Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

‘ KORUPSI ‘

Disusun Oleh :

….

NIM ….

HUKUM PIDANA KHUSUS

Dosen pembimbing :

….

Fakultas Hukum

Universitas Abulytama

Tahun Ajaran 2017 / 2018


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan karunia dan nikmat bagi umat-Nya.

Alhamdulilaah Makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Pidana

Khusus dengan Judul “ KORUPSI”, karena terbatasnya ilmu yang dimiliki oleh penulis maka

Makalah ini jauh dari sempurna untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis

harapkan.

Tidak lupa penulis sampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua

pihak yang telah turut membantu dalam penyusunan Makalah ini. Semoga bantuan dan

bimbingan yang telh diberikan kepada kami mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Amin

Akhirnya penulis berharap semoga Makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis

dan umumnya bagi pembaca.

Banda Aceh, Januari 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang ................................................................................. 1
B Permasalahan ................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Makna Tindak Pidana Korupsi ......................................................... 2
B. Korupsi dan Politik Hukum Ekonomi .............................................. 3
C. Korupsi dan Otonomi Daerah ........................................................... 5
D. Memberantas Korupsi Demi Pembangunan Ekonomi ..................... 6
BAB III KESIMPULAN .................................................................. 8

ii

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peraturan Perundang – Undangan merupakan wujud dari politik hukum institusi
Negara dirancang dan disahkan senabagai Undang-Undang pemberantasan tindak pidana
korupsi. Begitu kira-kira pendapat beberapa praktisi dan pengamat hukum terdapat gerak
pemerintah dalam menangani kasus korupsi Akhir-akhir ini.
Para pejabat Negara menjadikan kasus korupsi dijadikan senjata ampuh dalam
pidatonya, bicara seolah ia bersih, anti korupsi. Masyarakat melalui LSM dan Ormas pun
tidak mau kalah, mengambil manfaat dari kampanye anti korupsi di Indonesia.
Lemahnya hukum di Indonesia dijadikan senjata ampuh para koruptor untuk
menghindar dari tuntutan. Kasus korupsi mantan Presiden Suharto, contoh kasus korupsi
yang tak kunjung memperoleh titik penyelesaian. Padahal penyelesaian kasus-kasus
korupsi Soeharto, dana BLBI dan kasus-kasus korupsi besar lainnya akan mampu
mentimulus program pembangunan ekonomi di Indonesia.

B. Permasalahan
1. Korupsi berpengaruh kepada rakyat kecil.
2. Strategi apa yang dapat dilakukan untuk meminimalisir korupsi tersebut?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Makna Tindak Pidana Korupsi


Jeremy Pope dalam bukunya Confronting: The Elemen of National Integrity
System, menjelaskan bahwa korupsi merupakan permasalahan global yang harus menjadi
keprihatianan semua orang. Praktik korupsi biasanya sejajar dengan konsep pemerintahan
totaliter, dictator yang meletakakan kekuasaan di tangan segelintir orang. Namun, tidak
berarti dalam system social politik yang demokratis tidak ada korupsi bahkan bisa lebih
parah berarti dalam system social politiknya teleransi bahkan memberikan ruang terhadap
praktek korupsi tumbuh subur. Korupsi juga tindakan pelanggran hak asasi manusia,
lanjut Pope.
Menurut Dleter Frish, mantan Direktur Jendral Pembangunan Eropa. Korupsi
merupakan tindakan memperbesar biaya untuk barang dan jasa, memperbesar utang suatu
Negara, dan menurunkan standar kualitas suatu barang. Biasanya proyek pembangunan
dipilih karena alas an keterlibatan modal besar, bukan pada urgensi kepentingan public,
korupsi selalu menyebabkan situasi social ekonomi tak pasti (uncertenly). Ketidakpastian
ini tidak asimetris informasi dalam kegiatan ekonomi dan bisnis. Sector swasta sering
melihat ini sebagai resiko terbesar yang harus ditanggung dalam menjalankan bisnis, sulit
diprediksi berapa Return of investment (ROI) yang dapat diperoleh karena biaya yang
harus dikeluarkan akibat praktek korupsi juga sulit diprediksi, Akhiar Salmi dalam
makalahnya menjelaskan bahwa korupsi merupakan perbuatan buruk, seperti penggelapan
uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari korupsi, Kolusi dan Nepotisme,
pasal 1 menjelaskan bahwa tidak pidana korupsi sebagaimana Maksud dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan Republik Indonesia mendefenisikan korupsi sebagai salah
satu tindak pidana. Mubaryanto, Penggiat Ekonomi Pancasila, dalamdalam artikelnya
menjelaskan tentang korupsi bahwa, salah satu masalah besar berkaitan dengan keadilan
adalah korupsi, yang kini kita lunakan menjadi “KKN”. Perubahan nama dari korupsi
menjadi KKN ini barang kali beralasan karena praktek korusi korupsi memang terkait
koneksi dan nepotisme. Tetapi tidak dapat disangkal bahwa dampak “penggantian” ini
tidak baik karena KKN ternyata dengan kata tersebut praktek korupsi lebih mudah
diteleransi dibandingakan dengan penggunaan kata korupsi secara gambling dan jelas,
tanpa tambahan kolusi dan nepotisme.

4
B. Korupsi dan Politik Hukum Ekonomi
Korupsi merupakan permasalan mendesak yang harus diatasi, agar tercapai
pertumbuhan dengan geliat ekonomi yang sehat. Berbagai catatan tentang korupsi yang
setiap hari diberitakan oleh media masa baik cetak maupun elektronik, tergambar adanya
peningkatan dan pengembangan model-model korupsi.
Dimensi politik hukum yang merupakan “kebijakan pemberlakuan” atau
“anactment policy”, merupakan kebijakan pemberlakuan sangat dominant di Negara
berkembang, pengusaha tepatnya, untuk hal yang bersifat negatif atau positif. Dan konsep
perundang-undangan dengan dimensi seperti ini dominant terjadi di Indonesia, yang justru
membuka pintu bagi masuknya praktek korupsi melalui kelemahan perundang-undangan.
Fakta yang terjadi menunjukan bahwa Negara-negara industri tidak dapat lagi
menggulur Negara-negara berkembang soal praktik korupsi, karena melalui korusilah
system ekonomi social rusak, baik Negara maju dan berkembang. Bahkan dalam buku
“The Confession of Economic Hit Man” John Pakin mempertegas peran besar Negara
adidaya seperti Amerika serikat melalui lembaga donor seperti IMF, Bank Dunia dan
perusahaan Multinasional terperangkap dalam hutang luar Negeri yang luar biasa besar,
seluruhnya dikorup oleh pengusaha Indonesia saat ini. Demokrasi dan metamorfosis
Korupsi pergeseran sistem, melalui tumbangnya kekuasaan Icon orde baru, Soeharto,
membawa berkah bagi tumbuhnya kehidupan demokrasi di Indonesia. Reformasi, begitu
banyak orang menyebutperubahan tersebut. Namun sayangnya reformasi harus dibayar
mahal oleh Indonesia melalui rontoknya fondasi ekonomi yang memang “Budle gum”
yang setiap saat siap meledak itu. Kemunafikan (Hipocrassy) menjadi senjata ampuh
untuk membodohi rakyat. Namun, apa mau ditanya rakyat tak pernah sadar, dan terbuai
oleh lembut lagu dan kata tertata rapi dari hipocrasi yang lahir dari mulu para pelanjut
cita-cita dan karakter orde baru. Dulu korupsi tertralisasi di pusat kekuasaan, seiring
otonomi dan desentralisasi daerah yang diikuti oleh desentralisasi pengelolaan kekuangan
daerah, korupsi mengalami pemerataan dan pertumbuhan yang signefikan. Disharmonisasi
politik ekonomi social, grafik pertumbuhan jumlah rakyat terus naik karena korupsi.
Dalam kehidupan demokrasi di Indonesia praktek korupsi makin mudah
ditemukan diberbagai bidang kehidupan. Pertama, karena melemahnya nilai-nilai sosial.,
kepentingan pribadi menjadi pilihan utama dibandingkan kepentingan umum, serta
kepemilikan benda secara individual menjadi etika pribadi yang melandasi prilaku sosial
sebagaian besar orang. Kedua, tidak ada transparansi dan tanggung gugat sistem integritas
public. Biro prlayanan public justru digunakan oleh pejabat public untuk mengejar ambisi
politik pribadi, semata-mata demi promosi jabatan dan kenaikan pangkat.

5
Sementara kualitas dan kuantitas pelayanan public, bukan prioritas dan orientasi
yang utama. Dan kedua alasan ini menyeruak di Indonesia, justru memfasilitasi korupsi.
Mubaryanto menjelaskan, kunci dari pemecahan masalah korupsi adalah keberpihakan
pemerintah pada keadilan. Korupsi harus dianggap menghambat pewujudan keadilan
sosial, pembangunan sosial, dan pembangunan moral. Jika sekarang korupsi telah
menghinggapi anggota-anggota legislative di pusat dan di daerah, bahayanya harus
dianggap jauh lebih parah karena mereka (anggota DPR/DPRD) adalah wakil rakyat. Jika
wakil-wakil rakyat sudah “berjamaah” dalam berkorupsi maka tindakan ini jelas tidak
mewakili aspirasi rakyat, jika sejak krisis multidimensi yang berasal dari krimon
1997/1998 ada anjuran serius agar pemerintah berpihak pada ekonomi rakyat (dan tidak
pada konglomerat), dalam bentuk program-program pemberdayaan ekonomi rakyat, maka
ini berarti harus ada keadilan politik.
Keadilan ekonomi dan keadilan social sejauh ini tidak terwujud di Indonesia
karena tidak kembangkannya keadilan politik. Keadilan politik adalah aturan main
berpolitik yang adil, atau menghasilkan keadilan bagi seluruh warga Negara. Kita
menghimbau para filosof dan ilmuan-ilmuan social, untuk bekerja keras dan berpikir
secara empiric indktif yaitu selalu menggunakan data-data empiric dalam berargumentasi,
tidak hanya berpikir secara teoritis saj, lebih-lebih dengan selalu mengacu pada teori-teori
berat. Dengan berpikir empiric kesimpulan-kesimpulan pemikiran yang dihasilkan akan
langsung bermanfaat bagi masyarakat dan para pengambil kebijakan masa sekarang.
Misalnya, adilkah orang-orang kaya kita hidup mewah ketika pada saat yang sama masih
sangat banyak warga bangsa yang harus mengemis sekedar untuk makan. Negara kaya
atau miskin sama saja, apabila tidak ada itikad baik untuk memberantas praktek korup
maka akan selalu mendestruksi perekonomian dalam jangka pendek maupun panjang.
Banyak bukti yang menunjukan bahwa skandal ekonomi dan korupsi sering terjadi
dibanyak Negara kaya dan makmur dan juga terjadi dari kebejatan moral para cleptocrasy
di Negara-negara miskin dan berkembang seperti Indonesia. Pembangunan ekonomi
sering dijadikan asalan untuk mengendalikan sumber dya alam kepada perusahaan
multinasional dan negar adi daya yang Didalamnya telah terkemas praktik korupsi untuk
menumpuk pundik-pundi harta bagi kepentingan politik dan pribadi maupun
Kelompoknya.

6
C. Korupsi dan Otonomi Daerah
Otonomi daerah merupakan perubahan paling mencolok Setelah reformasi
digulirkan. Otonomi Daerah di Indonesia banyak pengamat ekonomi merupakan kasus
Pelaksanaan desentralisasi terbesar di dunia, sehingga Pelaksanaan desentralisasi di
Indonesia menjadi kasus menarik bagi studi banyak ekonomi dan pengamat politik dunia.
Kompleksitas permasalahan muncul kepermukaan, yang paling mencolok adalah
terkuangnya sebagian kasus-kasus korupsi para birokrat daerah dan anggota legislative
daerah. Hal ini merupakan fakta bahwa praktek korupsi telah mengakar dalam kehidupan
social politik ekonomi di Indonesia. Pemerintah daerah menjadi salah satu motor
pendobrak pembangunan ekonomi. Namun juga sering membuat makin parahnya high
cost economy di Indonesia, karena munculnya penguatan-penguatan yang lahir melalui
Perda (pendapan daerah) yang dibuat dalam rangka meningkatkan PAD (pendapatan
daerah) yang membuka ruang-ruang korupsi baru di daerah. Mereka tidak sadar, karena
praktek itulah, inpestor menahan diri untuk masuk daerahnya dan memilih daerah yang
memiliki potensi biaya rendah dengan akibat itu semua kemiskinan meningkat karena
Lapangan pekerjaan menyempip dan pembangunan ekonomi pembangunan di daerah
terhambat boro-boro memacu PAD. Terdapat bobot yang menentukan daya saing infestasi
daerah. Pertama, factor kelembagaan. Kedua, factor inpraskruktur, ketiga, fakor social
politik. Keempat, factor ekonomi daerah. Kelima, factor ketenaga kerjaan hasil penelitian
komite pemantauan Pelaksanaan otonomi daerah (KPPOD) menjelaskan pada tahun 2002
faktor kelembagaan dalam hal ini pemerintah daerah sebagai factor penghamabat terbesar
bagi inpestasi hal ini berarti birokrasi menjadi penghambat utama bagi infestasi yang
menyebabkan munculnya Haighcost economy yang beratri praktek korupsi yang melalui
pungutan-pungutan liar yang berarati liar dan dana pelican marah pada awal Pelaksanaan
desentralisasi atau otonomi daerah terserbut. Dan jelas ini emnhambat tumbuhnya
kesempatan Kerja dan pengurangan kemiskinan di daerah karena korupsi di birokrasi
daerah. Namun, pada tahun 2005 faktor penghambat utama tersebut berubah. Kondisi
social politik dominant menjadi hambatan bagi tumbuhnya di daerah.
Pada 2005 banyak daerah banyak melalukan pemilihan Kepala daerah (Pilkada
secara langsung yang menyebabkan instabilitasi politik di daerah yang membuat enggan
para inspector untuk menanam modalnya di daerah. Dalam situasi politik ini, inspector
local memilih modalnya kepada ekspestasi politik dengan membantu pendanaan
kampanye calon-calon Kepala daerah tertentu dengan harapan akan memperoleh
kemenagan dan memperoleh proyek pembangunan di daerah sebagai imbalannya. Kondisi
seperti ini tidak akan menstimulus pembangunan ekonomi.

7
Justru hanya akan meperbesar pengeluaran pemerintah (Goverenment
expenditure) karena para inspector hanya mengerjakan prokyek-proyek pemerintah tanpa
menciptakan aut put baru di luar pengeluaran pemerintah (biaya aparatur Negara) bahkan
akan berdampak pada inspestasi pengeluaran pemerintah karena untuk meningkatkan
PAD-nya mau-tidak mau pemerintah harus mengenjot pemdapatan dari pajak dan
retrevusi melalui berbagai Perda (peraturan daerah) yang menciptakan ruang bagi praktek
korupsi. Titik tolak pemerintah daerah untuk memperoleh PAD yang tinggi inilah yang
menjadi yang menjadi penyebab munculnya haigh cost economy yang melahirkan
ekonomi tersebut akan di dukung oleh birokrasi yang njelimet.
Seharusnya titik tolak daerah adalah pembangunan ekonomi daerah dengan
menarik infestasi daerah yang sebesar-besarnya dengan merampingkan birokrasi dan
memperpendek jalur serta jangka Waktu pengurusan Dokumen usaha serta membersihkan
birokrasi dari prektek korupsi. Peneingkatan PAD (pendapatan asli daerah), pengurangan
jumlah pengurangan jumlah penganguran dan kemiskinan pasti mengikuti.

D. Memberantas Korupsi Demi Pembangunan Ekonomi


Selain menghambat pertumbuhan ekonomi, korupsi juga menghamabt
pengembangan system pemerintahan demokratis. Korusi Memupuk tradisi perbuatan yang
menguntungkan diri sendiri atau Kelompok, yang mengesampingkan kepentingan public.
Dengan begitu korupsi menutup rapat-rapat kesempatan rakyat lemah menikmati
pembangunan ekonomi dan kualitas hidup yang lebih baik. Pendekatan yang paling
ampuh dalam melawan korupsi di Indonesia.
Pertama, mulai dari meningkatkan standar tata pemerintahan melalui konstruksi
integritas nasional. Tata pemerintahan modern mengedepankan system tanggung gugat
dalam tatanan seperti ini harus muncul pers yang bebas dengan batas-batas undang-
undang, yang juga harus mendukung terciptanya tata pemerintah dan masyarakat yang
bebas dari korupsi. Demikian pula dengan pengadilan. Pengadilan merupakan bagian dari
tata pemerintahan, yudikatip tidak lagi menjadi hamba penguasa. Namun memiliki ruang
kebebasan menegakan kedaulkatan hukum dan peraturan dengan Demikian akan
terbentuk lingkaran perbaikan yang memungkin seluruh pihak untuk melalukan
pengawasan, dan pihak lain diawasi. Namun, konsep ini sangat mudah dikatakan dari
pada dilaksanakan. Setidaknya dibutuhkan waktui yang cukup lama untuk membangun
pilar-pilar. Bangunan integritas nasional yang melakukan tugas-tugas yang efektif dan
berhasil menjadikan tindakan korupsi sebagai prilaku beresiko yang sangat tinggi dengan
hati yang sedikit.

8
Kedua, hal yang paling sulit dan punda mental dari semua perlawanan terhadap
korupsi adalah bagaimana membangun kemauan politik. Kemauan politik yang dimaksud
bukan sekedar kemauan para politis dan orang-orang yang berkecimbung dalam ranah
politik. Namun, ada yang lebih penting sekedar itu semua. Yakni, kemauan politik yang
termanisfestasikan dalam bentuk keberanian yang didukung oleh kecerdasan sasial
masyarakat sipil atau warga Negara dari berbagai elemen atau sastra social. Sehingga
jabatan politik tidak lagi digunakan secara mudah untuk memperkaya diri, namun sebagai
tanggung jawabuntuk mengelola dan bertanggung jawab untuk merumuskan gerakan
mencapai kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik.
Dalam tatanan pemerintahan yang demokratis, para politis dan pejabat Negara
tergantung dengan suara masyarakat sipil. Artinya kecerdasan social politik dari
masyarakat sipil-lah yang memaksa para politisi dan pejabat Negara untuk menahan diri
dari praktek korupsi. Masyarakat sipil yang cerdas secara social politik akan memilih
pimpinan (politis) dan pejabat Negara yang memiliki integritas diri yang mampu menahan
diri dari korupsi dan merancang kebijakan kearah pembangunan ekonomi yang lebih baik.
Melalui masyarakat sipil yang cerdas secara social politik pula pilar-pilar peradilan dan
media massa dapat di awasi sehingga membentuk integritas nasional yang alergi korupsi.
Ketika kontrusi integritas Nasional berdiri kokoh dengan payung kecerdasar social politik
masyarakat sipil, maka pembangunan ekonomi dapat distimulus dengan efektif.
Masyarakat sipil akan mendorong pemerintah untuk menciptakan ruang pembangunan
ekonomi yang potensial.

9
BAB III
KESIMPULAN

Merangkai kata untuk perubahan memang mudah. Namun, melaksankan rangkaian


kata dalam bentuk gerakan terkadang sulit. Dibutuhkan kecerdasan dan keberanian untuk
mendobrak dan merobohkan pilar-pilar korupsi yang menjadi penghambat utama
lambatnya pembangunan ekonomi dan paripurna di Indonesia. Korupsi yang telah terlalu
lama wabah yang tidak pernah tepat Sasaran. Pemberantasan korupsi seakan hanya
menjadi komoditas politik, bahan retorika ampuh menarik simpati. Oleh sebab itu
dibutuhkan kecerdasan masyarakat sipil untuk mengawasi dan membuat keputusan politik
mencegah makin mewabahnya penyakit kotor korupsi di Indonesia.

10

Anda mungkin juga menyukai