Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

“FRAKTUR”

Disusun untuk memenuhi tugas pra-klinik stase Rehabilitasi


Di Ruang GPS 1 RSUP Fatmawati

Oleh :
Desi Kurniawati
11151040000076

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018
1. Definisi
Fraktur adalah terputusya kontinuitas jaringan tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang
diabsorbsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan
punter mendadak dan bahkan kontraksi otot ekstrem ( Evelyn, 2009 )

2. klasifikasi Fraktur
klasifikasi menurut Gastilo dan Anderson dari derajat patah tulang :
a. Derajat 1
 Luka < 1 cm
 Kerusakan jaringan lunak sedikit, taka da tanda luka remuk.
 Fraktur sederhana, transversal, oblik atau kominutif ringan.
 Kontaminasi minimal
b. Derajat 2
 Laserasi > 1 cm
 Kerusakan jaringan lunak, tidak luas. Flap/arulsi.
 Fraktur kominutif sedang.
 Kontaminasi sedang.
c. Derajat 3
Terjadi kerusakan jaringan kunak yang luar meliputi struktur kulit, otot dan neuro
vaskuler serta keutamaan derajat tinggi secara otomatis,
Gustilo membagi lagi menjadi 3 bagian :
1.) Derajat IIIA
Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun terdapat laserasi
luas/flap/avulsi/fraktur segmental/sangat kuminatif yang disebabkan oleh trauma
berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran luka.
2.) Derajat IIIB
Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur yang terpapar atau kontaminasi.
3.) Derajat IIIC
Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harus dan perbaiki tanpa melihat
kerusakan jaringan lunak.
(Mansjoer Arief, 2010 )

3. Etiologi/Predisposisi
Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
1.) Cedera Traumatik
Cedera traumatic pada tulang dapat disebabkan oleh :
a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah
secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan
kerusakan pada kulit di atasnya.
b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan,
misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.
c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.
2.) Fraktur patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor
dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :
a. Tu,or tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali
dan progresif.
b. Infeksi seperti psteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat
timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.
c. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi vitamin D yang
mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan kegagalan absorbs
vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfar yang rendah.
3.) Secara spontan
Disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan
orang yang bertugas dikemiliteran.

4. Patofosiologi
Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan
adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolic, patologik.
Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup.
Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah
menurun. COP menurun maka terjadi perubahan perfusi jaringan. Hematoma akan
mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka penumpukan di dalam
tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat
menimbulkan ganggguan rasa nyaman nyeri.
Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi revral vaskuler yang
menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggau. Disamping itu fraktur
terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi dan
kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit. Fraktur adalah
patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolik, patologik yang terjadi
itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf
yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selaian itu dapat mengenai tulang
sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri gerak sehingga
mobilitas fisik terganggu, disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak
yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar.
Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan
immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap
pada tempatnya sampai sembuh.

(Evelyn, 2009)

5. Manifestasi Klinis
a. Deformitas
Daya Tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya
perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :
 Rotasi pemendekan tulang
 Penekanan tulang
b. Bengkak : edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravakasi darah dalam
jaringan yang berdekatan dengan fraktur.
c. Echimosis dari perdarahan Subculaneous.
d. Spasme otot spasme involunters dekatr fraktur
e. Tenderness / keempukan.
f. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan
kerusakan struktur didaerah yang berdekatan.
g. Kehilangan sensasi ( mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya syaraf / perdarahan ).
h. Pergerakan abnormal.
i. Dari hilangnya darah.
j. Krepitasi.

6. Penatalaksanaan
a. Patah tulang terbuka
Prinsip :
 Harus ditegakkan dan ditangani dahulu akibat trauma yang membahayakan
jiwa  airway, breathing, circulation.
 Semua patah tulang terbuka adalah kasus gawat darurat yang memerlukan
penanganan segera yang meliputi pembidaian, menghentikan perdarahan
dengan perban tekan, menghentikan perdarahan besar dengan klem.
 Pemberian antibiotic
 Debridement dan irigasi sempurna
 Stabilisasi
 Penutup luka
 Rehabilitasi
b. Patah tulang tertutup
1. Pertolongan darurat (emergency) pemasnagan bidal (splint)
 Mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut
 Mengurangi rasa nyeri
 Menekan kemungkinan terjadinya emboli dan syok
 Memudahkan transportasi dan pengambilan foto
2. Pengobatan definitive
a.) Reposisi secara tertutup
 Manipulasi secara tertutup untuk mereposisi terbatas hanya pada patah
tulang tertentu
 Traksi dengan melakukan tarikan pada ekstremitas bagian distal
b.) Imobilisasi
 Gips (plaster of paris castis)
 Traksi secara continue : traksi kulit, traksi tulang.
c.) Reposisi terbuka
Melakukan reposisi dengan operasi kemudian melakukan imobilisasi dengan
menggunakan fiksasi interna yang dapat berupa plat, pen dan kawat.
3. Rehabilitasi
Tujuan umum :
 Mempertahankan ruang gerak sendi.
 Mempertahankan kekuatan otot.
 Mempercepat proses penyembuhan fraktur.
 Mempercepat pengambilan fungsi penderita.
Latihan terdiri dari

 Memepertahankan ruang gerak sendi.


 Latihan otot.
 Latihan berjalan.
(Thomas, A, Mark, et al, 2011)

7. Komplikasi
Komplikasi awal setelah fraktur adalah syok yang berakibat fatal dalam beberapa
jam setelah cedera, emboli lemak, yang dapat terjadi dalam 48 jam atau lebih dan sindrom
kompartemen yang berakibat kehilangan fungsi ekstremitas permanen jika tidak ditangani
segera. Komplikasi lainnya adalah infeksi, tomboemboli yang dapat menyebabkan
kematian beberapa minggu setelah cedera dan koagulopati intravaskuler diseminata (KID).
Syok hipovolemik atau traumatic, akibat pendarahan (baik kehilangan darah
eksterna maupun tak kelihatan) dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak
dapat terjadi pada fraktur ekstremitas, toraks, pelvis dan vertebra karena tulang merupakan
organ yang sangat vaskuler, maka dapat terjadi kehilangan darah dalam jumlah yang besar
sebagai akibat trauma, khususnya pada fraktur femur pelvis.
Penanganan meliputi mempertahankan volume darah, mengurangi nyeri yang
diderita pasien, memasang pembebatan yang memadai dan melindungi pasien dari cedera
lebih lanjut.
Sindrom emboli lemak. Setelah terjadi fraktur panjang atau pelvis, fraktur multiple
atau cidera remuk dapat terjadi emboli lemak, khususnya pada dewasa muda 20-30 tahun
pria pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat masuk termasuk ke dalam darah karna
tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karna katekolamin yang
dilepaskan oleh reaksi stress pasien akan memobilisasi asam lemak dan memudahkan
terjadinya globula lemak dalam aliran darah. Globula lemak akan bergabung dengan
trombosit membentuk emboli, yang kemudian menyumbat pembuluh darah kecil yang
memasok otak, paru, ginjal dan organ lain dan gejalanya yang sangat cepat dapat terjadi
dari beberapa jam sampai satu minggu setelah cidera gambaran khasnya berupa hipoksia,
takipnea, takikardia dan pireksia.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR

I. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik,
mental, social dan lingkungan.
a. Pengumpulan Data
1. Identitas klien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pekerjaan, kebangsaan, suku,
pendidikan, no register, diagnose medis.
2. Keluhan utama
Biasanya klien dengan fraktur akan mengalami nyeri saat beraktifitas atau
mobilisasi pada daerah fraktur tersebut.
3. Riwayat penyakit
 Riwayat penyakit sekarang
Pada klien fraktur dapat disebabkan oleh trauma atau kecelakaan,
degenerative dan patologis yang didahului dengan perdarahan, kerusakan
jaringan sekitar yang mengakibatkan nyeri, bengkak, kebiruan, pucat atau
perubahan warna kulit dan kesemutan.
 Riwayat penyakit dahulu
Pada klien fraktur pernah mengalami kejadian patah tulang atau tidak
sebelumnya da nada atau tidaknya klien mengalami pembedahan perbaikan
dan pernah menderita osteoporosis sebelumnya.
 Riwayat penyakit keluarga
Pada keluarga klien ada atau tidak yang menderita osteoporosis, arthritis
dan tuberculosis atau penyakit lain yang sifatnya menurun dan menular.
4. Pola fungsi kesehatan
 Pola resepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada fraktur akan mengalami perubahan dan gangguan pada personal
hygiene, isalnya kebiasaan mandi, gosok gigi, mencuci rambut, ganti
pakaian, BAK dan BAB serta berolahraga sehingga dapat menimbulkan
masalah perawatan diri.
 Pola eliminasi
Kebiasaan miksi dan defekasi sehari-hari, kesulitan waktu defekasi
dikarenakan imobilisasi, feses warna kuning dan konsistensi defekasi padat.
Pada miksi klien tidak mengalami gangguan warna urine jernih, buang air
kecil 3-4 x/hari.
 Pola nutrisi dan metabolisme
Pada umumnya tidak akan mengalami gangguan penurunan nafsu makan,
meskipun menu berubah mislanya makan dirumah gizi tetap sama
sedangkan di rumah sakit disesuaikan dengan penyakit dan diet klien.
 Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas dan latihan mengalami perubahan atau gangguan dari fraktur
femur sehingga kebutuhan perlu diabntu baik oleh perawat atau keluarga,
misalnya kebutuhan sehari-hari, mandi, BAB, BAK, dilakukan diatas
tempat tidur.
 Pola penanggulangan stress
Masalah fraktur femur dapat menjadi stress tersendiri bagi klien. Dalam hal
ini pola penanggulangan stress sangat tergantung pada system mekanisme
klien itu sendiri misalnya pergi kerumah sakit untuk dilakukan perawatan
atau pemasangan traksi.
 Pola sensori dan kognitif
Nyeri yang disebabkan oleh fraktur femur adanya keruskaan jaringan lunak
serta tulang yang parah dan hilangnya darah serta cairan seluler ke dalam
jaringan. Hal ini yang menyebabkan gangguan sensori sedangkan pada pola
kognitif atau cara berfikir klien tidak mengalami gangguan jiwa.
 Pola hubungan peran
Pola hubungan peran akan mengalami gangguan jika klien sebagai kepala
rumah tangga atau menjadi tulang punggung keluarga.
 Pola persepsi diri
Pada fraktur femur akan mengalami gangguan konsep diri karena terjadi
perubahan cara berjalan akibat kecelakaan yang menyebabkan patah tulang
dank lien takut cacat seumur hidup atau tidak dapat kembali bekerja.
 Pola reproduksi
Bila klien sudah berkeluarga dan mempunyai anak maka akan mengalami
pola seksual dan reproduksi jika klien belum berkeluarga klien tidak akan
mengalami gangguan.
 Pola tidur dan istirahat
Kebiasaan pola tidur dan istirahat mengalami gangguan yang disebabkan
oleh nyeri mislanya nyeri akibat fraktur.
 Pola tata nilai dan kepercayaan
Pada fraktur terutama fraktur femur akan mengalamu perubahan atau
gangguan dalam menjalankan sholat dengan cara duduk dan dilakukan
diatas tempat tidur.
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : meliputi keadaan sakit pasien, tingkat kesadaran dan tanda-
tanda vital
b. Pemeriksaan system integument
Tidak ada perubahan yang menonjol pada system integument seperti warna
kulit, adanya jaringan parut/lesi, tekstur kulit kasar dan suhu kulit hangat serta
kulit kotor.
c. Pemeriksaan kepala dan leher
Tidak ada perubahan yang menonjol pada kepala dan leher seperti warna
rambut, mudah rontok, kebersihan kepala, alupeaus, keadaan mata,
pemeriksaan tekanan bola mata, pemeriksaan visus, adanya massa pada telinga,
kebersihan telinga, adanya serumen, kebersihan hidung, adanya bau mulut dan
gigi, adanya pembengkakan pada leher, pembesaran kelenjar limfe atau tiroid.
d. Pemeriksaan system respirasi
Tidak ada perubahan yang menonjol seperti bentuk dada ada tidaknya sesak
nafas, suara tambahan, pernafasan cuping hidung.
e. Pemeriksaan kardiovaskuler
Klien fraktur mengalami denyut nadi meningkat terjadi respon nyeri dan
kecemasan, ada tidaknya hipertensi, takikardia perfusi jaringan dan perdarahan
akibat trauma.
f. Pemeriksaan system gastri intestinal
Tidak ada perubahan yang menonjol seperti nafsu makan tetap, peristaltic usus,
mual, muntah, kenbung.
g. Pemeriksaan system ganitourinaria.
Tidak ada perubahan yang menonjol seperti produksi urin,warna urin, apakah
ada kematovia atau tidak, adakah dysuria, kebersihan genital.
h. Pemeriksaan system musculoskeletal
Terdapat fraktur, nyeri gerak, kekakuan sendi, bagaimana tinus ototnya ada
tidaknya atropi dan keterbatasan gerak, adanya karepitus.
i. Pemeriksaan system endokrin
Tidak adanya perubahan yang menonjol seperti ada tidaknya pembesaran tiroid
atau struma serta pembesaran kelenjar limfe.
j. Pemeriksaan system persyarafan
Ada tidaknya hemiplegi, paraplegi dan bagaimana reflek patellanya.

II. Diagnosa keperawatan


Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan post op fraktur (Wilkinson,
2006) meliputi :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya kuman masuk.

III. Rencana keperawatan


Diagnosa Tujuan & kriteria hasil Intervensi
keperawatan
Gangguan rasa Nyeri dapat berkurang 1. Lakukan pendekatan pada
nyaman nyeri b.d atau hilang dengan KH : klien & keluarga
terputusnya Pasien tampak tenang 2. Kaji tingkat nyeri dan
jaringan tulang frekuensi nyeri
3. Jelaskan pada klien
penyebab dari nyeri
4. Observasi tanda-tanda vital
5. Melakukan kolaborasi
dengan tim medis dalam
pemberian analgetik
Gangguan  Pasien memiliki 1. Rencanakan periode
mobilitas fisik b.d cukup energy untuk istirahat yang cukup
kerusakan beraktifitas 2. Berikan latihan aktifitas
musculoskeletal  Prilaku secara bertahap
menampakkan 3. Bantu pasien dalam
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
memenuhi 4. Setelah latihan dan aktifitas
kebutuhan sendiri kaji respon pasien
 Pasien
mengungkapkan
mampu untuk
melakukan
beberapa aktifitas
tanpa dibantu
 Koordinasi otot,
tulang dan anggota
gerak lainnya baik

Resiko infeksi b.d  Luka pasien 1. Mengkaji luka pasien


adanya kuman sembuh dan 2. Monitor keadaan umum
masuk kering pasien
 Tidak ada tanda
infeksi

DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer. (2010). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4, Jakarta : Media Aesculapius.

Pearce, C, Evelyn, 2009. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis, Jakarta :Gramedia

Thomas, A, Mark, et al. 2011. Terapi & Rehabilitasi Fraktur. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai