□ Tujuan:
Mengetahui penegakkan diagnosis dan penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih
Bahan bahasan: □ Tinjauan pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit
Cara □ Diskusi □ Presentasi dan diskusi □ E-mail □ Pos
membahas:
Data pasien: Nama An N
Nama klinik: IGD Puskesmas Cimanggu I
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/Gambaran Klinis:
An N perempuan usia 8 tahun demam hari ke 3 dengan infeksi saluran kemih.
Riwayat perjalanan penyakit
Pasien mengeluh demam sejak 3 hari sebelum masuk IGD puskesmas. Pusing, riwayat mimisan
-, mual, muntah -, batuk pilek disangkal, perut kadang terasa sebah, BAB tidak ada kelainan, BAK
terasa panas dan nyeri saat akhir berkemih. Tidak lampias saat selesai berkemih. Sering kebelet
pipis namun yang keluar hanya sedikit Warna urin kuning pekat. Keluhan tidak kunjung membaik
dengan mengkonsumsi obat warung. Keluhan semakin memberat jika pasien mengkonsumsi
makanan pedas dan kurang minum.
2. Riwayat kesehatan/Penyakit:
Riwayat Hipertensi : Disanngkal
Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
Riwayat DM : Disangkal
Riwayat Asma : Disangkal
Riwayat Alergi Obat/makanan : Disangkal
Riwayat batuk-batuk lama : Disangkal
Riwayat sulit BAB/BAK : Disangkal
Riwayat operasi sebelumnya : Disangkal
3. Riwayat keluarga:
Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
Riwayat DM : Disangkal
Riwayat Asma : Disangkal
Riwayat Alergi Obat/makanan : Disangkal
4. Riwayat Pekerjaan:
Pasien seorang pelajar SD dengan kebiasaan bermain di luar rumah dan jarang mencuci tangan.
5. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik:
Pasien tinggal dengan ibu, ayah, dan kedua kakanya.
6. Lain-lain: (-)
Daftar Pustaka:
Delaney, BC. 2001. 10 Minutes Consultation Dyspepsia. BMJ.
Djojoningrat, D. 2006. Pendekatan klinis penyakit gastrointestinal. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid 1.Edisi ke – 4. Jakarta: FKUI. h.285.
Fauci, AS et al. Peptic Ulcer Disease. Harrison’s Principle of Internal Medicine 17th Edition. USA:
Mc Graw Hills.
Fisher, Donna J. 2012. Pediatric Urinary Tract Infection. Medscape Reference.
Greenburger, NJ. Dyspepsia. 2008. The Merck Manual Online Medical Library.
Hadi, Sujono. 2002. Gastroenterologi. Bandung : EGC. 156,159
Jones, MP. 2003 Evaluation and treatment of dyspepsia. Post Graduate Medical Journal. No. 79:25-
29.
Mansjoer, Arif et al . 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Edisi Ketiga. Jakarta: FK UI. 488-
4912.
Ringerl, Y. 2005. Functional Dyspepsia. UNC Division of Gastroenterology and Hepatology.NIH.
2011. Urinary Tract Infections in Children. National Kidney and UrologicDiseases
Information Clearinghouse.
Tack J, Nicholas J, Talley, Camilleri M, Holtmann G, Hu P, et al. 2006. Functional Gastroduadenal.
Gastroenterology Journal. 130:1466-1479.
Tack, Jan; Masaoka, Tatsuhiro. 2011. Functional Dyspepsia. Medscape News.
Hasil pembelajaran:
1. Definisi Infeksi Saluran Kemih
2. Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih
Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:
1. Subyektif:
Pasien mengeluh demam sejak 3 hari sebelum masuk IGD puskesmas. Pusing, riwayat mimisan
-, mual, muntah -, batuk pilek disangkal, perut kadang terasa sebah, BAB tidak ada kelainan, BAK
terasa panas dan nyeri saat akhir berkemih. Tidak lampias saat selesai berkemih. Sering kebelet
pipis namun yang keluar hanya sedikit Warna urin kuning pekat. Keluhan tidak kunjung membaik
dengan mengkonsumsi obat warung. Keluhan semakin memberat jika pasien mengkonsumsi
makanan pedas dan kurang minum.
2. Objektif:
a. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Compos Mentis, tampak sakit sedang
Vital Sign:
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 90 x/menit, isi dan tegangan cukup, reguler
Suhu : 38 °C
Pernapasan : 23 x/menit, reguler
Status Generalis
Kepala : Mesochepal, venektasi temporal (-)
Mata : Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), injeksi konjunctiva (-/-), RCL
(+/+), RCTL (+/+), diameter pupil 3mm/3mm, visus baik. Mata cekung -/-
Hidung : NCH (-/-), sekret (-/-), deformitas (-)
Mulut : sianosis (-), gigi berlubang (+), karies gigi (+), lidah kotor (-), papil lidah atrofi
(-), tonsil T1-T1, hiperemis (-), kripte melebar (-), dinding faring posterior :
hiperemis (-), jaringan granulasi (-)
Leher : simetris, JVP 5 + 2 cmH2O
KGB : Tidak teraba
Tiroid : Tidak terdapat pembesaran.
Thorax :
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V 1 jari medial linea midclavicularis sinistra
Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : S1-S2 intensitas normal, regular, bising jantung (-)
Pulmo
Inspeksi : Simetris, pengembangan dada ka = ki, ketinggalan gerak (-)
Palpasi : Fremitus taktil kanan=kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
Abdomen : datar, bising usus meningkat, supel timpani, nyeri tekan suprapubic +, turgor kembali
cepat. Nyeri ketok costovertebra -/-
5. Ringkasan Kasus
Pasien mengeluh demam sejak 3 hari sebelum masuk IGD puskesmas. Pusing, riwayat mimisan
-, mual, muntah -, batuk pilek disangkal, perut kadang terasa sebah, BAB tidak ada kelainan, BAK
terasa panas dan nyeri saat akhir berkemih. Tidak lampias saat selesai berkemih. Sering kebelet
pipis namun yang keluar hanya sedikit Warna urin kuning pekat. Keluhan tidak kunjung membaik
dengan mengkonsumsi obat warung. Keluhan semakin memberat jika pasien mengkonsumsi
makanan pedas dan kurang minum.. Pasien didiagnosis demam hari ke 3 Infeksi Saluran Kemih
6. Tinjauan Pustaka
A. Anamnesis
Pada ISK, dari anamnesis perlu ditanyakan apakah ada gejala sering berkemih,
nyeri saat berkemih (disuria), adanya darah pada urin, urin yang berwarna keruh dan
berbau busuk, nyeri suprapubik, inkontinensia urin, gejala sistemik seperti demam,
kuning, muntah, dan keluhan lain yang menyertai. Dalam riwayat penyakit terdahulu,
perlu ditanyakan apakah pernah mengalami gejala yang sama, riwayat infeksi
sebelumnya, dan riwayat gangguan gastrointestinal.
B. Pemeriksaan Fisik
Dalam pemeriksaan fisik, lakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh. Pada
pemeriksaan di abdomen, kemungkinan dapat ditemukan nyeri pada sudut
kostovertebrae, ada nyeri pada abdomen saat palpasi terutama daerah suprapubik, dan
teraba vesica urinaria.
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan pada ISK adalah pemeriksaan urin atau
urinalisis. Kultur urin dengan membuat isolat dari patogen di urin yang diambil dengan
aspirasi suprapubik merupakan gold standard dalam mendiagnosis ISK, namun
membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu sekitar 48 jam dalam praktiknya.
Perhatikan pula makroskopik dari urin. Apabila urin tersebut berwarna kuning keruh,
ada kemungkinan telah terjadi proses infeksi pada traktus urinarius yang menguatkan
diagnosis dari ISK. Hitung jumlah bakteri pun perlu dilakukan untuk menegakkan
diagnosis dari ISK.
Pemeriksaan urinalisis lain yang dapat mengarahkan pada diagnosis ISK antara
lain sebagai berikut:
1. Pewarnaan GRAM dari urin
2. Adanya sedimen-sedimen pad aurin
3. Nitrit test, dimana bila positif kemungkinan ISK positif
Selain itu dapat dilakukan Pemeriksaan USG dari saluran kemih pada bayi, anak
kecil atau adolesen untuk mengetahui dengan diagnosis pyelonefritis akut dan akut
sistitis dan pemeriksaan VCUG (voiding cystourethrogram). Pemeriksaan VCUG
dianjurkan pada anak dengan pyelonefritis akut yang belum pernah pencitraan saluran
kemih sebelumnya. Beberapa klinisi melakukan VCUG pada pasien yang berusai 4-5
tahun dengan pielonefritis akut yang memiliki pola kemih yang normal ketika tidak
terinfeksi. VCUG dapat dilakukan kembali bila urine telah bersihd ari bakteri dan
fungsi kemih telah kembali seperti sebelumnya.
Penatalaksanaan
A. Medikamentosa
1. Antibiotik
Pemberian antibiotik pada pasien anak dengan ISK dapat melalui parenteral dan
oral. Pemberian parenteral diindikasikan apabila pasien disertai penyakit lain yang
mengharuskan pemberian infus ataupun pasien sudah mengalami komplikasi
seperti pielonefritis akut. Pilihan antibiotik yang dapat diberikan secara parenteral
adalah ceftriaxone, cefotaxime, ampicilin, dan gentamicin. Sementara untuk pasien
yang dapat meminum obat secara oral, dapat diberikan sulfisoxazole, trimethoprim,
amoxicilin dan cephalexin. Antibiotik dapat diberikan selama 7-10 hari dan harus
dihabiskan untuk mencegah resistensi (Fisher, 2012).
2. Analgesik
Analgesik diberikan apabila anak merasa nyeri hebat karena disuria atau spasme
kandung kemih yang berat yang umum dijumpai pada ISK dengan komplikasi
sistitis akut. Pemberian analgesik dapat diberikan secara suppositoria. Obat yang
dapat diberikan adalah pronalges.
B. Non Medikamentosa
1. Perbanyak asupan cairan, agar fungsi berkemih lebih lancar dan membuang kuman
yang ada dalam saluran kemih.
2. Hindari kebiasaan menahan kencing.
3. Latih anak untuk bersuci setelah buang air dengan benar, terutama untuk anak
wanita.
Komplikasi
Komplikasi akut dari ISK adalah terjadinya infeksi asending pada organ traktus
urinarius yang lain, seperti pielonefritis dan sistitis akut. Hal ini dapat ditangani dengan
pemberian antibiotik yang tepat waktu dan guna. Apabila komplikasi ini terjadi dalam
jangka panjang, misalnya pielonefritis yang berkelanjutan, maka akan mengakibatkan
hipertensi, kegagalan fungsi ginjal yang dapat berakibat gagal ginjal akut hingga ESRD
(end stage renal disease) dimana terjadi kerusakan pada ginjal sehingga ginjal tidak dapat
melakukan fungsi normalnya dalam filtrasi cairan tubuh.
Prognosis
ISK pada anak umumnya memiliki prognosis baik apabila penanganannya tepat
waktu dan tepat guna. Komplikasi seperti pielonefritis dan sistitis sering terjadi, namun
dengan pemberian antibiotik yang adekuat dapat mencegah terjadinya komplikasi yang
lebih lanjut.
Cimanggu, 19 Agustus 2018
Pendamping:
dr. Yani Amaroh
Disusun oleh:
dr. Faidh Husnan
PUSKESMAS CIMANGGU I
KABUPATEN CILACAP
2017-2018