Wa0034
Wa0034
Disusun Oleh :
Kelompok 2
Disusun oleh :
1. Ulfah Afista P27824216007
2. Wahyu Tiara Ramadani P27824216008
3. Amalia Firdayanti P27824216013
4. Sinta Mustika Anggraini P27824216016
5. Vivi Pebristy Putri P27824216034
i
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna,untuk itu penulis
memohon kritik dan saran untuk perbaikan pembuatan laporan di masa yang akan
datang. Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB 1 PENDAHUULUAN ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 4
2.1 Pengertian Peran Serta Masyarakat ................................................................ 4
2.2 Tujuan Peran Serta Masyarakat ...................................................................... 5
2.3 Langkah-Langkah Pengembangan Peran Serta Masyarakat .......................... 6
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat .................................... 6
2.5 Penggerakkan Sasaran untuk Mencapai Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak 7
2.6 Pengertian Pencatatan Kehamilan Dan Kematian Ibu Bayi ........................... 8
2.7 Tingginya AKI dan AKB di Indonesia ........................................................... 8
2.8 Penyebab Kematian Ibu dan Bayi ................................................................ 12
2.9 Pencatatan Kelahiran Dan Kematian Ibu/Bayi ............................................. 12
2.10 Sistem Pencatatan Kelahiran ........................................................................ 13
2.11 Sistem Pencatatan Kematian ........................................................................ 14
BAB 3 PENUTUP...................................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 16
3.2 Saran ............................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 17
iii
BAB 1
PENDAHUULUAN
1
2
1.3 Tujuan
1.3.1 Dapat mengetahui Pengertian Peran Serta Masyarakat
1.3.2 Dapat mengetahui Tujuan Peran Serta Masyarakat
1.3.3 Dapat mengetahui Langkah-Langkah Pengembangan Peran Serta
Masyarakat
1.3.4 Dapat mengetahui Faktor yang Mempengaruhi Peran Serta
Masyarakat
1.3.5 Dapat mengetahui Penggerakkan Sasaran untuk Mencapai Pelayanan
Kesehatan Ibu dan Anak
1.3.6 Dapat mengetahui Pencatatan Kehamilan Dan Kematian Ibu Bayi
1.3.7 Dapat mengetahui Tingginya AKI dan AKB di Indonesia
1.3.8 Dapat mengetahui Penyebab Kematian Ibu dan Bayi
1.3.9 Dapat mengetahui Pencatatan Kelahiran Dan Kematian Ibu dan Bayi
1.3.10 Dapat mengetahui Sistem Pencatatan Kelahiran
1.3.11 Dapat mengetahui Sistem Pencatatan Kematian
BAB II
PEMBAHASAN
4
5
mekanisme feedback untuk belajar dari kesuksesan dan kesalahan. Dalam hal
ini masyarakat diberi hak untuk menentukan pilihannya sendiri dan
menanggung konsekuensinnya.
4. Sumber daya, kemampuan sumber daya di masyarakat.
2.5 Penggerakkan Sasaran untuk Mencapai Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
.Menurut Kepmenkes No. 128 (2004) pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan ibu dan anak, yaitu:
1. Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah kerjanya
agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan.
2. Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggarakan
setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.
3. Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan dan pemulihan.
4. Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan
masyarakat
5. Memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan
masyarakat untk hidup sehat.
6. Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk
pembiayaan.
7. Ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksana program
kesahatan.
8. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan
9. Pelayanan kesehatan perorangan
10. Pelayanan kesehatan masyarakat
8
Pada kurun waktu tahun 1967-1976 (9 tahun), penurunan AKB ratarata per
tahun adalah 3,2%, yaitu 145 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1967,
menjadi 109 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1976. Untuk periode 1986-
1992, penurunan AKB rata-rata per tahun adalah 4,1% yaitu 71 per 1000
kelahiran hidup pada tahun 1986 menjadi 60 per 1000 kelahiran hidup pada
tahun 1992. Dari hasil proyeksi, terlihat bahwa AKB pada tahun 1992 sebesar
60 per 1000 kelahiran hidup yang cenderung menurun menjadi 54 per 1000
kelahiran hidup pada tahun 1996. Berdasarkan jenis kelamin, terlihat bahwa
angka kematian pada bayi laki-laki tampaknya lebih besar dibandingkan bayi
perempuan.
Pola penyakit penyebab kematian bayi dari SKRT tahun 1986 berbeda
dengan hasil SKRT tahun 1992. Perbedaan proporsi antara tahun 1986 dan 1992
ini mungkin disebabkan oleh cakupan sampel SKR.T 1986 yang hanya
mencakup 7 provinsi, sedangkan pada tahun 1992 mencakup 37 provinsi.
Proporsi penyakit penyebab kematian pada bayi hasil SKRT ,ahun 1986 yang
tertinggi adalah penyakit tetanus neonatorum (19,3%), sedangkan hasil SKRT
1992 adalah penyait ISPA (36%). Jika dibanding~an hasil SKRT 1992 dengan
hasil SKRT 1995, penyakit sistem pernapasan menduduki urutan pertama,
sedangkan gangguan pranatal naik dari .irutan kelima pada SKRT 1992 dan
menjadi urutan kedua pada SKRT :995. Jika dibandingkan pola penyakit
penyebab kematian bayi antara lawa-Bali dan luar Jawa-Bali, terlihat urutan
tertinggi di Jawa-Bali cisebabkan gangguan pranatal (33,5%), sedangkan di luar
Jawa-Bali cisebabkan penyakit sistem pernapasan.
b. Angka Kematian Balita (AKABA)
Angka kematian balita (0--4 tahun) adalah jumlah kematian anak usia C-4
tahun per 1000 kelahiran hidup. AKABA menggambarkan tingkat perm
asalahan kesehatan anak dan faktor lain yang berpengaruh terhadap keseatan
anak balita, seperti gizi, sanitasi, penyakit menular, dan kecelakaan.
10
Estimasi angka kematian balita di Indonesia yang dihitung dari data iro Pusat
Statistik, mengalami penurunan yang cukup berarti, yaitu an 111 per 1000
kelahiran hidup pada tahun 1986 menjadi 81 per 1000 kelahiran hidup pada
tahun 1993. Angka kematian balita tertinggi d Provinsi Nusa Tenggara Barat
(162 per 1000 kelahiran hidup), sedangkar Provinsi DKI Jakarta (4 per 1000
kelahiran hidup.
Hasil SKRT menunjukkan 5 penyakit penyebab kematian. anak balita,
yaitu sistem pernapasan (30,8%), gangguan pranatal (21,6%), diare (15,3%),
infeksi dan parasit lain (6,3%), dan saraf (tetanus) (5,5%).
c. Angka Kematian Ibu (AKI)
Angka kematian ibu berguna untuk menggambarkan tingkat kesa daran
perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatar
lingkungan, dan tingkat pelayanan kesehatan (terutama untuk ibu hamil ibu
waktu melahirkan, dan masa nifas). Angka kematian ibu sampai saal ini baru
diperoleh dari survei terbatas seperti penelitian dan pencatatar pada 12 rumah
sakit pendidikan (1977-1980) diperoleh AKI 370 per 100.00( kelahiran hidup.
Penelitian oleh Universitas Padjadjaran di Ujung Berun€ (1978-1980) AKI 170,
dan di Kabupaten Sukabumi tahun 1982 sebesar 450 dan hasil SKRT 1980
adalah 150 per 100.000 kelahiran hidup. Hasil in relatif rendah karena survei
tidak mencakup semua provinsi. Menurut hasi: SKRT tahun 1992, angka
kematian ibu sebesar 425 per 100.000 kelahirar hidup. Hasil survei demografi
Kesehatan Indonesia tahun 1994 menunjuk kan angka 390 per 100.000
kelahiran hidup, sedangkan pada hasil SKRZ 1995, angka kematian ibu sebesar
373 per 100.000 kelahiran hidup.
d. Angka Kematian Kasar (AKK)
Dari hasil sensus tahun 1971 dan 1980, SUPAS tahun 1967 dan 1985
terlihat bahwa angka kematian kasar cenderung menurun dan menurut hasil
perkiraan BPS angka kematian kasar (AKK) pada kurun waktL 1985-1990 akan
menjadi 7,9 per 1000 penduduk dan selanjutnya pade kurun waktu 1990-1995
11
menjadi sebesar 7,5 per 1000 penduduk. Penyakit penyebab kematian per 100
kematian hasil SKRT 1986 se. bagai urutan pertama adalah penyakit diare
sebesar 12 per 1000 kema. tian, sedangkan dari hasil SKRT 1992 dan SKRT
1995 adalah penyakit sistem sirkulasi, yaitu sebesar 16 per 100 kematian tahun
1992 menjad 18,9 per 100 kematian tahun 1995. Sementara itu, dari hasil SKRT
1991: untuk daerah Jawa-Bali menunjukkan bahwa penyakit kematian utama
adalah sistem sirkulasi (24,2 per 100 kematian). Penyakit sistem sirkulasi ini
mencakup hipertensi, penyakit jantung iskemia, penyakit paru yang berkaitan
dengan jantung, komplikasi penyakit jantung yang kausanya tidak jelas, dan
penyakit serebrovaskular. Untuk daerah luar Jawa-Bali, menunjukkan bahwa
penyakit penyebab kematian utama adalah sistem pernapasan (16,0 per 100
kematian) yang diikuti penyakit sistem sirkulasi (14,3 per kematian) dan
tuberkulosis (10,9%).
Untuk tahun 1995, pola penyakit penyebab kematian bukan penyebab
langsung secara nasional, berbeda dengan pola penyakit penyebab kematian
pada rumah sakit umum kelas A, B, C maupun D. Secara nasional dan menurut
rumah sakit umum kelas B, penyakit serebrovaskular merupakan penyebab
utama kematian. Pada rumah sakit umum kelas A, penyakit karena cedera dan
keracunan merupakan penyebab utama, sedangkan pada rumah sakit umum
kelas C dan D, penyebabnya adalah penyakit saluran napas bawah.
Jika dilihat pola penyakit pada tahun 1995, penyakit utama yang terbanyak
secara nasional bukan merupakan penyebab utama yang mendasari kematian.
Untuk kasus penyakit terbanyak secara nasional, yaitu penyakit infeksi usus,
penyakit karena cedera, dan keracunan di rumah sakit umum kelas A,
komplikasi obstetri dan abortus di rumah sakit umum kelas B, sedangkan di
rumah sakit umum kelas C dan D sama dengan tingkat nasional, yaitu penyakit
infeksi usus.
12
atau elemen atau subsistem yang saling bekerja sama atau yang dihubungkan
dengan cara-cara tertentu, sehingga membentuk satu kesatuan untuk
melaksanakan suatu fungsi guna mencapai suatu tujuan (Sutanta 2003:4).
Menurut Sutanta (2003) ada sepuluh karakteristik sistem yaitu:
1. Mempunyai komponen (components)
2. Mempunyai batas (boundary)
3. Mempunyai lingkungan (environment)
4. Mempunyai penghubung/antar muka (interface) antar komponen
5. Mempunyai masukan (input)
6. Mempunyai pengolahan (processing)
7. Mempunyai keluaran (output
8. Mempunyai sasaran (objectives) dan tujuan (goal)
9. Mempunyai kendali (control)
10. Mempunyai umpan balik (feed back).
2.10 Sistem Pencatatan Kelahiran
Sistem Pencatatan Kelahiran terdiri dari tiga (3) komponen yaitu:
a. Masukan (Input)
Masukan atau Input dalam Sistem Pencatatan Kelahiran menjelaskan
empat sub-sub komponen yaitu:
1) Prosedur
2) Metode
3) Dukungan
4) Masalah yang dihadapi
b. Dapat dikemukakan sebagai berikut:
1) Merujuk pada peraturan perundang-undangan yaitu “Bahwa
setiap peristiwa kelahiran wajib dilaporkan oleh penduduk kepada
Instansi Pelaksana di tempat terjadinya kelahiran”. Hal ini lebih
disebabkan oleh rendahnya kesadaran penduduk di kedua daerah
tersebut untuk melaporkan peristiwa kelahiran yang dialaminya”,
14
3) Dukungan
4) masalah yang dihadapi
Sesuai dengan jawaban informan dalam tabel di atas, dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1) Berdasarkan Putusan Presiden (Perpres) No. 25 Tahun 2008, dalam
Pasal 81 ayat (1), (2) dan (3) sebagaimana terdapat dalam matrik,
dengan jelas menyebutkan “Pencatatan kematian dilakukan dengan cara
pelapor mengisi formulir dan menyerahkan formulir pelaporan
kematian” Hal ini tidak selalu terjadi karena rendahnya kesadaran
penduduk melaporkan peristiwa kematian baik di daerah Kabupaten
maupun di daerah Kota. Apabila keluarga yang mengalami peristiwa
kematian datang melaporkan, pasti peraturan di atas dilaksanakan sesuai
prosedur dan metode kerja yang ditetapkan.
2) Dukungan personil, sarana prasarana serta anggaran untuk Kabupaten
untuk melaksanakan pencatatan peristiwa selalu tersedia. Tetapi untuk
Kota sampai saat ini dana/anggaran untuk mendukung pencatatan
kematian belum tersedia.
3) Masalah yang dihadapi baik Kabupaten maupun Kota adalah tingkat
kesadaran masyarakat yang rendah untuk melaporkan peristiwa
kematian dari keluarganya dan tempat pelayanan yang jauh.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk peran serta
masyarakat dalam pencatatan kelahiran dan kematian ibu dan bayi berupa
pendataan sasaran, pencatatan kelahiran dan kematian ibu dan bayi, dan
pergerakan sasaran agar mau menerima atau mencapai pelayanan kesehatan ibu
dan anak (KIA) serta segala upaya fasilitasi yang bersifat persuasif dan melalui
memerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahun, sikap, perilaku, dan
kemampuan masyarakat dalam menemukan, merencanakan serta memecahkan
masalah menggunakan sumber daya atau potensi yang mereka miliki termasuk
partisipasi dan dukungan tokoh-tokoh masyarakat yang ada dan hidup di
masyarakat.
3.2 Saran
Dalam pembahasan ini sebaiknya bidan serta masyarakat lebih meningkatkan
kesadaran dan peran serta masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dan mencapai pelayanan kesehatan ibu dan anak.
16
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. Standar Pelayanan dan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI; 1998.
Departemen Kesehatan RI. 1997. Sistem Kearsipan Rekam Medis
Melani. 2009. “Fermentasi” (online),
(http://www.scibd.com/doc/9739014/FERMENTASI, diakses pada tanggal 10
Oktober 2018).
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
Kepmenkes RI No. 128/ Menkes/ SK/ II Tentang Kebijakan Dasar Puskesmas,
(2004).
Permenkes. 2009. Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
17