PENDAHULUAN
Kesenian dongkrek merupakan salah satu jenis kesenian tradisi yang tinggi
nilainya. Sebagai warisan budaya lokal, kesenian dongkrek menjadi bagian tak terpisahkan
dari masyarakat pendukungnya. Kesenian dongkrek sebagai produk budaya merupakan hasil
interaksi antara masyarakat lokal dan lingkungan sekitarnya, yang di dalamnya memuat
ide- ide, gagasan, pemikiran yang menjadi dasar bertindak dalam hidup bersama. Seperti
jenis tarian topeng yang lain, kesenian dongkrek memuat simbo l- simbol yang penuh makna
dan memuat ajaran moral yang dapat dijadikan panduan oleh komunitas pendukungnya.
aspek tontonan maupun tuntunannya. Faradina Dara Astria (2011), misalnya, meneliti
tentang makna simbolik dalam kesenian dongkrek sebagai kesenian ritual. Tulisan ini
menyimpulkan bahwa kesenian dongkrek pada awalnya dipercaya sebagai ritual tolak - bala,
atau menjauhkan dari segala sesuatu yang merugikan. Sementara itu, Apris Triatmiko
(2005), menulis sisi lain dari kesenian dongkrek yaitu tentang topeng pada kesenian
dongkrek. Apris berpendapat bahwa topeng pada kesenian dongkrek memiliki karakteristik
tersendiri jika dibandingkan dengan topeng-topeng yang lain. Karakteristik yang ada pada
topeng dongkrek terletak pada bentuk dan motifnya. Jaecken M P (2011) lebih jauh
mencoba meneliti tentang dinamika kesenian dongkrek dari masa ke masa dari perspektif
sejarah. Namun demikian, beberapa penelitian yang disebutkan tadi belum mengkaji
secara mendalam kesenian dongkrek yang sebenarnya memiliki banya k gaya penampilan.
Lebih jauh lagi, kajian tersebut belum membicarakan strategi revitalisasi kesenian dongkrek
bagian tak terpisahkan dari usaha revitalisasi dan pengembangan seni pertunjukan
1
dongkrek sama sekali belum dibicarakan. Tanpa memperhatikan aspek regenerasi ini, usaha
tradisional dapat “dijual” baik Kepada para peminat yang terdiri dari atas masyarakakita
sendiri maupun Kepada orang asing sebagai wisatawan. O leh karena, pertunjukan
merupakan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha yang menyangkut pengembangan
tradisional, desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata pencahayaan.
Seni pertunjukan merupakan hasil dari kebudayaan. Agar kebudayaan dapat lestari, yaitu
budaya guna berbagai keperluan, seperti untuk menguatkan citra identitas daerah, untuk
pendidikan kesadaran budaya, untuk dijadikan muatan industry budaya, dan untuk
dijadikan sebagai daya tarik wisata. Dengan demikian, pemanfaatan hasil- hasil budaya
melalui pe mbangunan pariwisata merupakan salah satu langkah untuk menjaga agar
2004: 76).
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah dongkrek
almarhum R. Bei Lo Prawirodipuro yang pada masa itu menjabat Palang di Mejayan
(Caruban). Palang adalah suatu jabatan yang membawahi 4-5 Kepala Desa. Palang
sebagai “Lurah Kepala” (Hoofd Lurah) bertanggung jawab langsung kepada Wedana
sebagai atasannya. Raden Bei Lo Prawirodipuro adalah Palang terakhir dalam sistem
pemerintahan pada waktu itu sampai wafatnya ± tahun 1915/1916. Sebetulnya jabatan
Palang tersebut sudah lama dihapuskan sebelum itu. Tetapi almarhum Raden Bei Lo
Prawirodipuro mendapat prioritas memangku jabatan tersebut. Hal ini diduga karena
atas kepribadian kepemimpinan, kewibawaan dan sebaginya yang dimiliki Raden Bei Lo
menjelaskan bahwa sejak timbulnya seni Dongkrek hasil karya almarhum R. Bei Lo
hidup dan berkembang sangat pesat dan subur sehingga menjadi kesenian yang paling
“top” pada masa itu. Tetapi masa kejayaan seni Dongkrek ini tidak berlangsung lama.
Semakin hari makin surut dan mundur. Lama kelamaan kesenian ini makin
tenggelam bahkan namanya saja sudah banyak yang tidak kenal terlebih pula bagi orang
diluar Caruban.
3
Sebab-sebabnya belum jelas. Mungkin karena meninggalnya sang pencipta yang
memang semasa hidupnya terkenal sebagai orang sakti dan mempunyai kewibawaan
yang besar. Jadi surutnya Dongkrek karena ditinggalkan oleh pencipta dan mungkin
sekaligus sebagai satu-satunya pembina yang tangguh, ampuh dan berwibawa. Atau
mungkin juga dari sebab sifat Dongkrek yang statis sehingga menimbulkan jemu yang
berakibat masuknya kesenian lain teutama kesenian dari Jawa Tengah yang sampai saat
ini mendapat tempat yang subur di hati rakyat Caruban khususnya dan rakyat Madiun
dimulai pada saat daerah Menjayan terkena wabah penyakit. Ketika siang sakit, sore hari
meninggal, atau pagi sakit malam harinya meninggal dunia. Sebagai seorang p emimpin,
Raden Ngabehi Lo Prawirodipuro merenung untuk mencari metode yang tepat untuk
renungan, meditasi, dan bertapa di gunung kidul Caruban, dia mendapatkan wangsit
untuk membuat semacam tarian atau kesenian yang bisa mengusir bala tersebut.
halus atau pasukan gendruwo menyerang penduduk Caruban dapat diusir denga
menggiring mereka keluar dari wilayah Caruban. Maka dibuatlah semacam kesenian
yang melukiskan fragmentasi pengusiran roh halus yang membawa pagebluk tersebut.
Kesenian ini mengalami masa kejayaan pada rentang tahun 1867-1902 dan setelah itu,
Indonesia.
4
Pada masa penjajahan Belanda, dongkrek sempat dilarang oleh pemerintahan
Belanda untuk dipertontonkan dan dijadikan pertunjukan rakyat. Hal ini dikarenakan
mereka kawatir apabila dongkrek terus berkembang, bisa digunakan sebagai media
penggalang kekuatan untuk melawan pemerintahan Belanda. Saat masa kejayaan Partai
Komunis Indonesia (PKI) di Madiun, kesenian ini dikesankan sebagai kesenian “genjer-
kesenian dongkrek mengalami masa pasang surut akibat imbas politik. Tahun 1973,
dongkrek digali dan kembali dikembangkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Berdasarkan buku yang ditulis oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Madiun, asal mula nama dongkrek diambil dari bunyi 2 (dua) buah instrumennya yaitu
bedug dan korek. Bila dibunyikan bunyi bedug terdengar dhung dan bunyi korek
terdengar krek, sehingga kalau dibunyikan bergiliran dan terus- menerus terdengar bunyi
menjadnama dari kesenian rakyat ini. Perlu diketahui bahwa susunan (bezetting)
5
instrument Dongkrek terdiri dari beberapa jenis instrument diantaranya ialah bedug dan
korek.
Bedug dan korek rupanya merupakan instrumen yang hakiki dan dominan. Hakiki
berarti mutlak harus ada sedang dominan berarti mempunyai kedudukan yang sangat
penting dan menonjol dalam permainan bersama. Dan kedua macam instrument itulah
yang memberikan corak dan ciri khas serta hakiki seni dongkrek. Terutama adalah
instrument korek yang bersifat unik dan tersendiri yang tidak kita dapati pada instrument
penyakit ( pageblug ), warga masyarakat yang diperankan oleh dua orang perempuan (
Roro Ayu dan Roro Perot ), dan peran pemimpin ( palang ) atau tokoh masyarakat yang
diperankan oleh seorang kakek sakti. Ketiga kelompok peran ini memakai topeng.
Kesenian Dongkrek yang bersifat sakral yang digunakan sebagai upacara ritual
tolak bala. Kesenian Dongkrek ini hanya dipentaskan setahun satu kali, dengan acara
Dongkrek yang masih mempertahankan pakem atau keaslian seni Dongkrek tanpa
Kesenian Dongkrek yang bersifat kreasi seni ( kreatif ) sebagai kesenian rakyat
yang tidak sakral, tidak ada kemenyan, tidak ada persyaratan dari keturunan palang
Ngabehi Lho Prawirodipoero “ Palang Mejayan ”, dengan iringan musik yang lebih ramai.
Dongkrek ini masih ada arak-arakannya dan melibatkan masyarakat untuk bergabung dan
menari. Namun demikian Dongkrek ini ada unsur bisnisnya karena bisa diundang untuk
6
melakukan pertunjukan kesenian Dongkrek dengan mendapatkan upah. Kesenian
Dongkrek yang bersifat sebagai seni pertunjukan tidak sakral, tidak ada kemenyan, tidak
melibatkan masyarakat untuk menari, tidak ada arak-arakan, tidak keliling kampung, dan
tidak ada persyaratan dari keturunan “Palang Mejayan”, dengan iringan musik yang
lebih banyak dan dipertunjukan di studio atau panggung. Namun demikian Dongkrek ini
masih memiliki folosofi yang sama yaitu “kajahatan akan kalah dengan kebajikan”.
Pilangkenceng
7
Makna Topeng Genderewo Kuning, menggambarkan
makhluk halus yang mengganggu dengan menyerang
daging dan kulit manusia. Misalnya daging pada tubuh
manusia (semakin lama tampak kurus), penyakit kulit
(kudis, gatal, dan melepuh).
8
D. MAKNA DARI ALAT MUSIK KESENIAN DONGKREK
Alat musik dalam Kesenian Dongkrek digunakan sebagai pengiring irama tarian
yang dibawakan oleh masing- masing pemeran, serta ceritera darama yang sedang
perkembangan sesuai dengan tunttan kebutuhan masyarakat. Namun demikian alat musik
yang paling utama adalah; korek, bedug, beri, gong, kentongan, dan kenong. Dari masing-
9
Beri, peralatan musik ini mengandung arti bahwa beliau
sebagai seorang yang berbudi wibowo laksono, rawe-rawe
rantas malang-malang putung bersama-sama memberantas
penyakit pagebluk. Alat musik beri terbuat dari logam
kuning tipis, bulat sebesar tempayan dan bagian tengahnya
sengaja diretakkan untuk membentuk suasana “jeeer” dan
letak posisinya tergantung dengan tali.
10
E. NILAI BUDAYA KESENIAN DONGKREK
Kesenian dan Nilai Tradisi. Nilai budaya kesenian adalah karena Dongrek merupakan
diwariskan secara turun temurun. Nilai budaya tradisi karena Dongkrek merupakan
kegiatan tardisi masyarakat Mejayan yang tidak pernah ditinggalkan setiap tahun pada
tanggal 1 Suro, kesenian dongkrek sebagai ritual tolak bala dilaksanakan oleh
a. Nilai Budaya, Menurut Koentjaraningrat (1990:90) salah satu bagian adat yang
paling tinggi dan paling abstrak adalah nilai budaya. Sistem nilai budaya
suatu pedoman yang dapat memberi arah dan orientasi kepada kehidupan
b. Nilai Pendidikan, Ali dkk menyatakan bahwa konsep pendidikan dapat berarti
proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang
c. Nilai Moral, Konsep moral menurut Ali dkk. dapat berarti suatu ajaran tentang
11
d. Nilai Religius
2. diperlukan pemilihan hari serta saat yang terpilih yang biasanya juga
dianggap sakral;
macamnya;
cara:
3. pada malam yang telah ditentukan, yaitu malam jumat legi, semua parogo
kepada Tuhan Yang Maha Esa atas telah terjadinya perbuatan gendruwo;
4. dan saat tepat tengah malam dengan iringan mantra dan puji-pujian,
12
seluruh pelosok desa Mejayan, sampai waktu menjelang pagi. Dalam
prosesi ritual keliling desa ini para parogo Dongkrek khususnya parogo
gendrowon wajib untuk tidak mengenakan busana (semua parogo terdiri dari
kaum laki-laki).
2. dupa yang selalu mengepulkan asap bau kemenyan yang dibawa oleh
pembaca mantra;
4. beberapa syarat tolak bala yang lain, bermacam-macam tumbal dan takhir
di sudut-sudut desa;
e. Nilai Kepemimpinan
Konsep kepemimpinan menurut Ali dkk. dapat berarti perihal pemimpin atau
kepemimpinan dalam seni dongkrek adalah sesuatu yang baik dan benar, yang
dimiliki seorang pemimpin agar dapat memimpin anak buahnya dengan atau
rakyatnya secara baik, jujur, adil, arif, dan bijaksana yang terdapat dalam seni
rakyat Desa Mejayan dengan arif, penuh tanggung jawab, dan bijaksana.
13
F. Nilai Kepahlawanan
Konsep kepahlawanan menurut Ali dkk. dapat berarti orang yang menonjol
kepahlawanan dalam penelitian ini adalah sesuatu yang baik dan benar yang
pageblug.
G. Nilai Estetika
Konsep estetika dapat diartikan sebagai filsafat tentang keindahanm baik yang
terdapat dialam maupun dalam aneka benda seni buatan manusia. Estetika
yang dimaksud nilai estetika dalam penelitian ini adalah sesuatu yang indah,
Nilai estetika dalam kesenian Dongkrek dapat dilihat dan di dengar lewat suara
alat musiknya, bentuk alat musiknya, tata rias dalam topeng, tariannya dan
14
BAB III
A. KESIMPULAN
Topeng dongkrek sebagai kesenian rakyat yang menjadi salah satu ciri khas
dari kesenian dongkrek kecamatan Mejayan kabupaten Madiun memiliki bentuk yang
Adapun struktur dalam pertunjukan ini dapat dilihat dari bentuk alat musiknya.
Bentuk topeng sebagai perwatakan/ karakter tokoh yang diperankan. Bentuk peralatan
musik yang digunakan dalam pertunjukan kesenian Dongkrek terdiri dari: kentongan;
kenong; bedug; beri; korek; dan gong pamungkas. Bentuk topeng terdiri dari empat
topeng: topeng buto/ gendruwo; topeng roro perot; topeng roro ayu, dan topeng
eyang palang.
nilai pendidikan, nilai moral, nilai kepemimpinan, nilai kepahlawanan, dan nilai
estetika. Dari kesenian dongkrek dapat dilihat beberapa fungsinya yakni: sebagai cara
sebagai cara untuk melepas ketegangan; dan sebagai hiburan. Bentuk topeng
dengan topeng gendruwo (buto) sebagai simbol kejahatan, eyang palang sebagai
15
B. SARAN-SARAN
kesenian dari daerah asal masing-masing agar dapat memperkaya pengetahuan dan
16
LAMPIRAN FOTO-FOTO KEGIATAN
17
18
19