Anda di halaman 1dari 20

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Effendi (2003), nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami
dan merupakan nutrient utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat sangat mudah
larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna
senyawa nitrogen di perairan. Distribusi vertikal nitrat di laut menunjukkan bahwa kadar
nitrat semakin tinggi bila kedalaman laut bertambah, sedangkan distribusi secara horisontal,
kadar nitrat semakin tinggi pada daerah pantai. Siklus nitrogen yang terjadi pada perairan
meliputi pengaruh unsur fosfat, nitrti, dan nitrat.Pada siklus ini yang berperan adalah bakteri,
organisme nabati, organisme hewani. Dimana bakteri akan mendominasi proses-proses yang
bersifat penurunan atau regenatif (Koesoebiono, 1980).
Latar belakang dilaksanakannya praktikum ini adalah kekurangpahaman praktikan
dalam penggunaan spektrofotometer, penentuan nilai konsentrasi dan absorbansi nitrat, serta
untuk memenuhi kompetensi akademik mata kuliah Kimia Analitik dan Analisa Laboratorium
Air Laut.

1.2 Tujuan dan Manfaat


1.2.1 Tujuan
1. Membuat larutan yang dibutuhkan dalam metode reduksi
2. Menganalisis nitrat dengan metode reduksi
3. Trampil menggunakan spektrofotometer

1.2.2 Manfaat
1. Mahasiswa mampu membuat larutan yang dibutuhkan dalam metode reduksi
2. Mahasiswa mampu menganalisis nitrat dengan metode reduksi
3. Mahasiswa mampu menggunakan spektrofotometer dengan trampil

1.3 Waktu dan Tempat Praktikum


Hari, Tanggal : Sabtu, 1 Oktober 2016
Waktu : 08.00 – 11.00 WIB
Tempat : Laboratorium Pesisir dan Oseanografi Tropis Gedung E Lantai 1
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Nitrat


Menurut Effendi (2003), nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami
dan merupakan nutrient utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat sangat mudah
larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna
senyawa nitrogen di perairan. Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi ammonia menjadi
nitrit dan nitrat adalah proses yang pentingdalam siklus nitrogen dan berlangsung pada
kondisi aerob. Oksidasi ammonia menjadi nitrit dilakukan oleh bakteri Nitrosomonas,
sedangkan oksidasi nitrit menjadi nitrat dilakukan oleh bakteri Nitrobacter.
Nitrat (NO3) adalah bentuk senyawa nitrogen yang merupakan sebuah senyawa yang
stabil. Nitrat merupakan salah satu unsur penting untuk sintesis protein tumbuh-tumbuhan dan
hewan, akan tetapi nitrat pada konsentrasi yang tinggi dapat mengakumulasi pertumbuhan
ganggang yang tak terbatas sehingga air kekurangan oksigen terlarut dan menyebabkan
kematian pada ikan. Kadar nitrat secara alamiah biasanya agak rendah, namun kadar nitrat
dapat menjadi tinggi sekali pada air tanah di daerah-daerah yang diberi pupuk dan
mengandung nitrat (Alaerts dan Santika, 1987).

2.2 Sumber Nitrat di Laut


Nitrogen masuk keperairan laut melalui aktivitas vulkanik, atmosfir dan sungai
(Millero & Sohn, 1991). Nitrat merupakan ion dari senyawa-senyawa Nitrogen anorganik
utama didalam perairan. Sumber utama nitrogen dalam bentuk gas dan molekul N2,
ditemukan dalam beberapa proses fisika (pencahayaan, kegiatan vulkanik, dll) dapat berupa
molekul nitrogen (Koesoebiono, 1980).
Nitrat (NO3) biasanya di temukan dalam jumlah yang lebih besar dari pada nitrit,
karena nitrit tidak stabil dengan keberadaan oksigen. Sumber nitrit dapat berupa limbah
industri dan limbah domestik. Diperairan, karena sifat nitrit yang tidak stabil, kadarnya lebih
kecil dari nitrat (Djoel, 2011). Nitrat di alam didapat dari siklus Nitrogen, sehingga dalam
pembicaraan tentang Nitrat tidak dapat terlepas dari unsur Nitrogen (Wada, 1991).
Siklus nitrogen yang terjadi pada perairan meliputi pengaruh unsur fosfat, nitrti, dan
nitrat. Pada siklus ini yang berperan adalah bakteri, organisme nabati, organisme hewani.
Dimana bakteri akan mendominasi proses-proses yang bersifat penurunan atau regenatif
(Koesoebiono, 1980).
2.3 Persebaran Nitrat di Perairan
Distribusi vertikal nitrat di laut menunjukkan bahwa kadar nitrat semakin tinggi bila
kedalaman laut bertambah, sedangkan distribusi secara horisontal, kadar nitrat semakin tinggi
pada daerah pantai. Konsentrasi nitrat pada lapisan eufotik ditentukan oleh
transport advektifdari nitrat ke lapisan permukaan, oksidasi amonia oleh mikroba dan
pemanfaatan oleh produser primer. Jika penetrasi cahaya matahari ke dalam air cukup, tingkat
pemanfaatan nitrat oleh produsen primer biasanya lebih cepat daripada proses transport nitrat
ke lapisan permukaan. Oleh karena itu, konsentrasi nitrat di hampir semua perairan pada
lapisan pemukaan mendekati nol (Patty, 2013).

2.4 Metode Reduksi


Metode reduksi kadmium merupakan prosedur yang sangat sensitif untuk analisis
nitrat.Sampel disaring dengan ditambah NH4Cl-EDT kemudian dilewatkan melalui kolom
khusus yang mengandung butiran kadmium. Selama proses, nitrat secara kuantitatif dikurangi
dengan kadmium menjadi nitrit. Nitrit yang terdapat dalam sampel juga diukur, prosedur ini
berlaku untuk mengukur nitrat ditambah jumlah nitrat nitrogen.Untuk menentukan
konsentrasi nitrat, diperlukan analisis terpisah dari nitrit saja, dan nilai ini dikurangi dari hasil
prosedur reduksi kadmium.Nitrat konsentrasi serendah 0.01mg /l dapat dideteksi.Sampel
dengan konsentrasi nitrogen nitrat lebih besar dari 1mg /l juga dapat diukur jika sampel yang
diencerkan sebelum perjalanan melalui kolom kadmium.Solusi nitrat standar harus melewati
kolom untuk menetapkan bahwa konversi kuantitatif dari nitrat menjadi nitrit sedang
diperoleh Prosedur ini telah berhasil digunakan dalam metode otomatis analisis (Sawyer,
2003).
III. MATERI DAN METODE

3.1 Alat dan Bahan


Tabel 1.Alat
NO Nama Gambar Fungsi
1. Labu ukur Wadah untuk melakukan pengenceran
100 ml

2. Pipet tetes Memindahkan larutan dalam volume kecil

3. Gelas Beker Wadah larutan sementara


50 ml

4. Botol Sampel Wadah sampel

5. Cuvet Sebagai wadah larutan saat di uji dalam


Spektrofotometer

6. Spektrofotom Untuk menghitung nilai absorbansi larutan


eter UV-Vis
7. Botol Wadah aquades
aquades

8. Tabung Tempat untuk menyimpan larutan


reaksi

9. Gelas ukur Untuk mengukur volume larutan


10 ml

10. Corong Membantu memasukkan larutan ke gelas


ukur dan tabung reaksi

11. Kolom Tempat mereduksi nitrat


Reduksi

12. Suntikan Mengambillarutan dengan volume tertentu

Tabel 2.Bahan

NO Nama Gambar Fungsi


1 Larutan KNO320 µmol Sebagai larutan
standar
2 larutan ammonium klorida Sebagai reagen
(NH4Cl)

3 Larutan sulfanilamide Sebagai


indikator

4 Larutan NED Sebagai


indikator

5 Cadmium (Cd) Pereduksi

6 Aquades Sebagai
pengencer

3.2 Metode
3.3.1 Pembuatan Larutan Standart Nitrat
1. Disiapkan larutan induk Nitrat 20 µmol dan 3 buah labu ukur dengan ukuran 100
ml.
2. Larutan induk nitrat diencerkan menjadi konsentrasi 2 µmol, 2.5 µmol, dan 3
µmol. Larutan induk nitrat dimasukkan dalam labu ukur 100 ml secukupnya dan
ditambahkan aquades secukupnya sesuai perhitungan yang telah dilakukan dengan
rumus pengenceran. Dikocok sampai homogen, diberi label konsentrasi pada tiap
labu ukur.
3. Larutan nitrat 2 µmol diambil 10 ml menggunakan suntikan. Kemudian
direduksi, dicampurkan dengan 10 ml NH4Cl dan dialirkan melalui kadmium pada
kolom reduksi. Dilakukan hal yang sama pada larutan nitrat 2.5 µmol, dan 3
µmol.
4. Diambil larutan nitrat yang sudah direduksi masing-masing sebanyak 10 ml dan
ditempatkan pada tabung reaksi yang berbeda. Diberi label konsentrasi pada tiap
tabung.
5. Larutannitrat tersebut kemudian di tambahkan 4 tetes larutan sulfanilamidelalu
dihomogenkan dengan sempurna dan ditunggu sampai 5 menit, supaya reagen
tersebut bereaksi.
6. Masing-masing larutan nitrat ditambah 4 tetes larutan NED ((N – 1 – Napthyl) –
Etylen Diaminedehidrochloride), dihomogenkan dan ditunggu selama 20 menit,
supaya reagen tersebut bereaksi.
7. Dimasukkan masing-masing larutan nitrat tersebut ke dalam cuvet yang berbeda
sampai batas tera.

3.3.2 Pengukuran Nilai Absorbansi


1. Spektrofotometer dinyalakan, ditunggu selama 15 menit.
2. Larutannitrat dimasukkan sesuai urutan konsentrasi (Larutan blank pada sel B,
Konsentrasi 2µmol pada sel 1, konsentrasi 2.5 µmol pada sel 2, dan konsentrasi 3
µmol pada sel 3) kemudian diaktifkan sel yang akan digunakan.
3. Panjang gelombang pada spektrofotometer diatur dengan panjang gelombang 543
nm
4. Dipilih measure button, maka akan ditampilkan hasil absorbansi larutan-larutan
tersebut.
5. Nilai absorbansi dari semua larutan dicatat dan dibuat grafik kalibrasi curve
dengan menggunakan Ms. Excel
6. Dibuka Ms. Excel, dan diinput nilai absorbansi dengan menyertakan konsentrasi.
7. Dibuka menu insert, chart, scatter, dan dipilih scatter with smooth lines.
8. Pada kotak grafik yang kosong diklik kanan dan dipilih selectdata. Pada sumbu X
dimasukkan semua data absorbansi dan pada sumbu Y dimasukkan semua data
konsentrasi.
9. Untuk menampilkan persamaan garis regresi, diklik kanan pada kurva dan dipilih
addtrendline. Diceklis display equation on chart dan display R-squared value on
chart.

3.3.3 Diagram Alir Praktikum


3.3.3.1 Larutan Nitrat 2 µmol

Mulai

Diambil 10 ml larutan nitrat 20 µmol dan ditempatkan


pada labu ukur 100 ml

Ditambahkan aquades hingga batas tera lalu digojok


hingga homogen

Larutan diambil dengan sutikan sebanyak 10 ml

Diambil NH4Cl dengan suntikan hingga


volumenya menjadi 20 ml

Direduksikan dengan kolom reduksi secara perlahan

Larutan diambil 5 ml dan ditaruh pada


tabung reaksi

Ditambahkan sulfanilamide 4 tetes dan


ditunggu 5 menit

Ditambahkan NED 4 tetes dan ditunggu


20 menit

Dimasukkan dalam cuvet dan diukur


nilai absorbansinya dengan
spektrofotometer

Selesai
3.3.3.2 Larutan Nitrat 2.5 µmol

Mulai

Diambil 12.5 ml larutan nitrat 20 µmol dan ditempatkan


pada labu ukur 100 ml

Ditambahkan aquades hingga batas tera lalu digojok


hingga homogen

Larutan diambil dengan sutikan sebanyak 10 ml

Diambil NH4Cl dengan suntikan hingga


volumenya menjadi 20 ml

Direduksikan dengan kolom reduksi secara perlahan

Larutan diambil 5 ml dan ditaruh pada


tabung reaksi

Ditambahkan sulfanilamide 4 tetes dan


ditunggu 5 menit

Ditambahkan NED 4 tetes dan ditunggu


20 menit

Dimasukkan dalam cuvet dan diukur


nilai absorbansinya dengan
spektrofotometer

Selesai
3.3.3.3 Larutan Nitrat 3 µmol

Mulai

Diambil 15 ml larutan nitrat 20 µmol dan ditempatkan


pada labu ukur 100 ml

Ditambahkan aquades hingga batas tera lalu digojok


hingga homogen

Larutan diambil dengan sutikan sebanyak 10 ml

Diambil NH4Cl dengan suntikan hingga


volumenya menjadi 20 ml

Direduksikan dengan kolom reduksi secara perlahan

Larutan diambil 5 ml dan ditaruh pada


tabung reaksi

Ditambahkan sulfanilamide 4 tetes dan


ditunggu 5 menit

Ditambahkan NED 4 tetes dan ditunggu


20 menit

Dimasukkan dalam cuvet dan diukur


nilai absorbansinya dengan
spektrofotometer

Selesai
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut
4.1.1 Tabel Data Praktikum
Tabel 3. Data Praktikum Nitrat OSE A Shift 1
Larutan yang diamati Nilai Panjang Konsentrasi
absorbansi gelombang (nm)
Larutan Blank 0 543 0
Larutanstandar 1 0.024 543 2
Larutanstandar 2 0.025 543 2.5
Larutanstandar 3 0.033 543 3
Tabel 4. Data Praktikum Nitrat OSE A Shift 2
Larutan yang diamati Nilai Panjang Konsentrasi
absorbansi gelombang (nm)
Larutan Blank 0 543 0
Larutanstandar 1 0.035 543 3.5
Larutanstandar 2 0.039 543 2.25
Larutanstandar 3 0.055 543 4.5
Tabel 5. Data Praktikum Nitrat OSE B Shift 1
Larutan yang diamati Nilai Panjang Konsentrasi
absorbansi gelombang (nm)
Larutan Blank 0 543 0
Larutanstandar 1 0.038 543 0.05
Larutanstandar 2 0.067 543 0.1
Larutanstandar 3 0.027 543 0.3
Tabel 6. Data Praktikum Nitrat OSE B Shift 2
Larutan yang diamati Nilai Panjang Konsentrasi
absorbansi gelombang (nm)
Larutan Blank 0 543 0
Larutanstandar 1 0.028 543 0.5
Larutanstandar 2 0.031 543 1
Larutanstandar 3 0.034 543 1.5
4.1.2 Perhitungan Konsentrasi Larutan Standar
Kelompok 1 ose b
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 20 micro mol = 100 ml . 0.05 micro mol
100 ml . 0.5 micro mol
V1 = 20 micro mol

V1 = 0.25 ml
Kelompok 2 ose b
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 20 micro mol = 100 ml . 0.1 micro mol
100 ml .0.1 micro mol
V1 = 20 micro mol

V1 = 0.5 ml
Kelompok 3 ose b
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 20 micro mol = 100 ml . 0.3 micro mol
100 ml .0.3 micro mol
V1 = 20 micro mol

V1 = 1.5 ml
Kelompok 4 ose b
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 20 micro mol = 100 ml . 0.5 micro mol
100 ml .0.5 micro mol
V1 = 20 micro mol

V1 = 2.5 ml
Kelompok 5 ose b
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 20 micro mol = 100 ml . 1 micro mol
100 ml .1 micro mol
V1 = 20 micro mol

V1 = 5 ml
Kelompok 6 ose b
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 20 micro mol = 100 ml . 1.5 micro mol
100 ml .1.5 micro mol
V1 = 20 micro mol

V1 = 7.5 ml
Kelompok 1 ose a
𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2
𝑉1 × 20 𝜇𝑚𝑜𝑙 = 100 𝑚𝑙 × 2 𝜇𝑚𝑜𝑙
100 𝑚𝑙 × 2 𝜇𝑚𝑜𝑙
𝑉1 =
20 𝜇𝑚𝑜𝑙
𝑉1 = 10 𝑚𝑙
Kelompok 2 ose a
𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2
𝑉1 × 20 𝜇𝑚𝑜𝑙 = 100 𝑚𝑙 × 2,5 𝜇𝑚𝑜𝑙
100 𝑚𝑙 × 2,5 𝜇𝑚𝑜𝑙
𝑉1 =
20 𝜇𝑚𝑜𝑙
𝑉1 = 12,5 𝑚𝑙

Kelompok 3 ose a

𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2
𝑉1 × 20 𝜇𝑚𝑜𝑙 = 100 𝑚𝑙 × 3 𝜇𝑚𝑜𝑙
100 𝑚𝑙 × 3 𝜇𝑚𝑜𝑙
𝑉1 =
20 𝜇𝑚𝑜𝑙
𝑉1 = 15 𝑚𝑙
Kelompok 4 ose a
𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2
𝑉1 × 20 𝜇𝑚𝑜𝑙 = 100 𝑚𝑙 × 3,5 𝜇𝑚𝑜𝑙
100 𝑚𝑙 × 3,5𝜇𝑚𝑜𝑙
𝑉1 =
20 𝜇𝑚𝑜𝑙
𝑉1 = 17,5 𝑚𝑙
Kelompok 5 ose a
𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2
𝑉1 × 20 𝜇𝑚𝑜𝑙 = 100 𝑚𝑙 × 2,25 𝜇𝑚𝑜𝑙
100 𝑚𝑙 × 2,25 𝜇𝑚𝑜𝑙
𝑉1 =
20 𝜇𝑚𝑜𝑙
𝑉1 = 11,25 𝑚𝑙
Kelompok 6 ose a
V1 N1 = V2 N2
V1. 20 µmol = 100. 4,5
20 . V1 = 450
V1 = 22.5 ml
4.1.3 Tabel Absorbansi
Tabel 7. Data Nitrat OSE A Shift 1
Larutan yang diamati Nilai absorbansi Panjang gelombang Konsentrasi
Larutan Standar 1 0.024 543 2
Larutan Standar 2 0.025 543 2.5
Larutan Standar 3 0.033 543 3

R2 0.832
Pers Garis Regresi Y = 92.46x – 0.027
Tabel 8. Data Nitrat OSE A Shift 2
Larutan yang diamati Nilai absorbansi Panjang gelombang Konsentrasi
Larutan Standar 1 0.035 543 3.5
Larutan Standar 2 0.039 543 2.25
Larutan Standar 3 0.055 543 4.5

R2 0.892
Pers Garis Regresi Y = 44.64x + 2.080
Tabel 9. Data Nitrat OSE B Shift 1
Larutan yang diamati Nilai absorbansi Panjang gelombang Konsentrasi
Larutan Standar 1 0.038 543 0.05
Larutan Standar 2 0.067 543 0.1
Larutan Standar 3 0.027 543 0.3

R2 0.9937
Pers Garis Regresi Y = 0.1557x + 0.0206

Tabel 10. Data Nitrat OSE B Shift 2


Larutan yang diamati Nilai absorbansi Panjang gelombang Konsentrasi
Larutan Standar 1 0.028 543 0.5
Larutan Standar 2 0.031 543 1
Larutan Standar 3 0.034 543 1.5

R2 1
Pers Garis Regresi Y = 0.006x + 0.025
4.1.4 Grafik Absorbansi

Gambar 1. Grafik Absorbansi OSE A Shift 1

Gambar 2. Grafik Absorbansi OSE A Shift 2

Gambar 3. Grafik Absorbansi OSE B Shift 1


Gambar 4. Grafik Absorbansi OSE B Shift 2

4.2 Pembahasan
4.2.1 Perbandingan Nilai Konsentrasi Larutan Standar
Pada Shift 1 Ose A, dilakukan pengenceran terhadap larutan standar nitrat 20 µmol
menjadi larutan nitrat berkonsentrasi 2 µmol, larutan nitrat berkonsentrasi 2.5 µmol, dan
larutan nitrat berkonsentrasi 3 µmol. Pada Shift 2 Ose A, dilakukan pengenceran terhadap
larutan standar nitrat 20 µmol menjadi larutan nitrat berkonsentrasi 2.25µmol, larutan nitrat
berkonsentrasi 3.5 µmol dan larutan nitrat berkonsentrasi 4.5µmol.
Pada Shift 1 Ose B, dilakukan pengenceran terhadap larutan standar nitrat 20 µmol
menjadi larutan nitrat berkonsentrasi 0.05 µmol, larutan nitrat berkonsentrasi 0.1 µmol, dan
larutan nitrat berkonsentrasi 0.3 µmol. Pada Shift 2 Ose B, dilakukan pengenceran terhadap
larutan standar nitrat 20 µmol menjadi larutan nitrat berkonsentrasi 0.5 µmol, larutan nitrat
berkonsentrasi 1 µmol dan larutan nitrat berkonsentrasi 1.5 µmol.
Semakin tinggi konsentrasi maka volume yang dibutuhkan untuk pengenceran juga
semakin besar. Karena dalam konsentrasi yang tinggi ikatan antar ion dan molekul semakin
besar dan semakin kuat seingga untuk memutuskan ikatannya diperlukan pelarut yang banyak
agar ikatan yang ada menjadi renggang dan akhirnya terpisah. Pengenceran dengan
konsentrasi yang berbeda-beda pada tiap shift tersebut dimaksudkan untuk perhitungan nilai
absorbansi dengan spektrofotometer dan kemudian dibuat kurva regresinya. Dimana
seharusnya nilai konsentrasi kecil akan mempunyai nilai absorbansi yang kecil pula dan
begitu juga sebaliknya.
4.2.2 Perbandingan Nilai Absorbansi
Pada shift 1 Ose A ini, nilai absorbansinya sebanding dengan nilai konsentrasi yaitu
larutan nitrat 2 µmol memiliki absorbansi sebesar 0.024, larutan nitrat 2.5 µmol memiliki
absorbansi sebesar 0.025, dan larutan nitrat 3 µmol memiliki absorbansi sebesar 0.033. Akan
tetapi terjadi kesalahan pada shift 2 Ose A, nilai absorbansinya tidak sebanding dengan nilai
konsentrasi. Larutan nitrat 2.25µmol memiliki absorbansi sebesar 0.039, larutan nitrat 3.5
µmol memiliki absorbansi sebesar 0.035, dan larutan nitrat 4.5µmol memiliki absorbansi
sebesar 0.055. Hal ini mungkin diakibatkan kekurangtelitian praktikan saat mengukur volume
larutan untuk pengenceran atau pemilihan cuvet yang kurang tepat dan banyak goresan.
Pengisian larutan pada cuvet yang melebihi batas tera juga mungkin berpengaruh. Selain itu,
mungkin juga terjadi kesalahan pada proses reduksi, mungkin karena selang reduksi yang
menghubungkan selang kadmium dan kolom reduksi yang longgar dan mudah lepas, atau
penyuntikan larutan nitrat saat reduksi yang terlalu cepat sehingga kadmium tidak dapat
mereduksi nitrat secara sempurna.
Pada shift 1 Ose B juga terjadi kesalahan, nilai absorbansinya tidak sebanding dengan
nilai konsentrasi yaitu larutan nitrat 0.05µmol memiliki absorbansi sebesar 0.038, larutan
nitrat 0.1 µmol memiliki absorbansi sebesar 0.067, dan larutan nitrat 0.3µmol memiliki
absorbansi sebesar 0.027.Pada shift 2 Ose B percobaan berhasil, nilai absorbansinya
sebanding dengan nilai konsentrasi yaitu larutan nitrat 0.5µmol memiliki absorbansi sebesar
0.028, larutan nitrat 1 µmol memiliki absorbansi sebesar 0.031, dan larutan nitrat 1.5 µmol
memiliki absorbansi sebesar 0.034. Semakin besar konsentrasi, nilai absorbansi suatu larutan
semestinya semakin besar.

4.2.3 Perbandingan Nilai Regresi


Nilai regresi kurva yang dibuat pada data masing-masing shift diketahui sebesar 0.832
untuk Ose A shift 1, 0.892 untuk Ose A shift 2, 0.993 untuk Ose B shift 1, dan 1 untuk Ose B
shift 2. Dapat dilihat bahwa terdapat satu kelompok yang memiliki nilai regresi 1 yang mana
nilai regresi suatu grafik dikatakan baik apabila nilainya satu. Nilai regresi ini cukup baik dan
dapat disimpulkan bahwa praktikum nitrat ini berjalan dengan cukup baik. Grafik larutan
nitrat Ose B shift 1 memiliki nilai regresi 1 dan juga dapat dilihat terdapat dua shift yang
memiliki nilai regresi mendekati 1 yaitu Ose B shift 2 dan Ose A shift 2. Terdapat dua grafik
nitrit dari Ose B shift 1 dan Ose A shift 1 yang bentuknya tidak menyerupai maupun
mendekati garis lurus tetapi cukup melenceng jauh. Grafik regresi yang paling baik adalah
Ose B shift 2, lalu Ose A shift 2, Ose B shift 1, dan yang memiliki nilai terendah adalah Ose
A shift 1. Dari hasil tersebut, diketahui bahwa praktikan kurang cermat dan teliti, serta
perlakuannya terhadap alat dan bahan praktikum cenderung ceroboh.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Pada shift 1 Ose A, dilakukan pengenceran terhadap larutan nitrat menjadi
konsentrasi 2 µmol, 2.5 µmol, dan 3 µmol. Pada shift 2 Ose A, dilakukan
pengenceran terhadap larutan nitrat menjadi konsentrasi 3.5 µmol, 2.25 µmol, dan
4.5 µmol. Pada shift 1 Ose B, dilakukan pengenceran terhadap larutan nitrat
menjadi konsentrasi 0.05 µmol, 0.1 µmol, dan 0.3 µmol. Pada shift 2 Ose B,
dilakukan pengenceran terhadap larutan fosfat menjadi konsentrasi 0.5 µmol, 1
µmol, dan 1.5 µmol.
2. Dilakukan analisis nitrat dengan metode reduksi karena dalam analisis nitrat belum
ditemukan metode yang tepat oleh karena itu analisis dengan metode reduksi yang
telah teruji.
3. Perhitungan nilai absorbansi pada tiga larutan nitrat dengan spektrofotometer
dengan panjang gelombang 543 nm, diperoleh nilai absorbansi 0.024, 0.025, dan
0.033 untuk Ose A shift 1 dan regresinya 0.832. Nilai absorbansi ose A shift 2
adalah 0.035, 0.039, dan 0.055 dan regresinya 0.892. Nilai absorbansi ose B shift 1
adalah 0.027, 0.038, dan 0.067 dan regresinya 0.9937. Nilai absorbansi ose B shift
2 adalah 0.028, 0.031, dan 0. 034 dan regresinya 1.

5.2 Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, disarankan kepada mahasiswa untuk
lebih teliti dan hati-hati saat praktikum agar mendapatkan hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G. dan S.S. Santika., 1987.Metode Penelitian Air.Usaha Nasional. Surabaya.


Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta.
Koesoebiono. 1979. Dasar-Dasar Ekologi Umum. Bag.IV Ekologi Perairan. PSL Sekolah
Pasacasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Millero FJ, Sohn ML. 1992. Chemical Oceanography. Florida: CRC Press, Inc.
Patty, Simon I. 2013. Kadar Fosfat, Nitrat Dan Oksigen Terlarut Di Perairan Pulau Talise,
Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax Volume 2 Nomor 2
Sawyer, Clair N dan Perry L. Mc Carty. 2003. Chemistry for Environmental Engineering 5th
Edition. Mc Graw-Hill Book Company : New York
Wada, K. 2002. Removal of Hardness and COD from Retaining Treated Effluent by
Membrane Process.Desalination 149, hal 145-149.

Anda mungkin juga menyukai