LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi Hewan dan Manusia
yang dibina oleh Dr. Sri Rahayu Lestari, M.Pd
Oleh kelompok 5 :
Dhio Putra Mahendra (170341615059)
Eliza Fitri Kamaliya (170341615027)
Febby Ey Dwi (170341615016)
Olivia Nabilla Maharani (170341615088)
Rini Nurlaeli Alfari (170341615014)
TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui sifat iritabilitas otot dan saraf sebelum saraf diputus dari medulla
spinalis
2. Mengetahui sifat iritabilitas otot dan saraf sesudah saraf diputus dari medulla
spinalis
DASAR TEORI
Iritabilitas merupakan kemampuan sel untuk bereaksi terhadap rangsangan
fisik maupun kimiawi (Jusuf, 2009). Kemampuan tersebut salah satunya dimiliki oleh
sel otot dan saraf. Otot dan jaringan syaraf disebut jaringan yang dapat dieksitasi
karena memiliki kemampuan untuk menghasilkan dan menyebarkan sinyal-sinyal
listrik yang disebut potensial aksi. Jaringan otot memiliki kemampuan untuk
berkontraksi dan menghasilkan kekuatan dan gerakan. Ada jenis jaringan otot dalam
tubuh yaitu otot jantung yang berada di jantung, otot polos yang berada di organ
dalam, dan otot rangka yang berada di rangka (Silverthorn dan Johnson, 2010).
Kemampuan otot bergerak dikarenakan sel otot mengandung protein kontraktil, yaitu
miosin yang berfungsi sebagai penyusun filamen tebal, dan aktin, troponin, yang
berfungsi sebagai penyusun filamen tipis. Selama kontraksi, filamen-filamen bergeser
untuk menghasilkan pemendekan dan tegangan. Pergeseran terjadi karena dipicu oleh
Ca++ sistolik yang disebabkan karena adanya eksitasi membran sel otot (Soewolo,
2005).
Jaringan syaraf memiliki dua jenis sel yaitu neuron dan neuroglia. Neuron
atau sel saraf berfungsi membawa informasi dalam bentuk sinyal kimia dan listrik
dari satu bagian tubuh ke bagian lain. Jaringan saraf tidak hanya yang terkonsentrasi
di otak dan sumsum tulang belakang tetapi juga termasuk jaringan sel yang meluas ke
hampir setiap bagian dari tubuh. Sedangkan neuroglia adalah sel-sel pendukung
untuk neuron (Silverthorn dan Johnson, 2010).
Lintasan impuls saraf berawal dari reseptor lalu dihantarkan oleh saraf
sensorik kemudian menuju saraf pusat yang berupa otak dan sum-sum tulang
belakang. Selanjutanya impuls dihantarkan oleh saraf motorik dan menghasilkan
efektor. Hal tersebut disebut lengkung refleks (Susilowati dkk, 2016)
PROSEDUR KERJA
A. Membuat sediaan otot dan saraf:
Menggunting kulit pada perut katak ± 3 cm diatas paha dengan arah transversal
melingkari tubuh
Menarik kulit ke arah bawah (seperti melepas celana) sampai kulit terlepas dari betis
katak
Membuka perut dan membuang viscera sehingga tampak saraf iskhiadikus berwarna
putih di sebelah kanan dari tulang belakang
Memisahkan saraf iskhiadikus dari otot yang mengelilinginya dengan cepat dan hati-
hati
Setelah bagian yang tidak digunakan sudah dibuang, makan akan diperoleh sediaan
otot saraf yang terdiri dari sebagian ruas tulang belakang, sepasang saraf iskhiadikus,
dan sepasang otot gastroknemius dengan sisa tendonnya.
Otot
Catat hasilnya
Rangsangan Termis
Menyentuh saraf kanan dengan batang gelas hangat
Catat hasilnya
Rangsangan Kimia
Meneteskan 1-2 tetes HCl 1% pada saraf sebelah kanan
Mencuci bagian yang terkena HCl dengan larutan ringer dan segera hisap dengan
kertas hisap
NB : Kerjakan hal yang sama pada otot gastroknemius
Rangsangan Osmotis
Memberi sedikit kristal NaCl pada saraf sebelah kanan
Mengamati agak lama respon pada otot gastroknemia sebelah kanan maupun kiri
Catat hasilnya
Catat hasilnya
NB : Kerjakan hal yang sama pada otot gastroknemius
Rangsangan listrik
Saraf
Menyentuh saraf bagian kanan dengan kabel yang sudah dihubungkan dengan baterai
Catat hasilnya
Mengulangi perlakuan yang sama untuk saraf sebelah kiri
Otot
Menyentuh otot gastroknemius dengan kabel yang sudah dihubungkan dengan baterai
Catat hasilnya
NB: Setiap selesai satu perlakuan, otot dan saraf harus di istirahatkan 1-2 menit
2. Perlakuan sesudah saraf diputus dari medula spinalis
Memutus salah satu saraf dari medula spinalis
Mengerjakan perlakuan seperti pada saraf sebelum diputus dari medula spinalis
(perlakuan 1 s/d 5) pada sediaan yang telah diputus dari medula spinalis
Catat hasilnya
HASIL PENGAMATAN
Keterangan :
- : tidak bergerak
ANALISIS DATA
A. Rangsangan mekanis
B. Rangsangan termis
Perlakuan termis dengan cara menyentuh saraf kanan dengan batang gelas
yang sudah dihangatkan dan yang terrjadi tidak terdapat respon baik otot kanan,
kiri maupun saraf kanan, kiri. Setelah saraf dipotong dan batang gelas
disentuhkan pada gastronekmus kanan dan gastronekmus kiri tidak terjadi respon
sama sekali
C. Rangsangan kimia
D. Rangsangan Osmotis
Pemberian pada otot kanan tidak menimbulkan respon pada otot kiri, saraf kiri
dan saraf kanan. Pemberian pada otot kiri juga tidak memberikan respon pada
otot kanan, saraf kanan dan saraf kiri. Begitu juga dengan pemberian NaCl pada
saraf kanan maupun kiri juga tidak memberikan respon pada otot kanan maupun
kiri. Jadi pada rangsangan osmotic yang kami lakukan tidak menimbulkan
respon sama sekali.
E. Rangsangan Listrik
Setelah saraf diputus dari medulla spinalis dilakukan juga pemberian rangsang
listrik. Hasilnya sedikit berbeda dari yang sebelum diputus. Pada pemberian
rangsang di otot kanan terjadi respon di saraf kiri dan otot kiri itu sendiri. Pada
pemberian rangsang di otot kiri memberikan respon ke saraf kiri dan otot kiri.
Pada pemberian rangsang di saraf kanan tidak memberikan respon apapun. Pada
pemberian rangsang di saraf kiri memberikan respon ke saraf kiri dan otot kiri
PEMBAHASAN
A. Rangsangan Mekanis
Sebelum Saraf Medulla Spinalis dipotong
Rangsang mekanik berupa cubitan dilakukan pada otot kanan dan kiri,
keduanya tidak memberikan respon pada saraf begitu pula dengan otot
gastroknemus kanan maupun kiri itu sendiri. Kemudian pada pencubitan
saraf iskhiadikus kanan maupun kiri juga tidak memberikan respon pada
otot gastroknemius kanan maupun kiri begitu juga dengan saraf
iskhiadikus itu sendiri. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum
tulang belakang. Sistem saraf perifer terdiri dari neuron sensorik,
kelompok neuron yang disebut ganglia, dan saraf menghubungkan mereka
satu sama lain dan sistem saraf pusat. Daerah ini semua saling
berhubungan melalui jalur saraf yang kompleks (Kimbal, 1983). Dengan
diputusnya saraf iskhiadikus dari medulla spinalis menyebabkan tidak
adanya respon yang terjadi.
B. Rangsangan Termis
Sebelum Saraf Medulla Spinalis dipotong
Sama halnya dengan pada saat katak yang belum di potong salah satu
medula spinalisnya, katak yang medula spinalisnya sudah dipotong ketika
diberi perlakuan termis pada otot gastroknemius kanan dan kiri serta saraf
kanan dan kiri juga tidak menunjukkan respon apapun pada otot
gastroknemius kanan dan kiri maupun saraf kanan dan kiri. Salah satu
penyebab tidak terjadinya respon pada otot gastroknemius maupun saraf
yaitu pendeknya periode laten. Periode laten adalah waktu yang
dibutuhkan untuk mempersiapkan kontraksi, yang terjadi karena
keterlambatan antara potensial aksi otot dan awal ketegangan otot yang
mewakili waktu yang diperlukan untuk pelepasan Ca2+ dan mengikat
troponin. Peristiwa periode laten termasuk penciptaan potensial aksi otot,
pelepasan Ca2+ dari retikulum sarkoplasma, dan difusi Ca2+ ke lamung
kontraktil (Silverthorn dan Johnson, 2010).
C. Rangsangan Kimia
Sebelum Saraf Medulla Spinalis dipotong
D. Rangsangan Osmotis
Sebelum Saraf Medulla Spinalis dipotong
Perlakuan rangsangan listik pada sediaan otot dan saraf katak terdapat
gerakan. Jika otot kanan diberi rangsangan listrik maka otot kanan, otot
kiri, saraf kanan, dan saraf kiri memberikan respon dengan gerakan, begitu
juga sebaliknya ketika otot kiri diberi rangsangan listrik. Maka semua otot
dan saraf bergerak baik yang kanan maupun yang kiri. Hal tersebut juga
terjadi ketika rangsangan listrik diberikan pada saraf kanan, dimana semua
saraf dan otot memberikan respon berupa gerakan baik yang kanan
maupun yang kiri. Pemberian rangsangan listrik pada saraf kiri juga
terjadi peristiwa yang sama, yaitu saraf dan otot baik yang kanan maupun
yang kiri bergerak. Pergerakan otot ketika diberi rangsangan listrik sesuai
dengan dengan pernyataan Susilowati, et al (2016) yang menyatakan
bahwa otot akan menunjukkan respon berupa gerakan ketika diberi
rangsangan yang baik berupa rangsangan listrik. Respon pada otot terjadi
ketika rangsangan diberikan melalui saraf atau langsung pada otot.
Namun, pergerakan saraf pada hasil pengamatan tidak sesuai dengan
pertanyaan Soewolo (2003). Menurut Soewolo (2003) rangsangan yang
diberikan pada otot dan saraf, hanya akan terjadi perubahan pada otot.
Hal ini disebabkan karena saraf hanya berperan sebagai penghantar impuls
stimulus untuk diberikan kepada otot dan kemudian akan terjadi respon
yang dilakukan oleh otot. (Soewolo, 2003).
Menurut Guyton & Hall (1997) rangsangan listrik merupakan stimulus
ambang otot, sehingga rangsangan listrik merupakan stimulus yang paling
cepat dari pada rangsangan mekanis, termis, kimia, dan osmotis. Jika
stimulus yang diberikan tidak mencapai ambang batas, maka otot tidak
akan memberikan respon. (Guyton & Hall, 1997)
KESIMPULAN
1. Sifat iritabilitas otot dan saraf sebelum saraf diputus dari medulla spinalis
yaitu saraf dan otot masih dapat berkontraksi dan melakukan iritabilitas.
Walaupun tidak semua saraf dan otot dapat berkontraksi. Dikarenakan periode
laten.
2. Sifat iritabilitas otot dan saraf setelah saraf diputus dari medulla spinalis yaitu
saraf dan otot mengalami penurunan dan tidak dapat lagi melakukan
iritabilitas. Disebabkan fungsi medulla spinalis itu sendiri adalah sebagai
pusat pengendali gerak otot dan refleks spinalis.
DAFTAR RUJUKAN
No Perlakuan Gambar
1 Perlakuan sebelum saraf diputus
dari medulla spinalis :
Rangsangan mekanis