Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS TREN DEPEDENCY RATIO PROVINSI DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA TAHUN 2010-2017

(Tugas Individu 3)

Oleh
Nama : Gilang Wijaya
NPM : 1613034042
Program Studi : Pendidikan Geografi

Mata Kuliah : Geografi Penduduk


Dosen : Dr. Trisnaningsih. M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah S.W.T yang telah memberikan nikmat-
Nya, sholawat serta salam kita ucapkan kepada baginda Nabi besar kita Nabi
Muhammad S.A.W. yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah Geografi Penduduk ini. Makalah ini penulis
susun sebagai prasyarat mengikuti perkuliahan Geografi Penduduk, yaitu
mengenai Analisis Defedency Ratio Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di
mana makalah ini membahas mengenai tren Depedency Ratio di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.

Dalam penyajian materi makalah ini akan penulis jabarkan berdasarkan hal yang
disebutkan tadi. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat
kesalahan dan kekurangan, untuk itu penulis berharap seluruh pembaca berkenan
memberikan kritik dan saran. Akhirnya tak lupa penulis mengucapkan terima
kasih kepada seluruh pihak yang membantu penyelesaian makalah ini.

Bandar Lampung 24 Mei 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Daftar Isi................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ......................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah. ................................................................................4
1.3. Tujuan ...................................................................................................4
1.4. Jenis dan Sumber Data ..........................................................................5

PETA
Peta Tren Depedency Ratio Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun
2010-2017.....................................................................................................6

BAB II. PEMBAHASAN .......................................................................................7

BAB III PENUTUP ..............................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

iii
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)


mengatakan bonus demografi merupakan bonus yang dinikmati suatu negara
sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64
tahun) dalam evolusi kependudukan yang dialaminya

Menurut Armida (2014) Indonesia telah memasuki bonus demografi sejak tahun
2012, dan bergerak menuju terbukanya jendela peluang pada periode 2020-2030.
Di mana struktur penduduk di dominasi oleh mereka yang berusia produktif.
Indonesia sedang menuju tahapan bonus demografi dengan pertumbuhan ekonomi
yang semakin meningkat dan penurunan angka kelahiran dalam jangka panjang.
Penurunan angka kelahiran dan angka kematian telah mempengaruhi struktur
umur penduduk. Hasil proyeksi 2020-2030 memperlihatkan bahwa proporsi
penduduk usia dibawah 15 tahun semakin mengecil sedangkan proporsi penduduk
kelompok umur produktif (15-64 tahun) akan semakin membesar, sementara
lansia perlahan-lahan juga semakin meningkat. Kondisi ini akan mempengaruhi
angka beban tanggungan.

Bonus demografi dapat dilihat dengan parameter dependency ratio (angka beban
ketergantungan) yang cukup rendah, yaitu mencpai 44. Hal ini berarti bahwa
dalam setiap 100 penduduk usia produktif (15-64 tahun) hanya menanggung
sekitar 44 penduduk tidak produktif. Bonus demografi puncak terjadi jika rasio
beban tanggungan berada pada titik terendah. Pada posisi ini suatu negara/daerah
disebut sebagai masa jendela kesempatan yaitu masa dimana angka beban
ketergantungan sangat rendah. Masa ini jika dikaitkan dengan ekonomi akan
menghasilkan bonus demografi yaitu keuntungan ekonomi yang disebabkan oleh
2

menurunnya rasio ketergantungan sebagai hasil penurunan kelahiran dalam jangka


panjang (Wongboonsin, dkk, 2003).

Menurut Maxwell dalam Kristiana (2009) rasio ketergantungan merupakan angka


yang menunjukkan populasi penduduk dari kegiatan produktif yang dilakukan
penduduk usia kerja. Penduduk produktif (usia kerja) biasanya berkisar dari usia
15-65 tahun.

Negara dengan tingkat kelahiran yang tinggi biasanya akan memiliki tingkat rasio
ketergantungan yang cukup tinggi. Semakin tinggi rasio ketergantungan semakin
banyak beban tanggungan penduduk produktif, meskipun satu dari dampak positif
pada angka ketergantungan terletak pada penduduk usia muda, penduduk yang
sehat dan angkatan kerja yang semakin produktif.

Kelompok penduduk umur 0-14 tahun dianggap sebagai kelompok penduduk


belum produktif secara ekonomis, kelompok penduduk umur 15-64 tahun sebagai
kelompok produktif dan kelompok penduduk umur 65 tahun keatas sebagai
kelompok penduduk yang tidak lagi produktif.

Rasio ketergantungan yang terus menurun belakangan ini diperkirakan akan


mencapai titik terendah pada periode 2020-2030. Periode 2020-2030 inilah yang
disebut sebagai the Window of Opportunity untuk Indonesia (Adioetomo, 2005).
Window of Oportunity Terkenal dengan nama Bonus Demografi, di mana jumlah
penduduk yang produktif akan menanggung penduduk nonproduktif. Dikatakan
bonus karena tidak terjadi terus menerus melainkan hanya terjadi sekali dalam
beratus-ratus tahun dan tidak bertahan lama (Adioetomo 2005).

Bonus demografi sering dikaitkan dengan suatu kesempatan yang hanya akan
terjadi satu kali saja bagi semua penduduk negara, yakni the window of
opportunity. Kesempatan yang ada berkaitan dengan bonus demografi ini berupa
tersedianya kondisi atau ukuran yang sangat ideal pada perbandingan antara
jumlah penduduk yang produktif dan penduduk non produktif. The window of
opportunity ini tidak terjadi selamanya melainkan melainkan hanya terjadi dalam
waktu yang sangat singkat, satu atau dua dekade saja. Ini disebabkan karena
dalam perjalanan transisi demografi, harapan hidup yang terus meningkat akan
3

meningkatkan jumlah lansia di atas 65 tahun sedemikian rupa, sehingga rasio


ketergantungan akan meningkat lagi. Jadi terbukanya the window of opportunity
yang menyediakan kondisi ideal untuk meningkatkan produktivitas harus
dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pemerintah suatu negara apabila ingin
meningkatkan kesejahteraan penduduknya.

Bonus demografi mulai di Indonesia pada tahun 2012 dan akan berakhir pada
tahun 2030 mendatang, namun bonus demografi tidak terjadi bersamaan di semua
daerah di Indonesia. Stuktur bonus demografi yang terjadi di setiap daerah
indonesia juga berbeda satu dengan lainnya, maka perlu ada dilakukan kajian
untuk memaksimalkan usia produktif di tiap-tiap daerah.

Dan juga perlu diketahui bahwa di satu sisi bonus demografi dapat mendorong
ekonomi untuk tumbuh jika sebagian besar penduduk bekerja tetapi di sisi lain
dapat menciptakan instabilitas sosial dan politik jika penduduk banyak yang tidak
bekerja. Mereka termasuk penduduk usia produktif tapi tidak dapat termanfaatkan
tenaganya karena tidak terserap di pasar kerja.

Pertambahan atau penurunan jumlah penduduk dipengaruhi oleh fertilitas


(kelahiran), mortalitas (kematian), dan migrasi (perpindahan tempat) karena
ketiga variabel tersebut merupakan komponen yang sangat berpengaruh terhadap
perubahan penduduk (Lucas, 1982).

Secara umum dapat didefinisikan bonus demografi adalah suatu kondisi dimana
jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dibandingkan usia nonproduktif.
Perbandingan penduduk usia produktif dengan non-produktif disebut rasio beban
tanggungan (dependecy ratio). Semakin tinggi persentase angka beban
ketergantungan menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung
penduduk produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan
tidak produktif lagi sehingga bonus demografi semakin jauh. Tingginya angka
rasio beban tanggungan merupakan faktor penghambat pembangunan di negara
berkembang termasuk di Indonesia, karena sebagian dari pendapatan yang
diperoleh dari golongan produktif, terpaksa harus dikeluarkan untuk memenuhi
kebutuhan kelompok yang belum produktif, dengan tanggungan penduduk yang
4

kecil akan lebih mudah memobilisasi dana masyarakat dan anggaran pemerintah
untuk investasi yang lebih produktif. Pada negara dengan rasio ketergantungan
penduduk yang rendah terjadi proses penghematan bahan makanan dan bahan
baku lainnya sekaligus terjadi kulitatif kehidupan penduduk, hal ini selanjutnya
akan meningkatkan angka harapan hidup (life expentancy) negara tersebut.

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri merupakan provinsi dengan angka


Depedency Ratio yang terus menurun setiap tahunnya, dengan melihat dari
tingkat dependency ratio sebagai acuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, maka berdasarkan pada
kenyataan–kenyataan yang telah dijelaskan diatas maka menarik untuk mengamati
masalah mengenai bonus demografi dan mengkaji lebih dalam lagi

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya, adapun rumusan


masalah yang dapat diambil adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tren Depedency Ratio di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta


pada kurun waktu 2010-2017 ?
2. Apa saja yang mempengaruhi Depedency Ratio di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta ?

1.3. Tujuan Makalah

Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tren Depedency Ratio di Provinsi Daerah Istimewa


Yogyakarta pada kurun waktu 2010-2017
2. Untuk mengetahui faktor apa saja mempengaruhi Depedency Ratio di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta
5

1.4. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Adapun jenis data yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah
data kuantitatif. Data kuantitatif adalah jenis data yang dapat diukur atau
dihitung secara langsung, yang berupa informasi atau penjelasan yang
dinyatakan dengan bilangan atau bentuk angka. Dalam hal ini data
kuantitatif yang diperlukan adalah : angka Depedency Ratio menurut
provinsi tahun 1971-2017.

b. Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah
data sekunder. Data sekunder adalah data yang mengacu kepada informasi
yang telah dikumpulkan dari sumber yang telah ada. Dalam hal ini data
diperoleh melalui website BPS dan Bapeda.
6
7

BAB II
PEMBAHASAN

Performa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai provinsi dengan pencapaian


angka rasio ketergantungan yang rendah telah terjadi sejak dahulu sampai
sekarang. Hal tersebut salah satunya dibuktikan dengan rendahnya angka
depedency ratio sejak tahun 2010 sampai 2017.

Tabel 1. Angka Depedency Ratio Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta


Tahun 2010-2017

Tahun TFR

2010 45,80
2011 45,50
2012 45,30
2013 45,10
2014 45,07
2015 45,05
2016 45,02
2017 45,02

Sumber : Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dan Beban Ratio


Ketergantungan (Depedency Ratio) Provinsi Yogyakarta Tahun
2014-2017, BPS
8

Berdasarkan tabel 1 secara rata-rata persentase angka beban ketergantungan


Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dari tahun 2010 sampai dengan 2017 terus
mengalami penurunan. Pada tahun 2010 angka beban ketergantungan sebesar
45,80 persen, yang artinya dalam 100 penduduk produktif (15-64 tahun) hanya
menanggung sekitar sekitar 46 penduduk tidak produktif. Sedangkan pada tahun
2017 angka beban ketergantungan sebesar 45,02 persen, yang artinya dalam 100
penduduk produktif (15-64 tahun) hanya menanggung sekitar sekitar 45 penduduk
tidak produktif. Sehingga bonus demografi dapat tercapai akibat semakin
rendahnya depedency ratio di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Rendahnya angka depedency ratio di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta


dipengaruhi oleh rendahnya angka Total Fertility Rate di wilayah tersebut. Total
Fertility Rate atau angka kelahiran total merupakan jumlah rata-rata anak yang
dilahirkan setiap wanita. Kebaikan dari teknik ini adalah merupakan ukuran untuk
seluruh wanita usia 15-49 tahun yang dihitung berdasarkan angka kelahiran
menurut kelompok umur. Semakin tinggi angka TFR maka akan semakin banyak
anak yang dilahirkan sehingga jumlah penduduk yang ditanggungpun akan
semakin banyak.

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi dengan pencapaian


angka kelahiran yang rendah hal tersebut salah satunya dibuktikan dengan
rendahnya nilai TFR sejak tahun 1971 sampai 2017. Berdasarkan hasil Sensus
Penduduk tahun 1971, 1980, 1990, 2000, 2010 dan hasil Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI), dalam kurun waktu 1971-2017.

Negara dengan tingkat kelahiran yang tinggi biasanya akan memiliki tingkat rasio
ketergantungan yang cukup tinggi. Semakin tinggi rasio ketergantungan semakin
banyak beban tanggungan penduduk produktif, meskipun satu dari dampak positif
pada angka ketergantungan terletak pada penduduk usia muda, penduduk yang
sehat dan angkatan kerja yang semakin produktif.

Kelompok penduduk umur 0-14 tahun dianggap sebagai kelompok penduduk


belum produktif secara ekonomis, kelompok penduduk umur 15-64 tahun
9

sebagai kelompok produktif dan kelompok penduduk umur 65 tahun keatas


sebagai kelompok penduduk yang tidak lagi produktif.

Tingginya angka rasio beban tanggungan penduduk merupakan faktor


penghambat pembangunan ekonomi, karena sebagian dari pendapatan yang
diperoleh oleh golongan yang produktif, terpaksa harus dikeluarkan untuk
memenuhi kebutuhan mereka yang belum produktif. Semakin kecil angka rasio
beban tanggungan penduduk, maka menandakan bahwa pertumbuhan ekonomi
suatu wilayah semakin baik.

Perbandingan penduduk usia produktif dengan non-produktif disebut rasio beban


tanggungan (dependecy ratio). Semakin tinggi persentase angka beban
ketergantungan menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung
penduduk produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan
tidak produktif lagi sehingga bonus demografi semakin jauh
10

BAB III
KESIMPULAN

Rasio ketergantungan merupakan angka yang menunjukkan populasi penduduk


dari kegiatan produktif yang dilakukan penduduk usia kerja. Penduduk produktif
(usia kerja) biasanya berkisar dari usia 15-65 tahun. Semakin tinggi persentase
angka beban ketergantungan menunjukkan semakin tingginya beban yang harus
ditanggung penduduk produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum
produktif dan tidak produktif lagi sehingga bonus demografi semakin jauh. Secara
rata-rata persentase angka beban ketergantungan Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta dari tahun 2010 sampai dengan 2017 terus mengalami penurunan.
Pada tahun 2010 angka beban ketergantungan sebesar 45,80 persen, yang artinya
dalam 100 penduduk produktif (15-64 tahun) hanya menanggung sekitar sekitar
46 penduduk tidak produktif. Sedangkan pada tahun 2017 angka beban
ketergantungan sebesar 45,02 persen, yang artinya dalam 100 penduduk produktif
(15-64 tahun) hanya menanggung sekitar sekitar 45 penduduk tidak produktif.
Sehingga bonus demografi dapat tercapai akibat semakin rendahnya depedency
ratio di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
11

DAFTAR PUSTAKA

Armida, S. 2014. Daya Saing Daerah, Konsep dan Pengukurannya di Indonesia,


Edisi 1, BPFE, Yogyakarta.
(diakses pada hari Kamis 24 Mei Pukul 20.57 WIB).

Adioetomo, Sri Moertiningsih. 2005. Bonus Demografi. Menjelaskan Hubungan


antara Pertumbuhan Penduduk dengan Pertumbuhan Ekonomi. Pidato
pengukuhan Guru Besar Tetap Bidang Ekonomi pada Fakultas
EkonomiUniversitas Indonesia. Jakarta
(diakses pada hari Kamis 24 Mei Pukul 21.02 WIB).

Lucas. 1982. Pengantar Kependudukan. Gadjah Mada Press. Bandung

(diakses pada hari Kamis 24 Mei Pukul 21.04 WIB).

BKKBN, Bonus Demografi,


http://www.bkkbn.go.id.ViewSekapurSirih.aspx?SekapurSirihID=23.

(diakses pada hari Kamis 24 Mei Pukul 21.15 WIB).

BPS. 2017. Depedency Ratio Menurut Provinsi, 2010-203.


https://www.bps.go.id/statictable/2014/02/18/1275/dependency-ratio-
menurut-provinsi-2010-2035.html
(diakses pada hari kamis 24 Mei Pukul 21.36 WIB).

Anda mungkin juga menyukai