Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIK PROFESI STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN

RUANG KENANGA
RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA

Oleh:
Noviani Catur Ratna A. (I4B017082)
Noverita Rizki Aulia (I4B017083)
Puspa Rani Dewi (I4B017084)
Gita Nur Fitriana (I4B017085)
Rusni Gay Tabona (I4B017086)
Raysella Nadaa Sausan (I4B017087)
Farah Nafila (I4B017188)
Nurbaeti (I4B017089)

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PENDIDIKAN PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan merupakan
organisasi yang sangat kompleks dengan produk utamnya adalah jasa.
Salah satu layanan jasa yang diselenggarakan adalah pelayanan asuhan
keperawatan yang senantiasa memberikan pelayanan yang memuaskan
kepada klien maupun keluarganya dalam upaya peningkatan derajat
kesehatan masyarakat Indonesia (Soeroso, 2003). Hidayat (2009)
menyatakan bahwa pelayanan kesehatan yang bermutu menjadi kebutuhan
dasar yang diperlukan bagi setiap orang. Upaya yang sangat penting dalam
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan adalah meningkatkan sumber
daya manusia dan pengelolaan manajemen keperawatan yang baik (Gillies,
2000). Oleh karena itu, diperlukan cara pengelolaan pelayanan
keperawatan yang mengikuti prinsip-prinsip manajemen agar tujuan yang
di harapkan dapat di capai.
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui
upaya orang lain, sedangkan manajemen keperawatan adalah proses
pengelolaan pelayanan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada
pasien, keluarga dan masyarakat dengan menggunakan fungsi-fungsi
keperawatan yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan,
pengarahan, dan pengendalian. (Gillies, 2000; Marquis dan Huston, 2010).
Agar dapat memberikan pelayanan keperawatan yang baik kepada pasien,
diperlukan suatu standar yang akan digunakan baik sebagai target maupun
alat pengontrol pelayanan tersebut.
Bangsal Kenanga di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga merupakan bangsal penyakit dalam yang bertujuan untuk
merawat pasien dengan masalah penyakit dalam, baik penyakit infeksius
maupun non infeksius. Bangsal Kenanga memiliki 4 ruang perawatan
penyakit dalam umum dan 3 ruang isolasi. Ruang isolasi di Bangsal
Kenanga terdiri atas 1 ruang isolasi penyakit tetanus dan 2 ruang isolasi
umum. Tetapi tidak jarang ruang isolasi untuk pasien tetanus digunakan
untuk merawat pasien dengan penyakit tuberculosis (TBC) dan human
immunodeficiency virus (HIV) ataupun keduanya. Keterbatasan ruang
isolasi untuk pasien HIV/AIDS membuat tenaga kesehatan di Bangsal
Kenanga harus mampu mengatur dan menempatkan pasien HIV/AIDS
dengan tepat. Untuk itu diperlukan manajemen yang tepat untuk
menentukan perawatan bagi pasien khususnya dengan penyakit
HIV/AIDS. Hal ini bertujuan untuk memberikan keamanan bagi pasien,
karena pasien dengan HIV/AIDS memiliki penurunan system kekebalan
tubuh sehingga rentan tertular oleh penyakit lain.
Prevalensi HIV/AIDS di seluruh dunia terus mengalami
peningkatan. Berdasarkan United Nations Programme on HIV/AIDS
(UNAIDS) Global Statistics (2015), bahwa prevalensi HIV/AIDS di dunia
mencapai 36,9 juta penderita. Pada akhir tahun 2014 tercatat penderita
baru sebanyak 2 juta penderita, dan di akhir tahun 2014 sebanyak 1,2
orang meninggal karena AIDS. Pada tahun 2014 terdapat 35 juta penderita.
Penderita terbanyak berada di wilayah Afrika sebanyak 24,7 juta penderita.
Sedangkan di Asia tercatat 4,8 juta penderita HIV/AIDS. Asia
diperkirakan memiliki laju infeksi HIV tertinggi didunia. Menurut laporan
WHO dan UNAIDS, ketiga negara yang memiliki laju infeksi HIV
tertinggi di dunia adalah China, India, dan Indonesia. Ketiga negara itu
memiliki populasi penduduk terbesar di dunia.

Prevalensi HIV di Kabupaten Purbalingga cukup tinggi, yaitu pada


tahun 2014 jumlah penderita HIV/AIDS mencapai 78 kasus dan pada
tahun 2015 menjadi 87 kasus dengan jumlah kematian mencapai 11 kasus.
Penderita HIV/AIDS yang masuk ke RSUD dr. R. Goeteng Tarunadibrata
Purbalingga khususnya di Ruang Kenanga juga cukup tinggi. Setiap
bulannya kurang lebih 10 pasien dengan HIV/AIDS dirawat di Ruang
Kenanga RSUD dr. R. Goeteng Tarunadibrata Purbalingga. Tingginya
prevalensi pasien dengan HIV/AIDS yang terus meningkat dari tahun ke
tahun maka diperlukan suatu upaya untuk mengatasi masalah tersebut.
Upaya yang dilakukan dapat berupa manajemen keperawatan untuk pasien
dengan HV/AIDS.

B. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan


Pelaksanaan praktik manajemen keperawatan akan dilaksanakan di Ruang
Kenanga RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga dari tanggal
10 sampai 29 September 2018.
C. Tujuan
1. TUJUAN UMUM
Tujuan umum yaitu mahasiswa mampu melakukan manajamen
keperawatan pada pasien dengan HIV/AIDS

2. TUJUAN KHUSUS
Diharapkan mahasiswa mampu:

a. Melakukan pengkajian data


b. Merumuskan masalah dari data yang diperoleh
c. Memprioritaskan masalah dengan menggunakan skoring
d. Memformulasikan masalah menjadi Good Question
e. Merencanakan intervensi yang sesuai untuk menyelesaikan
masalah
D. Praktikan
Mahasiswa praktik stase manajemen di Ruang Kenanga RSUD dr. R.
Goeteng Taroenadibrata Purbalingga adalah Mahasiswa Profesi Ners
Unsoed Angkatan XXI dari kelompok III. Nama anggota kelompok
sebagai berikut:

Noviani Catur Ratna A. (I4B017082)


Noverita Rizki Aulia (I4B017083)
Puspa Rani Dewi (I4B017084)
Gita Nur Fitriana (I4B017085)
Rusni Gay Tabona (I4B017086)
Raysella Nadaa Sausan (I4B017087)
Farah Nafila (I4B017188)
Nurbaeti (I4B017089)
BAB II
HASIL PENGKAJIAN

A. Profil atau Gambaran Umum Ruang Keperawatan


1. Profil Ruang Kenanga
Ruang Kenanga merupakan salah satu dari unit kerja pelayanan
Instalasi Rawat Inap (IRNA) RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga dengan kategori pasien penyakit dalam, baik pria maupun
wanita kelas 3.
Visi RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga yaitu:
a. Terwujudnya RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga
sebagai pusat pelayanan kesehatan dan rujukan yang mandiri dan
bermutu pada tahun 2015.
Misi RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga
a. Mewujudkan sarana pelayanan kesehatan yang memenuhi kebutuhan
semua lapisan masyarakat.
b. Memberikan pelayanan kesehatan yang profesional, efektif, efesien,
dan memuaskan semua pihak.

Ruang Flamboyan memiliki kapasitas 17 tempat tidur dengan


perincian sebagai berikut:
a. Kamar nomor 1 : 3 tempat tidur
b. Kamar nomor 2 : 5 tempat tidur
c. Kamar nomor 3 : 3 tempat tidur
d. Kamar nomor 4 : 5 tempat tidur
e. Kamar isolasi A : 1 tempat tidur
f. Kamar isolasi B : 1 tempat tidur
g. Kamar isolasi C : 1 tempat tidur
Setiap kamar di Ruang Kenanga memiliki 2 pintu untuk akses
masuk. Satu pintu depan yang berhubungan dengan Ruang perawatan
Kenanga dan satu pintu belakang (keluar). Sirkulasi udara dan
pencahayaan di setiap kamar mencukupi. Kedua pintu yang terdapat
dalam kamar selalu terbuka sehingga pengunjung dapat bebas keluar
masuk kamar pasien tanpa sepengetahuan perawat. Ruang Kenanga tidak
memiliki ruang transit jenazah.
Letak Ruang Flamboyan berbatasan dengan:
a. Sebelah utara : Ruang Cempaka
b. Sebelah timur : Ruang Lavender
c. Sebelah selatan : Ruang Dahlia
d. Sebelah barat : Ruang Instalasi Gizi

S
Ners
station
R. R.
Selasar
Ruang Ruang Kamar
Pentri Tindaka pasien 2 pasien 4 mandi
& R.
n
Pintu Sholat

R. R. R. R. R. R. R. Kamar
Diskusi & Cuci
kamar
alat
Pasi Pasien Iso Iso Iso mandi
mandi
enTERAS
1 3 A B C

Sumber: Data primer Ruang Kenanga tahun 2018


Gambar 2.1 Denah Ruang Kenanga

STRUKTUR ORGANISASI RAWAT INAP RUANG KENANGA


RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA

Direktur
dr.Monot Mulyono, M.Kes

Kabid Pelayanan

Dr. Teguh Wibowo


KOMITE KEPERAWATAN Ka Irna

Heni Purwaningsing, S.Kep Kepala Seksi Keperawatan


Tari Septiana, S.Kep
Ka Ruang
Nastiti Rahayu, S.Kep Ns Case Manager

Prihatiningrum Setiyani, S.Kep

Ka Tim I Ka Tim II

Riana Dartuti, S.Kep Ns Ach. Subagyo, S.Kep, Ns

Penanggung Jawab Siff Penanggung Jawab Siff

Saptanti, Amk Kanti Puji, Amk


Satyo Laksana, S.Kep Ns Isti Mangunah, Amk
Istiqomah, Amk
Perawat Pelaksana
Perawat Pelaksana
Novan Eskowo, Amk
Murni Dianingsing, S.Kep Ns
Wahyu Jiensi, Amk
Amir Murtono

Gambar 2.2 Struktur organisasi ruang Kenanga RSUD dr. Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga 2018

Ruang Kenanga dipimpin oleh seorang kepala ruang. Ruang Kenanga


memiliki 2 ketua tim yang didampingi 9 perawat assosiate, 1 petugas
administrasi, 1 petugas kebersihan, dan 2 asisten perawat. Secara garis besar,
struktur organisasi Ruang Kenanga RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga dapat dilihat pada tabel berikut ini:
B. Pengkajian 5M
NO PERTANYAAN JAWABAN
MAN
a. Staffing
1. Jumlah seluruh tenaga perawat di Ruang Terdapat 12 orang perawat dengan
Kenanga pembagian tugas 1 kepala ruang, 2
orang katim, 5 orang
penanggungjawab shiff dan 4 orang
perawat asosiet.
2. Jenjang pendidikan petugas kesehatan di Terlampir
ruang Kenanga.
3. Lama masa kerja petugas Terlampir
4. Cara recruitment pegawai baru di ruang Proses rekruitment beserta
Kenanga penempatan pegawai baru dilakukan
oleh pihak manajemen rumah sakit.
6. Kriteria pegawai yang ditempatkan di Tidak terdapat kriteria khusus, hanya
ruang Kenanga ada kriteria penerimaan dari rumah
sakit yaitu sudah pernah melakukan
pelatihan BTCLS.
7. Cara mengorientasikan dan berapa lama Terlampir
waktu orientasi pegawai baru
8. Pernahkan staf mendapat pelatihan khusus Tidak ada/ belum pernah
9. Pernahkah staf mendapat pelatihan khusus Tidak ada/belum pernah
tentang HIV
10. Adakah subsidi dana pendidikan untuk Subsidi dana pendidikan harus
pendidikan lanjutan maupun pelatihan diajukan ke pihak manajemen rumah
khusus mengenai perawatan pasien isolasi sakit untuk kemudian ditindaklanjuti.
HIV
11. Jumlah perbandingan pasien dan perawat. Jumlah perawat tidak sebanding
dengan jumlah pasien karena jumlah
perawat pelaksana hanya 1 orang di
pagi hari dan 2 orang di shift sore
dan malam.
b. Directing
12. Berapa kali kepala ruang mengikuti Kepala ruang mendapat pelatihan
pelatihan manajemen keperawatan mengenai manajemen saat sebelum
penunjukan menjadi kepala ruang.
13. Berapa kali kepala ruang merencanakan Diskusi umum dilakukan saat
pertemuan dengan staf. meeting morning. Kepala ruang
mengadakan pertemuan khusus
dengan staf sebanyak 1 sampai 2 kali
per bulan dengan mendatangkan
petugas dari manajemen rumah sakit
aau IRNA.
14. Bagaimana kepala ruang merencanakan Kebutuhan ditentukan oleh
peningkatan SDM staf di ruang Kenanga? manajemen rumah sakit.
c. Controlling
14. Adakah sistem penilaian kinerja perawat? Dilakukan 1 tahun sekali dan
dilakukan oleh kepala ruang kepada
stafnya.
METODE
a. Planning
15. Visi misi ruangan atau Rumah sakit? Tidak ada visi dan misi ruangan,
hanya ada visi misi rumah sakit
yaitu:
Visi
Terwujudnya RSUD dr. R.Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga Sebagai
Pusat Pelayanan Kesehatan dan
Rujukan yang Mandiri dan Bermutu
pada Taahun 2015
Misi
1. Mewujudkan sarana
pelayanan kesehatan yang
memenuhi kebutuhan semua
lapisan masyarakat.
2. Memberikan pelayanan
kesehatan yang profesional,
efektif, efisien, dan
memuaskan semua pihak.
16. Apakah penanganan pasien B20 memiliki Seharusnya memang terdapat standar
standar asuhan keperawatan? khusus perawatan pasien dengan
B20, namun sampai saat ini belum
ada di rumah sakit dan di ruang
kenanga.
b. Organizing
17. Gambaran struktur organisasi ruang Terlampir
Kenanga?
18. Metode penugasan ruang kenanga? Apabila terdapat penugasan maka
akan diberikan surat penugasan dari
pihak manajemen rumah sakit.
19. Penentuan PP dan PA Terdapat pelatihan perawat primer
pada awal pemilihan sepeti hal nya
pelatihan sebelum menjadi kepala
ruang. Penempatan perawat asosiet
ditentukan oleh pihak manajemen
RSGT berdasarkan kebutuhan SDM
masing-masing ruangan.
21. Sistem pendelegasian di ruang Kenanga Pendelegasian tugas ke luar rumah
sakit dilakukan oleh pihak
manajemen, untuk pendelegasian
tugas intra ruang, apabila karu
berhalangan hadir di ruangan maka
tugas didelegasikan kepada katim.
22. Cara pendelegasian tugas Untuk delegasi intraruang biasanya
menggunakan surat.
c. Staffing
23 Cara menyusun jam dinas pegawai di Karu menyusun jadwal dinas per
ruang kenanga bulan, disesuaikan dengan kebutuhan
cuti per individu dan semua
kebutuhan penjadwalanyang ada.
Disesuaikan dengan kebutuhan
tenaga di ruangan.
24. Batasan lama jam kerja dalam shift di 7 sampai 8 jam per shift
ruang kenanga.
25. Adakah penanggungjawab setiap shift? Ada
d. Directing
26. Gaya kepemimpinan kepala ruang di ruang Demokratis
Kenanga?
27. Gaya kepemimpinan sudah dijalankan? Sudah
28. Gaya kepemimpinan sesuai dengan visi Sesuai
misi Rumah Sakit?
e. Controlling
29. Kontrol kendali mutu di Ruang Kenanga Menggunakan instrumen A (asuhan
keperawatan) dan instrumen C
(untuk SOP) yang dilakukan oleh
IRNA.
30. Kapan karu supervisi? 1 sampai 2 kali per bulan dilakukan
oleh karu atau katim
31. Monitoring dokumentasi askep? Dokumentasi pasien pulang akan di
periksa oleh kepala ruang terlebih
dahulu untuk kelengkapan
dokumennya sebelum diserahkan ke
IRNA
32. Seluruh tindakan di ruang Kenanga sudah Berdasarkan hasil supervisi bulan
sesuai SPO? agustus 2018, terdapat beberapa
kegiatan yang sedikit menyimpang
dari SPO (terlampir).
MATERIAL
a. Planning
33 Kelengkapan logistik di ruang kenanga? Terlampir
34. Kelengkapan RM Diperiksa oleh kepala ruang terlebih
dahulu dan kemudian diperiksa oleh
IRNA
b. Controlling
35 Analisa sarana prasarana pasien masalah Dilakukan pengecekan sarana dan
khusus (isolasi B20) prasarana secara berkala yaitu 1 kali
per tahun.
36 Adakah solusi apabila ruangan isolasi Penempatan pasien disesuaikan
penuh dan datang pasien B20 yang dengan kondisi pasien tersebut,
membutuhkan fasilitas ruangisolasi apabila pasien tidak disertai dengan
penyakit menular maka akan
disatukan dengan pasien lain yang
juga tidak menular.
37. Penggunaan peralatan medis oada pasien Pegelolaan pasien tidak
B20? menggunakan alat tersendiri, namun
setelah digunakan pada pasien B20
maka akan dibersihkan sesuai dengan
SPO yang ada.
MONEY
38. Bagaimana sistem budgeting ruangan? Pengadaan barang dan fasilitas yang
ada di ruangan berdasarkan anggaran
yang disediakan oleh pihak
manajemen RSGT. Ruangan harus
mengajukan proposal untuk
mengajukan pengadaan barang dan
kemudian dipertimbangkan oleh
pihak manajemen.
RSGT dan ruang Kenanga melayani
pasien dengan BPJS, Kartu
Purbalingga Sehat, KIS maupun
ASKES serta melayani pasien
dengan pembayaran umum.
39. Sistem penggajian Ruang Kenanga dan Penggajian petugas di ruang
tarif pelayanan keperawatan serta dokter. Kenanga diatur oleh pihak
manajemen RSGT.
40. Sistem pelayanan pasien khusus seperti Untuk pemulasaraan pasien khusus
B20. seperti pasien B20, diberlakukan
biaya pemulasaraan sebesar
Rp.592.000,-, biaya penitipan
jenazah sebesar Rp.52.500, serta
pembiayaan fasilitas peti jenazah
ditanggung oleh keluarga.
MACHINE
41. Sudahkah terdapat Sistem informasi Belum ada
manajemen rumah sakit?
42. Seluruh fasilitas di ruang kenanga sudah Terkadang tidak mendukung untuk
menunjang seluruh kegiatan ruangan? pelaksanaan kegiatan ruangan karena
alat yang terbatas.
43. Solusi apabila terdapat ketidaklengkapan Ruangan akan meminjam ke ruang
alat penunjang? lain yang sedang tidak digunakan.

C. Kompetensi kognitif perawat pada pasien HIV


Kompetensi Konsep yang berhubungan
Membedakan I. Imunologi
fungsi system
Kompetensi Konsep yang berhubungan
imun antara a. Imunitas humoral
system imun Limfosit B
normal dan HIV
1. Pengenalan antigen
2. Pembentukan antigen
b. Imunitas selular
1. Tipe sel
 Limfosit
 Makrofag
 Neutrofil
 Eosinophil
 Basophil
 Natural cell killer
 Limfosit-T
2. Perubahan pada HIV
II. Virologi HIV
a. Struktur dan klasifikasi HIV
1. Lentivirus
2. Retrovirus
3. HIV dan hubungan dengan SIV
b. Siklus hidup HIV
c. Tipe/subtype HIV
1. HIV-1
2. HIV-2
d. Mutasi dan resistensi
III. Efek langsung HIV
a. System neurologis
1. System saraf pusat
2. System saraf tepi
b. System hematologi
c. System gastrointestinal
d. System tubuh yang lain
IV. Sejarah
Kompetensi Konsep yang berhubungan
a. Perkembangan penyakit
1. Sindrom retrovirus akut atau infeksi primer HIV
2. Window period
3. Infeksi HIV asimptomatik
4. Infeksi HIV simptomatik
5. Peningkatan Infeksi HIV
6. AIDS
7. Penyebab umum
b. Cofactor yang berhubungan dengan perkembangan
c. Biologi marker
1. Beban virus
2. CD4 + limfosit
3. Yang lainnya
Tahapan tingkat 1. Tingkat WHO, dewasa dan remaja
HIV pasien a. Level 1
berdasarkan
manifestasi b. Level 2
klinis dengan c. Level 3
guidline WHO
d. Level 4
e. Level 5
2. Tingkat WHO, anak-anak
a. Level 1
b. Level 2
c. Level 3
d. Level 4
Mengembangkan I. Keperawatan dan program nasional untuk mengontrol HIV dan
individu untuk AIDS
menurunkan a. Menurunkan resiko
resiko HIV
dengan perilaku b. Menurunkan kerugian
positif c. Mencegah HIV
d. Teori yang berhubungan dengan perubahan perilaku
e. Jaringan sosial
f. komunikasi
II. Program perubahan perilaku dan intervensi
Kompetensi Konsep yang berhubungan
a. Pencegahan primer
b. Pencegahan sekunder
c. Pemcegahan tersier
III. Tipe pencegahan
a. Program penyadaran/kampanye
b. Donor darah aman
c. Hidup positif
 Perencanaan sebelum hamil
 Pencegahan infeksi oportunis
 Diagnose awal dan perawatan infeksi oportunis
 Pendekatan agama
 Penjelasan pada pasangan
 Support sistem
d. Pencegahan HIV dan praktek tradisional
e. Nutrisi dan HIV AIDS
IV. Tipe program pencegahan
V. Sex sehat
a. Pengkajian individu
b. Perilaku sex dan level resiko
c. ABCD: menahan nafsu, setia, penggunaan kondom
dengan aman, pembuatan keputusan
d. Keluarga berencana
VI. Penggunaan obat-obatan injeksi
a. Managemen abses
b. Penggantian needle
c. Dekontaminasi needle
d. Program pengganti
e. Detixifikasi/rehabilitasi
f. Profilaksis pre dan post perawatan
VII. Manajemen sex dibawah pengaruh
a. Alcohol
b. Obat-obatan
Kompetensi Konsep yang berhubungan
c. Kawan sebaya
VIII. Manajemen stigma
a. Individu
b. Keluarga
c. komunitas
IX. Advokasi
a. Negosiasi efektif
b. Trend
X. Kontekstual
a. Budaya
b. Lingkungan sosial
c. Lingkungan ekonomi
d. Lingkungan politik
XI. Informasi, edukasi dan komunikasi
a. Pembentukan materi yang relevan

Secara konsisten I. Elemen nasional program PMTCT


menerapkan II. Peran perawat di PMTCT
prinsip PMTCT
dari HIV III. Faktor resiko dari PMTCT
a. Sex yang tidak aman
b. Kegagalan test HIV
c. Kegagalan patuh pada pengobatan
IV. Intervensi yang dibutuhkan untuk menurunkan transmisi
infeksi HIV dari ibu ke anak
a. Selama pre-kehamilan
b. Selama kehamilan
c. Selama melahirkan
d. Selama post-partum
e. Selama menyusui bayi/infant
V. Promosi follow-up perawatan ibu dan anak
Menyediakan I. Pre-konseling
konseling HIV a. Populasi yang spesifik
pada pasien yang
membutuhkan  Anak-anak
Kompetensi Konsep yang berhubungan
 Remaja
 Wanita hamil
 Kelompok spesial
b. Etik dan legal
 Informed consent
 Persetujuan pada anak
II. Test HIV
a. Guidline nasional
b. Intepretasi akurat pada hasil
III. Post konseling
a. Pemberitahuan hasil secara akurat
b. Pertimbangan etik dan legal : kerahasiaan
IV. Konseling HIV dan AIDS
a. Perencanaan keluarga pada HIV dan AIDS
b. Perencanaan akhir kehidupan
c. Pemberitahuan kabar buruk
Membuat I. Post paparan profilaksis
keutusan yang a. Definisi
tepat pada
ketetpan post b. Guidline nasional PEP
paparan  Pengkajian resiko
profilaksis
 Perawatan
 Follow up
II. Faktor yang mempengaruhi paparan
a. Bahaya
b. Tidak bahaya
 Seksual
 Infeksi nosocomial
 Praktek injeksi yang tidak aman
 Praktik busaya yang tidak ama
III. Promosi perilaku kesehatan ketika menerima PEP
a. Konseling
b. Dukungan
Kompetensi Konsep yang berhubungan
c. Intervensi penurunan resiko
d. Pertimbangan budaya
Membuat I. Infeksi menular seksual dan HIV
keputusan yang a. Faktor yang mempengaruhi IMS
tetap untuk
rencana dan b. HIV dan co-infeksi
implementasi c. Manifestasi umum
dari intervensi
berdasarkan d. Management sindrom IMS
bukti ilmiah II. Gejala dan masalah umum pada HIV dan AIDS
untuk
management a. Lemas
klinik dari b. Sakit kepala
seseorang
c. Nyeri
dengan HIV
AIDS d. Neuropati perifer
e. Mual/muntah
f. Diare
g. Penyakit gatal kulit
h. candidas
III. Nutrisi
a. Pengkajian status nutrisi
b. Hubungan antara HIV, AIDS, dan nutrisi
c. Kekurangan micronutrient yang umum dan
perencanaan intervensi
IV. Pertimbangan pediatric
a. Test HIV
b. Tingkatan WHO
c. Inisiasi ART, dosis dan management anak-anak
d. Kepatuhan: pengkajian, intervensi, dan evaluasi anak-
anak
V. Rencana perawatan palliative
a. Pengkajian dan management nyeri
b. Rencana holistic dari perawatan hidup
VI. Rencana dan management dari tujuan
a. Pneumonia
b. Tuberculosis
Kompetensi Konsep yang berhubungan
c. Meningitis
VII. Management dari HIV dan AIDS yang berhubungan dengan
komlikasi
a. Ginjal
b. Jantung
c. Neurologis
d. ginekologis
Membuat I. regulasi masalah yang berhubungan dengan ART
keputusan yang a. guidline nasional perawatan ART’
tepat
berdasarkan b. penentuan versus inisiasi versus masalah
management c. dispensing
klien pada ART
(pengkajian, d. cakupan praktik perawat
inisiasi, dan II. efek farmakologis dari ART
follow-up)
a. dosis
b. follow up dan management perawatan klien untuk
keefektifan dan berhubungan efek samping dari:
 CD 4
 Test resistensi
 Test fungsi liver
 Laktat/ asam laktat
 FBC, hematocrit, dan hemoglobin
c. management efek samping
d. menangement kompliksai dan toksisitas
 pengkajian klinis
 monitoring hasil laboratorium
 komlikasi potensial : diabetes, lipodistropi,
asidosis laktat
e. management interaksi obat
III. kesiapan, kepatuhan dan ART
a. pengkajian kesiapan
b. konseling pre-inisiasi
c. support sosial dan ART
d. kepatuhan intervensi
Kompetensi Konsep yang berhubungan
IV. indikasi dari inisiasi ART
a. pengkajian klinisi dan indikasi
b. tingkatan WHO
V. kegegalan perawatan
a. laboratorium
b. hubungan klinis
c. management klinis

D. Kompetensi efektif terkait perawatan terhadap HIV dan AIDS

Kompetensi Konsep yang berhubungan


Mendukung klien untuk I. Respons psikososial dan emosional untuk diagnosis
menerima a. Krisis awal
dan secara positif 1. Risiko untuk bunuh diri
mengatasi diagnosis
HIV, psikososial dan 2. Terlibat dalam perilaku gegabah/nekat

konsekuensi b. Transisi
emosionalnya 1. Hubungan
2. Ketakutan
c. Penerimaan
1. Hidup positif
2. Partisipasi aktif dalam perawatan kesehatan
3. Hidup dimasa kini dan merencanakan masa
depan
d. Membangkitkan kembali dalam hubungan

II. Sistem pendukung sosial


a. Penggunakaan terapeutik diri
1. Pembelaan
2. Pemulihan harapan
3. Empati
4. Persahabatan
b. Dampak pada klien
c. Sumber daya komunitas
d. Memobilisasikan sistem pendukung
Kompetensi Konsep yang berhubungan
Dukung klien secara I. Sistem kepercayaan
rohani a. Klien
b. Agama terorganisasi/ spiritualitas
II. Hambatan untuk perawatan spiritualitas
a. Hambatan pribadi
b. Hambatan pengetahuan
c. Hambatan lingkungan/ institusional/ situasional
III. Intervensi spiritual
a. Kesulitan
b. kelelahan

Menggabungkan klien I. Lingkungan terapeutik


dengan keyakinan, a. Menghormati
nilai, gaya hidup dan b. Kerahasiaan
budaya ke dalam c. Penerimaan
rencana perawatan II. Penilaian klien
holistik di dalam a. Nilai-nilai
berbasis bukti standar. b. Keyakinan
c. Sikap
d. Budaya
e. Gaya hidup
III. Konflik
a. Obat tradisional dan obat lainnya
b. Peran dan harapan gender
c. Bukti vs keyakinan
d. Mengelola perbedaan antara klien dan penyedia
IV. Negoisasi rencana keperawatan

Secara efektif I. Pengungkapan


mendukung keputusan a. Berencana
klien tentang i. Perencanaan
pengungkapan ii. Proses pengungkapan
serostatus HIV mereka. iii. Konseling dan dukungan
b. Tidak terencana
i. Pelanggaran kerahasiaan
ii. Konseling dan dukungan
II. Pengelolaan hasil pengungkapan
a. Konsekuensi positif
b. Konsekuensi negatif
Secara efektif I. Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit
mendukung klien a. Ketaatan
dalam upaya mereka b. Partisipasi aktif dalan perawatan
untuk hidup positif kesehatan
dengan HIV dan AIDS c. Nutrisi
dan merencanakan d. Manajemen stress
kehidupan acara. e. Seksualitas dan kesehatan seksual
f. Dukungan psikososial
II. Perencanaan hidup
a. Kembali bekerja/sekolah
b. Pernikahan
c. Anak-anak
d. Keintiman
e. Akhir hidup
Pengaruh positif I. Pendidikan umum
persepsi dan a. Stigma
memberdayakan b. Diskriminasi
komunitas untuk c. Prasangka
mengurangi terkait d. Mitos
HIV stigma e. Keyakinan
f. Informasi yang salah terkait dengan HIV dan
AIDS
II. Kerangka kerja untuk respon
a. Hak asasi Manusia
b. Etika profesional dan bermasyarakat
c. Keagamaan
d. Grounding dalam budaya

Secara efektif I. Persepsi klien tentang stigma dan diskriminasi


membantu klien untuk II. Pertemuan kesehatan yang aman
mengatasi konsekuensi III. Referensi untuk manajemen stigma
dari HIV a. Konseling dan kesehatan mental
stigma terkait b. Hukum
c. Kelompok pendukung
IV. Reframing stigma
a. Pemberdayaan
b. Pembelaan
c. Penyingkapan
d. Kerahasiaan versus kerahasiaan

E. Kompetensi profesional inti untuk keperawatan yang berhubungan


dengan HIV dan AIDS

Kompetensi Konsep yang berhubungan


Menjelaskan bukti 1. Bukti
berdasarkan a. Tingkat, jenis, sumber
pengetahuan untuk b. Mendapatkan kembali
membuat asuhan c. Penilaian kredibilitas
d. Menetapkan proses penyebaran dan pembagian
keperawatan
informasi
berkualitas pada
2. Penggunaan bukti
pasien yang berisiko a. Mengubah latihan
maupun yang telah b. Mengevaluasi hasil
terpajan HIV dan 3. Pengembangan professional berkelanjutan
AIDS a. Kesadaran pembelajaran seumur hidup
b. Proses pengaturan
Mengikuti prinsip- 1. Prinsip-prinsip etika profesi keperawatan
prinsip etika profesi a. Autonomy (Otonomi)
keperawatan dalam
penyediaan i. Respect (menghormati)
perawatan pada ii. Decision making (pengambilan keputusan)
pasien yang tinggal
iii. Informed consent
dengan, berisiko, atau
terkena HIV dan b. Justice (Keadilan)
AIDS i. Persamaan
ii. Hak pada tenaga kesehatan
iii. Hak berbasis pada perawatan
c. Beneficence (Bermanfaat)
i. Kerahasiaan
ii. Respect
d. Non maleficence (tidak merugikan)
2. Hak Asasi Manusia yang sesuai untuk keperawatan dan
tenaga kesehatan
a. Pasien
b. Perawat
3. Hak dan kewajiban
4. Perilaku professional
a. Kode eyik internasional
b. Batasan professional
c. Keterlibatan dalam penelitian
d. Kepedulian
5. Etik yang berhubungan dengan tes HIV dan konseling
6. Perilaku yang tidak aman dan disengaja
a. Pemberian peringatan
b. Pemberitahuan mitra kerja
c. Konsekuensi hukum
7. Perencanaan
a. Wali
b. Arahan lanjutan
c. Surat kuasa
d. Pilihan pasien secara sadar
e. Membuat surat wasiat
Komunikasi efektif, 1. Kemampuan berrkomunikasi
koordinasi, dan a. Terapeutik
dokumentasi
perawatan pada b. Intraprofesional
pasien dengan c. Interdisipliner
HIV/AIDS sebagai
d. Koordinasi perawatan
anggota tim
multidisipliner 2. Dokumentasi untu kelanjutan perawatan
a. Dipertahankan secara hukum
b. Mudah dipindahkan
c. Penggunaan teknologi
Mengumpulkan, 1. Pengumpulan data
menganalisa, dan 2. Analisa dan interpretasi data
menafsirkan dengan
benar untuk 3. Komunikasi
menkomunikasikan a. Perekaman
data pengambilan
b. Pelaporan
keputusan untuk
meningkatkan hasil c. Peningkatan kualitas
kesehatan untuk
pasien dengan,
berisiko, atau
dipengaruhi oleh HIV
dan AIDS
Memfasilitasi 1. Komunitas pendidikan dan konseling
hubungan dengan 2. Jaringan dan rujukan
program komunitas a. Kerangka kesehatan nasional dan struktur untuk HIV
dan sumber daya dan AIDS
lokal dalam
penyediaan b. Pendekatan multidisipliner
perawatan pasien c. Sistem rujukan
yang tinggal dengan,
d. Follow-up
berisiko, atau terkena
HIV dan AIDS 3. Pemberdayaan masyarakat untuk sumber daya
a. Advokasi
i. Pelapor
1) Tradisional
2) Agama
3) Politik
4) Sipil
a) ASO
b) Yang lainnya
ii. Program
1) Kecakapan hidup
2) Nutrisi
3) Transportasi
4) OVC
5) Program pemuda
6) Tempat yang aman
7) Perawatan berbasis rumah
8) Konseling pusat
b. Strategi penggalangan dana
c. Kolaborasi masyarakat
Secara efektif 1. Pengaturan untuk supervii dan mentoring
mengawasi dan a. Institusi layanan kesehatan
mengajarkan tenaga
kesehatan lainnya b.pengaturan non-institusional
dalam penyediaan 2. Pengawasan dan pendampingan
perawatan yang
a. Fasilitas
terlibat dalam HIV
dan perawatan AIDS b. Pendukung
c. Delegasi
d. Tanggung jawab dan akuntabilitas
e. Role modelling
f. Perseptor
3. Memberikan pelatihan
4. Melatih pemula
5. Pertemuan antara pengatur perawatan kesehatan dan
pengatur non-institusional
Mengambil tanggung 1. Kebijakan tempat kerja
jawab secara proaktif a. Tes dan konseling HIV
mengatasi dampak
epidemic HIV pada b. Pencegahan dan kontrol pengendalian infeksi
diri sendiri sebagai c. Pendukung
tenaga kesehatan
i. Kelompok pendukung
ii. Nutrisi
d. Pengobatan untuk HIV/AIDS, dan TB
e. Kesehatan di tempat kerja
i. Kerahasiaan tempat kerja
ii. Pembekalan dengan kematian dan stress
iii. Manajemen stigma
2. Dampak stres
a. Diri sendiri
b. Keluarga
c. Rekan kerja
d. Ketentuan perawatan
3. Manajemen diri
a. Program tempat kerja
b. Ketangguhan program
c. Kesadaran dan refleksi diri
d. Dukungan psikososial dan spiritual
e. Jaringan kerja professional
Memperjelas nilai, 1. Penilaian diri
kepercayaan, gaya a. Klarifikasi nilai
hidup, dan budaya
sendiri i. Arti nilai
ii. Nilai sendiri yang terkait dengan HIV
iii. Mengetahui jarak dan nilai yang lebih luas
iv. Penilaian pengaruh pribadi pada pasien dengan
HIV
v. Menghormati sistem penilaian pasien
b. Keyakinan
c. Sikap
d. Budaya
e. Gaya hidup
2. Kesadaran diri dan kepekaan
BAB III
PRIORITAS PERMASALAHAN

A. Klasifikasi Masalah
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan di Ruang Kenanga
RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata, ditemukan beberapa permasalahan
mengenai manajemen isolasi HIV (B20) yang dapat diangkat yaitu:
1. Pengetahuan mengenai HIV pada keluarga dan pasien yang masih
rendah.
2. Kompetensi perawat pada pengelolaan pasien isolasi HIV.
3. Penggunaan alat seperti tensimeter yang belum di khususkan.
B. Prioritas Masalah
Penyusunan prioritas permasalahan disusun menggunakan sistem
skoring seperti pada keperawatan komunitas.
No. Masalah A B C D E F G H I J K L Jumlah Urutan
1. Pengetahuan 2 4 3 1 3 2 3 3 3 2 2 4 32 1
mengenai
HIV pada
keluarga dan
pasien yang
rendah.
2. Kompetensi 2 4 2 3 3 2 4 2 3 2 2 4 33 2
perawat pada
pengelolaan
pasien isolasi
HIV.
3. Penggunaan 4 4 2 3 2 2 4 3 2 2 2 4 34 3
alat seperti
tensimeter
yang belum di
khususkan
Keterangan:
A. Tingkat resiko kejadian
B. Tingkat resiko permasalahan
C. Potensial untuk ditangani dengan pendkes
D. Minat petugas
E. Kemungkinan masalah teratasi
F. Hubungan dengan prgram pemerintah
G. Ruang
H. Waktu
I. Fasilitas Kesehatan
J. Biaya
K. Sumber daya/tenaga
L. Sesuai peran perawat CHN
Keterangan Nilai:
1. Sangat rendah
2. Rendah
3. Cukup
4. Tinggi
5. Sangat tinggi
Prioritas permasalahan yang harus ditangani yaitu:
1. Pengetahuan mengenai HIV pada keluarga dan pasien yang masih
rendah.
2. Kompetensi perawat pada pengelolaan pasien isolasi HIV.
3. Penggunaan alat seperti tensimeter yang belum di khususkan.
C. Good Question
Good question yang dimunculkan yaitu:
1. Apakah dengan menggunakan booklet sederhana mengenai HIV dapat
meningkatkan pengetahuan keluarga mengenai pengelolaan pasien
isolasi HIV di rumah?
2. Apakah dengan booklet mengenai kompetensi wajib perawat mengenai
manajemen pasien isolasi HIV dapat meningkatkan pengetahuan
perawat mengenai manajemen pasien isolasi HIV yang baik dan benar?
3. Apakah dengan pengajuan proposal pengadaan barang dapat
menncukupi kebutuhan alat atau instrumen khusus di ruang isolasi
HIV
D. Rencana Intervensi
WHY HOW
WHAT WHO HOW MUCH
PENYEBAB Mengapa WHERE WHEN Bagaimana
NO Apa Rencana Penanggung Rencana
DOMINAN Harus Dimana Kapan Tindakannya
Perbaikan Jawab Target
Diperbaiki
Pasien dan Memberikan R Kenanga September KARU Melakukan Kemampuan
keluarga edukasi 2018 edukasi ke pasien dan
mempunyai pasien dan keluarga
Pengetahuan hak untuk keluarga meningkat
mengenai HIV mengetahui Pasien dan
1. pada keluarga dan penyakit yang keluarga
pasien yang diderita pasien mampu
masih rendah. Menambah mencegah hal-
pengetahuan hal yang dapat
pasien dan memperparah
keluarga kondisi pasien

2. Kompetensi Standarisasi/se Pelatihan R Kenanga September KARU Melakukan Meningkatnya


perawat pada rtifikasi 2018 pelatihan perawat
pengelolaan tersertifikasi
Mau dan
pasien isolasi mampu Meningkatnya
HIV. memberikan perawat yang
pelayanan atau trampil
WHY HOW
WHAT WHO HOW MUCH
PENYEBAB Mengapa WHERE WHEN Bagaimana
NO Apa Rencana Penanggung Rencana
DOMINAN Harus Dimana Kapan Tindakannya
Perbaikan Jawab Target
Diperbaiki
dapat Meningkatnya
mengelola kemampuan
pasien isolasi dan kemauan
HIV dalam
memberikan
pelayanan
Mengurangi Mengusulkan R Kenanga September KARU Mengusulkan Tersedianya
Penggunaan alat penyebaran untuk 2018 kepada kepala alat dan bahan/
seperti tensimeter bakteri/virus mengkhususka ruangan sarana dan
3. yang belum di
dari pasien ke n tensimeter kenanga prasarana yang
khususkan. pasien lainnya pada ruang dikhususkan
isolasi untuk ruang
isolasi

Anda mungkin juga menyukai