Bahan Enjin
Bahan Enjin
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembakaran yang sempurna membutuhkan kompresi udara sebanyak-banyaknya,
disisi lain membutuhkan tekanan penyemprotan bahan bakar yang tinggi dengan timing (saat
membuka dan lamanya) penyemprotan yang tepat. Pada sistim konvensional hal tersebut
diatas diatur secara mekanis dalam pompa injeksi dengan governornya dan injektor yang
menginjeksikan bahan bakar. Perkembangan teknologi telah dapat memperbaharui sistem
konvensional dengan sistem yang elektronik yang lebih menjamin keakuratan untuk
mendapatkan daya mesin yang optimum, pemakaian bahan bakar yang hemat serta tingkat
emisi yang rendah. Pengaturan penginjeksian yang sangat akurat menjamin proses
pembakaran lebih sempurna dengan tingkat emesi yang lebih rendah dibanding sistim yang
konvensional.
Dengan semakin tingginya tuntutan efisiensi kinerja mesin diesel sudah mulai
menyamai mesin bensin. Kini mesin diesel tidak hanya memiliki torsi yang besar dan hemat
bahan bakar, namun juga mempunyai akselerasi yang cukup prima. Mesin diesel pun tidak
hanya dipakai oleh kendaraan truk besar, tetapi dipergunakan pula sebagai penggerak sedan
kelas mewah.
Teknologi injeksi pertama yang diadopsi mesin diesel yaitu memakai pompa bahan
bakar mekanik dan sistem buka tutup katup yang digerakkan poros engkol. Pergerakannya
melalui timing belt atau rantai. Mesin diesel tipe ini menggunakan injektor yang amat
sederhana dengan pola penyemprotan diatur katup. Kerja katup diatur oleh tekanan bahan
bakar.
Sistem yang satu langkah lebih canggih adalah indirect injection yang mensupply
bahan bakar melalui satu ruangan khusus sebelum akhirnya masuk ruang bakar. Ruangan
khusus ini disebut sebagai pre-chamber dengan tugas utama menghasilkan bahan bakar yang
siap diledakkan. Dengan teknologi indirect injection, kinerja mesin diesel jadi lebih halus,
lembut, dan efisien.
Mesin diesel modern saat ini rata-rata mengadopsi teknologi direct injection. Pada
sistem ini injektor diletakkan tepat diatas ruang pembakaran. Begitu katup terbuka, injektor
akan langsung menyemprotkan bahan bakar. Dengan sistem ini konsumsi bahan bakar jadi
lebih hemat 15 hingga 20% dari mesin berteknologi indirect injection.
Seiring dengan perkembangan teknologi elektronik, pada tahun 1989 kerja peranti
direct injection pun diatur oleh ECU (Engine Control Unit). Waktu injeksi, jumlah bahan
bakar, sirkulasi gas buang dan peranti turbo diatur oleh sistem elektronik. Ini menghasilkan
mesin diesel yang ramah lingkungan.
Inovasi mesin diesel terus berlanjut dengan penemuan sistem common rail injection.
Teknologi ini dirancang untuk memperbesar tekanan bahan bakar yang masuk ke dalam
ruang bakar. Pada teknologi direct injection, injektor bekerja pada tekanan 300 bar. Pada
teknologi baru, tekanan bahan bakar diperbesar lebih dari 1.800 bar. Caranya, sebelum
dialirkan ke injektor, bahan bakar solar terlebih dahulu disalurkan ke pipa khusus atau
common rail. Dalam pipa ini terdapat alat khusus yang bisa memaksimalkan tekanan bahan
bakar. Peranti injektor terletak berbaris sepanjang pipa ini.
Unit Direct Injection merupakan teknologi yang paling baru dari sistem pasokan
bahan bakar mesin diesel. Sangat canggih dan berteknologi tinggi, karena setiap injektor yang
berada di silinder dilayani oleh satu pompa sendiri. Artinya injektor dan pompa sudah
menjadi satu unit sendiri. Ini memungkinkan aliran bahan bakar yang selalu konstan ke dalam
ruang bakar. Sistem ini dikembangkan oleh Bosch dan sudah diadopsi oleh berbagai pabrikan
mobil Eropa. VW menyebutnya dengan nama Pumpe Duse yang mampu menghasilkan
pasokan bahan bakar bertekanan 2.050 bar.
B. Tujuan Penulisan
Mahasiswa mampu memahami tentang konstruksi mesin EFI diesel Toyota Fortuner
D-4D
Mahasiswa mampu melakukan praktek perbaikan mobil Fortuner D-4D pada sistem
bahan bakar EFI diesel.
C. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode literatur, dimana bahan-
bahan penulisan berasal dari buku-buku pedoman, materi kuliah, maupun sumber lain yang
masih berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.
BAB II
SISTEM BAHAN BAKAR DIESEL COMMON RAIL
Pre-supply pump
High-pressure pump
High-pressure accumulator ( rail )
Pressure control valve
Rail pressure sensor
Injektor
ECU with sensor
Pressure-limiter valve
Flow limiter
a. Pre-supply Pump
Fungsi :
1) Menyalurkan bahan bakar dari tangki ke pompa tekanan tinggi letaknya berada di
dalam tangki bahan bakar.
Gambar 3. Pre-Supply Pump
1. Tipe mekanik
Menggunakan putaran engine untuk memutar drive gear
Pengiriman jumlah bahan bakar proporsioal sesuai putaran engine
Terdapat shut off elektromagnetis untuk menutup saluran
2. Tipe elektrik
Cara kerja :
Ketika plunyer bergerak ke bawah,katup inlet terbuka sehingga bahan bakar
msuk ke ruangan pompa
Pada posisi ttik mati bawah dan punyer nilai bergerak naik , katup tertutup
karena katup ini jenis katup satu arah,dan bahan bakar terkompresi akibat
plunter yang bergerak naik,Sehinnga bahan bakar terdorong keluar.
Terdapat elektrimagnetic swicth off yang berfungsi untuk menghentikan aliran
bahab bakar .
Fungsi :
Konstruksi :
Rail dibuat dari pipa baja tempa
Diameter dalama kira kira 10 mm
Pajang reil antara 280-600 mm
Volume bisa dibuat sekecil mungkin dan sebesar yang diperlukan.
d. Pressure-control valve
Fungsi :
Pada Pressure Control valve dalam kerjanya dilengkapi dengan sebuah sensor tekanan
rail ( Rail-pressure Sensor ) yang fungsinya adalah :
Memeriksa / mengukur tekanan di dalam rel
Memberikan data input yang selanjutnya dikirimkan ke ECU (control system )
Dari data ECU nanti yang akan menentukan kerja dari perssure Control valve
sebagai pengetur/penjaga tekanan didalam reil .
Pembagian Tekanan pada common rail tiap tiap generasi :
1) Generasi pertama (1) (1997)
Tekanan injeksi : 1,350 bar
Aplikasi : Kendaraan penumpang
Digunakan kali pertama : Alfa romeo dan mercedez benz
2) Generasi kedua (II)(1999)
Tekanan injeksi : 1,400
Aplikasi : Truck
Digunakan kali pertama : Renault ( RV1 )
3) Generasi kedua (II) ( 2001)
Tekanan injeksi : 1,600 bar
Aplikasi : Kendaraan penumpang
Digunakan kali pertama : Volvo and BMW
4) Generasi kedua (II) ( 2002)
Tekanan injeksi : 1,600 bar
Aplikasi : Kendaraan penumpang
Digunakan kali pertama : MAN
5) Generasi ketiga (III) ( 2003)
Tekanan injeksi : 1,600 bar
Aplikasi : Kendaraan penumpang
Digunakan kali pertama : AUDI
e. Injektor
Fungsi :
Untuk menginjeksikan bahan bakar dengan jumlah yang tepat kedalam ruang
bakar pada waktu ( timing injektion ) yang tepat.
Gambar 9. Injektor
Pada injector terdapat beberapa komponen utama, yaitu:
2/2 electromagnetic servo valve
Nozzle
Valve control chamber
Return line
3. CARA KERJA
a. Low-Pressure Circuit
Low-pressure circuit bertujuan untuk mengalirkan bahan bakar menuju High-pressure
circuit. Aliran bahan bakar pada low-pressure circuit adalah
Fuel tank Pre-supply pump Fuel filter saluran pengembali bahan
bakar.
Bahan bakar dialirkan dari tangki bahan bakar ole pre-supply pump menuju ke
pompa tekanan tinggi melewati saringan bahan bakar.
b. High-Pressure Circuit
High-pressure circuit berfungsi untuk membangkit tekanan tinggi yang konstan
didalam pipa rel (rail), dan juga untuk menginjeksikan bahan bakar ke ruang bakar
melewati injektor. Aliran bahan bakarnya pada high-pressure circuit adalah :
Gambar 16 . High-Pressure Circuit
Bahan bakar dari sirkuit tekanan rendah masuk ke pompa tekanan tinggi.
Didalam pompa tekanan tinggi ini, tekanan bahan bakar dibangkitkan/dinaikkan
menjadi tekanan tinggi.
Bahan bakar bertekanan tinggi tadi akan melewati pressure control valve yang
berfungsi untuk mengontrol/mengatur tekanan bahan bakar sesuai dengan kondisi
yang ada (berdasarkna ECU).
Selanjutnya, bahan bakar bertekanan tinggi masuk ke pipa rel (high accumulator rail).
Tekanan dalam pipa rel bisa mencapai maksimal 1350 atau 1500 bar (untuk
kendaraan baru bisa mencapai 1800 bar).
Pada pipa rel dilengkapi dengan rail-pressure sensor untuk mendeteksi tekanan yang
ada didalam pipa rel tersebut dan kemudian dikirimkan ke ECU dalam bentuk sinyal
elektrik (impuls).
Diujung pipa rel juga terdapat pressure limitter valve (katup pembatas tekanan).
Apabila tekanan didalam pipa rel berlebihan, tekanan bahan bakar tadi mampu
membuka katup yang berhubungan dengan saluran pengembali, sehingga bahan bakar
akan mengalir ke saluran pengembali bahan bakar.
Tekanan yang di ijinkan oleh pressure-limitter valve didalam pipa rel adalah
maksimal 1350, 1500, 1800 bar bergantung jenis kendaraan.
Bahan bakar bertekanan tinggi selanjutnya mengalir ke injektor untuk di injeksikan.
Penginjeksian bahan bakar pada injeksi tergantung ECU sesuai urutan saat
penyemprotan:
Pada injektor juga terdapat saluran pengembalik bahan bakar untuk
mengembalikan sisa bahan bakar yang tidak diinjeksian.
c. ECU dan Sensor
Common rail sistem injeksi yang dikontrololeh EDC (Electronic Driver Control)
ECU mengontrol dan memonitor sistem injeksi secara menyeluruh
Sensor berfungsi untuk menbaca data yang terukur didalam proses yang nantinya
akan dikirim ke ECU dengan akurasi yang tepat dan secepat mungkin.
Gambar 17 .ECU
Seperti yang diketahui diatas, sensor-sensor yang digunakan pada sistem common rail
diantaranya:
Crankshaft-speed sensor
Camshaft
Accelerator-pedal traveler sensor
Boost-pressure sensor
Coolant-temperature sensor
Air-mass meter
Gambar 18. Konstruksi sensor common rail
a. Crankshaft-speed sensor
Berfungsi untuk mendeteksi seberapa kecepatan yang dihasilkan dari poros
engkol.
b. Camshaft sensor
Berfungsi untuk mendeteksi posisi dari camshaft.
c. Accelerator-pedal traveler sensor
Berfungsi untuk mendeteksi seberapa sudut yang dihasilkan dari penekanan pedal
gas (pedal akselerasi).
d. Boost-pressure sensor
Berfungsi untuk mendeteksi tekanan udara dalam intake manifold.
e. Coolant-temperature sensor
Berfungsi untuk mendeteksi seberapa suhu/temperatur dari air pendingin untuk
mengetahui suhu engine.
f. Air temperature sensor
Berfungsi untuk untuk mendeteksi suhu/temperatur dari udara masuk.
g. Air-mass meter
Berfungsi untuk mendeteksi massa udara yang masuk.
Gambar 19. Konstruksi Teknologi Common Rail Kendaraan AUDI 4.2 1V8 TDI
Teknologi Common Rail yang diterapkan pada Kendaraan AUDI 4.2 1V8 TDI adalah sistem
common rail generasi yang diterapkan pada kendaraan penumpang. Penerapan sistem
generasi ketiga ini pada AUDI dimulai taun 2003 yaitu pertama kali sistem jenis ketiga
digunakan.
Spesifikasi kendaraan:
Gambar 20. Sistem EFI Common Rail Kendaraan AUDI 4.2 1V8 TDI
Keerangan :
1. Fuel tank module with suction jet pum, non-return valve and prefilter fuel
2. Fuel filter with water sparator
3. High-pressure pump
4. Fuel temerature sender
5. Rail element, cylinder bank I
6. Rail element, cylinder bank II
7. Injectors
8. Retention valve
9. Temperature-dependent switchover
10. Fuel cooler (air) vehicle underbody
a. Tangki bahan bakar menggunakan double tangki yang dilengkapi dengan pre-supply
pump
Pre-supply pump mengalirkan bahan bakar ke pompa tekanan tinggi dengan tekanan
0,8-1,8 bar.
Pipa rel yang digunakan adalah dua buah pipa rel yang masng-masing melayani
4 injektor (rail 1 untuk injektor 1-4 dan rail 2 untuk injektor 5-8). Pipa rel berfungsi
untuk menampug bahan bakar dengan tekanan tinggi yang konstan sebelum dialirkan
k injektor. Tekanan maksimal yang diizinkan adalah 1600 bar, dengan saluran
kembali bahan bakar yang mengurangi tekanan bahan bakar apabila terjadi tekanan
berlebih.
e. Injektor
Injektor yang digunakan pada sistem common rail yang diterapkan pada AUDI
adalah type piezoelectric model multi hole.
5. KESIMPULAN
a. Sistem injeksi common rail adalah sistem bahan bakar diesel modern yang penyaluran
bahan bakarnya menggunakan pipa rel (rail) dan pengaturan timing injeksi bahan bakar
serta jumlah bahan bakar yang diinjeksikan menggunakan sistem elektrik terpadu.
b. Fungsi common rail adalah
Menyediakan bahan bakar terhadap engine.
Membangkitkan tekanan tinggi bahan bakar yang diperlukan serta mendistribusikan
ke masing-masing silinder.
Menginjeksikan bahan bakar dengan jumlah dan waktu injeksi yang tepat/presisi.
c. komponen utama dari sistem common rail adalah
Pre-supply pump
High-pressure pump
High-pressure accumulator (rail)
Pressure control valve
Rail-pressure sensor
Injectors
ECU with sensor
d. Cara kerja sistem common rail pada dasarnya dibagi tiga skema, yaitu :
Low-pressure sirkuit yang bertujuan untuk mengalirkan bahan bakar dari tangki ke
high-pressure sirkuit.
High-pressure sirkuit yang bertujuan untuk membangkitkan tekanan tinggi yang
konstan didalam pipa rel (rail) dan juga untuk meenginjeksikan bahan bakar ke ruang
bakar melewati injector. Tekanan yang dibangkitkan maksimal yang diperbolehkan
adalah 1350 atau bahkan 1800 bar.
ECU dan Sensor untuk mengontro, dan memonitor kerja sistem injeksi secara
keseluruhan.
e. Tekanan bahan bakar didalam pipa rel sangat tinggi dan dijaga agar selalu koonstan
dengan sebuah katup pengatur tekanan yang terintegrasi dengan control unit (ECU).
f. Kendaraan AUDI 4.2 L V8 TDI menggunakan sistem injeksi common rail generasi
ketiga yang dipakai pada kendaraan penumpang.
g. Sistem AUDI 4.2 L V8 TDI ini menggunakan :
Tekanan sistem injeksi mencapai 1600 bar.
Injektor yang digunakan adalah jenis piezoelectric injector multi hole dengan lubang
8 port, dan memiliki keunggulan:
Membutuhkan waktu yang sangat singkat untuk mengawali tiap siklus kerja
injeksi.
Mampu menerima tekanan yang sangat tinggi dari tekanan bahan bakar.
Langkah siklus sangat presisi (memiliki akularasi yang sangat tinggi).