PENDAHULUAN
1.2.2 Manfaat
1. Mahasiswa mampu membuat larutan yang dibutuhkan dalam metode reduksi
2. Mahasiswa mampu menganalisis nitrat dengan metode reduksi
3. Mahasiswa mampu menggunakan spektrofotometer dengan trampil
Tabel 2.Bahan
6 Aquades Sebagai
pengencer
3.2 Metode
3.3.1 Pembuatan Larutan Standart Nitrat
1. Disiapkan larutan induk Nitrat 20 µmol dan 3 buah labu ukur dengan ukuran 100
ml.
2. Larutan induk nitrat diencerkan menjadi konsentrasi 2 µmol, 2.5 µmol, dan 3
µmol. Larutan induk nitrat dimasukkan dalam labu ukur 100 ml secukupnya dan
ditambahkan aquades secukupnya sesuai perhitungan yang telah dilakukan dengan
rumus pengenceran. Dikocok sampai homogen, diberi label konsentrasi pada tiap
labu ukur.
3. Larutan nitrat 2 µmol diambil 10 ml menggunakan suntikan. Kemudian
direduksi, dicampurkan dengan 10 ml NH4Cl dan dialirkan melalui kadmium pada
kolom reduksi. Dilakukan hal yang sama pada larutan nitrat 2.5 µmol, dan 3
µmol.
4. Diambil larutan nitrat yang sudah direduksi masing-masing sebanyak 10 ml dan
ditempatkan pada tabung reaksi yang berbeda. Diberi label konsentrasi pada tiap
tabung.
5. Larutannitrat tersebut kemudian di tambahkan 4 tetes larutan sulfanilamidelalu
dihomogenkan dengan sempurna dan ditunggu sampai 5 menit, supaya reagen
tersebut bereaksi.
6. Masing-masing larutan nitrat ditambah 4 tetes larutan NED ((N – 1 – Napthyl) –
Etylen Diaminedehidrochloride), dihomogenkan dan ditunggu selama 20 menit,
supaya reagen tersebut bereaksi.
7. Dimasukkan masing-masing larutan nitrat tersebut ke dalam cuvet yang berbeda
sampai batas tera.
Mulai
Selesai
3.3.3.2 Larutan Nitrat 2.5 µmol
Mulai
Selesai
3.3.3.3 Larutan Nitrat 3 µmol
Mulai
Selesai
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut
4.1.1 Tabel Data Praktikum
Tabel 3. Data Praktikum Nitrat OSE A Shift 1
Larutan yang diamati Nilai Panjang Konsentrasi
absorbansi gelombang (nm)
Larutan Blank 0 543 0
Larutanstandar 1 0.024 543 2
Larutanstandar 2 0.025 543 2.5
Larutanstandar 3 0.033 543 3
Tabel 4. Data Praktikum Nitrat OSE A Shift 2
Larutan yang diamati Nilai Panjang Konsentrasi
absorbansi gelombang (nm)
Larutan Blank 0 543 0
Larutanstandar 1 0.035 543 3.5
Larutanstandar 2 0.039 543 2.25
Larutanstandar 3 0.055 543 4.5
Tabel 5. Data Praktikum Nitrat OSE B Shift 1
Larutan yang diamati Nilai Panjang Konsentrasi
absorbansi gelombang (nm)
Larutan Blank 0 543 0
Larutanstandar 1 0.038 543 0.05
Larutanstandar 2 0.067 543 0.1
Larutanstandar 3 0.027 543 0.3
Tabel 6. Data Praktikum Nitrat OSE B Shift 2
Larutan yang diamati Nilai Panjang Konsentrasi
absorbansi gelombang (nm)
Larutan Blank 0 543 0
Larutanstandar 1 0.028 543 0.5
Larutanstandar 2 0.031 543 1
Larutanstandar 3 0.034 543 1.5
4.1.2 Perhitungan Konsentrasi Larutan Standar
Kelompok 1 ose b
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 20 micro mol = 100 ml . 0.05 micro mol
100 ml . 0.5 micro mol
V1 = 20 micro mol
V1 = 0.25 ml
Kelompok 2 ose b
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 20 micro mol = 100 ml . 0.1 micro mol
100 ml .0.1 micro mol
V1 = 20 micro mol
V1 = 0.5 ml
Kelompok 3 ose b
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 20 micro mol = 100 ml . 0.3 micro mol
100 ml .0.3 micro mol
V1 = 20 micro mol
V1 = 1.5 ml
Kelompok 4 ose b
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 20 micro mol = 100 ml . 0.5 micro mol
100 ml .0.5 micro mol
V1 = 20 micro mol
V1 = 2.5 ml
Kelompok 5 ose b
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 20 micro mol = 100 ml . 1 micro mol
100 ml .1 micro mol
V1 = 20 micro mol
V1 = 5 ml
Kelompok 6 ose b
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 20 micro mol = 100 ml . 1.5 micro mol
100 ml .1.5 micro mol
V1 = 20 micro mol
V1 = 7.5 ml
Kelompok 1 ose a
𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2
𝑉1 × 20 𝜇𝑚𝑜𝑙 = 100 𝑚𝑙 × 2 𝜇𝑚𝑜𝑙
100 𝑚𝑙 × 2 𝜇𝑚𝑜𝑙
𝑉1 =
20 𝜇𝑚𝑜𝑙
𝑉1 = 10 𝑚𝑙
Kelompok 2 ose a
𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2
𝑉1 × 20 𝜇𝑚𝑜𝑙 = 100 𝑚𝑙 × 2,5 𝜇𝑚𝑜𝑙
100 𝑚𝑙 × 2,5 𝜇𝑚𝑜𝑙
𝑉1 =
20 𝜇𝑚𝑜𝑙
𝑉1 = 12,5 𝑚𝑙
Kelompok 3 ose a
𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2
𝑉1 × 20 𝜇𝑚𝑜𝑙 = 100 𝑚𝑙 × 3 𝜇𝑚𝑜𝑙
100 𝑚𝑙 × 3 𝜇𝑚𝑜𝑙
𝑉1 =
20 𝜇𝑚𝑜𝑙
𝑉1 = 15 𝑚𝑙
Kelompok 4 ose a
𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2
𝑉1 × 20 𝜇𝑚𝑜𝑙 = 100 𝑚𝑙 × 3,5 𝜇𝑚𝑜𝑙
100 𝑚𝑙 × 3,5𝜇𝑚𝑜𝑙
𝑉1 =
20 𝜇𝑚𝑜𝑙
𝑉1 = 17,5 𝑚𝑙
Kelompok 5 ose a
𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2
𝑉1 × 20 𝜇𝑚𝑜𝑙 = 100 𝑚𝑙 × 2,25 𝜇𝑚𝑜𝑙
100 𝑚𝑙 × 2,25 𝜇𝑚𝑜𝑙
𝑉1 =
20 𝜇𝑚𝑜𝑙
𝑉1 = 11,25 𝑚𝑙
Kelompok 6 ose a
V1 N1 = V2 N2
V1. 20 µmol = 100. 4,5
20 . V1 = 450
V1 = 22.5 ml
4.1.3 Tabel Absorbansi
Tabel 7. Data Nitrat OSE A Shift 1
Larutan yang diamati Nilai absorbansi Panjang gelombang Konsentrasi
Larutan Standar 1 0.024 543 2
Larutan Standar 2 0.025 543 2.5
Larutan Standar 3 0.033 543 3
R2 0.832
Pers Garis Regresi Y = 92.46x – 0.027
Tabel 8. Data Nitrat OSE A Shift 2
Larutan yang diamati Nilai absorbansi Panjang gelombang Konsentrasi
Larutan Standar 1 0.035 543 3.5
Larutan Standar 2 0.039 543 2.25
Larutan Standar 3 0.055 543 4.5
R2 0.892
Pers Garis Regresi Y = 44.64x + 2.080
Tabel 9. Data Nitrat OSE B Shift 1
Larutan yang diamati Nilai absorbansi Panjang gelombang Konsentrasi
Larutan Standar 1 0.038 543 0.05
Larutan Standar 2 0.067 543 0.1
Larutan Standar 3 0.027 543 0.3
R2 0.9937
Pers Garis Regresi Y = 0.1557x + 0.0206
R2 1
Pers Garis Regresi Y = 0.006x + 0.025
4.1.4 Grafik Absorbansi
4.2 Pembahasan
4.2.1 Perbandingan Nilai Konsentrasi Larutan Standar
Pada Shift 1 Ose A, dilakukan pengenceran terhadap larutan standar nitrat 20 µmol
menjadi larutan nitrat berkonsentrasi 2 µmol, larutan nitrat berkonsentrasi 2.5 µmol, dan
larutan nitrat berkonsentrasi 3 µmol. Pada Shift 2 Ose A, dilakukan pengenceran terhadap
larutan standar nitrat 20 µmol menjadi larutan nitrat berkonsentrasi 2.25µmol, larutan nitrat
berkonsentrasi 3.5 µmol dan larutan nitrat berkonsentrasi 4.5µmol.
Pada Shift 1 Ose B, dilakukan pengenceran terhadap larutan standar nitrat 20 µmol
menjadi larutan nitrat berkonsentrasi 0.05 µmol, larutan nitrat berkonsentrasi 0.1 µmol, dan
larutan nitrat berkonsentrasi 0.3 µmol. Pada Shift 2 Ose B, dilakukan pengenceran terhadap
larutan standar nitrat 20 µmol menjadi larutan nitrat berkonsentrasi 0.5 µmol, larutan nitrat
berkonsentrasi 1 µmol dan larutan nitrat berkonsentrasi 1.5 µmol.
Semakin tinggi konsentrasi maka volume yang dibutuhkan untuk pengenceran juga
semakin besar. Karena dalam konsentrasi yang tinggi ikatan antar ion dan molekul semakin
besar dan semakin kuat seingga untuk memutuskan ikatannya diperlukan pelarut yang banyak
agar ikatan yang ada menjadi renggang dan akhirnya terpisah. Pengenceran dengan
konsentrasi yang berbeda-beda pada tiap shift tersebut dimaksudkan untuk perhitungan nilai
absorbansi dengan spektrofotometer dan kemudian dibuat kurva regresinya. Dimana
seharusnya nilai konsentrasi kecil akan mempunyai nilai absorbansi yang kecil pula dan
begitu juga sebaliknya.
4.2.2 Perbandingan Nilai Absorbansi
Pada shift 1 Ose A ini, nilai absorbansinya sebanding dengan nilai konsentrasi yaitu
larutan nitrat 2 µmol memiliki absorbansi sebesar 0.024, larutan nitrat 2.5 µmol memiliki
absorbansi sebesar 0.025, dan larutan nitrat 3 µmol memiliki absorbansi sebesar 0.033. Akan
tetapi terjadi kesalahan pada shift 2 Ose A, nilai absorbansinya tidak sebanding dengan nilai
konsentrasi. Larutan nitrat 2.25µmol memiliki absorbansi sebesar 0.039, larutan nitrat 3.5
µmol memiliki absorbansi sebesar 0.035, dan larutan nitrat 4.5µmol memiliki absorbansi
sebesar 0.055. Hal ini mungkin diakibatkan kekurangtelitian praktikan saat mengukur volume
larutan untuk pengenceran atau pemilihan cuvet yang kurang tepat dan banyak goresan.
Pengisian larutan pada cuvet yang melebihi batas tera juga mungkin berpengaruh. Selain itu,
mungkin juga terjadi kesalahan pada proses reduksi, mungkin karena selang reduksi yang
menghubungkan selang kadmium dan kolom reduksi yang longgar dan mudah lepas, atau
penyuntikan larutan nitrat saat reduksi yang terlalu cepat sehingga kadmium tidak dapat
mereduksi nitrat secara sempurna.
Pada shift 1 Ose B juga terjadi kesalahan, nilai absorbansinya tidak sebanding dengan
nilai konsentrasi yaitu larutan nitrat 0.05µmol memiliki absorbansi sebesar 0.038, larutan
nitrat 0.1 µmol memiliki absorbansi sebesar 0.067, dan larutan nitrat 0.3µmol memiliki
absorbansi sebesar 0.027.Pada shift 2 Ose B percobaan berhasil, nilai absorbansinya
sebanding dengan nilai konsentrasi yaitu larutan nitrat 0.5µmol memiliki absorbansi sebesar
0.028, larutan nitrat 1 µmol memiliki absorbansi sebesar 0.031, dan larutan nitrat 1.5 µmol
memiliki absorbansi sebesar 0.034. Semakin besar konsentrasi, nilai absorbansi suatu larutan
semestinya semakin besar.
5.1 Kesimpulan
1. Pada shift 1 Ose A, dilakukan pengenceran terhadap larutan nitrat menjadi
konsentrasi 2 µmol, 2.5 µmol, dan 3 µmol. Pada shift 2 Ose A, dilakukan
pengenceran terhadap larutan nitrat menjadi konsentrasi 3.5 µmol, 2.25 µmol, dan
4.5 µmol. Pada shift 1 Ose B, dilakukan pengenceran terhadap larutan nitrat
menjadi konsentrasi 0.05 µmol, 0.1 µmol, dan 0.3 µmol. Pada shift 2 Ose B,
dilakukan pengenceran terhadap larutan fosfat menjadi konsentrasi 0.5 µmol, 1
µmol, dan 1.5 µmol.
2. Dilakukan analisis nitrat dengan metode reduksi karena dalam analisis nitrat belum
ditemukan metode yang tepat oleh karena itu analisis dengan metode reduksi yang
telah teruji.
3. Perhitungan nilai absorbansi pada tiga larutan nitrat dengan spektrofotometer
dengan panjang gelombang 543 nm, diperoleh nilai absorbansi 0.024, 0.025, dan
0.033 untuk Ose A shift 1 dan regresinya 0.832. Nilai absorbansi ose A shift 2
adalah 0.035, 0.039, dan 0.055 dan regresinya 0.892. Nilai absorbansi ose B shift 1
adalah 0.027, 0.038, dan 0.067 dan regresinya 0.9937. Nilai absorbansi ose B shift
2 adalah 0.028, 0.031, dan 0. 034 dan regresinya 1.
5.2 Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, disarankan kepada mahasiswa untuk
lebih teliti dan hati-hati saat praktikum agar mendapatkan hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA