BAB 1
MATERIAL JALAN REL
15
/1
1
/1
98
4
131
2
DAFTAR ISI
Bagian 1 - 2 - BANTALAN.
Bagian 1.2a - BANTALAN KAYU.
Bagian 1.2b - BANTALAN BESI.
Bagian 1.2c - BANTALAN BETON.
Bagian 1 – 4 – SAMBUNGAN.
1. PELAT PENYAMBUNG.
2. GAMBARAN RINGKAS.
4. KETERANGAN / KESIMPULAN.
Pelat penyambung HAARMAN.
Pelat penyambung yang digunakan untuk sistim tipe
PANDROL.
Pelat penyambung yang digunakan untuk sistim tipe
F.
Pelat penyambung yang digunakan untuk sistim tipe
DORKEN.
Pelat penyambung yang digunakan untuk sistim tipe
DE.
4
BAGIAN 1 - 1
REL
5
BAGIAN 1-1
REL
Catatan :
Perbedaan antara R14 (R41) dan R14A (R42) khususnya adalah dalam
hal kekuatan badan Rel. Badan R14a (R42) adalah lebih tebal pada
bagian atas dan bawahnya dibandingkan degan badan R14 (R41).
Catatan :
Peringatan :
b c
7
Lampiran –Lampiran
A. Rel R25.
B. Rel R33.
C. Rel R41.
D. Rel R42.
E. Rel R50.
F. Rel R54.
G. Ringkasan tipe-tipe rel.
H. Rel-rel daerah.
Keausan roda
yang membahayakan
8
LAMPIRAN A
53
25,5 25,5
23 23
14,85 10,65
R10 R10
25,25
37
R200
R200
R4 R4
49,5
55,64
1/2
62,25
11,5
1/2
R8 R8
R75
12,25
AS NETRAL
110
AS LUBANG BAUT
26
10
12,25
54,61
47,75
R8
34,75
1/2
8 2,5 12
1/2
R4 R4
21 24 24 21
90
9
LAMPIRAN B
REL R33(R3)
58
29 29
R14 R14
31,75
R225
R225
39
R5 R5
66,7
1:4 1:4
77
R7 R7
R100
23
R100
AS NETRAL
134
11
30
AS LUBANG BAUT
30
R160
67,3
23
57
R160
42
R7 R7 1:4
1:4
9,5
R4 R4
11
11
9,5
R2 R2
20,5 32 32 20,5
105
10
LAMPIRAN C
REL R41(R14)
35,5 35,5
34 34
R14 R14
31,63
40,5
R1,5 R1,5
1:4 1:4
68,5
8,88
77,5
R7 R7
22,21
AS NETRAL
138
13,5
AS LUBANG BAUT
29,58
74
22,21
69,5
60,5
R7 R7
13,75
1:4 1:4
23,5
R3 R3
9,75
R1 R1
55 55
110
11
LAMPIRAN D
REL 42(R14A)
71
68,5
24 24
14 14
R13 R13
R320
31,63
R320
R60
36,76
40,5
45,46
72,97
8,88
77,5
17,37
19,53
138
SUMBU GARIS BERAT
SUMBU LUBANG BAUT
29,58
74
43,14
19,76
22,21
72
R320
65,03
60,5
9,85
R10 R10
13,75
1:4 1:4
17,33
23,5
19,17
R3 R3
9,75
R1 R1
55 55
110
12
LAMPIRAN E
REL R50(R50)
65
63,8
22
13,65
R13 R13
R300
R300
R80
R80
37
45
49
R2 R2
7 5
1:2,75 1:2,
12
R6
11
R30
R500
15
SUMBU JARI-JARI BADAN REL
153
SUMBU GARIS BERAT
X X
74
C.1,5
8,5 R500
76
71,6
R15
63
1 :2,75 12,5
R20 1:10 R20
30
18,5
R2
12,15
R2
127
13
LAMPIRAN F
72,05
70
48,8
14,1
19
R13 R13
36,3
49,4
R3 30,5 R3
R8 R8
R23 R23
R508 R508
31,5
25,4
159
X 16 X
105,7
79,4
38,2
R508 R508
76,2
R16
R16
0
R2
R2
0
30,2
18
R3 R3
40
11
70 70
140
14
LAMPIRAN G
58
53
R33
R25
134
11
110
10
90 105
68 68,5
R41 R42
13,5
138
138
13,5
110 110
63,8
R50 R54
159
153
15 16
127 140
15
LAMPIRAN H
REL-REL DAERAH
55
41
R11P
R10P
104
8 10
90
74 90
60
53
R12P
R9P
138,7
10 13
120
95 102
16
BAGIAN 1- 2
B A N T A L A N
17
Bagian 1 – 2a
BANTALAN KAYU
o Bentuknya berupa balok empat persegi panjang
L
T
P : 200 Cm +4 / -2 Cm
L : 22 Cm +2 / -2 Cm Lihat toleransi
T : 12 Cm untuk kategori I Pada table yang
13 Cm untuk kategori II berikut.
dan III
D i m e n s i
Kate- Kuali-
Jenis Kayu Panjang Toleransi Lebar Toleransi Tebal Toleransi
Gori tas
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
I +1
Kayu IA
jati -0
Kayu jati(teak)
+2
IB 12
-1
II +1
II +4 +2
Kayu -Ulin - Lara
A -Merbau - Gafasa 200 22
Rimba _Damar laut -Bangkirai
-0
-Giam - Laban -2 -2 +2
II -Kulin - Tembesu
B -Pooti -Talang
-1
+1
II -Keruing - Resak
C -Kempas - Kapur 13
-Bungur -Rengas -0
III -Belanyeran –Bintangur +2
Kayu
rimba -1
Catatan/Permasalahan
Saran-saran
o Penentuan penggunaan kualitas harus ada hubunganya dengan
pembagian kelas jalan (sesuai dengan besarnya lalulintas
barang dan penumpang).
o Sesudah suatu pengeringan sekitar satu tahun , bantalan
harus diawetkan dengan bahan pengawet kayu (seperti ter batu
bara ) untuk mencegah pembusukan, dimakan rayap dll.
o Sebelum pemberian bahan pengawet, bantalan harus
dicowak/dikip rata-rata ( pemasangan dengan pelat landas_)
atau dengan kemiringan 1/20 atau 1/40 (pemasangan tanpa pelat
landas), kemudian dibor dibengkel pada tempat kedudukan pelat
landas atau rel.
o Pemboran harus dilakukan sesuai dengan peraturan bukui
reglemen 10.
o Retakan /belahan harus diperkuat dengan anti retakan
berbentuk “S:” atau “cincin simpai”. Atau dengan kawat.
Catatan
Kualitas kayu, dimensi dan pengawetan merupakan hal yang sangat
penting untuk diperhatikan agar mur bantalan menjadi lebih lama.
20
Beberapa jenis kayu yang keras seperti kayu besi , bias dipasang
di lapangan tanpa diawetkan..
Jenis-jenis kayu yang bias masuk dalam jenis yang disebut diatas
harus ditentukan melalui penelitian.
Balok besi ini, harus dibuat rata pada tempat kedudukan bantalan
dengan mempertimbangkan adanya kepala paku keeling yang menonjol
bagian atas balok besi.
Jangan cowak
Contoh :
Diketahui : -
panjang bantalan adalah 2 m
-
ketebalan minimum pada satu ujung bantalan
adalah 18 cm
- pertinggian pada lengkung adalah 100 mm
- rel adalah R54 dengan lebar kepala 70 mm
- lebar sepur adalah 1072 mm.
Jarak antara sumbu-sumbu rel adalah :
1072 mm + 70 mm = 1142 mm
100 x 2000
---------------- + 180 = 355 mm
1142
gambar.
Pertinggian 100 mm
355
Bantalan
180
2000 mm
t’ = h x l + t
S
22
Lampiran A (1/2)
LEBAR SEPUR
PENGATURAN POSISI PELAT LANDAS
110
67,5 85 67,5
67,5 85 67,5
509 (s= 1067 )
77,5 65 77,5
511.5 ( S=1072 ) A
220
514 ( S=1077 )
B 516.5 ( S=1082 )
519 ( S=1087 )
45
O.C.
65 90 65
492.5 ( S=1072 )
220
45 130
497.5 ( S=1077 )
Ø14 O.D. 500 ( S=1082 )
502 ( S=1087 )
147,5 55
2000
65 90 65
440 ( S=1072 ) Ø14
220
45 130
442.5 ( S=1077 )
445 ( S=1082 )
447.5 ( S=1087 )
253 55
497.5 ( S=1077 )
Ø14
500 ( S=1082 )
502.5 ( S=1087 )
439 ( S=1072 )
220
45 130
441.5 ( S=1077 )
444 ( S=1082 ) Ø14
446.5 ( S=1087 )
266.5 65
2000
23
BAGIAN 1 – 2b
B A N T L A N B E S I
24
Bagian 1-2b
BANTALAN BESI
Bantalan besi yang digunakan untuk rel R25 dan R33 adalah datar
dan memerlukan penggunaan pelat landas dengan suatu kemiringan.
Pelat landas dibatasi pada kiri dan kanan oleh dua sisi penguat
bantalan.
Dimensi bantalan
Panjang : 0,200 m
Lebar 0,232 m
C a t a t a n
9
13.5
31.5
X 11 45 45 11 X
75
Y
38,21
7
43.5
16
7 7
7 7
232
25
30 30
346 100 81 886 80 100 346
C
C
30 30
356.6 100 81 864.8 80 100 356.6
C
C
Lampiran A
26
BAGIAN 1 – 2c
BANTALAN BETON
27
BAGIAN 1-2c
BANTALAN BETON
Kesimpulan/Problema/Hambatan.
216
195
211.5
85
MEREK PABRIK
28
210
256
140
BAGIAN 1 – 3
ALAT PENAMBAT
BAGIAN 1 – 3a
ALAT PENAMBAT
1. TIRPON
2. PANDROL
3. DE CLIP
4. DORKEN
5. F. TYPE
31
BAGIAN 1–3a
Untuk R41
Tipe KK 1909 untuk pelat jepit dalam.
Tipe KI 1909 untuk pelat jepit luar.
Untuk R33
Untuk R41
PENGAMATAN
Biasanya pengeboran lubang dibuat dengan
mata bor diameter 16 mm Pengeboran dengan
ukuran 16 mm adalah terlalu besar untuk
teras tirepon 14 mm.
Peringatan (REGLEMEN 10,halaman 35 )
e.Tirepon
20. Pemasangan tirepon dilakukan dengan member bantalan lebih dulu dengan bor kayu 14 mm
sampai setebal bantalan. Untuk bantalan kayu besi dipergunakan bor kayu 16 mm, memasang tirepon
dengan dipukul dilarang.
f. Paku rel
22. Untuk memasang paku rel tebal 14 mm, terlebih
dulu dibor lubang sampai setengah tebal bantalan
dengan bor kayu 12 mm pada bantalan kayu besi sampai
setebal bantalan dengan bor kayu 14 mm.
1.4. SARAN-SARAN
- tirepon putus/patah.
- Kayu bagian atas bantalan membelah.
R 33 R 41 / 42
R 25
TN TN
TA
19
10,5
10
R33
34
Catatan :
Pelat landas dengan paku lentur mempunyai kemiringan
1/20 sedangkan pelat landas dengan tirepon
mempunyai kemiringan 1/40.
Untuk R54 hanya satu tipe pelat landas yang bias
juga digunakan untuk sambungan dikarenakan oleh
bentuk pelat penyambung.
Peralatan yang digunakan sama untuk R33 dan
R41/R42. Pelat landas yang digunakan adalah pelat
landas untuk R41/R42.
Untuk R33 diperlukan suatu pelat pengisi/spacer.
Pelat pengisi ini berupa lembaran besi (pelat
besi) yang dibengkokan pada bagian ujungnya .pelat
pengisi ini merupakan suatu ganjel terhadap rel
pada arah vertical dan melintang. Bagian yang
dibengkokan dibuat dengan ukuran 5 mm,yang
merupakanperbedaan ukuran antara lebar kaki R33
dengan kaki R41/R42.
MASALAH
CONTOH :
REL R54
ALAT PENAMBAT PANROL
DENGAN TN DENGAN TA
TN TA
1/40
14
20 20
26
12
22
22
BAGIAN
BAGIAN KETEBALAN MINIMUM PERALIHAN
PERALIHAN BANTALAN
120 14
130
134
KETEBALAN NORMAL
119
14 BANTALAN
REL R41/42
ALAT PENAMBAT PANROL
DENGAN TN DENGAN TA
TN TA
1/40
11
20 20
26
15
22
22
BAGIAN
BAGIAN KETEBALAN MINIMUM PERALIHAN
PERALIHAN BANTALAN
120
14
130
134
KETEBALAN NORMAL
119
14 BANTALAN
R33 R41
1 / 20
1 / 20
a b c c
TN
SAMBUNGAN MENUMPU
13cm
35 cm
Bantalan di bawah siar mempunyai pelat landas dan
jepit yang khusus ( 4 tirepon untuk R50, 8tirepon
untuk R41/R42 menjepit pelat landas diatas bantalan
ini).
CATATAN
- sistim tipe F ini adalah sesuatu sistim
penambat yang elastis.
- Aluran lapisan lentur yang dipasang
antara pelat landas dan rel,tidak
diarahkan untuk air bisa keluar dari
pelat landas.
40
MASALAH:
Catatan :
CONTOH :
REL R50
ALAT PENAMBAT TIPE F
DENGAN TN DENGAN TA
Cincin 23 x 11
TN 1 / 20 1 / 20
TA
1/40
11 11
26
20 20
4
22
22
BAGIAN
BAGIAN KETEBALAN MINIMUM PERALIHAN
PERALIHAN BANTALAN
120
14
123
130
119
14 KETEBALAN NORMAL
BANTALAN
3
DENGAN TN DENGAN TA
Cincin 23 x 11
TN 1 / 20 1 / 20
TA
1/40
11 11
26
20 20
3,5
22
22
BAGIAN
BAGIAN KETEBALAN MINIMUM PERALIHAN
PERALIHAN BANTALAN
120
122,5
14
130
119
14 KETEBALAN NORMAL
BANTALAN
2,5
saran – saran.
Jangan heran bila ada kesulitan dalam
memasukan tirepon.
Tidak boleh memukul tirepon (lihat Reglemen
10,halaman 35).
e. TIEREPON.
20. Pemasangan tirepon dilakukan dengan membor bantalan lebih dulu dengan bor kayu 14 mm
sampai setebal bantalan. Untuk bantalan kayu besi dipergunakan bor kayu 16 mm; memasang
tirepon dengan dipukul dilarang.
Tirepon tidak boleh masuk menembus bantalan
lebih dari sisi bawahnya.
42
PENGGUNAAN TIREPON TA
Untuk R50
- Pelat landas biasa
lubang harus diperbesar secara lurus pada
bagian atas setebal 3 mm untuk memasukan bagian
lurus tirepon dengan 20 mm.
14 mm – 9 mm (Ketebalan pelat landas ) = 3 mm.
- Pelat landas bantalan sambungan menumpu
Pembesaran harus dibuat setebal 5 mm.
14mm – 9 mm (ketebalan pelat landas ) = 5 mm
TIREPON
1 / 20
Catatan :
Masalah penggunaan tirepon TN dengan menggunakan cincin per ditemukan
juga dalam hal ini.
Saran-saran.
Mengenai masalah penggunaan tirepon TN, lihat saran-saran untuk
sistim Pandrol dan tipe F.
II) Sistim penambatan yang tidak pakai pelat landas.
Sistim ini terdiri dari satu penyangga Klip/Klip shoulder
yang mempunyai dua batangh penebus. Kedua batang penebus ini
dimasukan kedalam lubang bantalan.
44
KLIP "DE"
TANPA ANDAS
Catatan :
Ada kesukaran untuk mengebor lubang bantalan secara miring
(3o daripada garis vertical ) walaupun alat pengatur
kemiringan mata bor digunakan.
Paku kepala lentur Dorken dibuat dari satu batang besi panjang
persegi yang dilipat dandibengkok untuk merupakan bentuknya
(lihat lampiran 12).
REL REL
PAKU DORKEN BIASA
PAKU DORKEN BIASA
11
1 : 20
220
°
90 BANTALAN
129
Catatan :
2.5.CATATAN UMUM.
Contoh gambar :
PELAT LANDAS
A B
C D
Contoh gambar :
PELAT LANDAS
48
Lampiran – lampiran
12 / Paku DORKEN / /
Lampiran 1
TIREPON TIREPON
BIASA BIASA
TN 1909 TA 1909 PAKU REL
20 BIASA PAKU
18 LENTUR
16 14
28
18 10 30
20
20
3
3
31,5
5
R1
11
9
11,5
11,5
13
0,8
R6
1
55
14
26
14
5
20
12
152
123
20
120
14
10
105
145
10
15
14
119
35
14
2
20
8 8
14
3
20
10 +- 0,5
6 4
10 +- 0,5
REL R25
PELAT LANDAS TIPE B REL R25
27,5
20
18
15
14
70
28
18 10
20
42,5
TA
3
3
31,5
9
11
13
11,5
22
14
50
12,5
42,5
12 11
14
PELAT LANDAS
70
20
15
12
27,5
20
120
TIREPON REL
10
14
15
41 92 45 PAKU REL
14
34 110 36
35
18,5
9
8
12,5
B
2
Lampiran 2
REL R33 REL R33
20
TN
20
R.35,5/8 R.35,5/8
TN
13
11,5
R.10 R.10
R.35,5/8 R.35,5/8
13
11,5
R.10 R.10
KE
51
KF
12
17,25
OD
4
10,5
PELAT LANDAS
119
119
10
10
TIREPON REL
Lampiran 3 (1/2)
14
20 14
20
PELAT LANDAS TIPE O.D PELAT JEPIT TIPE KE
240
69.5
30
40
60
80
22
30
25
42.5 50
37.5 32
80
160
R.2,5 R.2,5
15
17
R.1 KE R.3
12 5
R.1
22
10 59.5
52
80
PELAT JEPIT TIPE KF
82
40
30
15 43 105 58 12 10
25
60
27.5 147.5 28
160
30
41.5 40.5
R3 R4
R4 R1
6.5
R1
R1
6.75
R.2,5 R.2,5
32
R3
30.5
11
24
17
R.1
21
KF
17.25
12
12
Lampiran 3 (2/2)
R4
OD R4 R.3
R.4 R.1 R.1
20
TN
20
R.35,5/8 R.35,5/8
TN
13
11,5
R.10 R.10
R.35,5/8 R.35,5/8
13
11,5
R.10 R.10
KI
26
KK
53
14
19,50
OK
1
10
PELAT LANDAS
119
10
119
10
TIREPON REL
14
Lampiran 4 (1/2)
20 14
20
PELAT LANDAS TIPE O.K PELAT JEPIT TIPE KI
245 69.5 30
40
60
30
80
22
80
25
37.5 32
5
2.5
80
160
17
KI
12 5
13.5 3.5
22
10 42 17.5
54
80
80
40
30
15 43 110 55 12 10
60
25
27.5 152.5 28
180.5
30
43.5 40
7,5
5,55
1.75 5
34
34
2.5
26,5
2.9
20,95
14
14
OK
17
21
14.1
KK
13
Lampiran 2 (2/2)
1:6
12
1:6
R2
3
R7
R2
9
3
R3 R11
1 : 20
R1,5
1:3
11
R11
1:3
R3
R1,5
1:3
1:3
R3 R3
16
11
11
25 140 140 25
330
55
25
max 18
min 17.5
min 17.5
109 max 18
50
150
50
Lampiran 5
25
REL R33
PELAT PENGISI YANG DIGUNAKAN UNTUK REL R33
8 29 156 28
22 56 56 22
1:6
1:6
R2
3
R7
1
9
R1
R2
R1,5
3
8 3
9
1:20
1
R3 R1,5
11
R1
R3 R7
16
R2 R2
11
11
R12 R12 R12
1:3
R12
1:3
R2 R2
1:3
1:3
22,5 145 140 22,5
167,5 162,5
330
56
KLIP PANDROL
PAKU PENAMBAT 2
1
REL R33
3
PELAT LANDAS 4
Lampiran
Lampiran
7
6
REL R54 PELAT LANDAS UNTUK PANDROL
( PAKAI TIREPON )
PADA BANTALAN KAYU UNTUK REL R54
14 22 316 22 14
169 169
388
57
REL R54
1 : 40
140
14 22 316 22 14
388
REL R41/R42
REL R41/R42
BAUT 19,5X71
BAUT
& MUR
CINCIN PELAT LANDAS
23x11 UNTUK R41/R42 CINCIN
TN TN 23 X 11
1
1/20 1/40 1/20
17
8
8
14
Lampiran 8 (1/2)
PELAT LANDAS
UNTUK R41/R42
120
180
D22
59
230
283
6
REL R50
REL R41/R42
BAUT 19,5X71
BAUT
& MUR
CINCIN PELAT LANDAS
23x11 UNTUK R41/R42 CINCIN
TN TN 23 X 11
1
1/20 1/40 1/20
20 20
17
14
11
11
Lampiran 9(1/2)
PELAT LANDAS
UNTUK R50 130
180
D22
61
270
320
65
9 (2/2)
6
SISIM DE PAKAI PELAT LANDAS
TAMPAK ATAS
REL
KLIP "DE"
KLIP "DE"
TIREPON TIREPON
62
1 : 20
LAPISAN LENTUR
PELAT LANDAS
Lampiran 10
SISTIM DE TANPA PELAT LANDAS
TAMPAK ATAS
REL
KLIP "DE"
KLIP "DE"
63
1 : 20
Lampiran
LAPISAN LENTUR
11 (1/2)
PENYANGGA TIPE DE
POTONGAN B-B
B
o
5
R2 R3 R3
R2
R2 R50
64
B
Lampiran 11 (2/2)
REL
11
1 : 20
220
129
20
65
REL
REL
BANTALAN
Lampiran
BANTALAN
12
66
Lampiran 13
67
Lampiran 14
68
BAGIAN 1 - 3b
ALAT PENAMBAT
BAGIAN 1 – 3b
1.SISTIM PANDROL
OR No. 1 OE No. 1
OR No. 2 OE No. 2
OR No. 3 OE No. 3
70
LAMPIRAN
1. Pelat landas untuk R2 (R25) – Bantalan Besi
KD
15
14,97
9,5
OR
9
BK
30
Lubang 30x32 81
183 Lubang 81x21
KH
15
14,97
9,5
OE
9
BK
30
Lubang 30x32 81
183 Lubang 81x21
50 10 5
R2 5
R15
19
R4 R4
8 1,5 9,5
32
R4 R1
15
5
R1
R3 R3
10
9
64
10
12
110 48
32
9,5
R4 7,5 12
14 13,5 OR No. 1
44 44
7,5 15 12 9
R1 R1
50 10 5 5
13
R3
11,5
R2 R2
20
R15 5
11,5 13,5
73
R4
19
8,5
R4 R4 R1 R2
8 1,5 9,5
R4
15
R1
5
R2 10 69 9
R3 R2
R3
9
10
4
10
BAUT JEPIT TIPE BK 1910
12
110 48 38,97
9,5
R4 7,5 12 24,63
14 13,5 OR No. 2
13
2
15
7,5 5 12
50 10 5 5
10
R2 R2
R15 5
19
R4 R4
8 1,5 9,5
R4 R1
15
5
7
R2 R4
R3
R3
Lampiran 3
10
9
36
45
4
20
10
12
110 48 R40
9,5
R4 7,5 12
14 13,5 OR No. 3 37
REL R33 PELAT JEPIT TIPE OE
UNTUK REL R33
PELAT JEPIT TIPE KH 1910
7,5 20 12 9 78
5
50 10 5 5
5
R2
R15
19
R4
R4
8 1,5 9,5
32
15
R4 R1
5
R2
R3 R3
9
64
10
4
12
110 48
32
9,5
7,5 21
R4 12
14 13,5
5
OE No. 1
5
40 38
7,5 15 12 9
R1 R1
7
50 10 5 5 5
10,7
R3
R2 R2
20
20
R15
13
R4
19
9,3
74
R4 R1 R2
R4
8 1,5 9,5
R4
15
R1 15 25 29,3 8,7
5
R2 R2
R3 R3
9
10
4
12
110 48
BAUT JEPIT TIPE BK 1910
38,97
9,5
R4 7,5 12
24,63
14 13,5 OE No. 2
13
2
7,5 5 12 9
15
50 10 5 5 15
R2
10
R15
20
R4
R4
8 1,5 9,5
15
R4 R1
5
R2 R4
7
R3 R3
10
9
36
45
4
20
Lampiran 4
10
12
110 48
R40
9
R4 7,5 12
14 13,5 OE No. 3 37
PELAT LANDAS UNTUK REL R33
PADA BANTALAN BESI
PAKAI SPACER
8 28 22 112 22 28
56 56
3
R2
9
R7 R1
1
1:6
R1,5 R2
9
R3 1:20 3
11
R1,5
1:3
1:3
3
1:3
1
1:3
R3 R1 R7
16
R3 R3
11
11
165 165
330
75
25
5
50
100
100
50
5
5
3
Lampiran 5
DETAIL PENGUNCIAN
76
BAGIAN 1-3c
ALAT PENAMBAT
BAGIAN 1-3C
ALAT PENAMBAT
REL
ISOLATOR
KLIP PANDROL
SHOULDER PANDROL
ISOLATOR
PELAPIS KAKU
DARI PLASTIK
TEMPAT KEDUDUKAN
REL
SHOULDER PANDROL
BANTALAN BETON
78
KESIMPULAN/PROBLEMA/HAMBATAN.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
2 - Pemasangan sistim DE
24±0,5 158± 1,5 TEMPAT KEDUDUKAN
CLIP PANDROL 0,5
REL 24±0,5
79
29
22
PELAPIS KAKU DARI PLASTIK
140
Lampiran 1 (1/3)
80
Lampiran 1 (2/3)
PEMASANGAN SISTIM PANDROL (ANTI-VANDAL)
ANTI - VANDAL
A
REL
81
PJKA 75081
81
BANTALAN BETON
Lampiran 1 (3/3)
PEMASANGAN SISTIM “DE”
R 54
CLIP DE CLIP DE
82
1 : 20(40)
BANTALAN BETON
Lampiran 2
157,93
83
BAGIAN 1 - 4
S A M B U N G A N
84
BAGIAN 1-4
SAMBUNGAN
1.PELAT PENYAMBUNG
Untuk memperbolehkan pemuaian rel bilamana ada perubahan
suhu,rel dan pelat penyambung dibor dengan diameter
yang berbeda. Diameter lubang rel dan pelat penyambung
lebih besar dari diaemeter baut.
2.GAMBAR RINGKAS
Pada sambungan, pelat penyambung dan baut-baut merupakan bagian
yang menerima tegangan akibat rel.
P
P1 P2
h1 h2
P1 v1 v2 P2
Gaya P merupakan gaya akibat sumbu roda yang bekerja pada
rel. Titik dan P2 yang masing-masing tegak lurus pada bidang
kontak kepala rel dengan pelat penyambung.
PELAT PENYAMBAUNG
JALAN TUNGGAL
JALAN GANDA
CADANGAN PENGUNCIAN
PELAT PENYAMBUNG
YANG AUS PELAT PENYAMBUNG
4. KETERANGAN / KESIMPULAN
4.1.PELAT PENYAMBUNG HAARMAN
R 33 R 41
7 7 5 5
3 4 3 4
1/20 1/20
a b c c
Untuk R54
13 cm
35 cm
REL RINGAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAUT LAS
20
39
PELAT PENYAMBUNG
1:2
15
9
4
Lampiran 1
PELAT LAS
20
REL R25
REL R25
E E
BAUT LAS
20
39
PELAT PENYAMBUNG
1:2
8
12,5
A
180
Lampiran 2 (1/2)
PELAT LANDAS
PELAT LANDAS TIPE A PELAT SAMBUNG TIPE E
20 20
180
7,5 12,5 12,5 7,5
R3 R3
R5
12,5
12,5
R5
5 9
5 9
37,5
36,5
36,5
27,91
2 2
45
45
26
26
21,5
80
R2 R2
2
2
22
9 5
9 5
42,5
R5 R5
129
129
18,55
R20 20
R5 R5 R
85
160
27,5 12,5 12,5 27,5
37,11
92,5
92,5
12 11
39,04
39,04
20 20
95
22
80
15
23
60 60
15
34 10 36
Lampiran
36
20
39
14
18,5
8
5 9
10,5 8
12,5
14 26 50
15 90
2 (2/2)
REL R33
REL R33
REL R33
PELAT PENYAMBUNG TIPE LN 1909
BAUT PENYAMBUNG TIPE BL 1909
BAUT PENYAMBUNG
LUBANG REL
OC
Lampiran 3
PELAT LANDAS
REL R33
REL R33
PELAT PENYAMBUNG SAYAP
REL R33 DALAM LN 1909
LUAR LT 1909
BAUT PENYAMBUNG TIPE BL 1909
PELAT LANDAS TIPE DE 1909
BAUT LAS
PELAT PENYAMBUNG
PELAT PENYAMBUNG 24 MM
Lampiran 4
BAUT LAS
REL R33
REL R33
PELAT PENYAMBUNG SAYAP
REL R33 DALAM LN 1909
LUAR LT 1909
BAUT PENYAMBUNG TIPE BL 1909
1:4 PELAT LANDAS TIPE DE 1909
BAUT LAS
44,50
24,25
PELAT PENYAMBUNG TIPE BAR
PELAT PENYAMBUNG 24 MM
1:4
OC
12
12,25
LAMPIRAN 5
PELAT LANDAS
REL R33
REL R33
PELAT PENYAMBUNG ITPE BAR
REL R33
BAUT PENYAMBUNG TIPE BL 1909
PELAT LANDAS TIPE OE 1909
1:4
BAUT LAS
44,5
15
9,5
OE
Lampiran 6
PELAT LANDAS
REL R33
REL R33
PELAT PENYAMBUNG HAARMAN
DALAM LIN 1920
LUAR LUN 1915
BAUT PENYAMBUNG TIPE BL 1920
REL R33 PELAT LANDAS HAARMAN OF 1915
PELAT JEPIT KE, KF 1909
TIREPON TN 1909
LUBANG REL 30 MM
PELAT PENYAMBUNG 24 MM
PELAT PENYAMBUNG 24/35 MM
BAUT PENYAMBUNG
PELAT PENYAMBUNG
100
TN
TN
KE
KF
PELAT LANDAS
Lampiran 7
REL R41
REL R41
PELAT PENYAMBUNG HAARMAN
DALAM LIN 1920
LUAR LUN 1920
BAUT PENYAMBUNG TIPE BL 1909
REL R33 PELAT LANDAS HAARMAN OH 19..
PELAT JEPIT KI, KK 1920
TIREPON TN 1909
LUBANG REL 30 MM
PELAT PENYAMBUNG 24 MM
PELAT PENYAMBUNG 24/35 MM
BAUT PENYAMBUNG
PELAT PENYAMBUNG
101
TN
TN
KI
KK
OH
PELAT LANDAS
Lampiran 8
SAMBUNGAN TIPE PANDROL UNTUK REL R33
CINCIN PER
KLIP PANDROL
3
4
6 PAKU PENAMBAT
6
5 5
3
5
4
103
5 4
3
PELAT PENYAMBUNG 1
55 75 75 15 110 110 15 75 75 55
200 200
PELAT LANDAS TIPE X
440
Lampiran 10
104
Lampiran 11
12,5
9
12,5
28
R2 R2 R2
17
R3
8
43
R2 R2 R3
8
R6 R2,5
R6 16
R3 16
16
13
12
12
25 165 165 25
380
25 165 165 25
R15
15
R6
25
PELAT LANDAS
TIPE XX
75
100
150
60 14 2 14
R6
16
57
30
25
2 1
32
16
75
R6
PELAT LANDAS 14 65
TIPE X
R6
R6
150
75
R6
SAMBUNGAN TIPE PANDOL UNTUK REL R41/R42
CINCIN PER
PELAT PENYAMBUNG UNTUK R41/R42
KLIP PANDROL
3
4 PAKU LENTUR
7
7
6 6
Lampiran 12
330
28 273 29
40 25 72 72 24 40
56 56
LIN 5
LIN 4
3 ,5
R2
R9
9
3,5
R2
R9
R21
9
,5
1,5
28,5
R6 R2
R2
12,5
12,5 R2
42
17
R3 R2 1 : 20
8
R6 R2 R2
R6 R2 R2,5
16
R3 R3
16
12
12
12
16
106
R2 R2
12,5
R3 R3
R6 R3 R3 R6
UNTUK SAMBUNGAN
Lampiran 13
R6 R6
R3 R3
R3 R3
R2 R2
12,5
R54
REL R54
CINCIN PER
KLIP PANDROL
14
Lampiran 14
25 29 42 28 141,5 28 42 28 25
13 23 314 22 14
386
40 100 40 40 100 40
D22
25
PELAT PENYAMBUNG
108
25
D22
25 90 90 15 110 110 15 50 50 25
440
PELAT LANDAS
CINCIN
PENYEKAT
33X31,8
REL R41/R42
BAUT ø 20 X 86
109
BAUT &
MUR
320 x 108 x 6
110
Lampiran 17
20 210 20
SAMBUNGAN R41/42
60
320
130
60
320
104
8
65
40
PENJEPIT LENTUR
R50
PELAT PENYAMBUNG
REL R50
BAUT 19,05x90
PENJEPIT LENTUR
CINCIN
111
PENYEKAT
33 x 31,8
CINCIN
LAPISAN LENTUR KARET PELAT LANDAS UNUK 23 x 11
240 x 125 x 6 SAMBUNGAN R50
Lampiran 18
PELAT LANDAS UNTUK
SAMBUNGAN R50
170
240
22
112
129
250
300
Pelat landas untuk sambungan menumpu tipe F
8
65
38
Lampiran 19
PENJEPIT LENTUR
106 x 60,3 x 86 106
113
BAB 2
PERAWATAN JALAN REL
- ANGKATAN DAN LISTRINGAN
15
/1
1
/1
98
4
132
114
DAFTAR ISI
PERAWATAN JALAN REL
BAGIAN 2.0 TOLERANSI UNTUK PERA-
WATAN JALAN REL
1. KLASIFIKASI TIPE PEKERJAAN.
2. RINGKASAN TIPE PEKERJAAN .
3. SKILU (LIUKAN).
Definisi.
perhitungan skilu
BAGIAN 2.1 – ANGKATAN.
2.1a – PETUNJUK UMUM UNTUK PEKERJAAN ANGKATAN.
1. KETENTUAN – KETENTUAN
2. PERSYARATAN UNTUK PEKERJAAN ANGKATAN.
1. PENDAHULUAN.
2. PENCARIAN TITIK – TITIK PEDOMAN (TP)
Menentukan TP pada bagian lurus jalan rel .
Menentukan TP pada bagian lengkung penuh dari suatu
lengkung.
Menentukan TP pada lengkung peralihan parabolis tanpa
lengkung penghalusan (Dusin).
3. HUKUM “GARIS PENGARUH 1/3” PADA TP.
3.1. Angkatan pilih – pilih
3.2. Angkatan menyeluruh.
2.3b – LISTRING.
1. PENDAHULUAN.
2. PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK MENGUKUR ANAK-PANAH DAN
MELISTRING LENGKUNGAN.
3. LISTRING DAN LENGKUNGAN.
Lengkung dengan patok
Cara pemasangan patok pada lengkungan.
Pembuatan atau pengoreksian lengkungan.
Pelaksanaan pengeseran.
Lengkung tanpa patok.
4. LISTRING PADA JALAN LURUS.
Metode dengan benang.
Metode tiga titik.
5. TITIK BALIK DALAM LENGKUNGAN “S”
1.1 PENDAHULUAN.
1.2 PRINSIP.
1.3 LENGKUNG PERALIHAN PARABOLIS.
4. MEMILIH MILIH METODE PEKERJAAN.
Metode tanpa membandingkan pada patok-patok.
Metode dengan membandingkan pada patok-patok.
BAGIAN 2
BAGIAN 2 . 0
TOLERANSI UNTUK
BAGIAN 2-0
TOLERANSI UNTUK
PERAWATAN JALAN REL
PRIORITAS UTAMA DAN TUJUAN UTAMA DARI REGU ADALAH UNTUK
MENINGKATKAN KONDISI JALAN REL
Pekerjaan yang tidak memberikan effek lanngsung terhadap
perjalanan kereta api, harus diambil sebagai prioritas kedua
sesudah pekerjaan perawatan jalan rel yang kritis
diselesaikan.
KATAGORI 2
SEMUA PEKERJAAN YANG DAPAT MENGURANGI / MENGGANGU KESTABILAN
JALAN REL.
o Perbaikan alat pemambat pada RPM (Rel panjang menerus)
o Pengorekan balas.
o Pembersihan balas.
o Penggantian bantalan, pengaturan jarak bantalan dan
penyikuan bantalan.
o Angkatan dan Listringan.
o Pekerjaan Katagori 2 memerluakan perhatian khusus supaya
keamanan kereta terjamin dan tidak memerlukan penggunaan
pembatasan kecepatan.
DEFINISI :
MASA PENSTABILAN adalah waktu yang dibutuhkan balas untuk
mencapai perlawanan yang cukup memegang jalan rel pada
kedudukannya.
Jalan Rel dengan Rel normal dan Jalan Rel dengan Rel Panjang menerus
Nama pekerjaan
panjang (RPM)
Antara dua bantalan,jangan gorek balas lebih dari 5 cm dibawah garis dasar
PENGATURAN -
bantalan.
JARAK BANTALAN
- Bilamana mengorek balas,jangan rusakkan lapisan dasar dibawah bantalan.
ATAU PENYIKUAN
Jangan gorek balas lebih dari
BANTALAN. -
4 spasi bantalan berurutan dan lebih
- Jangan gorek
balas lebih dari 2
dari 20 % spasi bantalan sepanjang spasi bantalan
Katagori 2 20 m berurutan dan
lebih dari 20 %
spasi bantalan
sepanjang 20 m
- Jangan gorek balas pada bagian ujung bantalan tetapi penggorekan seharusnya
diantara bantalan
Katagori 2
123
Jalan Rel dengan Rel normal dan Jalan Rel dengan Rel Panjang menerus
Nama pekerjaan
panjang (RPM)
PENGGANTIAN BANTALAN - Jangan ganti lebih dari 2 - Jangan ganti lebih dari 1 bantalan tiap 5
bantalan berurutan. buah bantalan.
Katagori 2
- Jangan ganti lebih dari 1/3
jumlah bantalan tiap panjang rel. - Buat beberapa kali kegiatan dengan
- Jika bantalan lebih dari 1/3 masa penstabilan diantaranya.
yang harus diganti,kerjakan 2 atau 3
kali kegiatan dengan penstabilan
diantaranya.
(*) kecuali untuk bantalan besi yang
merupakan suatu kekecualian. - Jalan rel tidak boleh diangkat lebih dari 2 cm. (*)
- Jangan gorek balas pada bagian ujung bantalan , tetapi pengorekan seharusnya
diantara bantalan.
- Jangan biarkan kereta api lewat waktu tempat bantalan kosong.
Nama pekerjaan Jalan Rel dengan Rel normal dan panjang Jalan Rel dengan Rel Panjang menerus (RPM)
- Perbedaan pertinggian : jika pertinggian jalan rel berbeda dari pertinggian teoritis sebesar +/-
7 mm, harus segera diperbaiki..
3. SKILU ( LIUKAN)
Kedudukan keempat roda pada dua gandar yang berurutan (bogie atau
kedua gandar pada suatu gerbong) adalah kurang lebih sebidang.
BILA PADA SATU REL TERDAPAT PENURUNAN OLEH KARENA ANGKATAN TIDAK
BAIK, RODA LEWAT TEMPAT PENURUNAN TIDAK AKAN MENYENTUH REL KARENA
RODA TERSEBUT SEBIDANG DENGAN 3 RODA LAINNYA.
3.1. Difinisi
SKILU adalah perbedaan pertinggian yang sebenarnya antara
dua titik sepanyang 3 meter atau dalam pratek jarak antara 6
bantalan dari sumbu ke sumbu (60 cm antara kedua sumbu
bantalan yang berurutan). Genjotan mempunyai peranan yang
yang penting dalam perhitungan skilu.Cara menentukan
genjotan dijelaskan pada bagian 2.2 yakni “Bagaimana
mengetahui kondisi jalan rel”.
3.2. Perhitungan SKILU
Bentuk - bentuk (Lampiran A) dapat digunakan untuk
perhitungan skilu.
Lampiran B (1/2) dan B (2/2) memperlihatkan 2 contoh
perhitungan :
- 1 pada jalan lurus.
- 1 pada lengkung
126
Perhitungan skilu
(LURUSAN ATAU LENGKUNG)
Nomor
Sk Nomor
Sk
Gen- Pengukuran Gen- Pertinggian Gen- Pengukuran Gen- Pertinggian
ban-
jotan pertinggian jotan sebenarnya
il ban-
jotan pertinggian jotan sebenarnya
il
talan talan
u u
1 , , , , ,,, 1 , , , , ,,,
2 , , , , ,,, 2 , , , , ,,,
3 , , , , ,,, 3 , , , , ,,,
4 , , , , ,,, 4 , , , , ,,,
5 , , , , ,,, 5 , , , , ,,,
6 , , , , ,,, 6 , , , , ,,,
7 , , , , ,,, 7 , , , , ,,,
8 , , , , ,,, 8 , , , , ,,,
9 , , , , ,,, 9 , , , , ,,,
10 , , , , ,,, 10 , , , , ,,,
11 , , , , ,,, 11 , , , , ,,,
12 , , , , ,,, 12 , , , , ,,,
13 , , , , ,,, 13 , , , , ,,,
14 , , , , ,,, 14 , , , , ,,,
15 , , , , ,,, 15 , , , , ,,,
16 , , , , ,,, 16 , , , , ,,,
17 , , , , ,,, 17 , , , , ,,,
127
18 , , , , ,,, 18 , , , , ,,,
19 , , , , ,,, 19 , , , , ,,,
20 , , , , ,,, 20 , , , , ,,,
21 , , , , ,,, 21 , , , , ,,,
22 , , , , ,,, 22 , , , , ,,,
Perhitungan Skilu
Contoh 1 Contoh 2
LURUSAN LNGKUNG
Nomor
Sk Nomor
Sk
Gen- Pengukuran Gen- Pertinggian Gen- Pengukuran Gen- Pertinggian
ban-
jotan pertinggian jotan sebenarnya
il ban-
jotan pertinggian jotan sebenarnya
il
talan talan
u u
3 0 , ,0, , ,,, 3
30 4 , ,34, , ,,,
2 -2 1 19
0 2 26
128
BAGIAN 2 . 1
ANGKATAN
131
BAGIAN 2 . 1 a
ANGKATAN
132
BAGIAN 2 . 1a
1. KETENTUAN – KETENTUAN
- Angkatan menyeluruh : titik – titik tinggi secara
sistematis harus diangkat ( umumnya 5 atau 10 mm ).
BAGIAN 2 . 1 b
BAGIAN 2.1b
PERSIAPAN UNTUK ANGKATAN
1. PENDAHULUAN
Untuk mengetahui sejauh mana kerusakan jalan rel, harus
dilaksanakan pengukuran kerusakan. Untuk itu, pilih dua titi
tinggi yang disebut pedoman. Antara kedua titik – titik ini
diukur kedudukan jalan rel.
Contoh 1 :
rel A
rel B
M M
REL A
0 TP 4
5 TP 9
REL B
Contoh 2 :
N
REL A
P REL B
N N
10 TP 5 REL A
5 TP 0
REL B
P P
6TP0
137
Rel dalam TP 5 TP 0
Rel luar TP 10 (5+5) TP 5
0TP5
Rel luar
Rel dalam
MBA ABA
Bagian lurus Lengkung peralihan Lengkung penuh
6m
4m
2m
Rel luar
PERTINGGIAN teoritis pada
lengkung penuh = 90 mm
Rel dalam
MBA ABA
Contoh 2 :
REL A
REL B
M
MBA
6m
5TP0
Angkatan MENYELURUH
Angkatan PILIH –
PILIH
Contoh 3 :
Bila ditentukan titik tinggi lainnya pada rel dalam.misalnya
pada N,titik ini sejauh 32 m dari MBA,maka pertinggian harus
sama dengan 1,5 mm/m x 32 m = 48 mm.
Jika [pertinggian yang ada diukur misalnya 50 mm,berarti
bahwa titik tinggi yang dipilih tidak boleh menjadi pedoman,
sebab rel dalam lebih rendah 50 – 48 = 2 mm. Maka tentukan
TP yang lain pada rel luar,umpa pada P.
140
P REL A
N
REL B
M
MBA
26 m
32 m
0TP5
Angkatan MENYELURUH
Angkatan PILIH –
PILIH
3. HUKUM “ GARIS PENGARUH 1/3” PADA TP.
Angkatan pada satu rentangan tanpa mengangkat rentangan yang
lain menimbulkan keamblesan ujung bantalan di sebelah
rentangan rel yang tidak diangkat.
141
a
a = 31 b
6 mm
2 mm
0 TP 1 Boleh 0,3 0 0 TP 1
0 TP 2 boleh 0,7 0 0 TP 2
0 TP 3 boleh 1 0 0 TP 3
0 TP 4 boleh 1,3 0 0 TP 4
0 TP 5 boleh 1,7 0 0 TP 5
0 TP 6 boleh 2 0 0 TP 6
ANGKATAN MENYELURUH
Angkatan menyeluruh dengan nilai angkatan minimum
5 mm di atas TP.
Untuk menentukan masalah “HUKUM GARIS PENGARUH 1/3”,nilai
angkatan pada rentangan yang paling rendah seharusnya lebih
besar dari 26 mm , yaitu :
Nilai angkatan pada rentangan yang paling tinggi adalah 5mm
Perbedaan nilai angkatan tanpa menggunakan “hokum garis
pengaruh 1/3”adalah : (2 + 5) = 21 mm.
Nilai angkatan pada rentangan yang paling rendah seharusnya
mencapai nilai 21 + 5 = 26 mm.
21 mm
26 mm
5 mm 5 mm
2 mm
143
Contoh :
- - - - - - = - ---->0 -
- - - - - - = - ---->0 -
5 TP 26 boleh 7 7 – 5 = 2 ---->0 5 TP 26
Catatan :
Untuk “hukukm garis pengaruh 1/3“mempengaruhi tulisan diatas
TP,nilai perbedaan angkatan pada kedua rentangan rel
seharusnya lebih dari 6 mm untuk angkatan pilih – pilih dan
21 mm untuk angkatan menyeluruh.
Untuk angkatan menyeluruh,perbedaan angkatan 21 mm jarang
terjadi.
Peringatan: ( dari halaman 2.0/5 )
- Perbedaan pertinggian : Jika pertinggian jalan rel berbeda dari pertinggian teoritis sebesar +/- 7 mm,
harus segera diperbaiki.
BAGIAN 2 . 1c
DENGAN MENGGUNAKAN
TEROPONG ANGKATAN
145
BAGIAN 2.1C
URAIAN
Lampiran
. A
PERALATAN ANGKATAN LEMAIRE
(TEROPONG TEODOLIT LEMAIRE)
147
Pemakaian Peralatan.
Tempat papan rambu pada titik pedoman dan tempatkan
teropong pada titik pedoman berikutnya.
Atur ocular (lensa untuk mata) dengan memutar kepala
“B” sampai kelihatan benang silang.
Atur kepala “V1” sampai papan rambu kelihatan jelas.
Atur benang horizontal pada garis dasar nol dengan
menggunakan sekrup “V2”.
Angkatan Menyeluruh.
Jika pengangkatan pada tp sebesar 5 mm
A B C
17 TP 5
8 TP 5
5 TP 10
D E F
Langkah 1 :
Tempatkan teropong pada A dengan baji / pasak 5 mm.
Tempatkan papan rambu pada B dengan baji 17 mm. Garis
pembidikan diatur pada garis nol dari pada papan rambu.
148
Langkah 2 :
Selanjutnya teropong dan rambu diatur,baji dicabut dari
papan rambu,kemudian baca nilai pada titik B (Pembacaan
harus 17 mm bila tidak berarti salah.Kalau salah
laksanakan pengukuran kembali dan atur kembali teropong
dan rambu)
Langkah 3:
Selanjutnya maju dan ukur tiap 6 atau 7 bantalan
(padalokasi dongkrak).Beri nilai yang didapat dari
teropong pada bantalan seperti gambar yang berikut.Orang
yang memegang papan rambu meneriakkan nilai pembacaan
sambil menuliskan angka bidikan.
A B
10
12
15
7
17 TP 5
5 TP 10
6
9
D E
Langkah 4:
Bila pembidikan selesai,letakkan kembali papan rambu pada
B atau pada satu titik yang selesai dibidik dan baca
kembali nilai pembidikan untuk memeriksa apakah tidak ada
kesalahan.Jika nilai tersebut berbeda,pekerjaan
pembidikan diulang lagi.
Langkah 5:
Selesai pembidikan yang pertama,pindah pada rentangan rel
yang lain pada titik D da E. Teropong ditempatkan pada D
dengan baji / pasak 10 mm dan rambu dikeluarkan pada E
dengan baji 5 mm. Kemudian baji papan rambu dikeluarkan
sesudah teropong diatur.
Langkah 3:
Dengan cara yang sama kerjakan dari TP ke TP yang berikut
Catatan :
Bila nilai pembidikan kurang dari 5 mm,berarti TP yang
telah ditentukan sebelumnya tidak ditentukan dengan
baik.Tentukan TP yang lain dan laksanakan pembidikan
kembali dengan TP yang baru.
Contoh :
A B C
11
5
0 TP 5
4 TP 0
10
6
1
11 - 1 10 3,3 mm
3 3
A B C
6
13
11
10
8
7
5
2
0 TP 5
4 TP 0
12
10
8
7
2
6
1
Catatan :
150
Angkatan sambungan.
A B
A B
Tentukan titik A dan B dekat sambungan pada tiap
rentangan rel.Kekurangan angkatan tiap rel mungkin tidak
mempunyai panjang yang sama,dan titik A dan B untuk tiap
rentangan rel mungkin ditempatkan pada tempat yang
berbeda.
Untuk pembacaan kekurangan angkatan lebih mudah,tempatkan
teropong pada titik pedoman (A atau B),titik yang lebih
jauh dari sambungan.
Perhatian
Papan rambu yang terlihat dengan teropong hasilnya
terbalik, maka bidikan bagian kiri akan terlihat yang
bagian kanan demikian pula sebaliknya.
151
Papan rambu
TP
Papan rambu
Rambu
Rambu ini mempunyai sekala pembacaan dalam mm. Rambu ini
mempunyai tanda dengan dua warna, hitam dan putih di atas
nol, hitam dan merah dibawah nol. Setiap 10 mm merupakan
suatu bentuk “ 0 “ disebelah kiri dan garis setiap 5 mm di
sebelah kanan (lihat gambar)
153 Lampiran
. B
Catatan :
Teropong ini mengizinkan pembidikan yang panjang ( sampai
300 m). Teropong ini diperhitungkan terutama untuk proyek,
tetapi juga bias digunakan untuk perawatan.
Perhatian :
Semakin panjang bagian jalan rel yang dibidik,semakin
besar nilai angkatan pada bagian tersebut.
Untuk pemeliharaan, jangan ambil titik pedoman yang
terlalu jauh.
Cara penggunaan teropong model “VP” mempunyai kesamaan dengan
teropong tipe “ Lemaire”.
Teropong mempunyai suatu ganjel yang bias diatur dari 0
sampai 50 mm, sedangkan papan rambu tidak mempunyai ganjel.
Karena itu nilai angkatan pada tempat papan rambu harus
dibidik langsung tanpa cara pemeriksaan (dengan ganjel)
seperti yang digunakan dengan teropong tipe “Lemaire”.
Teropong ini bias diputar 360° bidang datar yang memperboleh-
kan membidik beberapa jalan rel sekaligus.
Teropong ini adalah suatu peralatan pembidikan yang cukup
halus.
155
A
a
Lurusan Rel dalam
Contoh :
156
ABA
10
Rel luar
5
Pertinggian = 90 mm
10
TP
TP
5 TP 8
TP
Rel dalam
5
5
Angkatan MENYELURUH
5
Rel luar
0
Pertinggian = 90 mm
TP
TP
5
0 TP 3
TP 0
Rel dalam
4
0
Angkatan PILIH - PILIH
5
TP 5
0
5
TP 0
TP
TP
3
8
4
TPT
TPT
9
4
157
15 9
10 4
TPT
TPT
Angkatan MENYELURUH Angkatan PILIH - PILIH
Keadaan III : Pertinggian terlalu tinggi,
Tetapi kelebihan pertinggian tidak melebihi nilai angkatan rel dalam
Pertinggian yang diukur adalah 3 mm, berarti rel luar
lebih tinggi 3 mm, maka rel luar diangkat kurang 3 mm
dari angkatan rel dalam. Dari itu, untuk angkatan
menyeluruh 9 – 3 = 6 mm dan untuk angkatan pilih – pulih
4 – 3 = 1 mm.
6 9
1 4
TPT
TPT
Contoh :
TPT
10 TP
12
5
7
TP
0
6
2
0TP3
5TP8
7 10
11
5
7
6
4
9
0
2
Angkatan MENYELURUH Angkatan PILIH - PILIH
3.1.2. Penentuan TPT pada ABA.
(Pertinggian teoritis dalam lengkung penuh pada contoh
yang berikut adalah 90 mm)
Keadaan I Pertinggian yang diukur 90 mm (sama dengan
pertinggian teoritis).
Jika rel dalam harus diangkat 8 mm untuk angkatan
menyeluruh dan 3 mm bila angkatan pilih – pilih, maka rel
luar harus diangkat dengan nilai yang sama.
ABA ABA
8
3
TPT
TPT
3
8
ABA ABA
13
18
TPT
TPT
3
8
Angkatan MENYELURUH Angkatan PILIH - PILIH
Keadaan III Pertinggian yang terlalu tinggi,
Tetapi kelebihan tidak melebihi pengangkatan rel dalam
Pertinggian yang diukur = 92 mm,berarti rel luar 2 mm
lebih tinggi. Sehingga rel luar harus diangkat kurang
2 mm dari rel dalam.
ABA ABA
6
1
TPT
TPT
8
3
Angkatan MENYELURUH Angkatan PILIH - PILIH
ABA ABA
10
5
0
8
5
5 TP
TP
TP
TP
TP
3
0 TP 4
11
5
8
3
3
6
0
9
7
Angkatan MENYELURUH Angkatan PILIH - PILIH
3.2. Lengkung peralihan parabolis Tanpa
Lengkung Penghalusan ( Dusin ).
Sebelumnya telah dibicarakan tentang lengkung peralihan
dengan pertinggian yang mempunyai variasi konstan antara
MBA dengan ABA.
Untuk variasi pertinggian dan anak panah pada bagian MBA
dan ABA dibuat berangsur–angsur, sehingga membentuk suatu
lengkung penghalusan ( Dusin).
Rel luar
Rel dalam
A B C D E F GH I J
Buku lengkung milik mandor harus menunjukkan seluruh nilai
pertinggian yang didapat pada titik-titik A,B,C,D,E dan
F,G,H,I,J.
Pelaksanaan penentuan pertinggian pada lengkung penghalusan
:
Titik-titik pedoman telah ditentukan, namun harus
membuat penambahan titik-titk pedoman (TPT) PADA
A,B.C,D,E,F,G,H,I,J.jangan lupa bahwa pengangkatan rel
luar dilaksanakan dengan mengambil rel dalam sebagai
pedoman.
Penentuan TPT dilakukan dengan cara yang sama seperti
dalam menentukan titik MBA dan ABA.
161
TP TP
MBA
BAGIAN 2 . 1d
BAGIAN 2 . 1 d
A C B' D'
B D A' C'
4 Orang bersama - sama
LANGKAH 1 LANGKAH 2
0,20 0,20
2.1. PENDAHULUAN
Pada metode ini jalan rel diangkat dengan dongkrak dan balas
dimasukan kebawah bantalan dengan penggetaran tanpa
pengorekan balas.
165
Saran – saran :
Pemecokan pada satu garis bersilangan menghasilkan 70 s/d
80 % dari pemecokan yang sempurna.
Pada suatu daerah angkatan :
LANGKAH 1 : Pecok dulu kedua rentangan rel pada satu
garis bersilangan.
LANGKAH 2 : Kembali untuk memecok daerah tersebut pada
garis bersilang yang kedua.
2.3.2. Perincian perangkat pelat pemecok.
169
Catatan :
Perbedaan antara perangkat pelat pemecok yang
dijelaskan di atas adalah hanya pada ujungnya yang
mempunyai ketebalan berbeda.
Pelat ujung tersebut disetel dengan paku keeling.
Pelat ujung yang paling digunakan adalah pelat ujung
ketebalan 10 mm dan ketebalan 18 mm.Penukaran kedua
pelat ujung bias dilakukan dibengkel.
Pelat ujung ketebalan 10 mm digunakan terutama untuk
perawatan angkatan sedangkan pelat ujung ketebalan
18 mm digunakan terutama untuk pekerjaan angkatan jalan
rel baru dan pembaharuan jalan rel.
++++++++++++++++++++++++++++
Anjuran :
Agar mendapatkan hasil yang baik dalam pekerjaan
angkatan, nilai pengangkatan adalah antara 10 dan
15 mm di atas titik pedoman dengan menggunakan
pelat ujung ketebalan 10 mm.
Pada pemeliharaan rutin nilai tersebut jangan
dilampaui.
3.PEMAKAIAN PERALATAN
TEROPONG ANGKATAN.
(Metode ini dapat dipakai untuk setiap metode
pemecokan).
Cara mengangkat dengan teropong.
- Tempatkan papan rambu pada satu titik pedoman didaerah yang
belum dipecok dan tempatkan teropong pada titik pedoman
diddaerah yang sudah dipecok.
- Tanpa menyentuh teropong, papan rambu dipindahkan maju 6
atau 7 bantalan untuk tiap tempat dongkrak.
- Mandor harus memberi tahu nilai angkatan, yang harus sama
seperti yang tertulis pada bantalan (nilai pada waktu
persiapan).
Jika nilai itu berbeda, orang yang yang menangani papan rambu
harus memberitahu pada mandor dan pembidikan dilakukan lagi.
Bila tidak ada kesalahan, pengangkatan rel pada lokasi dongkrak
harus sama dengan waktu pekerjaan persiapan untuk angkatan.
173
Arah pemecokan
Rentang A :
x
15 TP 10
18
20
15
12
10 TP 11
Daerah yang
sudah dipecok
15
14
15
14
Rentang B :
x
x
Garis angkatan
x
TP 10 mm
TP
25 25 180
4 1 Alur untuk ANGKATAN PILIH - PILIH
31 (Tanpa mengangkat TITIK TINGGI)
Alur untuk 2
LISTRINGAN
80 MISTAR DEPAN
45
40
10
( Pelat besi
30
90 20
20
tebal 3 mm )
85
10
10
10
15
Alur untuk
ANGKATAN
ø5 A
10
40
20
MENYELURUH
15
10
20
100 Tepat
140
210
35
Alur untuk
LISTRINGAN
MISTAR
BELAKANG
30
B
Alur untuk
ANGKATAN
Alat untuk
12
mengunci mistar
C pada rel ( dengan
15
40
baji / pasak )
12
10 50 15 80
155
15
E
150
D
10
1.039
1 set peralatan terdiri dari :
1
A = 1 buah
B = 1 buah
Benang nilon 2 C = 2 buah
Benang nilon D = 2 buah
E = 2 buah
F F F = 1 buah
ANGKATAN LISTRINGAN
177
JALAN LURUS
Waterpas 200 mm Benang nilon
Benang nilon
LENGKUNGAN
Arah pekerjaan
Perhatian : Dongkrak jangan dipasangan dan diangkat kurang dari 10 bantalan dari titik
tinggi sehingga tidak ada pengaruh angkatan pada titik tinggi pada mistar
angkatan yang berada pada titik tinggi tersebut.
ORGANISASI PEKERJAAN
L A M P I R A N :
BAGIAN 2 . 1e
BAGIAN 2.1e
Contoh
Ambil bentangan rel I sebagai pedoman (guru) :
Catatan
1/ Letakan teropong pada TP dalam lengkung peralihan
parabolis, sebab baji peralatan adalah terbatas.
2/ Dengan cara yang sama dapat dilakukan pembidikan pada
rentangan rel II kalau diambil sebagai pedoman.
Contoh
0 0 0 0 0 0 + 5 = + 5 - 1 5 + 1 = + 6 + 6 + 7
1 + 1 0 0 0 0 + 5 = + 5 + 1 5 - 1 = + 4 Ditambah + 6 + 5
2 0 + 2 + 1 + 2 + 1 2 + 5 = + 7 + 1 7 - 1 = + 6 ( 5 - 4 = 1) + 8 + 7
3 + 7 + 2 + 3 + 2 + 2 + 2 2 + 5 = + 7 + 2 7 - 2 = + 5 Pada semua + 8 + 6
4 - 4 + 10 + 2 + 2,5 + 4 + 12 + 4 12 + 5 = + 17 + 3 17 - 3 = + 14 TP untuk + 18 + 15
5 + 13 + 5 + 1 + 8 + 5 + 6 + 5 6 + 5 = + 11 - 2 11 + 2 = + 13 mendapat + 12 + 14
6 + 5 + 10 + 6 + 2,5 + 5 + 16 + 5 16 + 5 = + 21 - 3 21 + 3 = + 24 nilai + 22 + 25
7 0 + 20 + 6 + 5 + 5 + 26 + 5 26 + 5 = + 31 + 2 31 - 2 = + 29 minimum + 32 + 30
8 1 1 + 20 + 6 + 3,5 + 5 + 26 + 5 26 + 5 = + 31 + 3 31 - 3 = + 28 5 mm + 32 + 29
9 + 3 + 15 + 3 + 5 + 5 + 18 + 5 18 + 5 = + 23 0 23 - 0 = + 23 + 24 + 24
10 + 9 + 6 + 5,5 + 4 + 6 + 4 6 + 5 = + 11 - 6 11 + 6 = + 17 + 12 + 18
11 + 2,5 + 4 + 2,5 + 2 + 4 + 2 4 + 5 = + 9 - 2 9 + 2 = + 11 + 10 + 12
12 + 2,5 + 2 + 1 + 0 + 1 + 3 + 1 3 + 5 = + 8 + 2 8 - 2 = + 6 + 9 + 7
13 - 2,5 + 5 + 1,5 + 0 + 5 + 0 5 + 5 = + 10 0 10 - 0 = + 10 + 11 + 11
14 + 0,5 + 2 - 2 + 0 + 2 + 0 2 + 5 = + 7 1 7 - 1 = + 6 + 8 + 9
15 + 1 + 1 0 0 + 0 0 + 5 = + 5 1 5 + 1 = + 6 + 6 + 7
16 0 0 0 + 0 0 + 5 = + 5 1 5 + 1 = + 6 + 6 + 7
15
10
- 5
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Catatan
Pada lurusan, pilih rentangan rel yang tertinggi untuk
melakukan pembidikan.
Pada lengkung penuh, pilih rentangan rel yang
tertinggi.
Pada lengukung peralihan parabolis dan lengkung peng-
halusan selalu rel dalam diambil sebagai rel pedoman
(guru).
Pertinggian untuk rel yang lain dihitung dengan menggunakan
mistar timbangan tiap 10 m.
Nilai pengangakatan sesudah penelitian harus positif atau
nol (Angkatan pilih – pilih).dan minimumnya nilai angkatan
diatas TP ( angkatan menyeluruh).
189
A B C D
= Lokasi Dongkrak
Penerapan metode
Pada waktu mandor sedang menunggu satu kereta api akan
lewat, dia harus membuat landai peralihan sementara.
Metode berikut ini digunakan :
Titik A adalah tempat dongkrak terakhir didaerah yang
sudah dipecok.
LANGKAH 1
Keadaan 1
Contoh
Keadaan 2
LANGKAH 2
Keadaan 1
Contoh
Keadaan 2
Contoh
DALAM PRAKTEK :
DALAM PRAKTEK :
Keadaan 1
Nilai angkatan diatas TP adalah 5 mm.
Buat tanda pada titik dongkrak B,yang terletak minimumnya 5
spasi bantalan sebelumnya didaerah pemecokan.
Perbedaan angkatan tiap bantalan dibuat maksimumnya 1 mm
atau 5 mm antara dua spasi dongkrak.
Titik B yang ditempatkan pada minimumnya 5 spasi bantalan
sebelumnya adalah permulaan landai peralihan.
Bila pekerjaan pemecokan sampai pada B, maka titk B tersebut
diangkat sesuai dengan nilai pembidikannya.
DALAM PRAKTEK :
- Bila satu rentangan, titik dongkrak B diangkat sampai
membidik 0 mm diatas papan rambu.
- Pada rentangan yang kedua, angkatan dilakukan dengan
menggunakan mistar timbangan.
Titik A diangkat hanya untuk satu rentangan untuk menghasil
kan/memperbaiki kerusakan pertinggian (jika perlu), hanya
dengan menggunakan mistar timbangan
194
Contoh :
DALAM PRAKTEK :
- Pada satu rentangan, titik dongkrak B diangkat sampai
membidik 5 mm diatas papan rambu.
- Pada rentangan yang kedua, angkatan dilakukan dengan
menggunakan mistar timbangan.
Titik A diangkat hanya satu rentangan untuk menutup
kekurangan pertinggian ( jika diperlukan).
Contoh :
BAGIAN 2 . 2
BAGIAN 2.2
MENGUKUR GENJOTAN
Pelaksanaan pengukuran dilakukan dengan peralatan
“ dansometer ” (lihat lampiran A)
“ fleximeter ” (lihat lampiran B)
“ Paku pengukur genjotan “
Tanda-tanda balas pada sisi bantalan tidak boleh
dipertimbangkan.
Bantalan diukur dengan salah satu peralatan yang dipilih di
antara yang diusulkan diatas.
Hasil pengukuran yang didapat, ditulis pada bagian ujung
bantalan.
Harus menggunakan sebanyak mungkin peralatan jika perlu.
Dalam melakukan pemeriksaan secara berurutan, bantalan
berurutan yang tidak diperiksa jangan lebih dari dua buah.
Peralatan tersebut harus digunakan walaupun hanya ada satu
bantalan yang menggenjot.
199
Mengukur genjotan
Catatan :
Tongkat bola tidak boleh digunakan untuk mengestimasi, atau
memberi bilai genjotan .
Peringgatan :
Jangan lebih dari dua bantalan tanpa peralatan pengukur
genjotan.
Catatan :
Bagian 2.2 ini merupakan dasar metode “SUFLASE”atau”SHOWEL
PACKING”.
203
Lampiran A
BAGIAN 2 . 3
LISTRINGAN
206
BAGIAN 2 . 3 a
BAGIAN 2.3a
axb
F =
2R
Contoh 3
Tali bisur pada bagian lengkung dari wesel 1 : 12
adalah 10,750 m, jari-jari = 3,18 m.
Diinginkan besarnya anak panah pada jarak 3,50 m dari
salah satu tali busur. Maka:
208
3,50 x 7,25
F = = 0,040 m = 40 mm.
2 x318
1.2 Perhitungan jari – jari
C2
F =
2R
F
Anak panah pada 5 m :
4
Dimana F adalah anak panah untuk tali busur 20 m, sedang
anak panah pada 2,50 m adalah Y1 dan Y2 yang besarnya ¾ f.
Contoh 1
Suatu busur lingkaran, anak panah pada tali busur 20 m
adalah 50 mm, maka :
F 50
F = = = 12,5 mm
4 4
209
3f 3
y1 = y2 = = x 12,5 = 9,4 mm
4 4
Contoh 2
Rumus tersebut diatas dapat juga digunakan untuk lengkung
peralihan parabolis,tetapi nilai F yang diambil adalah anak
panah rata–rata pada tali busur 20 m dari dua buah patok.
F F 41 F 42 50x58
F = , dimana F = = = 54 mm
4 2 2
54
F = = 13,5 mm.
4
3 3
y1 = y2 = f = x 13,5 = 10 mm
4 4
Lampiran
F f F f F f F f F f F f F f F f
151 38 28,5 176 44 33,0 201 50,5 37,5 226 56,5 42,5 251 63 47 276 69 52 301 75,5 56,5 326 81,5 61
152 38 28,5 177 44,5 33,0 202 50,5 38 227 57 42,5 252 63 47,5 277 69,5 52 302 75,5 56,5 327 82 61,5
153 38,5 28,5 178 44,5 33,5 203 51 38 228 57 43 253 63,5 47,5 278 69,5 52 303 76 57 328 82 61,5
154 38,5 29 179 45 33,5 204 51 38,5 229 57,5 43 254 63,5 47,5 279 70 52,5 304 76 57 329 82,5 61,5
155 39 29 180 45 34 205 51,5 38,5 230 57,5 43 255 64 48 280 70 52,5 305 76,5 57 330 82,5 62
156 39 29,5 181 45,5 34 206 51,5 38,5 231 58 43,5 256 64 48 281 70,5 52,5 306 76,5 57,5 331 83 62
157 39,5 29,5 182 45,5 34 207 52 39 232 58 43,5 257 64,5 48 282 70,5 53 307 77 57,5 332 83 62,5
158 39,5 29,5 183 46 34,5 208 52 39 233 58,5 43,5 258 64,5 48,5 283 71 53 308 77 58 333 83,5 62,5
159 40 30 184 46 34,5 209 52,5 39 234 58,5 44 259 65 48,5 284 71 53,5 309 77,5 58 334 83,5 62,5
160 40 30 185 46,5 34,5 210 52,5 39,5 235 59 44 260 65 49 285 71,5 53,5 310 77,5 58 335 84 63
161 40,5 30 186 46,5 35 211 53 39,5 236 59 44,5 261 65,5 49 286 71,5 53,5 311 78 58,5 336 84 63
162 40,5 30,5 187 47 35 212 53 40 237 59,5 44,5 262 65,5 49 287 72 54 312 78 58,5 337 84,5 63
163 41 30,5 188 47 35,5 213 53,5 40 238 59,5 44,5 263 66 49,5 288 72 54 313 78,5 58,5 338 84,5 63,5
164 41 31 189 47,5 35,5 214 53,5 40 239 60 45 264 66 49,5 289 72,5 54 314 78,5 59 339 85 63,5
165 41,5 31 190 47,5 35,5 215 54 40,5 240 60 45 265 66,5 49,5 290 72,5 54,5 315 79 59 340 85 64
166 41,5 31 191 48,0 36 216 54 40,5 241 60,5 45 266 66,5 50 291 73 54,5 316 79 59,5 341 85,5 64
167 42 31,5 192 48,0 36 217 54,5 40,5 242 60,5 45,5 267 67 50 292 73 55 317 79,5 59,5 342 85,5 64
168 42 31,5 193 48,5 36 218 54,5 41 243 61 45,5 268 67 50,5 293 73,5 55 318 79,5 59,5 343 86 64,5
169 42,5 31,5 194 48,5 36,5 219 55 41 244 61 46 269 67,5 50,5 294 73,5 55 319 80 60 344 86 64,5
170 42,5 32 195 49 36,5 220 55 41,5 245 61,5 46 270 67,5 50,5 295 74 55,5 320 80 60 345 86,5 64,5
171 43 32 196 49 37 221 55,5 41,5 246 61,5 46 271 68 51 296 74 55,5 321 80,5 60 346 86,5 65
172 43 32,5 197 49,5 37 222 55,5 41,5 247 62 46,5 272 68 51 297 74,5 55,5 322 80,5 60,5 347 87 65
173 43,5 32,5 198 49,5 37 223 56 42 248 62 46,5 273 68,5 51 298 74,5 56 323 81 60,5 348 87 65,5
174 43,5 32,5 199 50 37,5 224 56 42 249 62,5 46,5 274 68,5 51,5 299 75 56 324 81 61 349 87,5 65,5
175 44 33 200 50 37,5 225 56,5 42 250 62,5 47 275 69 51,5 300 75 56,5 325 81,5 61 350 87,5 65,5
211
TOLERANSI
- Untuk busur lingkaran, toleransi sebesar 2 mm ditambahkan
antara dua anak panah.
- Untuk lengkung peralihan parabolis, toleransi sebesar
1 mm ditanbahkan pada perbedaan antara dua anak panah
(kecuali pada lengkung penghalusan).
Contoh :
Perhitungan perbaikan lengkung
Perhitungan dilakukan secara berulang-ulang sampai tercapai
kondisi yang memuaskan.
213
Contoh 1
Penyelidikan lengkung antara patok 40 dan 54 (pada
bagian lingkaran dari lengkung).
215
Contoh 2
Penyelidikan lengkung antara patok 40 dan 55
(bagian lingkaran dari lengkung).
216
Contoh 3
Penyelidikan lengkung termasuk bagian lurus,
lengkung penghalusan, lengkung peralihan dan
bagian lengkung penuh .
217
BAGIAN 2 . 3 b
BAGIAN 2.3b
LISTRINGAN
15. PENDAHULUAN
Listringan adalah suatu pelaksanaan pekerjaan yang
dapat dikerjakan tersendiri, tetapi umumnya dilaksanakan
bersamaan dengan pekerjaan angkatan.
Angkatan dan listringan harus dilaksanakan sesuai
dengan urutan – urutan sebagai berikut :
1. Listringan dengan pengeseran kecil jalan rel :
o Angkatan dikerjakan dulu.
o Kemudian listringan.
2. Listringan dengan pengeseran jaran rel : > 20 mm.
o Listringan besar dikerjakan dahulu.
o Setelah itu angkatan.
o Kemudian kembali listringan sesudah jalan rel tepat
kedudukannya.
Listringan dilakukan setelah angkatan, karena jalan
rel yang telah diangkat harus sedikitnya dilewati oleh satu
rangkaian kereta sebelum jalan tersebut dilistring.
UNTUK LISTRINGAN, JANGAN TUNGGU LEBIH DARI SATU HARI
SETELAH PEKERJAAN ANGKATAN.
LANGKAH 4
Pindahkan posisi paku-paku pedoman pada pelat kayu sesuai
dengan geseran dari penelitian anak-panah.
Kita sekarang telah mempunyai patok-patok pedoman yang
selanjutnya dapat dipergunakan untuk melaksanakan pekerjaan
listringan.
3.1.2. Cara pemasangan patok pada lengkungan
Sesudah penelitian lengkungan dilselesaikan, Kepala Distrik
mengisi “BUKU LENGKUNG UNTUK MANDOR” (lihat lampiran
b)untuk mandor bisa melistring daerah tersebut.
Dibuat dua buah “BUKU LENGKUNG UNTUK MANDOR”
i. Satu buku tinggal di kantor DK.
ii. Yang kedua diberikan kepada Mandor
3.1.3. Pelaksanaan Pengeseran
Contoh :
Contoh :
Lampiran A
LANGKAH 3.
Melistring rel antara ujung benang nilon (Garis AB pada
Gambar 1 dan 2).
Perlu diingat, rel jangan digeser atau dilistring pada jarak
kurang dari 4 meter dari kedua ujung benang nilon. Karena
adanya titik pedoman yang merupakan dasar penyesuaian
terhadap seluruh rel lainnya. Jika titik pedoman tergeser,
ini akan mempengaruhi seluruh listringan.
Rel dilistring agar antara kedua titik yang telah di
tetapkan tersebut menjadi lurus.
Dengan menggunakan linggis atau dongkrak, jalan rel digeser
sampai tepat 100 mm dari benang nilon. Penggeseran kearah
227
kiri atau kea rah kanan dan pada ujungnya. Rel dibuat lurus
dan tepat sejajar dengan benang nilon.
Langkah 5.
Kembali benang nilon diatur pada jarak 100 mm dari sisi
dalam kepala rel.
Catatan: Alat kedudukan benang bias digunakan selain mistar
angkatan ( Lihat penyelasan pada halaman 2.3b/2).
Langkah 6.
Ikuti cara seperti melistring rel dalam langkah 3 (gambar 1
bagian 4,5 dan 6).
Langkah 7.
Selanjutnya.
Contoh :
Patok 35 : anak-panah F = 4 mm (+4 mm)
Patok 36 : anak-panah F = -4 mm
Contoh:
Catatan :
Cara ini berlaku juga untuk dua lengkungan yang
mempunyai variasi yang sama.
ORGANISASI PEKERJAAN
BAGIAN 2 . 3 c
BAGIAN 2.3c
Prinsip
Prinsip dan pengukuran adalah seperti yang telah dijelaskan
dalam bagian 2.3A dan B.
1. LANGKAH 1 – PENNENTUAN LOKASI DONGKRAK
Mandor membuat tanda untuk lokasi dongkrak pada rel dengan
kapur, sesuai dengan arah penggeseran.
Tiap dongkrak yang dibutuhkan adalah :
* Dua dongkrak untuk menggeser rel,ditempatkan disisi dalam
rel kea rah geseran (lihat tanda panah pada ganbar
dibawah). Jarak antara dua dongkrak adalah 6 atau 7
bantalan.
* Satu dongkrak untuk pengeseran rel lainnya. Dongkrak ini
ditempatkan pada rel lainnya, ditengah diantara kedua
dongkrak terdahulu (lihat gambar) dan berada pada titik
yang akan digeser.
a) Lengkungan :
239
b) Jalan lurus :
ORGANISASI PEKERJAAN
BAGIAN 2 . 4
BAGIAN 2.4a
1. PENDAHULUAN.
Tujuan cara ini adalah :Secara otomatis pengangkatan jalan
rel dan pemecokan balas dibawah bantalan dilakukan sampai
kedudukan yang benar dengan penggetaran dan penekanan /
pemadatan. Kegiatan ini dilaksanakan tanpa pengorekan balas.
dipilih diatas titik tinggi) dan lendutan yang ada pada TPM
yang di bandingkan terhadap titik tinggi tersebut.
Dalam hal ini, profil memanjang yang direncanakan antara dua
titik tinggi adalah merupakan satu garis lurus tanpa
meninggalkan sisa angkatan terhadap angkatan titik-titik
pemecokan.
Cara ini adalah metode DASAR MUTLAK.
Pekerjaan dengan dasar mutlak dapat duilaksanakan dengan
pembidikan secara bersama atau dengan pembidikan panda-
huluan.
Catatan :
Pemilihan metode pekerjaan harus ditentukan sebelum peker-
jaan dimulai.
Pemecokan dengan mesin berat untuk pemeliharaan biasanya
harus dilakukan dengan menggunakan dasar relative.
Pemecokan dengan menggunakan dasar mutlak harus diperin-
tahkan hanya jika profil memanjang harus ditentukan, sebagai
contoh untuk beberapa titik terpaksa atau jika kekurangan
angkatan profil memanjang adalah terlalu besar.
Metode dasar mutlak digunakan jika tidak mungkin men-
dapatkan hasil yang baik dengan menggunakan metode dasar
relative.
D AC 9,725 4,01
= = =
d AB 2,425 1
BAGIAN 2 . 4 b
BAGIAN 2.4b
2. PENDAHULUAN.
Metode listringan ini direncanakan untuk memperbaiki
listringan dengan menggunakan mesin listringan, yang dapat
dikombonasikan ataupun tidak dengan mesin pecok. Unit
pengeseran bekerja secara otomatis dengan tekanan pemasukan,
dorongan dan getaran.
5. PRINSIP
Prinsip mesin adalah untuk mengeser jalan rel pada titik
pedoman pengerjaan (yakni dimana unit pengeseran berada) dan
untuk memajukan titik ini pada lengkung yang telah
ditentukan, dengan 3 titk (atau 4 titik) sebagai berikut:
- Titik-titik Pedoman Belakang (bisa 1, bisa 2).yang berada
dibelakang mesin pada jalan rel yang telah digeser.
- Titik Pedoman Tengah yang berada pada bagian pengeseran.
- Titik pedoman Muka yang berada dimuka mesin pada jalan
rel yang akan digeser.
Setiap jenis mesin mempunyai sistim pengeseran masing –
masing dan sukar untuk dijelaskan secara menyeluruh.
AB.BD AC . CD
F1 = dan F2 =
2R 2R
F2 AC . CD
Perbandingan :
F1 AB . BD
Nilainya tergantung pada karakteristik / sifat dari mesin.
BAGIAN 2 . 4 c
PENGATUR BALAS
253
BAGIAN 2.4c
3. PENAMBAHAN BALAS.
Hal ini dilaksanakan dengan memakai :
a. Satu mesin penyapu yang dilengkapi dengan mesin pecok.
b. Satu mesin pendistribusi balas dan pengaturan profil, yang
tidak dikombinasikan dengan mesin angkatan dan listringan.
BAGIAN 2 . 4 d
PERSIAPAN UNTUK
BAGIAN 2.4d
PERSIAPAN UNTUK
1. RINGKASAN KETERANGAN
YANG DIBERIKAN PADA
OPERATOR.
□ Untuk angkatan
c. Pedoman rentangan (pada jalan lurus, jangan mengganti
pedoman rentangan yang panjangnya kurang dari 200 m).
d. Nilai pertinggian pada lengkung
e. Landai peralihan,yaitu MLA, ALA, DAN R
f. Titik – titk khusus seperti jembatan, perlintasan dan
lainnya.
g. Daerah yang menggunakan metode dasar mutlak.
i. Untuk listringan.
h. Pedoman rentangan (pada jalan lurus jangan mengganti
pedoman rentangan yang panjang kurang dari 200 m).
i. Tempat – tempat dimana pekerjaan akan dilaksanakan
dengan berpedoman pada patok – patok.
4. PERSIAPAN YANG
DILAKSANAKAN OLEH KEPALA
DISTRIK.
a. Pekerjaan balas :daerah yang memerlukan penurunan
balas(pengeceran balas).
b. Pemeriksaan patok lengkung : pemeriksaan patok dibuat
pertama kali. Jika perlu, tanda diatas patok dibenarkan.
c. Membingkar palang kayu pada perlintasan.
d. Tempat – tempat rintangan (dibawah jalan rel).
F
EG B
E
E
E
Catatan
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
Bantalan C
E E
E E D B B B
A B B C B D
15 m 15 m 15 m 15 M
257
100 m
MBA ABA ABA MBA
Arah Pekerjaan
bantalan tidak diperlukan
15 m
MBA
- TANDA - TANDA PADA BANTALAN
NP B ABA
15 m
F
Arah Pekerjaan
F=
C
T=
15 m
MBA
- F = NILAI ANAK PANAH PADA
MBA D ABA H LENGKUNG PENUH
Jangan lupa :patok – patok harus ditempatkan tiap 10 m.
-T = PERTINGGIAN
:Jika mesin pecok tidak dikombinasikan dengan
mesin listringan, tanda pengeseran pada ujung
258
BAB 3
PERAWATAN JALAN REL
- BANTALAN
- SAMBUNGAN
- REL
- BALAS
15
/1
1
/1
98
4
259
132
ISI
1. TOLERNASI.
2. PEMBERIAN TANDA PENYIKUAN.
3. PELAKSANAAN PENYIKUAN.
1. TOLERANSI.
1.1. Toleransi lebar sepur pada PJKA.
1.2. Toleransi lebar sepur pada Proyek KP3 BAKA.
1.3. Penerapan tolernasi.
1. PENDAHULUAN.
2. URAIAN CARA PERBAIKAN.
Perbaikan dengan penggantian pelat penjepit.
2.1.1. Alat penambat kaku : R33, R41/R42.
2.1.2. Alat penambat elastis.
2.2 Perbaikan dengan penggantian baut penjepit.
2.3 Perbaikan dengan penggantian tirepon/lockspike.
2.4 Perbaikan dengan tirepon berdiameter lebih besar.
2.5 Penggunaan pasak kayu.
2.6 Pembuatan lubang baru.
2.7 Tanda-tanda perbaikan.
2.8 Keamblesan pelat landas pada sambungan.
2. BANTALAN BETON.
261
1. PENDAHULUAN.
2. PELAKSANAAN PERBAIKAN SAMBUNGAN.
3. PENGENCANGAN SAMBUNGAN.
4. PENELITIAN RAYAPAN.
Prinsip.
Penetuan jumlah siar pada daerah sepanjang 100 m.
Ketentuan nilai Jm.
5. PERBAIKAN RAYAPAN.
Penyelidikan daerah batasan.
Penetuan dan dan perhitungan daerah yang memerlukan
pengedrekan rel.
Penetuan nilai rel yang diperlukan.
Penetuan pengedrekan rel.
Contoh-contoh.
1. TUJUAN.
BAGIAN 2.8. R E L.
Bagian 2.8a - PENGISIAN LOGAM PADA UJUNG KEPALA REL -
PENETUAN DAERAH PENGISIAN
LOGAM
1. PENDAHULUAN.
2. PELAKSANAAN PEMBERSIHAN.
BAGIAN 2
(Lanjutan)
PERAWATAN JALAN RE
265
BAGIAN 2.5
BANTALAN KAYU
266
BAGIAN 2.5a
PENGGANTIAN BANTALAN
267
BAGIAN 2.5a
PENGGANTIAN BANTALAN
( Kegitan dengan 6 Pekerja + 1 Mandor )
LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN
PERHATIAN PENTING :
Retak
Putus
Lubang
Terlalu
banyak
Alat
penambat
Longgar
271
Lapuk
ORGANISASI PEKERJAAN
NAMA PEKERJAAN :
Mengganti bantalan.
HASIL RATA-RATA :
Tiap hari xxx bantalan
diganti.
BAGIAN 2.5b
PENYIKUAN BANTALAN
273
BAGIAN 2.5b
PENYIKUAN BANTALAN
1. TOLERANSI
M : Merah
K :
Kuning
Catatan :
PERHATIAN :
3. PELAKSANAAN PENYIKUAN
b. Gorek balas
275
BAGIAN 2.5c
BAGIAN 2.5c
4. TOLERANSI
Bantalan Pada Sambungan.
PERHATIAN :
1m
278
5.PEMBERIAN TANDA
Pada Sambungan :
3. PELAKSANAAN
Bila penggeseran kurang dari 2 cm tidak perlu menggorek
balas.
Untuk petunjuk bagi orang yang menggorek balas, coret
panah arah. Petunjuk ini berarti bahwa penggorekan tidak
dibuat pada bantalan tersebut.
279
Contoh :
R = Merah
K = Kuning
Perhatian :
BAGIAN 2.5d
BAGIAN 2.5d
6. PEMERIKASAAN BERKALA
Pemeriksaan dibuat secara berkala sesuai dengan grup UIC.
Pemeriksaan berkala dilaksanakan dengan uji petik.
Pada tiap bagian jalan rel, harus dibuat uji petik sepanjang
50 m tiap km. Jangan buat uji petik yang berulang-ulang pada
daerah yang sama.
PENAMBAT KAKU :
(Tirepon mengencangkan penjepit secara langsung ke bantalan)
Catatan :
Lampiran A
285
BAGIAN 2.5e
LEBAR SEPUR
286
BAGIAN 2.5e
LEBAR SEPUR
1. TOLERANSI
TOLERANSI LEBAR SEPUR PADA PJKA.
Jadi toleransi lebar sepur adalah – 2 mm/+ 5 mm. Pada R.10 tidak
memberikan toleransi tentang perbedaan antara 2 bantalan
yang berurutan.
Perbedaan ukuran lebar sepur dari bantalan ke bantalan berikutnya tidak boleh lebih dari 2
mm.
Catatan penting :
Pasak kayu harus dibuat dari jenis kayu lunak, lebih lunak
daripada jenis kayu bantalan.
290
Nilai perbaikan
Pasak kayu (*)
lebar sepur Paku Paku Penyangga Tanda Keterangan
Tirepon
Dorken Lentur Klip DE
Jika ada dua lobang, pasang
hanya satu pasak pada lubang
Bj. Sangkar Bj. Sangkar Persegi Persegi yang terjauh.
1 mm atau 2 mm Pasang pasak persegi 22/19,
19/19 17/17 18/15 17/14
20/17, 21/15 atau 20/14 bila
lubang teralalu jauh dari rel.
Jika ada
dua
tirepon/pak
u
Dorken/paku
lentur pada
Pesegi Persegi Persegi Persegi
3 mm atau 4 mm
22/19 20/17 21/15 20/14
sebelah rel
yang sama
dan untuk
penyangga
Klip DE,
pasang dua
pasak.
4 mm Pasang pasak pada kedua rentangan rel
Perhatian :
Perhatian :
Pasak dimasukkan secara perlahan, pemasukkan yang
terlalu cepat membuat bantalan terbelah/retak.
292
*******************************************
Perhatian penting :
Tipe Mata
Bor
Secara Secara
manual mekanis Secara manual Secara mekanis
Mata bor berbentuk
Mata bor berputar Mata bor kerucut
sendok
Untuk alat penambat elastis, pembesaran lubang dibuat pada semua lubang.
P = jarak antara garis bediameter D dan garis brdiameter d pada mata bor kerucut.
e = jarak antara garis berdiameter D pada mata bor kerucut dab permukaan atas bantalan.
294
e = -12 berarti ada 12 mm bagian mata kerucut di bawah garis D yang tidak boleh dimasukkan ke dalam
lubang.
e = +3 berarti garis berdiameter D mata bor kerucut harus dimasukkan ke dalam lubang setebal 3 mm (jangan
lebih).
Secara
Secara manual mekanis
a
Tirepon
22 19 Paku lentur.
c
20 17
100 mm
c
Tirepon
Sumbat a b c d Paku Dorken.
kayu a
25 22 19 22 Paku
23 20 17 20 Lentur.
b
21 18 15 18 Penyangga
Klip DE.
c
24 18 15 21
100 mm
d
Persegi 20 17 14 17
23 17 14 20
Catatan penting :
Pasak kayu harus dibuat dari jenis kayu lunak, lebih lunak
daripada jenis kayu bantalan.
Lampiran A
297
Lampiran B
298
Nomor
Pengukuran Perbedaan lebar
bantala Koreksi lebar sepur Koreksi Keterangan
Lebar sepur sepur
n
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Lampiran C
299
Contoh 1 : LURUSAN
Nomor
Pengukuran Perbedaan lebar
bantala Koreksi lebar sepur Koreksi Keterangan
Lebar sepur sepur
n
1 1068 +1
2 1070 1067 +3 -3
3 1065 -2
4 1067 +2
5 1071 1067 +4 -4
6 1069 +2
7 1064 1067 -3 +3
8 1066 -1
9 1067 0
10 1069 +2
11 1071 1067 +4 -4
12 1067 0
13 1066 -1
14 1063 1067 -4 +4
15 1065 -2
16 1062 1066 -5 +4
17 1065 -2
18 1067 0
19 1069 +2
20 1070 1067 +3 -3
21 1066 0
22 1068 +1
23 1065 1067 -2 +2
24 1067 0
Contoh ini dibuat sesuai dengan toleransi yang digunakan oleh Proyek KP3 BAK
Lampiran D
300
Contoh 2 : LENGKUNGAN
Nomor
Pengukuran Perbedaan lebar
bantala Koreksi lebar sepur Koreksi Keterangan
Lebar sepur sepur
n
1 1080 -2
Lebar sepur
2 1078 1081 -4 +3 teoritis
1088
3 1079 -3
4 1078 1081 -4 +3
5 1082 0
6 1081 -1
7 1084 1082 +2 -2
-4
8 1086 1082 +4 -3
9 1085 1082 +3
Nilai peralihan
10 1081 -1 teoritis
Contoh ini dibuat sesuai dengan toleransi yang digunakan oleh Proyek KP3 BAKA
301
BAGIAN 2.5f
BANTALAN
BAGIAN 2.5f
BANTALAN
9. PENDAHULUAN.
Tegangan yang timbul pada jalan rel menyebabkan tirepon atau paku
rel bergerak, sehingga memungkinkan :
Pada lubang
Persegi
Penyangga Klip 14 mm 14 mm
17/14 DE
Catatan penting :
Pasak kayu harus dibuat dari jenis kayu lunak, lebih lunak
daripada jenis kayu bantalan.
Suatu penelitian harus dilakukan oleh Balai Besar pada suatu
daerah mengenai jenis kayu dan ukuran-ukuran pasak yang
diusulkan dapa bagian ini.
Penelitian tersebut harus dilakukan untuk memastikan apakah
ukuran pasak yang diusulkan cocok.
Pasak-pasak dengan ukuran yang diusulkan di atas tidak boleh
digunakan tanpa izin dari Balai Besar.
Catatan :
- LUBANG LAMA
PERPINDAHAN BANTALAN - LUBANG BARU
Dengan cara ini terpaksa harus membuat lubang baru pada kedua
bagian bantalan untuk kedudukan rel, walaupun beberapa
lubang diantaranya masih baik dan tidak memerlukan
perbaikan.
307
PERPINDAHAN BANTALAN
d
d
TANDA-TANDA PERBAIKAN.
PENYANGGA
TIREPON PAKU DORKEN PAKU LENTUR TANDA
KLIP DE
Sumbat kayu Subat kayu Sumbat kayu Subat kayu
(*) (*) (*) (*)
bujur sangkar persegi bujur sangkar persegi
19/19 17/17 18/15 17/17
Sumbat kayu Sumbat kayu Sumbat kayu Sumbat kayu
(*) (*) (*) (*)
persegi persegi persegi persegi
22/19 20/17 21/15 20/14
( * ) Ukuran pasak yang diberikan di atas adalah ukuran pada penampang pasak yang kecil. (lihat
ukuran terperinci pada hal. 2.5e/10).
Sumbat kayu Sumbat kayu Sumbat kayu Sumbat kayu
segi delapan segi delapan segi delapan segi delapan
21/16 22/17 20/15 19/14
Posisi lubang baru :
+
308
Pelat landas yang dipasang pada Pelat landas yang dipasang pada
sumbu bantalan sebelah bantalan
Sumbu
bantalan
Tipe pelat
landas c b a a b c
Jarak antara Sisa jarak yang Pelebaran yang Lebar bantalan Sisa jarak yang Pelebaran Lebar
Batasan Sisa jarak sumbu bantalan diperlukan untuk diperlukan un- yang diperlukan diperlukan untuk untuk bantalan yang
Lubang perbaikan tuk perbaikan untuk perbaikan perbaikan perbaikan untuk
40 mm dan sumbu
pelat landas bantalan di di sebelah kiri di sebelah kiri perbaikan
( mm ) lubang
(mm) sebelah kanan. dan sebelah dan sebelah
( mm ) kanan. kanan.
( mm ) ( mm ) ( m,m ) ( mm )
c b a ( mm ) ( mm )
A Dog spike 19,5 16 34,5 25+16=41 (41-19,5)x2=43 25-16=41 41-(19,5x2)=2 222
263
Tirepon 25,6 22 21,5 25+22=47 (47-26,5)x2=41 25+22=47 0
309
R25
B Dog spike 19,5 16 34,5 25+16=41 (41-19,5)x2=43 263 25+16=41 41-(19,5x2)=2 222
Tirepon
OC 14 22 34 25+22=47 (47-14)x2=66 286 25+22=47 47-(14x2)=19 229
R33
OD 19 22 29 25+22=47 (47-19)x2=56 276 25+22=47 47-(14x2)=19 229
OF 14 22 34 25+22=47 (47-14)x2=66 286 25+22=47 47-(14x2)=19 229
OH 14 22 34 25+22=47 (47-14)x2=66 286 25+22=47 47-(14x2)=19 229
R41/
OK 19 22 29 25+22=47 (47-19)x2=56 276 25+22=47 47-(14x2)=19 229
R42
OB 19 22 29 25+22=47 (47-19)x2=56 276 25+22=47 47-(14x2)=19 229
Pandrol 11,125 17,75 41,125 25+17,75=42,75 (42,75- 283,25 25+17,75=42,75 42,75- 240,5
11,125)x2=63,25 (10,125x2)=20,5
Lampiran
BAGIAN 2.6
BAGIAN 2.6
1. BATALAN BESI
Perubahan bentuk.
Ketebalan berkurang.
Kelembaman mengakibatkan pengkaratan yang cukup besar pada
bidang permukaaan bagian bawah bantalan dan pada
sekeliling lubang.
Ketebalan sekeliling lubang tidak boleh kurang dari 2 mm
dibandingkan dengan ketebalan pada bantalan yang baru (9
mm).
Sistim Pandrol.
Hal itu dapat diperbaiki dengan memberi lebih dulu satu pasak
pada satu ujung dari pelat landas. Dari bentuk pelat landas
memungkinkan untuk memasukkan pasak hanya pada satu ujungnya
saja.
Catatan :
Walaupun pasak memungkinkan memperkuat penambatan, perbaikan akan
memberi pengaruh terhadap lebar sepur.
314
PEMELIHARAAN
a/ Alat Penambat.
Untuk sistim Pandrol, penggantian Klip Pandrol yang
sudah aus.
Untuk sistim Kaku :
Secara umum, dilaksanakan pembukaan alat penambat secara
sistimatis dan secara berkala.
Pembukaan dilaksanakan dengan menggunakan mesin mengikat baut
atau dengan kunci baut.
Sebelum pembukaan alat penambat, alat penambat ini harus
diminyaki dengan minyak pelumas atau minyak biasa.
Peminyakan ini dilakukan beberapa hari sebelum pembukaan alat
penambat.
Bantalan besi yang akan diganti dilepaskan dari rel. Jalan rel
diangkat sampai memungkinkan mengeluarkan bantalan tanpa
merusakkan lapisan balas pendukung. Kemudian bantalan baru
dimasukkan dan jalan rel diturunkan kembali.
Perbedaaan ketebalan bantalan mungkin menyebabkan ketidak kokohan
bantalan tersebut.
Oleh karena itu :
2. BANTALAN BETON.
Biasanya bantalan beton dilayani dengan RPM, tetapi juga ada di
PJKA bantalan beton yang dilayani dengan rel normal.
Pada zone dengan rangkaian Listrik, material isolator harus
diperiksa secara khusus.
Bantalan beton yang digunakan di PJKA adalah jenis bantalan
Monoblok Pra-tekan.
KEAUSAN
Alat Penambat :
Bantalan yang digunakan di PJKA mempunyai alat penambat tipe
Pandrol dan tipe DE.
BAGIAN 2.7
SAMBUNGAN
318
BAGIAN 2.7a
PADA SAMBUNGAN
319
BAGIAN 2.7a
PADA SAMBUNGAN
DILARANG :
Penggunaan
Mesin grinda
321
BAGIAN 2.7b
PERBAIKAN SAMBUNG AN
322
BAGIAN 2.7b
PERBAIKAN SAMBUNGAN
5. PENDAHULUAN.
Keausan
45/10 mm. Keausan terlalu besar, maka
pelat penyambung tidak boleh digunakan lagi.
Bila digunakan pelat penyambung baru, pengukuran harus
dilakukan lagi.
INGAT :
Dilarang melepas 2 sambungan rel yang berhadapan dalam waktu yang
sama.
326
Juga tidak dibenarkan kereta api lewat ketika sambungan rel masih
dalam keadaan dilepaskan.
7. PENGENCANGAN SAMBUNGAN.
Pengencangan sambungan harus dilakukan seperti berikut :
Saran-saran :
Gunakan baut dengan cincin per.
Kencangkan baut sedemikian rupa cincin per biasa berfungsi
dengan baik.
Jangan gepengkan cincin per.
327
Lampiran
328
ORGANISASI PEKERJAAN
NAMA PEKERJAAN : PERBAIKAN SAMBUNGAN REL.
Perencanaan pelaksanaan
pekerjaan perbaikan sambungan
rel.
BAGIAN 2.7c
PENGATURAN
SIAR REL
330
BAGIAN 2.7c
Tebal ukuran nilai siar sesuai dengan panjang rel dan suhu
untuk pemasangan jalan rel adalah sebagai berikut :
18 8 8 8 7 7 7 6 6 5 5 5 4 4 4 3 3 2 2 2 1 1 0
24 11 11 10 10 9 9 8 8 7 7 6 6 5 5 4 4 3 3 2 2 1 0
36 11 11 11 9 8 8 7 6 5 5 4 3 2 2 1 0 0 0 0 0 0 0
85 20 20 18 16 14 12 10 9 6 4 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
CATATAN :
4. PENILAIAN RAYAPAN.
Penelitian untuk mengedrek rel dilakukan oleh Kepala
Distrik :
4.1. PRINSIP.
Pengaturan siar rel tidak dibuat sehingga tiap sambungan rel
mempunyai nilai siar yang sama dengan pada waktu pemasangan.
Sudah diketahui temperatur penutupan siar rel pada waktu
pemasangan; temperatur ini adalah :
- 60o untuk rel dengan panjang P 24 m.
- 48o untuk rel dengan panjang P seperti 24 m P 36
m.
- 40o untuk rel dengan panjang P = 85 m.
Untuk pengaturan siar rel, ambil sebagai pedoman “jumlah
nilai siar minimum”. (Jm) yang sesuai dengan temperatur 40o
untuk panjang rel 100 m.
Untuk rel panjang 85 m, ambil sebagai pedoman jumlah nilai
siar pedoman “Jm” yang terdiri dari hanya satu siar rel. Jm
dihitung sesuai dengan panjang rel 85 m dan temperatur
o
penutupan siar rel 35 C.
333
8 12 m
6 12 m sampai 18 m
5 22 m
4 24 m
3 30 m sampai 36 m
Jm
Temperatur 8 sambungan untuk rel 12 m
6 sambungan untuk rel 15 – 18 m
rel 5 sambungan untuk rel 22 m
o
( C ) 4 sambungan untuk rel 24 m
3 sambungan untuk rel 30 – 36 m
40 0
38 3
36 5
35 6
34 7
32 9
30 11
28 13
26 15
24 17
22 19
20 21
18 24
334
35 0
34 1
32 3
30 4
28 6
26 8
24 10
22 12
20 13
18 15
5. PERBAIKAN RAYAPAN.
5.1. PENYELIDIKAN DAERAH BATASAN.
Nilai pengedrekan
Nomor rel ( 3 )
Rentangan Rentangan
Suhu dan Ja
“n” sambungan
“N” sambungan
dan arah
Kanan kiri
pengedrekan
pengedrekan
pengedrekan
Kn, Hn
Jumlah J
Jumlah J
Sesudah
Sebelum
dan arah
Nilai
Penolong
penolong
Pehitung
Perjhitun
J yang
J yang
J yang
J yang
diukur
diukur
J J
perlu
perlu
gan
an
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
4+800
26 o C
11 6
0 0
7 -3 4 1 8 -3 5
3 3
M M
3 +1 4 2 7 -3 4
10 14
2 6
4 M M
23 12 -8 4 3 31 10 -6
11 13
10 12
25 3 +1 4 4 27 2 +2 4 M8 M7
4+900 9 10
20 2 +2 4 5 20 1 +3 4 M6 M6
7 7
18 1 +3 4 6 14 1 +3 4 M2 M6
4 4
6 0 +4 4 7 4 0 +4 4
0
8 5 0 8 6 4 0 4
0
12 6 9 6 1 +3 4
5+100 3
19 8 10 11 6 -2 4
1
22 3 11 19 8 -4 4
Jm = 15 mm
3
22 5 12 15 0 +4 4
1
21 5 13 14 0 +4 4
5
14 14 6 -2 4
5+100 16 3
3
13 0 +4 4 15 14 8 -4 4
4 1
9 1 +3 4 16 24 10 -6 4
7 7
13 9 -5 4 17 26 2 +2 4
2 5
5+200 21 11 -2 4 18 22 2 +2 4
0 3
29 8 -3 4 19 17 3 +1 4
3 2
35 7 -3 4 20 7 0 +4 4
6 2
31 5 -1 4 21 5 0 +4 4
5+300
7 6
21 1 +3 4 22 9 6 -2 4
4 4
15 2 +2 4 23 14 8 -4 4
5+376 2 0
24 18 4 0 4
26 o C
10 2 +2 4
0 25
( # ) Coret yang tidak perlu.
337
IINSPEKSI : 12 Data-data untuk menetukan Jm PENGUKURAN DK PEMERIKSAAN DK
SEKSI : 121 No. Tgl Oleh Tgl Tandda tangan
DISTRIK : 121 B
Rangkak normal / sistimatis
REGU : VI Tipe alat-alat penambat : Pandrol Petama
Lintas dari : Kertapati Bantalan kayu Kedua
Sampai : Tanjung karang
Panjang : 24 m
Nilai pengedrekan
Nomor rel ( 3 )
Rentangan Rentangan
Suhu dan Ja
“n” sambungan
“N” sambungan
dan arah
Kanan kiri
pengedrekan
pengedrekan
pengedrekan
Kn, Hn
Jumlah J
Jumlah J
Sesudah
Sebelum
dan arah
Nilai
Penolong
penolong
Pehitung
Perjhitun
J yang
J yang
J yang
J yang
diukur
diukur
J J
perlu
perlu
gan
an
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
4+800
26 o C
11 6
0 0
7 -3 4 1 8 -3 5
3 3
M M
3 +1 4 2 7 -3 4
10 14
2 6
4 M M
23 12 -8 4 3 31 10 -6
11 13
10 12
25 3 +1 4 4 27 2 +2 4 M8 M7
4+900 9 10
20 2 +2 4 5 20 1 +3 4 M6 M6
7 7
18 1 +3 4 6 14 1 +3 4 M2 M6
4 4
6 0 +4 4 7 4 0 +4 4
0
8 5 0 8 6 4 0 4
0
12 6 9 6 1 +3 4
5+100 3
19 8 10 11 6 -2 4
1
22 3 11 19 8 -4 4
Jm = 15 mm
3
22 5 12 15 0 +4 4
1
21 5 13 14 0 +4 4
5
14 14 6 -2 4
5+100 16 3
3
13 0 +4 4 15 14 8 -4 4
4 1
9 1 +3 4 16 24 10 -6 4
7 7
13 9 -5 4 17 26 2 +2 4
2 5
5+200 21 11 -2 4 18 22 2 +2 4
0 3
29 8 -3 4 19 17 3 +1 4
3 2
35 7 -3 4 20 7 0 +4 4
6 2
31 5 -1 4 21 5 0 +4 4
5+300
7 6
21 1 +3 4 22 9 6 -2 4
4 4
15 2 +2 4 23 14 8 -4 4
5+376 2 0
24 18 4 0 4
26 o C
10 2 +2 4
0 25
( # ) Coret yang tidak perlu.
338
Nilai pengedrekan
Nomor rel ( 3 )
Rentangan Rentangan
Suhu dan Ja
“n” sambungan
“N” sambungan
dan arah
Kanan kiri
pengedrekan
pengedrekan
pengedrekan
Kn, Hn
Jumlah J
Jumlah J
Sesudah
Sebelum
dan arah
Nilai
Penolong
penolong
Pehitung
Perjhitun
J yang
J yang
J yang
J yang
diukur
diukur
J J
perlu
perlu
gan
an
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
4+800
26 o C
11 6
0 0
7 -3 4 1 8 -3 5
3 3
M M
3 +1 4 2 7 -3 4
10 14
2 6
4 M M
23 12 -8 4 3 31 10 -6
11 13
10 12
25 3 +1 4 4 27 2 +2 4 M8 M7
4+900 9 10
20 2 +2 4 5 20 1 +3 4 M6 M6
7 7
18 1 +3 4 6 14 1 +3 4 M2 M6
4 4
6 0 +4 4 7 4 0 +4 4
0
8 5 0 8 6 4 0 4
0
12 6 9 6 1 +3 4
5+100 3
19 8 10 11 6 -2 4
1
22 3 11 19 8 -4 4
Jm = 15 mm
3
22 5 12 15 0 +4 4
1
21 5 13 14 0 +4 4
5
14 14 6 -2 4
5+100 16 3
3
13 0 +4 4 15 14 8 -4 4
4 1
9 1 +3 4 16 24 10 -6 4
7 7
13 9 -5 4 17 26 2 +2 4
2 5
5+200 21 11 -2 4 18 22 2 +2 4
0 3
29 8 -3 4 19 17 3 +1 4
3 2
35 7 -3 4 20 7 0 +4 4
6 2
31 5 -1 4 21 5 0 +4 4
5+300
7 6
21 1 +3 4 22 9 6 -2 4
4 4
15 2 +2 4 23 14 8 -4 4
5+376 2 0
24 18 4 0 4
26 o C
10 2 +2 4
0 25
( # ) Coret yang tidak perlu.
340
Rel didrek supaya didapat nilai siar pada kolom 6 atau 12.
Beberapa Saran :
5.5. CONTOH-CONTOH.
Prinsip Metode.
Perhatikan apa yang terjadi pada siar rel bila rel didrek
dengan arah dan nilai yang telah ditentukan.
Contoh 1:
Sambungan yang berada sebelum rel 1
Rentangan KANAN
mempunyai nilai siar 10 mm Untuk dapat
Nilai siar yang diukur
Nomor rel ( 3 )
dan arah
Jumlah J
Perhitungan
penolong
J yang
J yang
diukur
perlu
Contoh 2 :
Nilai siar yang berada sebelum rel 1
Rentangan KANAN
adalah 1 mm untuk nilai siar ini menjadi
Nilai siar yang diukur
Nomor rel ( 3 )
dan arah
: .
Jumlah J
Perhitungan
penolong
J yang
J yang
diukur
perlu
Catatan :
a. Perhitungan J.
Jumlah J dari 4 nilai siar adalah kurang dari 15 mm,
antara :
Rel no. 7 dan 10
Rel no. 15 dan 18
Rel no. 24 dan 25
b. Pengaturan siar rel.
Jadi cari pada daerah sekitarnya, harga yang memungkinkan
mengembalikan Jm.
Pada siar (7,8), J = 6 mm, Jm = 15 – 6 = 9 mm, jadi 9 mm
yang harus didapat untuk mengembalikan Jm.
Jika diberikan 4 mm : pada siar (7,8), nilai siar (7,8)
ditambah dengan 4 mm.
Jika diberikan 4 mm : pada siar (6,7), nilai siar (6,7)
ditambah dengan 4 – 1 = 3 mm.
343
Nilai pengedrekan
Nomor rel ( 3 )
Rentangan Rentangan
Suhu dan Ja
“n” sambungan
“n” sambungan
dan arah
Kanan kiri
pengedrekan
pengedrekan
pengedrekan
Kn, Hn
Jumlah J
Jumlah J
Sesudah
Sebelum
dan arah
Nilai
Penolong
penolong
Pehitung
Perjhitun
J yang
J yang
J yang
J yang
diukur
diukur
J J
perlu
perlu
gan
an
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
4+800
26 o C
11 6
0 0
7 -3 4 1 8 -3 5
3 3
M M
3 +1 4 2 7 -3 4
10 14
2 6
4 M M
23 12 -8 4 3 31 10 -6
11 13
10 12
25 3 +1 4 4 27 2 +2 4 M8 M7
4+900 9 10
20 2 +2 4 5 20 1 +3 4 M6 M6
7 7
18 1 +3 4 6 14 1 +3 4 M2 M6
4 4
6 0 +4 4 7 4 0 +4 4
0
8 5 0 8 6 4 0 4
0
12 6 9 6 1 +3 4
5+100 3
19 8 10 11 6 -2 4
1
22 3 11 19 8 -4 4
Jm = 15 mm
3
22 5 12 15 0 +4 4
1
21 5 13 14 0 +4 4
5
14 14 6 -2 4
5+100 16 3
3
13 0 +4 4 15 14 8 -4 4
4 1
9 1 +3 4 16 24 10 -6 4
7 7
13 9 -5 4 17 26 2 +2 4
2 5
5+200 21 11 -2 4 18 22 2 +2 4
0 3
29 8 -3 4 19 17 3 +1 4
3 2
35 7 -3 4 20 7 0 +4 4
6 2
31 5 -1 4 21 5 0 +4 4
5+300
7 6
21 1 +3 4 22 9 6 -2 4
4 4
15 2 +2 4 23 14 8 -4 4
5+376 2 0
24 18 4 0 4
26 o C
10 2 +2 4
0 25
( # ) Coret yang tidak perlu.
345
Sesudah perhitungan.
Catatan :
Lampiran A (1/2)
Nilai pengedrekan
Nomor rel ( 3 ) Rentangan Rentangan
Suhu dan Ja
“n” sambungan
“N” sambungan
dan arah
Kanan kiri
pengedrekan
pengedrekan
pengedrekan
Kn, Hn
Jumlah J
Jumlah J
Sesudah
Sebelum
dan arah
Nilai
Penolong
penolong
Pehitung
Perjhitun
J yang
J yang
J yang
J yang
diukur
diukur
J J
perlu
perlu
gan
an
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Lampiran A (2/2)
BENTUK PENGUKURAN NILAI SIAR REL (2/2)
IINSPEKSI : Data-data untuk menetukan Jm PENGUKURAN DK PEMERIKSAAN DK
SEKSI : No. Tgl Oleh Tgl Tandda tangan
DISTRIK :
Rangkak normal / sistimatis
REGU : Tipe alat-alat penambat : Petama
Lintas dari :
Sampai : Kedua
Panjang :
n= Kontrol
Km………………………s/d Km………………………….. RS atau RK ( # )
Catatan :
26) Mandor mengisi kolom 1,2,3,4,10 bahkan 14, serta kolom 17 dan 19 jika disuruh DK.
27) Untuk sumbangan selang-seling , tulis hasil pengukur dengan selisih untuk tiap rentangan angka genap atau ganjil.
28) Pengkuran harus dilakukan pada daerah yang homogen (panjang rel sama, jenis alat penambat sama, dll).
29) Pada lengkungan, hasil mengukur rel dalam dan rel pendek, harus ditandai dengan warna.
30) Kemajuan ( M ) dan kelambatan ( L ) dari rentangan kanan dibandingkan dengan rentangan kiri.
Nilai pengedrekan
Nomor rel ( 3 ) Rentangan Rentangan
Suhu dan Ja
“n” sambungan
“n” sambungan
dan arah
Kanan kiri
pengedrekan
pengedrekan
pengedrekan
Kn, Hn
Jumlah J
Jumlah J
Sesudah
Sebelum
dan arah
Nilai
Penolong
penolong
Pehitung
Perjhitun
J yang
J yang
J yang
J yang
diukur
diukur
J J
perlu
perlu
gan
an
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
20 150
12 144 6
349
9
8
7
5
6
3
4
20
25
25
24
23
22
21
19
18
17
15
16
14
13
12
10
11
182,5
Lampiran
B
ALAT ANTI RAYAP REL
Untuk rel R. 33
60°
42
57
30
R=55
350
R. 33
122
5 5
R=55
R=5
30
R=
R=30 28
65
37,5 15 52,5 24
55
95,5 76,5
172
9
Lampiran C
A 'PANDROL' BRAND FASTENING COMPONENT
( PROVISIONAL)
111
84
22
16
10 22
R=9
14
22
13,5
4,5
351
50
BOND TO BE SMOOTH
& FREE KINKS
Lampiarn E
353
BAGIAN 2.7d
PENYIKUAN SAMBUNGAN
354
BAGIAN 2.7d
PENYIKUAN SAMBUNGAN
8. TUJUAN.
Karena adanya rayapan pada rel dan karena pengedrekan rel
(dilakukan untuk menghentikan rayapan), ketidak sikuan
sambungan di luar batas dapat terjadi. Tujuan penyikuan
sambungan adalah untuk mengembalikan kedudukan kedua
rentangan rel pada sambungan dalam toleransinya.
PADA LENGKUNGAN.
Ukur nilai kesikuan pada tiap sambungan (dekat MBA dan ABA).
PRINSIP PENGUKURAN.
TOLERANSI-TOLERANSI.
Contoh :
Suatu lengkungan dengan rel-rel panjang 13,60 m dan 13,50 m.
Perbedaan panjang rel adalah (13,60 – 13,50) m = 0,1 m atau
sama dengan 100 mm, maka :
Toleransi kesikuan untuk pemasangan adalah : 1 x 100 =
2
50 mm.
METODE PERHITUNGAN.
C o n t o h
Rel-rel
dengan
panjang Ukuran kesikuan
13,60 m sambungan M (maju) B
dan (terbelakang)
Penukaran rel
13,50 m Catatan
yang dilakukan
r R
rentangan rentangan
lain pedoman
Rel-rel
M. 40 pada
Di luar (M. 80 rentangan
batas (M. 90 yang
toleransi (M. 100 pedoman
M. 10 yang
ditukar
BAGIAN 2.8
R E L
358
BAGIAN 2.8a
BAGIAN 2.8a
PENGUKURAN KEKURANGAN.
3a
3b
Catatan :
BAGIAN 2.8b
PERAWATAN RUTIN
362
BAGIAN 2.8b
Satu rel harus diganti di tempat bila ada salah satu dari
kerusakan seperti berikut :
U + u + e2
Dimana :
U = Keausan
kepala rel
u = Keausan kaki
rel
e = Keausan
samping
BATAS KEAUSAN U + u + e
2
GRUP UIC
TIPE REL 1 – 6
7 – 8
7 dan 8
(tanpa penumpang)
(dengan kereta api
dan 9
penumpang)
R 25 7 8
R 33 10 11
R 41/R 42 15 16
R 50 18 19
R 54 20 22
PEMERIKSAAN TAMBAHAN.
1. Retakan melintang.
2. Retakan memanjang pada kepala rel.
3. Retakan vertikal pada kepala rel.
4.1. Kerusakan pada permukaan/shelling.
4.2. Legokan dengan atau tanpa serpihan (Aanslaag).
5. Retakan berbentuk bintang.
6. Retakan memanjang pada bagian peralihan rel.
REL PATAH :
BAGIAN 2.8c
BAGIAN 2.8c
Keadaan 2 :
Keadaan 3 :
Keadaan I
Keadaan II
Keadaan III
Keadaan IV
373
PERHATIAN :
2.2. REL PUTUS PADA JARAK LEBIH 200 M DARI UJUNG RPM.
Langkah 1 :
Kurangi rel sebesar (s-1) mm, sesuai untuk ketebalan
baja pengisi dari pengelasan termis.
(S-1) mm adalah jumlah material baja pengelasan. S mm
adalah celah yang perlu untuk melakukan pengelasan
termis.
Nilai S ini tergantung pada Pabrik Pembuatan.
Langkah 2 :
Kurangi celah sampai tercapai S mm dengan mengunakan
peralatan pengedrekan hidrolik.
Langkah 3 :
Bila celah telah mencapai S mm, buat satu tanda garis
pedoman pada kaki rel dan satu tanda garis lainnya pada
bantalan sekitar 0,50 m dari celah tersebut.
Garis tanda pada rel dan garis tanda pada bantalan
harus meerupakan suatu garis saja.
377
2.3. REL PUTUS ATAU KERUSAKAN PADA JARAK KKURANG DARI 200 M DARI
UJUNG RPM.
Contoh :
BAGIAN 2.9
B A L A S
383
BAGIAN 2.9a
PEMBERSIHAN BALAS
384
BAGIAN 2.9a
PEMBERSIHAN BALAS
2. PENDAHULUAN.
Suatu balas yang baik adalah balas yang bersih dan dapat ditembus, untuk
memungkinkan perputaran udara dari lapisan dasar balas, penguapan dan pengaliran air.
Kekotoran balas bagian permukaan oleh elemen-elemen dengan butiran kecil dan
pengotoran yang disebabkan oleh muatan-muatan kereta (bara, bahan yang bersipat
tepung, minyak, gemuk, dan lain-lain) menyebabkan lapisan balas bantalan digumpal
secara perlahan-lahan. Akibatnya bantalan berlumpur, tidak kokoh dan rayapan
bantalan.
3. PELAKSANAAN PEMBERSIHAN.
Pembersihan harus dikerjakan selebar jalan rel dan pada lereng. Pada dasar galian harus
diberi kemiringan melintang sedikitnya 3 cm/m. Kemiringan ini harus diatur seperti
berikut :
PETUNJUK UMUM :
Tentukan dengan teliti daerah yang memerlukan pembersihan.
Jangan melakukan pembersihan pada saat hujan (gumpalan Lumpur pada balas
mengakibatkan pengayakan tidak efisien).
Agar pengayakan sempurna, gunakan ayakan balas.
ORGANISASI PEKERJAAN
o 1 sekop.
Tidak ada.
LAMPIRAN :
xxx Dapat dilihat dalam lampiran khusus yang hanya digunakan oleh Kepala Distrik.
387
BAGIAN 2.9b
BAGIAN 2.9b
PENGEMBALIAN PROFIL
BALAS
Pemecokan balas di bawah bantalan harus dikerjakan pada bagian bantalan yang
langsung berada di bawah rel (lihat gambar) dan jangan pada bagian tengah
bantalan.
Kemiringan sebesar 3 cm/m harus dibuat untuk menjamin pengaliran air hujan di
atas tubuh tanah (tubuh baan).
Balas yang tersebar harus dikumpulkan dengan garpu dan pengeruk dan diletakkan
pada jalan.
Penampang melintang harus sesuai dengan lampiran yang berikut :
Bantalan Kayu.
Lampiran A jalan rel dengan rel normal dan rel panjang.
Lampiran B jalan rel dengan rel dilas panjang (RPM).
Bantalan Beton.
Lampiran C jalan rel dengan rel dilas panjang (RPM).
389
Catatan :
Tidak disarankan memasang bantalan beton rel normal atau panjang.
Bantalan Besi.
Bila jumlah balas tidak cukup, penambahan balas harus dilaksankan, sesuai
dengan ketentuan dari Kepala Distrik.
Lampiran A
390
- BANTALAN KAYU -
A/ PADA LURUSAN.
B/ PADA LENGKUNGAN.
- BANTALAN BESI -
PADA LURUSAN DAN LENGKUNGAN.
Lampiran B
391
PENAMPANGMELINTANGYANGDIGUNAKANPADA
JALAN REL DENGAN REL PANJANG MENERUS (RPM)
- BANTALAN KAYU -
1. PENAMPANG MELINTANG NORMAL PADA JALAN LURUS DAN PADA
LENGKUNGAN DENGAN JARI-JARI 600 M.
Lampiran C
392
- BANTALAN BETON -
1. PENAMPANG MELINTANG NORMAL PADA JALAN LURUS DAN PADA
LENGKUNGAN DENGAN JARI-JARI 600 M.
ORGANISASI PEKERJAAN
393
(..) Dapat dilihat dalam Lampiran Khusus yang hanya digunakan oleh Kepala Distrik.
394