,67
9 Distribusi Terang 47 62,67
pencahayaan Kurang Terang 28 37,33
rumah
10 Distribusi jamban Punya WC 75 100
keluarga Tidak Punya WC - -
11 jarak sumber air < 10 meter 72 96
dan septiktank > 10 meter 3 4
No Klasifikasi Distribusi Frekuen Persentas
. si e (%)
12 Distribusi Ada Jentik 7 9,33
keberadaan jentik
Tidak Ada Jentik 68 100
nyamuk
13 Distribusi Ditumpuk 7 9,33
Pengolahan
Dikubur 2 2,67
sampah
Dibakar 5 6,67
Diambil petugas 54 72
14 Distribusi tipe Extended family 5 6,66
keluarga
Nuclear family 66 88
Lansia sendirian 4 5,33
15 Distribusi Dicuci baru dipotong 25 33,33
pengolahan
Dipotong baru dicuci 50 66,66
sayuran
16 Distribusi Tertutup 65 86,66
penyajian
Terbuka 10 13,33
makanan
17 Distribusi Ya 50 73,33
kebiasaan
Tidak 20 26,66
menggantung

51
52

pakaian
18 Distribusi Sendiri 57 76
kebiaasaan
Bersama sama 18 24
memakai handuk
19 Distribusi 1x 5 9,33
kebiasaan anak
2x 58 90,67
membersihkan
diri (mandi) 3x - -
20 Distribusi Ya 105 88,23
kebiasaan anak
Tidak 14 11,77
cuci tangan
21 Distribusi Ya 106 89,07
kebiasaan anak
Tidak 13 10,93
memakai sandal
22 Distribusi Dijamban 134 40,61
kebiasaan buang
Sembarangan (kebun, 196 59,39
air besar
sungai, dll)
23 Distribusi PAM/Ledeng 0 0
penggunaan air
Sumur 94 28,48
bersih
Sungai 0 0
Pompa air/listrik 236 71,52
24 Distribusi tingkat < Rp 500.000 5 1,52
penghasilan
Rp 500.000 – 1000.000 123 37,27
keluarga
> Rp 1000.000 202 61,21

2. Interpretasi Data

No. Data Masalah kesehatan


C  11,77% anak tidak melakukan Resiko terjadinya penyakit
kebiasan cuci tangan pakai sabun yang disebabkan oleh karena
 10,93% anak tidak memakai alas sanitasi lingkungan yang
kaki saat bermain kurang baik
 73,33% memiliki kebiasaan
menggantung pakaian
 4% jarak sumber air dengan
septiktank <10 meter

52
53

 24% mempunyai kebiasaan


menggunakan handuk bersama-sama
 21,28% kondisi ventilasi rumah
kurang
 37,33% kondisi pencahayaan rumah
kurang
 9,33% ditemukan keberadaan jentik
nyamuk
2  Berdasarkan kelompok umur lansia Resiko tinggi terjadinya
ada 8,46% peningkatan angka kejadian
 Masalah kesehatan : Rematik penyakit degeneratif pada
19,23%, Hipertensi 34,61% dan lansia. (reumatik, Hipertensi,
Katarak 19,23% dan Katarak)
 100% tidak tahu tentang Posbindu
 Dikarenakan di LK 2 tidak ada
Pospindu.

53
54

3. Prioritas Masalah

Percepatan penyelesaian
Kesadaran Masyarakat

Ketersediaan Keahlian
Penyelesaian Masalah
Kemampuan Perawat
Motivasi Masyarakat

masalah yang dapat


Konsekuensi Jika
Mempengaruhi

Masalah Tidak
Terselesaikan
yang Relevan

dicapai
Masalah Kesehatan

Jumlah NIlai

Pembenaran
Prioritas
Nomor

Bobot 5 Bobot 10 Bobot 5 Bobot 7 Bobot 8 Bobot 8


Kriteria : Kriteria : Kriteria : Kriteria : Kriteria : Kriteria :
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
3 3 3 3 3 3
Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
2 2 2 2 2 2
Rendah 1 Rendah 1 Rendah 1 Rendah 1 Rendah 1 Rendah 1
1 Resiko terjadinya penyakit Masyarakat
yang disebabkan oleh menyadari namun
karena sanitasi lingkungan membutuhkan
22,
yang kurang baik 3,3 3,3 3,3 2,3 8 2,6 II biaya dan waktu
8
yang lama karena
masalahnya yang
kompleks
2 Resiko tinggi terjadinya Masyarakat
peningkatan angka menyadari &
kejadian penyakit 31, masalah dapat
5 3,3 5 4,6 8 5,3 I
degeneratif pada lansia. 2 diatasi dengan
(reumatik, Hipertensi, dan memberikan
Katarak) Penkes dan

54
55

pembinaan pada
lansia

55
56

3.3 Diagnosa Keperawatan Komunitas

Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas masalah adalah sebagai berikut :

1. Resiko tinggi terjadinya peningkatan angka kejadian penyakit degeneratif pada lansia

(Reumatik, Hipertensi dan Katarak) berhubungan dengan : Kurangnya pengetahuan

keluarga tentang proses menua, ketidak mampuan masyarakat mengenal masalah

penyakit hipertensi, rematik dan katarak, serta kurangnya pemantauan dan pelayanan

kesehatan pada lansia, yang ditandai dengan :

 8,46% penduduk adalah lansia

 Penyakit yang sering dialami lansia adalah reumatik, hypertensi dan katarak

 100% lansia tidak tahu tentang Posbindu

2. Resiko terjadinya penyakit yang disebabkan oleh karena sanitasi lingkungan yang

kurang baik berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai

dampak yang di timbulkan dari sanitasi lingkungan yang kurang baik, yang ditandai

dengan :

 11,77% anak tidak melakukan kebiasan cuci tangan pakai sabun

 10,93% anak tidak memakai alas kaki saat bermain

 73,33% memiliki kebiasaan menggantung pakaian

 56, 72% jarak sumber air dengan septiktank <10 meter

 24% mempunyai kebiasaan menggunakan handuk bersama-sama

 22,67% kondisi ventilasi rumah kurang

 337,33% kondisi pencahayaan rumah kurang

 9,33% ditemukan keberadaan jentik nyamuk

56
57

3.4 Rencana Keperawatan Komunitas

Priorit Tujuan Strategi Aktifitas Penanggu Waktu Tempa Biaya Standar/Kriteria Ket
as ng jawab t
Masala
h

1 Jangka Panjang : - Mengadakan  Nurhayati 3 Agust Rumah 50.000 - Masyarakat dan


- Sampai akhir pelatihan kader 2018 ketua tokoh masyarakat
Desembere posbindu RT hadir pada
2018 tidak - Sosialisasi pelatihan kader
terjadi masalah lansia posbindu
peningkatan pada - Minimal 50%
penyakit masyarakat , 50.000 lansia hadir
degeneratif tokoh 3 Agst dalam pendidikan
pada lansia masyarakat, Swantoro 2018 Rumah kesehatan dan
puskesmas ketua latihan fisik pada
Jangka Pendek : - Sosialisasi RT lansia
- Perkumpulan jenis kegiatan: - Lansia mau
lansia yang jenis, mengikuti latihan
telah persiapan, dan dan mau
terbentuk bentuk mempraktekkann
mampu partisipasi ya dirumah
menjadi yang - Tokoh
wadah diharapkan masyarakat,
pemantauan - Kerjasama Puskesmas,
kesehatan lintas program mendukung
Lansia dan lintas adanya
- Lansia sektoral bila pendidikan
mampu diperlukan kesehatan pada
memanfaatka lansia
n fasilitas - Puskesmas

57
58

pelayanan berperan aktif


yang ada dalam follow up
- Lansia tidak case dan
mengeluh pembinaan
kondisi keluarga
patologis - Keluarga
kecuali yang memberikan
berkaitan perhatian dan
dengan proses membantu lansia
menua dalam
fisiologis pemenuhan
kebutuhan
- Keluarga mau dasarnya
merawat - Adanya perhatian
lansia baik dari warga sekitar
lansia yang terhadap
tinggal pemenuhan
serumah kebutuhan dasar
maupun lansia yang hidup
lansia yang sendiri.
terdekat - Penurunan angka
penyakit
degeneratif:
Hipertensi,
Rematik dan
katarak sampai
10% dari angka
kejadian

Priorit Tujuan Strategi Aktifitas Penanggu Waktu Tempa Biaya Standar/Kriteria Ket
as

58
59

Masala ng jawab t
h

2 Jangka Panjang - Penyegaran - Mengadakan Herizon 3 Agust Rumah 50.000 - Kader mengerti
: dan pelatihan penyegaran 2018 ketua apa yang
- Sampai akhir kader dan pelatihan RT disampaikan oleh
Desember kader pemberi materi
kesehatan
2018 tidak kesehatan - Seluruh Kader
terjadi tentang PHBS tentang PHBS hadir pada
penyakit akibat tatanan rumah tatanan rumah kegiatan pelatihan
sanitasi tangga tangga dan kader
lingkungan STBM
yang kurang - Sosialisasi Ni Wayan 3 Agust Rumah
baik seperti kegiatan: 2018 Ketua 50.000
ISPA & diare. Jenis, - Kerja sama RT
persiapan, dengan tokoh - Masyarakat yang
Jangka Pendek : dan bentuk masyarakat, diundang dapat
- Adanya partisipasi Puskesmas hadir dalam
peningkatan yang untuk pendidikan
pengetahuan pelaksanaan kesehatan
diharapkan
masyarakat pendidikan - Masyarakat
tentang - Kerja sama
kesehatan mengatakan
sanitasi lintas tentang bahwa ia mampu
lingkungan program dan sanitasi dan akan
yang lintas sektoral lingkungan berusaha untuk
memenuhi yang sehat menata
syarat serta dampak lingkungan yang
kesehatan negatif dari sesuai dengan
- Masyarakat kondisi kesehatan
mampu lingkungan - Tidak terjadi
meningkatkan yang tidak peningkatan
pengetahuan sehat bagi angka kejadian

59
60

tentang PHBS kesehatan ISPA ataupun


tatanan rumah diare
tangga - Bina keluarga - Puskesmas
- Masyarakat dan follow up berperan aktif
mampu case dalam follow up
mempertahank case dan
an pola hidup pembinaan
sehat keluarga

60
61

3.5 Implementasi Keperawatan Komunitas

Untuk merealisasikan rencana asuhan keperawatan yang telah dibuat maka dilakukan

implementasi keperawatan sebagai berikut :

Dx.
Fase Persiapan Fase Kegiatan Paraf
Kep
1 Tanggal 26 Oktober 2013 Tanggal 27 Oktober
2013
 Mensosialisasikan pada
kepala desa dan tokoh  Negosiasi ke
masyarakat tentang masalah Puskesmas
kesehatan pada lansia hasil Wangunharja
dari hasil MMD dan sekaligus tentang akan
musyawarah untuk mengatasi dilaksanakanya
masalah dengan hasil kegiatan pelatihan
kesepakatan mengadakan kader Posbindu,
pelatihan kader posbindu, pemantauan
pemantauan kesehatan lansia kesehatan dan
dan konseling pada lansia konseling pada lansia

Tanggal 28 Oktober
2013

 Melaksanakan
pelatihan kader
posbindu tentang
proses menua dan
penyakit degeneratif
bertempat di Balai
Desa Bakunglor jam
09.00 WIB
 Mengadakan kegiatan
pemeriksaan
kesehatan dan
konseling pada lansia
bertempat di Balai
Desa Bakunglor jam
11.00 WIB

2 Tanggal 26 Oktober 2013 Tanggal 27 Oktober


2013
 Mensosialisasikan pada
kepala desa dan tokoh  Negosiasi ke

61
62

masyarakat tentang masalah Puskesmas


kesehatan pada pola hidup dan Wangunharja
sanitasi lingkungan yang tentang akan
kurang baik dari hasil MMD dilaksanakanya
dan sekaligus musyawarah kegiatan pelatihan
untuk mengatasi masalah kader tentang PHBS
dengan hasil kesepakatan tatanan rumah tangga
mengadakan pelatihan kader dan STBM
tentang PHBS tatanan rumah
tangga dan nantinya kader Tanggal 29 Oktober
yang akan menyampaikan ke 2013
masyarakat
 Melaksanakan
kegiatan pelatihan
kader tentang PHBS
tatanan rumah tangga
dan STBM bertempat
di Balai Desa
Bakunglor jam 10.00
WIB

62
63

3.6 Evaluasi Keperawatan Komunitas

No Dx. Kep Tanggal Implementasi Evaluasi Modifikasi Paraf


1 1 28/10/2013  Pelatihan kader posbindu  Kader dapat memahami  Bekerjasama dengan
tentang proses menua materi yang disampaikan majelis talim dalam
dan penyakit degeneratif dan bersedia untuk pembinaan dan
(rematik, hipertensi dan menginformasikan kepada pemantauan
katarak) masyarakat kesehatan lansia
 Pemeriksaan kesehatan  Pemeriksaan kesehatan
dan konseling pada dan konseling dilakukan
lansia terhadap 28 lansia dengan
masalah kesehatan yang
didapat pada saat survey
mawas diri (SMD)

2 2 29/10/2013  Penyegaran dan  Kader posyandu dapat  Memberikan suport


Pelatihan kader memahami materi yang terhadap PMPN
posyandu tentang PHBS disampaikan dan bersedia Mandiri yang
tatanan rumah tangga untuk menginformasikan berencana
dan STBM kepada masyarakat membangun jamban
 35 orang kader posyandu (WC) umum di 3
dapat hadir pada saat musola, yaitu :
pelatihan - Jatiwaluya
- Sidapurna
- Jatimulya

63
64

64
BAB IV

PEMBAHASAN

Pembahasan dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT, yaitu identifikasi

berbagai faktor secara sistematisuntuk merumuskan strategi suatu perusahaan atau

orgainisasi. Analisis inididasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan

(strength) danpeluang (opportunity), namun secara bersamaan dapat

meminimalkankelemahan (weaknesses) dan ancaman (threat).Analisis SWOT

membandingkan antara faktor eksternal peluang danancaman dengan faktor internal

kekuatan dan kelemahan. (Rangkuti, 2002)

Berdasarkan hasil kegiatan PKMD di Desa Bakunglor Kecamatan Jamblang

Kabupaten Cirebon, maka analisis SWOT nya dapat disampaikan sebagai berikut :

1. Identifikasi Faktor Internal

1. Kekuatan (Strength)

a. Adanya dukungan kepala desa untuk peningkatan derajat kesehatan

masyarakan desa bakunglor.

b. Adanya forum masyarakat desa siaga dan kader desa siaga

c. Adanya majelis talim ditiap dusun

d. Adanya semangat gotong royong yang tinggi

e. Sebagian besar keluarga (61,12%) adalah keluarga sejahtera

f. Sebagian besar (62,42%) penduduk adalah usia produktif

g. Sebagian besar keluarga (71,51%) adalah keluarga inti

h. Sebagian besar keluarga (61,21%) mempunyai tingkat penghasilan

>1000.000/bulan.

2. Kelemahan (Weaknesses)

56
57

a. Sebagian besar penduduk (48,28%) memiliki tingkat pendidikan SD

b. Kader kesehatan kurang aktif

c. Kegiatan Posbindu kurang aktif

d. Meningkatnya angka penyakit degeneratif pada lansia

e. Sanitasi lingkungan yang tidak sehat

f. Pola hidup yang tidak sesuai dengan PHBS

2. Identifikasi Faktor Ekstrnal

1. Peluang (Opportunity)

a. Adanya kebijakan pemerintah melalui program PMPN Mandiri

b. Adanya sarana pelayanan kesehatan di desa : Pustu, bidan desa dan praktek

dokter swasta

c. Program puskesmas untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat, seperti :

Promkes, Kesling, Perkesmas, dll.

d. Institusi pendidikan kesehatan yang melaksanakan kegiatan pembangunan

kesehatan masyarakat desa (PKMD)

2. Ancaman (Threat)

a. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempengaruhi perilaku

masyarakat termasuk dalam PHBS

b. Era globalisasi mempengaruhi pola konsumtif masyarakat

57
58

3. Matriks TOWS

Strength (S) Weakneses (W)


IFAS 1. Adanya dukungan 1. Sebagian besar
kepala desa untuk penduduk
peningkatan derajat (48,28%) memiliki
kesehatan masyarakan tingkat pendidikan
desa bakunglor. SD
2. Adanya forum 2. Kader kesehatan
masyarakat desa siaga kurang aktif
dan kader desa siaga 3. Kegiatan Posbindu
3. Adanya majelis talim kurang aktif
ditiap dusun 4. Meningkatnya
4. Adanya semangat angka penyakit
gotong royong yang degeneratif pada
tinggi lansia
5. Ada 7 unit Posyandu 5. Sanitasi
6. Sebagian besar lingkungan yang
keluarga (61,12%) tidak sehat
adalah keluarga 6. Pola hidup yang
sejahtera tidak sesuai
7. Sebagian besar dengan PHBS
(62,42%) penduduk
adalah usia produktif
8. Sebagian besar
keluarga (71,51%)
adalah keluarga inti
EFAS 9. Sebagian besar
keluarga (61,21%)
mempunyai tingkat
penghasilan
>1000.000/bulan.
Opportunities (O) Kwd 4 Strategi Kwd 2 Strategi WO
1. Adanya kebijakan SO 1. Mengadakan
pemerintah melalui 1. Mempertahankan kegiatan
program PMPN Mandiri komitmen penyegaran dan
2. Adanya sarana pelayanan 2. Meningkatkan pelatihan kader
kesehatan di desa : Pustu, kerjasama dengan Posyandu dan
bidan desa dan praktek program puskesmas, Posbindu
dokter swasta pustu dan institusi 2. Mengadakan
3. Program puskesmas untuk pendidikan. penyuluhan kepada
peningkatan derajat 3. Mengoptimalkan masyarakat tentang
kesehatan masyarakat, pemanfaatan PHBS tatanan
seperti : Promkes, Posyandu sebagai rumah tangga dan
Kesling, Perkesmas, dll. pusat penyuluhan STBM
4. Institusi pendidikan yang kesehatan pada 3. Pemantauan dan
melaksanakan kegiatan masyarakat konseling
pembangunan kesehatan 4. Memanfaatkan kesehatan pada
masyarakat desa (PKMD) majelis talim sebagai lansia
dan KNM pusat pembinaan, 4. Advokasi ke

58
59

pemantauan dan Program PMPN


penyuluhan kesehatan Mandiri untuk
pada lansia pengadaan WC
umum
Threats (T) Kwd 3 Strategi ST Kwd 1 StrategiWT
1. Perkembangan ilmu 1. Kerjasama lintas 1. Meningkatkan
pengetahuan dan sektor pelatihan kader
teknologi mempengaruhi 2. Meningkatkan peran kesehatan
perilaku masyarakat tokoh masyarakat dan 2. Meningkatkan
termasuk dalam PHBS tokoh agama untuk pemantauan dan
2. Era globalisasi memberikan konseling
mempengaruhi pola penyuluhan kepada kesehatan pada
konsumtif masyarakat masyarakat lansia

4. Rencana Penyusunan Tindak Lanjut Hasil Analisis SWOT

No. Kegiatan Pokok Jenis Kegiatan


1. Meningkatkan derajat kesehatan 1. Melakukan advokasi ke Program
lansia Kesehatan Lansia Puskesmas
Wangunharja untuk
mengaktifkan kegiatan Posbindu
2. Meningkatkan pelatihan bagi
kader Posbindu
3. Memanfaatkan sarana yang ada
di masyarakat, seperti majelis
talim menjadi alternatif sebagai
pusat pembinaan, pemantauan
dan penyuluhan kesehatan bagi
lansia

2. Meningkatkan perilaku hidup 1. Melakukan advokasi ke Program


bersih dan sehat (PHBS) dan Promkes dan Kesling Puskesmas
sanitasi lingkungan yang sehat Wangunharja untuk
meningkatkan kegiatan
penyuluhan pada masyarakat
2. Meningkatkan pelatihan kader
Posyandu
3. Melakukan advokasi pada

59
60

Program PMPN Mandiri untuk


pembangunan fasilitas sanitasi
dasar, seperti wc umum
percontohan.

60
61

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah melaksanakan asuhan keperawatan komunitas secara langsung selama 4

minggu dapatlah disimpulkan dan disarankan sebagai berikut :

5.1 Kesimpulan

1. Tidaklah mudah untuk melaksanakan pengkajian komunitas dan rumusan

diagnosa keperawatan sebab diagnosa keperawatan adalah gambaran kebutuhan

komunitas bukan perawat yang mewakilinya.

2. Ternyata tidaklah gampang menyusun perencanaan keperawatan komunitas

sebab kita harus memperhatikan semua faktor untuk terjadinya dinamisasi.

3. Dalam pelaksanaannya/implementasi keperawatan ternyata tidaklah mudah

sebab banyak pihak dan pihak yang harus digerakkan agar tercipta kegiatan yang

terintegrai untuk mencapai tujuan.

4. Walaupun tingkat pendidikan warga masyarakat desa Bakunglor mayoritas SD

ternyata antusiasnya terhadap kesehatan cukup baik yang mereka butuhkan

adalah fasilisator, motivator dan koordinator dalam masalah kesehatan.

5. Masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang berhasil diidentifikasi di

Desa Bakunglor tidaklah mudah untuk diselesaikan secara bersamaan dalam

waktu yang terbatas

61
62

5.2 Saran

1. Untuk memudahkan pengkajian komunitas sebaiknya bentuk dahulu

sukarelawan untuk membantu pengkajian yang nantinya direkrut untuk Pokjakes

2. Agar tercapainya rencana yang ditetapkan dibutuhkan keahlian yang sama

untuknya negosiasi, lobi dan advokasi pada semua level baik grassroot

maupundecision maker, dan ini membutuhkan seni dalam berkomunikasi.

3. Untuk menindaklanjuti permasalah di Desa Bakunglor perlu follow up dari

fihak puskesmas Wangunharja.

4. Sebaiknya program kesling yang ada di Puskesmas Wangunharja turun ke Desa

Bakunglor dan desa-desa lainya yang permasalahan kesehatan sudah

diintervensi.

62
63

DAFTAR PUSTAKA

Agus Sutarna. Buku Pedoman Kepemilikan Komunitas. Bandung : PSIK FK Unpad. 2003.

Depkes RI. Pedoman Kerja Puskesmas Jilid IV. Jakarta : Depkes RI. 1992.

Dainur. Materi-Materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Widya Medika. 1995.

Freddy Rangkuti.Analisis SWOT Teknik Membedah KasusBisnis. Jakarta : PT. Gramedia


Pustaka Utama. 2002.

Heri Purwanto. Ilmu Perilaku Manusia. Jakarta : EGC. 2001.

Knollmueler. Buku Saku Keperawatan Komunitas Kesehatan Rumah. Jakarta : EGC. 1988.

MPR RI. GBHN 1999 – 2004. Jakarta. 1999.

63
64

64

Anda mungkin juga menyukai