Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KELOMPOK

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK


PERKEMBANGAN EMOSIONAL MASA AWAL ANAK-ANAK
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan Anak
Dosen Pengampu : Suparji, SST., M.Pd

Disusun oleh:
Kelompok 2
Semester V/3-A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN KAMPUS MAGETAN
MAGETAN
2018
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Prolog
Mutiah (2012:85) mengatakan “perkembangan anak usia dini merupakan
konsep yang memiliki perubahan yang bersifat kuantitatif yang menyangkut aspek
psikologis. Kemampuan anak dalam merespon pembicaraan orang tua, tawa orang
dewasa, merangkak, berjalan, memengang suatu benda, dan sebagainya. Oleh
karena itu, hubungan sosial sangat penting dalam perkembangan anak.
Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya
pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendidikan bapak, stimulasi perkembangan dan
faktor lingkungan dari anak (Ardita dkk, 2012). Meadow menyatakan bahwa
lingkungan akan mempengaruhi anak dalam berbagai hal, antara lain akan
berpengaruh terhadap bagaimana seorang anak berkembang dan belajar dari
lingkungan (Martani, 2012).

Anna (Ali, 2011:85) mengatakan “Hubungan sosial adalah cara-cara


individu bereaksi terhadap orang-orang di sekitarnya dan bagaimana pengaruh
hubungan itu terhadap dirinya”. Maka dari pada itu, pengaruh hubungan sosial
anak dengan lingkungan sekitar dapat mempengaruhi dirinya, baik dalam hal
positif maupun negatif. Interaksi sosial penting dalam kehidupan sehari-hari.
Tanpa kecerdasan berinteraksi, maka akan sangat sulit untuk hidup masyarakat.
Selain itu kecerdasan dalam interaksi sangat juga di perlukan Pendidikan anak
usia dini merupakan suatu bentuk stimulasi yang pada dasarnya adalah upaya
intervensi yaitu menciptakan lingkungan sekitar anak usia dini agar mampu
menstimulasi seluruh aspek perkembangan anak. Mashar menyatakan bahwa anak
yang mengalami hambatan ataupun problema perkembangan, tidak akan
berkembang secara optimal (Martani, 2012).

Soefandi (2014:83) mengemukakan “Kecerdasan interpersonal adalah


kemampuan berpikir lewat melalui bermain anak dapat memahami
lingkungannya. Melalui interaksi pada saat anak bermain dengan teman sebaya,
anak mendapatkan pengalaman baru. Kompetensi sosial adalah kemampuan
seseorang untuk berhubungan dengan orang lain. Pendidikan anak pada usia dini
telah menjadi perhatian para orangtua, ahli pendidikan, dan pemerintah.
Pendidikan pada usia dini bermanfaat Kompetensi sosial pada anak usia dini
terdiri dari karakter individu, keterampilan sosial, hubungan dengan teman
sebaya, dan hubungan dengan orang dewasa (Siti, 2012). Bermain merupakan
dunia anak. Bermain dengan teman sebaya anak akan merasa senang, maka dari
pada itu dimanapun dan kapanpun anak akan bermain. Piaget (Ahmad, 2012:33)
mengatakan “bagi anak bermain adalah sarana mengubah kekuatan potensial
dalam diri menjadi berbagai kemampuan dan kecakapan”.

Data Fakta menurut Singgih dan Yulia D. Gunarsa (2003), faktor-faktor


yang dapat mempengaruhi perkembangan sosial anak usia dini yaitu salah satunya
“Adanya minat dan motivasi untuk bergaul. Semakin banyak pengalaman yang
meyenangkan yang diperoleh melalui pergaulan dan aktivitas sosialnya, minat dan
motivasinya untuk bergaul semakin berkembang''. Berdasarkan hasil penelitian
dengan judul “Peningkatan Perkembangan Sosial Emosional anak melalui
permainan Montase” yaitu :

1. Perkembangan sosioal emosional dilakukan melalui permainan montase


dengan menyajikan berbagai bentuk gambar jadi dan ditempelkan pada kertas
hingga menjadi bentuk gambar yang utuh,
2. Permainan montase memberikan pengaruh yang cukup besar untuk
meningkatkan perkembangan sosial emosional anak,
3. Pemahaman anak meningkat, hal ini terlihat bahwa pada kondisi awal
sebelum tindakan dilakukan, anak sangat rendah perkembangan sosial
emosionalnya. (Rini Desmariza, Vol 1 No 1)
Dari data fakta dan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Peningkatan
Perkembangan Sosial Emosional anak usia dini salah satunya yaitu melalui
permainan Montase. Hal ini dapat dibuktikan dengan data fakta menurut Singgih
dan Yulia D. Gunarsa (2003) faktor - faktor yang mempengaruhi perkembangan
berupa “Semakin banyak pengalaman yang menyenangkan yang diperoleh
melalui pergaulan dan aktivitas sosialnya (Permainan Montase), minat dan
motivasinya untuk bergaul semakin berkembang.”
Data Fakta menurut Sujiono (2009) Ciri-ciri Perkembangan Sosial Anak
Usia Dini usia Usia 3-4 tahun yaitu salah satunya “Bermain parallel, mulai
bermain permainan yang memerlukan kerja sama.”
Berdasarkan hasil penelitian ketiga dengan judul “Peningkatan
Perkembangan Sosial dan Emosional Melalui Kegiatan Outbound pada Anak
Kelompok B di TK” dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan outbound
(permainan halang rintang, estafet tongkat dan moving water) perkembangan
sosial dan emosional anak mengalami peningkatan. Keberhasilan tersebut dapat
dilihat pada nilai rata-rata perkembangan sosial dan emosional anak pada siklus I
67 dan siklus II 81. (Nurul Istiqomah, Vol 2, No 19)
Dari data fakta dan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
Perkembangan Sosial Anak Usia Dini yaitu salah satunya “Bermain parallel,
mulai bermain permainan yang memerlukan kerja sama.” Salah satunya melalui
kegiatan outbound (permainan halang rintang, estafet tongkat dan moving water).
Dari beberapa penjelasan di atas diketahui bahwa lingkungan sekitar
sangat berperan dalam proses pertumbuhan dan juga perkembangan anak, baik
dalam hal positif maupun negatif. Akan tetapi sebagian orang tua melarang anak
untuk bermain, karena melalui bermain anak-anak akan berinteraksi dengan anak
lain. Interaksi antara anak dengan teman sebaya akan mempengaruhi
perkembangan anak kearah negatif. Orang tua sering menyalahkan teman ketika
anak melakukan hal-hal yang tidak baik. Sebagian orang tua berpendapat bahwa
teman sebaya hanya dapat membawa pengaruh negatif terhadap perkembangan
anak.
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
dengan pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) justru belum banyak
mendapat perhatian. Pendidikan usia dini baru diperoleh oleh sebagian kecil anak
di Indonesia. Pendataan Depdiknas pada tahun 2002, baru 28 persen dari 26,1 juta
anak usia 6 tahun yang mendapat pendidikan usia dini. Sebagian besar di antara
mereka, yakni 2,6 juta, mendapatkan pendidikan dengan jalan masuk ke Sekolah
Dasar pada usia lebih awal (Enung, 2006). Indonesia memiliki fasilitas PAUD
yang relatif sedikit. Situasi yang seperti ini menjelaskan mengapa orangtua
cenderung untuk menyekolahkan anak-anak mereka lebih awal, sekitar 72 persen
anak usia enam tahun telah terdaftar di kelas 1 Sekolah Dasar (UNICEF
Indonesia, 2012). Sebanyak 2,5 juta anak mendapat pendidikan di Bina Keluarga
Balita (BKB), 2,1 juta anak bersekolah di TK atau Raidhatul Atfhal, dan sekitar
100.000 anak di kelompok bermain (play group). Rasio jumlah lembaga
pendidikan dan anak usia dini diperkirakan 1:8. Data tersebut memperlihatkan
bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) belum cukup mendapatkan perhatian
padahal kapasitas perkembangan kognitif anak sudah dapat terbentuk pada usia
dini jauh dibawah usia sekolah (Enung, 2006). Akses dan kualitas pelayanan
PAUD sangat tidak seimbang, menurut UNICEF Indonesia (2012) menyampaikan
kirakira 62 persen anak usia 3 sampai 6 tahun belum pernah berpartisipasi dalam
program pendidikan anak usia dini atau prasekolah. Tahun 2009, proporsi anak
perkotaan yang mengikuti beberapabentuk program PAUD dua kali lipat dari
proporsi anak pedesaan. Balita di Indonesia sangat besar yaitu sekitar 10 persen
dari seluruh populasi. Calon generasi penerus bangsa perlu mendapat perhatian
yang serius. Stimulasi yang memadai artinya merangsang otak balita sehingga
perkembangan kemampuan gerak, bicara, dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian
pada balita dapat berlangsungsecara optimal sesuai umur anak (Depkes RI, 2007).
Perkembangan sosial mengacu pada perilaku anak dalam hubungannya
dengan lingkungan social agar mandiri dan dapat berinteraksi untuk menjadi
manusia sosial. Kemandirian adalah salah satu komponen dari kecerdasan
emosional. Para ahli pendidikan dan psikolog berpendapat bahwa kemandirian
menentukan keberhasilan dalam kehidupan seseorang (Retnowati, 2008).
Pemeriksaan tumbuh kembang di Jawa Timur pada tahun 2010 telah dilakukan
pada 2.321.542 anak balita dan prasekolah atau 63,48% dari 3.657.353 anak
balita. Cakupan tersebut menurun dibandingkan tahun 2009 sebesar 64,03% dan
masih dibawah target 80%, perlu perbaikan agar dapat diperbaiki apabila terjadi
masalah atau keterlambatan tumbuh kembang pada anak prasekolah (Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2011). Pemantauan tersebut harus dilakukaan
secara teratur dan berkesinambungan. Sedini mungkin pemantauan dapat
dilakukan oleh orangtua. Pemantauan juga dapat dilakukan oleh masyarakat
melalui kegiatan posyandu dan oleh guru di sekolah. Pengetahuan tentang deteksi
dini pertumbuhan dan perkembangan anak perlu dimiliki oleh orangtua, guru, dan
masyarakat (Chamida, 2012).
Dalam mengembangkan aspek social emosional anak terdapat banyak
kegaiatan yang dapat dilakukan, salah satunya adala outbond dan bisa meningkat.
Dapat mengetahui perbedaan perkembangan social pada anak usia 3-6 tahun
dengan pendidikan dini dan tanpa pendidikan usia dini. Mengetahui cara
meningkatka perkembangan social anak melalui berbagai macam hal misalnya
permainan serta melibatkan orang sekitar seperti guru dalam perkembangan social
anak.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari perkembangan social ?
2. Bagaimanakah tahapan perkembangan sosial anak ?
3. Bagaimanakah ciri-ciri perkembangan sosial anak usia dini ?
4. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan ?
5. Apa bentuk-bentuk tingkah laku sosial anak ?
6. Apa bentuk aktivitas sosial anak ?
7. Apa indikator perkembangan social ?
8. Apa usaha guru untuk mengembangkan sosial AUD ?
DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth B. Hurlock.1995. “Perkembangan Anak Jilid 1”, Jakarta: Penerbit


Erlangga

Ahmad Susanto.2012.” Perkembangan Anak Usia Dini :Pengantar dalam


Berbagai Aspeknya”, Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Abu Ahmadi.Munawar Sholeh.2005.” Psikologi Perkembanga”, Jakarta:


PT.Rineka Cipta

Singgih Gunarsa.Yulia D.Gunars.2003.” Psikologi Perkembangan Anak dan


Remaja”, Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia

Sutjihati Somantri.2006.”Psikologi Anak Luar Biasa” , Bandung: PT.Refika


Aditama

John. W. Santrock.2007.” Perkembangan Anak Jilid 2”, Jakarta: Penerbit Elangga

Soemiarti Patmonodewo.2000.” Pendidikan Anak Prasekolah”, Jakarta:


PT.Rineka Cipta

Sujiono Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
PT Indeks

Anda mungkin juga menyukai