Anda di halaman 1dari 2

Wawasasn Nusantara

“Krisis Intoleransi Dikalangan Penerus Bangsa”


Oleh: Muhammad Fahmi Nursyabani1
wawasan nusantara menurut Tap MPR tahun 1993 dan 1998 tentang GBHN adalah cara
pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungan dengan mengutamakan
persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan
masyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.

Secara etimologis, pengertian wawasan nusantara adalah cara pandang pada kesatuan
kepulauan yang terdapat antara dua benua yaitu Asia dan Australia serta dua samudra yaitu
Samura Hindia dan Samudra Pasifik. Istilah wawasan nusantara datang dari kata Wawas (Bahasa
Jawa) yang berarti ” pandangan, tinjauan atau penglihatan indrawi “, dan kemudian ditambahkan
akhiran an, hingga arti wawasan adalah cara pandang, cara tinjau, cara lihat.

Sedangkan kata Nusantara terbagi dalam dua kata yaitu nusa yang berarti ” pulau atau
kesatuan kepulauan ” dan antara yang berarti ” letak antara dua unsur yakni dua benua dan dua
samudra “. Sehingga arti dari kata nusantara adalah kesatuan kepulauan yang terletak dari dua
benua yakni Asia dan Australia serta dua samudra yakni Samudra Hindia dan Samudra Pasifik.

Dalam arah pandang wawasan nusantara ke dalam,mengandung makna bahwa bangsa


indonesia harus peka dan berusaha dalam mencegah dan mengatasi faktor-faktor yang
menyebabkan suatu konflik bangsa dan harus dapat memelihara persatuan dan kesatuan dalam
kebhinekaan tunggal ika. Dalam arah pandang ke dalam memiliki tujuan mewujudkan suatu
persatuan dan kesatuan dalam kehidupan nasional, baik dalam aspek alamiah atau aspek sosial.

Bhinneka Tunggal Ika diuraikan dalam Perpres RI Nomor 66 Tahun 1951, tentang
Lambang Negara dalam penjelasan Pasal ke-5 mengatakan bahwa perkataan Bhinneka Tunggal
Ika itu ialah gabungan dua perkataan yaitu Bhinna dan Ika. Kalimat seluruhnya itu dapat
diartikan berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Indonesia dengan berbagai suku, ras, dan agama
yang sudah sejak dahulu saling menghormati. Hal itu terbukti dengan lahirnya Sumpah Pemuda

1
Mahasiswa MIK UEU 20160310008
pada tanggal 28 Oktober 1928. Namun, saat ini rakyat Indonesia sedang menghadapi berbagai
permasalahan yang dapat menguji kedewasaan dan keragamannya sebagai sebuah bangsa yang
besar, yaitu dengan maraknya kasus intoleran dan berbagai kasus SARA.

Beberapa kasus tentang intoleransi di Indonesia sperti, aksi pembubaran paksa acara
kebaktian di kompleks Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), sembilan warga Muslim yang datang
ke Kupang, Nusa Tenggara Timur, untuk mengikuti acara keagamaan di Atambua, Belu, diusir
oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan Brigade Meo Timor, kasus pembacokan
terhadap para pemuka agama, kasus kasus tersebut dapat terjadi karna makin menurunnya rasa
toleransi antar warga nagara Indonesia.

Maka sebagai warga Negara Indonesia dan sebagai mahasiswa, yang diyakini menjadi
bibit penerus bangsa yang lebih dewasa dan lebih cerdas serta sebagai agen perubahan, untuk
mengurangi krisis intoleransi dikalangan penerus bangsa. kita harus lebih menghargai dan
menghormati keanekaragaman antar suku, agama dan budaya, sebagai mana diatur dalam
Pancasila, sila ketiga yaitu persatuan Indonesia, serta sesuai dengan semboyan bangsa Indonesia
yaitu Bhineka Tuggal Ika.

Anda mungkin juga menyukai