TUGAS
TUGAS
Oleh
Maratul Muslimah
16/407386/PGE/01283
Dosen Pengampu
Prof. Dr. Totok Gunawan, M.S.
Arahan dalam pengendalian pemanfaatan ruang sebagai contoh di Kota Baubau dalam penelitian
Fahril (2010) adalah arahan yang diperuntukan sebagai alat penertiban penataan ruang yang berfungsi
untuk; (1) menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang agar tetap sejalan dengan rencana tata ruang, (2)
menghindari penggunaan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, (3) menjaga keseimbangan
dan keserasian peruntukan ruang, (4) mencegah dampak pembangunan yang merugikan, (5) melindungi
kepentingan umum.
3. Sawah Lebak Sl
5. Ladang/Tegal L
6. Perkebunan Cengkeh C
Coklat Co
Karet K
Kelapa Ke
Kelapa Sawit Ks
Kopi Ko
Panili P
Tebu T
Teh Te
Tembakau Tm
7. Perkebunaan Kc
Campuran
8. Tanaman Campuran Te
Hutan jati Hj
Hutan pinus Hp
Hutan lainnya Hl
Hutan Hc
campuran
Hutan nipah Hn
Hutan sagu Hs
3. Belukar B
4. Semak S
5. Padang Rumput Pr
6. Savana Sa
7. Padang alang- Pa
alang
8. Rumput rawa Rr
4. Gosong sungai Gs
5. Gumuk pasir Gp
III. Permukiman dan D. Daerah 1. Permukiman Kp
lahan bukan tanpa liputan
pertanian vegetasi 2. Industri In
3. Jaringan jalan
4. Jaringan jalan KA
5. Jaringan listrik
tegangan tinggi
6. Pelabuhan udara
7. Pelabuhan laut
4. Tambak garam Tg
5. Rawa R
6. Sungai
7. Anjir pelayaran
8. Saluran irigasi
9. Terumbu karang
10. Gosong pantai
Peta Klasifikasi Penggunaan Lahan menurut Klasifikasi Malingerau pada Jenjang 2 diperoleh
peta sebagai berikut:
Dibuat Oleh :
Maratul muslimah
16/407386/PGE/01283
Penentuan (Sesuai) dan Tidak Sesuai (TS) kemudian dikategorikan sebagai berikut:
K.budidaya tan, semusim dan pemuk – tubuh air = TS
K.budidaya tan, semusim dan pemuk – bukan pertanian bervegetasi = TS
K.budidaya tan, semusim dan pemuk – tanpa liputan vegetasi= S
K.budidaya tan, semusim dan pemuk – pertanian bervegetasi = S
K.budidaya tan, semusim dan pemuk – bukan pertanian tidak bervegetasi = TS
Tabel 2. Tabel Kualitas dan Karakteristik Lahan menurut Djaenudin et al (2003) dalam Ritung
(2007)
Pendekatan mengenai karakteristik lahan untuk mengetahui kemampuan lahan yaitu
dari peta bentuk lahan (landform). Masing-masing bentuk lahan memiliki karakteristik tentang
bagaimana ketebalan tanah, tekstur tanah, drainase, kelembaban, tingkat erosi, ancaman
banjir, lereng dan lainnya seperti yang disebutkan pada tabel. Pada masing-masing kriteristik
tersebut kemudian dapat diketahui kelas kemampuan lahan dan fungsi pemanfaatan yang
paling sesuai berdasarkan kemampuan lahan yang ada pada satu lokasi berdasarkan
pendekatan ekologisnya. Sebagai contoh misalnya pada dataran banjir, tidak akan sesuai jika
digunakan untuk area pemukiman, Beting pantai memiliki tanah dengan tekstur kasar yang
tidak cocok untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian karena tidak mampu menyimpan
air atau pada area gunung berapi yang dijadikan sebagai kawasan lindung karena beresiko jika
digunakan untuk membangun permukiman dan fungsi pemanfaatan pada kawasan tinggi
adalah sebagai area tangkapan air. Berikut ini adalah peta bentuk lahan D.I.Y. di mana peta
bentuklahan akan memberikan pemahaman karakteristik geofisik tanah:
Berdasarkan uraian di atas, maka untuk membuat peta evaluasi penggunaan lahan,
jenis pendekatan yang dilakukan dari dua pendekatan yaitu berdasarkan peraturan pemerintah
yang mengacu pada peta arahan yang pada tingkat provinsi dibagi menjadi empat kategori
yang disusun berdasarkan peta curah hujan, peta lereng, dan jenis tanah. Selanjutnya
pendekatan yang lebih bersifat land site improvement yaitu dengan memperhatikan
kemampuan lahan pada tingkat yang lebih detil sehingga pengklasifikasian sesuai dan tidak
sesuia menjadi lebih spesifik dan berkelanjutan. Seperti yang disampaikan Ritung (2007),
evaluasi lahan dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang berbeda seperti sistem
perkalian parameter, sistem penjumlahan parameter dan sistem pencocokan (matching)
antara kualitas lahan dan karakteristik lahan. Hal itu dikarenakan sifat biofsik tanah yang dapat
menjelaskan tentang land capability memuat persyaratan untuk hidup misalnya tumbuh
tanaman, tempat pemukiman dan pembuatan bangunan, daerah konservasi untuk
penangkapan air, dsb. Selanjutnya sebagai penutup, kesesuaian lahan potensial
menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan
(Land Site Improvement). Lahan yang dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan terlantar
atau tidak produktif, atau lahan pertanian yang produktivitasnya kurang memuaskan tetapi
masih memungkinkan untuk dapat ditingkatkan bila komoditasnya diganti dengan tanaman
yang lebih sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Fikril, F. 2015. Evaluasi Penggunaan Lahan dan Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kota
Baubau Provinsi Sulawesi Tenggara. Tesis. Sekolah Pascasarjana.IPB. Bogor.
Munibah, K.S. dkk. 2009. Model Hubungan antara Jumlah Penduduk dengan Luas Lahan
Pertanian dan Permukiman Studi Kasus DAS Cidanau, Provinsi Banten. Jurnal Tanah
Lingkungan. Vo. 11: 32-40.
Ritung, S. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dengan Contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan
Kabupaten Aceh Barat. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre. ICRAF
Southeast Asia.
Satria, M. dan Sri R. 2013. Evaluasi Kesesuaian Lahan Permukiman di Kota Semarang Bagian Selatan. Jurnal
Teknik PWK. Vol. 2 : 1
Sukojo, B.M., dan Diah S. 2003. Penerapan Metode Penginderaan Jauh dan SIG untuk Analisa
Perubahan Penggunaan Lahan (Studi Kasus: Wilayah Kali Surabaya). Jurnal Makara
Teknologi. Vo. 7 :1.