Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN TUTORIAL

MODUL IMUNITAS DAN INFEKSI

TRIGGER III

TRANSPLANTASI

OLEH:

Kelompok Tutorial XIII

Fasilitator : dr. Efriza M.Biomed

Ketua : Gita Alfiah Syfa’at (14-153)

Sekretaris : Tegar Faren Jhonessa (14-083)

Anggota : Mayrendi Suhendra (14-093)

Luh Dewi Sulasih (14-103)

Katrina Edyasmar (14-113)

Suci Rahmi Putri (14-123)

Ridhatul Hayati (14-133)

Muhammad Ridho (14-143)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

PADANG
KATA PENGANTAR

Dengan menyebutkan nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Pertama dan paling utama sekali marilah kita ucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah
SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga atas
berkah-NYA kami dapat menyelesaikan makalah modul infeksi dan imunitas. Sholawat
beriiringkan salam tidak lupa pula kita ucapkan kepada nabi Muhammmad SAW, yang telah
membawa kita kizaman yang lebih berilmu pengetahuan.

Adapun makalah ilmiah modul infeksi dan imunitas, ini telah kami usahakan
semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam proses pembuatan
makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya.Oleh karena itu kami
dengan lapang dada dan tangan terbuka membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin
memberi saran dan kritik kepada kami sehingga makalah ilmiah ini dapat menjadi pilihan
tang terbaik.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ilmiah modul infeksi dan
imunitas ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya serta memberi inspirasi bagi pembaca.

Padang, 27 Februari 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………….. i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………. ii

BAB I

PENDAHULUAN………………………………………………………………. 1

Latar Belakang………………………………………………………….. 1

BAB II

PEMBAHASAN………………………………………………………………… 2

Trigger…………………………………………………………………. 2

Step I…………………………………………………………………… 2

Step II………………………………………………………………….. 2

Step III…………………………………………………………………. 3

Step IV………………………………………………………………….. 4

Step V………………………………………………………………….. 5

Step VII………………………………………………………………… 5-13

BAB III

PENUTUP……………………………………………………………………….. 14

Kesimpulan………………………………………………………………. 14

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 15
BAB I

PENDAHULUAN

TRIGGER 3

Transplantasi organ atau jaringan merupakan tindakan klinik yang sangat penting bertujuan
mengganti fungsi organ atau organ atau jaringan yang rusak dengan yang sehat.Respons imun
berupa reaksi penolakan diberikan oleh system imun spesifik dan system imun non spesifik
yang berkerja secara terkoordinir.

Reaksi penolakan dilakukan oleh limfosit T yang terpenting,selanjutnya dibantu oleh invasi
sel-sel PMN, limfosit B bersama sel plasma. Selanjutnya ada peran sitokin dan beberapa
antibody.

Proses transplantasi ada beberapa jenis termasuk autograft, allograft, xenograft dan isograft.

STEP 1 ( Clarify Unfamiliar Term )

1. Transplantasi : Merupakan tindakan klinik yang sangat penting yang bertujuan untuk
mengganti fungsi organ atau jaringan yang rusak dengan yang sehat.
2. Invasi : Peristiwa masuknya kuman kedalam tubuh / penyerangan kuman
yang bertujuan untuk menginfeksi organ yang ada dalam tubuh
3. Respon imun : Reaksi dari kerja sama sistem imun yang terkoordinasi
4. Autograft : Transplantasi dari satu jaringan kejaringan yang lain dalam tubuh
sendiri
5. Allograft : Transplantasi dari satu jaringan ke jaringan yang lain antara satu
spesies yang sama
6. Xenograft : Transplantasi dari satu jaringan ke jaringan yang lain antara spesies
yang berbeda
7. Isograft : Antara individu yang gennya identik.
8. Limfosit T : Sistem imun spesifik, yang mengalami differensiasi sel di Timus
9. Limfosit B : Sistem imun spesifik, yang mengalami differensiasi sel di Limfe dan
menghasilkan antibody
10. Sitokin : System imun spesifik yang merupakan bagian dari limfosit B
11. Sel PMN : Merupakan system imun spesifik yang bersifat selular
STEP 2 ( Define The Problem )

1. Apa itu sistem imun ?


2. Apa yang tergolong system imun spesifik dan non spesifik ?
3. Bagaimana mekanisme system imun spesifik dan non spesifik?
4. Bagaimana reaksi penolakan bisa terjadi?
5. Jelaskan apa itu transplantasi!
6. Perbedaan transplantasi organ dan jaringan ?

STEP 3 ( Brainstromn Possible Hipotesis Or Explanation )

1. System imun adalah seluruh organ, jaringan dan sel yang bertanggung jawab atas
proses imunitas .
2. System imun spesifik : meliputi sel natural killer, system komplemen dan makrofag
System imun non spesifik : sel limfosit dan antibody
3. System imun spesifik : system imun spesifik memiliki suatu memori akan antigen yang
pernah menyerangnya sehingga pada saat terjadi paparan yang kedua kalinya bias
langsung adaptif akan tetapi system imun spesifik lambat dalam mengenal antigennya
untuk pertama kali.
System imun non spesifik : berkerja langsung dan ahanya berkerja secara umun tidak
terspesifik atau tidak memiliki ingatan memori.
4. Reaksi penolakan akan terjadi apabila organ maupun jaringan yang kita
transplantasikan tersebut di anggap sebagai benda asing oleh anti bodi kita sehingga
anti bodi secara otomatis akan berusaha untuk menghancurkannya.
5. Transplantasi adalah suatu pengcangkokan ataupun pemindahan suatu organ atau
jaringan ke tubuh individu lain ataupun dalam tubuh individu itu sendiri dengan
maksud untuk menggantikan jaringan ataupun organ yang rusak dengan yang baru
dengan tentunya yang masih dalam keadaan sehat.
6. Transplantasi organ adalah suatu pengcangkokan satu organ utuhsedangkan
transplantasi jaringan hanya memindahkan bagian dari kompnen organ itu sendiri.
STEP 4 ( Arrange The Explanation Into A Tentative Solution )

INFEKSI DAN IMUNITAS

TRANSPLANTASI

ORGAN JARINGAN

REAKSI PENOLAKAN

STEP 5 ( Learning Objective )

1. System imun :
 Defenisi
 Pembagian
 Mekanisme kerja
2. Transplantasi
 Defenisi
 Pembagian beserta contoh
3. Reaksi penolakan
4. Obat-obat yang digunakan dalam reaksi penolkan

STEP 7 (Share The Result Of Information Gathering And Private Study)

1. A. defenisi system imun


Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi
tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh
patogen serta sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis
luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai
cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari
sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa.
Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar dapat
menginfeksi organisme.

B. Pembagian Sistem Imun

Respon Imune Innate


Respon ini merupakan mekanisme pertahanan tubuh non-spesifik yang
mencegah masuk dan menyebarnya mikroorganisme dalam tubuh serta mencegah
terjadinya kerusakan jaringan. Ada beberapa komponen innate immunity, yaitu :
1. Pemusnahan bakteri intraselular oleh sel poli-morfonuklear (PMN) dan
makrofag.
2. Aktivasi komplemen melalui jalur alternatif.
3. Degranulasi sel mast yang melepaskan mediator inflamasi.
4. Protein fase akut: C-reactive protein (CRP) yang mengikat mikroorganisme,
selanjutnya terjadi aktivasi komplemen melalui jalur klasik yang
menyebabkan lisis mikroorganisme.
5. Produksi interferon alfa (IFN-α) oleh leukosit dan interferon beta (IFN-β) oleh
fibroblast yang mempunyai efek antivirus.
6. Pemusnahan mikroorganisme ekstraselular oleh sel natural killer (sel NK)
melalui pelepasan granula yang mengandung perforin.
7. Pelepasan mediator eosinofil seperti major basic protein (MBP) dan protein
kationik yang dapat merusak membran parasit.
Respon Imunitas Spesifik
Bila mikroorganisme dapat melewati pertahanan nonspesifik/innate immunity,
maka tubuh akan membentuk mekanisme pertahanan yang lebih kompleks dan
spesifik. Mekanisme imunitas ini memerlukan pengenalan terhadap antigen lebih
dulu. Mekanisme imunitas spesifik ini terdiri dari imunitas humoral, yaitu produksi
antibodi spesifik oleh sel limfosit B (T dependent dan non T dependent) dan
mekanisme Cell mediated immunity (CMI). Sel limfosit T berperan pada mekanisme
imunitas ini melalui produksi sitokin serta jaringan interaksinya dan sel sitotoksik
matang di bawah pengaruh interleukin 2 (IL-2) dan interleukin 6 (IL-6).
C. MEKANISME KERJA

Presentasi Antigen
Respons imun tubuh dipicu oleh masuknya antigen/mikroorganisme ke dalam tubuh
dan dihadapi oleh sel makrofag yang selanjutnya akan berperan sebagai antigen
presenting cell (APC). Sel itu akan menangkap sejumlah kecil antigen dan
diekspresikan ke permukaan sel yang dapat dikenali oleh sel limfosit Th atau T
helper. Sel Th ini akan teraktivasi dan (selanjutnya sel Th ini) akan mengaktivasi
limfosit lain seperti sel limfosit B atau sel limfosit T sitotoksik. Sel T sitotoksik ini
kemudian berpoliferasi dan mempunyai fungsi efektor untuk mengeliminasi antigen.
Sel limfosit dan sel APC bekerja sama melalui kontak langsung atau melalui sekresi
sitokin regulator. Sel-sel ini dapat juga berinteraksi secara simultan dengan sel tipe
lain atau dengan komponen komplemen, kinin atau sistem fibrinolitik yang
menghasilkan aktivasi fagosit, pembekuan darah atau penyembuhan luka. Respon
imun dapat bersifat lokal atau sistemik dan akan berhenti bila antigen sudah berhasil
dieliminasi melalui mekanisme kontrol.
Peran Major Histocompatibility Complex (MHC)
Respon imun sebagian besar antigen hanya dimulai bila antigen telah ditangkap dan
diproses serta dipresentasikan oleh sel APC. Oleh karena itu, sel T hanya mengenal
imunogen yang terikat pada protein MHC pada permukaan sel lain. terdapat 2 kelas
MHC yaitu:
1. Protein MHC kelas I. Diekspresikan oleh semua tipe sel somatik dan
digunakan untuk presentasi antigen kepada sel TCD8 yang sebagian besar
adalah sel sitotoksik. Hampir sebagian besar sel mempresentasikan antigen ke
sel T sitotoksik (sel Tc) serta merupakan target/sasaran dari sel Tc tersebut.
MHC kelas I digunakan ketika merepson infeksi virus.
2. Protein MHC kelas II. Diekspresikan hanya oleh makrofag dan beberapa sel
lain untuk presentasi antigen kepada sel TCD4 yang sebagian besar adalah sel
T helper (Th). Aktivasi sel Th ini diperlukan untuk respon imun yang
sesungguhnya dan sel APC dengan MHC kelas II merupakan poros penting
dalam mengontrol respon imun tersebut. MHC kelas II digunakan ketika
merespon infeksi bakteri.
T Helper 1 (Th1) dan T Helper 2 (Th2)
Sel-sel T berperan sebagai penghantar imunitas yang dimediasi sel dalam respon imun
adaptif yang digunakan untuk mengontrol patogen intraseluler serta meregulasi
respon sel B, termasuk aktivasi sel imun lainnya dengan pelepasan sitokin (Uzel
2000). Terdapat dua subset utama limfosit yang dibedakan dengan keberadaan
molekul (petanda) permukaan CD4 dan CD8. Limfosit T yang mengekspresikan CD4
juga dikenal sebagai sel T helper, penghasil sitokin terbanyak. Subset ini dibagi lagi
menjadi Th1 dan Th2, dan sitokin yang dihasilkan disebut sebagai sitokin tipe Th1
dan sitokin tipe Th2. Sitokin tipe Th1 cenderung menghasilkan respon proinflamatori
yang bertanggung jawab terhadap killing parasit intraseluler dan mengabadikan
respon autoimun. Sitokin tipe Th1 terdiri dari interferon gamma, interleukin-2, serta
limfotoksin-α yang merangsang imunitas tipe 1, ditandai aktivitas fagositik yang
kuat.
Respon proinflamatori yang berlebihan akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang
tidak terkontrol. Tubuh mempunyai suatu mekanisme untuk menetralkan aksi
mikrobisidal berlebih yang dimediasi Th1 ini, yaitu dengan respon Th2. Sitokin yang
termasuk dalam mekanisme Th2 ini adalah interleukin 4, 5, 9, dan 13, yang disertai
IgE dan respon eosinofilik dalam atopi, dan juga interleukin-10, dengan respon yang
lebih bersifat anti-inflamatori. Imunitas tipe 2 yang distimulasi Th2 ditandai dengan
kadar antibodi tinggi (Berger 2000). Bagi kebanyakan infeksi, imunitas tipe 1 bersifat
protektif, sedang respon tipe 2 membantu resolusi inflamasi yang dimediasi sel. Stres
sistemik yang berat, imunosupresi, atau inokulasi mikrobial yang berlebihan
(overwhelming) mengakibatkan sistem imun meningkatkan respon tipe 2 terhadap
infeksi yang seharusnya dikendalikan oleh imunitas tipe 1 (Spellberg 2001).
Kemungkinan prekursor sel-T penolong akan menjadi sel tipe 1 atau tipe 2 tergantung
pada beberapa faktor, yaitu dilihat dari sudut pandang patogen seperti sifat dan
kuantitas patogen, route infeksi, pengaruh komponen imunomodulator dan infeksi
bersamaan, serta faktor pejamu termasuk predisposisi genetik, jumlah sel-T yang
merespon, kompleks histokompatiliti mayor haplotype individu, sifat sel yang
mempresentasikan antigen, serta lingkungan sitokin sel-T selama dan pasca aktivasi
(Nahid 1999).
2.TRANSPLANTASI
A. DEFINISI
Transplantasi organ adalah transplantasi atau cangkok atau pemindahan
seluruh atau sebagian organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain, atau dari suatu
bagian ke bagian yang lain pada tubuh yang sama. Transplantasi ini ditujukan
untuk menggantikan organ yang rusak atau tak befungsi pada penerima
dengan organ lain yang masih berfungsi dari donor. Donor organ dapat
merupakan orang yang masih hidup maupun telah meninggal.
B. PEMBAGIAN TRANSPLANTASI
Hingga waktu ini telah dikenal beberapa jenis transplantasi atau
pencankokan, baik berupa sel, jaringan, maupun organ tubuh, yaitu sebagai
berikut:

1. 1. Autografi, yaitu pemindahan dari satu tempat ke tempat yang lain dalam
tubuh itu sendiri.
2. Allografi, yaitu pemindahan dari satu tubuh ke tubuh lain yang sama
spesiesnya.
3. Isografi, yaitu pemindahan dari satu tubuh ke tubuh lain yang identic,
misalnya pada kembar identik.
4. Xenografi, yaitu pemindahan dari satu tubuh ke tubuh lain yang tidak sama
spesiesnya.

Organ atau jaringan tubuh yang dipindahkan dapat diambil dari donor yang hidup
atau jenazah orang yang baru meninggal (untuk keperluan ini, definisi meninggal
adalah mati batang otak). Organ atau jaringan yang depan diambil dari donor
hidup adalah kulit, ginjal, sumsum tulang, dan darah (transfuse darah).
Organ/jaringan yang diambil dari jenazah adalah jantung, hati, ginjal, kornes,
pancreas, paru, dan sel otak

3. REAKSI PENOLAKAN
Penolakan biasanya terjadi segera setelah organ dicangkokkan, tetapi mungkin
juga baru tampak beberapa minggu bahkan beberapa bulan kemudian. Penolakan bisa
bersifat ringan dan mudah ditekan atau mungkin juga sifatnya berat dan progresif
meskipun telah dilakukan pengobatan. Penolakan tidak hanya dapat merusak jaringan
maupun organ yang dicangkokkan tetapi juga bisa menyebabkan demam, menggigil,
mual, lelah dan perubahan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba. Proses
penolakan, proses dimana tubuh menolak “benda asing” yg masuk kedalam tubuh.
Penolakan dibagi menjadi 2:
1. Penolakan pertama dan kedua
Sel Th dan Tc resipien mengenal antigen MHC alogenik, sehingga
memacu imunitas humoral dan membunuh sel sasaran. Makrofag juga
dikerahkan ke tempat tandur atas pengaruh limfokin yang dihasilkan oleh Th.
2. Penolakan hiperakut, akut, dan kronik
a. Penolakan hiperakut: tejadi dalam beberapa menit sampai jam setelah
transplantasi. Disebabkan oleh destruksi oleh antibodi yang sudah ada pada
resipien akibat transplantasi/transfusi darah atau kehamilan sebelumnya.
Antibodi mengaktifkan komplemen yang menimbulkan edem dan perdarahan
interstitial dalam jaringan tandur sehingga mengurangi aliran darah ke seluruh
jaringan.
b. Penolakan akut: pada resipien yang sebelumnya tidak disensitasi terhadap
tandur. Terjadi sesudah beberapa minggu sampai bulan setelah tandur tidak
berfungsi sama sekali dalam waktu 5-21 hari. Umumnya terjadi 5-10 hari
setelah pencangkokan, dan dpt menghancurkan cangkokan tsb.apabila
tidikenal dan dirawat. Obat penekan sistem imun sangat efektif mencegah tipe
penolakan ini. Hal ini berhasil 60-75% pencangkokan ginjal pertama, 50-60%
pada pencangkokan hati.
c. Penolakan kronik: hilangnya fungsi organ yang dicangkokkan secara
perlahan beberapa bulan setelah berfungsi normal. Disebabkan oleh
sensitivitas yang timbul terhadap antigen tandur karena timbulnya intoleransi
terhadap sel T, terkadang juga diakibatkan sesudah pemberian imunosupresan
dihentikan. (Baratawidjaja, 2006). Hal ini dapat terjadi pada semua tipe
cangkokan. Seperti pencangkokan jantung, paru, ginjal dll
Mekanisme Penolakan
Sel T berperan utama dalam proses penolakan. Setelah distimulasi, efektor
CD4+sel menghasilkan sitokin (antara lain inter-leukin -2 yang menyediakan signal
untuk Sel T sitotoksik dan sel T helper. IL-2 Juga meningkatkan ekspansi klonal sel
T,yang membantu dalam proses penolakan. Sitokin yang lain juga dihasilkan dalam
proses Respons untuk mendeteksi antigen asing. Pengenalan antigen transplantasi
oleh sel T Helper disebut “allorecognition”.
Golongan darah dan molekul MHC diantara berbagai individu berbeda. Reaksi
penolakan dapat dikurangi dengan menggunakan anggota keluarga sebagai donor,
tissue typing, dan obat imunosupresi. Reaksi penolakan ditimbulkan oleh sel Th
resipien yang mengenal antigen MHC alogenik dan memicu imunitas humoral
(antibodi). Sel CTL/Tc juga mengenal antigen MHC alogenik dan membunuh sel
sasaran. Kemungkinan lain juga bahwa makrofag dikerahkan ke tempat tandur atas
pengaruh limfokin dari sel Th sehingga menimbulkan kerusakan.

4. Obat –obat yang digunakan dalam reaksi penolakan


Imunosupresan adalah kelompok obat yang digunakan untuk menekan respon imun
seperti pencegah penolakan transpalansi, mengatasi penyakit autoimun dan mencegah
hemolisis rhesus dan neonatus. Sebagain dari kelompok ini bersifat sitotokis dan
digunakan sebagai antikanker. Immunosupresan merupakan zat-zat yang justru menekan
aktivitas sistem imun dengan jalan interaksi di berbagai titik dari sistem tersebut. Titik
kerjanya dalam proses-imun dapat berupa penghambatan transkripsi dari cytokin,
sehingga mata rantai penting dalam respon-imun diperlemah. Khususnya IL-2 adalah
esensial bagi perbanyakan dan diferensial limfosit, yang dapat dihambat pula oleh efek
sitostatis langsung. Lagi pula T-cells bisa diinaktifkan atau dimusnahkan dengan
pembentukan antibodies terhadap limfosit.
Imunosupresan digunakan untuk tiga indikasi utama yaitu, transplanatasi organ, penyakit
autoimun, dan pencegahan hemolisis Rhesus pada neonatus.
Penggunaannya.Immunosupresan banyak digunakan untuk mencegah reaksi penolakan
pada transplantasi organ, karena tubuh membentuk antibodies terhadap sel-sel asing yang
diterimanya. Guna mencegah penolakan transplantat selalu diberikan :
– Kortikisteroida
– Azatriopin, siklofosfanida, atau mycofenolat
– Siklosporin-A dan tacrolimus
– Limfositimunoglobulin (Limfoglobulin)
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

https://bebekbetina.wordpress.com/tag/obat-imunosupresan/
https://id.wikipedia.org/wiki/Transplantasi_organ
https://aisabiologi.wordpress.com/2013/03/21/sistem-imun/

Anda mungkin juga menyukai