Anda di halaman 1dari 394

1

PERUSAHAAN JAWATAN KERETA API

THE INDONESIA STATE RAILWAYS

BUKU LATIHAN JALAN REL

TEKNIK DASAR PERAWATAN

BAB 1
MATERIAL JALAN REL

15
/1
1
/1
98
4
131
2

DAFTAR ISI

Bagian 1 - MATERIAL JALAN REL


Bagian 1 – 1 - REL-
1. TEPE – TIPE REL.
2. KEMIRINGAN-KEMIRINGAN PADA POTONGAN REL
2.1. Kemiringan pada bidang penyambungan.
2 2. Kemiringan pada sisi kepala rel.
2.3. Kemiringan rel di atas pelat landas.

3. DIAMETER DAN JARAK LUBANG PADA REL.

Bagian 1 - 2 - BANTALAN.
Bagian 1.2a - BANTALAN KAYU.
Bagian 1.2b - BANTALAN BESI.
Bagian 1.2c - BANTALAN BETON.

Bagian 1-3 – ALAT PENAMBAT DAN SISTEM PEMASANGANNYA.

Bagian 1-3a- ALAT PENAMBAT UNTUK BANTALAN KAYU

1. ALAT PENAMBAT AKAKU.


1.1. Alat penambat kaku untuk R 25.
1.2. Alat penambat kaku untuk r33 dan R41/R42.
1.3. Pengamatan.
1.4. Saran-saran.

2. ALAT PENAMBAT ELASTIS.


2.1. Alat penambat elastis ( sistim Pandrol ).
2.1.1.Pelat landas dengan paku lentur/locksike untuk
R41/R42 dan R33 (melalui pelat pengisi spacer).
2.1.2.Pelat landas dengan terepon untuk R54, R41/R42 dan
R33(melelui pelat pengisi spaser).
2.2. Alat penambat elastis ( sistim tipe F ).
2.3. Alat penambat elastis tipe DE.
2.4. Alat penambat elastis paku kepala lentur “DORKEN,tipe
DS 18 “.
2.5. Catatan umum.

Bagian 1 – 3b – ALAT PENAMBAT UNTUK BANTALAN


BESI.
1. SISTIM PANROL.
2. SISITIM LAINNYA.
3

Bagian 1.3c – ALAT PENAMBAT UNTUK BANTALAN BETON.

Bagian 1 – 4 – SAMBUNGAN.

1. PELAT PENYAMBUNG.

2. GAMBARAN RINGKAS.

3. KEAUSAN PELAT PENYAMBUNG.

4. KETERANGAN / KESIMPULAN.
Pelat penyambung HAARMAN.
Pelat penyambung yang digunakan untuk sistim tipe
PANDROL.
Pelat penyambung yang digunakan untuk sistim tipe
F.
Pelat penyambung yang digunakan untuk sistim tipe
DORKEN.
Pelat penyambung yang digunakan untuk sistim tipe
DE.
4

BAGIAN 1 - 1

REL
5

BAGIAN 1-1

REL

1- TIPE – TIPE REL


Rel-rel yang digunakan di PJKA adalah sebagai berikut :

Tipe Berat Tinggi Lebar Lebar Tebal Panjang


(kg/m) Kaki Kepala badan Standard/normal
(mm) (mm) (mm) (mm) (m)
R2 (R25) 25.74 110 90 53 10 6,80-10,20
R3 (R33) 33.4 134 105 56 11 11.90-13.60
R14 (41) 41.52 138 110 68 13.5 11.9-13.60-
17.00
R14A(R42) 42.18 138 110 68.5 13.5 13.60-17.00
R50 (R50) 50.40 153 127 6308 15 17.00
UIC 54,0 159 140 70 16 18,00/24.000
54(R54)

Catatan :

Perbedaan antara R14 (R41) dan R14A (R42) khususnya adalah dalam
hal kekuatan badan Rel. Badan R14a (R42) adalah lebih tebal pada
bagian atas dan bawahnya dibandingkan degan badan R14 (R41).

2.KEMIRINGAN-KEMIRINGAN PADA POTONGAN


REL.
2.1. Kemiringan Pada Bidang Penyambungan :

Kemiringan pada bidang penyambungan :

- untuk rel-rel R2 (R25) adalah 1 2 .


- Untuk rel-rel R3 (R33), R14 (R41) dan R14A (R42)
adalah 1 2 .
- Untuk rel-rel R50 dan UIC54 (R54),kemiringhan
adalah 1 2,75 .

2.2. Kemiringan Pada Sisi Kepala Rel.


- Kepala Rel R2 (R25) mempunyai kemiringan ke dalam
sebesar 1 2 0 .
- Kepala rel R3 (R33) tidak mempunyai kemiringan.
- Kepala Rel R14 (R41),R14A (R42) mempunyai
kemiringan keluar sebesar 1 14 .
6

- Kepala rel R50 mempunyai kemiringan keluar


sebesar 1/40.
- Kepala rel UIC54 ( R54)mempunyai kemiringan
keluar sebesar 1/20.

2.3. Kemiringan Rel di atas pelat landas.


Di atas pelat landas,Rel dipadsang dengan kemiringan 1/20
atau 1/40 sesuai dengan tipe-tipe pelat landas yang
digunakan.

Catatan :

Pelat landas tipe pendrol (pakai terepon) yang digunakan


untuk R41/R42 mempunyai kemiringan 1/40.

Pelat landas tipe F yang digunakan untuk R50 mempunyai


kemiringan 1/40, kemiringan bagian sisi kepala R50 dimana
pada waktu pemasangan akan menjadi vertical.

Pelat landas tipe “Pendrol” (pakai terepon) yang digunakan


untuk R54 mempunyai kemiringan 1/40,kemiringan bagian sisi
kepala R54 dimana pada waktu pemasangan akan menjadi 1/40.

Peringatan :

Sisi kepala R54 menjadi tegak lurus dengan mengunakan pelat


landas yang mempunyai kemiringan 1/20.
Di PJKA bandasi roda (gerbong dan lokomotif) mempunyai
kemiringan 1/490.

3.DIAMETER DAN JARAK LUBANG PADA REL.


diameter lubang-lubang untuk sambungan dan jarak adalah
sebagai berikut :
d

b c
7

Tipe Diameter Jarak antara lubang (mm)


Rel Lubang a b c d
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
R2 (R25) 26 52 130 --- 47,75
R3 (R33) 30 60 211 10 130 10 57
R14 (R41) 30(29,58) 59.5 211 10 130 10 60.5
R14A(R42) 30(29,58) 59.5 211 10 130 10 60.5
R50 (R50) 24 77 130 10 --- 63
UIC54(R54) 23 60 211 10 130 10 76,2

A : Jarak antara ujung rel dan sumbu pertama lubang


B : Jarak antara sumbui-sumbu lubang pertama dan kedua
C : Jarak antara sumbu-sumbu kedua dan ketiga
D : Jarak antara kaki rel (bagian bawah) dan sumbu horizontal
lubang – alubang.

PERHATAIAN : Lihat bagian 1.4 mengenai pelat sambung (diameter


lubang dan jarak antara lubang ).

Lampiran –Lampiran

A. Rel R25.
B. Rel R33.
C. Rel R41.
D. Rel R42.
E. Rel R50.
F. Rel R54.
G. Ringkasan tipe-tipe rel.
H. Rel-rel daerah.

Keausan roda
yang membahayakan
8

LAMPIRAN A

REL R25( R2)

53
25,5 25,5
23 23
14,85 10,65

R10 R10

25,25
37
R200
R200

R4 R4

49,5
55,64
1/2
62,25

11,5

1/2
R8 R8
R75
12,25

AS NETRAL

110
AS LUBANG BAUT
26

10
12,25

54,61
47,75

R8
34,75

1/2
8 2,5 12

1/2

R4 R4

21 24 24 21
90
9

LAMPIRAN B

REL R33(R3)

58
29 29

R14 R14

31,75
R225
R225
39

R5 R5

66,7
1:4 1:4
77

R7 R7
R100
23

R100

AS NETRAL

134
11
30

AS LUBANG BAUT
30

R160

67,3
23
57

R160
42

R7 R7 1:4
1:4
9,5

R4 R4
11

11
9,5

R2 R2

20,5 32 32 20,5

105
10

LAMPIRAN C

REL R41(R14)

35,5 35,5

34 34

R14 R14

31,63
40,5

R1,5 R1,5
1:4 1:4

68,5
8,88
77,5

R7 R7
22,21

AS NETRAL

138
13,5
AS LUBANG BAUT
29,58

74
22,21

69,5
60,5

R7 R7
13,75

1:4 1:4
23,5

R3 R3
9,75

R1 R1

55 55
110
11

LAMPIRAN D

REL 42(R14A)

71
68,5

24 24
14 14

R13 R13

R320
31,63

R320
R60

36,76
40,5

45,46

R1,5 14,94 R1,5


1:4 1:4

72,97
8,88
77,5

R10 7,39 R10


R320
22,21

17,37
19,53

SUMBU JARI-JARI BADAN REL 13,5

138
SUMBU GARIS BERAT
SUMBU LUBANG BAUT
29,58
74

43,14

19,76
22,21

72

R320
65,03
60,5

9,85
R10 R10
13,75

1:4 1:4
17,33
23,5

19,17

R3 R3
9,75

R1 R1

55 55
110
12

LAMPIRAN E

REL R50(R50)

65
63,8
22
13,65

R13 R13

R300
R300

R80
R80

37
45
49

R2 R2
7 5
1:2,75 1:2,

12
R6

11
R30
R500

15
SUMBU JARI-JARI BADAN REL

153
SUMBU GARIS BERAT
X X
74

SUMBU LUBANG BAUT


26

C.1,5

8,5 R500
76

71,6

R15
63

1 :2,75 12,5
R20 1:10 R20
30

18,5

R2
12,15

R2

127
13

LAMPIRAN F

REL R54 (UIC 54)

72,05
70
48,8
14,1

19
R13 R13

36,3
49,4

R3 30,5 R3

R8 R8

R23 R23
R508 R508

31,5
25,4
159

X 16 X

105,7
79,4

38,2

R508 R508
76,2
R16
R16

0
R2

R2
0
30,2

18

R3 R3
40
11

70 70
140
14

LAMPIRAN G

RINGKASAN TIPE-TIPE REL

58
53
R33
R25

134
11
110
10

90 105

68 68,5

R41 R42

13,5
138

138
13,5

110 110
63,8

R50 R54
159
153

15 16

127 140
15

LAMPIRAN H

REL-REL DAERAH

55
41
R11P
R10P

104
8 10
90

74 90

60
53
R12P
R9P
138,7

10 13
120

95 102
16

BAGIAN 1- 2

B A N T A L A N
17

Bagian 1 – 2a

BANTALAN KAYU
o Bentuknya berupa balok empat persegi panjang

L
T

P : 200 Cm +4 / -2 Cm
L : 22 Cm +2 / -2 Cm Lihat toleransi
T : 12 Cm untuk kategori I Pada table yang
13 Cm untuk kategori II berikut.
dan III

o Keuntungannya adalah kereta lewat lebih tenang dan tadak


berisik.
o Beratnya adalah kurang lebih 50 kg.
o Lebar sepur didapatkan seperti terlihat pada lampiran A.
o Klasipikasi PJKA dibuat sesuai dengan kualitasnya ( lihat
tabel yang berikut ).
Kualitas yang terbaik adalah kategori I Kualitas A, sedang
Kualitas yang paling rendah adalah kategori III.
o Dimensi dan toleransinya adalah sebagai berikut :
18

D i m e n s i
Kate- Kuali-
Jenis Kayu Panjang Toleransi Lebar Toleransi Tebal Toleransi
Gori tas
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
I +1
Kayu IA
jati -0
Kayu jati(teak)
+2
IB 12
-1
II +1
II +4 +2
Kayu -Ulin - Lara
A -Merbau - Gafasa 200 22
Rimba _Damar laut -Bangkirai
-0
-Giam - Laban -2 -2 +2
II -Kulin - Tembesu
B -Pooti -Talang
-1
+1
II -Keruing - Resak
C -Kempas - Kapur 13
-Bungur -Rengas -0
III -Belanyeran –Bintangur +2

Kayu
rimba -1

Catatan/Permasalahan

Pada bagian kedudukan pelat landas, bantalan tidak dicowak/dikip


( ini mengakibatkan kerusakan kemiringan kedudukan rel, sehingga
efeknya menimbulkan keausan sisi kepala rel yang tidak homogen.
Kemudian keausan ini, yang tidak homogen akan menimbulkan
kerusakan lebar sepur ).
Jadi apa gunanya membeli pelat landas dengan kemiringan 1/20 atau
1/40 ?

PERINGATAN ( REGLEMEN 10 ,halaman 376 )

26 Bagian bantalan dimana akan diletakan pelat landas,


bila perlu (#) harus diratakan dan sesudahnya diter. Jika
tanpa pelat landas, biasanya bantalan diberi cowakan
miring 1/20.

Pengerjaan tambahan atau pencowakan harus terbatas sampai


ukuran tertentu.

(#) Bila perlu : dalam arti jika bantalan tidak rata.


Jangan ambil pengertian yang lain.

o Bantalan tidak dikeringkan sebelum


pemasangan di lapangan yang
mengakibatakan terjadinya perubahan lebar
sepur.
19

o Bantalan tidak diawetkan.


o Dari panjang bantalan yang ditentukan hanya memungkinkan
pemecokan 0,20 m pada ke dua sisi rel.
o Dari perbandingan antara lebar pelat landas yang digunakan
dengan lebar bantalan, perbaikan alat penambat menjadi
terbatas.
o Lubang-lubang untuk alat penambat umumnya dibor dilapangan
bukan di bengkel.
o Beberapa tipe pelat landas yang digunakan memaksakan member
bantalan dengan lubang yang berada pada satu serat kayu yang
sama. Lebih baik menggunakan pelat landas dengan lubang selang
seling dari pada kedudukan rel.
o Pembuatan lubang pada bantalan tanpa adanya pelebaran lubang
pada bagian atas. (lihat bab 1.3a,hal.1.3a/4,tentang alat
penambat).
o Tirepon tidak diminyaki dengan gemuk sebelum dimasukan dalam
lubang.
o Klasifikasi kualitas tidak ada hubungannya dengan pembagian
kelas jalan rel.penentuan penggunaan kealitas hanya tergantung
pada biaya yang ada.

Saran-saran
o Penentuan penggunaan kualitas harus ada hubunganya dengan
pembagian kelas jalan (sesuai dengan besarnya lalulintas
barang dan penumpang).
o Sesudah suatu pengeringan sekitar satu tahun , bantalan
harus diawetkan dengan bahan pengawet kayu (seperti ter batu
bara ) untuk mencegah pembusukan, dimakan rayap dll.
o Sebelum pemberian bahan pengawet, bantalan harus
dicowak/dikip rata-rata ( pemasangan dengan pelat landas_)
atau dengan kemiringan 1/20 atau 1/40 (pemasangan tanpa pelat
landas), kemudian dibor dibengkel pada tempat kedudukan pelat
landas atau rel.
o Pemboran harus dilakukan sesuai dengan peraturan bukui
reglemen 10.
o Retakan /belahan harus diperkuat dengan anti retakan
berbentuk “S:” atau “cincin simpai”. Atau dengan kawat.

o Tirepon harus diminyaki dengan gemuk sebelum dimasukan dalam


lubang.

Catatan
Kualitas kayu, dimensi dan pengawetan merupakan hal yang sangat
penting untuk diperhatikan agar mur bantalan menjadi lebih lama.
20

Beberapa jenis kayu yang keras seperti kayu besi , bias dipasang
di lapangan tanpa diawetkan..
Jenis-jenis kayu yang bias masuk dalam jenis yang disebut diatas
harus ditentukan melalui penelitian.

Bantalan kayu untuk jembaan


Tipe 1 Tipe 2 **
Panjang 180 Cm 200 Cm
Lebar 22 Cm 22 Cm
Tebal 18 Cm 18 Cm

** digunakan untuk beberapa jenis jembatan.

Catatan mengenai jembatan besi


Bantalan seharusnyan dipasang langsung diatas balok besi jembatan
tanpa dicowak pada bagian bawah.

Balok besi ini, harus dibuat rata pada tempat kedudukan bantalan
dengan mempertimbangkan adanya kepala paku keeling yang menonjol
bagian atas balok besi.

Suatu sistim baru penambatan jembatan /


bantalan disarankan
Kekecualian : Jembatan besi berada pada suatu lengkungan.

Jangan cowak

Bagian bawah bantalan sesuai dengan nilai pertinggian yang


diperlukan.

Bagian atas bantalan untuk memasukan ganjel kayu sesuai dengan


nilai pertinggian yang diperlukan.

Bagian permukaan atas bantalan, harus diberi kemiringan sesusi


dengan pertinggian yang diperlukan pada lengkungan tersebut.

Bagian permukaan baewah bantalan dibuat rata.


21

Contoh :

Diketahui : -
panjang bantalan adalah 2 m
-
ketebalan minimum pada satu ujung bantalan
adalah 18 cm
- pertinggian pada lengkung adalah 100 mm
- rel adalah R54 dengan lebar kepala 70 mm
- lebar sepur adalah 1072 mm.
Jarak antara sumbu-sumbu rel adalah :
1072 mm + 70 mm = 1142 mm

Maka, ketebalan bagian ujung yang kedua pada bantalan adalah :

100 x 2000
---------------- + 180 = 355 mm
1142

gambar.

Pertinggian 100 mm
355

Bantalan

180
2000 mm

t’ = h x l + t
S
22

Lampiran A (1/2)

LEBAR SEPUR
PENGATURAN POSISI PELAT LANDAS

BANTALAN KAYU UNTUK REL R25


DENGAN MEMPERGUNAKAN PELAT LANDAS TIPE A DAN B

330 200 940 200 330

110
67,5 85 67,5

67,5 85 67,5
509 (s= 1067 )

77,5 65 77,5
511.5 ( S=1072 ) A

220
514 ( S=1077 )
B 516.5 ( S=1082 )
519 ( S=1087 )

Ø12 Ø14 Ø14 Ø12

BANTALAN KAYU UNTUK REL R33


DENGAN MEMPERGUNAKAN PELAT LANDAS TIPE OC DAN OD
305 260 870 260 305

490 (s= 1067 )

45
O.C.

65 90 65
492.5 ( S=1072 )

220
45 130
497.5 ( S=1077 )
Ø14 O.D. 500 ( S=1082 )
502 ( S=1087 )
147,5 55
2000

BANTALAN KAYU UNTUK REL R33


DENGAN MEMPERGUNAKAN PELAT LANDAS TIPE OF (HAARMAN)
257 365 756 365 257

437.5 (s= 1067 )


45

65 90 65
440 ( S=1072 ) Ø14

220
45 130

442.5 ( S=1077 )
445 ( S=1082 )
447.5 ( S=1087 )
253 55

BANTALAN KAYU UNTUK REL R41/R42


DENGAN MEMPERGUNAKAN PELAT LANDAS TIPE OK
300 260 880 260 300
492.5 (s= 1067 )
495 ( S=1072 )
220

497.5 ( S=1077 )
Ø14
500 ( S=1082 )
502.5 ( S=1087 )

152,5 52,5 440 1000

BANTALAN KAYU UNTUK REL R41/R42


DENGAN MEMPERGUNAKAN PELAT LANDAS TIPE OH (HAARMAN)
243,5 385 743 385 243,5
45

436.5 (s= 1067 )


65 90 65

439 ( S=1072 )
220
45 130

441.5 ( S=1077 )
444 ( S=1082 ) Ø14
446.5 ( S=1087 )
266.5 65
2000
23

BAGIAN 1 – 2b

B A N T L A N B E S I
24

Bagian 1-2b
BANTALAN BESI

Bantalan besi yang digunakan untuk rel R25 dan R33 adalah datar
dan memerlukan penggunaan pelat landas dengan suatu kemiringan.

Pelat landas dibatasi pada kiri dan kanan oleh dua sisi penguat
bantalan.

Lubang pada bantalan memungkinkan untuk tempat kedudukan yang


baiak bagi pelat landas dan alat penambat ( dimensi lubang bagian
sisi luar 30 mm x 32 mm, dimensi lubang bagian sisi dalam 81 mm x
21 mm).

Bagian kedua ujung bantalan dibuat bengkok untuk melawan gaya


melintang dan untuk menahan balas.

Dimensi bantalan
Panjang : 0,200 m
Lebar 0,232 m

Tebal pada bagian di bawah pelat landas 9 mm.

Berat bantalan adalah 47,2 kg.

C a t a t a n

Untuk rel R25 dan R33 dimensi bantalan adalah


sama, perbedaannya hanya pada jarak lubang-lubang
untuk penambat.

Bantalan besi merupakan bantalan yang


cukup baik, karena mempunyai umur
yang cukup lama.
BANTALAN BESI UNTUK REL R2 & R3
Y
100.2
0.2 10 124
120

9
13.5

31.5
X 11 45 45 11 X

75
Y

38,21
7

43.5
16

7 7
7 7
232
25

30 30
346 100 81 886 80 100 346
C

UNTUK REL R.33

C
30 30
356.6 100 81 864.8 80 100 356.6
C

UNTUK REL R.25

C
Lampiran A
26

BAGIAN 1 – 2c

BANTALAN BETON
27

BAGIAN 1-2c

BANTALAN BETON

Bantalan Beton Pra – Tekan


Bantalan ini merupakan satu blok yang diperkuat secara khusus,
dengan kawat-kawat baja tegangan tinggi.

Kawat-kawat membujur untuk perkuatan ditegangkan sebelum


pembetonan dimulai dan ketegangan ini dipertahankan selama
masa pembekuan beton.

Bantalan beton pra-tekan ini memberikan kekenyalan


/keelastisan yang baik dan daya tekan yang baik terhdap
kemungkinan terjadinya retakan.

Bantalan Beton Pra-Tekan di Sumatra ( Proyek KP3 BAKA )


(Lihat pada lampiran).

Bantalan-bantalan ini dilengkpi dengan alat penambat


“PANDROL” Lihat bagian 1.3c (alat penambat untuk bantalan
beton).

Di atas bantalan beton,rel dipasang dengan kemiringan 1/40.


Keberatan bantalan beton 180 kg.

Bantalan Beton Pra-Tekan yang dilengkapi dengan


sistim penambat DE.
(Liahat pada bagian 1.3c).

Kesimpulan/Problema/Hambatan.

- Dengan sistim Pendrol dan DE,lebar sepur tidak bisa


dilebarkan.
- Ada sistim lain daripada Pandrol dan DE yang
memperbolehkan pengaturan lebar sepur.
- Untuk sistim Pandrol pelapis/bantal plastik yang
dipasang antara rel dan bantalan tidak lentur.
- Bantalan beton adalah berat 180 kg, maka harus
dipasang pada tubuh baan yang baikn/kuat.
TAMPAK SAMPING
1300.5
158 270 250 27
10 115
220

216

195

211.5
85

260 590 300 590 260


2000

MEREK PABRIK
28

210
256

140

TANGGAL PEMBUATAN NOMOR PENGECORAN


DENAH

BANTALAN BETON PRA-TEKAN


Lampiran

SUMATERA SELATAN (PROYEK KP3 BAKA )


29

BAGIAN 1 – 3

ALAT PENAMBAT

DAN SISTEM PEMASANGANNYA


30

BAGIAN 1 – 3a

ALAT PENAMBAT

UNTUK BANTALAN KAYU

1. TIRPON
2. PANDROL
3. DE CLIP
4. DORKEN
5. F. TYPE
31

BAGIAN 1–3a

ALAT PENAMBAT UNTUK BANTALAN KAYU


1. ALAT PENAMBAT KAKU
1.1. ALAT PENAMBAT KAKU UNTUK R25

Alat penambat ini berupa sekrup penambat


(tirepon) dan paku rel. pada pengerasan
(pengencangan) tirepon atau paku rel,kepala
atau paku rel langsung menjepit kaki rel ke
pelat landas yang mempunyai kemiringan 1/20.

Pelat landas ada dua tipe :

- Tipe A, digunakan pada bantalan untuk


sambungan (dengan 4 lubang :
2 untuk tirepon
2 untuk paku rel.).

- Tipe B , digunakan pada bantalan lainnya


(dengan 3 lubang : 1 untuk tirepon
2 untuk paku rel)

Panjang paku rel 135 mm


dengan dengan ketebalan 14 mm.
Panjang tirepon tipe TA
1909 adalah 120 mm dengan diameter 20 mm.
Bor bantalan yang baik
adalah :
- - untuk tirepon memakai mata bor 14 mm.
- - Untuk paku rel memakai mata bor 12 mm.

ALAT PENAMBAT KAKU UNTUK R33 DAN R41/R42


Sistim ini terdiri dari sekrup penambat (tirepon) dan pelat
jepit.Pelat jepit luar menekan ujung pelat landas dan bagian atas
kaki rel.

Pelat jepit dalam menekan ujung pelat landas


dan bagian ujung dari kaki rel.

Pelat jepit menjaga kedudukan rel arah


vertical dan melintang.
Untuk R33
Tipe KF 1909 untuk pelat jepit dalam.
Tipe KF 1909 untuk pelat jepit luar.
Tipe KG 1909 untuk pelat jepit dalam untuk
sambungan.
32

Untuk R41
Tipe KK 1909 untuk pelat jepit dalam.
Tipe KI 1909 untuk pelat jepit luar.

Jenis pelat landas adalah sebagai berikut :

Untuk R33

OC1909 atau OF 1915 untuk bantalan pada


sambungan (4 lubang).
OD 1909 untuk bantalan lainnya (3 lubang).

Untuk R41

OH 1920 untuk bantalan pada sambungan


(4lubang).
OK 1920 untuk bantalan lainnya (3 lubang).
Kemiringan pelat landas adalah 1/ 20.

Tirepon yang digunakan adalah tipe TN 1909


(panjang 145 mm,diameter 20 mm).

Pengeboran lubang pada bantalan dengan mata bor


14 mm.

PENGAMATAN
Biasanya pengeboran lubang dibuat dengan
mata bor diameter 16 mm Pengeboran dengan
ukuran 16 mm adalah terlalu besar untuk
teras tirepon 14 mm.
Peringatan (REGLEMEN 10,halaman 35 )

e.Tirepon
20. Pemasangan tirepon dilakukan dengan member bantalan lebih dulu dengan bor kayu 14 mm
sampai setebal bantalan. Untuk bantalan kayu besi dipergunakan bor kayu 16 mm, memasang tirepon
dengan dipukul dilarang.
f. Paku rel
22. Untuk memasang paku rel tebal 14 mm, terlebih
dulu dibor lubang sampai setengah tebal bantalan
dengan bor kayu 12 mm pada bantalan kayu besi sampai
setebal bantalan dengan bor kayu 14 mm.

Untuk bagian peralihan pada tirepon, yakni


antara bagian atas (29mm) dengan bagian ulir
(14mm) tidak ada pembesaran bagian atas
lubang.
Jika pembesaran lubang (bagian atas ) tidak
dibuat, maka usia atau daya tahan bantalan
dan alat penambat berkurang.
33

1.4. SARAN-SARAN

Untuk rel R25,lubang-lubang untuk tirepon


harus diprbesar pada bagian atasnya dengan
kedalaman 19 mm.

Lubang-lubang untuk tirepon dalam harus


dilebarkan bagian atasnya dengan kedalaman
10,5 mm rel R33 dan kedalaman 10 mm untuk
rel R41.

Lubang yangh tidak diperbesar pada bagian atas


dapat menyebabkan :

- tirepon putus/patah.
- Kayu bagian atas bantalan membelah.

Tirepon harus diminyaki dengan gemuk sebelum


dipasang.

R 33 R 41 / 42
R 25

TN TN
TA
19

10,5

10

2.ALAT PENAMBAT ELASTIS


2.1. ALAT PENAMBAT ELASTIS (SISTIM PANDROL )

Sistim alat penambat ini diper gunakan


untuk rel R33, R41/R42 dan R54

R33
34

Sistim alat penambat ini terdiri paku


lentur/lockspike (untuk R33,R41/R42 ), tirepon
( untuk R54 dan R41/R42 pelat landas tipe baru)
dan klip Pandrol (penjepit rel).
Klip Peandrol disisipksn/dimasukan ketempat yang
tersedia pada pelat landas (lihat cara pemasangan
dan pelepasan klip Pandrol pada lampiran 13). Klip
Pandrol ini akan menjepit kaki rel ke pelat
landas.
Pada kedua bantalan sambungan, klip Pandrol akan
memnjepit kaki siku pelat penyambung kecuali untuk
R54 dikarenakan oleh bentuk pelat penyambung.
Klip akan menjaga kedudukan rel arah vertical.

2.1.1. Pelat landas dengan paku lentur /lockspike


untuk R41/R42 dan R33 (melalui pelat
pengisi/spacer)

Kemiringan pelat landas pada permukaan atas adalah


1/20.
Bentuk pelat landas ini dapat menjaga rel secara
melintang pada kedudukanya.
Paku lentur (4 buah per pelat andas ) yang
digunakan untuk pelat landas beker seperti pegas.
Paku lentur dimasukan kedalam lubang bantalan
yang dibor dengan mata bor ukuran 15 mm, sehingga
paku lentur menjepit pelat landas pada bantalan
(lihat cara pemasangan dan pelepasan paku lentur
pada lampiran 13).
Pada sambungan, satu bantalan mempunyai pelat
landas trepe x, yang kedua mempunyai pelat landas
tipe xx. Ada satu jenis pelat landas yang lain
yang bias digunakan pada kedua bantalan sambungan.

2.1.2. Pelat landas dengan tirepon untuk R54,


R41/R42 dan R33 ( melalui pelat pengisi/spacer).

Kemiringan pelat landas pada permukaan atas adalah


1/40.
Bentuk pelat landas ini dapat menjaga rel secara
melintang pada kedudukannya.
Tirepon ( 4buah per pelat landas ) menjepit pelat
landas pada bantalan.
Untuk R42/R42 tidak ada pelat landas dengan
tirepon yang bias memegang pelat penyambungh pada
kedua bantalan sambuingan.
Untuk sambungan dharus menggunakan pelat landas
dengan paku lentur.
35

Catatan :
Pelat landas dengan paku lentur mempunyai kemiringan
1/20 sedangkan pelat landas dengan tirepon
mempunyai kemiringan 1/40.
Untuk R54 hanya satu tipe pelat landas yang bias
juga digunakan untuk sambungan dikarenakan oleh
bentuk pelat penyambung.
Peralatan yang digunakan sama untuk R33 dan
R41/R42. Pelat landas yang digunakan adalah pelat
landas untuk R41/R42.
Untuk R33 diperlukan suatu pelat pengisi/spacer.
Pelat pengisi ini berupa lembaran besi (pelat
besi) yang dibengkokan pada bagian ujungnya .pelat
pengisi ini merupakan suatu ganjel terhadap rel
pada arah vertical dan melintang. Bagian yang
dibengkokan dibuat dengan ukuran 5 mm,yang
merupakanperbedaan ukuran antara lebar kaki R33
dengan kaki R41/R42.

Ketebalan pelat pengisi ini merupakan juga


perbedaan ketinggian R33 dengan R41/R42.

Catatan dan anjuran

- Sistim Pandrol adalah suatu sistim penambatan


yang elastis. Hal ini akan lebih baik jika pada
pelat landas diperhitungkan untuk menempatkan
satu lapisan elastis di bawah rel.
- Getaran rel mengakibatkan lepasnya klip
Pandron. Pelat landas baru dilengkapi dengan
anti-vandal untuk mencegah lepasnya klip. Tetapi
banyak pelat landas pada jalan kereta api yang
belum mempunyai sistim baru ini.
- Biasanya lubang untuk lockspike dibuat dengan 0
16 mm daripada 0 15 mm.
- Lebih baik menggunakan skrup penambat (tirepon)
dari padda paku lentur . getaran-getaran
mengakitbatkan lepasnya klip Pandrol.
- Hanya pelat landas R54 dan tipe baru untuk
R41/R42 yang diperbolehkan menggunakan tirepon.
36

MASALAH

Penggunaan tirepon TN adalah kesalahan yang besar


Ketebalan pelat landas untuk R54 adalh 14 mm,untuk
R41/R42 adalah 11mm,sedangkan bagian lurus tirepon dengan
20 mm (bagian tanpa uliran) adalah 26 mm.

Akibatnya untuk R54 ada 26 mm – 14 mm = 12 mm,untuk


R41/R42 ada 26mm-11mm=15mm bagian lurus tirepon dengan
20 mm yang harus dimasukan kedalam lubang 14 mm.

Apalagi mengenai bagian peralihan tirepon ( 14 mm


sampai 20 mm ) sepanjang 22mm yang harus juga dimasukan
dengan pelebaran kerucut.

Sebagai tambahan tirepon harus dimasukan dalam kayu


setebal 145 mm-14mm=131 mm untuk R54 ada 145mm-11mm=134
mm untuk R41/R42.

Kalau digunakan bantalan dengan ketebalan 120 mm(masih


dalam toleransi),untuk R54 ada 131 mm-120mm = 11 mm dan
untuk R41/R42 ada 134 mm-120mm=14 mm ujungtirepon yang
keluar dari sisi bantalan.

Hal ini merupakan suatu hambatan pada pemecokan.

Hanya tirepon tipe TA atau tirepon yang sesuai boleh


digunakan.

PENGGUNAAN TIREPON TIPE TA

Untuk R54,panjang bagian lurus adalah 14 mm yang sama


dengan ketebalan pelat landas.

Untuk R41/R42,lubang harus diperbesar secara lurus


setebal 14 mm-11mm (ketebalan pelat landas) = 3 mm,untuk
dimasukan bagian lurus tirepon dengan 20 mm.

Untuk R41/R42 dan R54, sebagai tambahan bagian atas


lubang harus diperlebar. Pada bagian peralihan kerucut
tirepon ( 14 mm sampai 20 mm)sepanjang 22mm.

Untuk R41/R42,pelebaran secara kerucut bias dibuat


sekaligus dengan mata bor kerucut.

Tirepon harus diminyaki dengan gemuk sebelum dipasang

Dimensi dan pengaturan mata bor kerucut dijelaskan pada


bagian 2.5e.
37

CONTOH :
REL R54
ALAT PENAMBAT PANROL
DENGAN TN DENGAN TA

TN TA
1/40
14

20 20
26

12

22
22

BAGIAN
BAGIAN KETEBALAN MINIMUM PERALIHAN
PERALIHAN BANTALAN
120 14

130
134

KETEBALAN NORMAL
119

14 BANTALAN

REL R41/42
ALAT PENAMBAT PANROL
DENGAN TN DENGAN TA

TN TA
1/40
11

20 20
26

15

22
22

BAGIAN
BAGIAN KETEBALAN MINIMUM PERALIHAN
PERALIHAN BANTALAN
120

14
130
134

KETEBALAN NORMAL
119

14 BANTALAN

- Untuk R33, bagian pelat pengisi (spacer) yang


dibengkokan harus selalu dipasang pada sisi yang
sama dari rel (sisi luar rel). jangan lupa,jika
bagian yang dibengkokkan tersebut digunakan pada
sisi lainnya, akan mempengaruhi lebar spur.
- Karena penggunaan pelat pengisi dan pelat
landas tidak diperhitungkan untuk R33,maka
tempat dimana klip digunakan pada kaki rel akan
berbeda kedudukannya di kedua sisirel.
Pemasangan klip Pandrol menjadi tidak simetris.
38

R33 R41

1 / 20
1 / 20

a b c c

2.2. ALAT PENAMBAT ELASTIS (SISTEM TIPE F)

Sistim alat penambat ini dipergunakan untuk R41/R42


dan R50.

TN

Sistim alat penambat ini terdiri dari tirepon dan


penjepit rel yang lentur.

Penjepit lentur ini dimasukkan pada satu ujungnya


ke tempat yang tersedia pada pelat landas.

Penjepit ini pada ujung yang kedua akan menjepit


secara lentur kaki rel ke pelat landas melalui satu
baut.
39

Pada sambungan, penjepit ini menjepit kaki siku


pelat penyambung.

Kepala baut ini dimasukan ketempat yang mempunyai


satu bagian persegi yang dimasukan kedalam suatu
ruangan yeng persegi juga.

Untuk biasa dikencangkan, baut ini mempunyai satu


bagian persegi yang dimasukkan kedalam suatu
ruiangan yang persegi juga.

Pengencangan baut ini mengatur tekanan yang


ditimbulkan oleh penjepit pada kaki rel.

Penjepit akan menjaga kedudukan rel arah vertical.

Kemiringan pelat landas pada permukaan atas adalah


1/40.
Bentuk pelat landas ini dapat menjaga rel secara
melintang pada kedudukannya.

Tirepon (4buah per pelat landas) menjepit pelat


landas biasa pada bantalan.

Suatu lapisan/bantal lentur dari karet dipasang


antara pelat landas dan rel.

Dengan sistim tipe F digunakan metode sambungan


menumpu.

SAMBUNGAN MENUMPU
13cm

35 cm
Bantalan di bawah siar mempunyai pelat landas dan
jepit yang khusus ( 4 tirepon untuk R50, 8tirepon
untuk R41/R42 menjepit pelat landas diatas bantalan
ini).

CATATAN
- sistim tipe F ini adalah sesuatu sistim
penambat yang elastis.
- Aluran lapisan lentur yang dipasang
antara pelat landas dan rel,tidak
diarahkan untuk air bisa keluar dari
pelat landas.
40

MASALAH:

Penggunaan tirepon TN dengan cincin per 11 mm


adallah kesalahan yang besar.

Untuk R50(Pelatb landas biasa ).

Ketebalan pelat landas adalah 1 mm. Dengan menggunakan


cincin per 11 mm masih ada 26 mm – 22 mm = 4 mm
bagian lurus atas tirepon dengan 20 mm (bagian
tanpa uliran ) yang harus dimasukan kedalam lubang
14 mm. (Panjang bagian atas lurus adalah 26 mm ).

Sebagai tambahan, tierepon TN ini harus dimasukan


kedalam kayu sepanjang 145 mm – 22 mm = 123 mm. Pada
bantaln yang ketebalan 120 mm (masih termasuk dalam
toleransi ) ada 123 mm – 120 mm = 3 mm bagian ujung
tirepon yang keluar dari sisi bawaqh bantalan.

Untuk R41/R42 (pelat landas biasa )

Catatan :

Permukaan atas pelat landas pada tempat kedudukan


tirepon mempunyai kemiringan sebesar 1/20 . karena
bantalan dibor dilapangan, ada kesukaran untuk
mengebor lubang dengan kemiringan 1/20 walaupun alat
pengatur kemiringan mata bor digunakan. 11 mm

Kalu lubang dibor secara lurus, ketebalan pelat landas


pada titik yang menyentuh cincin per adalah 11,5
mm.

Dengan menggunakan cincin per 11 mm , masih da 26


mm – 22.5 mm = 3,5 mm bagian lurus atas tirepon dengan
20 mm ( bagian tanpa uliran ) ayang harus dimasukan
kedalam lubang di bor dengan 14 mm.

Seabagai tambahan ,tirepon TN harus dimasukan kedalam


kayu sepanjang 145 mm – 22,5 mm = 122,5 mm.kalu
digunakan bantalan dengan ketebalan 120 mm,ada 122,5
– 120 mm = 2,5 mm bagian ujung tirepon yang keluar
dari sisi bawah bantalan.

Seabagai tambahan , untuk R50 dan R41/R42 lubang


bantalan tidak diperlebar pada bagian peralihan
kerucut tirepon ( 14 mm sampai 20 mm ) serpanjang
22 mm.
41

CONTOH :
REL R50
ALAT PENAMBAT TIPE F

DENGAN TN DENGAN TA

Cincin 23 x 11
TN 1 / 20 1 / 20
TA
1/40
11 11

26
20 20

4
22

22
BAGIAN
BAGIAN KETEBALAN MINIMUM PERALIHAN
PERALIHAN BANTALAN
120

14
123

130
119

14 KETEBALAN NORMAL
BANTALAN
3

REL R41 / R42


ALAT PENAMBAT TIPE F

DENGAN TN DENGAN TA

Cincin 23 x 11
TN 1 / 20 1 / 20
TA
1/40
11 11

26

20 20
3,5
22

22
BAGIAN
BAGIAN KETEBALAN MINIMUM PERALIHAN
PERALIHAN BANTALAN
120
122,5

14
130
119

14 KETEBALAN NORMAL
BANTALAN
2,5

saran – saran.
Jangan heran bila ada kesulitan dalam
memasukan tirepon.
Tidak boleh memukul tirepon (lihat Reglemen
10,halaman 35).
e. TIEREPON.

20. Pemasangan tirepon dilakukan dengan membor bantalan lebih dulu dengan bor kayu 14 mm
sampai setebal bantalan. Untuk bantalan kayu besi dipergunakan bor kayu 16 mm; memasang
tirepon dengan dipukul dilarang.
Tirepon tidak boleh masuk menembus bantalan
lebih dari sisi bawahnya.
42

Berapa trekanan yang ditimbulkan oleh cincin


per 11 mm pada tirepon melalui uliran kayu
lubang ? Apalagi dengan menggunakan 2 cincin
per.

Cincin- cincin per yang digunakan sampai


sekarang,tidak diper hitungkan untuk
pekerjaan ini. Tujuan penggunaan cincin per
ini hanya untuk mengganjel bagian lurus (
bagian tanpa ulir ) yang tidak bias dimasukkan
dalam kayu.

Lebih baik menggunakan tirepon tipe TA yang


mempunyai bagian lurus dengan panjang 14 mm
atau tirepon yang sesuai.

PENGGUNAAN TIREPON TA
Untuk R50
- Pelat landas biasa
lubang harus diperbesar secara lurus pada
bagian atas setebal 3 mm untuk memasukan bagian
lurus tirepon dengan 20 mm.
14 mm – 9 mm (Ketebalan pelat landas ) = 3 mm.
- Pelat landas bantalan sambungan menumpu
Pembesaran harus dibuat setebal 5 mm.
14mm – 9 mm (ketebalan pelat landas ) = 5 mm

Untuk R41 / R42


- Pelat landas biasa
Lubang harus diperbesar secara lurus pada
bagian atas setebal 4 mm untuk memasukan
bagian lurus tirepondengan 20 mm.
14 mm – 10 mm (Ketebalan pelat landas ) = 4
mm.
- Pelat landas bantalan sambungan menumpu
Pembesaran harus dibuat setebal 2 mm.
14mm – 12 mm (ketebalan pelat landas ) = 2
mm
Untuk R50 dan R41/R42
Lubang ini harus juga diperlebar secara kerucut
setebal 22 mm.
43

Pelebaran secara lurus dan pelebaran secara


kerucut bias dibuat sekaligus dengan mata bor
kerucut.
Tirepon harus diminyaki dengan gemuk sebelum
dipasang
Dimensi dan pengaturan mata bor kerucut
dijelaskan pada bagian 2.5e.
2.3.ALAT PENAMBAT ELASTIS TIPE DE.
Sistim alat penambat ini dipergunakan untuk
R41/R42.
I) Sistim penambatan yang pakai pelat landas.
Sistim alat penambat ini terdiri dari tirepon dan
Klip DE.
Klip DE dimasukan ketempat yang ter sedia pada
pelat landas.
Klip DE ini akan menjepit kaki rel ke pelat
landas.
Kemiringan pelat landas pada permukaan atas
adalah 1/20.
Bentuk pelat landas ini dapat menjaga rel secara
melintang pada kedudukannya.
Tirepon (4 buat per pelat landas) menjepit pelat
landas pada bantalan. Suatu lapisan/bantalan
lentur dari karet diletakkan antara pelat landas
dan rel.
REL

KLIP "DE" KLIP "DE"


TIREPON

TIREPON

1 / 20

PELAT LANDAS LAPISAN LENTUR


RABBERPAD

Catatan :
Masalah penggunaan tirepon TN dengan menggunakan cincin per ditemukan
juga dalam hal ini.
Saran-saran.
Mengenai masalah penggunaan tirepon TN, lihat saran-saran untuk
sistim Pandrol dan tipe F.
II) Sistim penambatan yang tidak pakai pelat landas.
Sistim ini terdiri dari satu penyangga Klip/Klip shoulder
yang mempunyai dua batangh penebus. Kedua batang penebus ini
dimasukan kedalam lubang bantalan.
44

KLIP "DE"

TANPA ANDAS

Untuk menahan pelepasan penyangga klip tersebut, kedua batang


penembus dilengkapi dengan alir-alir berbelok silang dan
dimasukkan secara miring dengan kemiringan 3O dari pada garis
vertical.

Pengeboran lubang bantalan harus diperhatikan karena posisi


penyangga klip akan menjaga lebar sepur.

Untuk memasang rel diatas bantalan secara miring,bantalan ini


harus dicowakkan dulu dengan kemiringan 1/20 atau 1/40 pada
tempat kedudukan rel tapi juga pada kedudukan penyangga klip
dengan kemiringan berbeda.

Sistim penambatan ini dilengkapi dengan menempatkan suatu


pelapis lentur dari karet antara bantalan dan rel.

Pengeboran lubang bantalan harus digunakan dengan mata bor


kayu 14 mm.

Untuk memasang dan melepasakan klip,digunakan peralatan yang


sesuai.(1.3a/37).

Catatan :
Ada kesukaran untuk mengebor lubang bantalan secara miring
(3o daripada garis vertical ) walaupun alat pengatur
kemiringan mata bor digunakan.

Pengeboran lubang bantalan harus diperhatikan, karena posisi


penyangga klip akan menjaga lebar sepur.

Ada kesukaran untk pencowakan bantalan yang dibuat secara


khusus,terutama pda tempat kedudukan penyangga klip.
45

Tekanan yang ditimbulkan oleh klip DE cukup besar. Ada dua


tempat permukaan kontak dengan rel.

Getaran-getaran yang terulang : ditimbulkan oleh kereta api bias


mengakibatkan lepasnya penyangga klip dari bantalan dan
mengurangi kelenturan.

Untuk pemasangan pada sambungan dengan pelat penyambung


siku,kami tunggu penjelasan dari Balai Besar PJKA.

2.4.ALAT PENAMBAT ELASTIS PAKU KEPALA LENTUR “DORKEN,TIPE DS18”

sistim alat penambat ini terdiri dari paku-paku kepala lentur


yang dimasukan dalam lubang dibor pada bantalan.

Paku kepala lentur Dorken dibuat dari satu batang besi panjang
persegi yang dilipat dandibengkok untuk merupakan bentuknya
(lihat lampiran 12).

Sesudah bagian lurus paku dimasukan dalam lubang bantalan,satu


ujungnya yang dilipat tegak lurus menyentuhkan permukaan atas
bantalan sedangkan ujung yang kedua dibengkok serupa cincin
pegas sehingga menekan kaki rel ke bantalan.

REL REL
PAKU DORKEN BIASA
PAKU DORKEN BIASA
11

1 : 20

220
°
90 BANTALAN
129

Ada dua macam paku kepala lentur Dorken.


- Paku biasa yang mempunyai hanya satu begian lurus penembus
dan satun ujung serupa cincin pegas.

- Paku ganda yang mempunyai dua bagian lurus


penembus dan dua ujung serupa cincin pegas.
46

PAKU GANDA PAKU BIASA

Pasti,paku ganda menekan rel ke bantalan dengan daya yang lebih


besar daripada paku biasa.

Paku kepala lentur dimasukan kedalam lubang bantalan dengan


memukul bagian datar yang akan menyentuh permukaan atas bantalan.

Untuk memasukan paku kepala lentur kedalam lubang bantalan,tidak


boleh memukul bagian bentuk cincin pegas supaya tidak merusak
kelenturan.(lihat cara pemasangan dan pelepasan paku kepala
lentur Dorken pada lampiran 14).

Untuk memasang rel diatas bantalan secara miring,bantalan ini


harus dicowakan dulu dengan kemiringan 1/20 atau 1/40 pada tempat
kedudukan rel.

Pengeboran lubang bantalan harus diperhatikan karena posisi paku


kepala lentur akan menjaga lebar sepur.

Sistim penambatan Dorken ini bias dilengkapi dengan menempatkan


suatu pelapis lentur dari karet antara bantalan dan rel.

Pengeboran pada bantalan untuk paku Dorken DS18 harus dilakukan


dengan mata bor kayu 17 mm setebal bantalan.

Catatan :

Pengeboran lubang bantalan harus diperhatikan karena posisi paku


kepala lentur akan menjaga lebar sepur.

Getaran,getaran yang terulangi ditimbulkan oleh kereta api bias


melepaskan paku dari bantalan dan mengurangi kelenturan.

Untuk pemasangan pada sambungan dengan pelat penyambung siku,


kami tunggu penjelasan dari Balai Besar PJKA.
47

2.5.CATATAN UMUM.

Pelat landas yang digunakan untuk alat pelastis (tips Pandrol,


tipe F atau tipe DE), dan untuk alat penambat kaku (pada
sambungan),mempunyai lubang yang berada pada satu garis lurus dan
simetris terhadap sumbu bantalan.

Contoh gambar :

PELAT LANDAS
A B

C D

Karena itu,lubang A dan C serta B dan D berada pa satu serat kayu


yang sama.

Kalau terjadi retakan pada waktu pemasangan tirepon atau


lockspike, misalnya pada A atu B, retakan ini akan memanjang dan
bersambunmgan dengan lubang C atau D karena kedua lubang A,C
atauB,D berada pada satu serat kayu yang sama.

Hal ini bias mengurangi kekuatan alat penambat dan memperpendek


umur bantalan.

Lebih baik mempergunakan pelat landas dengan lubang dibor secara


selang seling.

Contoh gambar :

PELAT LANDAS
48

Lampiran – lampiran

1 Tirepon biasa (tipe TA dan tipe TN ) dan paku rel.


Rel Pelat landas Tirepon Penjepit
2 R25 tipe B TA 1909 paku rel
3 (1/2) R33 OD TN 1910 Pelat jepit KF/KE
3 (2/2) ---- OD ---------- Pelat jepit KF/KE
4 (1/2) R41 Ok TN1909 Pelat jepit KK/KI
4 (2/2) ---- OK --------- Pelat jepit KK/KI

5 R42 tipe androl paku lentur klip Pandrol


6 R33 tipe androl paku lentur klip Pandrol
pake spacer
7 R54 Tie Pandrol TN 909 klip Pandrol

8 (1/2) R42 ti pe F TN 1909 klip F


8 (2/2) --- ti pe F ------ -------
9 (1/2)] R50 ti pe F TN 1909 klip F
9 (2/2) ---- ti pe F

10 R42 tipe DE Tirepon klip DE


11 (1/2) R42 tipe DE Penyangga klip DE
11 (2/2) ---- ----- ------ -------

12 / Paku DORKEN / /

13 Pemasangan dan pelepasan paku lentur dan klip PANDROL


14 Pemasangan dan pelepasan paku kepala lentur DORKEN
49

Lampiran 1

TIREPON TIREPON
BIASA BIASA
TN 1909 TA 1909 PAKU REL
20 BIASA PAKU
18 LENTUR
16 14
28
18 10 30

20
20

3
3
31,5

5
R1

11
9
11,5

11,5
13

0,8

R6
1

55
14
26

14
5

20
12

152
123
20
120

14
10

105
145
10

15

14
119

35

14
2
20
8 8
14
3
20
10 +- 0,5
6 4

10 +- 0,5
REL R25
PELAT LANDAS TIPE B REL R25

REL PELAT LANDAS TIPE B


180
PAKU REL

TIREPON REL TIPE TA 1909

27,5
20
18

15
14

70
28

18 10
20

42,5
TA
3

3
31,5

9
11
13
11,5

22
14
50

12,5

42,5
12 11
14
PELAT LANDAS

70
20

15
12

27,5
20
120

TIREPON REL
10

14
15

41 92 45 PAKU REL
14

34 110 36
35

18,5
9

8
12,5
B
2
Lampiran 2
REL R33 REL R33

PELAT LANDAS TIPE OD


REL
PELAT JEPIT TIPE KE

PELAT JEPIT TIPE KF


20
18 20 TIREPON REL TIPE TN 1909
14 18
14

20
TN
20

R.35,5/8 R.35,5/8
TN

13

11,5
R.10 R.10
R.35,5/8 R.35,5/8

13
11,5

R.10 R.10
KE
51

KF

12

17,25
OD

4
10,5

PELAT LANDAS

119
119

10
10

TIREPON REL
Lampiran 3 (1/2)

14
20 14
20
PELAT LANDAS TIPE O.D PELAT JEPIT TIPE KE
240
69.5
30

40
60

80
22
30

25
42.5 50

37.5 32

80

160
R.2,5 R.2,5
15

17

R.1 KE R.3
12 5

R.1
22
10 59.5
52

80
PELAT JEPIT TIPE KF
82

40
30

15 43 105 58 12 10
25
60

27.5 147.5 28
160
30

41.5 40.5

R3 R4
R4 R1

6.5
R1
R1

6.75
R.2,5 R.2,5
32

R3

30.5
11

24
17

R.1
21

KF

17.25
12
12
Lampiran 3 (2/2)

R4
OD R4 R.3
R.4 R.1 R.1

42.5 147.5 50 1.6


1.525 14.5 12.5 2 44 9
REL R41
REL R41

REL PELAT LANDAS TIPE OK

PELAT JEPIT TIPE KK


20 PELAT JEPIT TIPE KI
18 20
14 18 TIREPON REL TIPE TN 1909
14

20
TN
20

R.35,5/8 R.35,5/8
TN

13

11,5
R.10 R.10
R.35,5/8 R.35,5/8

13
11,5

R.10 R.10
KI
26

KK
53

14

19,50
OK

1
10

PELAT LANDAS

119
10
119

10

TIREPON REL

14
Lampiran 4 (1/2)

20 14
20
PELAT LANDAS TIPE O.K PELAT JEPIT TIPE KI
245 69.5 30

40
60
30

80
22
80
25

37.5 32

5
2.5

80

160
17

KI
12 5
13.5 3.5

22
10 42 17.5
54

80
80

55 77 PELAT JEPIT TIPE KK


83.5

40
30

15 43 110 55 12 10
60
25

27.5 152.5 28
180.5
30

43.5 40

7,5
5,55
1.75 5

34
34
2.5

26,5
2.9

20,95
14
14

OK
17

21
14.1

KK
13
Lampiran 2 (2/2)

15 27.5 152.5 50 1.6 16.5 12.5 2 44 8.5


1.525
PELAT LANDAS UNTUK PANDROL
REL R41 PADA BANTALAN KAYU UNTUK REL R41
4 29 22 112 22 28
110

1:6
12
1:6

R2
3
R7

R2

9
3
R3 R11
1 : 20
R1,5

1:3

11
R11

1:3
R3
R1,5

1:3
1:3

R3 R3

16

11
11

R12 R12 R12 R12


R3 R3

25 140 140 25

330
55

25
max 18
min 17.5

min 17.5
109 max 18

50

150
50
Lampiran 5

25
REL R33
PELAT PENGISI YANG DIGUNAKAN UNTUK REL R33
8 29 156 28
22 56 56 22

1:6
1:6

R2
3
R7

1
9

R1
R2
R1,5

3
8 3

9
1:20

1
R3 R1,5

11
R1
R3 R7

16
R2 R2
11

11
R12 R12 R12

1:3
R12

1:3
R2 R2

1:3

1:3
22,5 145 140 22,5
167,5 162,5

330
56

KLIP PANDROL
PAKU PENAMBAT 2
1

REL R33

3
PELAT LANDAS 4

Lampiran
Lampiran

PELAT PENGISI UNTUK R33

7
6
REL R54 PELAT LANDAS UNTUK PANDROL
( PAKAI TIREPON )
PADA BANTALAN KAYU UNTUK REL R54

ANTI PANDROL ANTI PANDROL

25 28,25 42 28 141,5 28 42 28,25 25

14 22 316 22 14

169 169

388
57

KLIP PANDROL KLIP PANDROL

REL R54

1 : 40

140

25 28,25 42 28 141,5 28 42 28,25 25

14 22 316 22 14

388
REL R41/R42

REL R41/R42
BAUT 19,5X71

LAPISAN LENTUR KARET


PENJEPIT LENTUR
180 x 108 x 6
58

BAUT
& MUR
CINCIN PELAT LANDAS
23x11 UNTUK R41/R42 CINCIN
TN TN 23 X 11

1
1/20 1/40 1/20

17
8

8
14
Lampiran 8 (1/2)
PELAT LANDAS
UNTUK R41/R42

120
180

D22
59

230
283

PENJEPIT LENTUR 124,5


65
Lampiran 8 (2/2)

6
REL R50

REL R41/R42
BAUT 19,5X71

LAPISAN LENTUR KARET


PENJEPIT LENTUR
180 x 125 x 6
60

BAUT
& MUR
CINCIN PELAT LANDAS
23x11 UNTUK R41/R42 CINCIN
TN TN 23 X 11

1
1/20 1/40 1/20
20 20

17
14
11

11
Lampiran 9(1/2)
PELAT LANDAS
UNTUK R50 130
180

D22
61

270
320

PENJEPIT LENTUR 124,5


Lampiran

65
9 (2/2)

6
SISIM DE PAKAI PELAT LANDAS

TAMPAK ATAS

REL

KLIP "DE"
KLIP "DE"

TIREPON TIREPON
62

1 : 20

LAPISAN LENTUR
PELAT LANDAS
Lampiran 10
SISTIM DE TANPA PELAT LANDAS

TAMPAK ATAS

REL

KLIP "DE"
KLIP "DE"
63

1 : 20
Lampiran

LAPISAN LENTUR
11 (1/2)
PENYANGGA TIPE DE
POTONGAN B-B

B
o
5
R2 R3 R3
R2

R2 R50
64

B
Lampiran 11 (2/2)
REL

PAKU DORKEN BIASA

11
1 : 20

220

PAKU DORKEN BIASA


90
°

129

20
65

REL

REL

PAKU DORKEN BIASA 20

BANTALAN
Lampiran

BANTALAN
12
66

Lampiran 13
67

Lampiran 14
68

BAGIAN 1 - 3b

ALAT PENAMBAT

UNTUK BANTALAN BESI


69

BAGIAN 1 – 3b

ALAT PENAMBAT UNTUK BANTALAN


BESI

1.SISTIM PANDROL

Sistim pandrol untuk bantalan besi adalah sama


seperti yang digunakan pada bantalan kayu.

Lebar pelat landas adalh 100 mm sedangkan untuk


bantalan kayu adalah 150 mm. Pelat landas
dilas diatas bantalan.

Keterangan-keterangan lainnya adalh sama seperti


penjelasan sebelumnya, tetapi dalam hal ini
kualitas pengelasan cukup penting untuk
diperhatikan.

2.SISTIM YANG LAINYA

Alat penambat terdiri dari klip,baut dan cincin


.Klip menekan pada bagian ujung kaki rel
pada bagian ujung pelat landas. Penekanan
ini menjaga kedudukan rek arah vertical dan
melintang.

Lubang-lubang pada bantalan dibuat


sedemikian rupa, sehingga terdapat spasi pada
kedua sisi rel untuk menempatkan baut dan
kait bawah penahan pelat landas.

Ti[pe klip ( pelat jepit) untuk setiap tipe


rel adalah :

Tipe KD 1926 untuk rel R2 (R25)


Tipe KH 1910 untuk rel R3 (R33)

Pelat landas ada tiga tipe :

Rel R2 ( R25) Rel R3 (R33)

OR No. 1 OE No. 1
OR No. 2 OE No. 2
OR No. 3 OE No. 3
70

Peningkatan nilai lebar sepur didapat


dengan menggeserkedudukan kait atas pelat
landas. Pinggir pelat landas pada ujung lain
digeser dengan cara yang sama. Jarak antara
kait atas dengan pinggir yang lainya adalah
tetap.

- Pelat landas No. 1 pada kedua bentangan rel


merupakan lebar sepur yang standard.
- Pelat landas No. 2 memberikan kelebihan ukuran
5 mm tiap bentangan rel.
- Pelat landas No. 3 memberikan kelebihan ukuran
15 mm tiap bentangan rel.

Baut klip BK 1910 yang digunakan untuk rel


R2 dan R 3 mempunyai satu bagian persegi ,
antara bagian kepala dan bagian ulir. Bagian ini
terkunci dalam bantalan dan mencegah baut ikut
berpurar ketika mur dikencangkan.

Bila kepala baut berada pada sisi dalam


lubang bantalan ,kendorkan/kunci baut ini dengan
¼ putaran.

Bila alur pada ujung batang baut sejajar


dengan rel, baerarti bahwa baut dipegang dengan
baik oleh pinggir bawah lubang bantalan.

LAMPIRAN
1. Pelat landas untuk R2 (R25) – Bantalan Besi

2. Pelat landas untuk R3 (R33) – Bantalan Besi

3. R2(R25)Pelat landas OR1926 Pelatjepit KD 1926


Baut jepit BK 1910

4. R3(R33) Pelat landas OE 1910 Pelat jepit KH 1910


Baut jepit BK 1910

5. R3(R33) Pelat landas Pandrol pada bantalan besi.


REL R25

PELAT LANDAS TIPE OR 1926


PELAT JEPIT TIPE KD 1926
Rel
BAUT JEPIT TIPE BK 1910

BAUT JEPIT TIPE BK 1990

PELAT LANDAS TIPE OR 1926 PELAT JEPIT TIPE KD 1926


71

KD

15
14,97
9,5
OR

9
BK
30
Lubang 30x32 81
183 Lubang 81x21

BANTALAN BESI DN 1926


Lampiran
1
REL R33

PELAT LANDAS TIPE OE 1910


PELAT JEPIT TIPE KH 1910
Rel
BAUT JEPIT TIPE BK 1910

BAUT JEPIT TIPE BK 1990

PELAT LANDAS TIPE OE 1910 PELAT JEPIT TIPE KH 1910


72

KH

15
14,97
9,5

OE

9
BK
30
Lubang 30x32 81
183 Lubang 81x21

BANTALAN BESI DN 1910


Lampiran 2
REL R25 PELAT JEPIT TIPE OR
UNTUK REL R25
PELAT JEPIT TIPE KD 1926
7,5 20 12 9 88

50 10 5
R2 5
R15

19
R4 R4

8 1,5 9,5
32

R4 R1

15

5
R1
R3 R3

10
9
64

10
12
110 48
32

9,5
R4 7,5 12
14 13,5 OR No. 1
44 44
7,5 15 12 9
R1 R1
50 10 5 5
13

R3
11,5

R2 R2
20

R15 5
11,5 13,5
73

R4

19
8,5

R4 R4 R1 R2

8 1,5 9,5
R4
15

R1

5
R2 10 69 9
R3 R2
R3
9

10
4

10
BAUT JEPIT TIPE BK 1910
12

110 48 38,97

9,5
R4 7,5 12 24,63
14 13,5 OR No. 2
13
2
15

7,5 5 12
50 10 5 5
10

R2 R2
R15 5

19
R4 R4

8 1,5 9,5
R4 R1
15

5
7

R2 R4
R3
R3
Lampiran 3

10
9

36
45

4
20

10
12

110 48 R40

9,5
R4 7,5 12

14 13,5 OR No. 3 37
REL R33 PELAT JEPIT TIPE OE
UNTUK REL R33
PELAT JEPIT TIPE KH 1910
7,5 20 12 9 78
5
50 10 5 5

5
R2
R15

19
R4
R4

8 1,5 9,5
32

15
R4 R1

5
R2
R3 R3

9
64

10
4
12
110 48
32

9,5
7,5 21
R4 12

14 13,5
5
OE No. 1
5
40 38
7,5 15 12 9
R1 R1
7

50 10 5 5 5
10,7

R3
R2 R2
20
20

R15
13

R4

19
9,3
74

R4 R1 R2
R4

8 1,5 9,5
R4
15

R1 15 25 29,3 8,7

5
R2 R2
R3 R3
9

10
4
12

110 48
BAUT JEPIT TIPE BK 1910
38,97

9,5
R4 7,5 12
24,63
14 13,5 OE No. 2
13
2

7,5 5 12 9
15

50 10 5 5 15
R2
10

R15

20
R4
R4

8 1,5 9,5
15

R4 R1

5
R2 R4
7

R3 R3

10
9

36
45

4
20
Lampiran 4

10
12

110 48
R40

9
R4 7,5 12

14 13,5 OE No. 3 37
PELAT LANDAS UNTUK REL R33
PADA BANTALAN BESI
PAKAI SPACER

8 28 22 112 22 28
56 56

3
R2

9
R7 R1
1

1:6
R1,5 R2

9
R3 1:20 3

11
R1,5

1:3
1:3
3

1:3
1
1:3

R3 R1 R7

16
R3 R3

11
11

R3 R12 R12 R12 R12 R3

165 165

330
75

25
5

50
100
100

50
5
5

3
Lampiran 5

DETAIL PENGUNCIAN
76

BAGIAN 1-3c

ALAT PENAMBAT

UNTUK BANTALAN BETON


77

BAGIAN 1-3C

ALAT PENAMBAT

UNTUK BANTALAN BETON

SISTIM “PANDROL” DAN “DE”


Shoulder “Pandrol” atau “DE” ditempatkan sebelum
pengecoran beton dimulai.
Pelapis/bantal kaku dari plastik untuk
sistim “Pandrol”,dan lentur dari karet
untuk sistim “DE” ditempatkan antara
bantalan dan rel. pelaapis ini ditempatkan
untuk melindungi bantalan dari getaran,
gaya-gaya yang menekan dan untuk merupakan
isolasi listrik jika perlu.

Pelapis lentur meningkatkan kelenturan


sistim penambat.

Isolator untuk sistim :Pandrol” dan “DE”


dipasang untuk memegang rel pada bagian
sisi bawah dan memberikan kedudukan dari
penjepit/Klip pada sisi atas. Ruang tumpuan
dibuat pada isolator dan memegang isolator
pada posisinya.

GAMBAR RINGKAS PEMASANGAN DENGAN SISTIM PANDROL

REL
ISOLATOR

KLIP PANDROL
SHOULDER PANDROL

ISOLATOR

PELAPIS KAKU
DARI PLASTIK

TEMPAT KEDUDUKAN
REL
SHOULDER PANDROL
BANTALAN BETON
78

KESIMPULAN/PROBLEMA/HAMBATAN.

- Problem yang besar dengan sistim


“pandrol” ialah sering lepasnya klip
dari tempat kedudukannya.
- Dengan sistim “Pandrol” dan “DE”, lebar
sepur tidak bias dilebarkan.
- Ada sistim lain dari pada “Pandrol” dan
“DE” yang memperbolehkan pengaturan
lebar spur. (belum punya )
- Untuk sistim “Pandrol” pelapis/bantal
dari plastik yang ditempatkan antara
rel dan bantalan tidak lentu5r.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1 (1/3) – Pemasangan sistim PANDROL


1 (2/3 - ---do---(perincian penambatan)
1 (3/3) - ---do---(anti-vandal)

2 - Pemasangan sistim DE
24±0,5 158± 1,5 TEMPAT KEDUDUKAN
CLIP PANDROL 0,5
REL 24±0,5
79

29
22
PELAPIS KAKU DARI PLASTIK

140
Lampiran 1 (1/3)
80

Lampiran 1 (2/3)
PEMASANGAN SISTIM PANDROL (ANTI-VANDAL)

ANTI - VANDAL
A
REL
81

PJKA 75081
81

BANTALAN BETON
Lampiran 1 (3/3)
PEMASANGAN SISTIM “DE”

R 54

CLIP DE CLIP DE
82

1 : 20(40)

BANTALAN BETON
Lampiran 2

157,93
83

BAGIAN 1 - 4

S A M B U N G A N
84

BAGIAN 1-4

SAMBUNGAN
1.PELAT PENYAMBUNG
Untuk memperbolehkan pemuaian rel bilamana ada perubahan
suhu,rel dan pelat penyambung dibor dengan diameter
yang berbeda. Diameter lubang rel dan pelat penyambung
lebih besar dari diaemeter baut.

Pelat penyambung hanya berhubungan dengan rel pada bagian atas


dan bawah. Pelat penyambung harus berfungsi sebagai
pasak pada bagian miring dari kepala dan kaki rel.
bagian-bagian ini disebut bidang/permukaan kotak.

2.GAMBAR RINGKAS
Pada sambungan, pelat penyambung dan baut-baut merupakan bagian
yang menerima tegangan akibat rel.
P

P1 P2

h1 h2

P1 v1 v2 P2
Gaya P merupakan gaya akibat sumbu roda yang bekerja pada
rel. Titik dan P2 yang masing-masing tegak lurus pada bidang
kontak kepala rel dengan pelat penyambung.

Sesuai dengan ketentuan jajaran genjang, gaya P pada titik


berat roda di A dapat diuraikan menjadi P1 dan P2, dimana
titik tangkap uraian gaya ini pada titik E1 dan E2.
Tiap uraian gaya ini dapat diuraikan lagi dengan gaya-gaya
h1,v1,dan h2,v2.
Gaya h1 dan h2 adalah horizontal yang ditahan oleh baut.

Gaya v1 dan v2 adalah gaya vertical yang dipikul oleh pelat


penyambung.
Dari penelitian yang dilakukan terhadap bidang kontak rel
dengan pelat penyambung,terlihat bahwa :

- bidang kontak terlalu miring mengakibatkan baut akan


lebih besar menerima gaya.
85

- Bidang kontak terlalu datar akan mengurangi keelastisan


sistim penyambungan dan mungkin dapat mengakibatkan
pelat penyambung dan atau rel retak atau putus.
- Kemiringan bidang kontak pda rek R2 (R25) adalah 1:2
dan pada rel R3 (R33) dan R14 (R41) adalah 1:4.
Pelat penyambung terbuat dari baja yang kekerasanya kurang
dari pada rel, sehingga keausan pelat penyambung akan lebih
cepat daripada keausan rel.

3. KEAUSAN PELAT PENYAMBUNG

- Pelat penyambung bekerja memikul beban seperti sebuah


lengkungan.

PELAT PENYAMBAUNG

Akibatnya terjadi keausan pada bagian bawah.

Keausan pelat penyambung akan maksimum pada bagian ujung pelat


penyambung dan akan semakin berkurang secara cepat
kearah mendekati celah sambungan.

Pukulan dari roda menimbulkan keausan pada bagian atas.

Keausan pelat penyambung akan maksimum pada bagian atas yang


dekat dengan renggangan/celah sambungan dan akan
semakin berkurang kearah ujung pelat penyambung.
Pada jalan rel tunggal, keausan atas simetris

Pada jalan rel tinggal, keasusan atas simetris.

KEAUSAN PADA REL

JALAN TUNGGAL

KEAUSAN PADA PELAT PENYAMBUNG


86

Pada jalan rel ganda, keausan atas tidak simetris.

KEAUSAN PADA REL

JALAN GANDA

KEAUSAN PADA PELAT PENYAMBUNG

Pelat penyambung diperhitungkan untuk bergeser pada


bidang kontak rel bila pelat penyambung sudah aus.

CADANGAN PENGUNCIAN
PELAT PENYAMBUNG
YANG AUS PELAT PENYAMBUNG

Cara perbaikan keausan dijelaskan dalam baian 2.7b.

4. KETERANGAN / KESIMPULAN
4.1.PELAT PENYAMBUNG HAARMAN

- Tidak cukup memuaskan, karena semua gaya dipikul oleh


bagian tumit dari pelat penyambung. Kualitas baja dari
pelat penyambung kurang baik dibandung baja dari rel,
sehingga pelat penyambung dapat retak/putus.
- Disarankan (jika mungkin) untuk mengganti tipe pelat
penyambung ini dengan pelat penyambung tipe datar yang
dipertebal.

4.2.PELAT PENYAMBUNG YANG DIGUNAKAN UNTUK SISTIM PANDROL


Untuk R33 dan R41/R42
87

- Secara keseluruhan tidak cukup memuaskan, karena rel


dipegang pada pelat landas melalui pelat penyambung.
- Untk R33, pemakaian klip pada sambuingan tidak simetris,
sebab pelat landas hanya diperhitung Kn untuk R41/R42.

Perhatian : Ikuti pengaturan bantalan pada sambungan yang


ditunjukkan pada lampiran 10.

R 33 R 41

7 7 5 5

3 4 3 4

1/20 1/20

a b c c

Untuk R54

- Hanya satu tipe pelat penyambung untuk tersebut.


- Kalau pelat penyambung R54 digunakan dengan sistim
Pandrol, bentuk pelat penyambung ini memperbolehkan
memegang rel secara langsung.
Gunakan tirepon TA dari pada tirepon TN dengan mengikuti
keterangan-keterangan yang diberikan pada bab 1.3a.

Perhatian : Ikut pengaturan bantalan pada sambungan yang


ditunjukan pada lampiran 14.

4.3.Pelat penyambung yang digunakan untuk sistim tipe F

Untuk R50 dan R41/R42

Secara keseluruhan tidak cukup memuaskan karena rel dipegang


pada pelat landas melalui pelat penyambung.
88

Metode sambungan menumpu digunakan untuk sistim tipe F.

13 cm
35 cm

Metode ini tidak cukup memuaskan karena tidak memecahkan


masalah-masalah sambungan.

Gunakan tirepon TA daripada tirepon TN dengan mengikuti


keterangan-keterangan yang diberikan pada bab 1.3a.

4.4.PELAT PENYAMBUNG YANG DIGUNAKAN UNTUK SISTIM TIPE DORKEN

Belum da penjelasan dari Balai Besar PJKA

4.5.PELAT PENYAMBUNG YANG DIGUNAKAN UNTUK SISTIM TIPE DE

Belum ada penjelasan dari Balai Besar PJKA.


89

BENTUK-BENTUK PELAT SAMBUNG

RINGKASAN SISTIM PEMAKAIAN ALAT PENYAMBUNG


90

REL RINGAN

Sistim Jenis Tipe Pemakai


Jenis pelat Jumlah Sisi Sisi baut pelat an Bentuk melintang dalam
Bentuk memanjangl
Rel penyam - Lubang dalam luar p=pan - penyam dengan luar
bung jang -bung bantalan
Pelat
Dalam : Datar
Tipe 1911 DATAR
Luar : Siku
I 4 19,5 (dalam) Kayu saja
Lubang- lubang
Bulat oval p = 90 SIKU (luar)
22 22/26
Tipe : E
Lubang- lubang Tipe 1911
R25 II 4 Bulat oval 19,5 TUMIT Kayu & besi
22 22/26 p = 90

III 4 22 22/26 Kayu

Tipe : LN Tipe : LT BL 1927


Lubang- Lubang-
lubang lubang 22,5
I 4 Bulat TUMIT Kayu & besi
Bulat
24 24/35 p = 115

Tipe : LI Tipe : LU BL 1927


Lubang- Lubang-
II 6 lubang lubang 22,5 TUMIT Kayu saja
HAARMAN
Bulat oval Bulat oval
R33 24 24/35 p = 115

Tipe : BAR BL 1927


III Lubang- lubang
6 Bulat oval 22,5 DATAR Kayu & besi
BAR
22 24/235
p = 115
Hanya satu tipe
BL 1927
Dengan lubang
IV bulat 24
PANDROL 6 22,5 SIKU Kayu & besi
Oval 24/35
(selang seling)
p = 115

# Kalau pelat landas PANDROL dilas bantalan besi


P = panjang baut.
91

RINGKASAN SISTIM PEMAKAIAN PELAT PENYAMBUNG


REL RINGAN
Sistim Jenis Pemakai
Tipe pelat
Jenis pelat Jumlah Sisi Sisi baut an Bentuk melintang
penyam - Bentuk memanjangl
Rel penyam - Lubang dalam luar p=pan - dengan dalam luar
bung
bung jang bantalan

Tipe LIH Tipe LUH


BL 1920
I lubang lubang
6 22,5 TUMIT Kayu saja
HAARMAN bulat oval
p = 120
24 24/35
R25
Hanya satu tipe BL 1920
II Dengan lubang
PANDROL
6 bulat 24 22,5 SIKU Kayu & besi
&
Tipe F oval 24/35
(selang seling) p = 120

Hanya satu tipe


Dengan lubang ?
R50 Tipe F 4 SIKU Kayu
bulat ?
p=?

Hanya satu tipe


Hanya Dengan lubang 20 Kayu &
R54 6 DATAR
Saturday tipe bulat 28 beton
p = 150

# Kalau pelat landas PANDROL dilas bantalan besi


P = panjang baut.
92

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran Rel Pelat Penyambung Baut Penyambung Pelat landas


1 R25 Sayap dalam, luar 1911 OR 1926

2 R25 Sayap dalam, luar 1911 A


Sayap dalam LN 1909
3 R33 BL 1909 OC 1909
Sayap luar LT 1909
Sayap dalam LN 1909
4 R33 BL 1909 OE 1910
Sayap luar LT 1909
5 R33 Tipe BAR dalam, luar BL 1927

6 R33 Tipe BAR dalam, luar BL 1927


Haarman dalam LIH 1915
7 R33
Haarman luar LUH 1915
Haarman dalam LIH 1920
8 R41/R42
Haarman luar LUH 1920
9 R33 Sambungan Pandrol

10 R33 & R41/R42 Pengaturan bantalan untuk Sambungan Pandrol

11 R33 & R41/R42 Pelat Landas untuk sambungan (bantalan kayu)

12 R41/R42 Sambungan Pandrol

13 Pelat landas Pandrol untuk bantalan besi

14 R54 Sambungan Pandrol

15 R54 Pengaturan bantalan untuk Sambungan Pandrol

16 R41/R42 Sambungan tipe F

17 R41/R42 Pelat landas untuk sambungan menumpu tipe F

18 R50 Sambungan tipe F

19 R50 Pelat landas untuk sambungan menumpu tipe F


REL R25
REL R25

REL PELAT PENYAMBUNG TIPE E

BAUT LAS TIPE 1911


1:2
PELAT LANDAS TIPE OR 1926
PELAT PENYAMBUNG 22/26 MM LUBANG REL 26 MM

PELAT PENYAMBUNG 22/26 MM


93

BAUT LAS

20
39

PELAT PENYAMBUNG
1:2

15
9

4
Lampiran 1

PELAT LAS
20
REL R25
REL R25

REL PELAT PENYAMBUNG TIPE E

BAUT LAS TIPE 1911


1:2
PELAT LANDAS TIPE A
PELAT PENYAMBUNG 22/26 MM LUBANG REL 26 MM

PELAT PENYAMBUNG 22/26 MM


94

E E
BAUT LAS

20
39

PELAT PENYAMBUNG
1:2
8

12,5
A
180
Lampiran 2 (1/2)

PELAT LANDAS
PELAT LANDAS TIPE A PELAT SAMBUNG TIPE E
20 20
180
7,5 12,5 12,5 7,5

R3 R3
R5

12,5
12,5

R5

5 9
5 9

37,5
36,5
36,5

27,91
2 2

45
45

26
26

21,5

80
R2 R2

2
2
22

9 5
9 5

42,5
R5 R5

129
129

18,55
R20 20
R5 R5 R

85

160
27,5 12,5 12,5 27,5

37,11
92,5
92,5

12 11

39,04
39,04

20 20
95

22

80
15
23
60 60
15

BAUT LAS TIPE 1911


42 92 44
7 20
1,61

34 10 36
Lampiran

36
20
39

14

18,5
8
5 9

10,5 8
12,5
14 26 50
15 90
2 (2/2)
REL R33

REL R33
REL R33
PELAT PENYAMBUNG TIPE LN 1909
BAUT PENYAMBUNG TIPE BL 1909

PELAT PENYAMBUNG PELAT LANDAS TIPE OC 1909


96

BAUT PENYAMBUNG

LUBANG REL

OC
Lampiran 3

PELAT LANDAS
REL R33
REL R33
PELAT PENYAMBUNG SAYAP
REL R33 DALAM LN 1909
LUAR LT 1909
BAUT PENYAMBUNG TIPE BL 1909
PELAT LANDAS TIPE DE 1909

PELAT PENYAMBUNG 24 MM LUBANG REL 30 MM


97

BAUT LAS

PELAT PENYAMBUNG

PELAT PENYAMBUNG 24 MM
Lampiran 4

BAUT LAS
REL R33
REL R33
PELAT PENYAMBUNG SAYAP
REL R33 DALAM LN 1909
LUAR LT 1909
BAUT PENYAMBUNG TIPE BL 1909
1:4 PELAT LANDAS TIPE DE 1909

PELAT PENYAMBUNG 24/35 MM LUBANG REL 30 MM


98

BAUT LAS
44,50

24,25
PELAT PENYAMBUNG TIPE BAR
PELAT PENYAMBUNG 24 MM
1:4

OC
12

12,25
LAMPIRAN 5

PELAT LANDAS
REL R33
REL R33
PELAT PENYAMBUNG ITPE BAR
REL R33
BAUT PENYAMBUNG TIPE BL 1909
PELAT LANDAS TIPE OE 1909
1:4

PELAT PENYAMBUNG 24/35 MM LUBANG REL 30 MM


99

BAUT LAS
44,5

PELAT PENYAMBUNG TIPE BAR


PELAT PENYAMBUNG 24 MM
1:4

15
9,5

OE
Lampiran 6

PELAT LANDAS
REL R33
REL R33
PELAT PENYAMBUNG HAARMAN
DALAM LIN 1920
LUAR LUN 1915
BAUT PENYAMBUNG TIPE BL 1920
REL R33 PELAT LANDAS HAARMAN OF 1915
PELAT JEPIT KE, KF 1909
TIREPON TN 1909
LUBANG REL 30 MM
PELAT PENYAMBUNG 24 MM
PELAT PENYAMBUNG 24/35 MM

BAUT PENYAMBUNG
PELAT PENYAMBUNG
100

TN
TN
KE
KF

PELAT LANDAS
Lampiran 7
REL R41
REL R41
PELAT PENYAMBUNG HAARMAN
DALAM LIN 1920
LUAR LUN 1920
BAUT PENYAMBUNG TIPE BL 1909
REL R33 PELAT LANDAS HAARMAN OH 19..
PELAT JEPIT KI, KK 1920
TIREPON TN 1909
LUBANG REL 30 MM
PELAT PENYAMBUNG 24 MM
PELAT PENYAMBUNG 24/35 MM

BAUT PENYAMBUNG
PELAT PENYAMBUNG
101

TN
TN
KI
KK
OH

PELAT LANDAS
Lampiran 8
SAMBUNGAN TIPE PANDROL UNTUK REL R33

CINCIN PER

BAUT DAN MUR 7 PELAT PENYAMBUNG UNTUK R33


7
102

KLIP PANDROL
3
4
6 PAKU PENAMBAT
6
5 5

PELAT LANDAS TIPE X atau PELAT LANDAS TIPE XX


Lampiran 9

PELAT PENGISI UNTUK R33


CARA PEMASANGAN SAMBUNGAN PANDROL
UNTUK REL R33 & R 41

PELAT LANDAS TIPE XX CINCIN PER

BAUT DAN MUR

130 211 60 7 60 211 130

3
5
4
103

5 4
3

PELAT PENYAMBUNG 1

55 75 75 15 110 110 15 75 75 55

200 200
PELAT LANDAS TIPE X
440
Lampiran 10
104

Lampiran 11

CARA PEMASANGAN SAMBUNGAN PANDROL


UNTUK REL R33 & R 41
40 26 72 72 24 40
7
D2
2
D2
9

12,5

9
12,5

28
R2 R2 R2

17
R3

8
43

R2 R2 R3

8
R6 R2,5
R6 16
R3 16

16
13

12

12
25 165 165 25
380

25 165 165 25

R15

15
R6

25
PELAT LANDAS
TIPE XX

75

100

150
60 14 2 14
R6
16

57
30

25
2 1
32
16

75

R6
PELAT LANDAS 14 65
TIPE X
R6
R6
150
75

R6
SAMBUNGAN TIPE PANDOL UNTUK REL R41/R42

CINCIN PER
PELAT PENYAMBUNG UNTUK R41/R42

BAUT DAN MUR 5 5


105

KLIP PANDROL
3
4 PAKU LENTUR
7
7
6 6
Lampiran 12

PELAT LANDAS TIPE X atau PELAT LANDAS TIPE XX


PELAT LANDAS TIPE PANDROL UNTUK REL R33
PADA BANTALAN BESI

330
28 273 29
40 25 72 72 24 40
56 56

LIN 5

LIN 4
3 ,5
R2

R9

9
3,5
R2
R9

R21
9

,5
1,5

28,5
R6 R2
R2
12,5
12,5 R2

42
17

R3 R2 1 : 20

8
R6 R2 R2
R6 R2 R2,5
16
R3 R3

16

12
12
12

16
106

R2 R2
12,5

R3 R3

R6 R3 R3 R6

PELAT LANDAS KHUSUS


100

UNTUK SAMBUNGAN
Lampiran 13

R6 R6
R3 R3
R3 R3
R2 R2
12,5
R54

REL R54

PELAT PENYAMBUNG UNTUK R54

CINCIN PER

BAUT DAN MUR


107

KLIP PANDROL

14
Lampiran 14

25 29 42 28 141,5 28 42 28 25
13 23 314 22 14
386

PELAT LANDAS UNTUK R54


CARA PEMASANGAN SAMBUNGAN
PANDROL UNTUK REL R54
PELAT LANDAS

55,5 100 211 60 7 60 211 100 55,5

40 100 40 40 100 40

D22

25
PELAT PENYAMBUNG
108

BAUT DAN MUR

25
D22

25 90 90 15 110 110 15 50 50 25

440

220 220 220


Lampiran 15

PELAT LANDAS
CINCIN
PENYEKAT
33X31,8

REL R41/R42

BAUT & MUR

BAUT ø 20 X 86
109

BAUT &
MUR

LAPISAN LENTUR KARET


Lampiran 16

320 x 108 x 6
110

Lampiran 17

PELAT LANDAS UNTUK SAMBUNGAN MENUMPU TIPE F

20 210 20

PELAT LANDAS UNTUK

SAMBUNGAN R41/42

60

320
130
60

320

104
8

65

40

PENJEPIT LENTUR
R50
PELAT PENYAMBUNG

REL R50

BAUT 19,05x90

PENJEPIT LENTUR
CINCIN
111

PENYEKAT
33 x 31,8

BAUT & MUR

CINCIN
LAPISAN LENTUR KARET PELAT LANDAS UNUK 23 x 11
240 x 125 x 6 SAMBUNGAN R50
Lampiran 18
PELAT LANDAS UNTUK
SAMBUNGAN R50
170
240

22
112

129

250
300
Pelat landas untuk sambungan menumpu tipe F

8
65
38
Lampiran 19

PENJEPIT LENTUR
106 x 60,3 x 86 106
113

PERUSAHAAN JAWATAN KERETA API

THE INDONESIA STATE RAILWAYS

BUKU LATIHAN JALAN REL

TEKNIK DASAR PERAWATAN

BAB 2
PERAWATAN JALAN REL
- ANGKATAN DAN LISTRINGAN

15
/1
1
/1
98
4
132
114

DAFTAR ISI
PERAWATAN JALAN REL
BAGIAN 2.0 TOLERANSI UNTUK PERA-
WATAN JALAN REL
1. KLASIFIKASI TIPE PEKERJAAN.
2. RINGKASAN TIPE PEKERJAAN .
3. SKILU (LIUKAN).
Definisi.
perhitungan skilu
BAGIAN 2.1 – ANGKATAN.
2.1a – PETUNJUK UMUM UNTUK PEKERJAAN ANGKATAN.

1. KETENTUAN – KETENTUAN
2. PERSYARATAN UNTUK PEKERJAAN ANGKATAN.

2.1b – PERSIAPAN UNTUK ANGKATAN.

1. PENDAHULUAN.
2. PENCARIAN TITIK – TITIK PEDOMAN (TP)
Menentukan TP pada bagian lurus jalan rel .
Menentukan TP pada bagian lengkung penuh dari suatu
lengkung.
Menentukan TP pada lengkung peralihan parabolis tanpa
lengkung penghalusan (Dusin).
3. HUKUM “GARIS PENGARUH 1/3” PADA TP.
3.1. Angkatan pilih – pilih
3.2. Angkatan menyeluruh.

2.1c – PEKERJAAN ANGKATAN DENGAN MENGGUNAKAN TEROPONG


ANGKATAN

1. PENYELASAN UMUM TEROPONG ANGKATAN TIPE “LEMAIRE”


Uraian
uraian dari pada teropong
Uraian tentang papan rambu (Baak)
Pemakaian peralatan
1.2 Pelaksanaan pembididikan dan pengukuran kekurangan
angkatan dengan tipe “Lemaire”
1.2.1. umum
1.2.2. Angkatan menyeluruh.
1.2.3. Angkatan pilih – pilih.
1.2.4. Angkatan sambungan.
1.2.5. Penyelasan mengenai pendidikan.
115

2. PENYELASAN UMUM TEROPONG ANGKATAN TIPE”GEISMAR” MODEL VP.


3. SITUASI UMUM DALAM LENGKUNG PERALIHAN PENGHAKUSAN (
DUSIN )
Lengkung peralihan parabolis tanpa lengkung penghalusan/Dusin.
3.1.1. Penentuan TPT(Titik Pedoman Tambahan) pada MBA.
3.1.2. Penentuan TPT pada ABA.
Lengkung peralihan parabolis dengan lengkung penghalusan /
dusin.

2.1d - PELAKSANAAN PEMECOKAN.

1. PELAKSANAAN PEMECOKAN DENGAN METODE YANNG BIASA.


2. ANGKATAN SECARA PEMECOKAN MEKANIS MENGGUNAKAN MESIN PECOK
RINGAN.
Pendahuluan.
Uraian tentang peralatan pemecokan.
Pengunaan mesin pemecok.
Pemecokan.
Perincian perangkat pelat pemecok.
Penggunaan pelat pemecok.
Penggunaan pelat pemecok pada bantalan kayu
a) Perangkat pelat pemecok ketebalan 10 mm.
b) Perangkat pelat pemecok ketebalan 18 mm.
c) Perangkat pelat pemecok ketebalan 25 mm.
Penggunaan pelat pemecok pada bantalan beton.
3. PEMAKAIAN PERALATAN TEROPONG ANGKATAN.
4. ANGKATAN DENGAN MEMAKAI MISTAR ANGKATAN.
4.1 Perbaikan kerusakan profil memanjang dan melintang.
4.2 Pengangkatan kedua rel sampai angkatan selesai.

2.1e - HAL – HAL KHUSUS

1. PERALIHAN PADA JEMBATAN ATAU PERLINTASAN.


2. TITIK – TITIK BALIK.
2.1. Penentuan posisi titik balik.
2.2. TPT pada titik balik.
2.3. TPT dalam lengkung penghalusan / dusin.
2.4. Adanya TPT pada lengkung penghalusan / dusin.
3. ANGKATAN UNTUK PERALIHAN LENGKUNG PADA JALAN LANDAI.
3.1. Prinsip.
3.2. Lantai peralihan sementara.
3.3. Lantai peralihan tetap.

2.2 – BAGAIMANA MENGETAHUI KONDISI


JALAN REL ?
1. MENGUKUR GENJOTAN.
Ketentuan – ketentuan.
Metode untuk mengestimasi bantalan yang perlu dipecok.
Mengukur genjotan.
Pelaksanaan pengukuran dilakukan dengan peralatan.
Mengukur genjotan.
116

2. MENGUKUR KEKURANGAN ANGKATAN.


3. NILAI KEKURANGAN ANGKATAN SEBENARNYA.

Bagian 2.3 – LISTRING


2.3a – PENGERTIAN ANAK PANAH.

1. PENGATURAN RINGKAS TRASE JALAN REL SEDERHANA.


Perhitungan anak panah.
Perhitungan jari – jari.
Rumus praktis pada 5 m dan 2,50 m.
2. PENELITIAN ANAK – PANAH PADA LENGKUNG.
Metode tiga titik.
Perhitungan perbaikan lengkung.

2.3b – LISTRING.

1. PENDAHULUAN.
2. PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK MENGUKUR ANAK-PANAH DAN
MELISTRING LENGKUNGAN.
3. LISTRING DAN LENGKUNGAN.
Lengkung dengan patok
Cara pemasangan patok pada lengkungan.
Pembuatan atau pengoreksian lengkungan.
Pelaksanaan pengeseran.
Lengkung tanpa patok.
4. LISTRING PADA JALAN LURUS.
Metode dengan benang.
Metode tiga titik.
5. TITIK BALIK DALAM LENGKUNGAN “S”

Penentuan posisi titik balik.


Variasi anak–panah adalah sama pada kedua lengkungan.
Variasi anak-panah tidak sama pada kedua lengkungan.
Listringan pada titik balik.
Listringan pada titik balik dimana lengkung mempunyai anak -
panah yang sama.
Metode untuk mengetahui anak-panah pada titik balik dengan
pemasangan benang pada rel terhadap kedua patok
disekitar titik balik ini.
Geseran pada titik balik dimana lengkungan mempunyai variasi
yang tidak sama.
pengaruh dari lebar jalan rel.
Listringan antara titik balik dan patok - patok disekitarnya.
117

2.3c – LISTRINGAN DENGAN DONGKRAK.

1. LANGKAH 1 : Penentuan lokasi dongkrak.


2. LANGKAH 2 : Penempatan dongkrak.
3. LANGKAH 3 : Penggunaan dongkrak.
4. LANGKAH 4 : Melepaskan dongkrak.
5. LANGKAH 1 : Pemeriksaan kembali listringan.

2.4-ANGKATAN DAN LISTRINGAN


DENGAN MESIN BERAT.
1. PENDAHULUAN.
2. PEMILIHAN DAERAH YANGAKAN DIPECOK.
3. PEMILIHAN METODE PEKERJAAN.
4. MESIN PLASSER-THEURER.
Angkatan memanjang.
Rentangan pedoman angkatan memanjang.
Angkatan rentangan lainnya.
4.3.1. Pekerjaan yang mengunakan metode dasar relatif.
4.3.2. Pekerjaan yang mengunakan metode dasar mutlak.
4.4. Memilih pedoman rentangan.
4.5. Penentuan ketinggian pengangkatan.
4.6. Titik-titik khusus.
4.7. Angkatan melintang.

2.4b – LISTRINGAN DENGAN MESIN BERAT.

1.1 PENDAHULUAN.
1.2 PRINSIP.
1.3 LENGKUNG PERALIHAN PARABOLIS.
4. MEMILIH MILIH METODE PEKERJAAN.
Metode tanpa membandingkan pada patok-patok.
Metode dengan membandingkan pada patok-patok.

5. MEMILIH PEDOMAN RENTANGAN REL

2.4c – PENAMBAHAN BALAS DENGAN MESIN PENGATUR BALAS

2.4D – PERSIAPAN UNTUK ANGKATAN DAN LISTRINGAN.

1. RINGKASAN KETERANGAN YANG DIBERIKAN PADA OPERATOR.

2. PERSIAPAN YANG DILAKSANAKAN OLEH KEPAKA DISTRIK.


118

BAGIAN 2

PERAWATAN JALAN REL


119

BAGIAN 2 . 0

TOLERANSI UNTUK

PERAWATAN JALAN REL


120

BAGIAN 2-0
TOLERANSI UNTUK
PERAWATAN JALAN REL
PRIORITAS UTAMA DAN TUJUAN UTAMA DARI REGU ADALAH UNTUK
MENINGKATKAN KONDISI JALAN REL
Pekerjaan yang tidak memberikan effek lanngsung terhadap
perjalanan kereta api, harus diambil sebagai prioritas kedua
sesudah pekerjaan perawatan jalan rel yang kritis
diselesaikan.

1- KLASIFIKASI TIPE PEKERJAAN


Tiap kali kereta lewat diatas rel, jalan kereta api
mengalami gaya vertical dan horizontal . Profil balas dan
pengaturan bantalan telah direncanakan untuk menambah gaya-
gaya tersebut.
Namun, beberapa tipe pekerjaan jalan rel seperti
pengeluaran balas, mengganti bantalan, angkatan dan
listringan yang cukup beasr dapat menggangu kestabilan jalan
yang cukup serius
Oleh sebab itu :
- dibutuhkan tindakan pencegahan pendahuluan.
- Dibuat dua katagori pekerjaan jalan rel.
KATAGORI 1
PEKERJAAN TIDAK MEMBERI EFFEK PADA KESTABILAN JALAN REL :
o Perbaikan sambungan rel.
o Perbaikan celah rel.
o Pengecangan alat penambat.
o Perbaikan alat penambat (kecuali untuk RPM)
o Perbaikan lebar sepur / jarak rel.
o Penggantian rel, penggantian elemen-elemen rel pada RPM.
o Pengerindaan rel dan pekerjaan yang sejenis.
Catatan :
Definisi:
- Rel normal adalah rel yang panjangnya sampai
dengan 24 m.
- Rel panjang adalah rel yang panjangnya antara 24 m
sampai 85 m.
- Rel panjang menerus (RPM) adalah rel yang
panjangnya lebih dari 300 m.
-
121

KATAGORI 2
SEMUA PEKERJAAN YANG DAPAT MENGURANGI / MENGGANGU KESTABILAN
JALAN REL.
o Perbaikan alat pemambat pada RPM (Rel panjang menerus)
o Pengorekan balas.
o Pembersihan balas.
o Penggantian bantalan, pengaturan jarak bantalan dan
penyikuan bantalan.
o Angkatan dan Listringan.
o Pekerjaan Katagori 2 memerluakan perhatian khusus supaya
keamanan kereta terjamin dan tidak memerlukan penggunaan
pembatasan kecepatan.

DEFINISI :
MASA PENSTABILAN adalah waktu yang dibutuhkan balas untuk
mencapai perlawanan yang cukup memegang jalan rel pada
kedudukannya.

Waktu penstabilan / pemantapan Normal :


Untuk jalan rel dengan rel normal : 20.000 ton (*) atau 5
dan panjang (Bantalan besi,Kayu hari dengan minimum
dan beton satu K.A. berat yang
lewat.
Untuk jalan rel dengan RPM : 12.000 ton (*) (untuk
bantalan beton atau
besi).
: 60.000ton (*) (untuk
bantalan kayu).
(*)berat kotor

2- RINGKASAN TIPE PEKERJAAN


Jalan Rel dengan Rel normal dan Jalan Rel dengan Rel Panjang menerus
Nama pekerjaan
panjang (RPM)
122

PERBAIKAN ALAT - Pada satu rentangan rel :


PENAMBAT Jangan buka semua alat penambat pada salah satu sisi rel dari 2 bantalan yang berurutan.

- Dengan rel normal dan


panjang : Katagori 1
- Jangan buka lebih dari 20 % jumlah alat penambat satu rentangan panjang 20 m
- Dengan rel panjang menerus
(RPM) : Katagori 2
PERBAIKAN SAMBUNGAN - Pada sambungan tidak boleh
membongkar kedua sambungan
DAN PENGATURAN yang berhadapan sekaligus pada
SIAR REL. waktu yang sama.

- Jangan biarkan kereta lewat


Katagori 1 pada sambungan yang telah dibuka.

Jalan Rel dengan Rel normal dan Jalan Rel dengan Rel Panjang menerus
Nama pekerjaan
panjang (RPM)

PERBAIKAN - Untuk perbaikan siar


rel,jangan putar/buka tirepon lebih
SAMBUNGAN dari 1 cm tingginya.
DAN - Nilai siar maksimum yang diizinkan
PENGATURAN selama pekerjaan adalah 25 mm
SIAR REL - Sewaktu perbaikan sambungan,nilai
siar maksimum yang diizinkan adalah
Katagori 1 antara 25 mm dan 50 mm

Kekeculian : - Pastuk sementara (rel pengisi)harus


ditambah untuk mendapat satu siar
Pengaturan siar rel untuk alat penambat dengan ukuran kurang dari 25 mm.
tipe PANROL dan DE tidak boleh
dilakukan tanpa semboyan 3. - Dilarang adanya nilai siar lebih dari
50 mm,walaupun mengunakan
pastuk sementara.

Antara dua bantalan,jangan gorek balas lebih dari 5 cm dibawah garis dasar
PENGATURAN -
bantalan.
JARAK BANTALAN
- Bilamana mengorek balas,jangan rusakkan lapisan dasar dibawah bantalan.
ATAU PENYIKUAN
Jangan gorek balas lebih dari
BANTALAN. -
4 spasi bantalan berurutan dan lebih
- Jangan gorek
balas lebih dari 2
dari 20 % spasi bantalan sepanjang spasi bantalan
Katagori 2 20 m berurutan dan
lebih dari 20 %
spasi bantalan
sepanjang 20 m

- Harus diikuti persiapan “perbaikan alat penambat”

- Jangan angkat rel lebih dari 20 cm dengan dongkrak.

- Penampang lintang harus diselesaikan pada akhir tiap hari pekerjaan.(Profil)

- Tunggu masa penstabilan antara dua kegiatan.

PEMBERSIHAN BALAS - Jangan ganggu lapisan dasar dibawah bantalan.

- Jangan gorek balas pada bagian ujung bantalan tetapi penggorekan seharusnya
diantara bantalan
Katagori 2
123

- Persyaratan sama seperti pada a/ Metode tanpa semboyan.


pengaturan dan penyikuan Pengorekan balas harus dilakukan
bantalan dalam bagian jalan rel yang pendek
(panjang 20 m),dengan jarak
lebih dari 60 m antara 2 bagian
pekerjaan.

Pada suatu bagian 20 m


- Jangan gorek lebih dari 2 spasi
bantalan berurutan dan lebih dari 20
% spasi bantalan
- Beberapa kegitan diperlukan.
- Profil balas harus diselesaikan
untuk mulai kegiatan yang berikut.

Jalan Rel dengan Rel normal dan Jalan Rel dengan Rel Panjang menerus
Nama pekerjaan
panjang (RPM)

PEMBERSIHAN Untuk mulai bagian 20 m yang berikut,


BALAS tunggulah masa penstabilan.

B/ Metode dengan semboyan.


Katagori 2 - Pengerjaannya harus dilakukan dengan
pembatasan kecepatan 20 km/jam ( 2B).
- Panjang bagian jalan rel berurutan adalah 20
m dengan jarak lebih dari 60 m antara 2
bagian pekerjaan.
- Penampang lintang harus diselesaikan
sebelum mulai bagian panjang 20 m yang
berikut.
- Pembatasan kecepatan dicabut sesudah
masa pensrabilan jalan rel telah terpenuhi.

PENGGANTIAN BANTALAN - Jangan ganti lebih dari 2 - Jangan ganti lebih dari 1 bantalan tiap 5
bantalan berurutan. buah bantalan.
Katagori 2
- Jangan ganti lebih dari 1/3
jumlah bantalan tiap panjang rel. - Buat beberapa kali kegiatan dengan
- Jika bantalan lebih dari 1/3 masa penstabilan diantaranya.
yang harus diganti,kerjakan 2 atau 3
kali kegiatan dengan penstabilan
diantaranya.
(*) kecuali untuk bantalan besi yang
merupakan suatu kekecualian. - Jalan rel tidak boleh diangkat lebih dari 2 cm. (*)
- Jangan gorek balas pada bagian ujung bantalan , tetapi pengorekan seharusnya
diantara bantalan.
- Jangan biarkan kereta api lewat waktu tempat bantalan kosong.

LISTRINGAN - Pengeseran rel maksimum - Penggeseran rel maksimum adalah 20 mm


(Secara manual ) adalah 50 mm
- Pengeseran harus dibuat dalam
operasi yang bertahap, maksimum
tiap kalinya 20 mm
- Jika perlu menggeser antara 20 mm
sampai 50 mm, lakukan minimum 3
kali kegiatan dengan periode
penstabilan diantaranya.
124

Nama pekerjaan Jalan Rel dengan Rel normal dan panjang Jalan Rel dengan Rel Panjang menerus (RPM)

Pengangkatan maksimum untuk


ANGKATAN -
pemecokan adalah 30 mm
- Pengangkatan maksimum untuk pemecokan
adalah 30 mm
( Secara - Bila lebih dari 30 mm harus dibuat secara - Pengangkatan maksimum pada titik pedoman
mabual ). bertahap dengan masa penstabilan antara 2 adalah 10 mm
kegiatan.
Katagori 2 -

- Perbedaan pertinggian : jika pertinggian jalan rel berbeda dari pertinggian teoritis sebesar +/-
7 mm, harus segera diperbaiki..

- Batas liukan / Skilu :

KECEPATAN 60 km / jam : 4 mm / m ( 12 mm / 3 m ) Jarak antara 6


60 km/H < KECEPATAN 90 km / jam : 3 mm / m ( 9 mm / 3 m ) atau bantalan dari sumbu
KECEPATAN 90 km / jam : 2,5 mm / m ( 7 mm / 3 m ) ke sumbu

Ketentuan tambahan untuk pekerjaan katagori 2


( Kecuali untuk perbaikan alat penambat pada RPM )

Untuk pekerjaan katagori 2 yang dapat menimbulkan ketidak kokohan


jalan rel,dimana ketentuan-ketentuan toleransi di atas tidak
dapat dipenuhi , satu pembatasan kecepatan 20 km/jam (
Semboyan 2 B )harus dipasang. Pembatasan kecepatan 20 km/jam
dicabut sesudah masa penstabilan / pemantapan jalan rel.

Sesudah suatu pekerjaan katagori 2 selesai , profil balas harus


segera dipenuhi dengan lengkap .

JIKA MASA PENSTABILAN / PEMANTAPAN TIDAK DILAKUKAN, MUNGKIN REL


DAPAT MEMBENGKOK ( NGULET ).

Jika dalam masa pekerjaan, jalan rel memperlihatkan tanda-tanda


pengeseran yang tidak normal seperti kekosongan antara bantalan
dengan balas yang dapat terlihat pada ujung bantalan , maka
PEKERJAAN DIHENTIKAN SEGERA DAN BILA PERLU KERETA API LEWAT
DENGAN PERLAHAN.
125

3. SKILU ( LIUKAN)
Kedudukan keempat roda pada dua gandar yang berurutan (bogie atau
kedua gandar pada suatu gerbong) adalah kurang lebih sebidang.
BILA PADA SATU REL TERDAPAT PENURUNAN OLEH KARENA ANGKATAN TIDAK
BAIK, RODA LEWAT TEMPAT PENURUNAN TIDAK AKAN MENYENTUH REL KARENA
RODA TERSEBUT SEBIDANG DENGAN 3 RODA LAINNYA.

KERUSAKAN INI BERBAHAYA KARENA


DAPAT MENYEBABKAN TERJADINYA
ANJOG (Bila ditam,bah dengan
keadaan-keadaan buruk lainnya
dari kekakuan sumbu boxes / as
roda,pergerakan mengayun dan
lainnya).

SKILU DIUKUR DALAM mm/m DENGAN JARAK 3 m,YANG MANA MERUPAKAN


JARAK ANTARA 6 BANTALAN DARI SUMBU KE SUMBU DAN YANG SEHUBUNGAN
DENGAN JARAK SUMBU BOGIE.
PERHATIAN KHUSUS HARUS DIBERIKAN MENGENAI PERBEDAAN PERTINGGIAN
YANG TIDAK NORMAL.
PERBAIKAN HARUS DILAKUKAN SEGERA BILA TERJADI SKILU YANG DIUKUR
PADA 3 METER MELAMPUI NILAI TERSEBUT DIATAS.

3.1. Difinisi
SKILU adalah perbedaan pertinggian yang sebenarnya antara
dua titik sepanyang 3 meter atau dalam pratek jarak antara 6
bantalan dari sumbu ke sumbu (60 cm antara kedua sumbu
bantalan yang berurutan). Genjotan mempunyai peranan yang
yang penting dalam perhitungan skilu.Cara menentukan
genjotan dijelaskan pada bagian 2.2 yakni “Bagaimana
mengetahui kondisi jalan rel”.
3.2. Perhitungan SKILU
Bentuk - bentuk (Lampiran A) dapat digunakan untuk
perhitungan skilu.
Lampiran B (1/2) dan B (2/2) memperlihatkan 2 contoh
perhitungan :
- 1 pada jalan lurus.
- 1 pada lengkung
126

Perhitungan skilu
(LURUSAN ATAU LENGKUNG)
Nomor
Sk Nomor
Sk
Gen- Pengukuran Gen- Pertinggian Gen- Pengukuran Gen- Pertinggian
ban-
jotan pertinggian jotan sebenarnya
il ban-
jotan pertinggian jotan sebenarnya
il
talan talan
u u

1 , , , , ,,, 1 , , , , ,,,

2 , , , , ,,, 2 , , , , ,,,

3 , , , , ,,, 3 , , , , ,,,

4 , , , , ,,, 4 , , , , ,,,

5 , , , , ,,, 5 , , , , ,,,

6 , , , , ,,, 6 , , , , ,,,

7 , , , , ,,, 7 , , , , ,,,

8 , , , , ,,, 8 , , , , ,,,

9 , , , , ,,, 9 , , , , ,,,

10 , , , , ,,, 10 , , , , ,,,

11 , , , , ,,, 11 , , , , ,,,

12 , , , , ,,, 12 , , , , ,,,

13 , , , , ,,, 13 , , , , ,,,

14 , , , , ,,, 14 , , , , ,,,

15 , , , , ,,, 15 , , , , ,,,

16 , , , , ,,, 16 , , , , ,,,

17 , , , , ,,, 17 , , , , ,,,
127

18 , , , , ,,, 18 , , , , ,,,

19 , , , , ,,, 19 , , , , ,,,

20 , , , , ,,, 20 , , , , ,,,

21 , , , , ,,, 21 , , , , ,,,

22 , , , , ,,, 22 , , , , ,,,

Perhitungan Skilu
Contoh 1 Contoh 2
LURUSAN LNGKUNG
Nomor
Sk Nomor
Sk
Gen- Pengukuran Gen- Pertinggian Gen- Pengukuran Gen- Pertinggian
ban-
jotan pertinggian jotan sebenarnya
il ban-
jotan pertinggian jotan sebenarnya
il
talan talan
u u

1 +3 4 , ,+7, , ,,, 1 24 , ,24, , ,,,

2 +2 2 , ,+4, , ,,, 2 26 2 , ,28, , ,,,

3 0 , ,0, , ,,, 3
30 4 , ,34, , ,,,

4 -2 , ,-2, , ,,, 4 23 2 , ,25, , ,,,

5 -3 , ,-5, , ,,, 5 20 1 , ,21, , ,,,

6 -4 , ,-8, , ,15, 6 1 28 , ,27, , ,3,

7 +10 , ,+9, , ,5, 7 3 26 , ,23, , ,5,

8 -1 , ,-1, , ,1, 8 6 23 , ,17, , ,17,

9 0 , ,0, , ,2, 9 3 22 , ,19, , ,6,

10 +8 , ,+8, , ,13, 10 1 26 1 , ,26, , ,5,

11 +5 1 , ,+6, , ,14, 11 1 30 1 , ,30, , ,3,

12 +10 2 , ,+12,, ,3, 12 31 2 , ,33, , ,10,

13 0 , ,0, , ,1, 13 2 21 4 , ,23, , ,6,

14 0 , ,0, , ,0, 14 20 2 , ,22, , ,3,

15 +2 , ,+2, , ,6, 15 26 , ,26, , ,0,

16 +4 , ,+4, , ,2, 16 3 28 4 , ,29, , ,1,

17 3 -6 , ,-9, , ,21, 17 20 , ,20, , ,13,

2 -2 1 19
0 2 26
128

18 , ,-4, , ,4, 18 , ,18, , ,5,

19 , ,0, , ,0, 19 , ,24, , ,2,

20 , ,+4, , ,2, 20 , ,20, , ,6,

21 , ,+9, , ,5, 21 , ,22, , ,7,

22 , ,+10,, ,19, 22 , ,23, , ,3,


129
Lampiran B (2/2)
130

BAGIAN 2 . 1

ANGKATAN
131

BAGIAN 2 . 1 a

PETUNJUK UMUM UNTUK PEKERJAAN

ANGKATAN
132

BAGIAN 2 . 1a

PETUNJUK UMUM UNTUK PEKERJAAN


ANGKATAN

1. KETENTUAN – KETENTUAN
- Angkatan menyeluruh : titik – titik tinggi secara
sistematis harus diangkat ( umumnya 5 atau 10 mm ).

- Angkatan pilih – pilih : dilaksanakan tanpa


pengangkatan titik – titik tinggi.

- Angkatan pada sambungan : dibatasi pada bantalan di


sekitar sambungan.

2. PERSYARATAN UNTUK PEKERJAAN


ANGKATAN
- Jika perbedaan nilai pertinggian teoritis dengan
nilai pertinggian hasil ukuran > 7 mm, maka jalan rel
harus segera diperbaiki.

- Jika nilai skilu yang dihitung (pada dua titik


sejarak tiga meter) lebih besar dari batasan skilu
yang seharusnya, maka jalan rel harus segera
diperbaiki.
133

BAGIAN 2 . 1 b

PERSIAPAN UNTUK ANGKATAN


134

BAGIAN 2.1b
PERSIAPAN UNTUK ANGKATAN
1. PENDAHULUAN
Untuk mengetahui sejauh mana kerusakan jalan rel, harus
dilaksanakan pengukuran kerusakan. Untuk itu, pilih dua titi
tinggi yang disebut pedoman. Antara kedua titik – titik ini
diukur kedudukan jalan rel.

Tiap titik tinggi bukan sebagai titik pedoman,


tetapi titik pedoman merupakan titik tinggi

2. PENCARIAN TITIK – TITIK PEDOMAN


Untuk mencari titik – titik pedoman adalah sebagai berikut :
Satu orang melihat langsung dengan mata titik tinggipada rel
dengan memperhatikan lendutan yang ada pada rel. Dari titik –
titik ini nantinya akan ditentukan titik – titik pedoman.

Satu orang lainnya bergerak maju dari posisi orang pertama


dengan menyentuh mistar angkatan pada kepala rel. Orang
pertama harus menyuruh berhenti orang yang membawa mistar
ketika mistar berada pada titik tinggi. Untuk lebih tepat
dalam menentukan titik pedoman tersebut, orang yang pertama
harus mendekati titik yang ditentukan kira – kira 4 atau
5 meter. Titik pedoman akan ditentukan pada rel yang tinggi
( rel yang harus diangkat dengan nilai yang terkecil ).

Untuk pekerjaan angkatan sambungan dengan peralatan


angkatan,harus mencari titik – titik disekitar bagian rendah
dari setip rel. Kedua bagian rendah, mungkin tidak mempunyai
panjang yang sama dan titik – titik pedoman pada rentangan
A dan B mungkin di peroleh pada tempat yang berbeda .Titik –
titik pedoman pada rentangan A dan B jangan diangkat
( angkatan diatas titik pedoman adalah nol).

Untuk semua contoh – contoh yang diberikan selanjutnya,


titik – titik tinggi diangkat sebanyak 5 mm untuk angkatan
menyeluruh.

Menentukan titik pedoman (TP) pada bagian lurus jalan


rel.

Pertinggian teoritis adalah nol


135

Contoh 1 :

Pada dsebelah rel,Kita lihat satu titik tinggi,misalnya


titik M pada bagian rentangan rel A

rel A
rel B

Jika pertinggian pada M diukur, misalnya didapat rel B lebi


rendah 4 mm,maka dalam hal ini cukup baik untuk pengambilan
TP pada titik M tersebut,karena rentangan yang tertinggi
terletak pada titik M

Hasil Pengukuran Angkatan Angkatan


pada rentangan menyeluruh pilih - pilih
Rel A TP 5 TP 0
Rel B TP 9 (4 + 5) TP 4

Ingat bahwa pada angkatan menuluruh, titik – titik tinggi secara


sistimatis diangkat sebanyak 5 mm, pada conntoh yang diberikan.

Pada titik M,buat tanda TP pada kaki rel. Diatas bantalan


yang paling dekat, tulislah :

M M
REL A
0 TP 4
5 TP 9

REL B

Angkatan MENYELURUH Angkatan PILIH - PILIH

Contoh 2 :

Titik tinggi yang dipilih adalah titik N pada rentangan rel


A. Pertinggian yang diukur pada titik N menunjukkan bahwa
rel A lebih rendah 2 mm dari pada rel B.Ini berarti titik N
tidak boleh diambil sebagai TP, sebab rel A lebih rendah 2
mm dari pada rel B,maka harus menentukan TP pada rentangan
rel B,disekitar titik N,sebagai contoh pada titik P.

N
REL A

P REL B

Ukur pertinggian pada P dan kemudian hitung nilai angkatan


kalau rel A pada titik P lebih rendah 5 mm
136

Hasil Pengukuran Angkatan Angkatan


pada rentangan menyeluruh pilih - pilih
Rel A TP 10 (5 + 5) TP 5
Rel B TP 5 TP 0

Pada titik P,diatas bantalan yang paling dekat,tulislah :

N N
10 TP 5 REL A

5 TP 0
REL B
P P

Menentukan TP pada bagian lengkung penuh dari suatu


lengkung.
Pertinggian yang harus dicapai adalah pertinggian teoritis
dari lengkung. Sebagai contoh , suatu lengkung dengan
peretinggian teoritis adalah 80 mm.
Contoh 1 :
Tentukan titik tinggi misalnya M pada rel dalam :

Ukur pertinggian pada M,missal didapat 74 mm,berarti rel


luar lebih rendah 6 mm.
TP adalah cukup baik untuk diambil,karena rel dalam adalah
merupakan titik tinggi (titik yang harus diangkat dengan
nilai yang terkecil).

Hasil Pengukuran Angkatan Angkatan


pada rentangan menyeluruh pilih - pilih
Rel dalam TP 5 TP 0
Rel luar TP 11 (5+6) TP 6
Pada titik M,diatas bantalan yang paling dekat,tulislah:
11TP5

6TP0
137

Angkatan MENYELURUH Angkatan PILIH - PILIH


Contoh 2 :
Lihat titik pedoman lainnya pada rel dalam,misalnya pada N:

Ukur pertinggian,misalnya didapat 82 mm. Berarti tidak boleh


diplih sebagai TP karena rentangan rel dalam lebih rendah 2
mm.Maka harus dicari TP pada rel luar, misalnya pada P,
kemudian ukur pertinggian dan missal didapat 85 mm.
Berarti rel luar lebih tinggi 5 mm dari pada rel dalam.

Hasil Pengukuran Angkatan Angkatan


pada rentangan menyeluruh pilih - pilih

Rel dalam TP 5 TP 0
Rel luar TP 10 (5+5) TP 5

Pada titik P, pada bantalan yang paling dekat, tulislah :


5TP10

0TP5

Angkatan MENYELURUH Angkatan PILIH - PILIH

Menentukan TP pada lengkung peralihan parabolis tanpa


lengkung penghalusan (Dusin)

Rel luar

Rel dalam
MBA ABA
Bagian lurus Lengkung peralihan Lengkung penuh

Pertinggian dengan nilai nol pada bagian lurus harus berubah


secara bertahap sampai mencapai nilai pertinggian untuk
lengkung penuh.
138

Perubahan pertinggian dimulai pada awal lengkung peralihan


parabolis (MBA = Mulai Busur Alih)dan berakhir pada akhir
lengkung peralihan parabolis ( ABA = Akhir Busur Alih).
Pada MBA,pertinggian harus sama dengan nol. Pada
ABA,pertinggian harus sama dengan pertinggian pada lengkung
penuh.
Metode menentukan TP pada lengkung peralihan parabolis.
Ukur dengan tepat panjang lengkung peralihan.Untuk ini
digunakan pita pengukur dan pengukuran dimulai dari MBA.
Tulis jarak setiap 2 m pada kepala rel luar.

6m
4m
2m

Tentukan TP pada lengkung peralihan dengan metode yang sama


dengan yang digunakan untuk lengkung penuh.

Rel luar
PERTINGGIAN teoritis pada
lengkung penuh = 90 mm

Rel dalam
MBA ABA

Bagian lurus Lengkung peralihan Lengkung penuh

Pada tiap TP dihitung pertinggian yang harus didapat.


Pertinggian dihitung seperti yang berikut :
Contoh 1 :
Panjang lengkung peralihan adalah 60 m. Jika pertinggian
pada lengkung penuh adalah 90 mm, maka variasi pertinggian
setiap 1 meter adalah 90/60 = 1,5 mm/m.
Jika titik tinggi yang dipilih dilokasikan pada jarak 6 m
dari MBA, maka pertinggian pada titik ini seharusnya sama
dengan 1,5 mm/m x 8 m = 12 mm.
Jika titik tinggi yang dipilih dilokasikan pada jarak 42 m
dari MBA, maka pertinggian pada titik ini seharusnya sama
dengan 1,5 mm/m x 42 m = 63 mm.
139

Contoh 2 :

REL A

REL B
M
MBA

6m

Tentukan titik tinggi pada rel dalam,missal titik M. Jika


titik ini berada sejauh 6 meter dari MBA, maka pertinggian
pada titik ini seharusnya sama dengan 1,5 mm x 6 = 9 mm.
Jika pertinggian yang diukur didapat misalnya 4 mm,berarti
TP ditentukan dengan baik pada rel dalam yang lebih tinggi.
Rel luar lebih rendah : 9 – 4 = 5 mm.

Hasil Pengukuran Angkatan Angkatan


pada rentangan menyeluruh pilih - pilih
Rel luar TP 10 (5+5) TP 5
Rel dalam TP 5 TP 0
Pada bantalan yang paling dekat dari titik M, tulislah :
10TP5

5TP0

Angkatan MENYELURUH
Angkatan PILIH –
PILIH
Contoh 3 :
Bila ditentukan titik tinggi lainnya pada rel dalam.misalnya
pada N,titik ini sejauh 32 m dari MBA,maka pertinggian harus
sama dengan 1,5 mm/m x 32 m = 48 mm.
Jika [pertinggian yang ada diukur misalnya 50 mm,berarti
bahwa titik tinggi yang dipilih tidak boleh menjadi pedoman,
sebab rel dalam lebih rendah 50 – 48 = 2 mm. Maka tentukan
TP yang lain pada rel luar,umpa pada P.
140

P REL A
N
REL B
M
MBA
26 m
32 m

Hitung pertinggian yang didapat pada titik P.Bila titik


tinggi yang dipilih (P)berada pada jarak 26 m dari MBA,maka
pertinggian seharusnya sama dengan 1,5 mm/m x 26 m = 39 mm.
Ukur pertinggian yang ada,missal 44 mm.Maka didapat 44 – 39
= 5 mm lebih besar dari pertinggian teoritis.
Titik ini boleh diambil sebagai titik pedoman (TP)

Hasil Pengukuran pada Angkatan Angkatan


rentangan menyeluruh pilih - pilih
Rel luar TP 5 TP 0
Rel dalam TP 10 TP 5
Pada bantalan yang paling dekat dari titik P,tulislah :
5TP10

0TP5

Angkatan MENYELURUH
Angkatan PILIH –
PILIH
3. HUKUM “ GARIS PENGARUH 1/3” PADA TP.
Angkatan pada satu rentangan tanpa mengangkat rentangan yang
lain menimbulkan keamblesan ujung bantalan di sebelah
rentangan rel yang tidak diangkat.
141

a
a = 31 b

Untuk menghindari kesalahan angkatan jalan rel,nilai


angkatan pada rentangan dimana angkatan paling kecil
seharusnya sama dengan atau lebih besar dari 1/3 perbedaan
antara kedua nilai angkatan kedua rentangan
Sebenarnya,harus dipertimbangkan ujung bantalan bias ambles
sampai nilai 2 mm.

6 mm

2 mm

Jika 1/3 perbedaan nilai angkatan kedua rentangan lebih dari


2 mm untuk angkatan pilih – pilih,7 mm angkatan menyeluruh (
nilai angkatan diatas TP = 5 mm),nilai angkatan kedua
rentangan harus ditingkatkan dengan 1/3 perbedaan
tersebut,dikurangi nilai angkatan pada rentangan titik
pedoman.
Nilai peningkatan angkatan pada kedua rentangan (sesuai
dengan hokum yang dijelaskan diatas ) harus dibulatkan.
142

ANGKATAN PILIH – PILIH


Contoh :

1/3 perbedaan nilai Peningkatan nilai Tulisan yang seharusnya


Tulisan pada TP Pembolehan
angkatan kedua rel angkatan kedua rel pada TP

0 TP 1 Boleh 0,3 0 0 TP 1
0 TP 2 boleh 0,7 0 0 TP 2
0 TP 3 boleh 1 0 0 TP 3
0 TP 4 boleh 1,3 0 0 TP 4
0 TP 5 boleh 1,7 0 0 TP 5
0 TP 6 boleh 2 0 0 TP 6

0 TP 7 Tidak boleh 2,3 2 0 TP 9


0 TP 8 Tidak boleh 2,7 3 0 TP 11
0 TP 9 Tidak boleh 3 3 0 TP 12
0 TP 10 Tidak boleh 3,3 3 0 TP 13
- - - - -
- - - - -
- - - - -

ANGKATAN MENYELURUH
Angkatan menyeluruh dengan nilai angkatan minimum
5 mm di atas TP.
Untuk menentukan masalah “HUKUM GARIS PENGARUH 1/3”,nilai
angkatan pada rentangan yang paling rendah seharusnya lebih
besar dari 26 mm , yaitu :
Nilai angkatan pada rentangan yang paling tinggi adalah 5mm
Perbedaan nilai angkatan tanpa menggunakan “hokum garis
pengaruh 1/3”adalah : (2 + 5) = 21 mm.
Nilai angkatan pada rentangan yang paling rendah seharusnya
mencapai nilai 21 + 5 = 26 mm.

21 mm
26 mm

5 mm 5 mm
2 mm
143

Contoh :

Tulisan 1/3 perbedaan nilai Peningkatan nilai Tulisan yang


Pembolehan
pada TP angkatan kedua rel angkatan kedua rel seharusnys pada TP

- - - - - - = - ---->0 -
- - - - - - = - ---->0 -
5 TP 26 boleh 7 7 – 5 = 2 ---->0 5 TP 26

5 TP 27 Tidak boleh 7,3 7,3 – 5 = 2,3  2 7 TP 29


5 TP 28 Tidak boleh 7,7 7,3 – 5 = 2,3  3 8 TP 31
- - - --- – - = ---  - -
- - - --- – - = ---  - -

Catatan :
Untuk “hukukm garis pengaruh 1/3“mempengaruhi tulisan diatas
TP,nilai perbedaan angkatan pada kedua rentangan rel
seharusnya lebih dari 6 mm untuk angkatan pilih – pilih dan
21 mm untuk angkatan menyeluruh.
Untuk angkatan menyeluruh,perbedaan angkatan 21 mm jarang
terjadi.
Peringatan: ( dari halaman 2.0/5 )

- Perbedaan pertinggian : Jika pertinggian jalan rel berbeda dari pertinggian teoritis sebesar +/- 7 mm,
harus segera diperbaiki.

“Hukum garis pengaruh 1/3”menunjukkan bahwa,angkatan


pilih – pilih tidak disarankan jika kerusakan pertinggian
terlalu besar.
Hal ini membutuhkan peningkatan nilai angkatan pada kedua
rentangan,termasuk yang paling tinggi.
Jika nilai perbedaan angkatan mendekati nilai angkatan
minimum pada TP untuk angkatan menyeluruh.Dalam hal ini
lebih baik mengunakan metode angkatan menyeluruh.
144

BAGIAN 2 . 1c

PEKERJAAN PERSIAPAN ANGKATAN

DENGAN MENGGUNAKAN

TEROPONG ANGKATAN
145

BAGIAN 2.1C

PEKERJAAN PERSIAPAN ANGKATAN DENGAN

MENGGUNAKAN TEROPONG ANGKATAN

1. PENYELASAN UMUM TEROPONG


ANGKATAN TIPE “LEMAIRE”
Peralatan dengan presisi yang baik akan menghasilkan
pekerjaan angkatan yang baik. Peralatan angkatan adalah
berupa teropong bersama papan rambunya.

URAIAN

Uraian dari pada teropong (lihat gambar A.)


Peralatan angkatan adalah berupa suatu teropong,dimana
toleransi ketepatannya (presisi) adalah kurang lebih 1 mm
untuk jarak 30 m.
Pada lensa pembidikan mempunyai benang silang dengan satu
benang horizontal dan satu benang vertical. Teropong duduk
pada penyangga yang mempunyai sepatu yang dilengkapi dengan
2 penjempit elastis agar peralatan menjadi kaku atau kokoh
berada diatas kepala rel. Dua sekrup “V4” mengunci teropong
pada kaki penyangga.
Suatu waterpass digunakan untuk memeriksa apakah benang
silang berada dalam keadaan horizontal.
Pengaturan angkatan dioperasikan dengan sekrup “V2”,yang
memungkinkan teropong digerakkan pada sumbunya untuk
mengatur benang horizontal pada benang lingkaran untuk
penyesuaian nilai nol pada papan rambu.
Pengaturan ketinggian garis pembidikan dilakukan dengan
sekrup “V3”.

Uraian tentang papan rambu (baak).


Papan rambu mempunyai 5 skala pembacaan. Skala - skala
tersebut dibuat secara paralel langsung pada besi sudut.
Nilai 0 (nol) daritiap skala adalah pada garis horizontal
yang sama.
146

Lampiran
. A
PERALATAN ANGKATAN LEMAIRE
(TEROPONG TEODOLIT LEMAIRE)
147

Kaki papan rambu tegak diatas sepatunya yang dapat diatur


/diputar pada sumbunya dan mempunyai dua penyepit
elastis,untuk mengkokohkan papan rambu pada kepala
rel.Dengan waterpass diperiksa apakah garis pedoman nol
horizontal atau tidak.
Untuk menghindari kesalahan pembacaan,bagian bawah papan
rambu berwarna merah,sedang atas berwarna putih

Pemakaian Peralatan.
Tempat papan rambu pada titik pedoman dan tempatkan
teropong pada titik pedoman berikutnya.
Atur ocular (lensa untuk mata) dengan memutar kepala
“B” sampai kelihatan benang silang.
Atur kepala “V1” sampai papan rambu kelihatan jelas.
Atur benang horizontal pada garis dasar nol dengan
menggunakan sekrup “V2”.

PELAKSANAAN PEMBIDIKAN DAN PENGUKURAN KEKURANGAN


ANGKATAN DENGAN TIPE “LEMAIRE”
UMUM
Kekurangan angkatan diukur dengan teropong dan rambu.
Sebelum dimulai pembidikan harus diyakinkan bahwa papan
rambu angkatan telah sesuai dengan teropong yang di
gunakan, sebab tiap papan rambu hanya untuk satu
teropong.
Teropong dan rambu harus dalam keadaan kondisi yang baik.
Kerusakan peralatan biasanya menyebabkan kesalahan.
Pembididikan dilaksanakan dari satu TP ke TP lainnya.

Angkatan Menyeluruh.
Jika pengangkatan pada tp sebesar 5 mm

A B C
17 TP 5

8 TP 5
5 TP 10

D E F

Langkah 1 :
Tempatkan teropong pada A dengan baji / pasak 5 mm.
Tempatkan papan rambu pada B dengan baji 17 mm. Garis
pembidikan diatur pada garis nol dari pada papan rambu.
148

(hati – hati,teropong dan papan rambu harus diatur sesuai


dengan waterpassnya . Periksa posisinya).

Langkah 2 :
Selanjutnya teropong dan rambu diatur,baji dicabut dari
papan rambu,kemudian baca nilai pada titik B (Pembacaan
harus 17 mm bila tidak berarti salah.Kalau salah
laksanakan pengukuran kembali dan atur kembali teropong
dan rambu)
Langkah 3:
Selanjutnya maju dan ukur tiap 6 atau 7 bantalan
(padalokasi dongkrak).Beri nilai yang didapat dari
teropong pada bantalan seperti gambar yang berikut.Orang
yang memegang papan rambu meneriakkan nilai pembacaan
sambil menuliskan angka bidikan.

A B
10

12

15
7

17 TP 5
5 TP 10

6
9

D E

Langkah 4:
Bila pembidikan selesai,letakkan kembali papan rambu pada
B atau pada satu titik yang selesai dibidik dan baca
kembali nilai pembidikan untuk memeriksa apakah tidak ada
kesalahan.Jika nilai tersebut berbeda,pekerjaan
pembidikan diulang lagi.
Langkah 5:
Selesai pembidikan yang pertama,pindah pada rentangan rel
yang lain pada titik D da E. Teropong ditempatkan pada D
dengan baji / pasak 10 mm dan rambu dikeluarkan pada E
dengan baji 5 mm. Kemudian baji papan rambu dikeluarkan
sesudah teropong diatur.
Langkah 3:
Dengan cara yang sama kerjakan dari TP ke TP yang berikut
Catatan :
Bila nilai pembidikan kurang dari 5 mm,berarti TP yang
telah ditentukan sebelumnya tidak ditentukan dengan
baik.Tentukan TP yang lain dan laksanakan pembidikan
kembali dengan TP yang baru.

Angkatan pilih –pilih.


149

Penentuan TP adalah sama seperti pada angkatan


menyeluruh,Nilai angkatan pada titik pedoman adalah 0 dan
bukan5 mm seperti untuk angkatan menyeluruh.
Pembidikan dilakukan dengan cara yang sama. Bila nilai
pembidikan kurang dari nol (pada bagian merah dari papan
rambu),berarti TP yang yang ditentukan sebelumnya tidak
ditentukan dengan baik.Untuk angkatan itu harus
ditentrukan TP yang lain.

Pengaruh garis 1/3.

Pada suatu bantalan,mungkin pembidikan menunjukan bahwa


1/3 perbedaan antara nilai angkatan kedua rentang lebih
besar dari nilai angkatan yang paling kecil ditambah 2 mm

Contoh :
A B C
11

5
0 TP 5

4 TP 0
10
6
1

Pada bantalan A : 1/3 perbedaan nilai angkatan adalah :

11 - 1 10 3,3 mm
3 3

Perbedaan ini lebih besar dari 3 mm,(angkatan yang paling


kecil 1 mm ditambah 2 mm).
Dalam hal ini,seluruh angka pembidikan,termasuk angka
titik – titik pedoman,ditingkatkan dengan nilai 2 mm.
(3,3 – 1 = 2,3 ,maka dibulatkan 2)

A B C
6
13
11

10
8

7
5
2
0 TP 5

4 TP 0
12
10
8
7

2
6
1

Catatan :
150

Pada bantalan,jika 1/3 perbedaan kedua nilai angkatan


angkatan yang paling kecil ditambah 2 mm , maka seluruh
angkatan tidak dirubah.

Angkatan sambungan.

A B

A B
Tentukan titik A dan B dekat sambungan pada tiap
rentangan rel.Kekurangan angkatan tiap rel mungkin tidak
mempunyai panjang yang sama,dan titik A dan B untuk tiap
rentangan rel mungkin ditempatkan pada tempat yang
berbeda.
Untuk pembacaan kekurangan angkatan lebih mudah,tempatkan
teropong pada titik pedoman (A atau B),titik yang lebih
jauh dari sambungan.

Penjelasan mengenai Pembidikan


i. Pada pelaksanaan pembidikan,teropong jangan
menentang sinar matahari.
ii. Jika TP dekat dengan sambungan,hindarkan
penempatan teropong pada TP ini untuk pembidikan
sambungan,karena prinsipnya sambungan harus selalu
dibidik.
iii. Pembidikan papan rambu pada lengkung. Jika
lengkung membelok kekanan, teropong diarahkan pada
bagian kiri papan rambu dan sebaliknya bila
lengkung membelok kekiri.

Perhatian
Papan rambu yang terlihat dengan teropong hasilnya
terbalik, maka bidikan bagian kiri akan terlihat yang
bagian kanan demikian pula sebaliknya.
151

Papan rambu

TP
Papan rambu

Sebelum penggunaan teropong, ocular (lensa untuk mata)


harus disesuaikan dengan bidikan mata (benang silang).
Arahkan teropong ke atas ( udara bebas )dan kemudian
stel ocular sampai benang terlihat dengan jelas.
Tiap teropong mempunyai papan rambu yang sesuai
dengan teropong itu sendiri.

2. PENYELASAN UMUM TEROPONG


ANGKATAN TIPE “GEISMAR” MODEL
VP (Lihat lampiran B).
Teropong pengukur model VP ini dirancang secara khusus yang
dapat memberikan ketepatan dan ketelitian dan untuk
pengecekan kedaran / kerataan rel pada waktu pemasangan jalan
rel atau pekerjaan pemeliharaan.
Uraian
Peralatan ini terdiri atas satu set teleskop yang didirikan
diatas kaki tiga dan sebuah rambu.
Jauhnya jark pembidikan ( 300 m )
Pembidikan dilaksanakan pada teleskop pada porosnya. Selan -
jutnya alat ini bias diputar 360° pada bidang datar di atas
penyangganya, dengan menggunakan sekrup micro meter yang
memperbolehkan pengukuran pada lengkungan. Sekrup lain yang
terdapat dibawah teleskop bias diatur pada bidang vertical.
Sebelum mempergunakan teleskop ini, juru ukur menyetel
pengatur diafragma agar sesuai dengan matanya sendiri yakni
dengan memutar pengatur mata kekanan atau kekiri sehingga
garis silang sempurna ketajamannya (jelas terlihat).
Setelah itu juru ukur mengarahkan / menyetel telskop ke arah
rambu kemudian diperjelas dengan memutar knop yang ada di
sisi kanan bawah untuk mendapatkan gambar rambu yang jelas
dan tajam.
Tangkai tengah dari teleskop ini bias naik atau turun sebesar
50 mm untuk merubah ketinggian pembidikan. Nilai angkatan
yang ditentukan pada tempat teropong diatur dengan tingkatan
skala yang ada pada bagian atas kaki.
152

Sebuah waterpass yang terletak pada pelat atas dipergunakan


untuk pengecekan ketepatan dan ketelitian posisi vertical
dari alat terhadp bidang tegak lurus pada rel.
Pelat alas dilengkapi dengan dua baja penahan diujung
penyangga. Kedua penahan baja ini mempunyai rahang – rahang
penahan yang kuat dan sekrup yang dapat dikencangkan. Rahang
penahan ini harus selalu diatur sepanjang sisi rel.

Rambu
Rambu ini mempunyai sekala pembacaan dalam mm. Rambu ini
mempunyai tanda dengan dua warna, hitam dan putih di atas
nol, hitam dan merah dibawah nol. Setiap 10 mm merupakan
suatu bentuk “ 0 “ disebelah kiri dan garis setiap 5 mm di
sebelah kanan (lihat gambar)
153 Lampiran
. B

Bila pembacaan yang diperoleh pada bagian putih, berarti rel


dibawah rambu harus diangkat, bila pembacaan pada bagian
merah, berarti rel harus diturunkan.
Rambu ini dilengkapi dengan sebuah pegangan untuk memutar
rambu. Bagian atas tangkai dilengkapi dengan pasak sepanjang
154

25 mm yang masuk ke dalam lubang pada rambu yang dilengkapi


dengan kunci pengancing.
Dibagian bawah terdapat dua baja penahan diujung penyangga
diatas rel dengan rahang – rahang.

Catatan :
Teropong ini mengizinkan pembidikan yang panjang ( sampai
300 m). Teropong ini diperhitungkan terutama untuk proyek,
tetapi juga bias digunakan untuk perawatan.

Perhatian :
Semakin panjang bagian jalan rel yang dibidik,semakin
besar nilai angkatan pada bagian tersebut.
Untuk pemeliharaan, jangan ambil titik pedoman yang
terlalu jauh.
Cara penggunaan teropong model “VP” mempunyai kesamaan dengan
teropong tipe “ Lemaire”.
Teropong mempunyai suatu ganjel yang bias diatur dari 0
sampai 50 mm, sedangkan papan rambu tidak mempunyai ganjel.
Karena itu nilai angkatan pada tempat papan rambu harus
dibidik langsung tanpa cara pemeriksaan (dengan ganjel)
seperti yang digunakan dengan teropong tipe “Lemaire”.
Teropong ini bias diputar 360° bidang datar yang memperboleh-
kan membidik beberapa jalan rel sekaligus.
Teropong ini adalah suatu peralatan pembidikan yang cukup
halus.
155

3. SITUASI KHUSUS DALAM LENGKUNG


PERALIHAN PARABOLIS
Lengkung peralihan parabolis Tanpa Lengkung
penghalusan ( Dusin)
Penentuan titik pedoman tambahan (TPT)
D
ABA Rel luar
C
b
B

A
a
Lurusan Rel dalam

Pada MBA pertinggian adalah nol.


Pada ABA pertinggian adalah sama dengan pertinggian
pada lengkung penuh.
Pada rel dalam, propil memanjang merupakan garis lurus
antara titik – titik pedoman

Sesudah penentuan TP pada jalan lurus,lengkung penuh,leng-


kung peralihan parabolis seperti yang dijelaskan sebelumnya
lakukan pembidikan pada rel luar antara titik A dan B dan
antara C dan D. Pembidikan adalah garis dengan terputus-
putus, Jika dilakukan dengan cara ini. (lihat gambar)
Pada MBA nilai pertinggian dibuat sebesar “a”,tidak
nol.
Pada ABA nilai pertinggian adalah pertinggian lengkung
pebuh dikurangi sebanyak “b”.
Tetapi pemberian variasi pertinggian harus dilaksanakan
antara MBA dan ABA, tidak antara titik A dan B.
Selanjutnya, pemberian variasi pertinggian harus sejalan
dengan pemberian variasi anak panah. NBA dan ABA harus
ditetapkan. Titik-titik ini diberi tanda dilapangan dengan
patok – patok.
Metode ini, seperti yang sering dilaksanakan di PJKA,
merupakan kesalahan yang besar, karena akan semakin
merusakkan propil memanjang dan melintang pada MBA dan ABA.
Oleh karena itu, dibuat titik pedoman tambahan ( TPT ) pada
MBA dan ABA.
Lakukan pembidikan pada rel dalam sehingga mengetahui nilai
angkatan pada MBA dan ABA (dalam pelaksanaan ini,propil
memanjang rel dalam dibuat lurus).

Contoh :
156

ABA

10
Rel luar

5
Pertinggian = 90 mm

10

TP
TP
5 TP 8

TP
Rel dalam

5
5
Angkatan MENYELURUH

5
Rel luar

0
Pertinggian = 90 mm

TP
TP
5
0 TP 3

TP 0

Rel dalam
4

0
Angkatan PILIH - PILIH

Pda MBA,pembidikan pada rel dalam adalah misalnya 9 mm


untuk angkatan menyeluruh,sedangkan untuk angkatan
pilih – pilih 4 mm.
Pada ABA,pembidikan pada rel dalam adalah misalnya 8 mm
untuk angkatan menyeluruh,sedangkan untuk angkatan
pilih – pilih 3 mm.

3.1.1. Penentuan TPT (Titik Pedoman Tambahan) pada


MBA.
Keadaan I : Pertinggian yang diukur adalah 0 ( nol ).
10

5
TP 5

0
5

TP 0
TP

TP
3
8

Angkatan MENYELURUH Angkatan PILIH - PILIH


Jika rel dalam diangkat 9 mm (angkatan menyeluruh)atau
4 mm (angkatan pilih – pilih), maka rel luar harus
diangkat dengan nilai yang sama.
9

4
TPT

TPT
9

4
157

Angkatan MENYELURUH Angkatan PILIH - PILIH

Keadaan II :pertinggian yang diukur pada MBA adalah


– 6 mm (berati rel luar kurang tinggi 6 mm dari pada rel dalam)
Rel luar akan diangkat sebanyak 6 mm lebih dari rel dalam
sebagai Contoh :
9 + 6 = 15 mm untuk angkatan menyeluruh.
4 + 6 = 10 mm untuk angkatan pilih – pilih.

15 9

10 4
TPT

TPT
Angkatan MENYELURUH Angkatan PILIH - PILIH
Keadaan III : Pertinggian terlalu tinggi,
Tetapi kelebihan pertinggian tidak melebihi nilai angkatan rel dalam
Pertinggian yang diukur adalah 3 mm, berarti rel luar
lebih tinggi 3 mm, maka rel luar diangkat kurang 3 mm
dari angkatan rel dalam. Dari itu, untuk angkatan
menyeluruh 9 – 3 = 6 mm dan untuk angkatan pilih – pulih
4 – 3 = 1 mm.
6 9

1 4
TPT

TPT

Angkatan MENYELURUH Angkatan PILIH - PILIH

Keadaan IV: Pertinggian terlalu tinggi,


Tetapi kelebihan pertinggian melebihi nilai angkatan rel dalam
Pertinggian adalah 6 mm. Rel luar tidak dapat diturunkan
sebesar 4 – 6 = -2 mm untuk angkatan pilih–pilih dan
diangkat hanya sebesar 9 – 6 = 3 mm untuk angkatan
menyeluruh.

Contoh :

Nilai angkatan minimum untuk angkatan menyeluruh


adalah : 5 mm.
158

Untuk mengatasi problem ini, rel luar akan diangkat


dengan nilai minimum (5 mm untuk angkatan menyeluruh atau
0 mm untuk angkatan pilih – pilih).

Untuk mendapatkan peretinggian 0 pada MBA,harus diangkat


rel dalam sebanyak 5 + 6 = 11 mm untuk angkatan
menyeluruh dan sebayak 0 + 6 = 6 mm untuk angkatan pilih
– pilih.

Tetapi pembidikan menunyukkan bahwa pengangkatan rel


dalam adalah 9 mm untuk angkatan menyeluruh dan 4 mm
untuk angkatan pilih – pilih.Jadi harus sekitar TP
ditambah nilai angkatan sebesar 11 – 9 = 2 mm untuk
angkatan menyeluruh dan 6 – 4 = 2 mm untuk angkatan pilih
– pilih.
TPT

TPT
10 TP
12

5
7
TP
0
6

2
0TP3
5TP8
7 10

11

5
7

6
4
9

0
2
Angkatan MENYELURUH Angkatan PILIH - PILIH
3.1.2. Penentuan TPT pada ABA.
(Pertinggian teoritis dalam lengkung penuh pada contoh
yang berikut adalah 90 mm)
Keadaan I Pertinggian yang diukur 90 mm (sama dengan
pertinggian teoritis).
Jika rel dalam harus diangkat 8 mm untuk angkatan
menyeluruh dan 3 mm bila angkatan pilih – pilih, maka rel
luar harus diangkat dengan nilai yang sama.

ABA ABA
8

3
TPT

TPT
3
8

Angkatan MENYELURUH Angkatan PILIH - PILIH


Keadaan II Nilai pertinggian 80 mm
Pertinggian adalah kurang 10 mm dari pertinggian teoritis
Rel luar akan diangkat 10 mm lebih dari rel dalam.Rel
luar itu akan diangkat 8 + 10 mm untuk angkatan
menyeluruh dan 3 + 10 = 13 mm untuk angkatan pilih –
pilih.
159

ABA ABA

13
18
TPT

TPT
3
8
Angkatan MENYELURUH Angkatan PILIH - PILIH
Keadaan III Pertinggian yang terlalu tinggi,
Tetapi kelebihan tidak melebihi pengangkatan rel dalam
Pertinggian yang diukur = 92 mm,berarti rel luar 2 mm
lebih tinggi. Sehingga rel luar harus diangkat kurang
2 mm dari rel dalam.

ABA ABA
6

1
TPT

TPT
8

3
Angkatan MENYELURUH Angkatan PILIH - PILIH

Keadaan IV Nilai pertinngian yang terlalu tinggi


Tetapi kelebihan pertinggian melebihi pengangkatan rel dalam

Pertinggian yang diukur 96 mm,berarti berlebihan


pertinggian sebesar 96 – 90 = 6 mm.Maka dalam hal ini,
tidak mungkin diturunkan rel luar dengan nilai sebesar
3 – 6 = - 3 mm untuk angkatan pilih – pilih dan
diangkatan hanya sebesar 9 – 6 = 3 mm untuk angkatan
menyeluruh.
Catatan :
Nilai angkatan minimum untuk angkatan menyeluruh adalah :
5 mm
Jika untuk itu diputuskan melakukan pengangkatan rel luar
sebesar 5 mm untuk angkatan menyeluruh dan 0 mm untuk
angkatan pilih – pilih, maka angkatan pada rel dalam
adalah :
5 + 6 = 11 mm untuk angkatan menyeluruh.
0 + 6 = 6 mm untuk angkatan pilih - pilih .
160

ABA ABA

10
5

0
8
5
5 TP

TP
TP

TP

TP
3
0 TP 4
11

5
8

3
3
6

0
9

7
Angkatan MENYELURUH Angkatan PILIH - PILIH
3.2. Lengkung peralihan parabolis Tanpa
Lengkung Penghalusan ( Dusin ).
Sebelumnya telah dibicarakan tentang lengkung peralihan
dengan pertinggian yang mempunyai variasi konstan antara
MBA dengan ABA.
Untuk variasi pertinggian dan anak panah pada bagian MBA
dan ABA dibuat berangsur–angsur, sehingga membentuk suatu
lengkung penghalusan ( Dusin).

Rel luar

Rel dalam

A B C D E F GH I J
Buku lengkung milik mandor harus menunjukkan seluruh nilai
pertinggian yang didapat pada titik-titik A,B,C,D,E dan
F,G,H,I,J.
Pelaksanaan penentuan pertinggian pada lengkung penghalusan
:
Titik-titik pedoman telah ditentukan, namun harus
membuat penambahan titik-titk pedoman (TPT) PADA
A,B.C,D,E,F,G,H,I,J.jangan lupa bahwa pengangkatan rel
luar dilaksanakan dengan mengambil rel dalam sebagai
pedoman.
Penentuan TPT dilakukan dengan cara yang sama seperti
dalam menentukan titik MBA dan ABA.
161

Pembididikan rel dalam pada lengkung penghalusan


dilaksanakan antara dua titik pedoman. Pada rel luar,
selain mengunakan mistar angkatan bias mengunakan
teropong tetapi antara TP dan TPT, antara TPT dan TP.
Metode lainnya, yaitu untuk melakukan pembidikkan rel luar
tanpa kesalahan akan dijelaskan lebih lanjut. Tetapi metode
tersebut hanya digunakan dengan pengecualian.
Catatan mengenai TPT :
Mndor umumnya berfikir bahwa adalah baik untuk secara
langsung mengenai TP pada MBA/ABA untuk menghindari TPT.
Jika dilapangan TP memang terletak pada MBA,maka lakukan
metode yang biasa untuk TP. Jika TP ditentukan pada
beberapa meter dari MBA atau ABA, masih harus mengambil MBA
atau ABA sebagai TPT.
Jika secara langsung diambil TP pada titik – titik MBA atau
ABA antara dua TP yang berdekatan dengan MBA atau ABA
Propil memanjang rel dalam tidak akan lurus.

TP TP

MBA (mulai Busur Alih)


TP (Titik Pedoman)

MBA

= Propil memanjang rel dalam kalau diambil secara


langsung sebagai TP.
= Propil memanjang rel dalam dengan pengambilan
satu TPT pada MBA atau ABA.
162

BAGIAN 2 . 1d

ANGKATAN – PELAKSANAAN PEMECOKAN

BAGIAN 2 . 1 d

4. PELAKSANAAN PEMECOKAN DENGAN


METODE YANG BIASA (GANTO TANGAN)
163

LANGKAH 1 – MENGELUARKAN BALAS.


Pertama, keluarkan balas selebar 20 cm dari tiap sisi rel
dan sedalam 5 cm dibawah garis dasar bantalan dengan
menggunakan sekop atau belincong.
Balas diletakan pada ujung bantalan sejajar jalan rel.
Angkat jalan rel dengan dongkrak sampai kedudukan yang
diinginkan.
LANGKAH 2 – PEMECOKAN BALAS:
Pemecokan dilakukan oleh 4 orang pada bantalan yang sama
pada dua sisi.

A C B' D'

B D A' C'
4 Orang bersama - sama
LANGKAH 1 LANGKAH 2

Untuk pemecokan : gorek bagian samping atas lapisan dasar


bantalan dengan menggunakan bagian daun dari belincong /
dandang. Kemudian masukkan dan pecok balas dibawah ban-
talan dengan bagian bodem dari belincong. Pemecokan dila-
kunan secara bersamaan agar hasilnya benar – benar padat
Bagian tenggah dan ujung bantalan jangan dipecok.
LANGKAH 3 – PEMASUKAN BALAS KEMBALI:
Masukan kembali balas dengan garpu dan atur kembali propil
balas, buang balas kotor dari jalan rel.
LANGKAH 4 – PEMERIKSAAN PEKERJAAN :
Bila pemecokan selesai, mandor harus memeriksa, apakah
tiap bantalan telah dipecok dengan baik.
Mandor mengujinya dengan menggunakan tongkat bola untuk
membedakan suara yang timbul untuk tahu bahwa bantalan
dipecok dengan baik atau tidak.

Tongkat bola yang digunakan adalah :


- Tongkat bola kayu untuk bantalan Besi.
- Tongkat bola besi untuk bantalan kayu.
- Tongkat bola besi yang dilapisi karet untuk bantalan
beton
164

BAGAIMANA MELAKSANAKAN PEMECOKAN YANG BAIK ?


Pecok bagian dari tiap sisi rel selebar 0,20 m,
pelaksanaannya harus lebih kuat pada bagian dibawah rel.

0,20 0,20

Pecok dengan menggunakan belincong (lihat gambar),buat


kekosongan kecil/celah kecil kedalaman beberapa cm pada
daerah pemecokan.

Masukkan dan padatkan balas dibawah bantalan.

5. ANGKATAN SECARA PEMECOKAN MEKANIS


MENGGUNAKAN MESIN PECOK RINGAN.
Metode pemecokan mekanis mempunyai kesamaan dengan metode
pemecokan biasa.
Perbedaan utamanya hanya pada alat pemecokan. Untuk metode
pemecokan mekanis ini peralatan pemecokan adalah alat
pemecok dengan mesin listrik/hamper, sedangkan untuk
pemecokan biasa alat pemecoknya adalah belincong / dandang.

2.1. PENDAHULUAN
Pada metode ini jalan rel diangkat dengan dongkrak dan balas
dimasukan kebawah bantalan dengan penggetaran tanpa
pengorekan balas.
165

Metode ini dapat digunakan untuk :


Pekerjaan angkatan pada masa perawatan,terutama pada
RPM. Pemecokan jalan rel dengan RPM yang tidak kokoh
keduduk kannya.
Pekerjaan angkatan pada wesel.
2.2. URAIAN TENTANG PERALATAN PEMECOK ”Tipe GEISMAR”
Peralatan pemecokan terdiri dari :
1) Alat pemecok ringan/hamper.(4 buah per perangkat).
Satu alat pemecok terdiri dari :
Sebuah mesin listrik penghasil getaran dengan satu
eksentrisitas pada sumbu rotor.
Satu pelat pemecok.
Satu tangkai untuk pemegang dan pemasukan peralatan.
2) Sebuah mesin pembangkit listrik, untuk menyediakan arus
listrik bagi alat pemecok.
Mesin pembangkit listrik ini disetel diatas sejenis lori
dengan roda karet yang dapat dipindahkan pada bareman.
Lori ini bias juga dipasang diatas lori jalan rel biasa
untuk memindahkannya pada jalan rel.
3) Kotak pembagian listrik dan kabel yang dilapisi/dibalut.
Untuk menghungkan mesin pembangkit listrik ke alat peme-
cok.

2.3. MENGGUNAKAN MESIN PEMECOK ”Tipe GEISMAR”


2.3.1. Pemecokan
Bila mesin pemecok telah dihidupkan, sewaktu pemecokan
akan dimulai, pelat pemecok didekatkan pada rel. Sebab
getaran alat memaksa pelat tergeser kearah rel, balas
dipaksa masuk kedaerah dimana pemadatan harus benar-benar
padat. Ujung pelat pemecok digerakkan maju ke arah re.
166

Tempat pelat pemecok terlebih dahulu pada posisi vertical


terhadap bantalan,sehingga memungkinkan alat dimasukkan
dalam balas tanpa penggorekan ( Gbr.a ).
Gerakkan pegangan kebawah serta digoyang kekiri dan kenan
untuk memasukkan pelat pemadat kebawah bantalan ( Gbr b )
Getaran membuat ruang yang cukup untuk balas masuk.
Selanyutnya gerakan maju mundur diulangi terus sampai
pemecokan selesai sepenuhnya.(Gbr.c)
Tempat pelat pemecok terlebih dahulu pada posisi vertical
terhadap bantalan, sehingga memungkinkan alat dimasukkan
dalam balas tanpa penggorekan ( Gbr.a ).
Gerakan pegangan kebawah serta digoyang kekiri dan
kekanan untuk memasukkan pelat pemadat kebawah bantalan
( Gbr.b ).
Getaran membuat ruang yang cukup untuk balas masuk.
Selanjutnya gerakan maju mundur diulangi terus sampai
pemecokkan selesai sepenuhnya ( Gbr.c ).

Gbr.a Gbr.b Gbr.c


167

Dalam hal bantalan beton,harus dihindari terjadinya


penyentuhan terhadap bantalan sewaktu memasukan alat,agar
bantalan tidak rusak.
168

Peralatan tidak perlu ditekan, karena dengan beratnya


sendiri dan dengan adanya pengetaran sudah cukup untuk
pelat pemecok tersebut masuk dan memadatkan balas.
Spasi bantalan harus diberi balas yang cukup agar pelat
pemecok dapat menghasikan pemadatan yang baik.
Cara penggunaan perangkat mesin pecok.

Satu perangkat mesin pemecok


terdiri dari 4 mesin pemecok :
dua dengan pelat ujung ke kiri,
dua dengan pelat ujung ke kanan
sehingga dua atau empat orang
bias sekaligus mengerjakan
kedua rel pada satu bantalan

Saran – saran :
Pemecokan pada satu garis bersilangan menghasilkan 70 s/d
80 % dari pemecokan yang sempurna.
Pada suatu daerah angkatan :
LANGKAH 1 : Pecok dulu kedua rentangan rel pada satu
garis bersilangan.
LANGKAH 2 : Kembali untuk memecok daerah tersebut pada
garis bersilang yang kedua.
2.3.2. Perincian perangkat pelat pemecok.
169

Perangkat pemecok tipe”Geismar”


merupakan suatu perangkat yang
terdiri dari pelat pemecok
sendiri, dua pelat penguat dan
satu pelat ujung.

Pelat pemecok dibuat dengan


ujung di sebekah kiri dan kanan

2.3.3. Penggunaan pelat pemecok.


Ada beberapa jenis pelat pemecok.
Setiap jenis disesuaikan dengan susunan pembutiran,
kondisi batu pecah dan jenis pekerjaan yang harus
dilaksanakan, seperti misanya :
o Pemecokan dengan angkatan besar.
o Pemecokan dengan angkatan kecil (pemecokan untuk
perawatan angkatan.
o Pemecokan pada jalan rel yang baru dipasang.
Alat pemecokan tipe”Geismar”bias menghasilkan pemecokan
yang paling baik jika menggunakan pelat pemecok yang
sesuai dengan pekerjaan yang harus dilaksanakan.

2.3.3.1. Penggunaan pelat pemecok pada bantalan kayu.


Perangkat pelat pemecok mempunyai suatu pelat ujung
berbentuk segitiga yang merupakan satu ujung untuk
pemasukan balas, sedangkan kedua gigi disekitarnya untuk
meningkatkan permukaan pemecokan pelat tersebut. Ujung
pelat segitiga ini selalu ditempatkan ke arah rel.

a. Perangkat pelat pemecok ketebalan 10 mm


( Kiri dan Kanan )
170

Perangkat pelat pemecok ini adalah yang bias digunakan


untuk semua tipe pekerjaan angkatan, maka akibatnyanya
pelatnya pelat pemecok ini adalah yang paling sering
digunakan.
b. Perangkat pelat pemecok ketebalan 18 mm
( Kiri dan Kanan )

c. Perangkat pelat pemecok ketebalan 25 mm


( Kiri dan Kanan )
171

Catatan :
Perbedaan antara perangkat pelat pemecok yang
dijelaskan di atas adalah hanya pada ujungnya yang
mempunyai ketebalan berbeda.
Pelat ujung tersebut disetel dengan paku keeling.
Pelat ujung yang paling digunakan adalah pelat ujung
ketebalan 10 mm dan ketebalan 18 mm.Penukaran kedua
pelat ujung bias dilakukan dibengkel.
Pelat ujung ketebalan 10 mm digunakan terutama untuk
perawatan angkatan sedangkan pelat ujung ketebalan
18 mm digunakan terutama untuk pekerjaan angkatan jalan
rel baru dan pembaharuan jalan rel.

2.3.3.2. Penggunaan pelat pemecok pada bantalan beton.


172

++++++++++++++++++++++++++++

Anjuran :
Agar mendapatkan hasil yang baik dalam pekerjaan
angkatan, nilai pengangkatan adalah antara 10 dan
15 mm di atas titik pedoman dengan menggunakan
pelat ujung ketebalan 10 mm.
Pada pemeliharaan rutin nilai tersebut jangan
dilampaui.

3.PEMAKAIAN PERALATAN
TEROPONG ANGKATAN.
(Metode ini dapat dipakai untuk setiap metode
pemecokan).
Cara mengangkat dengan teropong.
- Tempatkan papan rambu pada satu titik pedoman didaerah yang
belum dipecok dan tempatkan teropong pada titik pedoman
diddaerah yang sudah dipecok.
- Tanpa menyentuh teropong, papan rambu dipindahkan maju 6
atau 7 bantalan untuk tiap tempat dongkrak.
- Mandor harus memberi tahu nilai angkatan, yang harus sama
seperti yang tertulis pada bantalan (nilai pada waktu
persiapan).
Jika nilai itu berbeda, orang yang yang menangani papan rambu
harus memberitahu pada mandor dan pembidikan dilakukan lagi.
Bila tidak ada kesalahan, pengangkatan rel pada lokasi dongkrak
harus sama dengan waktu pekerjaan persiapan untuk angkatan.
173

- Mandor melakukan pengangkatan jalan rel sampai garis nol


pada papan rambu sejalan dengan benang horizontal pada lensa
teropong
Jika benang horizontal telah berada pada bagian merah papan
rambu (angkatan pilih – pilih) atau pada angka yang kurang dari
nilai angkatan diatas TP (angkatan menyeluruh),berarti titik
pedoman tidak ditentukan dengan baik.
- Rel pada bagian lainnya diangkat dengan mistar timbangan.
Jangan tempatkan papan rambu terlalu dekat pada teropong. Bila
hal itu dilakukan, mungkin titik pedoman akan terangkat,
sehingga hasil angkatan tidak benar.
Contoh pelaksanaan angkatan

Arah pemecokan

Rentang A :

x
15 TP 10

18

20

15

12

10 TP 11
Daerah yang
sudah dipecok
15

14

15

14
Rentang B :
x

x
Garis angkatan
x

TP 10 mm
TP

o Teropong dipasang pada TP yang sudah diangkat dengan


ganjel 10 mm.
o Papan rambu dipasang pada TP yang berikut dengan ganjel
10 mm (penggunaan teropong tipe”:LEMAIRE”)
o Sesudah teropong diatur dengan pembacaan nol pada papan
rambu, Baji papan rambu dicabut sampai kelihatan nilai
10 mm.
o Setiap titik dongkrak (termasuk TP yang belum diangkat,
harus dinaikan sampai orang yang melakukan pembidikan
pada teropong membidik nilai nol.
Anjuran:
Terpong selalu dipasang disebelah daerah yang sudah dipecok
agar tidak dipengaruhi oleh angkatan pada titik dongkrak yang
berikut.
Sebaiknya teropong dipasang 1 m sebelum TP didaerah yang
sudah dipecok.
Titik dongkrak pertama didepan tempat yang sudah dipecok
harus ditentukan 7 spasi sesudah TP.
Kalau nilai angkatan lebih dri 50 mm, angkatan harus dilaksa-
nakan dengan beberapa kali angkatan. Titik – titik dongrak
yang berurutan harus dinaikan berangsur-angsur dengan mening-
galkan sisa angkatan untuk angkatan selanjutnya.
Cara angkatan ini harus dilakukan terutama pada titik dong-
krak didepan daerah yang sudah dipecok, titik-titik dongkrak
174

yang berikut dari dongkrak pertama harus dinaikkan untuk


membantu angkatan titik dongkrak ini.
Cara ini menghindari kemungkinan pengaruh angkatan pada
titik-titik dongkrak yang telah dipecok atau titik dongkrak
yang telah diangkat.
Angkatan titik dongkrak memerlukan ketrampilan, keseriusan
dan pengalaman. Angkatan jalan rel dengan metode angkatan
jalan rel membutuhkan dongkrak yang cukup banyak untuk titik-
titik angkatan antara kedua TP.

6. ANGKATANDENGAN MEMAKAI MISTAR


ANGKATAN.
PERBAIKAN KERUSAKAN PROPIL MEMANJANG DAN MELINTANG.
- Benang nilon dibentangkan antara titik-titk tinggi
pada suatu bagian rentangan rel dan dijepitkan pada mistar
angkatan (titik-titik tinggi ditandai pada hari sebelum-
nya, lokasi dan pemecokannya dilaksanakan seperti dijelas-
kan pada bagian sebelumnya.
Lokasi titik-tinggi dan pemecokan dipilih seperti dijelas-
kan sebelumnya ( Lihat gambar terlampir).
Untuk mengangkat dan memecok seluruh bantalan, benang nilon
pada mistar pertama dipasang lebih tinggi dari pada mistar
belakang. (mistar ini berada pada daerah yang sudah
dipecok.)
- Satu baji pengukur ditempatkan antara titik-titk
tinggi di depan dongkrak.
- Rel didongkrak sampai baji menyentuh benang nilon.
- Pada tempat yang sama, rel lainnya diangkat sampai
angkat-an melintang baik.
- Hal ini dilaksanakan dengan mengangkat rel kedua
sampai waterpass menunjukkan kedua rel sama rata
kedudukannya.
PENGANGKATAN KEDUA REL SAMPAI ANGKATAN SELESAI.
- Untuk pelaksanaan ini digunakan 2 pekerja.
- 4 dongkrak digunakan : dua pada setiap bagian
rentangan rel, yang dipasang tiap jarak 5 bantalan dan
dibawah sambungan.
- Harus diingat bahwa rel-rel harus diangkat secara
bersamaan,Yakni:
PERTAMA :Satu bagian rentangan diselesaikan dengan
menggunakan benang benang nilon.
KEDUA : Rentangan rel yang satunya lagi diangkant
sampai sama dengan rel yang telah diangkat
dengan memakai pengukur dan waterpass.
175

- Pekerjaan dilaksanakan maju sepanjang rel dengan


melepas-kan dongkrak dibelakang sesudah bantalan dipecok
dan pada waktu itu juga dongkrak tersebut dipindahkan maju
pada lokasi berikutnya.
- Majunya dongkrak secara selang-seling setiap 2
dongkrak.
176

25 25 180
4 1 Alur untuk ANGKATAN PILIH - PILIH
31 (Tanpa mengangkat TITIK TINGGI)

Alur untuk 2
LISTRINGAN
80 MISTAR DEPAN
45

40
10
( Pelat besi

30
90 20
20

tebal 3 mm )

85
10
10

10
15
Alur untuk
ANGKATAN
ø5 A
10

40
20
MENYELURUH
15

10
20
100 Tepat
140
210

35

Alur untuk
LISTRINGAN
MISTAR
BELAKANG
30

B
Alur untuk
ANGKATAN

Alat untuk
12

mengunci mistar
C pada rel ( dengan
15
40

baji / pasak )
12

10 50 15 80
155
15

E
150

D
10
1.039
1 set peralatan terdiri dari :
1
A = 1 buah
B = 1 buah
Benang nilon 2 C = 2 buah
Benang nilon D = 2 buah
E = 2 buah
F F F = 1 buah

ANGKATAN LISTRINGAN
177

JALAN LURUS
Waterpas 200 mm Benang nilon

Rel 1 diangkat sampai baji 30 mm


menyentuh benang nilon

Rel 2 diangkat sampai waterpas


diatur sesuai dengan angka 0

Benang nilon
LENGKUNGAN

Rel 1 diangkat sampai baji 30 mm


menyentuh benang nilon

Rel 2 diangkat sampai waterpas pada alat


ukur sesuai dengan angkatan pada buku lengkung

MEMPERBAIKI PROFIL MEMANJANG


Benang nilon ditempatkan pada rel yang
TITIK TINGGI
paling rendah :
Benang nilon mungkin pada rel yang tinggi ( Nilai
pertinggian kurang) atau rel yang rendah
(Nilai pertinggian terlalu besar)

Profil rel setelah diangkat TITIK TINGGI

Arah pekerjaan

Pemasangan dongkrak Lokasi dongkrak

Pemindahan dongkrak : Kedua dongkrak di pindahkan ke depan se


Daerah yang telah dipecok sudah bantalan didepannya telah dipecok.
Dongkrak dipindahkan secara bersamaan.

Perhatian : Dongkrak jangan dipasangan dan diangkat kurang dari 10 bantalan dari titik
tinggi sehingga tidak ada pengaruh angkatan pada titik tinggi pada mistar
angkatan yang berada pada titik tinggi tersebut.

ORGANISASI PEKERJAAN

NAMA P E K E R J A A N : Angkatan dengan metode pemecokan


manual.
178

TENAGA YANG DIBUTUHKAN : 1 Mandor


6 Pekerja

PERALATAN YANG DIBUTUHKAN : - 4 Dongkrak rel


- 6 Garpu
- 6 Belincong/dandang (untuk
korek balas digunakan 6,untuk
pemecokan hanya 4).
- 1 set peralatan teropong
angkatan.
- 1 set mistar angkatan + benang
nilon.
- 1 Waterpass.
- 1 alat mengukur pertinggian.

HASIL RATA – RATA : ……* meter per hari ( untuk ang-


katan listring )

L A M P I R A N :

(*) Hasil terdapat dalam lampiran khusus yang hanya


digunakan oleh kepala Distrik.
179

BAGIAN 2 . 1e

HAL – HAL KHUSUS


180

BAGIAN 2.1e

HAL – HAL KHUSUS

7. PERALIHAN PADA JEMBATAN ATAU


PERLINTASAN
Penentuan titik – titk pedoman.
PadaJembatan besi bantalan dijepit langsung kebalok jembatan.
Keadaan pertama
Jembatan lebih rendah dari propil memanjang.
( Penyelesaian ini dapat digunakan untuk angkatan jembatan
yang baik ataupun tidak baik )

Titik pedoman dipilih kira-kira 20 atau 30 meter pada tiap


ujung jembatan, dimana titik pedoman dalam hal ini jangan
diangkat.
Titik tinggi jembatan akan dipertimbangkan sebagai titik
pedoman dan akan diangkat sebesar 5 mm, 10 mm atau 15 mm pada
rentangan rel yang tertinggi. Pengangkatan pada jembatan besi
dilaksanakan dengan memasang baji / pasak antara bantalan dan
pelat landas.
Keadaan kedua
Jembatan lebih tinggi dari pada propil memanjang dan propil
melintang pada jembatan cukup memuaskan.

Pada bagian ujung dari jembatan, pilih satu TP. Nilai


angkatan diatas titik pedoman harus sama dengan 0 .
Pada bagian ujung jembatan, satu landai peralihan harus
dibuat (hal ini akan dijelaskan pada halaman 2.1e/8).
Keadaan ketiga
181

Jembatan lebih tinggi dari propil menjang, tetapi propil


memanjang serta melintang harus diperbaiki.
Pelaksanaannya dibuat sama seperti keadaan kedua, tetapi pada
jembatan ini, dapat diukur kekurangan angkatan dengan
peralatan angkatan.
Pada jembatan ini, ambil titik yang tertinggisebagai titik
pedoman yang tidak boleh diangkat.
Seluruh bantalan pada jembatan dibuat sebidang kedudukannya
(untuk jembatan besi gunakan pasak/baji)dan angkatan pada
kedua ujung jembatan dilanjutkan dengan landai peralihan
(cara landai peralihan dijelaskan pada halaman 2.e/8)
Keadaan keempat
Jembatan berada pada garis lurus yang sama dengan propil
memanjang dimana propil memanjang serta propil melintang
cukup memuaskan.

Pada tiap bagian ujung dari jembatan,pilih satu TP. Nilai


angkatan TP pada ujung jembatan dan TP disekitarnya harus
sama dengan 0.
Keadaan kelima
Jembatan berada pada garis lurus yang sama dengan propil
memanjang dimana propil memanjang dan propil melintang pada
jembatan harus diperbaiki.

Nilai angkatan titik pedoman jembatan dan TP disekutarnya


harus sama dengan 0.
Angkatan dari TP ke TP pada jembatan besi, sesudah pengukuran
kekurangan angkatan dengan peralatan angkatan, gunakan baji
sesuai dengan nilai kekurangan angkatan yang dibidik pada
tiap bantalan. Baji ini dipasang antara bantalan dan pelat
landas.
Dalam keadaan pertama, ketiga dan kelima, pada jembatan besi
ukuran baji harus disesuaikan dengan nilai pembidikan.
182

8. TITIK – TITIK BALIK.


Suatu titik balik dari dua lengkung adalah titik, dimana satu
lengkung dilanjutkan langsung oleh lengkung lainnya yang
berlawanan, Pada titik ini pertinggian harus nol.

Pada titik balik dasar pengangkatan rel


luar / rel dalam sama saja.

2.1. TITIK – TITIK BALIK.


Penentuan posisi titik balik didapat seperti yang
dijelaskan pada bagian 2.3b
Ada koefisien “K” yang menghubungkan anak – panah dengan
pertinggian
Untuk lengkungan masing – masing, pada setiap patok nilai
pertinggian adalah nilai anak – panah di kali koefisien
khusus pada lengkungan ini.

2.2. PADA TITIK BALIK : ( Titik Pedoman Tambahan)


Titik balik diambil sebagai TPT.
Kita perpanjang dalam bayangan satu rentangan rel yang
lurus setelah MBA (rel dalam).
Pembidikan dilakukan pada satu garis lurus sejajar pada
rel dalam.
Garis sejajar ini dibuat pada jarak T sama dengan nilai
pertinggian teoritis pada TP dalam lengkungan peralihan
parabolis.
183

Contoh
Ambil bentangan rel I sebagai pedoman (guru) :

Jika di A didapat 5 TP 9 : Angkatan di A pada rentangan rel I = 9 mm


Jika di B didapat 5 TP 7 : Angkatan di A pada rentangan rel I = 5 mm
Pertinggian teoritis di A adalah T = 20 mm.
Letakkan teropong di A dengan baji 9 mm pada rentangan
rel I.
Letakkan papan rambu di B dengan baji 0 pada rentangan
rel I
Atur teropong pada 25 mm, pada bagian putih dari papan
rambu (20 + 5).
Majukan rambu ke titik balik C dan bidik nilainya.

Kemudian nilai tersebut dikurangi 20 mm untuk mendapat nilai


kekurangan angkatan pada titik tersebut.
Pada titik C nilai untuk rentangan rel II didapat dengan
menggunakan mistar timbangan.

Catatan
1/ Letakan teropong pada TP dalam lengkung peralihan
parabolis, sebab baji peralatan adalah terbatas.
2/ Dengan cara yang sama dapat dilakukan pembidikan pada
rentangan rel II kalau diambil sebagai pedoman.

2.3. TPT DALAM LENGKUNG PENGHALUSAN/DUSIN (Bagian MBA)


Metode dengan membidik secara langsung pada rel luar.

Satu TP ditentukan pada lurusan, TP yang lain


ditentukan pada lengkung peralihan parabolis.
184

Metode pembidikan disini adalah sama seperti untuk TPT


pada titik balik.
Nilai angkatan pada TPT dilengkung penghalusan adalah
harga yang dibidik dikurangi perbedaan pertinggian
antara TP lengkung penghalusan dan TPT ini.
Contoh
T dan T1 adalah pertinggian teoritis pada titik A dan C

letakan teropong di A dengan baji 9 mm.


Letakan papan rambu di B dengan baji 0 mm.
Atur teropong sampai 15 mm ( 10 + 5 ).
Dalam hal ini, bias juga mengunakan metode dengan
pengaturan ganjel, karena disini nilai kurang dari 20 mm
(ganjel papan rambu).
Letakkan papan rambu di C (TP tambahan) dan bidik
nilainya.
Nilai pada TPT C pada rentangan rel I seharusnya nilai
6 mm ( 10 – 4 ).
Kalau misalnya nilai yang dibidik adalah 11 mm, perbedaan
11 mm – 6 mm = 5 mm merupakan nilai kekurangan angkatan
pada titik ini.
Nilai angkatan pada rentangan rel II, didapat dengan
mistar timbangan yang dibandingkan dengan rentangan rel I
Cara yang sama harus digunakan untuk mengetahui nilai
angkatan pada MBA.
185

2.4. ADANYA DUA TPT PADA LENGKUNG PENGHALUSAN/DUSIN


Metodenya adalah sama seperti proses sebelumnya.
Ambil perbedaan pertinggian antara kedua TP dan tambahkan
pertinggian yang seharusnya pada TPT.
Contoh
T , T1 , T2 dan T3 adalah pertinggian teoritis

Teropong berada di A dengan pasak 8 mm .


Papan rambu di B dengan pasak 0
Atur teropong pada (T – T3)+ 5 mm = (20 mm – 2 mm) + 5
mm = 23 mm
(T – T3)= perbedaan pertinggian antara A dan B.
Pindahkan papan rambu ke C bidik nilainya.

1. Pembacaan nilai pada C :

Nilai angkatan pada TPT C adalah : nilai pembidikan – (T –


T2 = 16 mm adalah nilai yang seharusnya dibidik.

Kalau misalnya nilai pembidikan adalah 20 mm, maka nilai


angkatan pada titik ini adalah 20 mm – 16 mm = 4 mm.

Pindahkan papan rambu ke D dan bidik nilainya.

2. Pembacaan nilai pada D :


Nilai angkatan pada TPT D adalah nilai pembidikan (T – T1)
dimana T – T1 = 8 = adalah nilai yang seharusnya dibidik.
Kalau misalnya nilai pembidikan adalah 14 mm, maka nilai
angkatan pada titik ini adalah 14 mm – 8 mm = 6 mm.
Nilai pada TPT pada rentangan rel II didapat dengan
mengunakan mistar timbangan yang dibandingkan dengan
rentangan rel I .
186

9. ANGKATAN UNTUK PERALIHAN LENGKUNG


PADA JALAN LANDAI
PRINSIP.
Jangan mencari titik pedoman denan mata langsung.
Ukur tiap kepanjangan 10 m untuk keseluruhan panjang
peralihan (minimum 30 m).
Titik-titik pengukuran (TP) TERSEBUT DIBERI NOMOR.
Pekerjaan ini dilakukan pada rentangan rel pedoman
(umumnya adalah rentangan rel yang tertinggian).
Ukur anak panah pada tali busur 20 m, dengan
menempatkan teropong dan papan rambu tiap 10 m seperti
metode listring.
Anak panah yang dicatat ditentukan dengan tanda + bila
berada bagian merah dan dengan tanda – bila berada pada
bagian putih.
Ukur anak panah seperti pada listringan, dimana
perbaikan hanya nilai positip saja, karena tidak mungkin
untuk menurunkan jalan rel. Pengeseran yang didapat akan
merupakan nilai angkatan pada garis pedoman pada tiap
titik.
Ukur kerusakan penampang melintang dengan mistar
timbangan pada tiap titik, dimana anak panah telah diukur
dengan cara ini dapat ditentukan nilai angkatan untuk
tiap 10 m rentangan rel. Nilai-nilai angkatan untuk tiap
10 m rentangan rel. Nilai–nilai tersebut harus minimumnya
nilai angkatan di atas TP.
( 15 mm, Jika diangkat secara sistimatis sebanyak 5 mm )

Jika hasil penelitian menunjukkan bahwa pada rel yang


bukan pedoman nilai angkatan kurang dari nilai angkatan
kurang dari nilai angkatan yang ditentukan diatas TP
(misalnya 5 mm),ambil titik yang tertinggi dan hitung
perbedaan antara 5 mm dan nilai angkatan pada titik ini.
Nilai yang terdapat merupakan nilai tambahan yang harus
ditambahan pada TP disekitarnya.
Pada titik tertinggi ini diberikan nilai angkatan di atas
TP .
( 15 mm, Jika diangkat secara sistimatis sebanyak 5 mm )
187

Contoh

Untuk landai peralihan,angkatan dengan pengangkatan pada TP


5 mm.
Nilai pada bagian merah adalah +
Nilai pada bagian putih adalah -
188

REL PEDOMAN REL YANG LAIN


Hasil Peng-
Penelitian Metode angkatan yg akan
3 titik Nilai angkatan Keku- dilaksanakan.
Nomor Hasil Hasil peng-
Nilai Anak-panah / di atas TP = 5 rangan
titik Peng- angkatan rel
pembi- propil setelah Hasil pengangkatan per-ting- Catatan
peng- ang- pedoman +/-
dikan penelitian yang akan gian
ukuran katan pertingiian Rel
dilaksanakan Rel yang
Angkatan Hasil Ap pedo-
lain
man

0 0 0 0 0 0 + 5 = + 5 - 1 5 + 1 = + 6 + 6 + 7
1 + 1 0 0 0 0 + 5 = + 5 + 1 5 - 1 = + 4 Ditambah + 6 + 5
2 0 + 2 + 1 + 2 + 1 2 + 5 = + 7 + 1 7 - 1 = + 6 ( 5 - 4 = 1) + 8 + 7
3 + 7 + 2 + 3 + 2 + 2 + 2 2 + 5 = + 7 + 2 7 - 2 = + 5 Pada semua + 8 + 6
4 - 4 + 10 + 2 + 2,5 + 4 + 12 + 4 12 + 5 = + 17 + 3 17 - 3 = + 14 TP untuk + 18 + 15
5 + 13 + 5 + 1 + 8 + 5 + 6 + 5 6 + 5 = + 11 - 2 11 + 2 = + 13 mendapat + 12 + 14
6 + 5 + 10 + 6 + 2,5 + 5 + 16 + 5 16 + 5 = + 21 - 3 21 + 3 = + 24 nilai + 22 + 25
7 0 + 20 + 6 + 5 + 5 + 26 + 5 26 + 5 = + 31 + 2 31 - 2 = + 29 minimum + 32 + 30
8 1 1 + 20 + 6 + 3,5 + 5 + 26 + 5 26 + 5 = + 31 + 3 31 - 3 = + 28 5 mm + 32 + 29
9 + 3 + 15 + 3 + 5 + 5 + 18 + 5 18 + 5 = + 23 0 23 - 0 = + 23 + 24 + 24
10 + 9 + 6 + 5,5 + 4 + 6 + 4 6 + 5 = + 11 - 6 11 + 6 = + 17 + 12 + 18
11 + 2,5 + 4 + 2,5 + 2 + 4 + 2 4 + 5 = + 9 - 2 9 + 2 = + 11 + 10 + 12
12 + 2,5 + 2 + 1 + 0 + 1 + 3 + 1 3 + 5 = + 8 + 2 8 - 2 = + 6 + 9 + 7
13 - 2,5 + 5 + 1,5 + 0 + 5 + 0 5 + 5 = + 10 0 10 - 0 = + 10 + 11 + 11
14 + 0,5 + 2 - 2 + 0 + 2 + 0 2 + 5 = + 7 1 7 - 1 = + 6 + 8 + 9
15 + 1 + 1 0 0 + 0 0 + 5 = + 5 1 5 + 1 = + 6 + 6 + 7
16 0 0 0 + 0 0 + 5 = + 5 1 5 + 1 = + 6 + 6 + 7

15

10

- 5
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

= Propil sebelum penelitian.


= Propil setelah penelitian.

Catatan
Pada lurusan, pilih rentangan rel yang tertinggi untuk
melakukan pembidikan.
Pada lengkung penuh, pilih rentangan rel yang
tertinggi.
Pada lengukung peralihan parabolis dan lengkung peng-
halusan selalu rel dalam diambil sebagai rel pedoman
(guru).
Pertinggian untuk rel yang lain dihitung dengan menggunakan
mistar timbangan tiap 10 m.
Nilai pengangakatan sesudah penelitian harus positif atau
nol (Angkatan pilih – pilih).dan minimumnya nilai angkatan
diatas TP ( angkatan menyeluruh).
189

LANDAI PERALIHAN SEMENTARA


Antara daerah yang dipecok dan daerah yang akan dipecok
dibuat landai peralihan sementara, sehingga kereta dapat
lewat dengan baik dan aman.
Landai peralihan ini dibuat dengan memberi perbedaan
angkatan maksimum sebesar 2 mm tiap bantalan atau 10 mm tiap
spasi dongkrak.

A B C D

DAERAH DAERAH YANG BELUM DIPECOK


YANG TELAH DIPECOK

= Lokasi Dongkrak

Penerapan metode
Pada waktu mandor sedang menunggu satu kereta api akan
lewat, dia harus membuat landai peralihan sementara.
Metode berikut ini digunakan :
Titik A adalah tempat dongkrak terakhir didaerah yang
sudah dipecok.

LANGKAH 1

o Pindahke tempat dongkrak B, yaitu di daerah yang tidak


dipecok (titik dongrak ini,harus ditempatkan lebih jauh
dari 5 spasi bantalan yang berikutnya).
o Lihat nilai angkatan pada tempat dongkrak B.

Keadaan 1

Bila nilai angkatan pada lokasi dongkrak B kurang dari


10 mm (10 mm x 1 spasi dongkrak), maka:
o Pada B, jalan rel jangan diangkat.
o Pemecokan harus dibuat antara titik A dan B
190

Contoh

Keadaan 2

Jika nilai angkatan pada titik dongkrak B lebih dari 10 mm,


maka :

o Satu dongkrak per rentang harus ditempatkan pada B dan


jalan rel, harus diangkat senilai ; nilai pembacaan
dikurangi 10 mm.
Pada B, angkatan dongkrak sebesar (14 – 10 ) = 4 mm pada
satu rentangan rel dan sebesar (13 – 10 ) = 3 mm pada
rentangan rel lainnya.
Dalam praktek:
- Pada satu rentangan, titik dongkrak B diangkat sampai
membidik 10 mm diatas papan rambu.
- Pada rentangan yang kedua, angkatan dilakukan dengan
menggunakan mistar timbangan.

LANGKAH 2

Pindah kelokasi dongkrak C dan lihat nilai angkatan pada C.

Keadaan 1

Jika angkatan pada C kurang dari 20 mm ( 10 mm x 2 spasi


dongkrak),maka pemecokan harus dilakukan antara A dan B, B
dan C tanpa pengangkatan di C.
191

Contoh

Nilai angkatan pada C kurang dari 20 mm, maka pemecokan


dilakukan antara A dan B (diangkat 4 mm dan 3 mm, sesuai
dengan rentangan rel) dan antara B dengan C (tanpa
mengangkat C).

Keadaan 2

Jika nilai angkatan pada C kurang dari 20 mm, satu dongkrak


per rentangan ditempatkan pada C dan jalan rel diangkat
sebesar nilai pembacaan dikurangi 20 mm.

Contoh

Pada C, dongkrak diangkat sebesar ( 25 mm – 20 mm)= 5 mm dan


sebesar (24 mm – 20 mm)= 4 mm.

DALAM PRAKTEK :

- Pada satu rentangan, titik dongkrak C diangkat sampai


membidik 20 mm diatas papan rambu.
- Pada rentangan yang kedua, angkatan dilakukan dengan
menggunakan mistar timbangan.
Keadaan 3
Pindah kelokasi dongkrak D dan lihat jika nilai angkatan
kurang atau lebih dari 30 mm (10 mm x 3 spasi dongkrak) dan
selanjutnya sampai nilai angkatan adalah kurang dari nilai
10 mm x spasi dongkrak yang diperhitungkan.
192

Pada B, jalan rel hanya diangkat pada satu rentangan sebesar


(13 mm – 9 mm) = 4 mm .

DALAM PRAKTEK :

Rentangan ini diangkat hanya dengan menggunakan mistar


timbangan.
Pemecokan dibuat antara A dan B , B dan C, serta sedikit
setelah B pada rentangan yang diangkat.

LANDAI PERALIHAN TETAP.


Antara daerah yang sudah dipecok dan daerah yang akan
dipecok, dibuat landai peralihan tetap. Peralihan ini juga
harus dibuat pada permulaan dan akhir daerah pekerjaan
pemecokan, tetapi juga pada tiap akhir hari pekerjaan.
Landai peralihan ini dilaksanakan dengan memberi perbedaan
angkatan maksimum sebesar 1 mm tiap bantalan. Mandor memilih
lokasi bantalan pada kelandaian akhir (umumnya harus dipilih
pada TP).
193

landai peralihan tetap harus berakhir pada tp. Landai


peralihan dilaksanakan dengan metode sebagasi berikut :
A adalah TP pada akhir landai peralihan.

Keadaan 1
Nilai angkatan diatas TP adalah 5 mm.
Buat tanda pada titik dongkrak B,yang terletak minimumnya 5
spasi bantalan sebelumnya didaerah pemecokan.
Perbedaan angkatan tiap bantalan dibuat maksimumnya 1 mm
atau 5 mm antara dua spasi dongkrak.
Titik B yang ditempatkan pada minimumnya 5 spasi bantalan
sebelumnya adalah permulaan landai peralihan.
Bila pekerjaan pemecokan sampai pada B, maka titk B tersebut
diangkat sesuai dengan nilai pembidikannya.
DALAM PRAKTEK :
- Bila satu rentangan, titik dongkrak B diangkat sampai
membidik 0 mm diatas papan rambu.
- Pada rentangan yang kedua, angkatan dilakukan dengan
menggunakan mistar timbangan.
Titik A diangkat hanya untuk satu rentangan untuk menghasil
kan/memperbaiki kerusakan pertinggian (jika perlu), hanya
dengan menggunakan mistar timbangan
194

Contoh :

Titik B diangkat sebesar nilai pembidikannya, yaitu 10 mm


dan 12 mm.
Titik A, yang merupakan akhir landai peralihan, diangkat
hanya pada satu rentangan sebesar 2 mm untuk memperbaiki
kerusakan/kekurangan baikan.Pemecokan dilaksanakan antara B
dan A, serta sedikit setelah pada rentangan yang terangkat.
Keadaan 2
Nilai angkatan diatas TP adalah 10 mm.
Tandai lokasi dongkrak pada B (minimumnya 5 spasi bantalan
sebelum titk B), kearah daerah pemecokan.
Landai peralihan dibuat antara C dan A. Bilamana pemecokan
dilaksanakan, maka titik C diangkat sesuai dengan nilai
pembidikannya.
DALAM PRAKTEK :
- Pada satu rentangan, titik dongkrak C diangkat sampai
membidik 0 mm diatas papan rambu.
- Pada rentangan yang kedua, angkatan dilakukan dengan
menggunakan mistar timbangan.
Titik B diangkat sebesar nilai pembidikannya dikurangi 5 mm
( 5 mm x 1 spasi dongkrak).

DALAM PRAKTEK :
- Pada satu rentangan, titik dongkrak B diangkat sampai
membidik 5 mm diatas papan rambu.
- Pada rentangan yang kedua, angkatan dilakukan dengan
menggunakan mistar timbangan.
Titik A diangkat hanya satu rentangan untuk menutup
kekurangan pertinggian ( jika diperlukan).

DALAM PRAKTEK :, hanya menggunakan mistar timbangan.


195

Contoh :

Titik C diangkat 16 mm dan 18 mm.


Titik B diangkat dengan (15 – 5)= 10 mm dan dengan
= 9 mm.
Titik A diangkat hanya satu rentangan sebesar 2 mm
untuk menutup kekurangan pertinggian.
Jalan rel dipecok antara C dan A sedikit setelah A pada
rentangan yang diangkat.
Keterangan
Jika daerah pekerjaan angkatan belum selesai, pada keesokan
harinya, kita akan memecok kembali dari titik C atau titk B
dan disesuaikan dengan keadaan tersebut.
196

BAGIAN 2 . 2

BAGAIMANA MENGETAHUI KONDISI

JALAN REL SEVARA MANUAL ?


197

BAGIAN 2.2

BAGAIMANA MENGETAHUI KONDISI JALAN


REL SECARA MANUAL ?

10. MENGUKUR GENJOTAN


KETENTUAN – KETENTUAN
Kerusakan-kerusakan tetap diadkibatkan karena bantalan
kurang terpecok. Jadi ruang kosong yang dibawah bantalan
harus diukur. Bantalan-bantalan yang perlu dipecok dicari
dengan suatu peralatan yang dinamakan “tongkat bola” ,
dimana untuk :
Bantalan besi, menggunakan tongkat bola yang dibuat dari
kayu,
Banatalan kayu, menggunakan tongkat bola yang dibuat dari
baja dengan berat 7 kg,
Bantalan beton, menggunakan tongkat bola yang dibuat
dari baja yang dilapisi dengan karet, dengan berat 8 kg.
Penggunaan tongkat bola dengan melepaskanya secara jatuh
bebas dari ketinggian 30 cm atau 40 cm ( dengan jari-jari
tangan membentuk lingkaran atau menggenggam).

METODE UNTUK MENGESTIMASI BANTALAN YANG PERLU DIPECOK


Untuk memeriksa bantalan, orang harus berdiri ditenggah
jalan rel (antara kedua rel). Tongkat bola dilepaskan jatuh
bebas pada ujung bantalan
Bantalan yang tidak kokoh akan bergetar, sedang
bantalan yang padat tidak akan bergetar.
Jika bantalan kurang padat, tongkat bola tidak
memantul dan jika tongkat bola memantul atau meloncat
berarti bantalan cukup padat.
Jika tongkat bola yang dijatuhkan menghasilkan suara
kosong, berarti bantalan tidak kokoh kedudukannya.
Jika menghasilkan suara lemah, berarti bantalan padat.

Pemeriksaaan jalan rel dilakukan hanya sekali saja.


198

Tanda-tanda batasan harus ditulis diatas bantalan untuk


menunjukan tentang seberapa jauh tidak kokohnya bantalan
tersebut.

MENGUKUR GENJOTAN
Pelaksanaan pengukuran dilakukan dengan peralatan
“ dansometer ” (lihat lampiran A)
“ fleximeter ” (lihat lampiran B)
“ Paku pengukur genjotan “
Tanda-tanda balas pada sisi bantalan tidak boleh
dipertimbangkan.
Bantalan diukur dengan salah satu peralatan yang dipilih di
antara yang diusulkan diatas.
Hasil pengukuran yang didapat, ditulis pada bagian ujung
bantalan.
Harus menggunakan sebanyak mungkin peralatan jika perlu.
Dalam melakukan pemeriksaan secara berurutan, bantalan
berurutan yang tidak diperiksa jangan lebih dari dua buah.
Peralatan tersebut harus digunakan walaupun hanya ada satu
bantalan yang menggenjot.
199

Mengukur genjotan

 Alat pengukur genjotan dipasang pada


bantalan yang paling genjot dibandingkan dengan bantalan
lain yang genjot.
 Sesudah satu kereta api lewat, ukur (atau
baca langsung) kerusakan pada alat pengukurangenjotan.
 Dalam pelaksanaan pengukuran dengan
peralatan yang digunakan, nilai pada bantalan-bantalan
lainnya dibagi-bagi sebagai berikut :

Pada tiap bantalan A (lihat gambar) diberi nilai setenggah


dari nilai yang ditulis pada bantalan yang telah diperiksa
dan setenggah dari nilai yang diberi pada bantalan A diberi
pada bantalan berikutnya.
Kemudian, maju dari bantalan yang telah diperiksa ke
bantalan yang berikutnya.

(nilai yang didapat selalu dibulatkan ke angka yang lebih


kecil).
Contoh :
5,2,1(5/2 = 2,5 dibulatkan menjadi 2 dan 2/2 = 1).
 Jika antara dua peralatan ada dua bantalan,
tandai setenggah dari nilai yang didapat pada bantalan
terdekat dengan yang diperiksa (lihat diagram).
200

 Jika antara dua peralatan pengukur hanya ada


satu bantalan, jumlahkan nilai yang didapat pada
bantalan yang diperiksa teredekat dan nilai ini dibagi
dengan 4 (lihat diagram).

Dalam bagian ujung daerah bantalan yang tidak kokoh ke


dudukannya, harus ada sedikitnya nilai sebesar 1 mm.
Hal ini merupakan kekecualian tunggal dimana angka dibulat
kan ke angka yang lebih besar.
201

Catatan :
Tongkat bola tidak boleh digunakan untuk mengestimasi, atau
memberi bilai genjotan .
Peringgatan :
Jangan lebih dari dua bantalan tanpa peralatan pengukur
genjotan.

11. MENGUKUR KEKURANGAN ANGKATAN


Pengukuran dibuat dalam 2 tahap :
Penentuan lokasi titik pedoman.
Pelaksanaan pembidikan (Cara sama yang digunakan untuk pekerjaan persiapan
angkatan)

Dalam hal ini untuk pengukuran kekurangan kekurangan


angkatan bukanlah dengan menempatkan dongkrak pada tiap 5
atau 6 bantalan, tetapi untuk tiap 2 bantalan, kecuali pada
sambungan dimana diukur dua bantalan sambungan.
Pembidikan tidak mungkin pada jarak beberapa meter dari
teropong. Untuk beberapa bantalan ini, suatu peralihan
dibuat antara nilai bantalan akhir yang dibidik dengan
bantalan pada teropong.

12. NILAI KUKURANGAN AMGKATAN SEBENARNYA.

Nilai kekurangan angkatan sebenarnya, ditulis dengan kapur


pada bagian sisi luar kepala rel (tiap bentangan rel).
Untuk bantalan yang situasinya antara bantalan dan bantalan
yang dibidik, dapat diambil nilai rata-rata dari dua
bantalan berikutnya dan kemudian dibulatkan.

Nilai kekurangan angkatan sebenarnya adalah jumlah harga


kekurangan angkatan dan kekurangan genjotan.
202

Catatan :
Bagian 2.2 ini merupakan dasar metode “SUFLASE”atau”SHOWEL
PACKING”.
203
Lampiran A

Uraian dari pada peralatan dansometer


Peralatan mempunyai penyangga 3 kaki, 1 as batang vertical
yang mempunyai per. Batang ini mempunyai satu alat penunjuk
pergerakan.
Alat dansometer ditempatkan pada bantalan yang tidak kokoh
kedudukkannya.
Per berada dalam keadaan tertekan bilamana penunjuk
pergerakan menyentuh kaki-kaki yang tetanam dalam balas.
Bila kereta api lewat, as batang akan turun dan alat
penunjuk terkunci dibelakangnya oleh kaki-kaki. Sesudah
kereta api lewat, as batang naik dan membuat penunjuk
pergerakan naik. Jarak antara sisi bawah penunjuk pergerakan
dan sisi atas kaki-kaki merupakan hasil ukuran.
204
Lampiran B

Uraian dari pada peralatan Fleximeter


Peralatan mempunyai pelat alas yang ditempatkan pada balas
dan menopng suatu as bantang secara vertical, yang mana akan
menggeser satu ketam (crab) dengan jib yang didorong dari
bawah keatas dengan satu per. As batang dilengkapi dengan
satu alat penunjuk pergerakan.
Alat fleximeter ditempatkan pada spasi antara dua bantalan,
lebih dekat pada bantalan yang harus diperiksa. Jib ketam
(crab) berada dibawah kaki rel. Bila per dalam keadaan
tertekan, maka penunjuk pergerakan akan berada posisi tinggi.
Bila kereta api lewat, ketam akan turun, sehingga membuat
penunjuk pergerakan juga turun.
Sesudah kereta api lewat, ketam akan naik lagi, sedang
penunjuk pergerakan tidak bergerak.
Hasil ukuran adalah sederhana dengan pembacaan skala ketam :

Penggunaan paku pengukur genjotan


Genjotan bantalan dapat diukur dengan menempatkan paku
pengukur besi dibawah rel dekat bantalan yang harus di
periksa.
205

BAGIAN 2 . 3

LISTRINGAN
206

BAGIAN 2 . 3 a

PENGERTIAN ANAK PANAH


207

BAGIAN 2.3a

PENGERTIAN ANAK PANAH

13. PENGATURAN RINGKAS TRASE JALAN


REL SEDERHANA
1.1 Perhitungan anak panah

a) Pada pertengahan tali busur.


C = ½ tali busur.
C2 CxC
Anak panah : F =
2R 2R
Dimana : C dalam meter
R dalam meter
Contoh 1
Untuk tali busur = 20 m, jari-jari = 1000 m,
10 x10
Maka : F = 0,050 m 50mm
2 x1000
Contoh 2
Tali bausur ada bagian lengkung dari wesel 1 : 12
adalah 10,750 m, jari – jari = 318 m, maka :
C2 5,375 x5,375
F = = = 0,045 m = 45 mm
2R 2 x318

b) Untuk titik tertentu pada tali busur :

axb
F =
2R

Contoh 3
Tali bisur pada bagian lengkung dari wesel 1 : 12
adalah 10,750 m, jari-jari = 3,18 m.
Diinginkan besarnya anak panah pada jarak 3,50 m dari
salah satu tali busur. Maka:
208

3,50 x 7,25
F = = 0,040 m = 40 mm.
2 x318
1.2 Perhitungan jari – jari
C2
F =
2R

Dimana : F adalah panah pada titik tengah tali busur C dan F


dalam meter.
Contoh
Tali busur = 20 m,jari – jari = 1000 m.
10 x10
F = = 0,050 m = 50 mm.
2 x1000
C2 10 x10 100
F = = = = 1000 mm.
2R 2 x0,050 0,1

1.3 RUMUS PRAKTIS PADA 5 m DAN 2,50 m.

F
Anak panah pada 5 m :
4
Dimana F adalah anak panah untuk tali busur 20 m, sedang
anak panah pada 2,50 m adalah Y1 dan Y2 yang besarnya ¾ f.

Contoh 1
Suatu busur lingkaran, anak panah pada tali busur 20 m
adalah 50 mm, maka :

F 50
F = = = 12,5 mm
4 4
209

3f 3
y1 = y2 = = x 12,5 = 9,4 mm
4 4
Contoh 2
Rumus tersebut diatas dapat juga digunakan untuk lengkung
peralihan parabolis,tetapi nilai F yang diambil adalah anak
panah rata–rata pada tali busur 20 m dari dua buah patok.

F F 41 F 42 50x58
F = , dimana F = = = 54 mm
4 2 2
54
F = = 13,5 mm.
4
3 3
y1 = y2 = f = x 13,5 = 10 mm
4 4

14. PENELITIAN ANAK- PANAH PADA


LENGKUNG.
* Metode yang digunakan adalah metode tiga titik.
* Pada titik rel luar, ukur jarak 10 m, dan tandai dengan
kapur. Pelaksanaan ini dilakukan pada keseluruhan lengkung
dan 40 m pada masing-masing bagian lurus dari ujung
lengkung.
Dimuka setiap tanda bias dipasang patok-patok lengkung.
PERHATIAN :
Hasil perhatungan anak panah f dan y dengan mengetahui F
diberikan pada table (lihat lampiran yang berikut).
Tabel ini bisa digunakan dilapangan sebagai “DOKUMEN KANTONG”
210

Lampiran

PERHITUNGAN ANAK PANAH f dan y dengan mengetahui F


F f F f F f F f F f F f

1 0,5 0 26 6,5 5 51 13 9,5 76 19 14,5 101 25,5 19 126 31,5 23,5


2 0,5 0,5 27 7 5 52 13 10 77 19,5 14,5 102 25,5 19 127 32 24
3 1 0,5 28 7 5,5 53 13,5 10 78 19,5 14,5 103 26 19,5 128 32 24
4 1 1 29 7,5 5,5 54 13,5 10 79 20 15 104 26 19,5 129 32,5 24
5 1,5 1 30 7,5 5,5 55 14 10,5 80 20 15 105 26,5 19,5 130 32,5 24,5
6 1,5 1 31 8 6 56 14 10,5 81 20,5 15 106 26,5 20 131 33 24,5
7 2 1,5 32 8 6 57 14,5 10,5 82 20,5 15,5 107 27 20 132 33 25
8 2 1,5 33 8,5 6 58 14,5 11 83 21 15,5 108 27 20,5 133 33,5 25
9 2,5 1,5 34 8,5 6,5 59 15 11 84 21 16 109 27,5 20,5 134 33,5 25
10 2,5 2 35 9 6,5 60 15 11,5 85 21,5 16 110 27,5 20,5 135 34 25,5
11 3 2 36 9 7 61 15,5 11,5 86 21,5 16 111 28 21 136 34 25,5
12 3 2,5 37 9,5 7 62 15,5 11,5 87 22 16,5 112 28 21 137 34,5 25,5
13 3,5 2,5 38 9,5 7 63 16 12 88 22 16,5 113 28,5 21 138 34,5 26
14 3,5 2,5 39 10 7,5 64 16 12 89 22,5 16,5 114 28,5 21,5 139 35 26
15 4 3 40 10 7,5 65 16,5 12 90 22,5 17 115 29 21,5 140 35 26,5
16 4 3 41 10,5 7,5 66 16,5 12,5 91 23 17 116 29 22 141 35,5 26,5
17 4,5 3 42 10,5 8 67 17 12,5 92 23 17,5 117 29,5 22 142 35,5 26,5
18 4,5 3,5 43 11 8 68 17 13 93 23,5 17,5 118 29,5 22 143 36 27
19 5 3,5 44 11 8,5 69 17,5 13 94 23,5 17,5 119 30 22,5 144 36 27
20 5 4 45 11,5 8,5 70 17,5 13 95 24 18 120 30 22,5 145 36,5 27,5
21 5,5 4 46 11,5 8,5 71 18 13,5 96 24 18 121 30,5 22,5 146 36,5 27,5
22 5,5 4 47 12 9 72 18 13,5 97 24,5 18 122 30,5 23 147 37 27,5
23 6 4,5 48 12 9 73 18,5 13,5 98 24,5 18,5 123 31 23 148 37 28
24 6 4,5 49 12,5 9 74 18,5 14 99 25 18,5 124 31 23,5 149 37,5 28
25 6,5 4,5 50 12,5 9,5 75 19 14 100 25 19 125 31,5 23,5 150 37,5 28

F f F f F f F f F f F f F f F f

151 38 28,5 176 44 33,0 201 50,5 37,5 226 56,5 42,5 251 63 47 276 69 52 301 75,5 56,5 326 81,5 61
152 38 28,5 177 44,5 33,0 202 50,5 38 227 57 42,5 252 63 47,5 277 69,5 52 302 75,5 56,5 327 82 61,5
153 38,5 28,5 178 44,5 33,5 203 51 38 228 57 43 253 63,5 47,5 278 69,5 52 303 76 57 328 82 61,5
154 38,5 29 179 45 33,5 204 51 38,5 229 57,5 43 254 63,5 47,5 279 70 52,5 304 76 57 329 82,5 61,5
155 39 29 180 45 34 205 51,5 38,5 230 57,5 43 255 64 48 280 70 52,5 305 76,5 57 330 82,5 62
156 39 29,5 181 45,5 34 206 51,5 38,5 231 58 43,5 256 64 48 281 70,5 52,5 306 76,5 57,5 331 83 62
157 39,5 29,5 182 45,5 34 207 52 39 232 58 43,5 257 64,5 48 282 70,5 53 307 77 57,5 332 83 62,5
158 39,5 29,5 183 46 34,5 208 52 39 233 58,5 43,5 258 64,5 48,5 283 71 53 308 77 58 333 83,5 62,5
159 40 30 184 46 34,5 209 52,5 39 234 58,5 44 259 65 48,5 284 71 53,5 309 77,5 58 334 83,5 62,5
160 40 30 185 46,5 34,5 210 52,5 39,5 235 59 44 260 65 49 285 71,5 53,5 310 77,5 58 335 84 63
161 40,5 30 186 46,5 35 211 53 39,5 236 59 44,5 261 65,5 49 286 71,5 53,5 311 78 58,5 336 84 63
162 40,5 30,5 187 47 35 212 53 40 237 59,5 44,5 262 65,5 49 287 72 54 312 78 58,5 337 84,5 63
163 41 30,5 188 47 35,5 213 53,5 40 238 59,5 44,5 263 66 49,5 288 72 54 313 78,5 58,5 338 84,5 63,5
164 41 31 189 47,5 35,5 214 53,5 40 239 60 45 264 66 49,5 289 72,5 54 314 78,5 59 339 85 63,5
165 41,5 31 190 47,5 35,5 215 54 40,5 240 60 45 265 66,5 49,5 290 72,5 54,5 315 79 59 340 85 64
166 41,5 31 191 48,0 36 216 54 40,5 241 60,5 45 266 66,5 50 291 73 54,5 316 79 59,5 341 85,5 64
167 42 31,5 192 48,0 36 217 54,5 40,5 242 60,5 45,5 267 67 50 292 73 55 317 79,5 59,5 342 85,5 64
168 42 31,5 193 48,5 36 218 54,5 41 243 61 45,5 268 67 50,5 293 73,5 55 318 79,5 59,5 343 86 64,5
169 42,5 31,5 194 48,5 36,5 219 55 41 244 61 46 269 67,5 50,5 294 73,5 55 319 80 60 344 86 64,5
170 42,5 32 195 49 36,5 220 55 41,5 245 61,5 46 270 67,5 50,5 295 74 55,5 320 80 60 345 86,5 64,5
171 43 32 196 49 37 221 55,5 41,5 246 61,5 46 271 68 51 296 74 55,5 321 80,5 60 346 86,5 65
172 43 32,5 197 49,5 37 222 55,5 41,5 247 62 46,5 272 68 51 297 74,5 55,5 322 80,5 60,5 347 87 65
173 43,5 32,5 198 49,5 37 223 56 42 248 62 46,5 273 68,5 51 298 74,5 56 323 81 60,5 348 87 65,5
174 43,5 32,5 199 50 37,5 224 56 42 249 62,5 46,5 274 68,5 51,5 299 75 56 324 81 61 349 87,5 65,5
175 44 33 200 50 37,5 225 56,5 42 250 62,5 47 275 69 51,5 300 75 56,5 325 81,5 61 350 87,5 65,5
211

2.1 METODE TIGA TITIK.


PRINSIP
Bila suatu penggeseran “X” mm dilaksanakan terhadap satu
titik pada jalan rel, maka anak panah titik ini berubah
seharga “X” dan anak panah pada kedua titik disebelahnya
adalah “X/2” yang arahnya berlawanan.
Metode tiga titik merupakan penggunaan dari pada prinsip
tersebut diatas.
CONTOH PELAJARAN

TOLERANSI
- Untuk busur lingkaran, toleransi sebesar 2 mm ditambahkan
antara dua anak panah.
- Untuk lengkung peralihan parabolis, toleransi sebesar
1 mm ditanbahkan pada perbedaan antara dua anak panah
(kecuali pada lengkung penghalusan).

Untuk perawatan, pengeseran tidak boleh lebih dari 20 mm

INGAT : MANDOR (Kepala regu), tidak


dibenarkan untuk menggeser lengkungan
tanpa mengikuti hasil penelitian lengkung
dari Kepala Distrik (DK)
212

Contoh :
Perhitungan perbaikan lengkung
Perhitungan dilakukan secara berulang-ulang sampai tercapai
kondisi yang memuaskan.
213

Dari contoh diatas, terlihat bahwa :


Nilai anak panah baru sama dengan nilai anak panah lama
ditambah dengan nilai penggeseran pada titik tersebut dan
ditambah dengan setengah nilai lawan jumlah harga
pebgeseran kedua titik disebelahnya.
214

Contoh 1
Penyelidikan lengkung antara patok 40 dan 54 (pada
bagian lingkaran dari lengkung).
215

Contoh 2
Penyelidikan lengkung antara patok 40 dan 55
(bagian lingkaran dari lengkung).
216

Contoh 3
Penyelidikan lengkung termasuk bagian lurus,
lengkung penghalusan, lengkung peralihan dan
bagian lengkung penuh .
217

BAGIAN 2 . 3 b

LISTRINGAN DENGAN LINGGIS


218

BAGIAN 2.3b

LISTRINGAN

15. PENDAHULUAN
Listringan adalah suatu pelaksanaan pekerjaan yang
dapat dikerjakan tersendiri, tetapi umumnya dilaksanakan
bersamaan dengan pekerjaan angkatan.
Angkatan dan listringan harus dilaksanakan sesuai
dengan urutan – urutan sebagai berikut :
1. Listringan dengan pengeseran kecil jalan rel :
o Angkatan dikerjakan dulu.
o Kemudian listringan.
2. Listringan dengan pengeseran jaran rel : > 20 mm.
o Listringan besar dikerjakan dahulu.
o Setelah itu angkatan.
o Kemudian kembali listringan sesudah jalan rel tepat
kedudukannya.
Listringan dilakukan setelah angkatan, karena jalan
rel yang telah diangkat harus sedikitnya dilewati oleh satu
rangkaian kereta sebelum jalan tersebut dilistring.
UNTUK LISTRINGAN, JANGAN TUNGGU LEBIH DARI SATU HARI
SETELAH PEKERJAAN ANGKATAN.

16. PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK


MENGUKUR ANAK – PANAH DAN
MELISTRING LENGKUNGAN.
Untuk melistring bisa digunakan mistar angatan dan listringan
( Pemakaian sudah dijelaskan pada Bab 2.1d halaman 2.1d/10)
atau alat kedudukan benang.

Lebih tepat menggunakan alat kedudukan benang.


219

ALAT KEDUDUKAN BENANG

17. LISTRINGAN PADA LENGKUNGAN


3.1. LENGKUNGAN DENGAN PATOK
3.1.1. Cara pemasangan patok pada lengkungan
Patok – patok harus ditempatkan setiap 10 m dengan jarak
yang tetap dari sisi dalam kepala rel (ini bias misalnya
0,90 m,1,00 m,1,05 m,1,10 m, yang diberikan pada kolom “L”
dalam “BUKU LENGKUNG UNTUK MANDOR “, lampiran b) dan dengan
ketinggian yang sama dari pada level rel.
Gunakanlah selalu rel luar, karena ini merupakan rentangan
pedoman pada lengkungan.
Gunakanlah alat pengatur kedudukan lengkungan dan patok –
patok pedoman seperti yang diuraiankan pada lampiran A.
LANGKAH 1
o Beri tanda posisi jalan rel pada patok – patok pedoman.
o Pasang paku diatas pelat kayu pada tempat penentuan
tanda.
Diatas patok-patok pedoman, penempatan paku mengambarkan
tiruan sesungguhnya dari daerah jalan rel termasuk semua
kerusakan-kerusakan yang ada.
LANGKAH 2
Ukur anak-panah dipatok-patok pedoman pada setiap 10 m
dengan benang nilon sepanjang 20 m.
LANGKAH 3
Buat penelitian anak panah-panah untuk menentukan grafik
anak-panah
Yang sempurna dan mengetahui besarnya geseran yang akan
dilaksanakan pada setiap patok.
Perhatian :
Untuk perawatan, tidak boleh geser lebih dari 20 mm.
220

LANGKAH 4
Pindahkan posisi paku-paku pedoman pada pelat kayu sesuai
dengan geseran dari penelitian anak-panah.
Kita sekarang telah mempunyai patok-patok pedoman yang
selanjutnya dapat dipergunakan untuk melaksanakan pekerjaan
listringan.
3.1.2. Cara pemasangan patok pada lengkungan
Sesudah penelitian lengkungan dilselesaikan, Kepala Distrik
mengisi “BUKU LENGKUNG UNTUK MANDOR” (lihat lampiran
b)untuk mandor bisa melistring daerah tersebut.
Dibuat dua buah “BUKU LENGKUNG UNTUK MANDOR”
i. Satu buku tinggal di kantor DK.
ii. Yang kedua diberikan kepada Mandor
3.1.3. Pelaksanaan Pengeseran
Contoh :

Dianggab pengeseran telah sampai pada titik 2.


Periksa kedudukan jalan kereta api pada titik E
dengan tinjauan ke patok 3
Jika perlu, geser titik E sampai jarak antara jalan
rel dengan patok 3 seperti ditentukan.
Letakkan benang nilon antara titik D dan E, periksa
anak panah pada A serta geser bila perlu.
Lihat “BUKU LENGKUNG UNTUK MANDOR” pada lampiran B,dimana F dan Y sudah dihitung.
Periksa Y1 pada B. Jika perlu menggeser,jaga kedudukan
titik D dan A dengan linggis atau dongkrak yang menahan.
Lihat “BUKU LENGKUNG UNTUK MANDOR” pada lampiran B,dimana F dan Y sudah dihitung.
221

Periksa Y2 pada C(jika perlu,jaga kedudukan titik A


dan E)
Lihat “BUKU LENGKUNG UNTUK MANDOR” pada lampiran B,dimana F dan Y sudah dihitung.
Periksa kembali jarak antara jalan rel dan patok
Nº3.Jika anak panah tidak betul, geser kembali titik E dan
laksanakan lagi kegiatan pada titik A,B,C.
Kemudian Nº4 dan kerjakan dengan cara yang sama pada
bagian antara titik 3 dan 4.

3.2. LENGKUNG TANPA PATOK

Dalam hal ini, bukanlah mengatur jalan rel sesuai dengan


patok tetapi jalan ini bias diatur pada posisinya sehingga
anak panah yang seharusnya bias didapat.

Contoh :

Pertama, pasang benang nilon antara titik Nº1 dan Nº3.


Letakkan dongkrak atau linggis pada titik Nº3 dan
geser titik ini sampai anak panah pada titk Nº2 tercapai.
Kemudian dengan nilon 10 m,periksa ¼ F dan ¾ f (anak
panah yang diukur pada 5 m dan 2,5 m)antara titik-titik Nº2
dan Nº3, kemudian geser sampai anak panah yang diinginkan.
Letakkan benang nilon antara titik Nº2 dan Nº4.
Letakkan dongkrak atau linggis pada Nº4 dan geser
titik ini sampai anak panah pada titik Nº3 tercapai.
Kemudian dengan benang nilon 10 m, periksa anak panah
pada 5 m dan 2,5 m antara titk-titk Nº3 dan Nº4. selanjutnya
geser sampai anak panah yang diinginkan.
Letakkan benang nilon antara Nº3 dan Nº5 dan demikian
seterusnya.
Catatan :
Dengan metode ini, pengukuran anak panah sebelum penelitian
lengkung adalah terpenting.
Metode ini memerlukan perhatian dan keseriusan.
222

Kalau tidak, trase jalan rel bias berubah dari kedudukannya


yang normal.
Lebih baik menggunakan metode dengan patok pedoman.

Lampiran A

PATOK KEDUDUKAN LENGKUNG


223
224
Lampiran B (1/2)
225
Lampiran B (2/2)
226

18. LISTRINGAN PADA JALAN LURUS


(Lihat lampiran 2)
4.1. METODE DENGAN BENANG
LANGKAH 1.
Bentangan benang nilon antara 2 titk pedoman pada bagian
sepanjang sekitar 30 meter.
Titik pertama harus ditempatkan sekitar 4 m dari ujung jalan
rel yang telah dilistring,supaya jalan yang telah selesai
dilistring tidak bergeser ketika pengeseran selanjutnya.
Titik kedua harus dipilih sedemikian rupa pada pertengahan
posisi untuk mengurangi perluasan maksimum pergerakan rel.
Titik ini secara mudah dapat langsung dicari dengan mata.

Petunjuk umum :Balas pada bagian ujung bantalan adalah untuk


menahan agar bantalan tidak bergerak (bergeser)
kesamping.Sebelum pengeseran,balas pada bagian ujung
bantalan digorek sedikit. Sesudah pengeseran ,Balas harus
dipadatkan kembali (dipecok) pada kedua bagian ujung
bantalan),untuk mencegah jalan rel kembali pada kedudukan
semula setelah dilewati kereta api.
LANGKAH 2.
Atur benang nilon pada kedua ujung, sehingga tercapai jarak
100 mm dari sisi permukaan dalam kepala rel (lihat gambar 1
appendiks.1)
Catatan: Alat kedudukan benang bias digunakan selain mistar
angkatan ( lihat penyelasan pada halaman XXX ).

LANGKAH 3.
Melistring rel antara ujung benang nilon (Garis AB pada
Gambar 1 dan 2).
Perlu diingat, rel jangan digeser atau dilistring pada jarak
kurang dari 4 meter dari kedua ujung benang nilon. Karena
adanya titik pedoman yang merupakan dasar penyesuaian
terhadap seluruh rel lainnya. Jika titik pedoman tergeser,
ini akan mempengaruhi seluruh listringan.
Rel dilistring agar antara kedua titik yang telah di
tetapkan tersebut menjadi lurus.
Dengan menggunakan linggis atau dongkrak, jalan rel digeser
sampai tepat 100 mm dari benang nilon. Penggeseran kearah
227

kiri atau kea rah kanan dan pada ujungnya. Rel dibuat lurus
dan tepat sejajar dengan benang nilon.

Mandor memberi perintah pada regu untuk bergerak maju


mengikuti rel dsampai kedudukan ujung benang nilon. Kemudian
jalan rel dikokohkan kedudukannya dengan memukul bagian atas
bantalan dengan kepala (ujung) linggis.
1. Dengan menggunakan linggis.
Untuk mencegah rel yang telah dilistring bergerak dari
kedudukannya, diperlukan satu atau dua orang dengan
memakai linggis menahan rel, yaitu dengan mendorong ke
arah berlawanan dengan orang lainnya.

2. Dengan menggunakan dongkrak.


Satu dongkrak dengan satu orang bisa digunakan untuk
menahan.
Langkah 4
MEMINDAHKAN BENANG NILON.
Setelah daerah antara ujung-ujung nilon dilistring, nilon
dipindajkan ke daerah berikutnya.
228 Lampiran B

Ingat, bahwa benang nilon diletakkan pada tempat sejauh 4 m


dari unjug daerah jalan rel yang baru saja selesai
dilistring.
229

Langkah 5.
Kembali benang nilon diatur pada jarak 100 mm dari sisi
dalam kepala rel.
Catatan: Alat kedudukan benang bias digunakan selain mistar
angkatan ( Lihat penyelasan pada halaman 2.3b/2).
Langkah 6.
Ikuti cara seperti melistring rel dalam langkah 3 (gambar 1
bagian 4,5 dan 6).
Langkah 7.
Selanjutnya.

4.2. METODE 3 TITIK :

Metode ini adalah metode yang digunakan untuk lengkungan.


o Tandai rel setiap 10 m.
o Ukur anak-panah setiap 10 m dengan benang panjang 20 m.
o Buat penelitian anak-panah sehingga hasil anak-panah
sedekat mungkin dengan nilai 0.
o Listringan dilakukan seperti untuk lengkung.
Cara ini tidak memerlukan penggunaan mata.

19. titik balik dalam lengkungan “s”


5.1. PENENTUAN POSISI TITIK BALIK.
Peringatan :
Setiap lengkungan harus mempunyai patok-patok lengkung
dengan jarak 10 m.

5.1.1. Variasi anak panah adalah sama pada kedua lengkungan.


Contoh gambar.

Ada tiga keadaan yang mungkin terjadi :


Keadaan I : Titik balik berada pada satu patok, dalam hal
ini tidak ada masalah.
230

Keadaan II: Titik balik berada antara patok-patok dari dua


lengkungan dimana anak-panah pada tiap patok
adalah sama.

Jarak antara titik balik dan satu patok adalah sama


dengan :
Anak-panah pada patok

Variasi anak-panah antara 2 patok per meter

Contoh :
Patok 35 : anak-panah F = 4 mm (+4 mm)
Patok 36 : anak-panah F = -4 mm

Variasi per meter = 8/10 = 0,8 mm/m


Jarak ke satu patok = 4/0,8 = 5 m.
Titik balik berada di tengah-tengah kedua patok
Keadaan III: Titik balik berada antara patok-patok dari
dua lengkungan dan anak panah-panah pada tiap
patok tidak sama.

Patok Nº42 : anak-panah F = 4 mm (+ 4 mm)


Patok Nº43 : anak-panah F = -8 mm

Variasi per meter = 12/10 = 1,2 mm/m


Jarak antara titik pedoman dan patok Patok Nº42 : 4/1,2 = 3,33 m
Jarak antara titik pedoman dan patok Patok Nº43 : 8/1,2 = 6,67 m
231

5.1.2. Variasi anak-panah tidak sama pada kedua lengkungan.


Contoh gambar :

Hitung variasai antara kedua patok yang berada sebelum


titi balik.
Hitung variasi antara kedua patok yang berikut titik
balik.
Jarak antara titik balik dan patok yang berada sebelum
titik balik adalah sama dengan :
Anak-panah F pada patok

Variasi anak-panah sebelum titk balik

Jarak antara titik balik dan patok yang berikut titik


balik ini adalah sama dengan :

Anak-panah F pada patok

Variasi anak-panah setelah titk balik

Contoh:

Variasi anak-panah antara patok Nº20 dan patok Nº21


adalah :
12 2
= 1 mm/m
10
232

Variasi anak-panah antara patok Nº22 dan patok Nº23


adalah :
36 16
= 2 mm/m
10
Jarak antara titik balik dan patok Nº21 adalah :
2 mm : 1 mm/m = 2 m
Jarak antara titik balik dan patok Nº22 adalah :
16 mm : 2 mm/m = 8 m

5.2. LISTRINGAN PADA TITIK BALIK

5.2.1. Listringan pada titik balik dimana kedua lengkung


mempunyai variasi anak-panah yang sama.
Contoh

Geser sampai patok No. 31 seperti biasa, kemudian geser


antara patok No.32 dan patok No.33 seperti biasa.
Rentangkan benang panjang 20 m;10 m disebelah kiri,10 m
di sebelah kanan dari pada titik balik.Periksa pada
titik balik bahwa F=0.Kalau tidak,geser sampai nilainya
didapat.

5.2.2. Listringan pada titik balik dimasna kedua lengkung


mempunyai variasi anak-panah yang tidak sama.

5.2.2.1. Penentuan posisi ujung benang pada daerah yang sudah


dilistring.
233

Geser sampai patok Nº41 seperti biasa, kemudian geser


antara Nº42 dan Nº43 seperti biasa .

Rentangkan benang disebelah kiri dan kanan titik balik


pada daerah yang sudah dilistring disekitar patok Nº21
dan Nº42.
Penentuan titik ujung benang dilakukan sehingga mendapat
nilai anak panah nol pada titk balik balik.
iii. Untuk ini ikut cara yang berikut .
Diketahui :
X1 = Jarak antara ujung benang dan titik balik
disebelah kiri.
X2 = Jarak antara ujung benang dan titik balik
disebelah kanan.
∆F1 = Variasi anak panah disebelah kiri.
∆F2 = Variasi anak panah disebelah kanan.
X1 F2
X2 F1
Contoh :
Variasi di sebelah kiri : F1 = 1 mm/m.
Variasi di sebelah kanan : F2 = 1 mm/m.
X1 = (ujung benang berada pada daerah yang sudah
dilistring).
X2 = 8 2 =11,31 m (ujung benang berada pada daerah
yang sudah dilistring).
Panjang benang adalah : 11,31 m + 8 m = 19,31 m.
Dengan pemasangan ujung benang dengan jarak yang sudah
ditentukan diatas, anak panah pada titik balik
seharusnya nol.
Perhatian :
Tentukan titik-titik ujung benang sehingga keduanya
berada pada daerah yang sudah dilistring.
234

Catatan :
Cara ini berlaku juga untuk dua lengkungan yang
mempunyai variasi yang sama.

5.2.2.2. Contoh lengkap mengenai geseran pada titik balik dimana


kedua lengkungan mempunyai variasi yang tidak sama.

Titik balik berada 6 mm : 1 mm/m = 6 m dari patok Nº45.


Ujung benang dipasang :
iv. Misalnya 10 m dari pada titik balik disekitar patok
Nº45.
1
v. Dan (10 = 7,07 m dari pada titik balik di sekitar
2
patok Nº46.
Ansk panah pada titik balik seharusnya nol.
Dengan menggunakan alat kedudukan benang, dengan aturan
20 mm pada ujung benang, hasil ukuran pada titik balik
seharusnya 20 mm.
Kalau tidak, geser jalan rel sampai nilai ini didapat.

5.2.3. Pengaruh dari lebar jalan rel


Perhatian :
(Rel yang digeser selalu rel luar)
Kalau misalnya lebar sepur harus sama dengan 1067 mm dan
benang dipasang pada rentangan A. Rel luar adalah
rentangfan A disebelah kiri titik balik dan rentangan B
disebelah kanan.
235

Kalau benang dipasang pada rentangan A, benang semestinya


dipasang dengan ganjel 2 mm ( 1069 – 1067) lawan rel di
sebelah kanan titik balik.
Lebih baik menggunakan alat kedudukan benang yang bias
diatur. Dengan alat ini pada rentangan A, Aturan benang
adalah misalnya 20 mm disebelah kiri titik balik dan 22 mm
disebelah kanan berhubungan kerusakan lebar sepur di-
sebelah kanan titik balik.

5.2.4. Listringan antara titik balik dan patok – patok


disekitarnya.
KEADAAN I : Titik balik berada dimuka satu patok lengkung

Pada titik balik nilai F harus sama dengan 0


10 0 3
F = = 1,25 mm Y = 1,25 x = 0,9 mm
8 4
KEADAAN II : Titik balik berada antara dua patok
Geseran pada titik balik sudah dilakukan dengan metode
5.2.1 (Variasi ∆ P sama pada kedua lengkungan) atau metode
5.2.2).
Contoh :

Titik balik berada 2 m dari patok Nº 21 dan 8 m dari patok


Nº 22. Antara titik balik dan patok Nº 21, geseran sudah
selesai karena hanya tinggal 2 m antara ujung benang dan
titik balik.
236

Kemudian geseran harus dilaksanakan antara titik balik dan


patok Nº 21. Misalnya untuk geseran dengan benang 8 m pada
titik yang berada, 2,66 m dari pada setiap ujung benang.
2,66 x5,34 16 0
F2,66 m = x Frata-rata Frata-rata = = 8 mm
100 2
2,66 x5,34
F2,66 m = x 8 = 1,44 mm ≈ 1 mm
100

ORGANISASI PEKERJAAN

NAMA PEKERJAAN : LISTRINGAN DENGAN LINGGIS


JUMLAH ORANG DIPERLUKAN : 1 Mandor dan 6 Pekerja
PERLATAN DIPERLUKAN :
* benang nilon
* 2 alat listringan ( untuk benang
nilon 100 m flens dalam rel)
Lihat gambar lampiran.
Lebih baik menggunakan alat
kedudukan benang.
* 1 mistar khusus untuk mengukur
anak panah.
* 6 Linggis besar rel (dapat juga
dipakai 3 dongkrak).
* Patok sementara.
* Mistar panjang 1 m.
HASIL RATA-RATA YANG DAPAT DICAPAI :
* xx meter per hari untuk angkatan
dan listringan.
* Xx meter per hari untuk
listringan yang dilaksanakan
secara terpisah.
LAMPIRAN :
* Rencana pekerjaan angkatan dan
listringan.
* Diagram prinsip pelaksanaan.
* Diagram pengukura.
237

BAGIAN 2 . 3 c

LISTRINGAN DENGAN DONGKRAK


238

BAGIAN 2.3c

LISTRINGAN DENGAN DONGKRAK

Prinsip
Prinsip dan pengukuran adalah seperti yang telah dijelaskan
dalam bagian 2.3A dan B.
1. LANGKAH 1 – PENNENTUAN LOKASI DONGKRAK
Mandor membuat tanda untuk lokasi dongkrak pada rel dengan
kapur, sesuai dengan arah penggeseran.
Tiap dongkrak yang dibutuhkan adalah :
* Dua dongkrak untuk menggeser rel,ditempatkan disisi dalam
rel kea rah geseran (lihat tanda panah pada ganbar
dibawah). Jarak antara dua dongkrak adalah 6 atau 7
bantalan.
* Satu dongkrak untuk pengeseran rel lainnya. Dongkrak ini
ditempatkan pada rel lainnya, ditengah diantara kedua
dongkrak terdahulu (lihat gambar) dan berada pada titik
yang akan digeser.

a) Lengkungan :
239

b) Jalan lurus :

2. LANGKAH 2 PENEMPATAN DONGKRAK


Balas dikeluarkan dari spasi bantalan sepanjang rel dengan
memakai belincong.Dongkrak ditempatkan pada tempatnya sampai
menyentuh rel.Dongkrak harus dibuat miring supaya jalan rel
bergerak kesamping dan tidak terangkat.

3. LANGKAH 3 – PENGGUNAAN DONGKRAK


* Tempatkan dongkrak disamping rel sampai menyentuh rel
tanpa rel tergeser.
* Mandor memberi perintah pengoperasian / bekerjanya
dongkrak Dongkrak harus bekerja secara bersamaan.
* Mandor mengawasi jarak rel kepatok pedoman atau kebenang
nilon sampai nilai yang ditentukan sudah tercapai.
* Pelaksanaan penggeseran dipaksa sampai melebihi 2 atau
3 mm. Sebab jalan rel cenderung bias bergerak kembali
keposisi semula setelah dongkrak dilepaskan.
240

4. LANGKAH 4 – MELEPASKAN DONGKRAK.


Pelepasan dongkrak harus dilakukan dalam dua tahap.
PERTAMA :Lepaskan lebih dahulu dongkrak yang bekerja pada
rel ( Memaksa penggeseran ).
KEDUA : Lepaskan selanjutnya kedua dongkrak lainnya
bersama - sama.
5. LANGKAH 5 – PEMERIKSAAN KEMBALI LISTRINGAN
Sesudah dongkrak dilepaskan, Mandor memeriksa jarak dan
membuat pembetulan seperlunya. ( Prosesnya sama seperti
untuk listringan jalan rel dengan linggis ).

ORGANISASI PEKERJAAN

NAMA PEKERJAAN : LISTRINGAN DENGAN DONGKRAK


JUMLAH ORANG DIPERLUKAN : 1 Mandor dan 4 Pekerja
PERLATAN DIPERLUKAN :
* benang nilon
* 2 alat listringan ( untuk benang
nilon 100 m dari bagian dalam
flens rel)
* 1 mistar khusus untuk mengukur
anak panah.
* 3 Dongkrak
* 1 Mistar panjang 1 m.
* 2 Belincong.
* Kapur tulis
HASIL RATA-RATA :
* xx meter tiap hari.
LAMPIRAN : Lihat bagian akhir tentang listringan
dengan linggis.

Xxx Diperlihatkan dalam lampiran khusus yang digunakan


hanya oleh Kepala Distrik.
241

BAGIAN 2 . 4

ANGKATAN DAN LISTRINGAN

DENGAN MESIN BERAT


242

BAGIAN 2.4a

ANGKTAN SECARA PEMECOKAN MEKANIS


MENGGUNAKAN MESIN PECOK BERAT.

1. PENDAHULUAN.
Tujuan cara ini adalah :Secara otomatis pengangkatan jalan
rel dan pemecokan balas dibawah bantalan dilakukan sampai
kedudukan yang benar dengan penggetaran dan penekanan /
pemadatan. Kegiatan ini dilaksanakan tanpa pengorekan balas.

2. PEMILIHAN DAERAH YANG AKAN DIPECOK.


* Pemecokan atau listringan dengan mesin berat harus
dilaksanakan pada panjang daerah yang cukup panjang, tidak
daerah yang pendek, dimana untuk daerah ini dapat digunakan
mesin pemecok ringan.
* Pemecokan dengan mesin berat memberikan kemungkinan
hasil yang terbaik dalam hal kualitas dan daya tahannya,
jika persyaratan yang ditentukan berikut dipenuhi :
- Lapisan dibawah balas balas ( sub-ballast) berada dalam
kondisi yang baik.
- Balas bersih, susunan bagian-bagiannya teratur dank eras
dengan susunan perbutir 25/50.Kedalaman balas dibawah
bantalan kayu harus lebih dari 0,15 m dan dibawah
bantalan beton harus lebih dari 0,20 m.
243

- Material jalan rel (rel dan bantalan)harus dalam kondisi


yang baik, alat penambat terkunci dengan baik dan
sambungan-sambungan terpelihara dengan baik.
Jika semua kondisi tersebut tidak seperti yang
disebutkan, maka hasil yang dicapai tidak akan baik
dalam hal kualitas dan daya tahan.
- Untuk menentukan daerah yang tepat beserta panjang
daerah yang akan dipecok, disesuaikan dengan catatan
jalan rel.Penentuan daerah ini harus dikerjakan oleh
Kepala Distrik.

3. PENILIHAN METODE PEKERJAAN


Prinsip bekerjanya dari mesin pemecok adalah untuk mengangkat
jalan rel dengan menggunakan3 titik pedoman, yaitu :
- Titik Pedoman Belakang (TPB) yang berada dibagian ujung
belakang mesin pemecok dalam daerah yang telah dipecok (A).
- Titik Pedoman Penggerjaan (TPP) Yang berada pada bagian
pemecok (B).
- Titik Pedoman Muka(TPM)yang berada didepan mesin pemecok
daerah yang belum dipecok ( C ).

Jalan rel yang Bagian Pemecok Jalan rel yang


Telah dipecok belum di pecok

Propil memanjang yang direncanakan


Propil memanjang yang ada
Dua metode pekerjaan dapat digunakan , yaitu :
a) Metode dasar relitif
Titik Pedoman Muka(TPM)diangkat dengan suatu nilai yang
tetap, yang disebut ketinggian.
TPM mengikuti profil memanjang tanpa perbaikan kekurangan
angkatan.
Dalam hal ini, profil memanjang dibuat dengan unit pemecok
yang tetap menghasilkan kekurangan angkatan yang ada pada
TPM dikurangi dengan suatu perbandingan yang disebut per-
bandingan pengurangan kekurangan angkatan.
b) Metode dasar mutlak
TPM diangkat dengan nilai yang bervariasi yang menghasilkan
harga dari jumlah ketinggian angkatan (Nilai angkatan yang
244

dipilih diatas titik tinggi) dan lendutan yang ada pada TPM
yang di bandingkan terhadap titik tinggi tersebut.
Dalam hal ini, profil memanjang yang direncanakan antara dua
titik tinggi adalah merupakan satu garis lurus tanpa
meninggalkan sisa angkatan terhadap angkatan titik-titik
pemecokan.
Cara ini adalah metode DASAR MUTLAK.
Pekerjaan dengan dasar mutlak dapat duilaksanakan dengan
pembidikan secara bersama atau dengan pembidikan panda-
huluan.
Catatan :
Pemilihan metode pekerjaan harus ditentukan sebelum peker-
jaan dimulai.
Pemecokan dengan mesin berat untuk pemeliharaan biasanya
harus dilakukan dengan menggunakan dasar relative.
Pemecokan dengan menggunakan dasar mutlak harus diperin-
tahkan hanya jika profil memanjang harus ditentukan, sebagai
contoh untuk beberapa titik terpaksa atau jika kekurangan
angkatan profil memanjang adalah terlalu besar.
Metode dasar mutlak digunakan jika tidak mungkin men-
dapatkan hasil yang baik dengan menggunakan metode dasar
relative.

4. MESIN PLASSER – THEURER.


4.1.ANGKATAN MEMANJANG.
Prinsip :
Untuk mengangkat secara memanjang setiap rentangan jalan
rel,Prinsip dasrnya adalah menempatkan tiga titik pada satu
garis lurus, yaitu:
- Titik Pedoman Belakang (TPB),yaitu titik A pada jalan rel
yang telah dipecok.
- Titik Pedoman Pengerjaan (TPP),yaitu titik B ( bagian
pemecok).
- Titik Pedoman Muka (TPM), yaitu titk C pada jalan rel yang
belum dipecok.

Kabel dikunci antara titik A’ dan c’ yang membentuk satu


garis lurus AA’,BB’dan CC’ mempunyai nilai yang tetap.
245

4.2. RENTANGAN PEDOMAN ANGKATAN MEMANJANG.


Nilai angkatan diberikan pada TPM, yaitu C (jalan rel yang
diangkat), yang mana bergerak dari C ke C”.
Mesin menangkat dongkrak pada B sehingga titik A, B dan C
berada dalam satu garis lurus
4.3. ANGKATAN RENTANGAN LAINNYA.
Rentangan ini telah mempunyai pertinggian yang baik pada A
(daerah yang sudah dipecok). Pertinggian yang diperlukan
diatur pada C.
Mesin mengangkat titik B sampai ketiga titik berada dalam
satu garus.
4.3.1. Pekerjaan yang menggunakan Metode Dasar Relatif

Titik C menghasilkan kembali seluruh kekurangan angkatan


memanjang dari jalan rel yang belum dipecok.
Hasil pada B dari kekurangan angkatan yang di dapat pada C
adalah :

Jika C berada pada tempat dimana terdapat kekurangan


angkatan D, pengurangan kekurangan angkatan d akan
dihasikan pada titik B.

D AC 9,725 4,01
= = =
d AB 2,425 1

Kekurangan angkatan d pada B adalah kekurangan angkatan D


dibagi dengan 4,01.
Jarak AB dan BC dalam hal ini hanya merupakan contoh. Jarak
tersebut dapat diganti sesuai dengan jenis mesin.
246

4.3.2. Pekerjaan yang menggunakan metode dassar mutlak.

Lendutan antara titik-titik tinggi yang diambil dipertim-


bangkan pada titik C. Titik ini mengikuti profil teoritis.
Tidak ada kekurangan angkatan pada B.

Pengangkatan dibuat secara otomatis dengan remote control


(pembidikan secara bersamaan), seperti yang diperlihatkan
diatas atau tanda pengangkatan dibuat diatas bantalan
(pembidikan dibuat terlebih dahulu).
4.4. MEMILIH PEDOMAN RENTANGAN
* Angkatan memanjang direncanakan pada satu rentangan
rel, sedangkan rentangan lainnya diangkat untuk
pertinggian yang dibutuhkan.
* Rentangan yang dipilih sebagai pedoman untuk profil
memanjang disebut “rentangan pedoman”.
* Dalam lengkungan,rentangan pedoman adalah rel dalam.
* Pada lurusan, rentangan pedoman adalah rentangan yang
tertinggi sebelum pengerjaan untuk bisa memperbaiki
kekurangan angkatan melintang.
* Rentangan tertinggi dipilih dengan :
o Menyesuaikan pada catatan kekurangan angkatan (kereta
ukur).
o Mengetahui daerah atau pemeriksaan dengan uji petik
dengan mengukur besarnya kekurangan profil memanjang
dan melintang.
4.5. PENENTUAN KETINGGIAN PENGANGKATAN
Kualitas yang dicapai setelah dipecok, akan baik untuk waktu
yang cukup lama, Jika pengangkatan pada titik unit pemecok
tidak terlalu besar.
Pada metode dasar relative, nilai angkatan yang diputuskan
pada TPM harus cukup besar sehingga pada titik bagian
pemecok, garis dasar bisa berada diatas titik tinggi jalan
rel yang akan dipecok.
Untuk menentukan nilai angkatan, harus disesuaikan dengan
catatan kekurangan angkatan. Nilai angkatan harus antara 5
dan 15 mm.
247

Pada metode dasar mutlak,Nilai angkatan pada titik tinggi


harus antara 5 dan 10 mm. Garis dasr selalu diatas jalan rel
yang akan dipecok.

4.6. TITIK – TITIK KHUSUS


Landai peralihan lengkung, harus dibatasi patok-patok
pedoman, yaitu pada Mulai Landai Peralihan (MLA)dan Akhir
Landai Peralihan(ALA).

4.7. ANGKATAN MELINTANG


Untuk pelaksanaan pemecokannya, operator harus
mengikuti keterangan – ketrangan berikut :
o Pada lengkung penuh :
- Nilai pertinggian yang akan dicapai pada tiap patok.
o Pada lengkung peralihan parabolis :
- Mulai dan akhir lengkung peralihan teoritis ( MBA dan
ABA) yang ditempatkan pada jalan rel.
- Panjang lengkung penghalusan (BH).
- Perbedaan pertinggian pada peralihan (∆H).
- Pertinggian yang direncanakan (ditulis pada tiap
patok).
248

BAGIAN 2 . 4 b

LISTRINGAN DENGAN MESIN BERAT


249

BAGIAN 2.4b

LISTRINGAN DENGAN MESIN BERAT

2. PENDAHULUAN.
Metode listringan ini direncanakan untuk memperbaiki
listringan dengan menggunakan mesin listringan, yang dapat
dikombonasikan ataupun tidak dengan mesin pecok. Unit
pengeseran bekerja secara otomatis dengan tekanan pemasukan,
dorongan dan getaran.

5. PRINSIP
Prinsip mesin adalah untuk mengeser jalan rel pada titik
pedoman pengerjaan (yakni dimana unit pengeseran berada) dan
untuk memajukan titik ini pada lengkung yang telah
ditentukan, dengan 3 titk (atau 4 titik) sebagai berikut:
- Titik-titik Pedoman Belakang (bisa 1, bisa 2).yang berada
dibelakang mesin pada jalan rel yang telah digeser.
- Titik Pedoman Tengah yang berada pada bagian pengeseran.
- Titik pedoman Muka yang berada dimuka mesin pada jalan
rel yang akan digeser.
Setiap jenis mesin mempunyai sistim pengeseran masing –
masing dan sukar untuk dijelaskan secara menyeluruh.

Contoh :Sistim MATISA

Sistim Matisa mempunyai dua kendaraan. Yang pertama berada


pada jalan rel yang akan digeser dan yang kedua berada pada
jalan rel yang telah digeser. Keduanya disambungkan dengan
satu transmisi yang bersilangan.
Pada jalan rel, titik-titik A,B dan D berada dalam ling-
karan,sedangkan titik C akan dipindahkan agar berada pada
250

lingkaran.Nilai “d”pada titik C merupakan perbedaan antara


kedudukan teoritis sesuai dengan lingkaran pedoman dan ke-
dudukan yang ada/nyata. Nilai “d” ini menunjukkan besarnya
pengeseran yang akan dilakukan pada titik tersebut.

Prinsip (metode 4 titik)


Satu kabel diikatkan antara lori belakang, yaitu A dengan
lori muka, yaitu D.Dua transmitter mengukur anak panah F1
dan F2 pada lori – lori ditengah, yakni B dan C.

- Jarak antara titik-titik A, B, C, dan D merupakan suatu


contoh. Jarak ini tergantung dari jenis mesin
- Anak panah F1 adalah anak oanah pedoman yang diukur pada
bagian jalan rel yang telah dipecok.
- Anak panah F2 adalah anak panah yang akan dikerjakan yang
berada pada titik pengeseran C.
- Jika titik A, B dan C berada dalam lingkaran yang sama,
maka :

AB.BD AC . CD
F1 = dan F2 =
2R 2R
F2 AC . CD
Perbandingan :
F1 AB . BD
Nilainya tergantung pada karakteristik / sifat dari mesin.

Mesin menggeser jalan rel pada C sampai anak panah F2 sama


dengan hasil dari anak panah F1 dikalikan dengan konstan dari
konstruksi. Dalam contoh diatas tersebut adalah sama dengan
1, 17.
Titik C dipindahkan pada lingkaran yang dibentuk oleh titik -
titik A, B, dan D.
Anak panah F1 dan F2 diukur pada rentangan pedoman.
251

6. LENGKUNG PERALIHAN PARABOLIS


Lengkung peralihan parabolisadalah lengkung dimana jari-jari
bervariasi dari sampai jari-jari lengkung penuh. Untuk
bagian ini koefisien-koefisien harus dipraktekkan karena
mesin tidak berada pada satu lingkaran.

7. MEMILIH METODE PEKERJAAN.


Dua metode yang dapat digunakan (tetapi jagan lupa, bahwa
tiap 10 m,patok pedoman harus ditempatkan sepanjang leng-
kungan).
4.8. METODE TANPA MEMBANDINGKAN PADA PATOK - PATOK.
TPM mesin mengikuti trase (garis arah) jalan rel yang akan
digeser tanpa suatu perbaikan. Dalam hal ini, mesin
listringan hanya mengeser jalan rel dengan membuat suatu
pengaturan trase jalan rel yang ada sebelum penggeseran.

4.9. METODE DENGAN PERBANDINGAN PADA PATOK - PATOK.


TPM dipindahkan pada trase teoritis lengkung dengan
pengaturan nilai dan arah dari pengeseran yang tertulis pada
tiap patok.
Obyek ini adalah untuk membuat jalan rel berada pada
kedudukan teoritisnya. Hal ini dapat dilaksanakan hanya
setelah pemeriksaan dan perbaikan (jika perlu) kedudukan
tanda diatas patok – patok.
Metode ini akan digunakan jika :
o Ada titik – titik terpaksa.
o Bagian tengah antara dua jalan rel (jalan ganda) tidak
memungkinkan untuk menggeser jalan rel dengan nilai+ 10
mm yang dibandingkan dengan teoritis.
o Pada lengkung peralihan parabolis, kalau perbedaan
kekurangan pertinggian ada pada batas nilai yang
diperbolehkan.
o Operator tidak dapat untuk mengatasi masalah – masalah
koefisien perbaikan untuk diterapkan pada lengkung
peralihan parabolis.

5.MEMILIH PEDOMAN RENTANGAN REL.


 Pada lengkung : Rentangan pedoman adalah rentangan rel
luar.

 Pada lurusan : Rentangan pedoman adalah rentangan yang


kedudukkannya terbaik sesuai dengan cacat
lebar sepur. Rentangan ini dipilih
sesudah meninjau catatan kerusakan/
cacat jalan rel dari hasil kereta ukur.
252

BAGIAN 2 . 4 c

PENAMBAHAN BALAS DENGAN MESIN

PENGATUR BALAS
253

BAGIAN 2.4c

PENAMBAHAN BALAS DENGAN MESIN


PENGATURAN BALAS

3. PENAMBAHAN BALAS.
Hal ini dilaksanakan dengan memakai :
a. Satu mesin penyapu yang dilengkapi dengan mesin pecok.
b. Satu mesin pendistribusi balas dan pengaturan profil, yang
tidak dikombinasikan dengan mesin angkatan dan listringan.

“ Bagian ini akan disiapkan lebih lanjut “


254

BAGIAN 2 . 4 d

PERSIAPAN UNTUK

ANGKATAN DAN LISTRINGAN


255

BAGIAN 2.4d

PERSIAPAN UNTUK

ANGKATAN DAN LISTRINGAN

1. RINGKASAN KETERANGAN
YANG DIBERIKAN PADA
OPERATOR.
□ Untuk angkatan
c. Pedoman rentangan (pada jalan lurus, jangan mengganti
pedoman rentangan yang panjangnya kurang dari 200 m).
d. Nilai pertinggian pada lengkung
e. Landai peralihan,yaitu MLA, ALA, DAN R
f. Titik – titk khusus seperti jembatan, perlintasan dan
lainnya.
g. Daerah yang menggunakan metode dasar mutlak.

i. Untuk listringan.
h. Pedoman rentangan (pada jalan lurus jangan mengganti
pedoman rentangan yang panjang kurang dari 200 m).
i. Tempat – tempat dimana pekerjaan akan dilaksanakan
dengan berpedoman pada patok – patok.

i. Untuk tiap busur peralihan parabolis.


j. Jari – jari busur penuh R.
k. Panjang busur peralihan Parabolis (BA) dan titik – titk
MBA dan ABA.
l. Panjang Busur Penghalusan ( BH )
m. Perbedaan pertinggian pada BA (∆H)

i. Untuk penambahan balas


n. daerah yang akan disapu ( Km…. Sampai Km. ……. )
o. Daerah dimana balas harus diecer dan jika perlu daerah
yang perlu menggunakan mesin pengatur balas.
256

4. PERSIAPAN YANG
DILAKSANAKAN OLEH KEPALA
DISTRIK.
a. Pekerjaan balas :daerah yang memerlukan penurunan
balas(pengeceran balas).
b. Pemeriksaan patok lengkung : pemeriksaan patok dibuat
pertama kali. Jika perlu, tanda diatas patok dibenarkan.
c. Membingkar palang kayu pada perlintasan.
d. Tempat – tempat rintangan (dibawah jalan rel).

PERSIAPAN PADA DAERAH PEMECOKAN


Persiapan ini dibuat oleh mandor dibawah tanggung jawab
Kepala Distrik.
Dilapangan, operator harus diberi keterangan sebagai berikut
:
1/ Tanda yang dibuat ditengah bantalan pada :
e. 100 m sebelum MBA
..................> Bantalan A
f. 15 m sebelum MBA
..................> Bantalan C
g. MBA
……….............................> Bantalan D
h. 15 m sebelum ABA
..................> Bantalan F
i. ABA (Sesuai dengan arah
pengerjaan)..............> Bantalan G
Atau Bantalan H
j. Busur peralihan parabolis pada tiap patok,
nilai anak panah dan pertinggian ....> Bantalan E

2/ Tanda yang dibuat pada ujung bantalan :


k. Nilai pengeseran dan arahnya
Pada tiap patok, pada lurusan .......> Bantalan B
l. Nilai penggeseran dan arahnya pada
Tiap patok, pada lengkung penuh .....> Bantalan E
MBA = Mulai Busur Alih
ABA = Akhir Busur Alih
BF B HE Patok

F
EG B

E
E

E
Catatan

E
E

E
E

E
E

E
E

E
E

E
Bantalan C
E E
E E D B B B
A B B C B D
15 m 15 m 15 m 15 M
257

100 m
MBA ABA ABA MBA

Arah Pekerjaan
bantalan tidak diperlukan

- PERSIAPAN UNTUK ANGKATAN DAN


A F= T = NP E LISTRINGAN DENGAN MESIN BERAT

15 m
MBA
- TANDA - TANDA PADA BANTALAN
NP B ABA
15 m
F

Arah Pekerjaan
F=
C
T=

ABA G - NP = NILAI PENGESERAN

15 m
MBA
- F = NILAI ANAK PANAH PADA
MBA D ABA H LENGKUNG PENUH
Jangan lupa :patok – patok harus ditempatkan tiap 10 m.

-T = PERTINGGIAN
:Jika mesin pecok tidak dikombinasikan dengan
mesin listringan, tanda pengeseran pada ujung
258

PERUSAHAAN JAWATAN KERETA API

THE INDONESIA STATE RAILWAYS

BUKU LATIHAN JALAN REL

TEKNIK DASAR PERAWATAN

BAB 3
PERAWATAN JALAN REL
- BANTALAN
- SAMBUNGAN
- REL
- BALAS

15
/1
1
/1
98
4
259

132

ISI

BAGIAN 2.5. BANTALAN KAYU.

BAGIAN 2.5a - PENGGANTIAN BANTALAN

Langkah 1: Menggorek balas sekitar bantalan.


Langkah 2: Melepaskan alat penambat.
Langkah 3: Mengeluarkan pelat landas.
Langkah 4: Mengeluarkan bantalan rusak.
Langkah 5: Memebersihkan balas.
Langkah 6: Memasukkan bantalan baru.
Langkah 7: Mengukur lebar sepur dan melubangi bantalan.
Langkah 8: Memasang kembali alat penambat.
Langkah 9: Mengembalikan balas.

Bagian 2.5b -PENYIKUAN BANTALAN

1. TOLERNASI.
2. PEMBERIAN TANDA PENYIKUAN.
3. PELAKSANAAN PENYIKUAN.

Bagian 2.5c -PENGATURAN JARAK BANTALAN


1. TOLERANSI.
2. PEMBERIAN TANDA.
3. PELAKSANAAN.

Bagian 2.5d -PENGENCANGAN ALAT PENAMBAT


1. PEMERIKSAAN BEERKALA.
2. METODA PEMERIKSAAN PENGENCANGAN.
2.1. Cara umum.
2.2. Alat penambat kaku.
2.3. Alat penambat elastis.
2.3.1. Tirepopn yang menjepit langsung pelat landaus ke
bantalan.
2.3.2. Baut yang mengencangkan penjepit lantur ke pelat
landas.
260

Bagian 2.5e - PENGUKURAN DAN PERBAIKAN LEBAR SEPUR

1. TOLERANSI.
1.1. Toleransi lebar sepur pada PJKA.
1.2. Toleransi lebar sepur pada Proyek KP3 BAKA.
1.3. Penerapan tolernasi.

2. MENGUKUR LEBAR SEPUR.

3. PERBAIKAN JALAN REL (lebar sepur ).


3.1. Pengaruh kemiringan.
3.2. Pelaksanaan perbaikan.
3.3. Ringkasan perbaikan.

3.4. CARA MEMASANG PASAK.

Bagian 2.5f - PERBAIKAN PENAMBAT REL PADA BANTALAN

1. PENDAHULUAN.
2. URAIAN CARA PERBAIKAN.
Perbaikan dengan penggantian pelat penjepit.
2.1.1. Alat penambat kaku : R33, R41/R42.
2.1.2. Alat penambat elastis.
2.2 Perbaikan dengan penggantian baut penjepit.
2.3 Perbaikan dengan penggantian tirepon/lockspike.
2.4 Perbaikan dengan tirepon berdiameter lebih besar.
2.5 Penggunaan pasak kayu.
2.6 Pembuatan lubang baru.
2.7 Tanda-tanda perbaikan.
2.8 Keamblesan pelat landas pada sambungan.

BAGIAN 2.6. BANTALAN BESI DAN


BETON.
1. BANTALAN BESI.
Cacad pada bantalan. (sehingga perlu penggantian).
Keausan alat penambat.
Keausan bagian samping.
Pemeliharaan.
a. Alat penambat.
b. Perbaikan lebar sepur.
c. Pengaturan jarak dan penyikuan bantalan.
d. Penggantian bantalan besi.

2. BANTALAN BETON.
261

Cacad pada bantalan (sehingga perlu penggantian).


Keausan.

BAGIAN 2.7. SAMBUNGAN.


Bagian 2.7a - PENGGERINDAAN UJUNG REL PADA SAMBUNGAN

1. PEMBENTUKAN KELEBIHAN BAJA–PENYEBAB–PERMASALAHAN.


2. PENGGEERINDAAAN UJUNG REL PADA SAMBUNGAN.

Bagian 2.7b - PERBAQIKAN SAMBUNGAN

1. PENDAHULUAN.
2. PELAKSANAAN PERBAIKAN SAMBUNGAN.

Langkah 1: Melepaskan sambungan.


Langkah 2: Pembersihan.
Langkah 3: Mengatur keausan rel dan pelat penyambung.
Langkah 4: Nilai perikan.
Langkah 5: Cara perberian minyak.
Langkah 6: Pengencangan sambungan.

3. PENGENCANGAN SAMBUNGAN.

Bagian 2.7c - PENGATURAN SIAR REL

1. NILAI SIAR UNTUK PEMASANGAN JALAN REL.

2. RAYAPAN PADA REL.

3. PENGUKURAN SIAR REL.

4. PENELITIAN RAYAPAN.
Prinsip.
Penetuan jumlah siar pada daerah sepanjang 100 m.
Ketentuan nilai Jm.

5. PERBAIKAN RAYAPAN.
Penyelidikan daerah batasan.
Penetuan dan dan perhitungan daerah yang memerlukan
pengedrekan rel.
Penetuan nilai rel yang diperlukan.
Penetuan pengedrekan rel.
Contoh-contoh.

6. PELAKSANAAN PENGEDREKAN REL.


Pemberian tanda-tanda.
Pelaksanaan pengedrekan.
262

Bagian 2.7d - PENYIKUAN SAMBUNGAN

1. TUJUAN.

2. MENGUKUR KESIKUAN SAMBUNGAN.


Pada jalan lurus.
Pada lengkungan.
Prinsip pengukuran.
Tolerawnsi-toleransi.
Metode perhitungan.

BAGIAN 2.8. R E L.
Bagian 2.8a - PENGISIAN LOGAM PADA UJUNG KEPALA REL -
PENETUAN DAERAH PENGISIAN
LOGAM

Bagian 2.8b - PENGGANTIAN REL UNTUK PERAWATAN


SAMBUNGAN

1. PERSYARATAN UNTUK PENGGANTIAN REL.


Kapan mengganti rel.
Penetuan tempat kerusakan/cacad.
Pemeriksaan tahunan.
Pemeriksaan tambahan.

Bagian 2.8c - PERBAIKAN REL PUTUS

1. PERBAIKAN REL PUTUS ATAU KERUSAKAN PADA RPM.


Rel putus pada jarak lebih 200 m dari ujung RPM.
2.1.1. Keadaan Pertama : Rel putus pada tempat hasil
pengelasan elektris dan dapat diperbaiki dengan
pengelasan termis.
2.1.2. keadaan Kedua : Rel putus yang memerlukan
penggantian potongan rel atau hasil pengelasan putus
yang tidak dapat diperbaiki dengan pengelasan termis.
2.1.2.1. Perbaikan tetap dibuat langsung tanpa perbaikan
sementara.
2.1.2.2. Perbaikan tetap dibuat setelah perbaikan sementara.
2.2. Putus atau kerusakan pada jarak kurang dari 200 m dari
ujng RPM.
2.2.1. Keadaan Petama : Pengelasan terdekat berada
pada jarak llebih dari 100 m dari ujung RPM.
263

2.2.2. Keadaan Kedua : Pengelasan terdekat berada


antara 30 m dan 100 m dari ujung RPM.

2.2.3. Keadaan Ketiga : Pegelasan terdekat berada pada


jarak kurang 30 m dari ujung RPM. Pembebasan tegangan
atau penyeragaman tegangan tidak dibuat.
2.3. Ringkasan tentang penyeragaman atau pembebasan tegangan.

BAGIAN 2.9. BALAS.


Bagian 2.9a. PEMBERSIHAN BALAS.

1. PENDAHULUAN.

2. PELAKSANAAN PEMBERSIHAN.

Bagian 2.9b. PENGEMBALIAN PROFIL BALAS.

1. DUKUNGAN TERHADAP BANTALAN DI BAGIAN BAWAH REL.

2. PENAMPANG MELINTANG BALAS.


264

BAGIAN 2
(Lanjutan)

PERAWATAN JALAN RE
265

BAGIAN 2.5

BANTALAN KAYU
266

BAGIAN 2.5a

PENGGANTIAN BANTALAN
267

BAGIAN 2.5a
PENGGANTIAN BANTALAN
( Kegitan dengan 6 Pekerja + 1 Mandor )

LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN

Langkah 1: - MENGGOREK BALAS SEKITAR


BANTALAN
 Keseluruh orang dari kelompok menggorek balas.
 Balas digorek sesuai gambar dengan menggunakan
belincong.

Langkah 2: - MELEPASKAN ALAT


PENAMBAT :
 Oleh 2 orang.
 Lepaskan semua tirepon, baut (alat penambat
tipe- F) atau klip dan Lockspike (alat penambat
Pandrol) dari bantalan yang rusak dengan
menggunakan alat yang sesuai (Kunci tirepon,
Kuci baut, Alat pencabut Klip dan tapak
Kijang).

Langkah 3: - MENGELUARKAN PELAT LANDAS :


 Keluarkan pelat landas.
 Jika perlu, lakukan pemukulan agak perlahan
dengan kepala linggis untuk melepaskannya dari
bantalan.
268

Langkah 4: - MENGELUARKAN BANTALAN


RUSAK :
 Bantalan dikeluarkan dalam 2 tahap:
1. Dorong bantalan ke samping ke arah balas yang
telah digorek dengan menggunakan kepala
linggis.
2. Dengan penjepit bantalan, geser bantalan ke
luar dari bawah rel.

Langkah 5: - MEMBERSIHKAN BALAS :


 Setelah bantalan lama dikeluarkan, balas di
bawah bekas bantalan yang lama dibersihkan.
Kalau bantalan baru lebih tebal dari yang lama, sebagian dari
balas harus digorek keluar.
Kesempatan ini digunakan untuk membersihkan
balas untuk lapisan pendukung bantalan,
sehingga merupakan dasar pendukung yang baik.

Langkah 6: - MEMASUKKAN BANTALAN BARU :


1. Mulai dengan memasukkan bantalan baru dari
bawah rel (menggunakan penjepit bantalan) ke
tempat bekas bantalan lama.
2. Dorong bantalan ke tempatnya dengan penjepit
dan jika perlu dengan kepala linggis.
3. Pasang kembali pelat landas.
4. Pecok balas di bawah bantalan pada 20 cm kedua
sisi setiap rel setelah pelat landas dipasang.

Langkah 7: - MENGUKUR LEBAR SEPUR DAN MELUBANGI BANTALAN :


269

 Sesuaikan lebar sepur antara kedua rentangan


rel-rel dengan menggunakan alat pengatur lebar
sepur dan alat pengukur lebar sepur.
Jika ukuran lebar sepur telah benar, buatlah lubang pada bantalan
baru melalui lubang pelat landas dengan menggunakan
mata bor.

Langkah 8: - MEMASANG KEMBALI ALAT PENAMBAT :

 Jika lubang telah dibor, tempatkan


tirepon/lockspike baru atau pilih
terepon/lockspike lama yang masih baik,
kemudian dikunci atau dimasukkan sesuai dengan
tirepon atau lockspike.

Jangan terlalu keras.

Langkah 9: - MENGEMBALIKAN BALAS :

 Keseluruhan kelompok ikut mengembalikan balas.


 Balas dikembalikan dengan garpu.
 Penampang melintang akhir balas harus
disesuaikan, seperti ditunjuk pada lampiran A
dan B (lihat bagian 2.9b).

PERHATIAN PENTING :

JANGAN PASANG BANTALAN BARU SECARA MIRING.


BANTALAN BARU HARUS DISIKUKAN SEBELUM DI BOR.
270

CACAD-CACAD UTAMA PADA BANTALAN KAYU :

Retak

Putus

Lubang
Terlalu
banyak

Alat
penambat
Longgar
271

Lapuk

ORGANISASI PEKERJAAN

NAMA PEKERJAAN :
Mengganti bantalan.

JUMLAH ORANG YANG DIPERLUKAN : 1 Mandor dan 6 Pekerja.

PERALATAN YANG DIPERLUKAN :


 2 Penjepit bantalan.
 2 kunci tirepon.
 2 mata bor ukuran 14 mm.
 2 mata bor kerucut (lubang
untuk tirepon).
 2 linggis.
 6 garpu.
 6 belincong dan dandang
pemecok.
 1 mistar pengukur lebar sepur
(sepur mal).
 Alat-alat pengatur lebar
sepur.
 2 cangkul untuk balas.

HASIL RATA-RATA :
 Tiap hari xxx bantalan
diganti.

xxx diperlihatkan dalam lampiran khusus yang hanya


digunakan oleh Kepala Distrik.
272

BAGIAN 2.5b

PENYIKUAN BANTALAN
273

BAGIAN 2.5b

PENYIKUAN BANTALAN

1. TOLERANSI

Tidak ada toleransi khusus untuk penyikuan bantalan.

Untuk menggerakkan/menggeser bantalan, hanya dengan mengatur kedudukan


kaki rel atau pelat landas.

2. PEMBERIAN TANDA PENYIKUAN

Pemberian tanda dilaksanakaan sebagai berikut :

 Pada bagian ujung bantalan yang harus digeser, diberi


tanda dengan kapur merah sesuai dengan posisi yang
ditentukan.
 Pada bagian ujung bantalan lainya (yang tidak digeser)
tanda dibuat dengan kapur kuning.
 Tanda-tanda tersebut dibuat pada bagaian samping dalam
kaki rel.
Tanda dimulai dengan kapur kuning pada rel di tengah lebar
bantalan atau tengah lebar pelat landas.
274

Untuk penentuan pedoman ujung bantalan, pilih beberapa


spasi jarak bantalan yang banar-benar normal, untuk
pengaturan penyikuan bantalan.

Buat tanda panah warna merah pada ujung bantalan yang


akan digeser.

M : Merah

K :
Kuning

Catatan :

Kalau tidak mungkin untuk menempatkan kedua pelat landas


bantalan tidak tepat, karena pengeboran lubang dilakukan pada
bantalan yang miring. Bantalan harus disikukan, kemudian
dibor lagi.

PERHATIAN :

Untuk penggantian bantalan, janganlah pasang bantalan secara


miring.
Bantalan baru harus disikukan sebelum dibor.

3. PELAKSANAAN PENYIKUAN

a. Keluarkan klip atau longgarkan tirepon maksimum sebesar


1 putaran pada ujung bantalan yang akan digeser.
4

b. Gorek balas
275

 Penggorekan harus sesuai, untuk memudahkan penggeseran.


 Balas digorek sebagian dari bawah bantalan.

 Bilamana menggorek balas, sediakan tempat dongkrak


setiap 7 spasi bantalan.

c. Angkat jalan rel dengan dongkrak untuk memudahkan


penyikuan bantalan.
Kedua rel diangkat 15 mm maksimumnya (secara bersamaan).

d. Geser bantalan ke tempat As tanda kapur.

Pukul bagian ujung bantalan dengan kepala linggis rel


sampai bantalan berada pada kedudukannya. Gunakan hanya
kepala linggis rel yang cukup besar untuk mencegah
kerusakan bantalan.

e. Turunkan jalan rel dengan pelan-pelan.


276

BAGIAN 2.5c

PENGATURAN JARAK BANTALAN


277

BAGIAN 2.5c

PENGATURAN JARAK BANTALAN

Pengaturan jarak bantalan dilakukan bila jarak bantalan terlalu


besar.

4. TOLERANSI
Bantalan Pada Sambungan.

 Dengan pelat penyambubung datar, bantalan ditempatkan


sesuai kedudukannya dengan penjepit (klip) atau dengan
tirepon melalui penjepit yang dikunci tanpa menumbur
pelat penyambung.
 Dengan pelat penyambung siku, bantalan ditempatkan
sesuai kedudukannya dengan penjepit (kllip) atau dengan
tirepon melalui penjepit, tapi jangan menghalangi
penguncian baut, demikian juga sebaliknya.
Bantalan lainnya.

 Bila jarak antara dua bantalan sangat besar.

PERHATIAN :

Jarak antara pelat landas harus kurang dari 1 m (lihat gambar ).

1m
278

5.PEMBERIAN TANDA

Pada Sambungan :

Tanda-tanda pengaturan jarak dilakukan dengan suatu alat pengukur


dengan panjang yang sesuai untuk jarak normal dari sambungan
ke sumbu bantalan.

Pada rel luar,


buat garis
tegak lurus
(kuning atau
merah).

Pada rel dalam,


buat garis
silang (kuning
atau merah).
Bantalan lainnya : tempat-tempat dimana bantalan harus
digeser adalah ditunjukkan dengan garis
merah pada kaki rel.

Pemberian tanda penggeseran :


 Untuk bantalan, dimana kedua bagian ujung bantalan
harus digeser searah. Buat panah arah merah pada tengah-
tengah bantalan untuk pelaksanaan geseran.
 Untuk bantalan, dimana kedua bagian ujung bantalan
harus digeser tetapi penggeseran berlawanan arah, buat
panah arah merah pada tiap ujung bantalan sesuai arah
penggeseran.

3. PELAKSANAAN
 Bila penggeseran kurang dari 2 cm tidak perlu menggorek
balas.
 Untuk petunjuk bagi orang yang menggorek balas, coret
panah arah. Petunjuk ini berarti bahwa penggorekan tidak
dibuat pada bantalan tersebut.
279

(lihat bantalan E pada gambar).

 Pelaksanaan penggeseran dilakukan seperti yang


dijelaskan dalam bagian penyikuan bantalan. Tetapi dalam
hal ini, pengeluaran balas lebih banyak.

Contoh :

R = Merah
K = Kuning

Perhatian :

Ikuti Peraturan bagian 2.0


280

BAGIAN 2.5d

PENGENCANGAN ALAT PENAMBAT


281

BAGIAN 2.5d

PENGENCANGAN ALAT PENAMBAT

6. PEMERIKASAAN BERKALA
Pemeriksaan dibuat secara berkala sesuai dengan grup UIC.
Pemeriksaan berkala dilaksanakan dengan uji petik.

Untuk ini digunakan hanya mesin pengikat tirepon/baut STUMEC


TPA. S. 160 dengan petunjuk puntiran.
(lihat mesin tersebut pada lampiran A).

Pada tempat dimana uji petik dilakukan, Kepala Distrik dapat


mempertimbangkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
pengencangan seperti (komponen jalan rel, usia, jumlah
kereta api yang lewat, kondisi perawatan, tahun pengencangan
yang terakhir dan lain-lainnya).

Pada tiap bagian jalan rel, harus dibuat uji petik sepanjang
50 m tiap km. Jangan buat uji petik yang berulang-ulang pada
daerah yang sama.

7. METODE PEMERIKASAAN PENGENCANGAN


 CARA UMUM
Sebelum pengencangan tirepon/baut, buat suatu tanda garis
pada tiap kepala tirepon ataupun mur baut dan pada pelat
landas.

Tanda pada pelat landas dibuat dengan jarak 10 mm dari tanda


pada tirepon/baut. Dengan menggunakan alat pemberian tanda
untuk mengencangkan.

Sesudah pengencangan, periksa bahwa tirepon/baut melewati


tanda pada pelat landas.

Hitung jumlah tirepon/baut yeng melewati tanda pada pelat


landas.

Tirepon yang tidak kokoh, dijumlahan sepert tirepon yang


melalui tanda pada pelat landas.

Jika jumlahtirepon/baut yang melewati tanda pada pelat


landas lebih dari 13 jumlah tirepon/baut pada daerah uji
282

petik tersebut, kencangkan semua tirepon/baut daerah jalan


rel tersebut (yaitu kilometer yang dipertimbangkan).

 PENAMBAT KAKU :
(Tirepon mengencangkan penjepit secara langsung ke bantalan)

Puntiran mesin pengikat tirepon, diatur dengan nilai sebagai


berikut :

 Umur bantalan 10 tahun, nilai puntiran = 6


m/kg.
 Umur mantalan 10 tahun, nilai puntiran = 8
m/kg.

Catatan :

Nilai yang diberikan di atas berlaku untuk bantalan yang memenuhi


semua persyaratan yang dijelaskan pada bagian 1.2a.

 ALAT PENAMBAT ELASTIS :

i. Tirepon Yang menjepit langsung pelat landas ke


bantalan.

Hal ini berlaku untuk pelat landas tipe Pandrol (pakai


tirepon) dan pelat landas tipe F.

Nilai puntiran adalah sama dengan bagian 2.2 (Alat


Penambat Kaku).

ii. Baut yang mengencangkan penjepit lentur ke pelat


landas.

Hal ini berlaku untuk pelat landas tipe F.

Pasang mata baut pada mesin pengikat.

Nilai puntiran akan diberikan oleh pembuat alat penambat


tersebut.
283

Alat pemberian (tanda kekencangan


alat penambat).

Alat pemberian tanda memungkinkan memberi tanda sekaligus pada


tirepon/baut dan pelat landas.

 Satu pada kepala tirepon atau mur baut.


 Satu pada pelat landas.
284

Lampiran A
285

BAGIAN 2.5e

PENGUKURAN DAN PERBAIKAN

LEBAR SEPUR
286

BAGIAN 2.5e

PENGUKURAN DAN PERBAIKAN

LEBAR SEPUR

1. TOLERANSI
 TOLERANSI LEBAR SEPUR PADA PJKA.

Toleransi yang ada pada PJKA sesuai dengan surat


No.KA/JB/50239/83, tanggall 20 oktober 1983 (lihat lampiran
A)

No. Jari-jari (m) Pelebaran (mm) Lebar (mm)

a. 450 R 600 5 1072


b. 350 R 450 10 1077
c. 275 R 350 15 1082
d. 225 R 275 20 1087
R 225 25 1092

Lebar sepur normal untuk jari-jari (R) 600 m adalah


1067 mm. Toleransi tiap lebar sepur tergantung pada
jari-jari seperti yang diberikan dalan buku R.10, yaitu
:
Lebar sepur harus diperikasa secara teratur dengan mal sepur
yang telah diperiksa ukurannya dan ditera. Penyimpangan-
penyimpangan kurang dari pada 2 mm di bawah dan 5 mm di atas
lebar yang ditentukan tidak perlu segera dibetulkan.

Jadi toleransi lebar sepur adalah – 2 mm/+ 5 mm. Pada R.10 tidak
memberikan toleransi tentang perbedaan antara 2 bantalan
yang berurutan.

 TOLERANSI LEBAR SEPUR PADA PROYEK KP3 BAKA


Toleransi tersebut adalah :

Jari-jari (mm) Jarak rel (mm) Toleransi (mm)

R > 500 1067 +/ - 3


350 R 500 1072 +/ - 3
287

200 R 350 1082 +/ - 3


R 200 1087 +/ - 3

Perbedaan ukuran lebar sepur dari bantalan ke bantalan berikutnya tidak boleh lebih dari 2
mm.

Jadi ada dua ketentuan/peraturan tentang lebar sepur pada


PJKA. Suatu keputusan oleh PJKA akan diambil lebih lanjut
mengenai hal ini.

1.3 PENERAPAN TOLERANSI

Perbaikan lebar sepur harus dilakukan sesuai dengan ketentuan


tentang toleransi tersebut.
Toleransi sebesar +……/-…… mm pada lebar sepur harus diikuti.
Perbedaan lebar sepur dari bantalan ke bantalan tidak boleh
lebih dari 2 mm.
Untuk peralihan lebar sepur antara dua lengkungan, lebih
dahulu buat perhitungan lebar sepur teoritis pada setiap
bantalan, kamudian praktekkan toleransi-toleransi yang
disebutkan di atas pada hasil nilai teoritis tersebut.

8. MENGUKUR LEBAR SEPUR


Lebar sepur yang di ukur dibandingkan dengan lebar sepur teoritis
yang dihitung.
Contoh :
Bila lebar sepur teoritis 1067 mm; sedangkan yang ada
1069; maka nilai + 2.
Bila lebar sepur teoritis 1072 mm; sedangkan yang ada
1069; maka nilai - 3.
Bila lebar sepur teoritis 1082 mm; sedangkan yang ada 1082;
maka nilai 0.
Nilai perbedaan lebar sepur ditulis dengan kapur kuning pada sisi
dalam badan rel.

Pengukuran dilakukan dengan mistar pengukur lebar sepur.


288

3. PERBAIKAN JARAK REL ( Lebar sepur )

3.1. PENGARUH KEMIRINGAN REL

Bila pengukur lebar sepur, kemiringan rel diperkirakan 1


20
atau 1 karena bantalan tidak dikip pada tempat pelat
40
landas, maka toleransi dimensi bantalan dapat membuat
keiringan rel yang tidak benar.
Kekurangan kemiringan ini akan menimbulkan kekurangan lebar
sepur.

3.2. PELAKSANAAN PERBAIKAN


 Ukur lebar sepur pada tiap bantalan dengan menggunakan
mistar ukur.
 Dengan membandingkan lebar sepur teoritis dengan lebar
sepur yang ada, tulis perbedaan yang didapat (dengan
kapur kuning).
 Tulis nilai pada bentuk yang diberikan (Lampiran B).
 Buat penelitian sesuai dengan toleransi.
Catatan :
Nilai perbaikan ditulis pada sisi dalam badan rel dengan
kapur merah.

Tanda – : berarti lebar sepur dikurangi.


289

Tanda + : berarti lebar sepur ditambah.

Perbaikan dengan penggantian pelat penjepit (Sistim alat penambat kaku).


Pelat penjepit yang aus pada bagian yang menyentuh permukaan pelat landas mungkin
dapat menyebabkan kerusakan lebar sepur.
Oleh karena itu sebelum pelaksaan perbaikan lebar sepur, periksa kalau penyebab
kerusakan lebar sepur tidak ditimbulkan oleh keausan pelat penjepit.

Perbaikan dengan pasak kayu.

Pasak kayu yang digunakan untuk perbaikan lebar sepur,


ditandai dengan kapur merah.
Pasak kayu yang digunakan untuk menguatakan alat penambat
ditandai dengan kapur kuning.
Tanda umumnya dibuat pada bantalan, tetapi bila hujan, lebih
baik membuat tanda pada kaki rel.
Hindarilah pelaksanaan perbaikan lebar sepur yang lebih dari
4 mm dan menimbulkan penggunaan pasak kayu pada kedua
rentangan rel pada satu bantalan.

3.3. RINGKASAN PERBAIKAN LEBAR SEPUR


Jenis alat
Tipe pasak (*) Perbaikan penambat
Bujur
19/19 1 atau 2 mm Tirepon 20
sangkar
Paku Dorken
Bujur
17/17 ……………………… Paku lentur
sangkar
Penyangga Klip
Persegi 18/15 ………………………
DE
Persegi 17/14 ………………………
Persegi 22/19 3 atau 4 mm Tirepon 20
Persegi 20/17 ……………………… Paku Dorken
Persegi 21/15 ……………………… Paku lentur
Penyangga Klip
Persegi 20/14 ………………………
DE
(*) Ukuran pasak yang diberikan di atas adalah ukuran pada
penampang pasak yang kecil. (lihat ukuran terperinci
pada hal 2.5e/10).

Catatan penting :

Pasak kayu harus dibuat dari jenis kayu lunak, lebih lunak
daripada jenis kayu bantalan.
290

Suatu penelitian harus dilakukan oleh Balai Besar pada suatu


daerah mengenai jenis kayu dan ukuran-ukuran pasak yang
diusulkan pada bagian ini.
Penelitian tersebut harus dilakukan untuk memastikan jenis
kayu pasak yang paling cocok dan untuk memastikan apakah
ukuran pasak yang diusulkan cocok.

Pasak-pasak dengan ukuran yang diusulkan di atas tidak boleh


digunakan tanpa izin dari Balai Besar.

Nilai perbaikan
Pasak kayu (*)
lebar sepur Paku Paku Penyangga Tanda Keterangan
Tirepon
Dorken Lentur Klip DE
Jika ada dua lobang, pasang
hanya satu pasak pada lubang
Bj. Sangkar Bj. Sangkar Persegi Persegi yang terjauh.
1 mm atau 2 mm Pasang pasak persegi 22/19,
19/19 17/17 18/15 17/14
20/17, 21/15 atau 20/14 bila
lubang teralalu jauh dari rel.

Jika ada
dua
tirepon/pak
u
Dorken/paku
lentur pada
Pesegi Persegi Persegi Persegi
3 mm atau 4 mm
22/19 20/17 21/15 20/14
sebelah rel
yang sama
dan untuk
penyangga
Klip DE,
pasang dua
pasak.
4 mm Pasang pasak pada kedua rentangan rel

(*) Ukuran pasak yang diberikan di atas adalah ukuran pada


penampang pasak yang kecil. (Lihat ukuran terperinci pada
hal. 2.5e/10).
Nilai perbaikan harus ditandai pada sisi dalam rel, kecuali
bila membuat nilai perbaikan lebih dari 4 mm.

4. CARA MEMASANG PASAK


291

a/ Keluarkan tirepon/paku Dorken/paku lentur atau penyangga


Klip DE serta pelat landas kalau ada.
b/ Lubang dibersihkan dan diperlebar dengan mata bor
berbentuk sendok.

Perhatian :

Lubang dibersihkan dengan kedalaman lebih panjang dari


panjang tirepon/paku Dorken/paku lentur atau penyangga Klip
DE.
Jangan ada bubuk kayu yang tertinggal dalam lubang.
Untuk pasak persegi, lubang dibuat lonjong.
Hasil pekerjaan terutama tergantung dari besarnya pelebaran.
Pelebaran yang tidak cukup atau tidak baik, menyebabkan ha-
hal berikut :
 reraknya bantalan.
 pemasukan pasak sukar.
Selain itu bila pelebaran yang terlalu besar, mengakibatkan
pengencangan penambat tidak memuaskan (alat penambat tidak
cukup kuat kedudukannya).

c/ Memasukkan pasak kayu :


 Minyakibagian ujung bawah pasak dengan gemuk sehingga
memudahkan pemasukkannya.
 Masukkanpasak melalui satu alat pembantu dengan palu
yang mempunyai tangkai dengan panjang sedikit lebih
dari 25 cm.

Perhatian :
Pasak dimasukkan secara perlahan, pemasukkan yang
terlalu cepat membuat bantalan terbelah/retak.
292

Masukkan pasak sedemikian rupa sampai sama dengan bidang


permukaan atas bantalan (hindari pemotongan pasak).

d/ Pasang kembali pelat landas dan bor.


Untuk memperbesar atau mengurangi lebar sepur, gunakan
alat pengukur lebar sepur yang dipasang antara kedua
rel.

e/ Sebelum pengencangan, minyaki tirepon dengan gemuk sebelum dimasukkan ke


dalam lubang.

*******************************************

Perhatian penting :

Penelitian pengoreksian lebar sepur dilaksanakan sehingga


perbaikan lebar sepur dibuat pada bantalan-bantalan
seminimal mungkin.

Perbaikan dan pengeboran lubang bantalan secara berulang


akan mengurangi umur bantalan.
293

PERALATAN PENGEBORAN LUBANG


DENGAN TIREPON
Ukuran mata bor yang diberikan di sini berlaku untuk semua
jenis kayu kecuali kategori I. (Ukuran diberikan dalam mm)

Tipe Mata
Bor

Secara Secara
manual mekanis Secara manual Secara mekanis
Mata bor berbentuk
Mata bor berputar Mata bor kerucut
sendok

Untuk mengebor lubang


Untuk membesihkan Untuk membersihkan bagian atas lubang yang telah dibuat
Penggunaan pada pasak kayu dan
lubang dengan mata bor berputar
Bantalan

( # ) Alat penambat ( # ) Alat penambat elastis


kaku :
Pasak kayu dan Dengan menggunakan tirepon TA.
bantalan. Pasak kayu dan bantalan.
Secara Secara manual dan mekanis 13/19,
manual P = 22
Pandrol :
Diameter R41/R42 : e = + 3
mata bor R 54 : e=+0
R25 : 13/18, P = 19
untuk jalan
rel dengan 19 14 R33 : 13/16, P = 10 Tipe F :
R41/R42 : 13/16, P=10 R41/R42
tirepon Pelat landas biasa e = +4
20 mm Pelat landas sambungan e = +2
R50
Secara Pelat landas biasa e = +3
Mekanis Pelat landas sambungan e = +5
13/19, P = 22 Tipe DE :
R25 : e = -3 R41/R42 : e = +?
R33 : e = -12
R41/R42 : e = -12
(#) Untuk alat penambat kaku, pembesaran lubang pada bagian atas dengan mata bor kerucut dibuat hanya pada
lubang tirepon bagian sisi dalam.

Untuk alat penambat elastis, pembesaran lubang dibuat pada semua lubang.
P = jarak antara garis bediameter D dan garis brdiameter d pada mata bor kerucut.
e = jarak antara garis berdiameter D pada mata bor kerucut dab permukaan atas bantalan.
294

e = -12 berarti ada 12 mm bagian mata kerucut di bawah garis D yang tidak boleh dimasukkan ke dalam
lubang.
e = +3 berarti garis berdiameter D mata bor kerucut harus dimasukkan ke dalam lubang setebal 3 mm (jangan
lebih).

PERALATAN PENGEBORAN LUBANG DENGAN


PAKU LENTUR/PAKU DORKEN/PENYANGGA KLIP DE

Tipe Mata bor

Secara
Secara manual mekanis

Mata bor berbentuk


Sendok Mata bor berputar

Diameter mata bor


untuk jalan rel
15 mm 15 mm
dengan paku
lentur.

Diameter mata bor


untuk jalan rel
dengan paku 17 mm 17 mm
kepala
lentur Dorken.

Diameter mata bor


untuk jalan rel
dengan penyangga 14 mm 14 mm
Klip DE.
295

Penggunaan Pasak Kayu


Memilih Pasak Kayu

Tipe pasak kayu Diameter Catatan

Tipe sumbat kayu


a
Bujur a C
sangkar

a
Tirepon
22 19 Paku lentur.
c

20 17
100 mm
c

Tirepon
Sumbat a b c d Paku Dorken.
kayu a
25 22 19 22 Paku
23 20 17 20 Lentur.
b

21 18 15 18 Penyangga
Klip DE.
c

24 18 15 21
100 mm
d
Persegi 20 17 14 17
23 17 14 20

Catatan penting :

Pasak kayu harus dibuat dari jenis kayu lunak, lebih lunak
daripada jenis kayu bantalan.

Suatu penelitian harus dilakukan oleh balai Besar pada suatu


daerah mengenai jenis kayu dan ukuran-ukuran pasak yang
diusulkan pada bagian ini.
Penelitian tersebut harus dilakukan untuk memastikan Janis
kayu pasak yang paling cocok dan untuk memastikan apakah
ukuran pasak yang diusulkan cocok.

Pasak-pasak dengan ukuran yang diusulkan di atas tidak boleh


digunakan tanpa izin dari Balai Besar.
296

Lampiran A
297

Lampiran B
298

PENGUKURAN DAN PERBAIKAN LEBAR SEPUR

Nomor
Pengukuran Perbedaan lebar
bantala Koreksi lebar sepur Koreksi Keterangan
Lebar sepur sepur
n

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

Lampiran C
299

Contoh 1 : LURUSAN
Nomor
Pengukuran Perbedaan lebar
bantala Koreksi lebar sepur Koreksi Keterangan
Lebar sepur sepur
n

1 1068 +1

2 1070 1067 +3 -3

3 1065 -2

4 1067 +2

5 1071 1067 +4 -4

6 1069 +2

7 1064 1067 -3 +3

8 1066 -1

9 1067 0

10 1069 +2

11 1071 1067 +4 -4

12 1067 0

13 1066 -1

14 1063 1067 -4 +4

15 1065 -2

16 1062 1066 -5 +4

17 1065 -2

18 1067 0

19 1069 +2

20 1070 1067 +3 -3

21 1066 0

22 1068 +1

23 1065 1067 -2 +2

24 1067 0

Contoh ini dibuat sesuai dengan toleransi yang digunakan oleh Proyek KP3 BAK

Lampiran D
300

Contoh 2 : LENGKUNGAN
Nomor
Pengukuran Perbedaan lebar
bantala Koreksi lebar sepur Koreksi Keterangan
Lebar sepur sepur
n

1 1080 -2
Lebar sepur
2 1078 1081 -4 +3 teoritis
1088
3 1079 -3

4 1078 1081 -4 +3

5 1082 0

6 1081 -1

7 1084 1082 +2 -2
-4
8 1086 1082 +4 -3

9 1085 1082 +3
Nilai peralihan
10 1081 -1 teoritis

11 1083 1081 +2 -2 1082


12 1079 -1 1081
13 1080 +1
1080
14 1080 1078 +2 -2
1079
15 1076 -1
1078
16 1078 1076 +2 -2
1077
17 1080 1075 +5 -5
1076
18 1076 1074 +2 -2
1075
19 1071 -2
1074
20 1073 +1
1073
21 1075 +3
1072
22 1069 1073 -3 +4

23 1068 1072 -4 +4 Lebar sepur


teoritis
24 1072 0 1072

Contoh ini dibuat sesuai dengan toleransi yang digunakan oleh Proyek KP3 BAKA
301

BAGIAN 2.5f

PERBAIKAN PENAMBAT REL PADA

BANTALAN

BAGIAN 2.5f

PERBAIKAN PENAMBAT REL PADA


302

BANTALAN

9. PENDAHULUAN.

Tegangan yang timbul pada jalan rel menyebabkan tirepon atau paku
rel bergerak, sehingga memungkinkan :

 Lubang membesar atau lubang berbentuk oval.

 Ulir-ulir pada kayu untuk tirepon rusak/berubah


ukurannya.

ALAT PENAMBAT YANG LONGGAR DAPAT DISEBABKAN KARENA :

 Bantalan tidak kokoh kedudukannya.


 Alat penambat itu sendiri telah rusak.
 Alat penambat berkarat.
 Tirepon sering dibuka dan dikunci secara berulang-ulang.
 Kayu membusuk/lapuk.
 Retak/pecah memanjang pada bantalan dekat lubang
tirepon/paku lentur, paku Dorken atau penyangga Klip DE.
 Tirepon dikeraskan/dikunci terlalu kuat.

10. URAIAN CARA PERBAIKAN.

7 CARA YANG DIGUNAKAN :

 Perbaikan dengan penggantian pelat penjepit (lip).


 Perbaikan dengan penggantian baut penjepit.
 Penggantian tirepon/peku lentur/paku Dorken/penyangga
Klip DE dengan tirepon/paku lentur/paku Dorken/penyangga
Klip DE yang baru.
 Perbaikan dengan tirepon yang lebih besar diameternya.
 Menggunakan pasak/sumbat kayu.
 Membuat lubang baru.
 Perbaikan tempat kedudukan pelat landas.

 PERBAIKAN DENGAN PENGGANTIAN PELAT PENJEPIT.

i. ALAT PENAMBAT KAKU : R33, R41/R42.

Dalam hal ini tirepon menjepit pelat penjepit ke rel secara


langsung Pelat penjepit diperhitungkan untuk adanya
suatu ruang cadangan keausan sehingga dapat mengatasi
keausan yang terjadi dapa bidang kontaknya. (lihat
bagian 1. 3a).
303

Bidang permukaan bawah pelat penjepit tidak boleh menyentuh


langsung/kena pelat landas. Jika hal ini terjadi, pelat
penjepit harus diganti.

Keausan pelat penjepit KF atau KK yang dasar bawahnya menyentuh


pelat landas juga menyebabkan kesalahan lebar sepur.

ii. ALAT PENAMBAT ELASTIS.

Tipe Pandrol Penjepit/Klip harus diganti bila


dan Tipe DE. : tekanan yang menjepit rel ke pelat
landas tidak cukup.
Kita tunggu usulan cara pengukuran
tekanan dari pembuatnya.
Tipe F. : Penjepit lentur harus
diganti bila tidak berfungsi
lagi seperti per dan sudah
menjadi kaku.
Kita tunggu usulan cara pengukuran
keelastisan penjepit ini dari
pembuatnya.

 PERBAIKAN DENGAN PENGGANTIAN BAUT PENJEPIT.

Hal ini terjadi untuk sistim penambat elastis tipe F dimana


penjepit lentur menjepit rel ke pelat landas melalui satu
baut.
Baut yang berkarat atau aus dan tidak bisa dikunci untuk
menekan penjepit lentur dengan puntiran yang sesuai, harus
diganti.

 PENGGANTIAN TIREPON/PAKU LENTUR/PAKU DORKEN/PENYANGGA KLIP


DE DENGAN TIREPON/PAKU LENTUR/PAKU DORKEN/PENYANGGA KLIP DE
YANG BARU.
304

Hal ini bisa terjadi kalau tirepon/paku lentur/paku


Dorken/penyangga Klip DE sudah aus dan berkarat sedangkan
lubang masih berada dalam kondisi yang baik.

 PERBAIKAN DENGAN TIREPON BERDIAMETER LEBIH BESAR.

Nilai diameter lubang pelat landas 22 mm tidak memungkinkan


menggunakan tirepon dengan diameter yang lebih besar.

 PENGGUNAAN PASAK KAYU ( lihat bag. 2.5e – perbaikan lebar sepur ).

RINGKASAN CARA PENGUATAN YANG DAPAT


DIGUNAKAN.
TIPE MATA
MATA BOR
PASAK PENGGUNAAN BOR MATA BOR KERUCUT KETERANGAN
BERPUTAR
( # ) SENDOK

Alat penambat kaku dan Alat


Bujur
penambat elastis (lihat dimensi
sangkar Pada lubang
tirepon
19 mm 14 mm dan cara penggunaan alat
19/19 mata bor kerucut pada tabel
halaman 2.5e/8).
Dapat juga
Bujur digunakan untuk
Pada lubang
sangkar 17 mm 17 mm koreksi lebar
paku Dorken
17/17 sepur sebesar
1 mm atau
Pesegi Pada lubang Tidak digunakan 2 mm.
15 mm 15 mm
18/15 paku lentur

Pada lubang
Persegi
Penyangga Klip 14 mm 14 mm
17/14 DE

Alat penambat kaku dan Alat


Persegi Pada lubang penambat elastis (lihat dimensi
tirepon berbentuk 19 mm 14 mm dan cara penggunaan mata
22/19 lonjong bor kerucut pada tabel
halaman 2.5e/8).
Pada
lubang Dapat juga
paku digunakan untuk
Persegi
20/17
Dorken 17 mm 17 mm koreksi lebar
berbentu sepur sebesar
k 3 mm atau
lonjong Tidak digunakan 4 mm.
Pada lubang paku
Persegi
21/15 lentur berbentuk 15 mm 15 mm
lonjong
Pada lubang
Persegi
20/14 penyangga Klip DE 14 mm 14 mm
berbentuk lonjong
305

( * ) Ukuran pasak yang diberikan di atas adalah ukuran pada


penampang pasa yang kecil. (lihat ukuran terperinci pada
halaman 2.5e / 10 ).

Segi Pengecualian : Cara ini digunakan bila semua cara


delapan perbaikan yang telah dijelaskan
21/16 - U 19 mm tidak efisien (lihat halaman 2.5f/6).
22/17 ntuk tirepon. 17 mm
20/15 - U 15 mm
19/14 ntuk paku Dorken. 14 mm
- U
ntuk paku lentur.
- U
ntuk penyangga DE

Catatan penting :
Pasak kayu harus dibuat dari jenis kayu lunak, lebih lunak
daripada jenis kayu bantalan.
Suatu penelitian harus dilakukan oleh Balai Besar pada suatu
daerah mengenai jenis kayu dan ukuran-ukuran pasak yang
diusulkan dapa bagian ini.
Penelitian tersebut harus dilakukan untuk memastikan apakah
ukuran pasak yang diusulkan cocok.
Pasak-pasak dengan ukuran yang diusulkan di atas tidak boleh
digunakan tanpa izin dari Balai Besar.

 PEMBUATAN LUBANG BARU.


Pengeboran lubang baru pada bantalan aus dapat lebih cepat
mengurangi umur bantalan. Penggunaan cara ini hanya
bila perbaikan penambatan pada lubang yang lama tidak
efisian.

Pelaksanaan cara ini dilakukan sebagai berikut :

 Bersihkan lubang dengan mata bor


berbentuk sendok.
 Tutup lubang lama dengan pasak kayu
segi delapan, pemasukannya dengan palu
(potong sumbat jika perlu).
 Bor lubang baru, tetapi hindari
pengeboran terlalu dekat pada sisi bantalan
dan terlalu dekat dari lubang berikutnya.
Minimum a = 25 mm
b = 40 mm

Untuk alat penambat kaku :


306

Sesudah dibor, lubang tirepon dalam harus diperbesar pada bagian


atas.
Untuk alat penambat elastis tipe Pandrol atau tipe F dan DE
(pakai pelat landas) :
Sesudah dibor, semua lubang tirepon harus diperbesar pada bagian
atas.
Bentuk pasak kayu yang digunakan untuk tutup lubang bekas
digambarkan di bawah :

Untuk lubang bekas tirepon, gunakan pasak kayu segim delapan


dengan ukuran : a = 21 mm, b = 16 mm.

Untuk lubang bekas paku Dorken, gunkan pasak segi delapan


dengan ukuran a = 22 mm, b = 17 mm.

Untuk lubang bekas paku lentur, gunakan pasak segi delapan


dengan ukuran a = 20 mm, b = 15 mm.

Untuk lubang bekas penyangga Klip DE, gunakan pasak segi


delapan dengan ukuran : a = 19 mm, b = 14 mm.

Catatan :

Pengeboran di samping lubang lama dengan toleransi yang


disebutkan di atas tidak bisa dilakukan di PJKA karena
perbedaan antara lebar bantalan dan lebar pelat landas tidak
memungkinkan cara ini. (lihat pada lampiran A)

Jika pengeboran di samping lubang lama tidak bisa dilakukan,


disebabkan pekerjaan ini telah selesai dilaksanakan atau
mutu kayu tidak memungkinkan ataupun Karena dimensi bantalan
tidak memungkinkan menggunakan cara ini, maka geser bantalan
ke arah memanjang (ke samping), kemudian bor
lubang lainnya.

- LUBANG LAMA
PERPINDAHAN BANTALAN - LUBANG BARU

Dengan cara ini terpaksa harus membuat lubang baru pada kedua
bagian bantalan untuk kedudukan rel, walaupun beberapa
lubang diantaranya masih baik dan tidak memerlukan
perbaikan.
307

PERPINDAHAN BANTALAN

d
d

Jarak “d” harus antara 25 mm dan 40 mm (jangan kurang; jangan


lebih).

 TANDA-TANDA PERBAIKAN.

Untuk penggunaan pasak kayu (2.5) dan untuk pembuatan lubang


baru (2.6).

Tanda-tanda untuk perbaikan, dibuat dengan kapur kuning,


sedangkan tanda perbaikan untuk perbaikan lebar sepur dibuat
dengan kapur merah.

Untuk menggeser bantalan arah memanjang, buat tanda panah di


tengah bantalan untuk menunjukkan arah penggeseran.

Tirepon/paku lentur/paku Dorken/penyangga Klip DE yang akan


diperbaiki, diwarnai dengan kapur kuning pada bagian kepala
tirepon/paku lentur/paku Dorekn/penyangga Klip DE dan
sesudah mengeluarkan pelat landas, dapat dipilih salah satu
cara yang tepat untuk perbaikan.

PENYANGGA
TIREPON PAKU DORKEN PAKU LENTUR TANDA
KLIP DE
Sumbat kayu Subat kayu Sumbat kayu Subat kayu
(*) (*) (*) (*)
bujur sangkar persegi bujur sangkar persegi
19/19 17/17 18/15 17/17
Sumbat kayu Sumbat kayu Sumbat kayu Sumbat kayu
(*) (*) (*) (*)
persegi persegi persegi persegi
22/19 20/17 21/15 20/14
( * ) Ukuran pasak yang diberikan di atas adalah ukuran pada penampang pasak yang kecil. (lihat
ukuran terperinci pada hal. 2.5e/10).
Sumbat kayu Sumbat kayu Sumbat kayu Sumbat kayu
segi delapan segi delapan segi delapan segi delapan
21/16 22/17 20/15 19/14
Posisi lubang baru :
+
308

 KEAMBLESAN PELAT LANDAS PADA SAMBUNGAN.

Bila terjadi pelat landas ambles ke dalam kayu bantalan


seharusnya dicowak/dikip, lakukanlah seperti berikut :

Kayu bantalan untuk tempat pelat landas dicowak/dikip rata untuk


mencegah air terkunpul pada lekukan.

Pekerjaan ini dilaksanakan dengan mencowak/mengkip kayu


sehingga menghindari air mengenang pada lekukan dimana pelat
landas ambles.

Pelaksanaannya menggunakan rimbas.


Lebar bantalan 220 mm

Pelat landas yang dipasang pada Pelat landas yang dipasang pada
sumbu bantalan sebelah bantalan

Sumbu
bantalan
Tipe pelat
landas c b a a b c

Jarak antara Sisa jarak yang Pelebaran yang Lebar bantalan Sisa jarak yang Pelebaran Lebar
Batasan Sisa jarak sumbu bantalan diperlukan untuk diperlukan un- yang diperlukan diperlukan untuk untuk bantalan yang
Lubang perbaikan tuk perbaikan untuk perbaikan perbaikan perbaikan untuk
40 mm dan sumbu
pelat landas bantalan di di sebelah kiri di sebelah kiri perbaikan
( mm ) lubang
(mm) sebelah kanan. dan sebelah dan sebelah
( mm ) kanan. kanan.
( mm ) ( mm ) ( m,m ) ( mm )
c b a ( mm ) ( mm )
A Dog spike 19,5 16 34,5 25+16=41 (41-19,5)x2=43 25-16=41 41-(19,5x2)=2 222
263
Tirepon 25,6 22 21,5 25+22=47 (47-26,5)x2=41 25+22=47 0
309

R25
B Dog spike 19,5 16 34,5 25+16=41 (41-19,5)x2=43 263 25+16=41 41-(19,5x2)=2 222
Tirepon
OC 14 22 34 25+22=47 (47-14)x2=66 286 25+22=47 47-(14x2)=19 229
R33
OD 19 22 29 25+22=47 (47-19)x2=56 276 25+22=47 47-(14x2)=19 229
OF 14 22 34 25+22=47 (47-14)x2=66 286 25+22=47 47-(14x2)=19 229
OH 14 22 34 25+22=47 (47-14)x2=66 286 25+22=47 47-(14x2)=19 229
R41/
OK 19 22 29 25+22=47 (47-19)x2=56 276 25+22=47 47-(14x2)=19 229
R42
OB 19 22 29 25+22=47 (47-19)x2=56 276 25+22=47 47-(14x2)=19 229
Pandrol 11,125 17,75 41,125 25+17,75=42,75 (42,75- 283,25 25+17,75=42,75 42,75- 240,5
11,125)x2=63,25 (10,125x2)=20,5
Lampiran

Perbaikan tidak bisa dilaksanakan menurut toleransi antara lubang


bantalan 25 mm dan antara lubang dan sisi bantalan 40 mm.
A.

ANJURAN : Bisa dilaksanakan perbaikan, hanya kalu lebar antara


ditingkatkan menurut nilai yang disebutkan di atas.
310

BAGIAN 2.6

BANTALAN BESI DAN BETON


311

BAGIAN 2.6

BANTALAN BESI DAN BETON

1. BATALAN BESI

Kekurangan pemelihaan alat penambat dan angkatan menghasilkan


suatu perubahan kerusakan/cacad yang cepat, keausan, maupun
retakan.

1.1. CACAD PADA BANTALAN (SEHINGGA PERLU PENGGANTIAN)

 Perubahan bentuk.

Jika bantalan bengkok sedemikian rupa, misalnya permukaan


pendukung pelat landas yang kemiringannya tidak sesuai,
maka bantalan besi harus diganti.

 Ketebalan berkurang.
Kelembaman mengakibatkan pengkaratan yang cukup besar pada
bidang permukaaan bagian bawah bantalan dan pada
sekeliling lubang.
Ketebalan sekeliling lubang tidak boleh kurang dari 2 mm
dibandingkan dengan ketebalan pada bantalan yang baru (9
mm).

 Lubang-lubang bantalan yang menjadi berbentuk oval.


Lubang-lubang bantalan yang menjadi berbentuk oval harus
memungkinkan penambatan yang cukup memuaskan.
Pembentukan oval arah memanjang tidak boleh lebih dari 2 mm

 Retak pada lubang-lubang bantalan (kecuali Pandrol).


Lubang-lubang pemikul gaya lintang yang diterima dari kaki
rel, sehingga dapat menyebabkan terjadi retakan pada
lubang-lubang. Belahan/retakan tidak boleh terlalu besar.

 Retakan pada bantalan dan keamblesan pada bagian samping.


Retakan pada bantalan mengurangi kekakuan bantalan, bila suatu
retakan dijumpai pada bantalan, biasanya akan dijumpai
pada bantalan berikutnya yang mempunyai umur yang sama.
Bantalan harus diganti, bila bantalan retak pada bagian
belakangnya yang dapat mengakibatkan kemablesan bantalan.

 Keausan pada mermukaan pendukung di bawah pelat landas.


Hal itu tidak mempengaruhi kekakuan bantalan.
312

KEAUSAN ALAT PENAMBAT

 Keausan pada baut.

Baut yang rusak (melintir, retak-retak, ulir yang aus, kepala


yang berada di bawah bantalan berkarat) harus diganti.

 Keausan pada penjepit.

Sistim Pandrol.

Keausan pada Klip Pandrol, bila Klip yang bersifat elastis


terlalu buruk kondisinya untuk menjepit rel pada bidang
atas kaki rel harus diganti.

Sistim kaku biasa.

Pelat penjepit diperhitungkan untuk adanya suatu ruangan


cadangan keausan sehingga dapat mengatasi keausan yang
timbul pada bidang kontaknya.

Bidang permukaan bawah pelat penjepit tidak boleh menyentuh


langsung pada pelat landas.
Pelat penjepit yang menyentuh langsung pada pelat landas dapat
mengakibatkan kerusakan lebar sepur.

 Keausan pada pelat landas.

Pasak penahan pelat landas yang aus dapat mempengaruhi lebar


sepur.
313

Pada prinsipnya, keausan ini tidak boleh lebih dari 2 mm.

KEAUSAN BAGIAN SAMPING

Keausan bagian samping mungkin disebabkan keausan pada pasak


penahan dari pelat landas dan mungkin juga karena lubang-
lubang pada bantalan berubah bentuk menjadi oval.

Hal itu dapat diperbaiki dengan memberi lebih dulu satu pasak
pada satu ujung dari pelat landas. Dari bentuk pelat landas
memungkinkan untuk memasukkan pasak hanya pada satu ujungnya
saja.

Catatan :
Walaupun pasak memungkinkan memperkuat penambatan, perbaikan akan
memberi pengaruh terhadap lebar sepur.
314

PEMELIHARAAN

a/ Alat Penambat.
 Untuk sistim Pandrol, penggantian Klip Pandrol yang
sudah aus.
 Untuk sistim Kaku :
Secara umum, dilaksanakan pembukaan alat penambat secara
sistimatis dan secara berkala.
Pembukaan dilaksanakan dengan menggunakan mesin mengikat baut
atau dengan kunci baut.
Sebelum pembukaan alat penambat, alat penambat ini harus
diminyaki dengan minyak pelumas atau minyak biasa.
Peminyakan ini dilakukan beberapa hari sebelum pembukaan alat
penambat.

Penggantian yang perlu dilakukan adalah untuk kedaan :


 Baut yang meliuk.
 Baut yang pada bagian ulirnya tidak lagi memungkinkan
untuk pengencangan dengan baik.
 Kepala baut berkarat atau putus.
 Pelat penjepit yang bidang permukaan bawahnya
menyentuh langsung pada pelat landas dan tidak bisa
mengikat rel.
Untuk hal ini, gunakan baut dan pelat penjepit yang baru.
Jangan lupa, baut harus selalu diberi minyak gemuk pada waktu
pemasangannya.

b/ Perbaikan lebar sepur (kecuali sistim Pandrol).


Kerusakan lebar sepur mungkin disebabkan karena pelat penjepit
aus pada bagian kontak. Untuk itu perlu mengganti pelat
penjepit.
Juga kerusakan lebar sepur dapat disebabkan kerena keausan yang
timbul pada lubang-lubang bantalan dan pada pasak penahan
pelat landas.
Pada daerah sambungan rel, kerusakan lebar sepur disebabkan
kerena adanya pelebaran kepala rel ke arah samping. Dalam
hal ini rel harus digerinda.

c/ Pengaturan Jarak Dan penyikuan Bantalan.

Bantalan besi yang digeser/digerakkan sangat tidak dibenarkan,


sebab dapat mengakibatkan lapisan pendukung bantalan ikut
bergeser.
315

Dengan adanya bentuk bantalan besi yang sedemikian rupa, maka


untuk penggeseran bantalan lebih sukar.

Pengaturan dengan geseran bantalan pada sambungan harus dilakukan


bila alat penambat pada bantalan tersebut menghalangi
pemasangan/pengencangan baut sambungan dan pelat penyambung
atau sebaliknya.

Bantalan besi dan lapisan balas di bawahnya umumnya digeser


dengan dongkrak bergigi yang dipasang pada bantalan
disebelahnya yang telah dikokohkan kedudukannya.

d/ Penggantian Bantalan Besi.

Bantalan besi yang akan diganti dilepaskan dari rel. Jalan rel
diangkat sampai memungkinkan mengeluarkan bantalan tanpa
merusakkan lapisan balas pendukung. Kemudian bantalan baru
dimasukkan dan jalan rel diturunkan kembali.
Perbedaaan ketebalan bantalan mungkin menyebabkan ketidak kokohan
bantalan tersebut.
Oleh karena itu :

Penggantian bantalan harus diikuti dengan pekerjaan pemecokan.

2. BANTALAN BETON.
Biasanya bantalan beton dilayani dengan RPM, tetapi juga ada di
PJKA bantalan beton yang dilayani dengan rel normal.
Pada zone dengan rangkaian Listrik, material isolator harus
diperiksa secara khusus.
Bantalan beton yang digunakan di PJKA adalah jenis bantalan
Monoblok Pra-tekan.

CACAD PADA BANTALAN (sehingga perlu penggantian).

 Kerusakan permukaan penumpu atas bantalan tidak


memungkinkan alat penambat menjepit rel dengan baik.

 Kondisi permukaan penumpu bawah bantalan tidak


memungkinkan pemecokan balas dengan baik.

 Kesompelan beton dengan kelihatan besi tulangan.


Kesompelan diakibatkan dari pukulan tidak terduga.
Permukaan yang sompel harus dilapisi dengan suatu cat dari
aspal sehingga menghindari meliuknya besi tulangan yang
mungkin menimbulkan penghancuran beton.
Catatan :

Penggantian pilih-pilih bantalan beton harus merupakan suatu


kekecualian.
316

KEAUSAN

Alat Penambat :
Bantalan yang digunakan di PJKA mempunyai alat penambat tipe
Pandrol dan tipe DE.

 Penjepit/Klip Pandrol atau DE harus diganti bila tekanan


yang menjepit rel ke pelat landas tidak cukup.
Kita tunggu usulan cara pengukuran dari pembuatnya.

 Pelapis kaku dari plastik untuk tipe Pandrol dan pelapis


lentur dari karet untuk tipe DE harus diganti bila sudah
aus.

 Isolator tipe Pandrol atau tipe DE harus diganti bila


sudah aus. Hal ini adalah terpenting pada daerah dengan
rangkaian listrik.
317

BAGIAN 2.7

SAMBUNGAN
318

BAGIAN 2.7a

PENGGERINDAAN UJUNG REL

PADA SAMBUNGAN
319

BAGIAN 2.7a

PENGGERINDAAN UJUNG REL

PADA SAMBUNGAN

3. PEMBENTUKAN KELEBIHAN BAJA – PENYEBAB – PERMASALAHAN.

Pukulan-pukulan roda, menyebabkan pembentukan kelebihan pada baja


ujung rel.
Kelebihan baja ini terjadi bersama-sama dengan serpihan
logam pada permukaan atas kepala rel.

Pukulan-pukulan secara vertikal menyebabkan kelebihan ini,


terutama terjadi disebabkan :

 Sambungan mempunyai ruang/siar pemuaian terlalu besar.


 Sambungan tidak cukup dipertahankan.

Kelebihan baja pada ujung rel pada sambungan, menyebabkan


pengurangan nilai siar sambungan .
Hal ini menyebabkan kebebasan pemuaian rel terhalang dan
juga menyebabkan terjadinya pelepasan logam pada ujung rel
(garis AB pada gambar).

Bla kelebihan baja ini saling bersentuhan (sebab pemuaian


atau rayapan) maka ujung-ujung rel yang merapat dapat
somplak.

4. PENGGERINDAAN UJUNG REL PADA SAMBUNGAN.

Pekerjaan ini dibuat dengan mesin Gerinda atau dengan Kikir


khusus bilamana pekerjaan pemeliharaan sambungan.
320

DILARANG :

 Memotong kelebihan baja dengan Kikir biasa karena akan


dapat merusakkan bidang permukaan atas rel (tempat roda
lewat).

 Memperbesar siar pemuaian, karena dapat memperbesar


pukulan pada sambungan dan dapat mempercepat kausan rel.

Penggunaan

Mesin grinda
321

BAGIAN 2.7b

PERBAIKAN SAMBUNG AN
322

BAGIAN 2.7b

PERBAIKAN SAMBUNGAN

5. PENDAHULUAN.

 Sambungan-sambungan merupakan titik lemah pada jalan


rel, dan genjotan kereta api yang lewat menyebabkan
keausan pada sambungan.
Hal ini menyebabkan ketidak nyamanan, ayun-ayunan dan
suara bising.

 Salah satu kerusakan umum pada sambungan adalah retak


kecil yang tersembunyi pada ujung rel.
Ini dapat mengakibatkan rel patah dan mungkin
mengkibatkan anjlogan.

 Untuk menghindari keausan material dan menambah


kenyamanan, sambungan harus diperiksa secara mendetail
dan diperbaiki selama pekerjaan Reparasi Semesta.

6. PELAKSANAAN PERBAIKAN SAMBUNGAN.

Pelaksanaannya seperti yang dijelaskan berikut ini :

LANGKAH 1 - MELEPASKAN SAMBUNGAN.

 Mula-mula dengan sebuah kunci tirepon


atau baut, longgarkan seluruh alat penambat
pada sambungan.

 Kemudian dengan mempergunakan kunci baut


penyambung, lepaskan baut-baut pada pelat
penyambung.

 Kelarkan pelat penyambung dari kedua sisi


rel.
LANGKAH 2 - PEMBERSIHAN.

 Bersihkan rel dan pelat penyambung dengan sikat besi.

 Periksa apakah ada retakan atau cacad, dengan


mempergunakan minyak tanah dan cermin yaitu sebagai
berikut :

Tuangkan minyak tanah ke rel kemudian lap dengan kain.


323

Retakan akan tampak jelas dalam bentuk garis basah pada


rel.

 Jika menemukan retakan, buatlah catatan dan segera


laporkan kepada Kepala Distrik.

LANGKAH 3 - MENGUKUR KEAUSAN REL DAN PELAT


PENYAMBUNG.

 Setelah pelat penyambung dilepaskan, ukurlah keausan rel


dan pelat penyambung.

Pengukuran dilaksanakan dengan menggunakan sebuah alat


pengukur keausan bidang kotak, yaitu sebagai berikut :

1. Berikan tanda dengan kapur pada jarak 2 cm dari kedua


sisi siar rel dan pada tempat yang sama dari pelat
penyambung untuk memastikan bahwa pengukuran
dilaksanakan pada tempat yang seharusnya.

2. Ukurlah keausan rel dengan menekan alat pengukur ke


badan rel dan sisi bawah kepala rel (lihat gambar).

Doronglah petunjuknya, sehinggha petunjuk ini


besinggungan dengan sisi atas kaki rel.

Bacalah ukurannya dan tulis nilainya pada bantalan yang


terdekat dengan sambungan yang diperiksa.

3. Ukurlah pelat penyambung dengan menekan alat pengukur


pada bagian kontak atas dan badan pelat penyambung.
Doronglah penunjuk sampai berhubungan dengan bagian
kontak bawah pelat penyambung.

Bacalah dan tulis hasil ukuran pada bantalan yang


tedekat dengan sambungan yang diperiksa.

4. Jumlahkan kedua hasil ukuran keausan (keausan rel dan


keausan pelat penyambung).
324

LANGKAH 4 - NILAI PERBAIKAN.

 Sesuai dengan jumlah nilai keausan yang diperoleh,


perbaikan dilaksanakan sebagai berikut :

 Kausan 15/10 mm. Pelat penyambung dapat


digunakan lagi tanpa perubahan atau perbaikan.

 Keausan 15/10 mm, tetapi 25/10 mm. Gunakan


pelat pengisi (pelat Cis) tebal 1 mm.

 Keausan 25/10 mm, tetapi 35/10 mm. Gunakan


pelat pengisi (pelat Cis) tebal 2 mm.

 Keausan 35/10 mm, tetapi 45/10 mm. Gunakan


pelat pengisi (pelat Cis) tebal 3 mm.

Keausan
 45/10 mm. Keausan terlalu besar, maka
pelat penyambung tidak boleh digunakan lagi.
Bila digunakan pelat penyambung baru, pengukuran harus
dilakukan lagi.

LANGKAH 5 - CARA PEMBERIAN MINYAK.

 Minyak rel dal pelat penyambung pada bidang kontak


seperti terlihat pada gambar.
325

LANGKAH 6 - PEMASANGAN PELAT PENGISI.

 Jika pelat pengisi diperlukan (sebagaimana ditentukan


dalam langkah 4), pelaksanaannya sebagai berikut :
Pelat pengisi dipasang dengan menempatkan pelat penyambung
dekat rel pada tempat yang tepat dan kemudian masukkan
pelat pengisi di atas pelat penyambung.
Pastikan bahwa pelat pengisi yang diperlukan ukurannya tepat
dan ditempatkan pada sisi sambungan yang benar.

LANGKAH 7 - PENGENCANGAN SAMBUNGAN (lihat pasal 3).

 Baut pelat penyambung sekarang dapat dipasang lagi dan


dikencangkan dengan kunci.
 Selanjutnya tirpon/lockspike dapat
dikencangkan/dimasukkan dengan menggunakan kunci
tirepon/palu untuk lockspike.
 Jika tirepon/lockspike rusak atau usang, gantilah dengan
yang baru.
 Baut harus dilengkapi dengan cincin pegas.

INGAT :
Dilarang melepas 2 sambungan rel yang berhadapan dalam waktu yang
sama.
326

Juga tidak dibenarkan kereta api lewat ketika sambungan rel masih
dalam keadaan dilepaskan.

Jika kerata akan lewat, pasang kembali pelat sambung dengan


sedikitnya menggunakan 1 baut.

7. PENGENCANGAN SAMBUNGAN.
Pengencangan sambungan harus dilakukan seperti berikut :

 Baut-baut tengah sambungan dikencangkan dulu, jangan


kuat,
o Kencangkan kedua baut tengah.
o Kemudian lakukan 1 putaran ke belakang.
4

 Kemudian maju ke baut-baut yang berikutnya sampai ujung


pelat penyambung dengan cara yang sama.

 Kencangkan lagi baut-baut tengah untuk menempatkan


pelat penyambung dengan baik.

 Kemudian kencangkan lagi baut-baut yang berikut.

PELAT PENYAMBUNG DIPASANG DENGAN SALAH.

Pengencangan sambungan harus diperhatikan; sambungan yang


dikencangkan terlalu kuat bias menimbulkan jalan rel ngulet
walaupun nilai siar besar.
Penggunaan kunci baut penyambung dengan perpanjangan
pegangan dilarang.

Saran-saran :
Gunakan baut dengan cincin per.
Kencangkan baut sedemikian rupa cincin per biasa berfungsi
dengan baik.
Jangan gepengkan cincin per.
327

Lampiran
328

ORGANISASI PEKERJAAN
NAMA PEKERJAAN : PERBAIKAN SAMBUNGAN REL.

JUMLAH ORANG YANG DIPERLUKAN : 1 Mandor dan 4 pekerja.

PERALATAN YANG DIPERLUKAN :


 1 kunci baut pelat
penyambung.
 1 kunci tirepon atau alat
pelepas lockspike dengan 1
palu.
 1 sikat besi.
 1 kaleng minyak.
 1 kwas cat.
 1 kapur tulis.
 Beberapa pelat pengisi
(pelat Cis) dengan ukuran
berbeda.
 1 alat pengukur untuk
keausan rel dan pelat
penyambung.
HASIL RATA-RATA
 1 palu besi.
LAMPIRAN
 1 belincong untuk
menggorek balas.

 Sambungan rel tiap regu


tiap hari.

 Perencanaan pelaksanaan
pekerjaan perbaikan sambungan
rel.

xxx dapat dilihat dalam lampiran khusus hanya


digunakan
oleh Kepala Distrik.
329

BAGIAN 2.7c

PENGATURAN

SIAR REL
330

BAGIAN 2.7c

PENGATURAN SIAR REL

1. NILAI SIAR UNTUK PEMASANGAN JALAN


REL.
Lebar siar sambungan berhubungan dengan temperatur (suhu).

Koefesien pemuaian memanjang adalah 0,0105 mm per m per


dirajat temperatur.

Penggosokan rel/alat penambat, rel/pelat penyambung dan


bantalan/balas mencegah variasi panjang sesuai dengan hukum
pemuaian garis lurus. Sesuai dengan itu, akan menghasilkan :

 Tekanan pada suhu yang tinggi.


 Tegangan pada suhu rendah.

Jadi perlu pemberian nilai siar yang ditentukan pada


pemasangan jalan rel.

Tebal ukuran nilai siar sesuai dengan panjang rel dan suhu
untuk pemasangan jalan rel adalah sebagai berikut :

Panjan Temperatur / Suhu ( o C )


g rel
(m) 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 50 52 54 56 58 60

18 8 8 8 7 7 7 6 6 5 5 5 4 4 4 3 3 2 2 2 1 1 0

24 11 11 10 10 9 9 8 8 7 7 6 6 5 5 4 4 3 3 2 2 1 0

36 11 11 11 9 8 8 7 6 5 5 4 3 2 2 1 0 0 0 0 0 0 0

85 20 20 18 16 14 12 10 9 6 4 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2. RAYAPAN PADA REL.


Sambungan tidak selalu menjaga nilainya siar sesudah
pemasangan. Rayapan rel sering terjadi.
Rayapan rel adalah suatu hal yang sangat sulit.

Pengalaman memperlihatkan, bahwa secara umum rayapan


terjadi :
 Di jalan rel sepur tunggal pada ujung landai menurun.
 Pada daerah awal dan akhir daerah pengereman.
Pada beberapa daerah, rayapan rel terjadi lebih cepat dan
lebih besar. Tempat-tempat ini dinamakan :

“daerah rayapan sistimatis“.


331

Rayapan menyebabkan tertutupnya siar rel pada beberapa


daerah sedangkan pada daerah di sekitarnya menyebabkan
terbukanya siar.

CATATAN :

Nilai siar rel maksimum yang diperbolehkan di PJKA


adalah : 25 mm.

Penggunaan anker rel membantu untuk membatasi terjadinya


rayapan. (lihat pada lampiran : Pemasangan Anker untuk
panjang rel 85 m).

Bila rel-rel mempunyai siar yang tertutup pada daerah yang


sangat panjang, suatu peningkatan temperatur dapat
menimbulkan kekuatan tekan yang berbahaya dan menyebabkan
rel ngulet.
Rel ngulet ini bisa terjadi pada daerah dimana daya
perlawanannya kurang, yakni daerah dimana balas tidak cukup
atau daerah dimana Listringannya tidak baik, dan lain-lain.

Sedangkan jika siar terlalu terbuka, peningkatan temperatur


dapat menyebabkan pemecahan baut penyambung. Kemudian
sambungan-sambungan cepat rusak oleh gaya pukulan.

Oleh sebab itu, nilai siar rel harus diatur.

3. PENGUKURAN SIAR REL.

 Pengukuran nilai siar rel harus dibuat tiap tahun pada


keseluruhan lintas utama.

 Pengukuran harus dilaksanakan secara rerus menerus antara


dua titik tetap berturut-turut.

 Pengukuran nilai siar rel harus dilakukan pada masa yang


memungkinkan temperatur setetap mungkin dan berada di
tengah-tengah antara temperatur maksimum dan minimum.

Kondisi yang paling baik adalah pada waktu siang hari


yang berawan.

Disarankan mengukur nilai-nilai siar sesudah satu atau


beberapa kereta api lewat. Pengukuran nilai siar rel
harus dikerjakan oleh Mandor dengan menggunakan suatu
bentuk seperti lampiran A.
332

Tulis dengan tepat :

 Titik kilometer pada titik-titik awal dan akhir daerah


pengukuran.
 Panjang rel-rel.
 Jarak antara sambungan dengan titik-titik tetap
kilometer yang ditentukan, misalnya awal dan akhir
lengkungan.
Pengukuran temperatur rel dilakukan dengan suatu
termometer rel yang ditempatkan pada kaki rel. Jika
mungkin di bawah bayangan dan ditutup dengan kotaknya.
Hasil pengukuran dapat dibaca setelah menunggu 10
menit. Sebaiknya pengukuran temperatur ini tidak
berubah. Kalau ada perubahan, cacat temperatur baru.

4. PENILAIAN RAYAPAN.
Penelitian untuk mengedrek rel dilakukan oleh Kepala
Distrik :

 Untuk mengetahui tempat-tempat yang memerlukan


perbaikan.
 Untuk memberikan instruksi kepada Mandor yang
diperlukan untuk pekerjaan pengaturan siar rel dan
khususnya batas-batas daerah pekerjaan.
 Bagi Mandor, merupakan petunjuk yang perlu untuk
pekerjaan perbaikan, khususnya untuk memeberikan batasan-
batasan tempat/daerah pekerjaan.

4.1. PRINSIP.
Pengaturan siar rel tidak dibuat sehingga tiap sambungan rel
mempunyai nilai siar yang sama dengan pada waktu pemasangan.
Sudah diketahui temperatur penutupan siar rel pada waktu
pemasangan; temperatur ini adalah :
- 60o untuk rel dengan panjang P 24 m.
- 48o untuk rel dengan panjang P seperti 24 m P 36
m.
- 40o untuk rel dengan panjang P = 85 m.
Untuk pengaturan siar rel, ambil sebagai pedoman “jumlah
nilai siar minimum”. (Jm) yang sesuai dengan temperatur 40o
untuk panjang rel 100 m.
Untuk rel panjang 85 m, ambil sebagai pedoman jumlah nilai
siar pedoman “Jm” yang terdiri dari hanya satu siar rel. Jm
dihitung sesuai dengan panjang rel 85 m dan temperatur
o
penutupan siar rel 35 C.
333

4.2. PENENTUAN JUMLAH SIAR REL PADA


DAERAH
SEPANJANG 100 M.

Jumlah siar rel Panjang rel

8 12 m
6 12 m sampai 18 m
5 22 m
4 24 m
3 30 m sampai 36 m

Untuk rel panjang 85 m, daerah pedoman adalah 85 m dan hanya


mempunyai satu siar rel.

4.3. KETENTUAN NILAI Jm.

Nilai Jm untuk daerah sepanjang 100 m

Jm
Temperatur 8 sambungan untuk rel 12 m
6 sambungan untuk rel 15 – 18 m
rel 5 sambungan untuk rel 22 m
o
( C ) 4 sambungan untuk rel 24 m
3 sambungan untuk rel 30 – 36 m

40 0
38 3
36 5
35 6
34 7
32 9
30 11
28 13
26 15
24 17
22 19
20 21
18 24
334

Nilai Jm untuk Rel panjang 85 m


o
TEMPERATUR REL C Jm

35 0
34 1
32 3
30 4
28 6
26 8
24 10
22 12
20 13
18 15

Untuk tiap panjang 100 m (85 m untuk rel 85 m) yang


ditentukan antara dua titik pada tempat dimana saja, nilai
“J” (Jumlah nilai siar rel untuk 100 m tersebut) harus
sesuai dengan ketentuan sebagai berikut :

J Jm, (jika tempat berada dalam daerah reparasi


khusus).

J Jm + 5, (jika berada dalam daerah reparasi


semesta).

J Jm + 5, atau Jm + 10, (berada pada daerah


rayapan sistimatis).

Jika hanya nilai “J“ tidak sesuai dengan persyaratan


tersebut, suatu perbaikan perlu dilakukan pada daerah itu.
335

5. PERBAIKAN RAYAPAN.
5.1. PENYELIDIKAN DAERAH BATASAN.

1/ Nilai siar rel yang diukur dicatat dalam kolom 4 dan 10


pada bentuk.
2/ Dengan berpedoman pada temperatur yang telah dicatat
pada kolom 2, Kepala Distrik menulis nilai Jm (Jm +5
atau Jm +10) pada kolom ini sesuai dengan persyaratan
daerah ini.
Kepala Distrik menentukan daerah-daerah pelaksanaan
berdasarkan nilai yang kurang dari nilai “Jm“ : (Jm +5
atau Jm +10).
Untuk mencari daerah dimana batasan dilampaui, tidak
perlu menghitung seluruh J pada seluruh daerah itu (J =
Jumlah nilai siar rel sesuai dengan jumlah “n” sambungan
di daerah sepanjang 100 m).
Dengan cara yang cepat :
 Hitung nilai siar rel rata-rata “Ja” yang perlu per
siar
Jm Jm 5 Jm 10
J = , Ja = , atau Ja =
n n n
Sesuai dengan daerah ini.
 Kemudian bandingkan “Ja” dengan nilai siar diukur
yaitu J.
Nilai siar yang diukur, yang lebih rendah dari “Ja”
digaris bawahi.
Pada daerah yang meragukan dimana nilai-nilai siar
digaris bawahi, hitung semua “J” (lihat bentuk). Periksa
bahwa J lebih besar dari Jm, Jm +5 atau Jm +10 sesuai
dengan persyaratan daerah ini.
Suatu cara yang praktis adalah dengan menggunakan
peralatan seperti berikut :
336
IINSPEKSI : 12 Data-data untuk menetukan Jm PENGUKURAN DK PEMERIKSAAN DK
SEKSI : 121 No. Tgl Oleh Tgl Tandda tangan
DISTRIK : 121 B
Rangkak normal / sistimatis
REGU : VI Tipe alat-alat penambat : Pandrol Petama
Lintas dari : Kertapati Bantalan kayu Kedua
Sampai : Tanjung karang
Panjang : 24 m

Km…4 + 800…s/d Km ..5 + 376 RS atau RK ( # ) n=4 Kontrol


Catatan :
1) Mandor mengisi kolom 1,2,3,4,10 bahkan 14, serta kolom 17 dan 19 jika disuruh DK.
2) Untuk sumbangan selang-seling , tulis hasil pengukur dengan selisih untuk tiap rentangan angka genap atau ganjil.
3) Pengkuran harus dilakukan pada daerah yang homogen (panjang rel sama, jenis alat penambat sama, dll).
4) Pada lengkungan, hasil mengukur rel dalam dan rel pendek, harus ditandai dengan warna.
5) Kemajuan ( M ) dan kelambatan ( L ) dari rentangan kanan dibandingkan dengan rentangan kiri.

Rentangan KANAN Rentangan KIRI Penyikuan PENGUKURAN KEDUA

Nilai pengedrekan
Nomor rel ( 3 )
Rentangan Rentangan
Suhu dan Ja

Nilai siar yang diukur Nilai siar yang diukur

“n” sambungan
“N” sambungan

dan arah
Kanan kiri

pengedrekan

pengedrekan

pengedrekan
Kn, Hn

Jumlah J

Jumlah J

Sesudah
Sebelum
dan arah
Nilai
Penolong

penolong
Pehitung

Perjhitun
J yang

J yang

J yang
J yang
diukur

diukur
J J
perlu

perlu
gan
an

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

4+800
26 o C

11 6
0 0
7 -3 4 1 8 -3 5
3 3
M M
3 +1 4 2 7 -3 4
10 14
2 6
4 M M
23 12 -8 4 3 31 10 -6
11 13
10 12
25 3 +1 4 4 27 2 +2 4 M8 M7
4+900 9 10
20 2 +2 4 5 20 1 +3 4 M6 M6
7 7
18 1 +3 4 6 14 1 +3 4 M2 M6
4 4
6 0 +4 4 7 4 0 +4 4
0
8 5 0 8 6 4 0 4
0
12 6 9 6 1 +3 4
5+100 3
19 8 10 11 6 -2 4
1
22 3 11 19 8 -4 4
Jm = 15 mm

3
22 5 12 15 0 +4 4
1
21 5 13 14 0 +4 4
5
14 14 6 -2 4
5+100 16 3
3
13 0 +4 4 15 14 8 -4 4
4 1
9 1 +3 4 16 24 10 -6 4
7 7
13 9 -5 4 17 26 2 +2 4
2 5
5+200 21 11 -2 4 18 22 2 +2 4
0 3
29 8 -3 4 19 17 3 +1 4
3 2
35 7 -3 4 20 7 0 +4 4
6 2
31 5 -1 4 21 5 0 +4 4
5+300
7 6
21 1 +3 4 22 9 6 -2 4
4 4
15 2 +2 4 23 14 8 -4 4
5+376 2 0
24 18 4 0 4
26 o C

10 2 +2 4
0 25
( # ) Coret yang tidak perlu.
337
IINSPEKSI : 12 Data-data untuk menetukan Jm PENGUKURAN DK PEMERIKSAAN DK
SEKSI : 121 No. Tgl Oleh Tgl Tandda tangan
DISTRIK : 121 B
Rangkak normal / sistimatis
REGU : VI Tipe alat-alat penambat : Pandrol Petama
Lintas dari : Kertapati Bantalan kayu Kedua
Sampai : Tanjung karang
Panjang : 24 m

Km…4 + 800…s/d Km ..5 + 376 RS atau RK ( # ) n=4 Kontrol


Catatan :
6) Mandor mengisi kolom 1,2,3,4,10 bahkan 14, serta kolom 17 dan 19 jika disuruh DK.
7) Untuk sumbangan selang-seling , tulis hasil pengukur dengan selisih untuk tiap rentangan angka genap atau ganjil.
8) Pengkuran harus dilakukan pada daerah yang homogen (panjang rel sama, jenis alat penambat sama, dll).
9) Pada lengkungan, hasil mengukur rel dalam dan rel pendek, harus ditandai dengan warna.
10) Kemajuan ( M ) dan kelambatan ( L ) dari rentangan kanan dibandingkan dengan rentangan kiri.

Rentangan KANAN Rentangan KIRI Penyikuan PENGUKURAN KEDUA

Nilai pengedrekan
Nomor rel ( 3 )
Rentangan Rentangan
Suhu dan Ja

Nilai siar yang diukur Nilai siar yang diukur

“n” sambungan
“N” sambungan

dan arah
Kanan kiri

pengedrekan

pengedrekan

pengedrekan
Kn, Hn

Jumlah J

Jumlah J

Sesudah
Sebelum
dan arah
Nilai
Penolong

penolong
Pehitung

Perjhitun
J yang

J yang

J yang
J yang
diukur

diukur
J J
perlu

perlu
gan
an

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

4+800
26 o C

11 6
0 0
7 -3 4 1 8 -3 5
3 3
M M
3 +1 4 2 7 -3 4
10 14
2 6
4 M M
23 12 -8 4 3 31 10 -6
11 13
10 12
25 3 +1 4 4 27 2 +2 4 M8 M7
4+900 9 10
20 2 +2 4 5 20 1 +3 4 M6 M6
7 7
18 1 +3 4 6 14 1 +3 4 M2 M6
4 4
6 0 +4 4 7 4 0 +4 4
0
8 5 0 8 6 4 0 4
0
12 6 9 6 1 +3 4
5+100 3
19 8 10 11 6 -2 4
1
22 3 11 19 8 -4 4
Jm = 15 mm

3
22 5 12 15 0 +4 4
1
21 5 13 14 0 +4 4
5
14 14 6 -2 4
5+100 16 3
3
13 0 +4 4 15 14 8 -4 4
4 1
9 1 +3 4 16 24 10 -6 4
7 7
13 9 -5 4 17 26 2 +2 4
2 5
5+200 21 11 -2 4 18 22 2 +2 4
0 3
29 8 -3 4 19 17 3 +1 4
3 2
35 7 -3 4 20 7 0 +4 4
6 2
31 5 -1 4 21 5 0 +4 4
5+300
7 6
21 1 +3 4 22 9 6 -2 4
4 4
15 2 +2 4 23 14 8 -4 4
5+376 2 0
24 18 4 0 4
26 o C

10 2 +2 4
0 25
( # ) Coret yang tidak perlu.
338

 Perhitungan jumlah nilai “n” siar dilakukan dengan


menggunakan kertas pola (lihat contoh bentuk ketas
pola ini).

1) Hitung jumlah nilai “n” siar pertama.

2) Gunakan kertas pola.

3) Kurangi dari jumlah ini, nilai siar yang didapat


pada ruang kosong atas, kolom 4 atau 10.

4) Tambahkan nilai siar yang didapat pada ruang


kosong bawah pada kolom yang sama dan tulis harga
siar baru pada kolom 3 atau 9.

5) Kemudian, turunkan kertas pola dengan satu siar,


dan ulangi kegiatan ini sampai nilai siar yang
digaris bawahi terakhir mencapai ruang kosong
atas.
Dalam kolom 3 atau 9, J yang lebih rendah dari Jm, Jm +5
atau Jm +10 sesuai dengan persyaratan daerah ini,
dilingkari.
Daerah yang luar batas adalah diperlihatkan oleh J yang
dilingkari.

5.2. PENENTUAN DAN PERHITUNGAN DAERAH YANG MEMERLUKAN PENGEDREKAN


REL. (lihat contoh 3)
Pertama :
Tulis nilai siar yang diperlukan untuk mendapat Jm.
Kedua :
Hitung pengedrekan tiap rel untuk mendapat nilai siar yang
diperlukan, yang ditentukan sebelumnya.

5.3. PENENTUAN NILAI SIAR YANG DIPERLUKAN.


(lihat contoh 3, kolom 6 atau 12).
Nilai siar yang tertulis pada kolom tersebut harus mendekati
Jm Jm 5 Jm 10
Nilai , , atau untuk membatasi
n n n
jumlah rel yang didrek.
Harga tambahan millimeter yang diperlukan adalah (Jm-J),
sesuai dengan J pertama yang dilingkari. Harga tambahan ini
didistribusikan antara “n” siar yang telah memberi harga J.
Pembagian ini dilakukan sehingga setiap nilai siar rel
mencapai nilai yang mendekati Jm/n sebagaimana yang
ditunjukkan dalam kolom 6 atau 12.
339

IINSPEKSI : 12 Data-data untuk menetukan Jm PENGUKURAN DK PEMERIKSAAN DK


SEKSI : 121 No. Tgl Oleh Tgl Tandda tangan
DISTRIK : 121 B
Rangkak normal / sistimatis
REGU : VI Tipe alat-alat penambat : Pandrol Petama
Lintas dari : Kertapati Bantalan kayu Kedua
Sampai : Tanjung karang
Panjang : 24 m

Km…4 + 800…s/d Km ..5 + 376 RS atau RK ( # ) n=4 Kontrol


Catatan :
11) Mandor mengisi kolom 1,2,3,4,10 bahkan 14, serta kolom 17 dan 19 jika disuruh DK.
12) Untuk sumbangan selang-seling , tulis hasil pengukur dengan selisih untuk tiap rentangan angka genap atau ganjil.
13) Pengkuran harus dilakukan pada daerah yang homogen (panjang rel sama, jenis alat penambat sama, dll).
14) Pada lengkungan, hasil mengukur rel dalam dan rel pendek, harus ditandai dengan warna.
15) Kemajuan ( M ) dan kelambatan ( L ) dari rentangan kanan dibandingkan dengan rentangan kiri.

Rentangan KANAN Rentangan KIRI Penyikuan PENGUKURAN KEDUA

Nilai pengedrekan
Nomor rel ( 3 )
Rentangan Rentangan
Suhu dan Ja

Nilai siar yang diukur Nilai siar yang diukur

“n” sambungan
“N” sambungan

dan arah
Kanan kiri
pengedrekan

pengedrekan

pengedrekan
Kn, Hn

Jumlah J

Jumlah J

Sesudah
Sebelum
dan arah
Nilai
Penolong

penolong
Pehitung

Perjhitun
J yang

J yang

J yang
J yang
diukur

diukur
J J
perlu

perlu
gan
an

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

4+800
26 o C

11 6
0 0
7 -3 4 1 8 -3 5
3 3
M M
3 +1 4 2 7 -3 4
10 14
2 6
4 M M
23 12 -8 4 3 31 10 -6
11 13
10 12
25 3 +1 4 4 27 2 +2 4 M8 M7
4+900 9 10
20 2 +2 4 5 20 1 +3 4 M6 M6
7 7
18 1 +3 4 6 14 1 +3 4 M2 M6
4 4
6 0 +4 4 7 4 0 +4 4
0
8 5 0 8 6 4 0 4
0
12 6 9 6 1 +3 4
5+100 3
19 8 10 11 6 -2 4
1
22 3 11 19 8 -4 4
Jm = 15 mm

3
22 5 12 15 0 +4 4
1
21 5 13 14 0 +4 4
5
14 14 6 -2 4
5+100 16 3
3
13 0 +4 4 15 14 8 -4 4
4 1
9 1 +3 4 16 24 10 -6 4
7 7
13 9 -5 4 17 26 2 +2 4
2 5
5+200 21 11 -2 4 18 22 2 +2 4
0 3
29 8 -3 4 19 17 3 +1 4
3 2
35 7 -3 4 20 7 0 +4 4
6 2
31 5 -1 4 21 5 0 +4 4
5+300
7 6
21 1 +3 4 22 9 6 -2 4
4 4
15 2 +2 4 23 14 8 -4 4
5+376 2 0
24 18 4 0 4
26 o C

10 2 +2 4
0 25
( # ) Coret yang tidak perlu.
340

Perikisa secara berturut-turut jumlah J yang dilingkari yang


berikut dan tentukan beberapa harga yang kurang
dipertimbangkan dengan harga yang ditambah pada ke n -1 siar
yang sebelumnya.

Nilai siar baru yang didapat pada kolom 6 atau 12 berhadapan


siar rel yang nilainya ditingkatkan pada (kolom 4 atau 10),
memungkinkan mengembalikan J Jm.

Untuk mendapat peningkatan jumlah harga siar seperti yang


dihitung pada kolom 6 atau 12, harus mengurangi nilai yang
sesuai dengan peningkatan ini, ke siar rel di sekitarnya.

Dengan mempertimbangkan hal tersebut, nilai baru siar rel


disekitarnya harus ditulis pada kolom 6 atau 12.

Kolom 5 dan 11 digunakan untuk perhitungan pembantu.

5.4. PERHITUNGAN PENGEDREKAN REL.


(lihat contoh no. 1 dan 2).

Untuk perhitungan, disarankan memulai dari tempat dimana


siar rel terlebar.

Rel didrek supaya didapat nilai siar pada kolom 6 atau 12.

Pada kolom 7 atau 13 berhadapan rel, buat tanda panah yang


menunjukkan arah pengedrekan dengan nilainya.

Sesudah penelitian dan perhitungan, bentuk pengukuran


dikembalikan pada Mandor untuk pelaksanaan pengedrekan rel.

Beberapa Saran :

Pengedrekan rel dengan nilai yang besar memerlukan


penggeseran bantalan pada sambungan dan kadang-kadang
bersamaan dengan menggeser bantalan sekitarnya.

Untuk pengedrekan yang agak kecil, hindari menggeser


bantalan dengan menggunakan rel panjang atau pendek, tetapi
selalu mencoba untuk menggunakan rel yang ada di tempat.

Penyelidikan apapun yang digunakan, yakinkan bahwa Jm


didapat. Pada daerah reparasi khusus, Jm +5 pada daerah
reparasi semesta dan Jm +10 pada daerah rayapan sistimatis.
341

5.5. CONTOH-CONTOH.

Prinsip Metode.

Perhatikan apa yang terjadi pada siar rel bila rel didrek
dengan arah dan nilai yang telah ditentukan.

Perhatian : Batas pengedrekan rel sampai seminimal mungkin.

Contoh 1:
 Sambungan yang berada sebelum rel 1
Rentangan KANAN
mempunyai nilai siar 10 mm Untuk dapat
Nilai siar yang diukur
Nomor rel ( 3 )

nilai siar 5 mm, drek rel No.1 ke : .


Nilai pengedrekan
n sambungan

dan arah
Jumlah J

Perhitungan
penolong
J yang

J yang
diukur

perlu

 Nilai siar (1,2) antara rel 1 dan 2, sebelum


3 4 5 6 7 8 rel 1 didrek adalah 10 mm. Sesudah rel 1
didrek nilainya menjadi (10 + 5) = 15 mm.
10 5 1 Untuk nilai siar (1,2) menjadi 5 mm, drek
5
10 5 2 rel 2 sebesar (15 – 5) = 10 mm ke : .
10
2 5 3
7
1 5 4 Demikian seterusnya untuk siar (2,3) dan
3
2 5 5 lainnya.
6

Contoh 2 :
 Nilai siar yang berada sebelum rel 1
Rentangan KANAN
adalah 1 mm untuk nilai siar ini menjadi
Nilai siar yang diukur
Nomor rel ( 3 )

5 MM, drek rel 1 sebesar (5-1) = 4 mm ke


Nilai pengedrekan
n sambungan

dan arah

: .
Jumlah J

Perhitungan
penolong
J yang

J yang
diukur

perlu

3 4 5 6 7 8  Nilai siar (1,2) adalah 2 mm. Jika rel


didrek 4 mm ke : . Maka nilai siar (1,2)
1 5 1 akan menjadi (2 – 4) = -2 mm. Hal ini tidak
4
2 5 2 mungkin. Mengatasinya adalah dengan
7
10 5 3 mengedrek rel 2 sebesar (4 – 2) = 2 mm
3
6 5 4 ke : .
4
6 5 5
5
6
342

 Dengan cara ini, nilai siar (1,2) akan menjadi 0. Untuk


mendapat nilai siar 5 mm, rel 2 didrek sebesar 5 mm
ke : .
Pengedrekan rel 2 akan menjadi (2 + 5) = 7 mm ke : .

Catatan :

Bila rel 2 didrek, memungkinkan nilai siar (2,3) tidak


dapat menahankan nilai 5 m (hal ini tidak terjadi pada
contoh ini).

Dalam praktek, itu bukan suatu masalah, sebab pekerjaan


pengedrekan akan dilaksanakan agar situasi tersebut
tidak akan terjadi.

 Nilai siar (2,3) adalah 10 mm. Kalau rel 2 didrek


sebesar 7 mm ke : . Maka nilai siar (2,3) akan menjadi
(10 - 7) = 3 mm. Untuk nilai siar (2,3) menjadi 5 mm,
rel 3 didrek sebesar (5 – 3) = 2 mm ke : dan
seterusnya.

Contoh 3 : (Rentangan rel kanan).


Keterangan :
 Daerah yang dikerjakan adalah daerah reparasi khusus.
 Temperatur 26 oC.
 Panjang rel 24 m.
Jm adalah 15 mm. Jm merupakan harga 4 nilai siar rel. Secara
praktis, kalau diperlukan, nilai siar yang harus
dikembalikan pada tiap sambungan adalah minimumnya : 15 mm/4
= 3,75 mm 4 mm.

a. Perhitungan J.
Jumlah J dari 4 nilai siar adalah kurang dari 15 mm,
antara :
 Rel no. 7 dan 10
 Rel no. 15 dan 18
 Rel no. 24 dan 25
b. Pengaturan siar rel.
Jadi cari pada daerah sekitarnya, harga yang memungkinkan
mengembalikan Jm.
Pada siar (7,8), J = 6 mm, Jm = 15 – 6 = 9 mm, jadi 9 mm
yang harus didapat untuk mengembalikan Jm.
Jika diberikan 4 mm : pada siar (7,8), nilai siar (7,8)
ditambah dengan 4 mm.
Jika diberikan 4 mm : pada siar (6,7), nilai siar (6,7)
ditambah dengan 4 – 1 = 3 mm.
343

Jika diberikan 4 mm : pada siar (5,6), nilai siar (5,6)


ditambah dengan 4 – 1 = 2 mm.
Dengan cara tersebut, Jm dikembalikan, tetapi 9 mm harus
didapat dari daerah bagian atas, dimana nilai siar adalah
lebih besar.
Jika diberi 4 mm : pada siar (4,5), masih harus didapat
(4 – 3) = 1 mm lagi, dan jumlah mm yang
harus didapat sekarang menjadi 10 mm.
Jika diberi 4 mm : pada siar (3,4), ada (4 – 12) = - 8
mm yang dikembalikan sehingga jumlah mm
yang harus didapat sekarang menjaadi (10 –
8) = 2 mm.
Jika diberi 4 mm : pada siar (2,3), masih harus didapat
(4 –3) = 1 mm, sehinmgga jumlah mm yang
harus didapat sekarang menjadi (2 + 1) = 3
mm.
Jika diberi 4 mm : pada siar (1,2), ada (4 – 7) = -3 mm
yang dikemlaikan dan yang merupakan nilai
jumlah mm yang seharusnya didapat.
344

BENTUK PENGUKURAN NILAI SIAR REL


IINSPEKSI : 12 Data-data untuk menetukan Jm PENGUKURAN DK PEMERIKSAAN DK
SEKSI : 121 No. Tgl Oleh Tgl Tandda tangan
DISTRIK : 121 B
Rangkak normal / sistimatis
REGU : VI Tipe alat-alat penambat : Pandrol Petama
Lintas dari : Kertapati Bantalan kayu Kedua
Sampai : Tanjung karang
Panjang : 24 m

Km…4 + 800…s/d Km ..5 + 376 RS atau RK ( # ) n=4 Kontrol


Catatan :
16) Mandor mengisi kolom 1,2,3,4,10 bahkan 14, serta kolom 17 dan 19 jika disuruh DK.
17) Untuk sumbangan selang-seling , tulis hasil pengukur dengan selisih untuk tiap rentangan angka genap atau ganjil.
18) Pengkuran harus dilakukan pada daerah yang homogen (panjang rel sama, jenis alat penambat sama, dll).
19) Pada lengkungan, hasil mengukur rel dalam dan rel pendek, harus ditandai dengan warna.
20) Kemajuan ( M ) dan kelambatan ( L ) dari rentangan kanan dibandingkan dengan rentangan kiri.

Rentangan KANAN Rentangan KIRI Penyikuan PENGUKURAN KEDUA

Nilai pengedrekan
Nomor rel ( 3 )
Rentangan Rentangan
Suhu dan Ja

Nilai siar yang diukur Nilai siar yang diukur

“n” sambungan
“n” sambungan

dan arah
Kanan kiri
pengedrekan

pengedrekan

pengedrekan
Kn, Hn

Jumlah J

Jumlah J

Sesudah
Sebelum
dan arah
Nilai
Penolong

penolong
Pehitung

Perjhitun
J yang

J yang

J yang
J yang
diukur

diukur
J J
perlu

perlu
gan
an

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

4+800
26 o C

11 6
0 0
7 -3 4 1 8 -3 5
3 3
M M
3 +1 4 2 7 -3 4
10 14
2 6
4 M M
23 12 -8 4 3 31 10 -6
11 13
10 12
25 3 +1 4 4 27 2 +2 4 M8 M7
4+900 9 10
20 2 +2 4 5 20 1 +3 4 M6 M6
7 7
18 1 +3 4 6 14 1 +3 4 M2 M6
4 4
6 0 +4 4 7 4 0 +4 4
0
8 5 0 8 6 4 0 4
0
12 6 9 6 1 +3 4
5+100 3
19 8 10 11 6 -2 4
1
22 3 11 19 8 -4 4
Jm = 15 mm

3
22 5 12 15 0 +4 4
1
21 5 13 14 0 +4 4
5
14 14 6 -2 4
5+100 16 3
3
13 0 +4 4 15 14 8 -4 4
4 1
9 1 +3 4 16 24 10 -6 4
7 7
13 9 -5 4 17 26 2 +2 4
2 5
5+200 21 11 -2 4 18 22 2 +2 4
0 3
29 8 -3 4 19 17 3 +1 4
3 2
35 7 -3 4 20 7 0 +4 4
6 2
31 5 -1 4 21 5 0 +4 4
5+300
7 6
21 1 +3 4 22 9 6 -2 4
4 4
15 2 +2 4 23 14 8 -4 4
5+376 2 0
24 18 4 0 4
26 o C

10 2 +2 4
0 25
( # ) Coret yang tidak perlu.
345

Sekarang dapat dilihat, bahwa Jm pada siar (8,9) dan


(9,10) didapat disebabkan penambahan nilai siar (6,7) dan
(7,8).

Cara yang sama dilakukan untuk daerah sekitar rel 15 dan


18, serta rel 24 dn 25.

6. PELAKSANAAN PENGEDREKAN REL.


6.1. PEMBERIAN TANDA-TANDA.

Sesudah perhitungan.

Ambil satu bantalan pedoman yang kedudukannya di tengah


panjang rel.

 Tandai pada bantalan ini, nilai dan arah pengedrekan.

 Gambar satu garis pedoman pada bagian ujung bantalan.

 Gambar satu garis lainnya pada kaki rel, sehingga jarak


antara garis-garis pedoman pada bantalan dan pada rel
merupakan nilai pengedrekan.

6.2. PELAKSANAAN PENGNEDREKAN.

Untuk pengedrekan rel, gunakan “alat pengedrekan rel”.


Pengedrekan diselesaikan bila kedua garis pedoman
disambungkan.

Pelaksanaan pengedrekan dimulai dari daerah dimana siar rel


terlalu lebar/terbuka sampai ke daerah dimana siar rel
terlalu rapat/tertutup.
346

Catatan :

 Jika selama pengedrekan sambungan, lubang-lubang pelat


penyambung tidak bersamaan dengan lubang-lubang pada
rel, gunakan pelat penyambung dengan lubang-lubang yang
berbentuk oval. Dalam hal ini, klem penjepit bentuk “C”
digunakan, sedangkan baut tidak diperlukan.
 Selama pengedrekan siar pada sambungan, nilai siar tidak
boleh melebihi 50 mm. Antara 25 dan 50 mm, siar harus
diisi dengan satu rel pengisi/patok yang harus mempunyai
tipe dan keausan yang sama dengan rel pada sambungan.

Peralatan pengedrekan tipe SCHOLLAERT.

Untuk mengedrek rel, alat pengedrek dipasang pada bagian


sisi luar rel pada lubang-lubang pelat penyambung, dan
dikunci pada sisi dalam rel. Alat pengedrek ini bekerja
sebagai pelat penyambung dimana kereta api dapat lewat pada
sambungan tanpa bahaya.

Namun, tidak disarankan bahwa alat pengedrek ini tinggal


pada sambungan selama kereta lewat untuk menghindari
terjadinya kerusakan alat ini.

Rel dilepaskan dari bantalan dengan membuka sedikitnya


tierpon atau baut penambat. (lihat gambar)

PENGGUNAAN PERALATAN PENGEDREKAN REL


347

Lampiran A (1/2)

BENTUK PENGUKURAN NILAI SIAR REL (1/2)


IINSPEKSI : Data-data untuk menetukan Jm PENGUKURAN DK PEMERIKSAAN DK
SEKSI : No. Tgl Oleh Tgl Tandda tangan
DISTRIK :
Rangkak normal / sistimatis
REGU : Tipe alat-alat penambat : Petama
Lintas dari :
Sampai : Kedua
Panjang :
n= Kontrol
Km………………………s/d Km………………………….. RS atau RK ( # )
Catatan :
21) Mandor mengisi kolom 1,2,3,4,10 bahkan 14, serta kolom 17 dan 19 jika disuruh DK.
22) Untuk sumbangan selang-seling , tulis hasil pengukur dengan selisih untuk tiap rentangan angka genap atau ganjil.
23) Pengkuran harus dilakukan pada daerah yang homogen (panjang rel sama, jenis alat penambat sama, dll).
24) Pada lengkungan, hasil mengukur rel dalam dan rel pendek, harus ditandai dengan warna.
25) Kemajuan ( M ) dan kelambatan ( L ) dari rentangan kanan dibandingkan dengan rentangan kiri.

Rentangan KANAN Rentangan KIRI Penyikuan PENGUKURAN KEDUA

Nilai pengedrekan
Nomor rel ( 3 ) Rentangan Rentangan
Suhu dan Ja

Nilai siar yang diukur Nilai siar yang diukur

“n” sambungan
“N” sambungan

dan arah
Kanan kiri
pengedrekan

pengedrekan

pengedrekan
Kn, Hn

Jumlah J

Jumlah J

Sesudah
Sebelum
dan arah
Nilai
Penolong

penolong
Pehitung

Perjhitun
J yang

J yang

J yang
J yang
diukur

diukur
J J
perlu

perlu
gan
an

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

( # ) Coret yang tidak perlu.


348

Lampiran A (2/2)
BENTUK PENGUKURAN NILAI SIAR REL (2/2)
IINSPEKSI : Data-data untuk menetukan Jm PENGUKURAN DK PEMERIKSAAN DK
SEKSI : No. Tgl Oleh Tgl Tandda tangan
DISTRIK :
Rangkak normal / sistimatis
REGU : Tipe alat-alat penambat : Petama
Lintas dari :
Sampai : Kedua
Panjang :
n= Kontrol
Km………………………s/d Km………………………….. RS atau RK ( # )
Catatan :
26) Mandor mengisi kolom 1,2,3,4,10 bahkan 14, serta kolom 17 dan 19 jika disuruh DK.
27) Untuk sumbangan selang-seling , tulis hasil pengukur dengan selisih untuk tiap rentangan angka genap atau ganjil.
28) Pengkuran harus dilakukan pada daerah yang homogen (panjang rel sama, jenis alat penambat sama, dll).
29) Pada lengkungan, hasil mengukur rel dalam dan rel pendek, harus ditandai dengan warna.
30) Kemajuan ( M ) dan kelambatan ( L ) dari rentangan kanan dibandingkan dengan rentangan kiri.

Rentangan KANAN Rentangan KIRI Penyikuan PENGUKURAN KEDUA

Nilai pengedrekan
Nomor rel ( 3 ) Rentangan Rentangan
Suhu dan Ja

Nilai siar yang diukur Nilai siar yang diukur

“n” sambungan
“n” sambungan

dan arah
Kanan kiri
pengedrekan

pengedrekan

pengedrekan
Kn, Hn

Jumlah J

Jumlah J

Sesudah
Sebelum
dan arah
Nilai
Penolong

penolong
Pehitung

Perjhitun
J yang

J yang

J yang
J yang
diukur

diukur
J J
perlu

perlu
gan
an

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

42

43

44

45

46

47

48

49

50

( # ) Coret yang tidak perlu.


PERALATAN UNTUK MENGUKUR NILAI SIAR
KETEBALAN ALAT 8 mm

20 150
12 144 6
349

9
8
7
5
6
3
4

20

25
25
24
23
22
21
19
18
17
15
16
14
13
12
10
11

12,5 25,5 144,5 5,5

182,5
Lampiran
B
ALAT ANTI RAYAP REL
Untuk rel R. 33

60°
42
57

30

R=55
350

R. 33
122

5 5

R=55

R=5

30
R=
R=30 28
65

37,5 15 52,5 24
55

95,5 76,5

172

9
Lampiran C
A 'PANDROL' BRAND FASTENING COMPONENT
( PROVISIONAL)

111

84
22
16

10 22
R=9

14
22

13,5
4,5
351

50

BOND TO BE SMOOTH
& FREE KINKS

MATERIAL : SIO 70 SPRING STEEL BRAND ON UNDCRSIDC 'R. 14 A'


BAR SIZE 22,28

PANDROL AUSTRALIA PTY LIMITED


NOTE : 7 BESSEMER STREET, BLACKTOWN
FORMING OF ANCHOR WILL CAUSE SOME
CEFORMATION OF THE BAR SECTION IN RAIL ANCHOR TO SUIT
CERTAIN ARCAS R. 14A RAIL
Lampiran D
352

Lampiarn E
353

BAGIAN 2.7d

PENYIKUAN SAMBUNGAN
354

BAGIAN 2.7d

PENYIKUAN SAMBUNGAN

8. TUJUAN.
Karena adanya rayapan pada rel dan karena pengedrekan rel
(dilakukan untuk menghentikan rayapan), ketidak sikuan
sambungan di luar batas dapat terjadi. Tujuan penyikuan
sambungan adalah untuk mengembalikan kedudukan kedua
rentangan rel pada sambungan dalam toleransinya.

9. MENGUKUR KESIKUAN SAMBUNGAN.

Pengukuran kesikuan sambungan dilakukan pada waktu


pengukuran celah sambungan.
PADA JALAN LURUS.

Pemeriksaan cukup dengan membuat beberapa pengukuran secara uji


petik tiap kilometer.
Penyikuan sambungan pada jalan lurus pada daerah yang di
luar batas hanya dapat dilakukan dengan mengedrek satu
rentangan atau kedua rentangan rel.

Mulai pengukuran dari tempat, dimana kedua rentangan rel


sudah siku.

PADA LENGKUNGAN.

Untuk mempertimbangkan perbedaan panjang antara rentangan


rel dalam dan rentangan rel luar, rel yang pendek dan rel
yang normal diletakkan secara bersama-sama.

Ukur nilai kesikuan pada tiap sambungan (dekat MBA dan ABA).

Kalau titik permulaan berada pada lengkungan, coba ukur


(kalau mungkin) dengan mulai dari satu sambungan yang berada
pda satu rel pendek, dimana nilai kesikuannya kurang atau
sama dengan 1 2 perbedaan antara pajang rel normal dan
panjang rel pendek.

Lakukan itu, walupun cara ini memperpanjang daerah yang akan


diperbaiki.
355

PRINSIP PENGUKURAN.

 Ukur nilai kesikuan dengan memilih satu rentangan rel


pedoman.

 Untuk rentangan lainnya, catat nilai kesikuannya dengan


tanda “M” bila rentangan ini lebih maju dari rentangan
pedoman dan dengan tanda “B” bila lebih terbelakang.

TOLERANSI-TOLERANSI.

Toleransi tentang kesikuan harus sesuai dengan yang berikut


:

 Untuk pemasangan jalan rel.

Pada jalan lurus : Tidak menyikukan sambungan maksimum


10 mm.
Pada lengkungan : Tidak menyikukan sambungan maksimum
1 perbedaan antara panjang rel
2
normal dan panjang rel pendek.

 Untuk perawatan jalan rel.

Praktekkan nilai toleransi sebesar 20 mm di atas toleransi yang diberikan untuk


pemasangan jalan rel.
356

Contoh :
Suatu lengkungan dengan rel-rel panjang 13,60 m dan 13,50 m.
Perbedaan panjang rel adalah (13,60 – 13,50) m = 0,1 m atau
sama dengan 100 mm, maka :
 Toleransi kesikuan untuk pemasangan adalah : 1 x 100 =
2
50 mm.

 Toleransi kesikuan sambungan untuk perawatan adalah =


toleransi kesikuan pemasangan + 20 mm = 1 x 100 mm + 20
2
mm = 70 mm.

METODE PERHITUNGAN.

Pada daerah dimana kesikuan di luar batas.

Rel yang berada sebelum sambungan pertama dimana kesikuan di


luar batas, diganti dengan rel yang berikut sambungan yang
terakhir dimana kesikuan juga di luar batas.

Yakinkan, bahwa tidak ada rel yang mempunyai panjang berbeda


dari panjang rel normal atau pendek. Bila tidak pasti, lebih
baik untuk melakukan pemeriksaan sebelum rel diganti.

C o n t o h
Rel-rel
dengan
panjang Ukuran kesikuan
13,60 m sambungan M (maju) B
dan (terbelakang)
Penukaran rel
13,50 m Catatan
yang dilakukan
r R
rentangan rentangan
lain pedoman

Rel-rel
M. 40 pada
Di luar (M. 80 rentangan
batas (M. 90 yang
toleransi (M. 100 pedoman
M. 10 yang
ditukar

Bisa mengerjakan perhitungan pengedrekan rel dan penyikuan


sambungan pada waktu yang bersamaan.

Perhitungan ini harus dilakukan oleh Kepala Distrik.


357

BAGIAN 2.8

R E L
358

BAGIAN 2.8a

PENGISIAN LOGAM PADA

UJUNG KEPALA REL

PENENTUAN DAERAH PENGISIAN LOGAM


359

BAGIAN 2.8a

PENGISIAN LOGAM PADA


UJUNG KEPALA REL

PENENTUAN DAERAH PANGISIAN LOGAM

PEMERIKSAAN UJUNG KEPALA REL.

Sepanjang tahun terjadi landutan permukaan di atas kepala


rel (tempat roda lewat) yang diakibatkan oleh keausan,
pukulan, serpihan logam pada ujung rel. Untuk mengembalikan
bentuk aslinya, pada permukaan atas kepala rel diisi logam
dengan menggunakan las karbit.

Daerah yang diusulkan untuk diperbaiki adalah daerah dimana


lebih dari 50 % sambungan memperlihatkan lendutan dengan
nilai lebih besar dari :

8 mm untuk UIC 1 sampai


10 grup 4.
12 mm
10 untuk UIC 5 sampai
20 mm grup 6.
10
untuk UIC 7 sampai
grup 9.

PENGUKURAN KEKURANGAN.

Pengukuran kekurangan dilakukan pada ujung kepala rel dengan


menggunakan suatu mistar dengan panjang 0,50 m dan satu set
pasak pengukur.

Lihat pada gambar-gambar yang berikut ketiga pengukuran yang


harus dilakukan.
360

3a

3b

Dari ketiga nilai pengukuran yang didapat, nilai yang di


catat adalah nilai yang terbesar.

Catatan :

 Pengukuran ini dilakukan pada sambungan jika


persyaratan-persyaratan yang berikut dipenuhi :

Angkatan sambungan dan bidang kontak penyambung rel


berada dalam kondisi yang baik.

 Pengisian logam dengan las karbit harus dikerjakan oleh


seorang ahli yang dipilih dan diperintahkan oleh
Eksplotasi.
361

BAGIAN 2.8b

PENGGANTIAN REL UNTUK

PERAWATAN RUTIN
362

BAGIAN 2.8b

PENGGANTIAN REL UNTUK


PERAWATAN RUTIN

1. PERSYARATAN UNTUK PENGGANTIAN REL.

KAPAN MENGGANTI REL ?

Satu rel harus diganti di tempat bila ada salah satu dari
kerusakan seperti berikut :

a) Rel pecah atau mempunyai kerusakan yang cukup serius


dan bisa putus pada waktu yang akan datang.

Daftar kerusakan-kerusakan rel dari UIC memperlihatkan


gambar-gambar dan petunjuk-petunjuk yang dapat
digunakan.

b) Rel mencapai batas keausannya.

Keausan ditentukan dengan rumus :

U + u + e2

Dimana :

U = Keausan
kepala rel
u = Keausan kaki
rel
e = Keausan
samping

Keausan (U + u) diukur dengan jangka ukur.

Keausan “e” didapat dengan menghitung perbedaan antara


lebar kepala baru dan lebar kepala yang ada. Lebar
kepala diukur 15 mm di bawah permukaan atas kepala rel.
363

Pengukuran lebar kepala rel dan ketinggian rel dengan


jangka ukur.

Keinggian rel normal


U
a
b e
Keinggian rel yang telah ada
15 mm

a = Lebar kepala rel baru.


b = Labar kepala rel yang aus.
a,b Diukur 15 mm di bawah permukaan atas kepala rel.
e = Keausan samping kepala rel.
U = Keausan bidang permukaan atas kepala rel (tempat
roda lewat).
u = Keausan kaki rel.

Ukur ketinggian rel pada titik yang teraus dan dikurangi


nilai ini dari nilai ketinggian rel yang normal.
Perbedaan ini merupakan jumlah keausan vertikal n (U +
u).

Ukur keausan “e” pada 15 mm di bawah bidang permukaan


atas kepala rel dengan menggunakan jangka ukur.

Jumlah keausan vertikal dan setengah kausan samping.


Jika jumlah keausan ini melebihi batas yang ada pada
tabel keausan, maka rel harus diganti.

Jumlah kausan adalah U + u + e


2
364

BATAS KEAUSAN YANG DIPERBOLEHKAN

BATAS KEAUSAN U + u + e
2
GRUP UIC
TIPE REL 1 – 6
7 – 8
7 dan 8
(tanpa penumpang)
(dengan kereta api
dan 9
penumpang)
R 25 7 8
R 33 10 11
R 41/R 42 15 16
R 50 18 19
R 54 20 22

c) Ketebalan badan menipis sebesar 3 mm.

Hal ini harus diperiksa secara khusus pada terowongan


atau pada tempat-tempat basah, bila pengkaratan cukup
serius.

d) Keausan pada bidang kontak penyambung.

Keausan ini tidak dapat diperbaiki walaupun dengan


menggunakan pelat pengisi (pelat Cis) atau pelat
penyambung baru.

e) Keausan samping rel (sisi bagian dalam rel).

Keausan ini mencapai lengkungan peralihan bahwa kepala


rel (gambar 1) atau sudut antara bidang keausan dengan
sumbu vertikal rel diukur dengan alat pengukur khusus
seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3.
365

Secara praktis, banyak rel diganti karena sebab-sebab :

 Pecahan atau kerusakan (butir a).


 Kerusakan sambungan (butir d).
 Keausan samping yang besar (butir e).
 Pengkaratan pada badan rel di terowongan (butir c).

Kadang-kadang rel diganti karena kausan vertikal.

PENENTUAN TEMPAT KERUSAKAN/CACAD.

Penentuan tempat kerusakan dibuat oleh Mandor.


Sesuai dengan sifat kerusakan, Kepala Distrik menentukan
apakah rel harus diganti atau tinggal di bawah pengawasan.

Kerusakan-kerusakan utama adalah, rel bengkok, kerusakan


pada bidang permukaan atau retakan.

Jika kerusakan tidak besar, rel tetap tinggal pada


kedudukannya. Inspeksi rutin/patroli pada jalan rel,
memungkinkan memeriksa perubahan kerusakan, Jika kerusakan
meningkat, rel harus diganti.
366

PEMERIKSAAN TAHUNAN REL.

Pemeriksaan yang paling besar dilakukan berdasarkan


penglihatan terhadap rel, yaitu :

 Pengamatan bidang permukaan atas kepala rel (tempat roda


lewat), sisi samping rel, bagian peralihan antara badan
dan kepala rel bagian peralihan antara badan dan kaki
rel (gunakan cermin kecil untuk memeriksa bagian
peralihan tersebut).
 Pengamatan lasan pada rel panjang menerus (RPM).
 Pemeriksaan dilengkapi dengan pengujian suara, dengan
menggunakan sebuah palu (berat 500 gram, panjang tangkai
0,7 m).
 Pemeriksaan ini dilakukan pada bidang permukaan
penyambung, Pukulan pertama diberikan pada tempat 2 cm
dari ujung rel, kemudian tiap 10 cm sepanjang bidang
permukaan penyambung.
 Untuk mengetahui lokasi suatu retakan horizontal, pegang
palu pada bagian ujung tangkai, kemudian jatuhkan palu
kebidang permukaan kepala rel pada suatu ketinggian yang
cukup rendah.
 Untuk mengetahui lokasi retakan vertikal, pukul kepala
rel pada kedua sisi kepala rel.
Jika palu memantul dan pukulan menghasilkan suara
nyaring, tidak ada kerusakan.
Jika palu tidak memantul dan pukulan menghasilkan suara
kosong maka buat pemeriksaan yang lebih lengkap.

PEMERIKSAAN TAMBAHAN.

Kerusakan yang berada dalam baja yang tidak bisa dilihat


tidak dapat diperoleh dengan cara-cara biasa. Satu detector
ultrasonic digunakan untuk mendeteksi kerusakan tersebut.

Kerusakan rel secara umum adalah :


367

1. Retakan melintang.
2. Retakan memanjang pada kepala rel.
3. Retakan vertikal pada kepala rel.
4.1. Kerusakan pada permukaan/shelling.
4.2. Legokan dengan atau tanpa serpihan (Aanslaag).
5. Retakan berbentuk bintang.
6. Retakan memanjang pada bagian peralihan rel.

REL PATAH :

REL DIKATAKAN PUTUS JIKA TERBAGI DALAM


DUA BAGIAN ATAU JIKA BAGIAN BIDANG
PERMUKAAN ATAS KEPALA REL (TEMPAT RODA
LEWAT) HILANG DENGAN UKURAN-UKURAN
PANJANG 50 MM DAN DALAMNYA 10 MM ATAU
LEBIH BESAR.
368

BAGIAN 2.8c

PERBAIKAN REL PUTUS


369

BAGIAN 2.8c

PERBAIKAN REL PUTUS


1. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN.
1.1 LANGKAH 1 : LAKSANAKAN PERBAIKAN DARURAT.

1.1.1 Penjelasan penting – pendahuluan.


Pengeboran pada rel yang mempunyai kerusakan di dalam baja
seperti retakan memanjang kepala rel, retakan vertikal dan
memanjang pada kaki rel dapat menyababkan kerusakan-
kerusanan lainnya, kalau rel putus tidak disebabkan oleh
kerusakan permukaan seperti legokan dari aanslaag.
Oleh karena itu, dilarang melubangi rel.

Dalam segala hal, pemasangan pelat penyambung sementara


harus dilaksankan denngan menggunakan klem (penjepit)
khusus.
Seluruh bidang permukaan harus didukung oleh balok
pendukung dan dipecok dengan sempurna.

1.1.2 Memilih penggunaan pelat penyambung.


Keadaan 1 :
Lasan yang putus berada antara dua rel dengan profil yang
sama, maka gunakan pelat penyambung dengan bentuk seperti
gambar di bawah ini.
370

Keadaan 2 :

Lasan putus berada antara dua rel dengan profil berbeda :


gunakan pelat penyambung khusus seperti gamabr di bawah
ini.

Keadaan 3 :

Putus berada rel biasa.


Gunakan pelat penyambung biasa untuk mendukung rel yang
putus.
Perhatian :
Jika posisi celah putusnya rel dari pada ujung rel, tidak
memungkinkan memasang pelat penyambung secara simetris dari
pada celah tersebut, maka perbaikan darurat tidak boleh
dilakukan.
Lakukan langsung perbaikan sementara.

Jika bagian bidang permukaan atas kepala rel (tempat roda


lewat) hilang dengan ukuran-ukuran panjang 50 mm dan
dalamnya 10 mm atau lebih besar, maka perbikan darurat
tidak boleh dilakukan.
Lakukan langsung perbaikan sementara.
371

1.2. LANGKAH 2 : LAKUKAN PERBAIKAN SEMENTARA.

Sering terjadi rel tidak mungkin diganti dengasn segera.


Untuk sementara, pasang potongan rel dengan panjang minimum
4 m pada bagian yang putus.

Jangan kurang dari 4 m untuk kebaikan jalan rel.

Potong bagian ujung rel putus sepanjang minimum 20 cm untuk


memasang rel sementara 4 m.

1.2.2. Keadaan Umum.


372

1.2.2. Keadaan Khusus.

Keadaan I

Keadaan II

Keadaan III

Keadaan IV
373

Setasiun yang terdekat dari regu, harus mempunyai


persedidaan potongan rel sementara panjang 4 m untuk tiap
jenis rel. Potongan rel harus telah dilubangi pada ujung-
ujungnya.

Jangan mepotong atau melubangi rel dengan memakai pemotong


pijar.

Pemotongan harus dilakukan dengan menggergaji rel dan


dilubangi dengan mesin bor.

Seluruh penggantian rel harus dikerjakan dengan memasang


semboyan 3.

1.3. LANGKAH 3 : MENGGANTI REL.

Periksa, apakah rel baru sama (panjang, lubang, keausan)


dengan kondisi rel disekitarnya. Perbedaan ketinggian harus
kurang dari 1 mm.

Untuk memegang rel, gunakan Tang pengangkat rel dan Tang


pemutar rel.
374

Hindarilah penggantian rel bilamana temperatur terlalu


tinggi atau bilamana temperatur sedang meningkat. Kalau
tidak mungkin diikuti, jagalah rel baru dalam keadaan
dingin dengan melindunginya (dengan rumput, karung basah)
dari panas matahari.
Perhatian :
Nilai siar cukup pada kedua ujung rel dan pengencangan alat
penambat dilakukan dengan baik.
Sebelum menyetel sambungan dan mengunci baut penyambung :
 Bersihkan alat penambat.
 Minyaki bagian uliran baut.
 Minyaki dengan gemuk tirepon-tirepon sebelum dipasang.

1.4. RINGKASAN LANGKAH-LANGKAH YANG DILAKUKAN KETIKA REL PUTUS.

TERJADI REL PUTUS : -------- K.A. DIHENTIKAN :

PERTAMA : PERBAIKAN DARURAT


REL NORMAL, PANJANG DAN PANJANG MENERUS (RPM)

Tempat rel putus.

Pada jarak kurang 4 m dari Pada jarak lebih 4 m


sambungan. dari sambungan.

1. Pasang pembatasan kecepatan 5 km/jam 2. Pasanng pembatas kecepatan 20 km/jam


(SEMBOYAN 2C) (SEMBOYAN 2B).
Pehatian : Jika posisi celah putusnya rel dari pada
ujung rel tidak memungkinkan memasang
pelat penyambung secara simetris dari
pada celah tersebut, maka perbaikan
darurat tidak boleh dilakukan.
Lakukan langsung perbaikan sementara.

Jika bagian bidang permukaan atas kepala rel hilang dengan


ukuran-ukuran panjang 50 mm dan dalamnya 10 mm atau lebih
besar, maka perbaikan darurat tidak boleh dilakukan.
Lakukan langsung perbaikan sementara.

2. Periksa sedikitnya satu kali sehari dan minimumnya satu


kali pada saat yang paling panas pada siang), dan lakukan :
 Pengencangan klem.
 Padatkan blok pendukung dan bantalan sekitaranya.
375

KEDUA : PERBAIKAN SEMENTARA

REL NORMAL DAN PANJANG REL PANJANG


MENERUS (RPM)

1. Dengan menggunakan klem. a) Lubangi rel sehingga pelat


a) Pasang pembatasan kecepatan 40 penyambung dapat dipasang dengan baut
km/jam (SEMBOYAN 2A). 9tidak boleh pakai klem).
b) Periksa sedikitnya satu kali sehari
dan minimumnya satu kali pada saat yang b) Pasang pembatasan kecepatan
paling panas pada siang), dan lakukan 40 km/jam (SEMBOYAN 2A).
pengencangan klem.
2. Tanpa menggunkan klem (dibaut). c) Periksa satu kali sehari pada saat
Cabut semboyan dan kembalikan pada yang paling panas siang.
KECEPATAN NORMAL.

Catatan : Hindari penggunakan klem tiap kali


maungkin.

KETIGA : PERBAIKAN TETAP

REL NORMAL DAN PANJANG REL PANJANG


MENERUS (RPM)

1. GANTI REL 1. GANTI REL


2. Kembalikan pada KECEPATAN 2. LAKUKAN PENYERAGAMAN ,
NORMAL PEMBEBASAN TEGANGAN ATAU
TIDAK,sesuai dengan lokasi pengelasan yang
terekat daripada ujung RPM. (lihat tabel
ringkasan tentang penyeragaman, pembebasan,
pembebasan tegangan).
3. Kembaliakan pada KECEPATAN NORMAL.
Catatan :
Kalau perlu penyeragaman atau
pebebasan tegangan diperlukan dan
tidak dilakukan, pasang atau tetapkan
SEMBOYAN 2A (40 Km/jam).

PERHATIAN :

Masa perbaikan SEMENTARA


Tidak boleh lebih dari 2
minggu.
376

2. PERBAIKAN REL PUTUS ATAU KERUSAKAN PADA RPM.


Temperatur pemasangan pada RPM adalah antara 35oC dan 40oC.
Perbaikan tetap pada RPM hanya dapat dilaksanakan jika
temperatur di bawah 35oC.
Prinsip Pelaksanaan :
Masukkan pada rel kwantitas baja yang sama dengan kwantitas
baja yang dikeluarkan.

2.2. REL PUTUS PADA JARAK LEBIH 200 M DARI UJUNG RPM.

2.2.2. Keadaan Pertama.

Rel putus pada tempat hasil pengelasan elektris dan dapat


diperbaiki dengan pengelasan termis.

Langkah 1 :
Kurangi rel sebesar (s-1) mm, sesuai untuk ketebalan
baja pengisi dari pengelasan termis.
(S-1) mm adalah jumlah material baja pengelasan. S mm
adalah celah yang perlu untuk melakukan pengelasan
termis.
Nilai S ini tergantung pada Pabrik Pembuatan.
Langkah 2 :
Kurangi celah sampai tercapai S mm dengan mengunakan
peralatan pengedrekan hidrolik.
Langkah 3 :
Bila celah telah mencapai S mm, buat satu tanda garis
pedoman pada kaki rel dan satu tanda garis lainnya pada
bantalan sekitar 0,50 m dari celah tersebut.
Garis tanda pada rel dan garis tanda pada bantalan
harus meerupakan suatu garis saja.
377

Selama pelaksanaan pengalasan, kedua tanda tersebut


(satu pada kaki rel dan satu pada bantalan) tidak boleh
bergeser.

Bila telah mencapai temperatur normalnya, buat sesegera


mungkin suatu “penyeragaman tegangan” sepanjang 50 m
disebelah kiri dan kanan titik pengelasan.

Penyeragaman tegangan dibuat dengan melonggarkan


sedikit alat penambat(*) sepanjang 50 m kiri-kanan rel
dari titik pengelasan rel, kemudian rel dipukul dengan
palu karet.
Selanjutnya kencangkan kembali alat penambat bila
temperatur telah tetap.
(*) Catatan :
Dengan sistim Pandrol : beberapa Klip per jumlah Klip
akan dilepaskan.
(Penjelasan lebih lengkap akan dilampirkan).

2.2.3. Keadaan Kedua.


Rel putus yang memerlukan penggantian potongan rel atau
hasil pengelasan putus yang tidak dapat diperbaiki dengan
pengelasan termis.

2.2.3.1. Perbaikan tetap dibuat langsung tanpa perbaikan


sementara.

Sediakan satu potongan rel dengan panjang yang cukup


(L).

1. Pada rel yang putus di


sepur, buat dua tanda halus
A dan B di depan tiap ujung
potongan rel yang
disediakan, pada ujung
bantalan.
2. Buku alat penambat
sepanjang AB.
3. Dari B, di luar AB, secara
tepat buat tanda halus C,
sehingga BC= e + 2(S-1)
mm, dimana
e = besarnya celah rel yang
putus.

S = besarnya celah (dalam mm) yang akan diatur untuk


tiap pengelasan.
378

4. Potong rel pada sepur di A dan C dengan cara yang sama


sesuai dengan garis pemotongan di A dan C dimana garis
pemotongan harus masih sedikit terlihat pada rel yang
tinggal di sepur.

5. Lepaskan alat penambat pada rel yang akan diganti dan


keluarkan kedua potongan dari rel putus tersebut.

6. Pasang potongan rel yang telah disediakan pada


posisinya, kemudian dengan mengatur celah sebesar S mm
pada satu ujungnya, misalnya pada A dan buat
pengelasannya.

Untuk pengelasan ujung yang kedua, jika celah terlalu


besar, maka nilai “S” haurs diatur dengan menggunakan
peralatan pengedrekan hidrolik.

Yakinkan bahwa rel tidak lari kedudukannya setelah


nilai “S” mm tercapai.

Selanjutnya, bila rel telah mencapai temperatur


normal, lakukan penyeragaman tegangan pada rel
pengganti dan pada 50 m kiri kanan titik-titik
pengelasan.

2.2.3.2. Perbaikan tetap dibuat setelah perbaikan sementara.


Jika perbaikan sementara telah dilakukan dengan memasang
potongan rel 4 m pada sepur, buat suatu celah pada tiap-
tiap ujung. Tetapi jangan lupa kwantitas baja yang
dikeluarkan.
Oleh karena itu, ikut cara yang berikut :
Rel sudah dipotong pada titik A dan B untuk memasukkan
potongan sementara panjang 4 m.
Sambungan kedua bagian yang
putus A’I dan JB’.Panjang rel yang
harus dipasang pada jalan harus
sama dengan : L= (A’I + JB’) –2(s-1)
+ 2 potongan.

Jika pemotongan dibuat dengan


gergaji, baja yang hilang adalah
setebal 2 mm dan jika dengan mesin
pemotong ABRASIVE baja hilang
adalah setebal 5 mm.

Dengan menggunakan gergaji, maka nilai L adalah :

A’I + JB’ – 2(S-1) + 4.


379

Dengan menggunkan mesin potong Abrasive, maka nilai L


adalah :

A’I + JB’ – 2(S-1) + 10 mm.

Selanjutnya pengelasan dapat dilakukan.

Selanjutnya buat penyeragaman tegangan seperti pada


keadaan pertama.

2.3. REL PUTUS ATAU KERUSAKAN PADA JARAK KKURANG DARI 200 M DARI
UJUNG RPM.

Caranya sama dengan penjelasan di atas, tetapi penggedrekan


rel (dengan peralatan penggedrek hidrolik) harus dilakukan
hanya pada daerah tegangan tengah RPM.

Penyeragaman tegangan dibuat sebagai berikut :

2.3.2. Keadaan pertama :

Pengelasan yang terdekat berada pada jarak lebih dari 100 m


dari ujung RPM.

Hentikan pembukaan alat penambat pada 100 m dari ujung RPM.

Contoh :

Satu rel dengan panjang 18 m harus ditempatkan antara 120


dan 138 m dari ujung RPM. Penyeragaman tegangan dibuat
antara 100 m dan 188 m dari ujung RPM.
380

2.3.3. Keadaan kedua :

Pengelasan terdekat berada antara 30 dan 100 m dari ujung


RPM.
Buat satu pembebasan tegangan dari titik yang berjarak 200
m dari ujung RPM sampai ujung RPM itu sendiri.

Pembebasan tegangan dibuat dengan mambuka alat penambat,


untuk meletakkan rel di atas tumpuan rol dan dengan
menggetarkan rel untuk mengurangi semaksimal mungkin
penggosokan.

 Longgarkan alat penambat secukupnya untuk meletakkan


rel di atas tumpuan rol yang ditempatkan setiap 10 atau
15 bantalan, pada daerah dimana dibuat pembebasan
tegangan.

 Getarkan keseluruhan panjang rel yan dilonggarkan


penambatnya, yaitu yang berada di atas tumpuan rol,
dengan memukul sisi kepala rel (menggunakan satu palu
kayu atau palu karet).

 Kencangkan secara bertahap alat penambat yang dimulai


dari titik awal, kemudian keluarkan tumpuan rol.
Lakukan terus pengencangan sampai ujung RPM.

 Pengencangan hanya dapat dilakukan bila temperatur


berada antara 35o C dan 40o C.
381

2.3.4. Keadaan ketiga :

Pengelasan terdekat berada pada jarak kurang 30 m dari


ujung RPM. Pemebebasan tegangan atau penyeragaman tegangan
tidak dibuat.

2.3. RINGKASAN TENTANG PENYERAGAMAN ATAU PEMBEBASAN


TEGANGAN.

Lasan Lasan termis


elektris yang yang putus atau
TIPE putus di rel putus
perbaiki atau diperbaiki
dengan dengan memasang
LOKASI pengelasan suatu potongan
termis. rel.
Rel putus pada jarak PENYERAGAMAN TEGANGAN
lebih dari 200 m. 50 m pada kiri-kanan pengelasan.

Pengelasan PENYERAGAMAN TEGANGAN


terdekat 50 m pada kiri-kanan pengelasan,
antara 100 tetapi sampai maksimum 100 m dari
m dan 200m. ujung RPM.
Rel
putus
berada Pengelasan PEMBEBASAN TEGANGAN
pada terdekat Antara 200 m dari ujung RPM.
jarak antara 100
kurang m dan 30 m.
dari
200 m.
Pengelasan
terdekat TANPA PENYERAGAMAN DAN
pada jarak PEMBEBASAN TEGANGAN.
kurang dari
30 m.
382

BAGIAN 2.9

B A L A S
383

BAGIAN 2.9a

PEMBERSIHAN BALAS
384

BAGIAN 2.9a

PEMBERSIHAN BALAS

2. PENDAHULUAN.
Suatu balas yang baik adalah balas yang bersih dan dapat ditembus, untuk
memungkinkan perputaran udara dari lapisan dasar balas, penguapan dan pengaliran air.

Kekotoran balas bagian permukaan oleh elemen-elemen dengan butiran kecil dan
pengotoran yang disebabkan oleh muatan-muatan kereta (bara, bahan yang bersipat
tepung, minyak, gemuk, dan lain-lain) menyebabkan lapisan balas bantalan digumpal
secara perlahan-lahan. Akibatnya bantalan berlumpur, tidak kokoh dan rayapan
bantalan.

Pembersihan balas memungkinkan akngkatan yang baik, karena menjaga material


(khususnya bantalan) dalam kondisi yang baik. Tetapi pembersihan balas hanya
tertentu, yakni terbatas pada daerah yang kotor, sambungan yang berlumpur. Kadang-
kadang pembersihan balas tidak cukup, lereng harus diperpanjang sampai Bereman
kerena tanah Bereman ini terlalu tinggi dibandingkan dengan lapisan dasar balas.

Pengukuran pencegahan untuk pembersihan balas.

Ikut peraturan pada bagian 2.0.

3. PELAKSANAAN PEMBERSIHAN.

Pembersihan harus dikerjakan selebar jalan rel dan pada lereng. Pada dasar galian harus
diberi kemiringan melintang sedikitnya 3 cm/m. Kemiringan ini harus diatur seperti
berikut :

Bagian dasar penggalian.

Mistar kemiringan 3 cm /m.


385

Metode yang digunakan.

 Keluarkan keseluruhan balas dari spasi 1 antara kedua bantalan.


 Kerjakan spasi (2). Balas dicangkul dengan belincong dan diambil dengan garpu.
Balas diayak dengan kuat di atas spasi (2) dan dipindahkan ke spasi (1).
 Sisa kotoran ayakan spasi (2) diambil dengan sekop dan dibuang keluar lereng.
Penambahan balas dilakukan secepat mungkin dengan balas baru.

PETUNJUK UMUM :
 Tentukan dengan teliti daerah yang memerlukan pembersihan.
 Jangan melakukan pembersihan pada saat hujan (gumpalan Lumpur pada balas
mengakibatkan pengayakan tidak efisien).
 Agar pengayakan sempurna, gunakan ayakan balas.

 Agar pembersihan bagian dasar galian sempurna, gunakan sekop.

ORGANISASI PEKERJAAN

NAMA PEKERJAAN : PEMBERSIHAN BALAS

JUMLAH ORANG YANG : o Bervariasi.


DIPERLUKAN
386

o Mandor mengawasi pekerjaan


secara berkala.

o 1 Garpu untuk tiap orang.


PERALATAN YANG :
DIPERLUKAN o 1 belincong/dandang untuk tiap
orang.

o 1 sekop.

HASIL RATA-RATA : o xxx meter tiap orang tiap hari.

Tidak ada.

LAMPIRAN :

xxx Dapat dilihat dalam lampiran khusus yang hanya digunakan oleh Kepala Distrik.
387

BAGIAN 2.9b

PENGEMBALIAN PROFIL BALAS


388

BAGIAN 2.9b

PENGEMBALIAN PROFIL
BALAS

4. DUKUNGAN TERHADAP BANTALAN JALAN


REL.
 Balas memberikan dukungan pada bantalan di bawah rel.

 Pemecokan balas di bawah bantalan harus dikerjakan pada bagian bantalan yang
langsung berada di bawah rel (lihat gambar) dan jangan pada bagian tengah
bantalan.

5. PENAMPANG MELINTANG BALAS.

 Kemiringan sebesar 3 cm/m harus dibuat untuk menjamin pengaliran air hujan di
atas tubuh tanah (tubuh baan).
 Balas yang tersebar harus dikumpulkan dengan garpu dan pengeruk dan diletakkan
pada jalan.
 Penampang melintang harus sesuai dengan lampiran yang berikut :

 Bantalan Kayu.
 Lampiran A jalan rel dengan rel normal dan rel panjang.
 Lampiran B jalan rel dengan rel dilas panjang (RPM).

 Bantalan Beton.
 Lampiran C jalan rel dengan rel dilas panjang (RPM).
389

Catatan :
Tidak disarankan memasang bantalan beton rel normal atau panjang.

 Bantalan Besi.

 Lampiran A jalan rel dengan rel normal dan pendek.

 Bila jumlah balas tidak cukup, penambahan balas harus dilaksankan, sesuai
dengan ketentuan dari Kepala Distrik.

Lampiran A
390

PENAMPANG MELINTANG YANG DIGUNAKAN PADA


JALAN REL DENGAN REL NORMAL DAN PANJANG

- BANTALAN KAYU -

A/ PADA LURUSAN.

B/ PADA LENGKUNGAN.

- BANTALAN BESI -
PADA LURUSAN DAN LENGKUNGAN.

Lampiran B
391

PENAMPANGMELINTANGYANGDIGUNAKANPADA
JALAN REL DENGAN REL PANJANG MENERUS (RPM)

- BANTALAN KAYU -
1. PENAMPANG MELINTANG NORMAL PADA JALAN LURUS DAN PADA
LENGKUNGAN DENGAN JARI-JARI 600 M.

2. PENAMPANG MELINTANG YANG DIPERKOKOH UNTUK LENGKUNG


DENGAN JARI-JARI 600 M.

3. PENAMPANG MELINTANG YANG DIPERKOKOH UNTUK TEMPAT-


TEMPAT KHUSUS.

 Pada daerah peralihan, termasuk rel-rel normal, panjangnya 150 m.


 Pada ketiga batang rel pada ujung RPM.
 Pada daerah kedua bagian ujung jembatan, panjangnya 50 m.
 Pada penggantian profil rel, panjangnya 50 m di sebelah kiri dan kanan.

Lampiran C
392

PENAMPANG MELINTANG YANG DIGUNAKAN PADA


JALAN REL DENGAN REL PANJANG MENERUS (RPM)

- BANTALAN BETON -
1. PENAMPANG MELINTANG NORMAL PADA JALAN LURUS DAN PADA
LENGKUNGAN DENGAN JARI-JARI 600 M.

2. PENAMPANG MELINTANG YANG DIPERKOKOH UNTUK LENGKUNG


DENGAN JARI-JARI 600 M.

3. PENAMPANG MELINTANG YANG DIPERKOKOH UNTUK TEMPAT-


TEMPAT KHUSUS.

a. Pada daerah peralihan, termasuk rel-rel normal, panjangnya 150 m.


b. Pada ketiga batang rel pada ujung RPM.
c. Pada daerah kedua bagian ujung jembatan, panjangnya 50 m.
d. Pada penggantian profil rel, panjangnya 50 m di sebelah kiri dan kanan.

ORGANISASI PEKERJAAN
393

NAMA PEKERJAAN : PENAMBAHAN BALAS

JUMLAH ORANG YANG : o Berbeda-beda (bervariasi).


DIPERLUKAN o Mandor mengawasi pekerjaan secara
berkala.

PERALATAN YANG DIPERLUKAN : o 1 garpu


o 1 penggaruk khusus unutk balas
(dapat dibuat sendiri dan ditangani oleh 2 atau
3 orang).

HASIL RATA – RATA (..) meter tiap orang/tiap hari.


:

LAMPIRAN Tidak ada.


:

(..) Dapat dilihat dalam Lampiran Khusus yang hanya digunakan oleh Kepala Distrik.
394

Anda mungkin juga menyukai