Anda di halaman 1dari 26

Pemeriksaan Fisik pada Bayi Baru Lahir

Lund Mila Elfrida Bintari Teme

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6 - Jakarta Barat 11510


email : mila.teme@yahoo.com

Pendahuluan

Bayi baru lahir (neonatus) adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir dengan umur kehamilan
37-42 minggu, lahir melalui jalan presentasi kepala secara spontan tanpa adanya gangguan, menangis
kuat, nafas secara spontan dan teratur, berat badan antara 2500-4000 gram. Neonatus engalami masa
perubahan dari kehidupan didalam rahim yang serba tergantung pada ibu menjadi kehidupan di luar
rahim yang serba mandiri. Transisi dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin merupakan
hal yang vital. Janin harus menghindarkan diri dari potensi kerusakan yang terjadi saat kelahiran,
beradaptasi secara fisiologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Dan setelah
kelahiran, menghindarkan diri dari bahaya lingkungan seperti hipotermia dan infeksi, karena dia masih
rentan terhadap bahaya tersebut.1

Untuk menunjang kesehatan bayi akan lahir, maka diperlukan bantuan tenaga medis seperi
dokter, perawat, dan bidan. Setelah bayi dilahirkan ke dunia, bayi tersebut akan dilakukan
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik pada bayi merupakan pemeriksaan fisik yang digunakan untuk
menilai status kesehatan yang dilakukan pada saat bayi baru lahir, 24 jam setelah lahir, dan pada
waktu pulang dari rumah sakit.1

berdasarkan hal tersebut, di dalam makalah ini akan membahas tentang beberapa penanganan
dan pemeriksaan fisik pada bayi yang baru lahir.

1
Pembahasan

Anamnesis

Identitas

Identitas meiliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, nama orang tua
atau penanggung jawab, alamat, pendidikan dan pekerjaan orangtua, suku bangsa dan agama.2

Keluhan Utama

Menanyakan keluhan yang dirasakan pasien sehingga pasien sehingga dibawa ke dokter dan
mencari pertolongan. Selain itu keluhan utama harus disertai dengan indikator waktu, berapa lama
pasien mengalami hal tersebut.2

Riwayat Penyakit Sekarang


Riwayat penyakit sekarang juga harus di tanyakan, yaitu cerita yang kronologis, terinci dan jelas
mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai pasien dibawa berobat. Hal
yang harus ditanyakan adalah:2
 Lamanya keluhan berlangsung
 Keluhan lain yang menyertai
 Upaya dan tindakan yang telah dilakukan dan hasilnya
Riwayat Kehamilan Ibu

Dalam hal ini yang perlu ditanyakan adalah :2

 Riwayat kehamilan terdahulu


 Penyakit yang pernah diderita selama hamil dan upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
 Berapa kali ibu melakukan kunjungan antenatal dan kepada siapa kunjungan antenatal tersebut
(dokter umum atau spesialis, bidan, dukun)
 Obat-obat yang diminum selama hamil
 Kebiasaan ibu seperti merokok atau minum minuman keras
Riwayat Penyakit dalam Keluarga

Menanyakan pada orang tua dari anak mengenai:2

 Keberadaan anggota keluarga dengan keluhan yang sama

2
 Keadaan sosial-ekonomi-budaya keluarga orangtua bayi (untuk mengantisipasi adanya
perkawinan dengan keluarga dekat/konsanguinasi)

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisis pada bayi terdiri atas beberapa hal yang menyangkut fungsi pada system tubuh
bayi. Pemeriksaan fisik pada bayi yang dilakukan oleh dokter untuk menilai status kesehatan yang
dilakukan pada saat bayi baru lahir, 24 jam setelah lahir, dan pada waktu pulang dari rumah sakit.
Pada pemeriksaan fisiknya diawali dengan pendekatan untuk mengurangi adanya ketegangan. Pada
bayi yang baru lahir biasanya pendekatannya mudah karena bayi tersebut belum membedakan orang
disekitarnya.1

Pemeriksaan pertama yang dilakukan adalah pemeriksaan keadaan umum bayi diantaranya,
kesadaran pasien, status mental, dan tingkah laku pasien termasuk karakteristik tangisan pasien.
Perhatikan pula fasies pasien yaitu ekspresi wajah pasien, kadang-kadang dapat memberikan informasi
tentang keadaan klinisnya. Dalam melakukan pemeriksaan ini sebaiknya bayi dalam keadaan telanjang
di bawah lampu terang, sehingga bayi tidak mudah kehilangan panas. Tangan serta alat yang
digunakan harus bersih dan hangat.1

Tujuan pemeriksaan fisik secara umum pada bayi adalah untuk menilai status adaptasi atau
penyesuain kehidupan intrauteri ke dalam kehidupan ektrauteri serta mencari kelainan pada bayi.
Adapun pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada bayi yang baru lahir. Selain itu, untuk
memeriksa bayi baru lahir diperlukan kesabaran, kelembutan, dan prosedur yang fleksibel. Jadi, bila
bayi sangat tenang dan rileks pada permulaan pemeriksaan, yang mula-mula harus dilakukan adalah
palpasi perut atau auskultasi jantung, sebelum manipulasi lain yang lebih mengganggu dilakukan.
Pemeriksaan pertama pada bayi baru lahir harus dilakukan di kamar bersalin. Perlu mengetahui
riwayat keluarga, riwayat kehamilan sekarang dan sebelumnya dan riwayat persalinan. Pemeriksaan
dilakukan bayi dalam keadaan telanjang dan dibawah lampu yang terang. Tangan serta alat yang
digunakan harus bersih dan hangat.3

Pengkajian Pertama Pada Bayi Baru Lahir


Pengkajian ini dilakukan di kamar bersalin setelah bayi lahir dan setelah dilakukan pembersihan
jalan nafas/resusitasi, pembersihan badan bayi, dan perawatan tali pusat. Bayi ditempatkan di atas
tempat tidur yang hangat. Maksud pemeriksaan ini adalah untuk mengenal/menemukan kelainan yang
perlu mendapatkan tindakan segera dan kelainan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan

3
kelahiran, misalnya bayi yang lahir dari ibu dengan diabetes melitus, dan lain-lain, biasanya akan
mengakibatkan kelainan bawaan pada bayi. Oleh karena itu, pemeriksaan pertama pada bayi baru lahir
ini harus segera dilakukan. Hal ini ditujukan untuk menetapkan keadaan bayi dan untuk menetapkan
apakah seorang bayi dapat dirawat gabung atau di tempat khusus. Dengan pemeriksaan pertama ini
juga bisa menentukan pemeriksaan dan terapi selanjutnya.3

Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital


Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap keadaan umum pasien, selanjutnya dilakukan adalah
pemeriksaan tanda-tanda vital. Tanda vital mempunyai nilai yang sangat penting bagi fungsi tubuh.
Adanya perubahan tanda vital maka mempunyai arti sebagai indikasi adanya kegiatan organ-organ di
dalam tubuh. Misalnya suhu tubuh meningkat berarti ada metabolisme yang terjadi dalam tubuh atau
sebagai respon imun tehadap bakteri dan virus. Atau jika denyut nadi meningkat maka pasti ada
perubahan pada sisitem kardiovaskuler dan seterusnya.1

Prosedur pemeriksaan
Bayi baru lahir memerlukan observasi cermat dan terampil untuk memastikan apakah telah
tercapai penyesuaian yang memuaskan terhadap kehidupan ekstrauterin. Pemeriksaan fisik bayi akan
optimal bila dilakukan pada suhu ruangan 27oC-30oC.4

Skoring APGAR
Nilai APGAR merupakan suatu metode penilaian cepat untuk menilai keadaan klinis bayi baru
lahir pada usia 1 menit dan 5 menit. Pada tahun 1952 dr.Virginia Apgar mendesain sebuah metode
penilaian cepat untuk menilai keadaan klinis bayi baru lahir. Nilai Apgar dapat digunakan untuk
mengetahui keadaan bayi baru lahir dan respon terhadap resusitasi. Kalau bayi diperiksa segera setelah
lahir, maka kita harus menetapkan nilai APGAR-nya dengan menerapkan nilai kriteria, seperti
frekuensi denyut jantung, pernapasan dan tangisan, refleks, tonus otot, dan warna kulit secara umum.
Masing-masing kriteria diberi nilai 0 sampai 1 atau 0 sampai 2. Skor Apgar 1 menit digunakan untuk
menidentifikasikan perlu tidaknya resusitasi segera. Sebagian besar bayi saat lahir berada dalam
kondisi sempurna, seperti ditunjukkan oleh skor Apgar 7 hingga 10, dan mereka tidak memerlukan
bantuan kecuali mungkin pengisapan nasofaring. Bayi dengan skor 4 sampai 6 pada 1 menit
memperlihatkan depresi pernapasan, flaksiditas, dan warna pucat hingga biru. Namun, denyut jantung
dan iritabilitas refleks baik. Bayi dengan skor 0 sampai 3 biasanya memperlihatkan denyut jantung

4
yang lambat dan lemah serta depresi atau tidak adanya respon refleks. Bayi ini sering mudah
diresusitasi, termasuk ventilasi buatan, harus segera dimulai.4,5
Skor APGAR sangat dipengaruhi oleh derajat imaturitas fisiologis, infeksi, kelainan
neuromuscular, dan penyakit bawaan ibu. Skor APGAR ini mencerminkan kondisi umum bayi pada
menit 1 dan 5 berdasarkan pada lima parameter yang diterangkan diatas. Akan tetapi, skor APGAR
bukanlah alat yang berdiri sendiri untuk menerjemahkan kejadian yang telah lalu ataupun meramalkan
kejadian yang akan dating yang berkaitan dengan status neurologis dan fisik bayi.4

Tabel 1. Evaluasi Apgar pada Bayi Baru Lahir5

Skor 0 1 2
Detak jantung Hilang < 100/menit > 100/menit atau lebih
Usaha bernapas Tidak ada Lambat, tidak teratur Teratur, dengan tangisan
Tonus otot Lemas Terasa ada di lengan/tungkai Bergerak aktif
Iritabilitas refleks Tidak ada Hanya di wajah Menangis
Warna Pucat Tubuh membiru Berwarna kemerahan
*Dilakukan pada 1 menit dan 5 menit setelah lahir, bayi dinilai dan setiap kriteria diberi angka
0,1’ atau 2. Nilai 9 atau 10 menunjukkan bayi dengan keadaan optimal.5

Frekuensi denyut jantung

Pemeriksaan denyut jantung untuk menilai apakah bayi mengalami gangguan yang menyebabkan
jantung dalam keadaan tidak normal, seperti suhu tubuh yang tidak normal, perdarahan, atau gangguan
napas. Pemeriksaan denyut jantung ini dikatakan normal apabila frekuensinya antara 100-160 denyut
kali per menit. Masih dalam keadaan normal apabila di atas 60 kali per menit dalam jangka waktu
yang relative pendek, beberapa kali per hari, dan terjadi selama beberapa hari pertama jika bayi
mengalami distress.1

Upaya pernapasan

Kecepatan pernapasan neonatus dalam keadaan istirahat adalah sekitar 40 kali pe menit,
sedangkan bunyi pernapasannya adalah bronkovesikuler. Pemeriksaan frekuensi napas ini dilakukan
dengan menghitung rata-rata pernapasan dalam satu menit. Pemeriksaan ini dikatakan normal pada
bayi baru lahir apabila frekuensinya antar 30-60 kali per menit, tanpa adanya retraksi dada dan suara
merintih saat ekspirasi, tetapi apabila bayi alam keadaan lahir kurang dari 2500 gram atau usia

5
kehamilan kurang dari 37 minggu, kemungkinan terdapat adanya retraksi dada ringan. Jika pernapasan
berhenti beberapa detik secara periodik, maka masih dikatakan dalam batas normal.1

Bayi terutama bernapas dengan menggunakan otot-otot abdomen yang terletak pada pinggir
bawah ruang iga dan sternum. Pernapasan pada bayi yang normal dapat irregular. Pernapasan yang
tidak teratur, tanpa disertai keterlibatan bagian lain system pernapasan merupakan petunjuk adanya
lesi system sarat pusat. Prematuritas, malformasi kongenital, cedera kelahiran, dan infeksi, mula-mula
dapat dimanifestasikan sebagai gangguan pernapasan, irama pernapasan, atau kualitas pernapasan,
yang disertai atau tanpa disertai sianosis. Tangisan yang mendengkur lemah selama ekspirasi
marupaka petunjuk adanya gangguan pernapasan berat. Tangisan yang bernada tinggi atau tidak ada
tangisan merupakan petunjuk adanya cedera otak atau terjadi peningkatan tekanan cranial atau
kecanduan obat. Tangisan serak, kasar, atau bernada rendah, tidak sering terdengar dapat dihubungkan
dengan hipotiroidisme congenital. Suara “ cri du chat” terdengar seperti suara kucing dan dapat
mengindikasikan defek kromosom. Tidak ada tangisan dapat mengesankan retardasi mental atau
penyakit berat. Gangguan inspirasi menunjukkan adanya stridor larings atau anomaly congenital pada
laring atau trakea.1,3

Tonus otot

Semua bayi normal menggerak-gerakkan semua anggota tubuhnya secara aktif segera setelah
lahir. Bayi yang tidak dapat melakukan hal tersebut atau bayi dengan tonus otot yang lemah biasanya
asfiksia, mengalami depresi akibat obat, atau menderita kerusakan sistem saraf pusat. Kekuatan
lingkar otot bahu dapat dievaluasi pada bayi baru lahir atau bayi dengan membopong anak pada
aksilla.6

Pada pengkajian umum neonatus, periksa hal-hal seperti tonus otot secara umum dan posisi
spontan. Opistotonus (leher ekstensi) dapat menandai kerusakan otak, asfiksia kelahiran, atau kelainan
neurologis. Bayi yang premature dapat terlihat seperti penampilan tungkai kodok. Pada gerakan
spontan seperti kurang gerak, asimetris, atau gemetar dapat mengindikasikan asfiksia pelahiran,
kesulitan bernapas, disfungsi neurologis, atau prematuritas. Apabila melonjak-lonjak ketika menghisap
dapat merupakan tanda ada masalah neurologis, hipoglikemia, atau iritabilitas yang dikaitkan dengan
penggunaan obat pada ibu, sementara melonjak-lonjak yang berhenti selama menghisap biasanya
aktivitas biologis yang normal.6

6
Warna kulit

Hampir semua bayi berwarna biru saat lahir. Mereka berubah menjadi merah muda setelah
tercapai ventilasi yang efektif. Hampir semua bayi memiliki tubuh serta bibir yang berwarna merah
muda tetapi sianotik pada tangan serta kakinya (akrosianosis) 90 detik setelah lahir. Sianosis
menyeluruh setelah 90 detik terjadi pada curah jantung yang rendah, methemoglobinemia, polisitemia,
penyakit jantung kongenital jenis sianotik, pendarahan intrakranial, penyakit membran hialin, aspirasi
darah atau mekonium, obstruksi jalan napas, paru-paru hipoplastik, hernia diafgragmatika, dan
hipertensi pulmonal persistem. Kebanyakan bayi yang pucat saat lahir mengalami vasokonstriksi
perifer. Vasokonstriksi biasanya disebabkan oleh asfiksia, hipovolemia, atau asidosis berat. Alkalosis
respiratorik (misal, akibat ventilasi bantuan yang terlalu kuat), penghangatan berlebihan.1

Resusitasi Neonatus

Resusitasi neonatus tidak rutin dilakukan pada semua bayi baru lahir. Akan tetapi, penilaian
untuk menentukan apakah bayi memerlukan resusitasi harus dilakukan pada setiap neonatus oleh
petugas terlatih dan kompeten dalam resusitasi neonatus. Pada bayi sehat dengan napas spontan, tonus
baik dan ketuban jernih, tidak dilakukan resusitasi, tetapi tetap harus dilakukan perawatan bayi rutin.
Bila bayi gagal bernapas spontan, hipotonus, atau ketuban kerus bercampur mekonium, maka harus
dilakukan langkah-langkah resusitasi. Semua peralatan harus disiapkan dan dicek sebelum persalinan.
Handuk hangat sudah disiapkan dan infant radiant warmer dinyalakan agar dapat langsung digunakan
bila diperlukan. Perawatan rutin yang dilakukan pada bayi yang sehat ialah mengeringkan bayi,
memberi kehangatan, membersihkan jalan napas bila diperlukan, dan mengobservasi warna kulit
bayi.5

Pengikatan dan Pemotongan Tali Pusat

Pengikatan dan pemotongan tali pusat segera setelah persalinan banyak dilakukan secara luas di
seluruh dunia, tetapi penelitian menunjukkan hal ini tidak bermanfaat bagi ibu ataupun bayi, bahkan
berbahaya bagi bayi. Penundaan pengikatan tali pusat memberikan kesempatan bagi terjadinya
transfusi fetomaternal sebanyak 20-50% (rata-rata 21%) volume darah bayi. Variasi jumlah darah
transfusi fetomaternal ini tergantung dari lamanya penundaan pengikatan tali pusat dan posisi bayi
dari ibunya (apakah bayi diletakkan lebih tinggi atau lebih rendah dari ibu). Transfusi berlangsung
paling cepat dalam menit pertama, yaitu 75% dari jumlah tansfusi dan umumnya selesai dalam 3
menit. Penelitian pada bayi dengan penundaan pengikatan tali pusat sampai pulsasi tali pusat berhenti,

7
dan diletakkan pada perut ibunya menunjukkan bayi-bayi tersebut memiliki 32% volume darah lebih
banyak dibandingkan dengan bayi-bayi dengan pengikatan tali pusat dini.7

Perawatan Tali Pusat

Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat dalam minggu pertama secara bermakna
mengurangi insiden infeksi pada neonatus. Jelly Wharton yang membentuk jaringan nekrotik dapat
berkolonisasi dengan organisme patogen, kemudian menyebar dan menyebabkan infeksi kulit dan
infeksi sistemik pada bayi. Yang terpenting dalam perawatan tali pusat ialah menjaga agar tali pusat
tetap kering dan bersih. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum merawat tali pusat.7

Inisasi Menyusu Dini (IMD)

Segera setelah dilahirkan, bayi diletakkan di dada atau perut atas ibu selama paling sedikit satu
jam untuk memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan menemukan putting ibunya. Jangka
waktunya adalah sesegera mungkin setelah melahirkan. Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu
stabilisasi pernapasan, mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik dibandingkan dengan inkubator,
menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan mencegah infeksi nosokomial. IMD sangat
penting tidak hanya untuk bayi, namun juga untuk si ibu. Dengan demikian, sekitar 22% angka
kematian bayi setelah lahir pada 1 bulan pertama dapat ditekan. Kadar bilirubin bayi juga lebih cepat
normal karena pengeluaran mekonium lebih cepat sehingga dapat menurunkan insiden ikterus bayi
baru lahir. Kontak kulit dengan kulit juga membuat bayi lebih tenang sehingga didapat pola tidur yang
lebih baik. Dengan demikian, berat badan bayi cepat meningkat dan lebih cepat keluar dari rumah
sakit. Bagi ibu, IMD dapat mengoptimalkan pengeluaran hormon oksitoksin, prolaktin, dan secara
psikologis dapat menguatkan ikatan batin antara ibu dan bayi serta merangsang perkembangan emosi
dan kognitif bayi. Pada hari-hari pertama setelah melahirkan, ASI yang keluar masih sedikit, bening
dan kuning biasa disebut kolostrum. Walaupun tidak banyak kolostrum sangat penting untuk bayi
karena mengandung zat kekebalan untuk melawan virus dan bakteri. Bila proses menyusui
berlangsung lama, lebih dari 30 menit atau sangat cepat, yaitu kurang dari 5 menit, mungkin ada
masalah. Bayi yang puas akan melepaskan payudara ibu dengan sendirinya. Selain itu, ketika bayi
diletakkan di dada ibunya, ia berada tepat di atas rahim ibu. Hal itu membantu menekan plasenta dan
mengecilkan rahim ibu. Dengan begitu, perdarahan ibu akan berhenti karena ada kontraksi rahim.
Setiap 2 jam, ada ibu meninggal karena pendarahan. Kalau semua melakukan IMD maka akan nada
penurunan angka pendarahan. Intinya kata kuncinya “segera’.8,9

8
Pencegahan pendarahan

Sampai saat ini, angka kematian bayi terutama di Negara berkembang masih cukup tinggi. Di
Indonesia 67% dari angka kematian bayi merupakan kematian neonatus dimana salah satu
penyebabnya adalah perdarahan akibat defisiensi vitamin K1 (PDVK). Penyakit
hemoragik/perdarahan pada bayi baru lahir ini berpotensi untuk menjadi kondisi yang serius. Dari data
epidemologi, insiden terjadinya PDVK pada pasien baru lahir di Eropa dan Asia adalah 4,4-7,2 per
100.000 kelahiran. Mortalitas pada bayi yang mengalami PDVK adalah 10-15%, sedangkan kecacatan
neurologik mencapai 40%. Menurut onset terjadinya, PDVK diklasifikasikan menjadi 3 yaitu PDVK
dini (umur 1-2 hari), PDVK klasik (umur 2-7 hari), dan PDVK lambat (2 minggu sampai 6 bulan).10

Melihat bahaya dari PDVK, departemen kesehatan telah membuat kebijakan nasional yang berisi
semua bayi baru lahir harus mendapat profilaksis vitamin K1 (fetomenadion):10
 Jenis vitamin K yang digunakan adalah vitamin K1. (Rekomendasi A)
 Vitamin K1 diberikan intramuscular atau oral. (Rekomendasi A)
 Dosis untuk semua bayi baru lahir:
 Intramuskular, 1 mg dosis tunggal
 Oral, 3 kali @ 2 mg, diberikan pada waktu bayi baru lahir, umur 3-4 hari, dan pada bayi
berumur 1-2 bulan. (Rekomendasi A)
 Bayi ditolong dukun wajib diberikan vitamin K1 secara oral. (Rekomendasi C)
 Penyedian vitamin K1 dosis injeksi 2 mg/ml/ampul, dosis oral 2mg/tablet yang dikemas dalam
bentuk strip 3 tablet atau kelipatannya. (Rekomendasi C)
 Profilaksis vitamin K1 pada bayi baru lahir dijadikan sebagai program nasional.(RekomendasiC)

Pemberian vitamin K1 baik secara intramuskular maupun oral terbukti menurunkan insiden kejadian
PDVK. Dari penelitian yang dilakukan oleh Isarangkura Pb dan Chuansumrit A di Thailand tahun
1999, didapatkan insiden PDVK pada bayi tanpa pemberian profilaksis lambat vitamin K1 mencapai
30 per 100.000 kelahiran, sedangkan pada pemberian profilaksis vitamin K1 kurang dari 5 per 100.000
kelahiran.10

Pemberian imunisasi

Selama dalam proses tumbuh kembang, anak memerlukan asupan gizi yang adekuat, penanaman
nilai agama dan budaya, pembiasaan disiplin, dan upaya pencegahan penyakit. Salah satu upaya

9
pencegahan penyakit, yaitu melalui pemberian imunisasi. Pemahaman tentang imunisasi diperlukan
sebagai dasar dalam memberikan asuhan keperawatan terutama pada anak sehat dan pada saat
merawat anak sakit, khususnya kasus tuberculosis, difteri, pertusis, tetanus, polio, campak, dan
hepatitis.11

Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan atau imunitas
pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit. Biasanya kekebalan pasif terdapat pada neonatus
sampai usia 6 bulan, yang di dapat dari ibu berupa antibody melalui vaskularisasi pada plasenta,
misalnya difteri, tetanus, dan campak. Imunisasi pasif merupakan pemberian zat (immunoglobulin)
yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi, yang dapat berasal dari plasma manusia
atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba dan diduga sudah masuk dalam tubuh yang
terinfeksi.11

Pertama yaitu imunisasi BCG (bacillus calmette Guerin), merupakan imunisasi yang digunakan
untuk mencegah terjadinya TBC yang berat. Imunisasi BCG ini merupakan vaksin yang mengandung
kuman TBC yang telah dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah satu kali dan waktu
pemberian imunisasi BCG pada umur 0-11 bulan. Tetapi pada umumnya diberikan pada bayi umur 2
atau 3 bulan. Kemudian cara pemberiannya melalui intra dermal, dan efek samping yang terjadi adalah
ulkus pada daerah suntikan dan dapat terjadi lymphadenitis rigionalis, dan reaksi panas.12

Kedua, imunisasi DPT (diphteri, pertusis, dan tetanus), merupakan imunisasi yang digunakan
untuk mencegah terjadinya penyakit diphteri. Imunisasi ini mengandung racun kuman diphteri yang
telah dihilangkan sifat racunnya, tetapi masih dapat merangsang pembentukan zat anti (toksoid).
Frekuensi pemberiannya adalah 3 kali. Waktu pemberian imunisasi DPT antara umur 2-11 bulan
dengan interval 4 minggu. Cara pemberiannya melalui intra muscular dan memiliiki efek ringan
seperti pembengkakan dan nyeri pada tempat penyuntikan, demam, sedangkan efek berat dapat terjadi
menangis hebat kesakitan kurang lebih empat jam, kesadaran menurun, terjadi kejang,encephalopathy,
dan ketiga, schok.12

Ketiga, imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini adalah
virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberiannya adalah 4 kali. Waktu pemberian pada umur 0-11
bulan dengan interval 4 minggu. Dan cara pemberiannya melalui oral (mulut).12

Keempat, imunisasi campak dengan frekuensi pemberiannya satu kali pada umur 9-11 bulan
melalui subkutan, dan efek sampingnya adalah dapat terjadi ruam pada tempat suntikan dan panas.12

10
Kelima, imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah penyakit
hepatitis yang kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi pemberiannya sebanyak 3
kali dengan interval 1 bulan dan lima bulan. Waktu pemberinnya pada umur 0-11 bulan dan cara
pemberiannya melalui intramuscular. Kelima imunisasi di atas merupakan imunisasi yang diwajibkan
oleh pemerintah kepada anak Indonesia.11

Pemeriksaan Sistematis

Pemeriksaan sistematis dimulai dari ujung rambut sampai ujung kaki.1

Pemeriksaan kulit

Pemeriksaan ini berfungsi untuk melihat ada atau tidaknya kemerahan pada kulit atau
pembengkakan, postula (kulit melepuh), luka, atau trauma, bercak atau tanda abnormal pada kulit,
elastisitas kulit, serta tidaknya ruam pokok (bercak merah terang di kulit daerah pada bokong.)
pemeriksaan ini normal apabila tanda seperti eritema toksikum (titik merah dan pusat putih kecil pada
muka, tubuh, dan punggung) pada hari kedua atau selanjutnya, kulit tubuh yang terkelupas pada hari
pertama.1

Ketidakstabilan vasomotor dan kelambatan sirkulasi perifer ditampakkan oleh warna merah tua
atau biru keunguan pada bayi yang menangis, yang warnanya dapat sangat gelap bila penitupan glottis
mendahului tangisan yang kuat dan oleh sianosis yang tidak berbahaya (akrosianosis) pada tangan dan
kaki, terutama bila tangan dan kaki dingin. Bintik-bintik, adalah contoh ketidakstabilan sirkulasi
umum,mungkin berhubungan dengan penyakit yang serius atau berhubungan dengan fluktuasi suhu
kulit yang sifatnya sementara.1
Sianosis yang punya arti, mungkin tertutup oleh kepucatan akibat kegagalan sirkulasi atau anemia,
sebaliknya, kadar hemoglobin yang relatif tinggi selama beberapa hari pertama dan kulit yang tipis,
mungkin secara bersama-sama akan menampakkan sianosis pada PaO2 yang tinggi daripada anak lain
yang umurnya lebih tua. Sianosi lokal dibedakan dari ekimosis oleh adanya pemucatan sementara
(pada ekimosis) yang terjadi pasca penekanan. Maneuver yang sama juga membantu dalam
menunjukkan ikterus, mungkin mempunyai arti tetapi tidak terlihat jika kulit tertutup dengan darah.
Pucat mungkin menggambarkan asfiksia, anemia, syok, atau edema.1

Pemeriksaan kepala dan leher

1. Pemeriksaan rambut dengan menilai jumlah dan warna, adanya lanugo terutama pada daerah
bahu dan punggung.1

11
2. Pemeriksaan tengkorak
Pemeriksaan ini mungin bertumpangan (molded), terutama jika bayi adalah anak pertama dan kepala
telah terfiksasi selama beberapa waktu. Tulang parietal cendrung menunpangi tulang oksipital dan
frontal. Kepala bayi yang lahir dengan seksio sesaria atau dengan presentasi bokong ditandai dengan
kepalanya yang bulat. Garis sutura dan ukuran serta tekanan fontanela anterior dan posterior harus
ditentukan secara digital. Fusi sutura prematur (cranial sinostosis) menampakkan bahwa pada sutura
terdapat rigi-rigi keras yang tidak dapat digerakkan dan bentuk kepala bayi abnormal. Fontanela
anterior (normal: 20 ± 10mm) dan posterior yang besarnya berlebihan serta menetap, dihubungkan
dengan beberapa gangguan. Daerah lunak pada oksipital memberi kesan kalsifikasi tidak teratur dan
pembentukan tulang wormian yang disertai dengan osteogenesis imperfekta, disostosis kleidokranial,
tengkorak lakuanar, kretinisme dan kadang-kadang sindrom Down. Kepala yang sangat besar
(megaensefali) member kesan hidrosefali, penyakit pada penyimpanan, akondroplasia, gigantisme
serebral, sindrom neurokutaneus, kesalahan metaboisme bawaan, atau mungin familial. Tengkorak
bayi premature mungkin member kesan hidrosefali karena tingkat pertumbuhan otak relatif lebih besar
disbanding dengan pertumbuhan organ lainnya. Depresi tengkorak (lekukan, fraktur, deformitas bola
ping-pong) biasanya terjadi pada masa prenatal akibat tekanan setempat yang lama oleh tulang
pelvis.1,3
3. Pemeriksaan muka
Kesan umum harus dicatat berkenaan dengan tanda-tanda dismorfik, seperti lipatan epikantus, jarak
mata yang lebar, mikroftalmia, filtrum yang panjang dan telinga yang letaknya rendah, sering disertai
dengan sindrom kongenital. Muka mungkin asimetris karena palsi saraf VII, karena hipoplasia otot
depresor pada sudut mulut, atau karena kelainan postur janin, bila selama masa intrauterin mandibula
tertahan oleh bahu atau tungkai, mandibula dapat sangat menyimpang (berdeviasi) dari garis tengah.
Palsi muka yang simetris memberi kesan akan tidak adanya atau hipoplasia inti saraf VII (sindrom
Mobius).1
4. Pemeriksaan mata
Pemeriksaan ini untuk menilai adanya strabismus atau tidak, yaitu koordinasi gerakan mata yang
belum sempurna. Cara memeriksannya adalah dengan menggoyangkan kepala secara perlahan-lahan,
sehingga mata bayi akan terbuka, kemudian baru dipeeriksa. Apabila ditemukan jarang berkedip atau
kurang sensitive terhadap cahaya, maka kemungkinan mengalami kebutaan. Apabila ditemukan
epicantus melebar, maka kemungkinan mengalami sindrom down. Pada glaucoma congenital, dapat
terlihat pembesaran dan terjadi keekeruhan pada kornea. Katarak congenital dapat dideteksi apabila

12
terlihat pupil yang berwarna putih. Apabila ada trauma pada mata maka dapat terjadi edema palpebra,
perdarahan konjungtiva, retina, dan lain-lain.3
5. Pemeriksaan telinga
Pemeriksaan ini dapat dilakukan untuk menilai adanya gangguan pendengaran. Dilakukan dengan
membunyikan bel atau suara jika terjadi refleks terkejut. Kadang-kadang ditemukan deformitas daun
telinga. Kelainan, yaitu adanya ujung kulit preaurikuler unilateral atau bilateral sering terjadi, jika
bertangkai, ujung ini dapat diikat kuat pada dasarnya, akan terjadi gangrene kering dan pengelupasan.
Membrane timpani dapat dengan mudah dilihat dengan otoskopi melalui kanalis auditorius eksterna
yang pendek dan lurus, normalnya membran ini tampak abu-abu suram. Intinya pada bayi cukup bulan
,sudah cukup adanya tulang rawan untuk mempertahankan bentuk telinga. Diperhatikan letak daun
telinga. Daun telinga letaknya rendah biasanya pada bayi kelainan bawaan tertentu, jika ada
infeksi,maka sebaiknya diperiksa membrana timpani. Biasanya pada bayi baru lahir respon kejut dan
kedip terhadap bunyi yang tiba-tiba tenang dengan bunyi yang menyejukkan dan mendengarkan
musik.1,3
6. Pemeriksaan hidung
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cara melihat pola pernapasan, apabila bayi bernapas melalui
mulut, maka kemungkinan bayi mengalami obstruksi jalan napas karena adanya atresia koana bilateral
atau fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring. Sedangkan pernapasan
cuping hidung akan menunjukan gangguan pada paru, lubang hidung kayak banyak mukosa. Apabila
secret mukopurulen dan berdarah, perlu dipikirkan adanya penyakit sifilis congenital dan
kemungkinan lain.1
7. Pemeriksaan mulut
Seorang bayi biasanya akan membuka mulutnya jika tekanan lembut kearah bawah dilakukan pada
dagu. Palatum diperiksa apakah ada sumbing dan dipalpasi apakah ada belahan submukosa atau ada
kista pada mukosa. Rongga mulut harus diperiksa apakah apakah ada gigi, kista atau sariawan (infeksi
kandida). Pemeriksaan lidah dapat dinilai melalui warna dan kemampuan refleks mengisap. Apabila
ditemukan lidah yang menjulur keluar, dapat dlihat adanya kemungkinan kecacatan kongenital.
Adanya bercak pada mukosa mulut, palatum, dan pipi bisanya disebut sebagai monilia albicans, gusi
juga perlu diperiksa untuk menilai adanya pigmen pada gigi, apakah terjadi penumpukan pigmen yang
tidak sempurna.1,3

13
8. Pemeriksaan leher
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan melihat pergerakan. Apabila terjadi keterbatasan dalam
pergerakannya, maka kemungkinan terjadi kelainan pada tulang leher, misalnya kelainan tiroid,
hemangioma, dan lain-lain.1

Pemeriksaan dada

Hipertrofi buah dada sering ditemukan, dan mungkin air susu sudah dapat dijumpai. Buah dada
yang asimetris, eritema, indurasi, dan lembek harus dicurigai sebagai abses buah dada. Carilah putting
tambahan atau putting yang melebar dengan dada bentuk-perisai, putting-lebar dan dada-perisai ini
memberi kesan sindrom turner. Cek apakah bayi berwarna kemerahan dan tidak sesak napas.3

Pemeriksaan paru-paru

Banyak yang dapat dipelajari dengan mengamati pernapasan. Adanya variasi frekuensin dan
irama pada bayi yang khas, berfluktuasi sesuai dengan aktivitas fisik, keadaan terjaga, atau menangis.
Karena fluktuasi yang cepat maka frekuensi respirasi bayi harus dihitung selama satu menit penuh
dalam keadaan istirahat, lebih baik pada saat tidur. Pada keadaan tidur frekuensi normal untuk bayi
normal cukup bulan adalah 30-40/menit, untuk bayi prematur frekuensinya lebih tinggi dan
berfluktuasi lebih lebar. Frekuensi yang menetap lebih dari 60/menit pada pernapasan yang teratur
biasanya menunjukkan penyakit jantung atau paru-paru.3
Pernapasan bayi baru lahir hampir seluruhnya diafragmatis, sehingga salama inspirasi bagian
depan dada yang lunak biasanya tertarik kedalam, sementara itu perutnya menggembung. Jika bayi
tenang, rileks dan warnyanya normal, “gerakan paradoks” ini tidak perlu diartikan bahwa ventilasi
tidak cukup. Sebaliknya, pernapasan yang lambat dan dalam merupakan bukti penting adanya sindrom
kegawatan pernapsan, pneumonia, anomali, atau gangguan mekanis pada paru.tangisan merintih yang
lemah, atau mendengkur selama ekspirasi berarti ada penyakit kardiopulmonal potensial yang serius.
Pelebaran cuping hidung dan retraksi otot interkostal dan sternum merupakan tanda yang lazim adanya
kelainan pada paru.3
Pada keadaan normal, suara pernapasan bayi adalah bronkovesikuler. Adanya kelainan pada paru
yang dicurigai yaitu dengan suara pernapasan yang berkurang, ronki, atau perkusi yang redup harus
selalu ditindak-lanjuti dengan pemeriksaan roentgen dada.3

14
Pemeriksaan jantung

Teliti bagian dada di mana apeks dapat diraba, dan detakan jantung terasa kuat. Murmur jantung
pada usia ini sangat sering terjadi dan terkait dengan proses transisi dari pola sirkulasi janin ke pola
sirkulasi dewasa. Ahli kardiologi yang berpengalaman pun akan merasa kesulitan untuk membedakan
murmur normal dan abnormal. Namun demikian, ini sangat penting dan bukan untuk membuat cemas
para orang tua. Beberapa hari kemudian, banyak murmur transisional ini akan menghilang. Umumnya,
murmur yang lembut, pada pertengahan atau awal sistolik bukan merupakan hal yang signifikan
sedangkan murmur pansistolik, diastolik atau sangat nyaring harus menjadi perhatian.13

Pemeriksaan abdomen dan punggung


Pemeriksaan pada abdomen ini meliputi pemeriksaan secara inspeksi untuk melihat bentuk dari
abdomen, apabila didapatkan abdomen mmbuncit dapat diduga kemungkinan disebabkan
hepatosplenomegali atau cairan di dalam rongga perut. Pada perabaan, hati biasanya teraba 2 sampai 3
cm di bawah arkus kosta kanan, limfa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri. Pada palpasi ginjal dapat
dilakukan dengan pengaturan posisi telentang dan tungkai bayi dilipat agar otot-otot dinding perut
dalam keadaan relaksasi, batas bawah ginjal dapat diraba setinggi umbilicus diantara garis tengah dan
tepi perut. Bagian-bagian ginjal dapat diraba sekitar 2-3 cm. adanya pembesaran ginjal bisa
disebabkan oleh neoplasma, kelainan bawaan, atau trombosis vena renalis. Untuk menilai daerah
punggung atau tulang belakang, cara pemeriksaannya adalah dengan meletakkan bayi dalam posisi
tengkurap. Raba sepanjang tulang belakang untuk mencri ada atau tidaknya kelainan seperti spina
bifida mielomeningeal medulla (defek tulang punggung, sehingga medulla spinalis dan selaput otak
menonjol).1

Pemeriksaan genitalia

Periksa apakah organ genitalia menunjukkan dengan jelas laki-laki atau perempuan. Jika
meragukan, jangan menulis jenis kelaminnya. Jika laki-laki periksalah apakah kedua testis berada di
dalam skrotum dan meatus uretra pada tempat yang seharusnya. Pada anak perempuan, periksa
genitalia dan ingat bahwa perdarahan kecil atau pengeluaran cairan merupakan hal yang normal akibat
pengaruh hormon maternal dan plasental.1

15
Pemeriksaan anus
Bila dibandingkan dengan dewasa, saluran pencernaan pada neonatus relatif lebih berat dan lebih
panjang dibandingkan dengan orang dewasa. Pada masa neonatus saluran pencernaan mengeluarkan
tinja pertama biasanya 24 jam pertama berupa mekonium (zat yang berwarna hitam kehijauan) yang
disebabkan janin minum air ketuban. Dengan adanya pemberian susu, mekonium mulai digantikan
oleh tinja transisional pada hari ketiga sampai keempat yang berwarna coklat kehijauan.1

Pemeriksaan tungkai

Pada pemeriksaan tungkai, pengaruh postur tubuh janin harus diperhatikan sehingga penyebab,
dan sifat sementara yang bersifat alami, dapat dijelaskan pada ibunya. Hal ini penting dilakukan
terutama sesudah perentasi bokong. Kecurigaan fraktur atau jejas saraf yang berkaitan dengan proses
persalinan lebih lazim didapatkan dengan pengamatan tungkai pada waktu bayi beraktivitas spontan
atau dirangsang daripada dengan cara-cara lain apapun. Tangan dan kaki harus diperiksa untuk melihat
adanya polidaktili, sindaktili dan pola kelainan dermatoglifik seperti lipatan simian.1

Pengukuran Berat dan Panjang Lahir

Bayi yang baru lahir harus ditimbang berat lahirnya. Dua hal yang selalu ingin diketahui orang
tua tentang bayinya yang baru lahir adalah jenis kelamin dan beratnya. Pengukuran panjag lahir tidak
rutin dilakukan karena tidak banyak bermakna. Pengukuran dengan pita dengan menggunakan pita
pengukuran tidak akurat. Bila diperlukan mengenai panjang lahir, maka sebaiknya dilakukan dengan
stadiometer bayi dengan menjaga bayi dalam posisi lurus dan ekstremitas dalam keadaan ekstensi.
Berat badan yang normal adalah 2.500-3.500 gram, apabila ditemukan berat badan kurang dari 2.500
gram, maka dapat dikatakan bayi memiliki berat badan lahir rendah (BBLR). Akan tetapi, apabila
ditemukan bayi dengan berat badan lebih dari 3.500 gram, maka bayi dimasukkan dalam kelompok
makrosomia.10

Secara normal, panjang badan bayi baru lahir adalah 45-50cm, pengukuran lingkar kepala
normalnya adalah 33-35 cm, pengukuran lingkar dada normalnya adalah 30-33cm. apabila ditemukan
diameter kepala lebih besar 3 cm dari lingkar dada, maka bayi mengalami hidrosefalus dan apabila
diameter kepala lebih kecil 3 cm dari lingkar dada, maka bayi tersebut mengalami mikrosefalus.10

16
Nutrisi ibu hamil

Kehamilan meningkatkan metabolisme oleh karena kebutuhan untuk dapat menjamin tumbuh
kembang janin dalam rahim secara optimal. Kecukupan nutrisi ibu hamil dapat ditetapkan dengan
jalan: ukuran hemoglobinnya dan konsentrasi albumin darahnya, dan bertambahnya berat badan. Pola
nutrisi masyarakat timur termasuk Indonesia, lebih berorientasi pada vegetarian sedangkan masyarakat
barat lebih banyak mengkonsumsi protein yang bersumber dari hewan, ikan, dan susu.
Yang penting diperhatikan adalah keseimbangan dalam susunan makanan sehingga dapat memenuhi
kebutuhan kalori yang cukup, dan bersumber dari berbagai komponen yang penting. Di samping itu
perlu diperhatikan kebutuhan dari kehamilan untuk tumbuh kembang janin dengan sempurna, yaitu
vitamin yang dapat larut dalam lemak, air dan sebagian tidak dapat dibentuk oleh tubuh sendiri.10,13
Jumlah kalori yang diperlukan secara umum akan meningkat sebesar 20-25% dari kebutuhan normal,
sebanyak sekitar 2.200-2.500 kalori/hari sehingga kalori yang dibutuhkan oleh ibu hamil adalah 2.700-
3.500 kalori.13
Dalam komposisi tersebut dijabarkan juga susunan sebagai berikut:10

1. Kebutuhan protein 1g/kg BB


2. Kebutuhan lemak 1g/kg BB
3. Kebutuhan karbohidrat 1g/kg BB

Mineral

Asupan yang dianjurkan oleh Institute of Medicine (2008) untuk berbagai mineral disajikan di
tabel. Dengan pengecualian besi, hampir semua diet yang memasok kalori dalam jumlah memadai
untuk penambahan berat yang adekuat akan mengandung cukup mineral untuk mencegah defisiensi
jika wanita yang bersangkutan mengkonsumsi makanan beryodium.13

Tabel 2. Kebutuhan Mineral13

Elemen Kebutuhan Fungsi biologis Sumber Defisiensi


harian (µg
atau
mg/hari)

17
Kalsium 800-1200 Komponen utama tulang Produk susu, Osteoporosis,
mg/hari dan gigi, susu ibu, telur, daging ikan, karies gigi,
pembekuan darah, fungsi biji-bijian, buah, gangguan
neuromuskular, kacang-kacangan neuromuskular
kontraktilitas otot
Besi 15-20 Sintesis hemoglobin dan Daging sapi, Anemia mikrositik
mg/hari mioglobin, enzim oksidasi kuning telur, buah
dan reduksi persik, kacang
polong, buah
prem
Iodium 150-200 Komponen tiroksin dan Seafood, garam Goiter
µg/hari triiodotironin beriodium, tablet
kelp
Seng 16-20 mg Elemen renik, bagian Sereal diet Gangguan
integral pada banyak (kepala gandum, perkembangan
metaloenzim yang terlibat kacang, produk seksual dan
di dalam jalur-jalur susu, daging dan penyembuhan,
sintesis sehingga penting ikan) sirosis,
pada pertumbuhan sal dan akrodermatitis,
penyembuhan luka, enteropatika
produksi, dan reproduksi
hormon.
Selenium 60 µg Antioksidan penting di Sereal kasar, Disfungsi jantung
jaringan, yang terutama produk susu, dan otot
melindungi membran sel, daging
pembentukan sel darah
merah; metabolisme
vitamin E, sulfur dan asam
amino

18
Vitamin

Meningkatnya kebutuhan akan sebagian besar vitamin selama kehamilan yang diperlihatkan di
tabel biasanya dipenuhi oleh semua makanan umum yang memberi kalori dan protein dalam jumlah
adekuat. Pengecualiannya adalah asam folat pada masa-masa kebutuhan yang tidak lazim, misalnya
kehamilan dengan penyulit muntah berkepanjangan, anemia hemolitik atau janin multiple. Karena itu,
di Negara-negara miskin, suplementasi multivitamin rutin mengurangi insiden berat badan lahir
rendah dan hambatan pertumbuhan janin, tetapi tidak mengubah angka persalinan kurang bulan atau
kematian perinatal.13

Tabel 3. Kebutuhan Vitamin13

Vitamin Kebutuhan Fungsi biologis Sumber Defisiensi


harian
1. Larut
dalam
lemak
A 750-1000 Pembentukan tulang Produk susu, Gagal beradaptasi
mg/hari dan gigi, kuning telur, terhadap gelap,
penglihatan, daging, karoten, gangguan jaringan
ketahanan terhadap labu, wortel, epitelial, khususnya
infeksi brokoli, bayam mata
D 10 µg Absorbs dan retensi Kegiatan sinar Rakitis dan
kalsium dan fosfor matahari pada osteomalasia
untuk pertumbuhan kulit, sumber dari
dan pembentukan makanan adalah
tulang dan gigi dari keju, minyak
ikan, hati,
margarine
E 15-20 Metabolisme sel Lemak dan Hanya terlihat pada
mg/hari minyak, hati, telur, bayi (biasanya
biji-bijian prematur)
K 30-40 µg Pembentukan faktor- Sayur daun hijau, Perdarahan pada bayi
faktor pembekuan sereal, buah baru lahir (akibat

19
(khususnya kurangnya produksi
protrombin) bakteri di usus)
2. Larut
dalam air
B1 (thiamin) 0,8-1,0 Koenzim pada Biji-bijian utuh Beri-beri (glositis,
mg/hari metabolisme dan rot serta sereal keilosis, lesi mata)
yang diperkaya,
kacang, kentang,
jeruk
B2 1,0-1,4 Idem Produk susu Kemunduran
(riboflavin) mg/hari daging jeroan, pertumbuhan,
sayur daun hijau glositis, keilosis, lesi
mata
B5 (niacin) 15-18 Idem Ikan, kacang, Pellagra (dermatitis),
mg/hari daging ayam, demensia, diare
sereal
B6 1,4-2,2 Idem Kacang panjang, Gangguan epitel dan
(piridoksin) mg/hari pisang, sereal, SSP
daging jeroan
B12 3 µg Idem Daging, ikan, telur, Anemia
(kobalamin) susu megaloblastik,
gangguan SSP
C (as. 50-60 Pembentukan Buah Skorbut
askorbat) mg/hari matriks interseluler
dan kolagen,
absorpsi besi
Asam folat 300-400 µg Koenzim pada Sayuran daun Anemia
metabolisme, hijau, ikan, kacang megaloblastik,
khususnya sintesis panjang, ragi gangguan
heme gastrointestinal,
glositis

20
Masalah Khusus Nutrisi Ibu Hamil

Kenaikan berat badan ibu hamil rata-rata sekitar 8-16 kg, dari sebelum hamil. Kelebihan berat
badan sekitar 20 kg, dianggap terlalu berat atau berat badan ibu hamil krang dari 40 kg, dianggap
terlalu rendah dan dapat menimbulkan berbagai penyakit kehamilan.13

Bentuk kelebihan berat badan dapat disebabkan oleh:13

1. Kelebihan makan dan kurangnya aktivitas


2. Hilangnya panas badan yang terlalu kecil

Sehingga keduanya dapat menimbulkan kelebihan nutrisi yang disimpan. Komplikasi kelebihan
berat badan atau kekurangan berat badan adalah sebagai berikut:13
Kelebihan berat badan, komplikasi:
 Hipertensi mudah menyebabkan:
 Preeclampsia-eklamsia
 Solusio plasenta
 Kemungkinan diabetes melitus
 Arthritis
 Tromboflebitis interna
 Tebalnya dinding abdomen sehingga:
 Sulit melakukan palpasi
 Memerlukan tambahan anesthesia
 Risiko gagalnya persalinan normal sehingga perlu dilakukan induksi dan operasi
 Meningkatkan tindakan intervensi medis dalam persalinan
 Gangguan kontraksi otot rahim menimbulkan:
 Gangguan inpartu, menjadi prolong labor sampai neglected labor
 Dapat menimbulkan pendarahan postpartum
 Mungkin dapat terjadi polihidramnion

Berat badan rendah, komplikasi:


 Gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim:
 Berat badan bayi lahir rendah
 Bayi dengan anemia
 Kelainan kongenital meningkat

21
 Gangguan inpartu karena kekurangan tenaga sehingga menimbulkan prolong-neglected labor.
 Tindakan operasi persalinan bertambah
 Komplikasi pascaoperasi makin bertambah
 Kurang nutrisi dapat menimbulkan kelainan kongenital bertambah.

Nutrisi bayi

Nutrisi bagi bayi dan anak adalah pondasi bagi pertumbuhan badan yang sehat yang pada
gilirannya akan mendukung perkembangan yang sehat. Nutrisi secara khusus penting dalam tahun
pertama kehidupan bayi. Saat itu ia benar-benar tergantung pada pengasuhnya untuk memberi makan.
Selama tahun pertama berat badan bayi meningkat 3 kali lipat dibanding berat lahirnya. Lebih jauh
lagi, 65% dari pertumbuhan otak setelah lahir terjadi selama tahun pertama kehidupan bayi. Kelaparan
dapat secara permanen menghambat pertumbuhan fisik dan mental.14

Makanan Campuran

Istilah menyapih secara beragam digunakan untuk tujuan melepaskan bayi dari ASI atau
memperkenalkan pada makanan padat. Usia di mana bayi diperkenalkan pada makanan selain susu
tergantung pada tren yang berlaku. Bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilan normal tidak akan
mengalami defisiensi nutrisi dalam 4 bulan sejak kelahiran dan mayoritas bayi telah mendapatkan
makanan padat sejak usia 3 bulan. Memberikan makanan padat sebelum usia 3 bulan merupakan
keputusan yang salah. Rekomendasi untuk memberikan makanan padat dan susu (campuran)
seharusnya setelah usia 4-6 bulan.14

 Berikan buah-buahan yang dihaluskan, sayuran, dan sereal sebagai makanan pertama.
 Yakinkan bahwa makanan yang pertama kali diperkenalkan mengandung protein dan zat besi
yang sesuai.
 Perkenalkan satu jenis makanan baru pada satu saat, dimulai dengan jumlah yang kecil.
 Jika makanan baru yang diperkenalkan tidak disukai oleh bayi, coba sesuatu yang lain. Kesulitan
makan bisa merupakan akibat dari orang tua yang memaksakan untuk memberi suatu makanan yang
tidak disukai bayi.
 Tingkatkan kepadatan makanan seiring bayi mulai mengunyah saat usia sekitar 6 bulan.
 Pada usia 1 tahun, rata-rata bayi akan mendapatkan 3 kali makan besar dalam 1 hari, dengan
sedikit tambahan minuman atau camilan saat pagi menjelang siang, menjelang sore, dan saat pergi
tidur. Konsumsi susu sebanyak 20-30 ons per hari.1

22
Susu

Susu merupakan sumber yang kaya energi, protein, dan mineral. Susu merupakan satu-satunya
sumber nutrisi dalam satu bulan pertama dan menyediakan bagian yang penting dari energi, protein
dan kalsium untuk anak prasekolah. Susu sapi mengandung mineral dan osmolaritas yang tinggi. Susu
formula bayi dimodifikasi untuk menyerupai kandungan dalam ASI. Susu sapi yang tidak
dimodifikasi sebaiknya tidak diberikan sebelum berusia 6 bulan., dan hampir semua
merekomendasikan ASI atau susu formula hingga usia 12 bulan.11

ASI memiliki kandungan nutrisi yang ideal bagi bayi atern. ASI tidak mahal, langsung tersedia
dan mudah dikonsumsi. Pemberian ASI, walau untuk 1 bulan, merupakan awal yang sempurna bagi
bayi untuk memulai kehidupannya. Perelindungan dari infeksi merupakan hal yang penting untuk
bertahan hidup di Negara berkembang.14
Bayi yang diberikan ASI biasanya tergantung jam (biasanya setiap 4 jam). Namun, laktasi
sebaiknya diberikan sesering mungkin sesuai dengan permintaan, setelah menyusui bayi dapat
beristirahat dan makan berikutnya diberikan ketika bayi terbangun dan terlihat lapar. Menangis tidak
selalu berarti lapar dan tidur tidak berarti kenyang. Keunggulan menyusui: ideal bagi preterm,
menurunnya infeksi pernapasan dan gastrointestinal, menurunnya gejala atopi pada keluarga atopi,
kadar polyunsaturates rantai panjang yang tinggi –lipid struktural di otak, menurunkan penyakit usia
tua (misalnya diabetes) dan di negara berkembang menurunkan tingkat kematian.14

Pemeriksaan Antenatal (Antenatal Care)

Antenatal care mempunyai kedudukan sangat penting dalam upaya menurunkan angka kematian
ibu dan perinatal. Dianjurkan, agar pada setiap kehamilan, dilakukan antenatal care secara teratur dan
sesuai dengan jadwal yang lazim berlaku.Tujuan antenatal care ini ialah untuk mengetahui data
kesehatan ibu hamil dan perkemmbangan bayi intrauterine sehingga kesehatan yang optimal dapat
dicapai dalam menghadapi persalinan, puerperium, dan laktasi, serta mempunyai pengetahuan yang
cukup tentang persalinan bayinya.15
Secara khusus pengawasan antenatal bertujuan untuk:15

1. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan, saat persalinan,
dank ala nifas.

23
2. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalian, dank ala nifas.
3. Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, kala nifas,
laktasi, dan aspek keluarga berencana.
4. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.

Jadwal antenatal care adalah sebagai berikut:15

1. Trimester I dan II
 Sebulan sekali
 Pengambilan data hasil pemeriksaan laboratorium
 Pemeriksaan ultrasonogafi
 Nasehat diet
 Empat sehat lima sempurna
 Protein 0,5/kg BB, ditambah satu telur/hari
 Observasi
 Penyakit yang dapat mempengaruhi kehamilan
 Komplikasi kehamilan
 Rencana
 Mengobati penyakit
 Menghindari terjadinya komplikasi kehamilan I/II
2. Trimester III
 Setiap dua minggu, kemudian seminggu sampai tanda kelahiran tiba.
 Evaluasi data laboratorium untuk melihat hasil pengobatan
 Diet empat sehat lima sempurna
 Pemeriksaan ultrasonografi
 Imunisasi tetanus II
 Observasi
 Penyakit yang menyertai kehamilan
 Komplikasi hamil trimester III
 Berbagai kelainan kehamilan trimester III
 Rencana Pengobatan
 Nasehat dan petunjuk tentang
 Tanda inpartu
 Kemana harus datang dan melahirkan.
24
Evaluasi keadaan dan kemajuan dalam inpartu menggunakan evaluasi menurut Friedmann dan/
atau “Patogram menurut WHO” sehingga pada saat mencapai garis waspada, penderita sudah dapat
direferal ke rumah sakit yang mempunyai fasilitas yang cukup untuk melakukan pertolongan adekuat
sehingga Well Born Baby (WBB)dan Well Health Mother (WHM) dapat tercapai. Dengan jalan
demikian, diharapkan angka kematian ibu dan perinatal yang justru sebagian besar terjadi pada saat
pertolongan pertama, dapat diturunkan secara bermakna.15

Penutup

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pemerikasaan pada bayi baru lahir
sangatlah penting untuk mendeteksi penyakit yang menimbulkan kecacatan dengan tindakan
pencegahan segera atau pengobatan misalnya asfiksia, mengantisipasi keadaan-keadaan yang nantinya
mungkin penting, misalnya konjungtivis gonokokus dan menemukan kemungkinan faktor penyebab
yang dapat menjelaskan keadaan patologis. Selain itu, pemeriksaan anthropometri juga sangat penting
untuk menilai status tumbuh kembang anak apakah berjalan normal atau tidak.

Daftar Pustaka

1. Hidayat AA. Pengantar ilmu kesehatan anak. Jakarta: Salemba Medika; 2008.h.66, 69
2. Santoso M. Pemeriksaan fisik dan diagnosis. Jakarta: Yayasan Diabetes Indonesia; 2004.h.2-14.
3. Behrmen RE, Kliegman RM, Arvin AM. Ilmu kesehatan anak nelson. Vol 1. Jakarta: EGC;
1999. h. 535-40.
4. Wong DL, Wilson D. Buku ajar keperawatan pediatric. Jakarta: EGC; 2008.h.232.
5. Kenneth J. Obstretri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC; 2009.h.283.
6. Sinclair S. Buku saku kebidanan. Jakarta: EGC; 2010.h.327-8.
7. Sodikin. Buku perawatan tali pusat. Jakarta: EGC; 2009.h.57-8.
8. Yuliarti N. Keajaiban asi. Edisi 1. Yogyakarta: CV Andi; 2010.h.25.
9. Soedjatmiko. Cara praktis membentuk anak sehat tumbuh kembang. Jakarta: Kompas Media
Nusantara; 2009.h.5.
10. Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka; 2008. h. 367-373.
11. Supartini Y. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC; 2004.h.173.
12. Hidayat AA. Siapa bilang anak sehat pasti cerdas. Jakarta: Elex Media Komputindo; 2007.h.624.
13. Manuaba IBG. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta: EGC; 2003. h. 154-7.
14. Meadow SR, Newell SJ. Lecture notes on paediatrics. Jakarta: Erlangga; 2003. h. 59-84.

25
15. Manuaba IBG. Penuntun kepaniteraan klinik obstetri dan ginekologi. Ed 2. Jakarta: EGC; 2003.
h. 33-4.

26

Anda mungkin juga menyukai