PENDAHULUAN
1
2
karena itu, rekam medis yang lengkap harus setiap saat tersedia dan berisi
data/informasi tentang pemberian pelayanan kesehatan yang jelas (Hatta,
2008).Rekam medis yang datanya tersusun secara berkelanjutan dapat menjaga
kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk mendukung
perawatan kesehatan yang maksimal.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,
setiap rumah sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan tentang semua kegiatan
penyelenggaraan rumah sakit dalam bentuk Sistem Informasi Manajemen Rumah
Sakit (SIMRS). Sistem informasi rumah sakit adalah suatu tatanan yang berurusan
dengan pengumpulan data, pengolahan data, penyampaian informasi, analisa dan
penyimpanan informasi serta penyampaian informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan
rumah sakit. Sistem informasi rekam medis dapat digunakan sebagai sarana penyedia
layanan dan informasi bagi penggunanya baik untuk dokter, paramedis, karyawan,
dan pasien rumah sakit dimanapun dan kapanpun mereka berada, sehingga bisa
mendapatkan informasi akurat karena informasi yang tersedia senantiasa terbaharui.
Keberadaan rekam medis di rumah sakit sangat penting yaitu sebagai bukti
fisik tentang proses pelayanan medis yang telah diberikan kepada pasien dan
bertujuan untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka
meningkatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Unit rekam medis merupakan
salah satu gerbang terdepan dalam pelayanan kesehatan dan dapat sebagai ukuran
kepuasan pasien dalam pelayanan kesehatan yang diberikan rumah sakit (Rustiyanto
dalam Farida, 2015).
Rekam medis merupakan salah satu komponen upaya kesehatan dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sehingga penting bagi kita untuk
mengerti dan memahami tentang sistem rekam medis, terutama di Rumah Sakit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
f. Rencana penatalaksanaan;
g. Pengobatan dan/atau tindakan;
h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien;
i. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik; dan
j. Persetujuan tindakan bila diperlukan.
2. Rekam medis pasien rawat inap dan perawatan satu hari (one day care)
Isi rekam medis untuk pasien rawat inap dan perawatan satu hari sekurang-
kurangnya memuat:
a. Identitas pasien;
b. Tanggal dan waktu;
c. Hasil anamnesis, memuat sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat
penyakit;
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;
e. Diagnosis;
f. Rencana penatalaksanaan;
g. Pengobatan dan/atau tindakan;
h. Persetujuan tindakan bila diperlukan;
i. Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan;
j. Ringkasan pulang (discharge summary);
k. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan
tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan;
l. Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu; dan
m. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik.
3. Rekam medis pasien gawat darurat
Isi rekam medis untuk pasien gawat darurat, sekurang-kurangnya memuat:
a. Identitas pasien;
b. Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan;
c. Identitas pengantar pasien;
d. Tanggal dan waktu;
5
2. Rekam medis yang dibuat dengan jelas dan lengkap akan meningkatkan
kualitas pelayanan bagi penyelenggaraan praktik kedokteran untuk
melindungi tenaga medis dan untuk mencapai kesehatan masyarakat yang
optimal.
3. Rekam medis yang berisi informasi perkembangan kronologis penyakit,
pelayanan medis, pengobatan dan tindakan medis, dapat digunakan sebagai
bahan informasi bagi perkembangan pengajaran dan penelitian di bidang
profesi kedokteran dan kedokteran gigi.
4. Berkas rekam medis dapat dijadikan petunjuk dan bahan untuk menetapkan
pembiayaan dalam pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan. Catatan
tersebut dapat dipakai sebagai bukti pembiayaan kepada pasien.
5. Rekam medis dapat digunakan sebagai bahan statistik kesehatan, khususnya
untuk mempelajari perkembangan kesehatan masyarakat dan untuk
menentukan jumlah penderita pada penyakit tertentu.
6. Rekam medis merupakan alat bukti tertulis utama, sehingga bermanfaat
dadlam penyelesaian masalah hukum, disiplin dan etik.
Nama orang dapat terdiri dari satu suku kata, dua kata atau lebih.
Nama orang hanya terdiri dari satu suku kata, diindeks
sebagaimana nama itu disebut.
2) Nama Majemuk
Nama orang Indonesia yang majemuk dan oleh si pemilik nama itu
ditulis menjadi satu, diindeks sebagaimana nama itu ditulis.
3) Nama Keluarga
Nama orang Indonesia yang menggunakan nama keluarga, yang
diutamakan nama keluarganya.
b. Menulis Nama Orang Cina, Korea, Vietnam dan sejenisnya.
1) Nama Asli
Nama asli orang Cina, Korea, Vietnam dan sejenisnya, diindeks dan
ditulis sebagai nama aslinya.
2) Nama orang Cina yang digabung dengan nama orang Eropa, Nama
Cina lebih diutamakan, baru menyusul nama Eropa.
c. Menulis nama orang India, Jepang, Thailand dan sejenisnya.
Kata akhir dijadikan kata tangkap utama dalam indeks, tanpa
memperhatikan apakah kata akhir itu nama keluarga atau nama clan.
d. Menulis nama orang Arab, Persia, Turki dan sejenisnya.
1) Nama Arab, Persia, Turki dan sejenisnya yang diikuti nama
keluarga, nama keluarga dijadikan kata pengenal utama.
2) Nama orang Arab, Persia, Turki, yang menggunakan kata bin, binti,
nama yang didahului kata itu dijadikan sebagai pengenal utama.
e. Menulis nama orang Eropa, Amerika, dan sejenisnya.
Nama orang Eropa, Amerika, diindeks dan ditulis berdasarkan nama
keluarga (Budi, 2011).
2. Sistem Penjajaran
Dokumen rekam medis yang disimpan didalam rak penyimpanan tidak
ditumpuk melainkan disusun, berdiri sejajar satu dengan yang lain.
11
Ditinjau dari pemusatan atau penyatuan dokumen rekam medis maka cara
penyimpanannya dibagi menjadi dua yaitu :
a. Sentralisasi
Sistem penyimpanan secara sentralisasi yaitu, suatu sistem penyimpanan
dengan cara menyatukan formulir rekam medis milik pasien kedalam
satu kesatuan dimana dokumen rekam medis rawat jalan, rawat inap,
gawat darurat, milik seorang pasien menjadi satu dalam satu folder
(map) (Budi, 2011).
b. Desentralisasi
Sistem penyimpanan secara desentralisasi yaitu suatu sistem
penyimpanan dengan cara memisahkan formulir rekam medis milik
pasien dimana dokumen rekam medis rawat jalan, rawat inap, gawat
darurat, milik seorang pasien dipisahkan pada folder (map) yang
berbeda (Budi, 2011).
a. Assembling
Bagian Assembling yaitu salah satu bagian di unit rekam medis yang
berfungsi sebagai peneliti kelengkapan isi dan perakitan dokumen
rekam medis sebelum disimpan. Dokumen-dokumen rekam medis yang
telah diisi oleh unit pencatatan data rekam medis yaitu Unit Rawat Jalan
(URJ), Unit Gawat Darurat (UGD), Unit Rawat Inap (URI) dan Instalasi
Pemeriksaan Penunjang (IPP) akan dikirim ke
fungsi Assembling bersama-sama Sensus Harian setiap hari.
Lembar formulir dalam dokumen rekam medis diatur kembali sesuai
urutan riwayat penyakit pasien dan diteliti kelengkapan isi dokumen
rekam medis. Bila belum lengkap akan dikembalikan ke unit yang
bertanggung jawab. Untuk mengendalikan dokumen rekam medis yang
belum lengkap, digunakan formulir Lembar Kekurangan biasa disebut
Kartu Kendali (KK).Fungsi dan peranan Assembling dalam pelayanan
rekam medis adalah sebagai perakit formulir rekam medis, peneliti isi
data rekam medis, pengendali dokumen rekam medis tidak lengkap,
pengendali penggunaan nomor rekam medis dan formulir rekam medis
(Budi, 2011).
b. Coding
Coding adalah pemberian penetapan kode dengan menggunakan huruf
atau angka atau kombinasi huruf dalam angka yang mewakili komponen
data. Fungsi pengkode rekam medis bertanggung jawab terhadap
penemuan dan penulisan kode penyakit, dan operasi yang tertulis pada
dokumen rekam medis berdasarkan kode yang telah ditetapkan pada
ICD-X dan ICOPIM atau ICD 9 CM (Budi, 2011).
c. Indeks
Indeksing adalah membuat tabulasi sesuai dengan kode yang sudah
dibuat ke dalam indeks-indeks (dapat menggunakan kartu indeks atau
14
PEMBAHASAN
Unit rekam medis sebagai salah satu gerbang terdepan dalam pelayanan
kesehatan dan dapat sebagai ukuran kepuasan pasien dalam pelayanan kesehatan
yang diberikan rumah sakit. Ruang lingkup unit rekam medis dimulai dari
penerimaan pasien sampai dengan penyajian informasi kesehatan.
Gambaran pengelolaan data di tempat pendaftaran pasien di RSUD Kota
Surakarta menggunakan sistem elektronik. Data lengkap mengenai pasien yang baru
datang diperoleh dan dimasukkan dalam sistem komputer oleh petugas di bagian
pendaftaran. Pasien yang baru pertama kali berobat kemudian diberikan kartu berobat
rumah sakit, sedangkan pasien lama yang datang berobat dapat menunjukkan kartu
berobat yang sudah dimilikinya untuk selanjutnya petugas bagian pendaftaran
memasukkan data ke sistem komputer.
Sistem pengolahan rekam medis di RSUD Kota Surakarta terdiri dari
assembling, coding, filing, serta analisis dan pelaporan. Setelah pasien mendapatkan
pelayanan kesehatan di RSUD Kota Surakarta, rekam medis milik pasien akan
diperiksa kelengkapannya oleh petugas rekam medis bagian assembling. Apabila
rekam medis belum lengkap untuk masuk ke tahap coding, petugas assembling akan
mengembalikan rekam medis kepada tenaga kesehatan yang mengisi rekam medis
tersebut untuk dilengkapi. Setelah berkas-berkas rekam medis lengkap, kemudian
rekam medis milik pasien akan lanjut ke tahap coding. Pada tahap ini, petugas coding
melakukan pemberian penetapan kode berdasarkan diagnosa dan tindakan yang
tertulis di dalam rekam medis. Di RSUD Kota Surakarta proses assembling dan
coding berada dalam satu ruangan. Apabila telah selesai proses coding, rekam medis
kemudian dibawa ke ruang penyimpanan oleh petugas filing. Dokumen rekam medis
yang ada di dalam ruang filing disimpan dalam rak-rak penyimpanan. Penjajaran
dokumen rekam medis di RSUD Kota Surakarta menggunakan sistem Terminal Digit
Filing dan penandaan warna yang berbeda-beda pada map sesuai dengan angka
17
18
terakhir nomor rekam medis. Hal ini untuk meminimalisir terjadinya kesalahan dalam
pengambilan dan peletakan dokumen rekam medis ke dalam rak penyimpanan.
Sistem penyimpanan rekam medis di RSUD Kota Surakarta dilakukan dengan sistem
sentralisasi dengan menyatukan formulir rekam medis milik seorang pasien seperti
dokumen rekam medis rawat jalan, rawat inap, gawat darurat, dan dokumen
pelengkap lainnya ke dalam satu folder. Sistem ini diterapkan agar data dan informasi
hasil pelayanan dapat berkesinambungan kerena menyatu dalam satu folder sehingga
riwayat perkembangan penyakit dan pelayanan yang telah diterima oleh seorang
pasien dapat dibaca seluruhnya. Sistem penyimpanan sentralisasi juga
memungkinkan peningkatan efisiensi kerja petugas filing karena dokumen rekam
medis milik seorang pasien berada dalam satu map. Terjadinya duplikasi data dalam
pemeliharaan dan penyimpanan rekam medis juga dapat dikurangi dengan
diterapkannya sistem ini. Sistem penyimpanan ini juga mengurangi jumlah biaya
yang digunakan untuk peralatan dan terutama ruangan bila mengingat kapasitas ruang
filing rekam medis di RSUD Kota Surakarta yang belum memadai.
Keamanan pada penyimpanan rekam medis perlu diperhatikan. Ruang
penyimpanan sebaiknya aman dari bencana (cuaca ataupun kebakaran) dan aman dari
manusia ataupun hewan. RSUD Kota Surakarta sudah berusaha untuk mengantisipasi
bahaya kebakaran dengan memasang alarm dan sprinkle air. Kemudian setiap
periodik diberikan kamper untuk menghindari gangguan hewan.
Seiring dengan meningkatnya jumlah pasien yang berobat ke RSUD Kota
Surakarta, maka jumlah rekam medis yang tersimpan di ruang filing pun semakin
meningkat. Terjadi ketidakseimbangan antara jumlah rekam medis dan tempat
penyimpanan yang ada, sehingga terdapat beberapa rekam medis yang tidak
diletakkan sebagaimana mestinya. Hal ini apabila tidak segera ditangani dapat
menurunkan efesiensi waktu dalam pengambilan rekam medis, sehingga pelayanan
yang didapatkan pasien akan lebih lama apabila rekam medis tidak tersusun secara
sistematis. Beban kerja yang dilaksanakan petugas rekam medis pun akan bertambah
dalam pencarian dan pengambilan dokumen rekam medis.
19
PENUTUP
A. Simpulan
1. Sistem penjajaran dokumen rekam medis di RSUD Kota Surakarta
menggunakan sistem Terminal Digit Filing dan penandaan warna pada map
sesuai angka terakhir nomor rekam medis.
2. Penyimpanan rekam medis di RSUD Kota Surakarta dilakukan dengan
sistem sentralisasi.
3. Ruang penyimpanan rekam medis di RSUD Kota Surakarta masih kurang
memadai.
4. Rekam medis yang ada di ruang penyimpanan belum ada yang mengalami
proses pemusnahan.
B. Saran
1. Perlunya peningkatan kapasitas ruang penyimpanan rekam medis seiring
dengan meningkatknya pasien yang datang berobat ke RSUD Kota
Surakarta.
20
DAFTAR PUSTAKA
Farida MI (2015). Analisis pengelolaan data rekam medis di rumah sakit angkatan
udara (RSAU) Lanud Iswahyudi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Skripsi.
21
22
23