Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH AMDAL

Tentang

Dampak Pembangunan Pariwisata Terhadap Lingkungan

Disusun oleh :

1. Ni Made Rosi Oktavia

2. Witria Manda Sari

3. Yulia Citra

Dosen : Dwi Hermawati, M. Kes

UNIVERSITAS RATU SAMBAN

BENGKULU UTARA

BENGKULU

2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang dampak pembangunan
pariwisata terhadap lingkungan ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu
Dwi Hermawati, M. Kes selaku Dosen mata AMDAL di Fakultas Ilmu
Kesehatan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai apa pengaruh
dan dapmak AMDAL terhadap pembangunan pariwisata, kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah
yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna
bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Arga makmur, 13 juni 2017

Penyusun
i

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................... 2

BAB II PENJELASAN
2.1 Pengertian Pariwisata...................................…..................................... 3
2.2 Jenis Pariwisata.............................….................................................... 5
2.3 Perkembangan Pariwisata..................................................................... 8
2.4 Dampak Pengembangan Pariwisata terhadap Lingkungan Hidup...... 12

BAB III PENUTUP


4.1 Kesimpulan.......................................................................................... 17
4.2 Saran.................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

ii

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pariwisata telah terbukti dapat mendorong pertumbuhan perekonomian melalui
peluang investasi, peluang kerja, peluang berusaha dan pada akhirnya dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peluang berusaha bukan hanya dalam
bentuk pembangunan sarana dan prasarana pariwisata tetapi juga peluang dalam
bidang kerajinan kecil seperti handycrafts.
Namun akhir-akhir ini terjadi paradigma baru dalam bidang kepariwisataan yang
kita agung-agungkan karena dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
melalui peluang kerja di semua lini ternyata terbukti dapat menyebabkan
malapetaka terhadap kehidupan sosial, budaya dan lingkungan. Kesejahteraan
yang kita nikmati secara ekonomi ternyata tidak diikuti oleh peningkatan
kehidupan sosial, budaya, dan pelestarian lingkungan. Masalah-masalah sosial
banyak kita temui di masyarakat setelah kita mengembangkan kepariwisataan.
Demikian juga mengenai masalah budaya dan lingkungan. Tragedi budaya dan
lingkungan sering kita lihat melalui berita-berita di Koran-koran dan televisi
lokal.Pembangunan sektor pariwisata diberbagai belahan dunia ini telah
berdampak pada berbagai dimensi kehidupan manusia, tidak hanya berdampak
pada dimensi sosial ekonomi semata, tetapi juga menyetuh dimensi sosial budaya
bahkan lingkungan fisik. Dampak terhadap berbagai dimensi tersebut bukan
hanya bersifat positif tetapi juga berdampak negatif.
Perlu juga mendapat perhatian bahwa dalam upaya pengembangan pariwisata di
samping dampak positif bagi masyarakat sekitar objek juga menimbulkan dampak
negatif bagi masyarakat sekitar. Sehubungan dengan hal tersebut dalam upaya
pengembangan objek wisataperlu diperhitungkan dampak negatif yang
ditimbulkan demi kelestarian objek wisata tersebut maupun kelestarian fungsi
lingkungan sekitar kawasan wisata. Pelaksanaan pembangunan yang berorientasi

4
pada peningkatan kesejahteraan masyarakat ternyata mempunyai dampak terhadap
lingkungan sekitar baik langsung maupun tidak langsung, baik dalam jangka
pendek maupun dalam jangka panjang. Hal yang sama juga terjadi dalam
pengembangan pariwisata, dimana disamping pengembangan pariwisata itu
sendiri menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar objek wisata,
pengelolaan lingkungan dan pengelolaan objek wisata itu sangat mempengaruhi
kelestarian fungsi lingkungan dan objek wisata itu sendiri. Sehubungan dengan
hal tersebut permasalahan yang utama yang perlu mendapatkan jawaban tuntas
adalah bagaimana pengembangan pariwisata dan pelestarian fungsi lingkungan
sekitar kawasan wisata ini dapat dilaksanakan dengan baik dalam arti berorientasi
pada upaya pelestarian objek wisata dan pelestarian fungsilingkungan sekitar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pariwisata ?
2. Apa saja jenis-jenis pariwisata ?
3. Bagaimana perkebangan pariwisata ?
4. Bagaimana dampak pembanguan pariwisata terhadap lingkungan hidup ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian pariwisata

2. Untuk mengetahui jenis-jenis pariwisata

3. Untuk mengetahui perkembangan pariwiasata

4. Untuk mengetahui pembangunan pariwisata terhdap lingkungan

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian pariwisata

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang
diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lainnya, dengan maksud bukan untuk
berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata
untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk
memenuhi keinginan yang beraneka ragam (Yoeti, 1982).
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.9. Tahun 1990 tentang
kepariwisataan yang dimaksud dengan:
1. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut
yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati
objek dan daya tarik wisata.
2. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.
3. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata,
termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang
terkait di bidang tersebut.
4. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
penyelenggaraan pariwisata.
5. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa
pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik
wisata, usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait dibidang
tersebut.
6. Objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran
wisata.
7. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun
atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.

6
Pariwisata dalam pengertiannya mengandung tiga unsur yaitu manusia (unsur
insani sebagai pelaku kegiatan pariwisata), tempat (unsur fisik yangsebenarnya
tercakup oleh kegiatan itu sendiri), dan waktu (unsur tempo yang dihabiskan
dalam perjalanan itu sendiri selama berdiam di tempat tujuan (Wahab, 1987).
Penyelenggaraan kepariwisataan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.
9 Tahun 1990 dilakukan dengan tujuan untuk:
a. memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan, dan meningkatkan
mutu objek dan daya tarik wisata;
b. memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar
bangsa;
c. memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja;
d. meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat;
e. mendorong pendayagunaan produksi nasional.

Hal ini dilakukan dengan tetap memelihara kelestarian dan juga sebagai upaya
mendorong peningkatan mutu lingkungan hidup, objek dan daya tarik wisata,
nilai-nilai budaya bangsa yang menuju ke arah kemajuan adab, mempertinggi
derajat kemanusiaan, kesusilaan, dan ketertiban umum guna memperkukuh jati
diri bangsa dalam rangka perwujudan wawasan nusantara. Oleh karena itu,
pembangunan objek dan daya tarik wisata tersebut tetap harus dilakukan dengan
memperhatikan :
a. Kemampuan untuk mendorong dan meningkatkan perkembangan.
b. Kehidupan ekonomi dan sosial budaya.
c. Nilai-nilai agama, adat-istiadat, serta pandangan dan nilai-nilai yang hidup
dalam masyarakat.
d. Kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup.
e. Kelangsungan usaha pariwisata itu sendiri.

Sifat pariwisata yang luas dan menyangkut kepentingan masyarakat secara


keseluruhan, mengharuskan dilaksanakannya penyelenggaraan kepariwisataan

7
secara terpadu oleh pemerintah, badan usaha, dan masyarakat. Peran serta
masyarakat dalam arti yang seluas-luasnya di dalam penyelenggaraan
kepariwisataan ini memegang peranan penting demi terwujudnya pemerataan,
pendapatan dan pemerataan kesempatan berusaha. Terkait dengan peran serta
masyarakat tersebut, perlu diberikan arahan agar pelaksanaan berbagai usaha
pariwisata yang dilakukan dapat saling mengisi, saling berkaitan, dan
salingmenunjang satu dengan yang lainnya. Untuk mencapai maksud tersebut,
pemerintah melakukan pembinaan terhadap kegiatan kepariwisataan, yaitu dalam
bentuk pengaturan, pemberian bimbingan, dan pengawasan. Kegiatan-kegiatan
kepariwisataan yang menyangkut aspek pembangunan, pengusahaan, dan
kebijakan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah serta perkembangan yang
begitu pesat di bidang kepariwisataan perlu diikuti dengan pengaturan yang sesuai
dengan aspirasi bangsa Indonesia (UU RI No.9 Tahun 1990 Tentang
Kepariwisataan)

Seperti halnya dengan kegiatan-kegiatan kepariwisataan, pengelolaan kawasan


pariwisata yang banyak dibangun diberbagai wilayah perlu mendapat pengamanan
agar tidak terjadi ketimpangan terhadap masyarakat di sekitarnya, sehingga dapat
mewujudkan adanya keserasian dan keseimbangan. Undang-undang
kepariwisataan yang bersifat nasional dan menyeluruh sangat diperlukan sebagai
dasar hukum dalam rangka pembinaan dan penyelenggaraan kepariwisataan,
khususnya yang menyangkut objek dan daya tarik wisata, usaha pariwisata, peran
serta masyarakat, serta pembinaannya. Undang-undang ini memberikan ketentuan
yang bersifat pokok dalam penyelenggaraan kepariwisataan, sedangkan
pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

2.2 Jenis Pariwisata


Untuk Keperluan perencanaan dan pengembangan kepariwisataan, perlu adanya
perbedaaan antara pariwisata, karena dengan demikian akan dapat ditentukan
kebijaksanaan apa yang perlu mendukung, sehingga jenis pariwisata yang
dikembangkan akan dapat terwujud seperti yang diharapkan dari kepariwisataan.

8
Ditinjau dari segi ekonomi, pemberian klasifikasi tentang jenis pariwisata
dianggap penting karena dengan cara itu dapat ditentukan beberapa penghasilan
devisa yang diterima dari suatu pariwisata yang dikembangkan disuatu tempat
atau daerah tertentu.
Adapun jenis wisata yang telah dikenal dimasa ini antara lain:

1. Wisata Budaya
Wisata budaya adalah: perjalanan yang dilakukan atas dasar keingin untuk
memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan
atau peninjauan ketempat lain, mempelajari keadaan rakyat dan kebiasaan adat
istiadat, budaya dan seni mereka (Pendit, N.S, 1994 : 41).

2. Wisata Konvensi
Wisata Konvensi adalah: wisata yang menyediakan fasilitas bangunan dengan
ruangan-ruangan tempat bersidang bagi peserta konverensi, atau pertemuan
lainnya yang bersifat nasional maupun internasional. (Pendit, N.S, 1994 : 43).

3. Wisata Sosial
Wisata Sosial adalah: perorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah untuk
memberikan kesempatan kepadda golongan masyarakat ekonomi lemah untuk
mengadakan perjalanan seperti misalnya kaum buruh, pemuda, pelajar atau
mahasiswa, petani dan sebagainyqa. (Pendit, N.S, 1994 : 44).

4. Wisata Cagar Alam


Wisata Cagar Alam adalah: wisata yang diselenggarakan agen atau biro perjalanan
yang mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan mengatur wisata ketempat atau
daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya yang
pelestariaannya dilindungi oleh undang-undang (Pendit, N.S, 1994 ).

5. Wisata Bulan Madu


Wisata Bulan Madu adalah: suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan-
pasangan pengantin baru yang sedang berbulan madu,dengan fasilitas-fasilitas

9
khusus, tersendiri demi kenikmatan perjalanan dan kunjungan mereka (Pendit,
N.S, 1994 : 47).

Manusia ditakdirkan oleh sang pencipta memiliki naluri dan hasrat atau keinginan
dalam memenuhi kelangsungan hidupnya, hasrat ingin tahu dan jiwa petualangan
mendorong manusia melakukan perjalanan. Manusia senatiasi dinamis dan
kedinamisannya tercermn dalam keinginan melakukan perjalanan melintasi dan
menikmati objek dan daya tarik yang dikunjungi.hasrat ingin tahu itu menuntut
penyaluran dan bagi banyak oranbg sudah menjadi kebutuhan.

Kebutuhan tersebut adalah ingin besenang-senang, santai , berrekreasi, ingin


menambah pengetahuaan, menguatkan pribadi, sehat ingin menghirup udara yang
sejuk, dan segar dan memenuhi kewajiban agama (naik haji) sampai pada
berziarah.

Dorongan untuk melakukan perjalanan wisata adalah dapat pula disebabkan oleh
lingkungan seperti:
1. Kondisi Lingkungan, keadaan iklim disekitar tempat, kondisi lingkungan
yang kurang baik dan rusak, begitu pula lingkungan tempat tinggal yang
bising dan kotor dengan pemandangan yang membosankan mendorong
penduduk melakukan perjalanan.
2. Kondisi social budaya, kurang tersedianya fasilitas rekreasi, kegiatan rutin
dalam masyarakat yang membosankan kehidupan, kehidupan yang serba
teratur, lalu banyak bekerja, fisik dan mental, sifatbebas para remaja,
terdapatnya perbedaan social diantara anggota masyarakat, semuanya
seiring menjadi alas an untuk bepergian ke tempat-tempat jauh, yang
kondisinya lebih baik dari sekarang.
3. Kondisi ekonomi , konsumsi dari masyarakat, biaya hidup sehari-hari
didaerah tempat tinggal, meningkatkan waktu luang serta rela rendahnya
ongkos angkutan, juga akan mendorong seseorang untuk melakukan
perjalananan wisata.

10
4. Pengaruh kegiatan pariwisata, kegiatan pariwisata akan banyak
mendorong kegiatanyang berhubungan dengan wisata, seperti
meningkatnya publikasi dan penyebaran informasi serta timbulnya
pandangan tentang nilai lebih dari kegiatan berwisata terhadap fungsi
sosial masyarakat.

2.3 Perkembangan Pariwisata

Memasuki era pembangunan dimilenium ke tiga (pasca tahun 2000), banyak


perubahan besar akan dialami dalam kehidupan masyarakat dan kebudayaan
Indonesia. Jumlah penduduk yang membesar dan makin padat, intensifnya transisi
budaya agraris ke budaya industri, globalisasi kehidupan yang meluas dan
kompleknya pluralisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, masalah-
masalah kemasyarakatan dan lain-lain. Kompleksitas permasalahan ini akan
berdampak pada permasalahan lingkungan. Pemberdayaan potensi wisata alam
selalu terkait erat dengan permasalahan lingkungan, sehubungan dengan hal
tersebut perlu penanganan yang benar-benar berorientasi pada pelestarian fungsi
lingkungan.
Industri pariwisata yang oleh G.ASchmoll dalam bukunya Tourism Promotion
menjelaskan bahwa Industri pariwisata lebih cenderung berorientasi dengan
menganalisa cara-cara melakukan pemasaran dan promosi hasil produk industri
pariwisata. Industri pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi
merupakan suatu industri yang terdiri dari serangkaian perusahaan yang
menghasilkan jasa-jasa atau produk yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Perbedaan itu tidak hanya dalam jasa yang dihasilkan tetapi juga dalam besarnya
perusahaan, lokasi atau tempat kedudukan, letak secara geografis, fungsi, bentuk
organisasi yang mengelola dan metode permasalahannya.
Kompleksitas masalah industri pariwisata juga berhubungan erat dengan upaya
pengembangan pariwisata yang ternyata juga mempunyai dampak terhadap
lingkungan. Sehubungan dengan hal itu perlu upaya pelestarian fungsi
lingkungan.Dengan demikian terdapat dua aspek penting yaitu masalah industri
pariwisata yang berorientasi pada lingkungan dan pengembangan pariwisata yang
berorientasi pada pelestarian fungsi lingkungan. Pengembangan pariwisata harus

11
mengacu dan memperhatikan ketentuan Pasal 12, Pasal13 dan Pasal 14 Undang
Undang Nomor32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup sebagai berikut :

Pasal 12:
(1) Pemanfaatan sumber daya alam dilakukan berdasarkan Rencana Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH).
(2) Dalam hal RPPLH sebagaimana dimaksudpada ayat (1) belum tersusun,
pemanfaatan sumber daya alam dilaksanakan berdasarkan daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup dengan memperhatikan:
a. keberlanjutan proses dan fungsi lingkungan hidup;
b. keberlanjutan produktivitas lingkungan hidup; dan
c. keselamatan, mutu hidup, dan kesejahteraan masyarakat.
(3) Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
padaayat (2) ditetapkan oleh:
a. Menteri untuk daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup nasional
dan pulau/kepulauan;
b. Gubernur untuk daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
lingkungan hidup provinsi dan ekoregion lintas kabupaten/kota; atau
c. Bupati/walikota untuk daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
kabupaten/kota dan ekoregion di wilayah kabupaten/kota.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan daya dukung dan
dayatampung lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam
peraturan pemerintah.

Pasal 13:
(1) Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dilaksanakan
dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup.
(2) Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pencegahan;
b. penanggulangan; dan

12
c. pemulihan.
(3) Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan kewenangan, peran, dan
tanggung jawab masing-masing.

Pasal 14:
Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
terdiriatas: KLHS; tata ruang; baku mutu lingkungan hidup; kriteria baku
kerusakan lingkungan hidup; amdal; UKL-UPL; perizinan; instrumen ekonomi
lingkungan hidup; peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup;
anggaran berbasis lingkungan hidup; analisis risiko lingkungan hidup; audit
lingkungan hidup; dan instrumen lain sesuai dengan kebutuhan dan/atau
perkembangan ilmu pengetahuan

Pengembangan pariwisata pada umumnya bertujuan untuk memperkenalkan,


mendayagunakan, melestarikan dan meningkatkan mutu objek dan daya
tarikwisata, dalam pembangunan objek wisata dan daya tarik wisata dilakukan
dengan memperhatikan kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup serta
kelangsungan usaha pariwisata itu sendiri. Dengan demikian antara pariwisata dan
masalah lingkungan mempunyai kedekatan yang tidak dapat dipisahkan.

Pariwisata sebagai suatu kegiatan secara langsung menyentuh dan melibatkan


masyarakat, sehingga membawa dampak terhadap masyarakat setempat. Dampak
pariwisata terhadap masyarakat dan daerah tujuan wisata mencakup: dampak
terhadap sosial-ekonomi, dampak terhadap sosial-budaya, dan dampak terhadap
lingkungan (Pitana dan Gayatri, 2005).

Dampak pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal dapat


dikategorikan menjadi delapan kelompok besar (Cohen, 1984), yaitu: dampak
terhadap penerimaan devisa, dampak terhadap pendapatan masyarakat, dampak
terhadap kesempatan kerja, dampak terhadap harga-harga, dampak terhadap

13
distribusi manfaat atau keuntungan, dampak terhadap kepemilikan dan kontrol,
dampak terhadap pembangunan pada umumnya, dampak terhadap pendapatan
pemerintah. Pembangunan pariwisata pada suatu daerah mampu memberikan
dampak positif diantaranya: peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan
penerimaan devisa, peningkatan kesempatan kerja dan peluang usaha,
peningkatan pendapatan pemerintah dari pajak dan keuntungan badan usaha milik
pemerintah, dan sebagainya. Selain dampak positif terdapat juga dampak negatif
dari pembangunan pariwisata, diantaranya: semakin memburuknya kesenjangan
pendapatan antar kelompok masyarakat, memburuknya kesenjangan antar daerah,
hilangnya kontrol masyarakat lokal terhadap sumber daya ekonomi, munculnya
neo-kolonialisme, dan sebagainya.

Dampak terhadap sosial dan budaya, Pizam dan Milman (1984)


mengklasifikasikan dampak pariwisata terhadap sosial-budaya menjadi enam,
yaitu: dampak terhadap aspek demografis (jumlah penduduk, umur, perubahan
piramida kependudukan), dampak terhadap mata pencaharian (perubahan
pekerjaan, distribusi pekerjaan), dampak terhadap aspek budaya (tradisi,
keagamaan, bahasa), dampak terhadap transformasi norma (nilai, norma, peranan
seks), dampak terhadap modifikasi pola konsumsi (infrastruktur, komoditas) dan
dampak terhadap lingkungan (polusi, kemacetan lalu lintas). Sifat dan bentuk dari
dampak sosial-budaya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pitana (1999)
menyebutkan bahwa faktor-faktor yang ikut menentukan dampak sosial-budaya
tersebut antara lain: jumlah wisatawan (baik absolut maupun relatif terhadap
jumlah penduduk lokal), objek dominan yang menjadi sajian wisata dan
kebutuhan wisatawan terkait dengan sajian tersebut, sifat-sifat atraksi wisata yang
disajikan (apakah alam, situs arkeologi, budaya kemasyarakatan, dan lainnya),
struktur dan fungsi dari organisasi kepariwisataan di daerah tujuan wisata,
perbedaan tingkat ekonomi dan perbedaan kebudayaan antara wisatawan dengan
masyarakat lokal dan laju atau kecepatan pertumbuhan pariwisata.

Dampak pengembangan pariwisata menurut Yoeti (2008), antara lain:


pembuangan sampah sembarangan (selain menyebabkan bau tidak sedap, juga

14
membuat tanaman disekitarnya mati); pembuangan limbah hotel, restoran, dan
rumah sakit yang merusak air sungai, danau atau laut; kerusakan terumbu karang
sebagai akibat nelayan tidak lagi memiliki pantai untuk mencari ikan, karena
pantai telah dikaveling untuk membangun hotel dan restoran. Akibatnya para
nelayan membom terumbu karang dan pada akhirnya tidak ada lagi daya tarik
pantai; perambahan hutan dan perusakan sumber-sumber hayati yang tidak
terkendali sehingga menyebabkan hilangnya daya tarik wisata alam.

2.4 Dampak Pengembangan Pariwisata terhadap Lingkungan Hidup

Industri pariwisata memiliki hubungan erat dan kuat dengan lingkungan fisik.
Lingkungan alam merupakan aset pariwisata dan mendapatkan dampak karena
sifat lingkungan fisik tersebut yang rapuh (fragile), dan tak terpisahkan
(Inseparability). Bersifat rapuh karena lingkungan alam merupakan ciptaan Tuhan
yang jika dirusak belum tentu akan tumbuh atau kembali seperti sediakala.
Bersifat tidak terpisahkan karena manusia harus mendatangi lingkungan alam
untuk dapat menikmatinya.

Lingkungan fisik adalah daya tarik utama kegiatan wisata. Lingkungan fisik
meliputi lingkungan alam (flora dan fauna, bentangan alam, dan gejala alam) dan
lingkungan buatan (situs kebudayaan, wilayah perkotaan, wilayah pedesaan, dan
peninggalan sejarah).
Secara teori, hubungan lingkungan alam dengan pariwisata harus mutual dan
bermanfaat. Wisatawan menikmati keindahan alam dan pendapatan yang
dibayarkan wisatawan digunakan untuk melindungi dan memelihara alam guna
keberlangsungan pariwisata. Hubungan lingkungan dan pariwisata tidak
selamanya simbiosa yang mendukung dan menguntungkan sehingga upaya
konservasi, apresiasi, dan pendidikan dilakukan agar hubungan keduanya
berkelanjutan, tetapi kenyataan yang ada hubungan keduanya justru memunculkan
konflik.

15
2.4.1 Pariwisata lebih sering mengeksploitasi lingkungan alam.

Dampak pariwisata terhadap lingkungan fisik merupakan dampak yang mudah


diidentifikasi karena nyata. Pariwisata memberikan keuntungan dan kerugian,
sebagai berikut :

1. Air
Air mendapatkan polusi dari pembuangan limbah cair (detergen pencucian linen
hotel) dan limbah padat(sisa makanan tamu). Limbah-limbah itu mencemari laut,
danau dan sungai. Air juga mendapatkan polusidari buangan bahan bakar minyak
alat transportasi air seperti dari kapal pesiar.Akibat dari pembuangan limbah,
maka lingkungan terkontaminasi, kesehatan masyarakat terganggu, perubahan dan
kerusakan vegetasi air, nilai estetika perairan berkurang (seperti warna laut
berubah dari warnabiru menjadi warna hitam) dan badan air beracun sehingga
makanan laut (seafood) menjadi berbahaya.Wisatawan menjadi tidak dapat mandi
dan berenang karena air di laut, danau dan sungai tercemar.Masyarakat dan
wisatawan saling menjaga kebersihan perairan.Guna mengurangi polusi air, alat
transportasi air yang digunakan, yakni angkutan yang ramah lingkungan, seperti :
perahu dayung, kayak, dan kano.

2. Atmosfir
Perjalanan menggunakan alat transportasi udadra sangat nyaman dan cepat.
Namun, angkutan udara berpotensi merusak atmosfir bumi. Hasil buangan
emisinya dilepas di udara yang menyebabkan atmosfir tercemar dan gemuruh
mesin pesawat menyebabkan polusi suara. Selain itu, udara tercemar kibat emisi
kendaraan darat (mobil, bus) dan bunyi deru mesin kendaraan menyebabkan
kebisingan. Akibat polusi udara dan polisi suara, maka nilai wisata berkurang,
pengalaman menjadi tidak menyenangkan dan memberikandampak negatif bagi
vegetasi dan hewan.Inovasi kendaraan ramah lingkungan dan angkutan udara
berpenumpang massal (seperti pesawat Airbus380 dengan kapasitas 500
penumpang) dilakukan guna menekan polusi udara dan suara. Anjuran

16
untukmengurangi kendaraan bermotor juga dilakukan dan kampanye berwisata
sepeda ditingkatkan.

3. Pantai dan pulau


Pantai dan pulau menjadi pilihan destinasi wisata bagi wisatawan. Namun, pantai
dan pulau sering menjaditempat yang mendapatkan dampak negatif dari
pariwisata. Pembangunan fasilitas wisata di pantai dan pulau, pendirian prasarana
(jalan, listrik, air), pembangunan infrastruktur (bandara, pelabuhan)
mempengaruhi kapasitas pantai dan pulau.Lingkungan tepian pantai rusak (contoh
pembabatan hutan bakau untuk pendirian akomodasi tepi pantai),kerusakan
karang laut, hilangnya peruntukan lahan pantai tradisional dan erosi pantai
menjadi beberapaakibat pembangunan pariwisata.Preservasi dan konservasi pantai
dan laut menjadi pilihan untuk memperpanjang usia pantai dan laut. Pencanangan
taman laut dan kawasan konservasi menjadi pilihan. Wisatawan juga ditawarkan
kegiatan ekowisata yang bersifat ramah lingkungan. Beberapa pengelola pulau
(contoh pengelola Taman NasionalKepulauan Seribu) menawarkan paket
perjalanan yang ramah lingkungan yang menawarkan aktivitas menanam lamun
dan menanam bakau di laut.

4. Pegunungan dan area liar


Wisatawan asal daerah bermusim panas memilih berwisata ke pegunungan untuk
berganti suasana. Aktivitas di pegunungan berpotensi merusak gunung dan area
liarnya. Pembukaan jalur pendakian, pendirian hotel di kaki bukit, pembangunan
gondola (cable car), dan pembangunan fasilitas lainnya merupakanbeberapa
contoh pembangunan yang berpotensi merusak gunung dan area liar. Akibatnya
terjadi tanahlongsor, erosi tanah, menipisnya vegetasi pegunungan (yang bisa
menjadi paru-paru masyarakat) ,potensi polusi visual dan banjir yang berlebihan
karena gunung tidak mampu menyerap air hujan. Reboisasi (penanaman kembali
pepohonan di pegunungan) dan peremajaan pegunungan dilakukan sebagai upaya
pencegahan kerusakan pegunungan dan area liar.

17
5. Vegetasi
Pembalakan liar, pembabatan pepohonan, bahaya kebakaran hutan (akibat api
unggun di perkemahan),koleksi bunga, tumbuhan dan jamur untuk kebutuhan
wisatawan merupakan beberapa kegiatan yang merusak vegetasi. Akibatnya,
terjadi degradasi hutan (berpotensi erosi lahan), perubahan struktur
tanaman(misalnya pohon yang seharusnya berbuah setiap tiga bulan berubah
menjadi setiap enam bulan, bahkanmenjadi tidak berbuah), hilangnya spesies
tanaman langka dan kerusakan habitat tumbuhan. Ekosistemvegetasi menjadi
terganggu dan tidak seimbang.

6. Kehidupan satwa liar


Kehidupan satwa liar menjadi daya tarik wisata yang luar biasa. Wisatawan
terpesona dengan pola hiduphewan. namun, kegiatan wisata mengganggu
kehidupan satwa-satwa tersebut. Komposisi fauna berubahakibat:pemburuan
hewan sebagai cinderamata, pelecehan satwa liar untuk fotografi, eksploitasi
hewan untuk pertunjukan, gangguan reproduksi hewan (berkembang biak),
perubahan insting hewan (contohhewan komodo yang dahulunya hewan ganas
menjadi hewan jinak yang dilindungi), migrasi hewan (ketempat yang lebih baik).
Jumlah hewan liar berkurang, akibatnya ketika wisatawan mengunjungi daerah
wisata, ia tidak lagi mudah menemukan satwa-satwa tersebut

7. Situs sejarah, budaya, dan keagamaan


Penggunaan yang berlebihan untuk kunjungan wisata menyebabkan situs sejarah,
budaya dan keagamaanmudah rusak. Kepadatan di daerah wisata, alterasi fungsi
awal situs, komersialisasi daerah wisasta menjadi beberapa contoh dampak negatif
kegiatan wisata terhadap lingkungan fisik. Situs keagamaan didatangi oleh banyak
wisatawan sehingga mengganggu fungsi utama sebagai tempat ibadah yang suci.
Situs budaya digunakan secara komersial sehingga dieksploitasi secara berlebihan
(contoh Candi menampung jumlah wisatawan yang melebihi kapasitas). Kapasitas
daya tampung situs sejarah, budaya dan keagamaan dpat diperkirakan dan
dikendalikan melalui manajemen pengunjung sebagai upaya mengurangi
kerusakan pada situs sejarah, budaya dan keagamaan. Upaya konservasi dan

18
preservasi serta renovasi dapat dilakukan untuk memperpanjang usia situs-situs
tersebut.

8. Wilayah perkotaan dan pedesaan


Pendirian hotel, restoran, fasilitas wisata, toko cinderamata dan bangunan lain
dibutuhkan di daerah tujuanwisata. Seiring dengan pembangunan itu, jumlah
kunjungan wisatawan, jumlah kendaraan dan kepadatan lalu lintas jadi meningkat.
Hal ini bukan hanya menyebabkan tekanan terhadap lahan, melainkan juga
perubahan fungsi lahan tempat tinggal menjadi lahan komersil, kemacetan lalu
lintas, polusi udara dan polusi estetika (terutama ketika bangunan didirikan tanpa
aturan penataan yang benar). Dampak buruk itu dapatdiatasi dengan melakukan
manajemen pengunjung dan penataan wilayah kota atau desa serta membedayakan
masyarakat untuk mengambil andil yang besar dalam pembangunan.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu,


yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lainnya, dengan maksud
bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi,
tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna
pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka
ragam (Yoeti, 1982).
2. Jenis pariwisata
a. Wisata Budaya
b. Wisata Konvensi
c. Wisata Sosial
d. Wisata Cagar Alam
e. Wisata Bulan Madu
3. Memasuki era pembangunan dimilenium ke tiga (pasca tahun 2000),
banyak perubahan besar akan dialami dalam kehidupan masyarakat dan
kebudayaan Indonesia. Jumlah penduduk yang membesar dan makin
padat, intensifnya transisi budaya agraris ke budaya industri, globalisasi
kehidupan yang meluas dan kompleknya pluralisme dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, masalah-masalah kemasyarakatan dan lain-lain.
Kompleksitas permasalahan ini akan berdampak pada permasalahan
lingkungan. Pemberdayaan potensi wisata alam selalu terkait erat dengan
permasalahan lingkungan, sehubungan dengan hal tersebut perlu
penanganan yang benar-benar berorientasi pada pelestarian fungsi
lingkungan.
4. Industri pariwisata memiliki hubungan erat dan kuat dengan lingkungan
fisik. Lingkungan alam merupakan aset pariwisata dan mendapatkan
dampak karena sifat lingkungan fisik tersebut yang rapuh (fragile), dan tak

20
terpisahkan (Inseparability). Bersifat rapuh karena lingkungan alam
merupakan ciptaan Tuhan yang jika dirusak belum tentu akan tumbuh atau
kembali seperti sediakala. Bersifat tidak terpisahkan karena manusia harus
mendatangi lingkungan alam untuk dapat menikmatinya.

3.2 Saran
Penulis berharap bahwa agar kesadaran semua pihak untuk turut menangani
dampak pembangunan pariwisata terhadap lingkungan. Pemerintah melalui
kebijakan dan aturan harus mampu mengatur pembangunan dalam
pengelolaan pariwisata terhadap lingkungan. Pihak pembangunan pun harus
menyadari peranan terhadap pariwisata terhadap lingkungan yang sangat besar
sehingga harus mau membangun.

21
DAFTAR PUSTAKA

Cohen, F. 1984. Computer Virus-Theory and Experiments.


http://all.net/books/virus/index.html, diakses tanggal 3 Desember 2017.
Pendit, N.S. 1994. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. PT Pradnya
Paramita. Jakarta.
Pitana, I.G. 1999. Pelangi Pariwisata Bali. Kajian Aspek Sosial Budaya
KepariwisataanBali di Penghujung Abad, BP, Denpasar.
Pizam, A.and A. Milman. 1984. The Social Impacts of Tourism. Industry and
Environment.
Presiden RI. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990 tentang
Kepariwisataan. Sekretariat Negara RI. Jakarta.
Presiden RI. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan danPengelolaan Lingkungan Hidup. Sekretariat Negara RI. Jakarta.
Schmoll, G.A. 1977. Tourism Promotion. Tourism InternationalPress. London.
Wahab, Salah. 1992. Manajemen Kepariwisataan. Penerjemah, Frans Gromang.
Jakarta: Pradnya Paramita.
Widyastuti, A.R. 2010. Pengembangan Pariwisata yang Berorientasi pada
Pelestarian Fungsi Lingkungan. Jurnal EKOSAINS Vol. II Nomor 3, Oktober
2010 : 69-81. Medan.
Yoeti, O. A. 1982. Pengantar Ilmu Pariwisata. Jakarta: Angkasa.
Yoeti, O. A. 2008. Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi Dan Aplikasi.
Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

22

Anda mungkin juga menyukai