adalah letak atau kedudukan dari sebagian tubuh pasien atau penderita yang perlu
diatur dalam suatu pemotretan 2
4. Pengaturan sinar2
- Fraktur = patah atau retak pada tulang akibat benturan atau kekerasan
2.2.1 Cranial
Skull atau tengkorak membentuk rangka kepala dan muka, termasuk pula
mandibula, yaitu tulang rahang bawah. Tengkorak terdiri atas 22 tulang (atau 28
tulang termasuk tulang telinga), dan ditambah lagi 2 atau lebih tulang-tulang
rawan hidung yang menyempurnakan bagian anteroinferior dari dinding-dinding
lateralis dan septum hidung (nasal).3Adapun pembagiannya dapat di gambarkan
sebagai berikut :
• 1 os. Frontal
• 2 os. Parietal
• 1 os. Occipital
• 1 os. Ethmoid
• 1 os. Sphenoid
• 2 os. Temporal
• 2 Os. Maleus
• 2 Os. Inkus
• 2 Os. Stapes . 3
- Landmark
1. Vertex
Suatu titik yang berada pada pertengahan MSP kepala pada tulang
parietal
2. Glabella
Suatu titik yang berada pada MSP sejajar dengan kedua alis mata pada
tulang frontal
3. Nasion
4. Acanthio
Suatu titik yang berada pada MSP di antara lubang hidung dan bibir
5. Infra Orbital Point
8. Mental
2. Lateral.
Posisi Obyek
• Atur kepala true lateral dengan bagian yang akan diperiksa dekat
dengan IR
• Tangan yang sejajar dengan bagian yang diperiksa berada di
depan kepala dan bagian yang lain lurus dibelakang tubuh
• Atur MSP sejajar terhadap IR
• Atur interpupilary line tegak lurus IR
• Pastikan tidak ada tilting pada kepala
• Atur agar IOMLsejajar dengan IR 4
Struktur yang ditampakkan
Posisi pasien
Posisi obyek
• Atur pasien sehingga MSP tegak lurus dengan garis tengah kaset.
• Fleksikan leher secukupnya, garis orbito meatal tegak lurus ke
bidang film.
• Bila pasien tidak dapat memfleksikan lehernya, aturlah sehingga
garis infra orbito meatal tegak lurus dan kemudian menambah
sudut CR 7
• Untuk memperlihatkan bagian oksipito basal atur posisi film
sehingga batas atas terletak pada puncak cranial. Pusatkan kaset
pada foramen magum.
• Untuk membatasi gambaran dari dorsum sellae dan ptrous
pyramid, atur kaset sehingga titik tengah akan bertepatan dengan
CR
• Periksa kembali posisi dan imobilisasi kepala.
• Tahan napas saat ekspose 4
4. Vertiko-submental (basal)
Tujuannya untuk melihat detail dari basis cranial. Patologi yang
ditampakkan adalah fraktur dan neoplatic/inflamantory process dari arc
zygomaticum 6
Posisi Pasien : Supine atau erect .Posisi erect akan membuat pasien
merasa lebih nyaman8
Posisi Obyek
5. Water’s Position
2.2 .2 Thorax
a.) Struktur Anatomi & Isi Rongga Thorak4,11
1. Posisi AP :
a. Posisi ini dilakukan biasanya untuk pasien yang tidak dapat
berdiri atau dalam keadaan darurat.
b. Pasien berdiri dengan posisi true AP dengan bagian punggung
menempel kaset (pasien tidur diatas meja pemeriksaan atau
berada di tempat tidur).
c. Kaset diletakkan setinggi ± 3 jari dari pundak.
d. Tangan diletakkan di pinggang dengan posisi Os Manus PA
kemudian siku diarahkan ke depan agar Os Scapula terlempar
keluar.
e. Batas luas lapangan penyinaran atas pada Vert. Cervicalis dan
samping pinggir dada kanan dan kiri.
f. Saat exposi pasien dalam keadaan Full Inspirasi.
- CR : Tegak lurus kaset.
- CP : Os Strenum.
- FFD : 150 cm
2. Posisi PA :
3. Posisi Lateral :
a. Pasien berdiri dengan posisi true lateral, bagian sisi dada kiri atau
kanan menempel kaset.
b. Kaset diletakkan setinggi ± 3 jari dari pundak.
c. Kedua tangan diangkat keatas kepala kemudian siku
dirapatkan.
d. Batas luas lapangan penyinaran mencakup Vert. Cervicalis
sampai luas lapangan paru.
e. Saat exposi pasien dalam keadaan Full Inspirasi.
- CR : Tegak lurus kaset.
4. Posisi LLD/RLD :
a. Pasien tidur miring diatas meja pemeriksaan pada sisi yang sakit,
tangan diangkat keatas kepala kemudian siku dirapatkan, dada
menempel pada kaset, luas lapangan penyinaran sama dengan
posisi PA.
b. Dianjurkan pasien untuk menunggu (5 – 10) mt untuk
mendapatkan udara naik keatas.
c. Saat exposi pasien dalam keadaan Full Inspirasi.
- CR : Horizontal tegak lurus kaset.
- CP : Os Strenum.
- FFD : 150 cm
3. Bentuk Jantung13
2.2.3 Vertebra
2.2.3.1 Vertebra Cervicalis
1. Posisi AP 2:
- CP : Vertebrae Cervicalis IV
2. Posisi Lateral 2:
a. Pasien berdiri dengan posisi true lateral, bagian sisi tangan kanan
atau kiri menempel pada stand kaset.
b. Kaset mencakup seluruh Vertebra Cervicalis I – VII,
c. Kedua tangan kebawah agar bahu transversal dan leher sedikit
extension.
d. Batas luas lapangan penyinaran mencakup Vertebra Cervicalis I –
VII, beri marker pada ujung kaset.
e. Saat exposi pasien dalam keadaan tahan nafas.
- CR : Tegak lurus kaset.
- CP : Vertebrae Cervicalis IV
- CP : Vertebrae Cervicalis IV
Posisi Pasien 2:
a. Pasien di posisikan supine di atas meja pemeriksaan
Kriteria gambar3 :
- Terlihat jelas atlas dan axis pada proyeksi AP (Open Mouth)
- Terlihat jelas Processus Odontoid pada C1 dan C2
- Mandibula dan maxilla superposisi
- Jika dagu tidak diangkat dengan cukup, maka gigi akan superposisi
dengan processus odontoid
- Jika dagu diangkat terlalu tinggi, maka mandibula superposisi dengan
processus odontoid
- Struktur yang tergambar : Atlas, Axis, Processus odontoid (Dens), dan
Articulatio C1 dan C2
- Tampak marker R / L sebagai penanda sebelah kiri atau kanan
- Bone :
Tulang-tulang vertebra cervicalis menikuti garis tak terputus dari
masing-masing vertebrae (termasuk Odontoid pada C2). Vertebral
bodies harus berbaris dengan lengkungan lembut (lordosis servikal
normal) menggunakan garis marjinal anterior dan posterior pada
tampilan lateral. Setiap bodies harus berbentuk persegi panjang dan
kira-kira berukuran sama meskipun beberapa variabilitas
diperbolehkan (tinggi keseluruhan C4 dan C5 mungkin sedikit
kurang dari C3 dan C6). Ketinggian anterior harus kurang lebih
sama tinggi posterior (posterior biasanya mungkin sedikit lebih
besar, hingga 3mm).
Persiapan pasien :
Persiapan Alat/Bahan :
Tidak ada.
Posisi pemeriksaan :
Prosedur pemeriksaan :
1. Posisi AP :
Pasien tidur supine diatas meja pemeriksaan dalam posisi true AP, kedua
tangan lurus kebawah, kedua lutut ditekuk dengan kedua telapak kaki
bertumpu pada meja pemeriksaan.
Saat exposi pasien dalam keadaan expirasi dan tahan nafas, marker
diletakan pada ujung
kaset.
2. Posisi Lateral :
Pasien tidur miring dengan sisi tubuh kanan atau kiri menempel meja
pemeriksaan, kedua tangan berada diatas kepala dengan siku ditekuk dan
kedua kaki ditekuk kedepan sehingga dapat menahan berat badan,
usahakan buat posisi senyaman mungkin.
Saat exposi pasien dalam keadaan expirasi dan tahan nafas, marker
diletakan pada ujung kaset.
Pasien tidur dimana sisi kanan miring 45° membentuk posisi RAO,
kedua tangan berada diatas kepala dengan kedua sisi ditekuk, kaki kanan
sedikit ditekuk dan menempel meja pemeriksaan sedangkan kaki kiri
ditekuk dengan telapak kaki menumpu meja.
1. Os Manus
a. Proyeksi PA2
Posisi Pasien 2:
Kriteria Gambar :
b. Proyeksi Oblique2
Posisi Pasien 2:
Kriteria Gambar 2:
- Tampak posisi tangan pasien true PA Oblique kecuali thumb
- Tidak tampak superposisi antara jari-jari pada bagian proximal phalanx
- Tampak metacarpophalangeal joint dan interphalangeal joint
- Tampak semua bagian distal dari Os Ulna dan Os Radius
- Tampak soft tissue dan bony trabeculation
- Terpisahnya metacarpal ke 2 dan ke 3
Posisi Pasien 2:
b. Proyeksi Lateral2
Posisi Pasien2 :
Kriteria Gambar2 :
3. Antebrachi
a. Proyeksi AP1
FFD : 90 cm
CP : Pertengahan Antebrachi
Posisi Pasien2:
Kriteria Gambar2 :
b. Proyeksi Lateral 2
FFD : 90 cm
CP : Pertengahan Antebrachi
Posisi Pasien 3:
Kriteria Gambar3 :
4. Elbow Joint
a. Proyeksi AP2
FFD : 90 cm
Posisi Pasien 3:
Kriteria Gambar3 :
b. Proyeksi Lateral2
FFD : 90 cm
Posisi Pasien 3:
Kriteria Gambar 3:
1. Os Calcaneus
Os. Calcaneus termasuk salah satu ketujuh Os. Tarsalia yang bersatu
membentuk tulang – tulang kaki. 2 Pemeriksaan radiografi calcanues ada 2
yaitu :
a. Proyeksi AP Axial2
Ukuran Kaset : 18 x 24 cm melintang di bagi 2 ( Proyeksi AP Axial dan
Lateral )
FFD : 90 cm
CR AP Axial : 40 derajat cranially
CP AP Axial : pada pertengahan Os Calcaneus
Posisi Pasien2 :
- Atur pasien dalam posisi supine diatas meja pemeriksaan dengan
mengatur tungkai bawah full ekstensi
- Letakan kaset pada pergelangan kaki pasien .
- Pusatkan pertengahan kaset pada pertengahan pergelangan kaki.
- Untuk tambahan gunakan spon atau sandbag agar mencegah pergerakan
pada objek
- Shield gonad
Kriteria Gambar2 :
- Tampak Os. Calcaneus dalam posisi planto-dorsal.
- Tampak marker R atau L pada sisi film.
- Tidak ada rotasi pada Os. Calcaneus.
b. Proyeksi Lateral3
Ukuran Kaset : 18 x 24 cm melintang di bagi 2 ( Proyeksi AP Axial dan
Lateral )
FFD : 90 cm
CR : Tegak lurus bidang kaset
CP : pada pertengahan Os Calcaneus
Posisi Pasien23:
- Posisikan tungkai bawah pasien dalam posisi true lateral.
- Atur Os. Calcaneus dalam posisi true lateral pada pertengahan kaset.
- Gunakan spon atau sandbag agar tidak terjadi pergerakan pada objek.
- Lindungi gonad.
- Atur kolimasi secukupnya.
Kriteria Gambar 3:
- Tidak adarotasi dari Os. Clcaneus.
- Tampaksinus tarsi dan tuberesitas calcaneus.
2. Os Cruris
Os cruris biasa disebut tungkai bawah, didalam tungkai bawah terdapat 2
tulang yaitu os tibia dan os fibula. "Tibia" adalah kata Latin yang berarti
baik tulang kering dan seruling. Diperkirakan bahwa "tibia" mengacu pada
baik tulang dan alat musik karena seruling pernah kuno dari tibia
(hewan). Fibula ini berjalan bersama tibia. Kata "fibula" adalah kata Latin
yang menunjuk jepit atau bros. fibula itu disamakan dengan orang dahulu
ke gesper memasangnya ke tibia membentuk bros7
a. Proyeksi AP2
Ukuran kaset : 30 x 40 cm atau 35 x 43 cm memanjang dibagi 2 (Proyeksi
AP dan Proyeksi Lateral)
FFD : 90 cm
CR : Tegak lurus bidang kaset
CP : Pertengahan Os Cruris dengan batas atas knee joint dan batas bawah
angkle joint
Posisi pasien 2:
- posisikan supine diatas meja pemeriksaan.
- Atur tubuh pasien sehingga pelvis tidak rotasi.
- Atur kaki sehingga condyles femoralis searah dengan kaset atau film dan
vertical terhadap kaki.
- Fleksikan pergelangan kaki sampai kaki berada dalam posisi vertical
- Untuk tambahan, gunakan spon atau sandbag agar mencegah pergerakan
pada objek
- Lindungi gonat dengan menggunakan apron atau gonad shield
Kriteria gambaran 2
- Gambaran memperlihatkan kedua persendian dalam satu film. (batas atas
knee joint dan batas bawah angkle joint)
- Kedua persendian tidak mengalami rotasi ( knee joint dan angkel joint )
- Artikulo tibia dan fibula tampak overleping sedang.
- Detail dan softissue baik ( gambaran organ baik )
- Tampak marker R atau L pada sisi bawah film sebagai penanda objek
sebelah kiri atau kanan
- Tampak label sebagai penanda identitas pasien
Gambar 2.52 Os Cruris Proyeksi AP
b. Proyeksi Lateral 3
Ukuran kaset : 30 x 40 cm atau 35 x 43 cm memanjang dibagi 2 (Proyeksi
AP dan Proyeksi Lateral)
FFD : 90 cm
CR : Tegak lurus bidang kaset
CP : Pertengahan Os Cruris dengan batas atas knee joint dan batas bawah
angkle joint
Posisi pasien 3:
- Pasien posisikan supine diatas meja pemeriksaan lalu perlahan posisikan
tubuh pasien pada posisi lateral atau sedikit oblique dengan kaki yang
tidak diperiksa melangkahi kaki yang diperiksa, dengan tujuan untuk
mendapatkan os cruris yang true lateral dan kenyamanan pasien.
- kedua sendi tercangkup dalam 1 film (knee joint dan angkle joint)
- Untuk tambahan, gunakan spon atau sandbag agar mencegah pergerakan
pada objek
- Lindungi area gonad pasien dengan menggunakan apron atau gonad
shield.
Kriteria gambar 3:
- Gambaran memperlihatkan kedua persendian dalam satu film. (batas
atas knee joint dan batas bawah angkle joint)
- Tampak Artikulo tibia dan fibula pada posisi lateral dan sedikit
overlaping
- Detail dan softissue baik ( gambaran organ baik )
- Tampak marker R atau L pada sisi bawah film sebagai penanda objek
sebelah kiri atau kanan
- Tampak label sebagai penanda identitas pasien
Catatan : jika dalam satu kaset digunakan dua gambaran. Sisi yang tidak
terekspos harus ditutup dengan Pb. Agar tidak terkena radiasi hambur.
Radiasi hambur yang dihasilkan akan tampak dalam fosfor imajing plate.
Sehingga akan menyebabkan artefak pada kedua sisi film atau kaset2.
Gambar 2.54 Contoh gambaran klinis fraktur dua gambar satu film.
3. Articulatio Genue
- Prosedur Pemeriksaan
a. Proyeksi AP2
Ukuran Kaset : 24 x 30 cm melintang di bagi 2 ( Posisi AP dan Lateral )
FFD : 90 cm
CR : Vertikal tegak lurus kaset atau film
CP : Pada pertengahan patella
Posisi Pasien 2:
- Atur pasien pada posisi supine diatas meja pemeriksaan atau pasien
berdiri menghadap x-ray tube dan pastikan tidak ada rotasi atau
pergerakan pada panggul pasien.
- Dengan kaset dibawah lutut pasien, lokasikan bagian apex patella, dan
setelah itu pasien diinstruksikan untuk meregangkan bagian lututnya.
Pusatkan kaset sekitar setengah inci di bawah apex patella. dan pusatkan
bagian tengah kaset pada bagian tengah persendian lutut.
- Lindungi area gonad pasien dari radiasi hambur dengan menggunakan
karet dari timbal atau apron
Kriteria Gambar 2:
- Terbukanya persendian femorotibial
- Tidak ada rotasi tulang paha dan tibia
- Tampak patella terproyeksi pada bagian pertengahan kaset
b. Proyeksi Lateral1
Ukuran Kaset : 24 x 30 cm melintang di bagi 2 ( Posisi AP dan
Lateral )
FFD : 90 cm
CR : Vertikal tegak lurus kaset atau film
CP : Pada pertengahan patella
Posisi Pasien2 :
- Perintahkan pasien untuk mengarah pada sisi yang akan diperiksa
- Fleksikan bagian lutut pasien pada ukuran 20-30 derajat dengan
tujuan untuk memaksimalkan rongga persendian lutut.(ada
beberapa rumah sakit yang menstandarkan fleksian lutut sebesar 45
sampai 90 derajat .sesuai permintaan radiolog)
- Lokasikan bagian persendian lutut di bawah apex patella
- Lindungi area gonad pasien dari radiasi hambur dengan
menggunakan karet dari timbal atau apron
Kriteria Gambar 2:
Berikut ialah beberapa hal yang wajib tercakup dalam radiografi lutut
proyeksi Lateral :
- Tampak pattela dalam proyeksi true lateral.
- Terbukanya articulasio pattelo femoralis.
- Caput Os.fibula dan Os.Tibia tampak super posisi.
- Terlihat soft tissue disekitar lutut.
- Tampak marker R atau L.
2.2.6. PELVIS
Posisi pemeriksaan :
AP
Prosedur pemeriksaan :
1. Posisi AP :
- FFD : 90 cm.
Gambar 2.57 Os Pelvis Posisi AP