Anda di halaman 1dari 6

MANAJEMEN

SELF MANAGEMENT EDUCATION (DSME) SEBAGAI METODE


ALTERNATIF DALAM PERAWATAN MANDIRI PASIEN DIABETES
MELITUS DI DALAM KELUARGA.

Aan Sutandi
STIKES Binawan

ABSTRACT
Living and coping with diabetes can be difficult. However, it can have a full and active life even though for those who have
diabetes. Diabetes self-management education (DSME) is the ongoing process of facilitating the knowledge, skill, and ability necessary
for diabetes self-care The objective of this article is to discuss how to manage diabetes may not be easy but the benefits are worth
the effort. The method used library research and analyzed descriptively. The conclusion are: (1) Diabetes self-management education
gives the patiend and family the skills and confidence they need to learn to manage the diabetes. (2) The overall objectives of DSME
are to support informed decision-making, self-care behaviors, problem-solving and active collaboration with the health care team and
to improve clinical outcomes, health status, and quality of life.

PENDAHULUAN penduduk usia >15 tahun diperkotaan adalah 5,7%. Hal


Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik ini menggambarkan bahwa penyakit diabetes melitus
kronis yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh khususnya diperkotaan adalah masalah yang serius dan
untuk memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan berdampak terhadap produktifitas golongan usia produktif.
atau karena penggunaan yang tidak efektif dari insulin Penyakit Diabetes Melitus ini dikenal juga dengan
atau keduanya. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar sebutan “lifelong disease” dikarenakan penyakit tersebut
gula dalam darah atau hiperglikemi (Kim,2004; tidak dapat disembuhkan selama rentang hidup
Sigurdardottir K.Aru’n,2004 dan Soewondo,2006). penderitanya. Hal ini bukan berarti semua diabetisi akan
Penyakit Diabetes Mellitus ini merupakan salah satu mengalami hal serupa, melainkan risiko terjadinya
penyakit kronis dengan angka kejadian yang tinggi di komplikasi yang dapat meningkatkan risiko kematian
Indonesia dan merupakan masalah yang serius bagi dapat dikurangi jika para diabetesi lebih peduli untuk
masyarakat di Indonesia khususnya didaerah perkotaan. menjaga atau mengontrol kondisinya agar dapat hidup
Menurut hasil Riskesdas tahun 2007, diabetes melitus lebih panjang dan sehat. Untuk mengurangi resiko
merupakan penyakit penyebab kematian nomor 6 di tersebut, maka diperlukan suatu program
Indonesia dengan jumlah proporsi kematian sebesar 5,8 penatalaksanaan diabetes secara mandiri bagi para
% setelah Stroke, Tuberculosis, Hipertensi, Cedera dan diabetisi ini. Program tersebut berlandaskan pada
Perinatal. pengaturan pola makan, aktifitas sehari-hari dan olahraga,
Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun pengobatan yang teratur serta menghindari stress.
2030 prevalensi Diabetes Melitus di Indonesia mencapai Sasaran program ini adalah para diabetisi yang berada
21,3 juta orang (Diabetes Care, 2004). Mengacu pada dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Diharapkan
hasil Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 melalui program ini, penyakit mereka dapat dikendalikan
juga, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian sehingga dapat menjalani kehidupannya dengan normal.
akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7% dan penatalaksanaan diabetes mellitus antara lain :
prevalensi nasional DM berdasarkan pemeriksaan gula

WIDYA 47 Tahun 29 Nomor 321 Juli - Agustus 2012


MANAJEMEN
faktor tenaga kesehatan, bertambahnya beban pasien, prevalensi DM di Indonesia terutama di daerah perkotaan,
kurangnya informasi dan fasilitas kesehatan yang belum padahal dampak dari penyakit ini cukup besar baik bagi
terjangkau. Namun dengan adanya dukungan dari penderita maupun keluarga dan masyarakat. Menurut
keluarga yang merupakan orang terdekat dengan Alasaarela dan Oliver (2009), dampak dari peningkatan
penderita, dapat disimpulkan bahwa pemberian kadar glukosa darah yang tidak terkontrol akan
dukungan, pendidikan kesehatan, motivasi dan perawatan menyebabkan komplikasi akut dan kronis, komplikasi
mandiri sangat diperlukan pada pasien diabetes mellitus. yang bersifat kronis dapat berupa komplikasi
Peran serta masyarakat terutama keluarga sangat mikrovaskuler dan makrovaskuler seperti neuropati,
dibutuhkan untuk meminimalisir dampak dari penyakit nephropati dan penyakit kardiovaskuler.
DM. Salah satu rekomendasi WHO untuk menangani Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
pasien DM adalah dengan menyusun strategi yang efektif komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler adalah
yang terintegrasi, berbasis masyarakat melalui kerjasama dengan mengendalikan kadar glukosa darah tetap dalam
lintas program dan lintas sektor termasuk swasta. rentang normal (Sigudardottir K. Aru’n,2004). Hal ini
Sehingga pengembangan kemitraan dengan berbagai sesuai dengan rekomendasi The American Diabetes
unsur di masyarakat dan lintas sektor yang terkait dengan Assosiation (ADA) bahwa semua individu dengan
DM di setiap wilayah merupakan kegiatan yang penting diabetes mellitus harus berusaha mencapai kadar glukosa
dilakukan. Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) dalam press darah mendekati normal. Upaya yang dilakukan untuk
release tanggal 20 Desember 2006 juga telah mengendalikan kadar gula darah dalam rentang normal,
mengeluarkan Resolusi Nomor 61/225 yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya tingkat
mendeklarasikan bahwa epidemic Diabetes Melitus pengetahuan, sosial ekonomi dan fasilitas layanan yang
merupakan ancaman global dan serius sebagai salah tersedia termasuk perawatan mandiri pasien di rumah.
satu penyakit tidak menular yang menitik-beratkan pada Penyakit Diabetes Melitus termasuk penyakit kronis
pencegahan dan pelayanan diabetes di seluruh dunia. yang memerlukan perawatan sepanjang hidupnya,
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk membahas sehingga diperlukan penanganan yang holistik, bila
konsep Diabetes Self Management Education (DSME) penanganannya tidak tepat akan memiliki dampak yang
dalam memberikan perawatan mandiri kepada pasien luas, baik terhadap pasien maupun keluarganya.
D Mdi rumah. Metode yang digunakan adalah studi Konsep Diabetes Self Management Education (DSME)
kepustakaan yang dianalisis secara deskriptif. Perawatan mandiri yang baik dan benar pada pasien
PEMBAHASAN diabetes melitus termasuk pengendalian faktor risikonya,
Diabetes Mellitus dapat menurunkan angka kesakitan berulang, komplikasi
Menurut Holt et al (2010), penyebab penyakit Diabetes dan kematian yang disebabkan oleh penyakit tersebut.
Melitus beragam dengan karakteristik adanya Sehingga pengendalian DM akan lebih efektif bila
hiperglikemia kronis disertai dengan gangguan diprioritaskan pada pencegahan dini melalui upaya
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak sebagai perawatan mandiri pasien di keluarga (Home halth care)
akibat dari gangguan sekresi insulin dan penurunan dengan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan
aktivitas insulin. Penyakit Diabetes Melitus itu sendiri, upaya kuratif dan rehabilitatif. Selain itu, tujuan utama
terdiri dari dua tipe yaitu: (1) DM yang disebabkan oleh dalam perawatan pasien dengan diabetes mellitus adalah
factor keturunan dan (2) DM tipe kedua yang disebabkan adanya peningkatan kualitas hidup, pengendalian
oleh life style atau gaya hidup (Norris, et al.,2002). metabolisme yang baik serta mencegah terjadinya
Di Indonesia, hampir 80 % prevalensi diabetes melitus komplikasi, sehingga penyakit DM sangat penting
adalah DM tipe 2 (hasil Riskesdas tahun 2007). dimengerti dan dipahami oleh pasien dan keluarga
Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa t e r m a s u k k a d e r k e s e h a ta n d i m a s y a r a k a t .
pola hidup sehari hari atau gaya hidup (life style) yang Di Indonesia, dalam rangka pengendalian penyakit
tidak sehat menjadi pemicu utama meningkatnya DM, pemerintah melalui Peraturan Menteri Kesehatan

WIDYA 48 Tahun 29 Nomor 321 Juli - Agustus 2012


MANAJEMEN
RI Nomor 1575 tahun 2005, telah dibentuk Direktorat sendiri termasuk dalam mengontrol kadar glukosa darah
Pengendalian Penyakit Tidak Menular yang mempunyai dan melalui perawatan mandiri juga, diharapkan angka
tugas pokok memandirikan masyarakat untuk hidup harapan hidup dan produktifitas penderita DM tetap
sehat melalui pengendalian faktor risiko penyakit tidak tinggi. Oleh karena itu, pemahaman diabetes harus
menular, khususnya penyakit DM. Oleh karena itu, dilakukan secara menyeluruh, baik faktor risikonya,
program Pengendalian Diabetes Melitus dilaksanakan diagnosanya, penanganannya maupun komplikasinya.
dengan prioritas upaya preventif dan promotif, dengan Program Self-management dapat mendorong pasien
tidak mengabaikan upaya kuratif, serta dilaksanakan menggunakan sumber daya yang ada untuk mengelola
secara terintegrasi dan menyeluruh antara Pemerintah, gejala yang dialaminya terutama pada pasien dengan
Masyarakat dan Swasta termasuk perguruan tinggi dan penyakit kronis. Self-management memfasilitasi pasien
profesi. dalam aktivitas pencegahan dan pengobatan dan perlu
Penatalaksanaan Diabetes Mellitus antara lain dengan adanya kerjasama dengan tenaga kesehatan yang lain.
pegaturan diet, exercise dan penggunaan insulin. Salah satu usaha pencegahan adalah dengan pendidikan
Kepatuhan pasien Diabetes Mellitus terhadap program kesehatan yang mendorong kemandirian pasien
pengobatan terutama pasien yang berada di rumah sehingga mampu mengelola kesehatannya secara
sangat penting, karena dengan pengendalian kadar mandiri (Warsi et al,2004).
glukosa darah yang baik akan mencegah timbulnya Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan,
komplikasi. Meskipun penatalaksanaan diabetes mellitus memiliki peranan yang strategis dalam memberikan
sangat kompleks, penderita yang mampu melakukan kemampuan kepada keluarga dan pasien dalam
perawatan dirinya dengan optimal akan dapat melakukan penanganan secara mandiri. Sejumlah
mengendalikan glukosa darahnya, bertolak belakang penelitian eksperimental memperlihatkan bahwa perawat
dengan mereka yang tidak mampu mengendalikan kadar mempunyai peran yang cukup berpengaruh terhadap
glukosa darah dengan baik, berbagai masalah akan perilaku pasien (Tagliacozzo D.M.,et.al.,1974). Dengan
muncul seperti luka gangren, penurunan penglihatan memberikan pemahaman yang benar dan
dan neuropati (Fatehi et al,2010). Pengendalian Diabetes memberdayakan keluarga dan pasien dalam
juga sangatlah penting dilaksanakan sedini mungkin, berpartisipasi untuk dapat melakukan perawatan diri
untuk menghindari biaya pengobatan yang sangat mahal secara mandiri (self-care), berbagai komplikasi yang
dan gangguan fungsi pada keluarga. Keluarga juga mungkin akan muncul dapat dikendalikan dan pasien
memiliki peranan yang penting dalam memberikan memiliki derajat kesehatan yang optimal. Beberapa
motivasi, support system dan perawatan pada anggota penelitian mencatat bahwa 50–80% diabetisi memiliki
keluarganya yang menderita DM. pengetahuan dan ketrampilan yang kurang dalam
Zolfhagari et al (2009) mengungkapkan bahwa inovasi mengelola penyakitnya (Norris, Engelgau, & Narayan,
yang dilakukan dengan melibatkan pasien untuk 2001;Palestin,Ermawan,& Donsu,2005).
meningkatkan penanganan pasien Diabetes Mellitus Diabetes Self-Management Education (DSME)
dapat menurunkan angka kematian dan mencegah merupakan proses pendidikan kesehatan bagi individu
terjadinya komplikasi jangka panjang akibat diabetes atau keluarga dalam mengelola penyakit diabetes yang
mellitus. telah dikembangkan sejak tahun 1930-an oleh Joslin
Selain itu, perawatan pada pasien dengan diabetes Diabetes Center (Bartlett,1986). DSME menggunakan
mellitus dan komplikasinya membutuhkan waktu yang metode pedoman, konseling, dan intervensi perilaku
lama dan biaya yang tidak sedikit, sehingga dapat untuk meningkatkan pengetahuan mengenai diabetes
menimbulkan beban pada pasien dan keluarga. Oleh dan meningkatkan ketrampilan individu dan keluarga
karena itu, dengan adanya perubahan perilaku untuk dalam mengelola penyakit DM (Jack et al.,2004).
melakukan perawatan mandiri, keluarga dan pasien Pendekatan pendidikan kesehatan dengan metode
mempunyai kemampuan untuk mengelola kesehatannya DSME tidak hanya sekedar menggunakan metode

WIDYA 49 Tahun 29 Nomor 321 Juli - Agustus 2012


MANAJEMEN
baik langsung maupun tidak langsung namun telah bersifat aerobik seperti jalan atau lari pagi, bersepeda,
berkembang dengan mendorong partisipasi dan berenang, dan lain sebagainya. Olahraga aerobik ini
kerjasama diabetisi dan keluarganya (Funnell et al.,1991; paling tidak dilakukan selama 30-40 menit didahului
Glasgow & Anderson,1999). Secara singkat, Konsep dengan pemanasan 5-10 menit dan diakhiri pendinginan
DSME ini merupakan salah satu konsep yang dapat antara 5-10 menit. Latihan ini dapat dilakukan sebanyak
diaplikasikan dalam memberikan pemahaman yang baik 3 kali seminggu. Seiring dengan tingkat kebugaran tubuh
dan benar tentang perawatan mandiri pasien di keluarga. yang meningkat, maka durasi latihan dapat dinaikkan
Menurut Badruddin et al. (2002: 99-102.), diabetisi maksimal sampai dengan 3 jam. Olah raga akan
yang diberikan pendidikan dan pedoman dalam memperbanyak jumlah dan meningkatkan aktivitas
perawatan diri akan meningkatkan pola hidupnya yang reseptor insulin dalam tubuh penderita. Selain itu juga
dapat mengontrol gula darah dengan baik. Selan itu, para diabetisi dapat melakukan olahraga dengan cara
pendidikan kesehatan yang diberikan akan lebih efektif berjalan kaki selama 30 menit. Kegiatan ini membantu
bila petugas kesehatan mengenal tingkat pengetahuan, untuk mengontrol kadar gula dan meningkatkan kadar
sikap dan kebiasaan sehari-hari pasien dan keluarga kolesterol baik (HDL) dalam darah.
tersebut Pendidikan kesehatan yang sesuai kebutuhan 4. Pengobatan yang teratur
pasien dan keluarga, secara langsung atau tidak langsung Diabetisi harus minum obat yang diberikan oleh
dapat meningkatkan kemampuan perawatan secara dokter secara teratur, dan jangan sampai terlewatkan.
mandiri sehingga produktifitas pasien dan keluarganya Selain itu, tidak diperkenankan untuk menambah atau
dapat meningkat juga. mengurangi dosis obat tanpa berkonsultasi terlebih
Menurut http://hanamuhdi.wordpress.com/ dahulu dengan dokter. Untuk para diabetisi yang
beberapa hal penting yang sangat perlu diperhatikan mendapatkan terapi insulin secara berlanjut, mereka
antara lain: diharapkan dapat melakukan penyuntikan secara mandiri.
1. Perencanaan pola makan dan diet yang tepat Bila tidak dapat melakukannya, dapat minta pertolongan
Diet yang baik untuk para diabetisi adalah diet yang kepada tenaga kesehatan atau kader kesehatan yang
seimbang, jadwal makan yang teratur serta jenis makanan ada di sekitar tempat tinggalnya. Pastikan sebelum
yang dimakan bervariasi yang kaya nutrisi dan rendah memberikan obat terutama jika mendapatkan suntikan
karbohidrat. Diet perlu dilakukan dengan mengurangi insulin, makanan yang akan dimakan oleh diabetisi sudah
asupan karbohidrat (berbagai jenis gula dan tepung siap saji maksimal 30 menit sebelumnya. Hal ini
termasuk nasi, kentang, ubi, singkong dan lain dimaksudkan untuk mencegah resiko terjadinya
sebagainya), mengurangi makanan berlemak (daging hipoglikemia atau kadar glukosa darah yang tiba-tiba
berlemak, kuning telur, keju, dan susu tinggi lemak) serta turun. Selain itu, monitoring dari efek samping obat yang
memperbanyak makan sayur dan buah sebagai sumber diminum oleh penderita juga harus dilakukan. Hal ini
serat, vitamin dan mineral. Sebagai sumber protein Anda dapat dilakukan oleh penderita sendiri dan dibantu oleh
dapat memanfaatkan ikan, ayam (terutama daging dada), anggota keluarga yang tinggal bersamanya. Jika terdapat
tahu dan tempe. tanda dan gejala yang tidak diharapkan, segara
2. Monitoring kadar gula darah menghubungi tenaga medis.
Kadar gula darah harus dites secara berkala yaitu 5. Pengukuran tekanan darah dan kadar kolesterol
pada saat sebelum sarapan pagi dan sebelum makan secara teratur
malam. Nilai yang diharapkan dari pengukuran tersebut Diabetisi harus melakukan pengukuran tekanan
adalah berada pada rentang antara 70 s.d 120 mg/dl. darah secara teratur guna untuk mengantisipasi terjadinya
3. Olahraga dan latihan komplikasi stroke akibat hipertensi. Begitu pula dengan
Penderita diabetes disarankan untuk melakukan kadar kolesterol yang tinggi merupakan resiko tinggi
olahraga secara teratur dengan cara bertahap sesuai terjadinya atherosklerosis.
dengan kemampuan. Olahraga yang ideal adalah yang 6. Menghindari stress yang berlebihan

WIDYA 50 Tahun 29 Nomor 321 Juli - Agustus 2012


MANAJEMEN
Stress dapat meningkatkan kadar gula darah dan 1. Mendapat terapi insulin atau obat diabetes
tekanan darah. Stress ini dapat berasal dari kondisi fisik, 2. Sedang menjalani terapi insulin secara intensif
misalnya nyeri, kurang tidur, pekerjaan, pengaruh obat- 3. Sedang dalam masa kehamilan
obatan steroids dan lainnya. 4. Mengalami kesulitan mengendalikan kadar glukosa
7. Mengurangi resiko darah
Penderita Diabetes rentan untuk mengalami 5. Memiliki tingkat glukosa darah yang sangat rendah
komplikasi berupa luka atau borok yang sukar sembuh. atau muncul keton karena kadar glukosa darah yang
Seringnya mereka mendapati luka yang sukar sembuh tinggi
pada daerah kaki, dimana untuk itu perawatan kaki yang 6. Memiliki kadar glukosa darah yang rendah tanpa
teratur sangat diperlukan. Jaga kelembaban kulit dengan didahului munculnya tanda-tanda peringatan
menggunakan lotion yang tidak menimbulkan alergi. Pada pemeriksaan kadar gula darah di rumah, perlu
Potong kuku secara teratur dan ratakan ujung kuku diketahui langkah-langkah di bawah ini:
dengan menggunakan kikir, jangan pernah memotong 1. Setelah mencuci tangan, masukkan test strip ke alat
ujung kuku terlalu dalam. Pilih alas kaki yang nyaman ukur gula darah.
dan sesuai dengan bentuk serta ukuran kaki. Pilih bahan 2. Tusuk ujung jari dengan jarum yang disediakan agar
sepatu yang lembut dan sol yang tidak keras. Pakai mengeluarkan darah.
sepatu tertutup jika hendak bepergian keluar rumah. 3. Remas atau pijat jari sampai keluar darah (ukuran
Waspada jika terdapat luka sekecil apapun, segera obati sampel darah yang diperlukan berbeda-beda tergantung
dengan antiseptik. alat ukurnya).
Penderita diabetes sebaiknya memiliki alat untuk 4. Pegang dan tahan ujung test strip sampai darah
memeriksa kadar gula darah di rumah, karena menetes pada test strip, dan tunggu hasilnya.
pemantauan kadar gula darah secara rutin adalah cara 5. Kadar glukosa darah akan muncul di layar alat ukur.
utama untuk mengontrol diabetes. Pemeriksaan ini akan Sebagai catatan perlu juga dilakukan hal-hal berikut
memberitahu kadar glukosa darah saat itu juga. Ketika 1. Bahwa masing-masing alat ukur memiliki perbedaan
hasil pemeriksaan ini dibawa ke dokter, penderita akan meskipun sedikit, jadi Anda harus membaca petunjuk
memiliki gambaran mengenai respons tubuh untuk manual untuk memastikan alat ukur bekerja optimal.
rencana perawatan diabetes selanjutnya. 2. Setelah selesai melakukan cek glukosa darah, tulis
hasilnya dan pelajari untuk mengevaluasi bagaimana
makanan, aktivitas, dan stres memengaruhi kadar
glukosa darah.
3. Memperhatikan hasil glukosa darah untuk melihat jika
ada hasil cek yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
beberapa hari berturut-turut. Jika hal yang sama terus
terjadi, mungkin sudah saatnya untuk mengubah rencana
harian.
Gambar 1. Alat untuk Memeriksa Kadar Gula Darah 4. Konsultasikan dengan dokter atau ahli diabetes untuk
Sumber: mempelajari bagaimana hasil cek berpengaruh yang
Para ahli merasa bahwa orang dengan diabetes tentu saja membutuhkan waktu untuk mengetahui
dapat mendapatkan keuntungan dari pemeriksaan pengaruh ini.
glukosa darah karena mereka selalu dapat lebih mudah 5. Dapat juga menanyakan kepada dokter atau perawat
mengontrol kadar gula darahnya. The American Diabetes jika harus melaporkan hasil dari jarak jauh melalui
Association merekomendasikan seseorang uktuk telepon.
melakukan pemeriksaan gula darah jika memiliki diabetes 6. Perlu diingat bahwa hasil glukosa darah sering memicu
dan/atau salah satu dari kondisi di bawah ini: emosi. Kadar glukosa darah dapat membuat pasien

WIDYA 51 Tahun 29 Nomor 321 Juli - Agustus 2012


MANAJEMEN
marah, bingung, frustrasi, atau depresi. 2. Perlunya penyusunan pedoman tentang cara
7. Ingatkan diri sendiri bahwa kadar glukosa darah adalah perawatan mandiri pasien dengan DM dirumah
cara untuk mengevaluasi seberapa baik rencana
DAFTAR PUSTAKA
perawatan diabetes bekerja. Hal ini bukan penghakiman
American Diabetes Association. Standards of medical care for
atas diri pasien tetapi justru hasilnya akan patients with diabetes mellitus Position Statement. Diabetes
menginformasikan bahwa pasien memerlukan perubahan Care, 24 2001.
Badruddin, N., Basit, A., Hydrie, M.Z.I.,& Hakeem, R.,Knowledge,
pada rencana perawatan diabetesnya. Attitude and Practices of Patients Visiting a Diabetes Care
Unit, Pakistan Jou of Nut, 1(2): 2002
8. Selain melalui darah, kadar glukosa pun dapat di cek Clement, S., Diabetes self-management education. Diabetes Care,
18:1204–1214. 1995.
melalui urine. Namun, cek urine untuk kadar glukosa DeCoste C. Kim. 2004. Diabetes Update. Promoting Effective
tidak seakurat cek glukosa darah dan hanya digunakan Disease Management. AAOHN Journal August 2004, VOL.
52, NO. 8.
ketika tes darah tidak memungkinkan. Fatehi et al.. Original Article. The Effect of Short Message Service
on Knowledge of Patient with Diabetes in Yazd Iran. Iranian
9. Melakukan cek keton urine menjadi penting ketika Journal of Diabetes and Obesity. Volume 2. Number 1.
Januari 2010.
diabetes berada di luar kendali atau ketikapenderita Funnell, M., Anderson, R., Arnold, M., Barr, P., Donnelly. M.,
Johnson, P. Empowerment: an idea whose time has come
sakit. Setiap orang dengan diabetes harus tahu juga in diabetes education. Diabetes Educ, 17:37–41. 1991.
bagaimana memeriksa keton urin. Glasgow, R., & Anderson R,.). In diabetes care, moving from
compliance to adherence is not enough: something entirely
different is needed. Diabetes Care, 22:2090–2091. 1999
Holt T, Kumar S. ABC of Diabetes Mellitus. A John Wiley & Sons,
Penutup Ltd., Publication. Chic ester. West Sussex. UK. 2010.
Kim et al. Internet Diabetic Patient Manaement Using Short
Kesimpulan Messaging Service Automatically Produced by a Knowledge
1. Pemberian pemahaman yang benar tentang perawatan Matrix System. doi: 10.2337/dc06-2464 Diabetes Care
November 2007 vol. 30 no. 11 2857-2858. 2007.
mandiri pasien DM kepada pasien dan keluarga, penderita Norris, S.L., Lau, J., Smith, S.J., Schmid, C.H., & Engelgau, M.M.
Self-Management Education for Adults With Type 2 Diabetes
DM dapat hidup layaknya seperti orang lain yang sehat, A meta-analysis of the effect on glycemic control. Diabetes
Care, 25:1159–1171. 2002.
yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktifitas Norris SL, Nichols PJ, Caspersen CJ, Glasgow RE, Engelgau
dan tingkat kesejahteraan keluarga dimana pasien MM, Jack L, et al. Increasing diabetes self-management
education in community settings. A systematic review. Am
tersebut tinggal. J Prev Med., 222(4 Suppl):39-66. [PMID: 11985934] 2002.
Sigurdardottir K. Aru’n. Self Care. Self-Care in Diabetes: Model
2. DSME dapat digunakan sebagai metode alternatif of Factors Affecting Self-Care. Blackwell
Tagliacozzo D.M., Luskin D.B., Lashof J.C. & Ima K., Nurse
dalam peningkatan perawatan mandiri pasien dengan Intervention and Patient Behavior, Am. Jou. Public Health
Diabetis Mellitus di rumah. 1974, Vol. 64 No. 6. 2004.
Warsi et al. A Systematic Review and Methodological Critique of
the Literature. Original Investigation Self-Management
Education Programs in Chronic Disease.Arch. Intern. Med/Vol.
Saran-saran 164, AUG 9/23, 2004.
http://hanamuhdi.wordpress.com/ diunduh tgl 12 Sept jam 12.00
1. Perlunya sosialisasi tentang pemahaman penyakit iunduh 10 September jam 10.
http://care.diabetesjournals.org/content/31/Supplement_1/S97.e
DM dan penatalaksanaan yang baik dan benar kepada xtract
pasien dan keluarga.

PEMAHAMAN DIABETES SELF MANAGEMNT EDUCATION (DSME)


YANG BAIK DAN BENAR
AGAR PENDERITA DM DAPAT HIDUP LAYAK SEHAT,
DAPAT MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS dan TINGKAT KESEJAHTERAAN
PENDERITA DAN KELUARGANYA

WIDYA 52 Tahun 29 Nomor 321 Juli - Agustus 2012

Anda mungkin juga menyukai