Berdo’a Sebelum
Makan (c) youtube
Hasilnya adalah, bahwa air menangkap getaran rasa dalam bahasa apapun, getaran air dapat
merambat ke molekul air di tubuh manusia, kemudian mempengaruhi perilaku manusia. Hal
tersebut juga didukung oleh hadits, “Apabila seorang kalian ingin makan, hendaknya dia
membaca ‘bismillah’. Dan jika ia lupa membaca di awalnya, hendaknya dia membaca ‘bismillah
fii awwalihi wa aakhirihi.” (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani
dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi no. 1513).
Sedangkan sebaliknya jika kita melakukan makan dan minum sambil duduk, maka air dari
makanan atau minuman akan melewati dulu sfringer yang tertutup dan disaring dengan bersih
saat akan masuk ke kandung kemih. Hal ini juga diperkuat oleh hadits, “ Nabi Muhammad SAW
bersabda, Janganlah sekali-sekali salah seorang dari kalian minum sambil berdiri, barangsiapa
lupa hendaklah dia memuntahkannya.” (HR. Muslim). Dan juga hadits berikut, “Dari Anas dan
Qatadah, Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya beliau melarang seseorang minum sambil
berdiri, Qatadah berkata, Bagiamana dengan makan? Beliau menjawab, Itu lebih buruk lagi.”
(HR. Muslim dan Turmudzi).
Sedangkan menurut penelitian dr. Muhammad Suwardi, bahwa buah yang dikonsumsi sebagai
hidangan penutup atau pencuci mulut justru hanya akan menjadi sampah dalam tubuh karena
tidak dicerna secara alami di lambung namun ikut berkumpul bersama dengan makanan selama
berjam-jam dalam kubangan asam lambung yang pekat. (Disebutkan dalam Buku Al-Qur’an The
Amazing Secret). Mengkonsumsi buah juga dikuatkan dalam QS. Al-Waqi’ah ayat 20-21, “Dan
buah-buahan dari apa yang mereka pilih, dan daging burung dari apa yang mereka inginkan”.
Dan jika asam karbonat itu masuk dalam tubuh maka bisa mengakibatkan penyakit jantung.
Selain itu, mulut manusia yang penuh kuman atau mikroorganisme juga dapat mencemari
makanan atau minuman dan ikut masuk ke dalam tubuh untuk dicerna.
Hal ini juga diperkuat dalam sebuah hadits, “ Dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah bersabda,
Jika salah seorang diantaramu makan, maka hendaklah ia menjilati jari-jemarinya, sebab ia tidak
tahu dari jemari mana munculnya keberkahan.” (HR. Muslim).
Masya Allah, begitu tertata dengan baiknya pola kehidupan Rasulullaah SAW. Beliau selalu
menjaga kesehatan dan memerintahkan kepada ummatnya untuk selalu baik dalam menjaga pola
hidup sehat. Semoga kita bisa selalu menjadi ummat yang taat kepada Allah dan mengikuti
sunnah-sunnah yang diajarkan oleh Rasulullaah SAW, agar hidup kita menjadi lebih berkah dan
bermanfaat. Aamiin. (sof)
Mengikut cara Rasulullah s.a.w, sebelum baginda makan, baginda saw akan mengambil sedikit garam
menggunakan jari kecilnya, lalu Rasullah saw akan menghisap garam itu.
Kerana garam adalah sumber mineral dari tanah yg diperlukan oleh badan kita. Dua cecah garam dari jari kita
itu adalah sama dgn satu liter air mineral. Kita berasal dari tanah maka lumrahnya bahan yang asal dari bumi
(tanah) inilah yg paling berkhasiat untuk kita.
Kenapa garam? Selain dari sebab ia adalah sumber mineral, garam juga adalah penawar yang paling mujarab
bagi keracunan, mengikut Dr, dihospital-hospital, the first line of treatment for poisoning adalah dengan
memberi Sodium Chloride, iaitu GARAM. Garam juga dapat menghalang sihir dan makhluk-makhluk halus
yang ingin menggangu manusia.
Rasulullah akan mengunyah sebanyak 40 kali untuk membiarkan makanan itu betul-betul lumat agar perut kita
senang memproseskan makanan itu.
Membaca Basmalah sebelum makan untuk mengelakkan penyakit. Kerana bakteria dan racun ada membuat
perjanjian dengan Allah swt, apabila Basmalah dibaca maka bakteria dan racun akan musnah dari sumber
makanan itu.
Janganlah kita minum berdiri walaupun ia makruh tetapi ia makruh yang menghampiri kepada haram. Jangan
kita minum dari bekas yg besar dan jangan bernafas sedang kita minum. Kerana apabila kita minum dari bekas
yg besar, lumrahnya kita akan meneguk air dan dalam proses minum itu, kita tentu akan bernafas dan
menghembuskan nafas dari hidung kita. Kerana apabila kita hembus, kita akan mengeluarkan CO2 iaitu carbon
dioxide, yang apabila bercampur dgn air H20, akan menjadi H2CO3, iaitu sama dengan cuka, menyebabkan
minuman itu menjadi acidic.
Rasulullah SAW saat akan makan selalui memulianya dengan membaca Basmalah terlebih
dahulu. Saat selesai makan mengucapkan Hamdalah.
Membaca Basmalah dan Hamdalah memliki hikmah yang sangat besar bagi seorang muslim.
Salah satu hikmah yang terkandung saat memulai makan dengan membaca basmalah dan
mengakhirinya dengan lafash hamdalah adalah agar kita senantiasa ingat bahwa makanan yang
disantap semuanya merupakan rizki dari Allah SWT.
Hikmah lainnya sebagai muslim akan senantiasa menghindari perilaku berlebih-lebihan. Tujuan
makan adalah sebagai sarana menambah kekuatan untuk menuju ketaatan kepada Allah,
memakmurkan bumi dan menaburinya dengan kebaikan.
2. Mencuci Tangan
Jauh sebelum ilmu kesehatan era modern mengenalkan akan pentingnya mencuci tangan
sebelum dan sesudah makan, Rasulullah sudah meneladankan terlebih dahulu bagaimana cara
makan yang baik dan sehat dengan mencuci tangan terlebih dahulu sebelum makan. Dan setelah
selesai makan tangan juga di cuci bersih.
Nabi bersabda:
”Barangsiapa tertidur sedang di kedua tangannya terdapat bekas gajih, lalu ketika bangun pagi
dia menderita suatu penyakit, maka hendaklah dia tidak mencela melainkan dirinya sendiri”.
Nabi sendiri jika hendak makan selalu mencuci tangan terlebih dahulu, sebagaimana yang
dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan Nasa’i dari Aisyah ra.
Makan adalah kewajiban. Dengan makan seorang muslim memperoleh kekuatan untuk
beribadah. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abdullah ibn Umar:
Namun demikian kita harus ingat batasan dalam mengkonsumsi makanan, yaitu menjauhi sikap
berlebihan dan rakus.
Banyak sekali dalil yang menekankan hal ini. Allah dalam surat al-A’raf ayat 31 berfirman:
”Makan dan minumlah, tapi janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan”.
”Makanlah diantara rezeki yang baik yang telah Kami berikan pada kalian, dan janganlah
melampaui batas padanya”.
Sementara Rasulullah saw sendiri telah memerintahkan untuk mengatur waktu makan dan
berpegang teguh pada etika, sebagaimana sabda Beliau:
”Kami adalah orang-orang yang tidak makan kecuali setelah lapar, dan bila makan kami tidak
sampai kenyang”.
”Tidaklah anak cucu Adam mengisi wadah yang lebih buruk dari perutnya. Sebenarnya
beberapa suap saja sudah cukup untuk menegakkan tulang rusuknya. Kalau dia harus
mengisinya, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk
bernafas”. (HR. Turmudzi, Ibnu Majah, dan Muslim).
Maksudnya sebenarnya makanan dalam porsi minimal pun sudah cukup baginya untuk
memenuhi kebutuhan pokoknya. Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Ibnu
Majah, Imam Ahmad dan Darimi, Rasulullah saw juga bersabda:
”Makanan satu orang cukup untuk dua orang, makanan dua orang cukup untuk empat orang,
dan makanan empat orang sebenarnya cukup untuk delapan orang”.
”Sesungguhnya termasuk sikap berlebih-lebihan bila kamu memakan segala sesuatu yang kamu
inginkan”. (HR Ibnu Majah)
”Seorang mukmin makan dengan satu usus, sementara orang kafir makan dengan tujuh usus”.
(HR. Muslim, Turmudzi, Ahmad, dan Ibnu Majah)
Dengan tiga jari berarti kita telah bersikap seimbang. Sebagaimana dikatakan bahwa makan
dengan lima jari menunjukkan kerakusan, sedangkan makan dengan satu atau dua jari
menunjukkan kesombongan dan keangkuhan.
Saat minum Rasulullah selalu dalam posisi duduk dan tidak bernafas dalam gelas.
Nabi mengajarkan minum dengan menyesap (minum air dengan menempelkan bibir ke air),
bernafas di luar gelas serta tidak minum dengan cara menenggak. Maksudnya adalah mencegah
masuknya udara ke dalam lambung.
”Nabi saw tidak pernah meniup makanan dan minuman, tidak bernafas di dalam wadah. Bahkan
beliau melarang meniup makanan dan minuman”.
Nabi saw biasa minum dengan tiga kali teguk, sambil bernafas di antara tiga kali tegukan di luar
gelas dan bukan di dalamnya.
Diriwayatkan dari Anas ra bahwa Rasulullah saw bernafas tiga kali saat minum. Beliau bersabda:
”Sungguh, ini lebih mengenyangkan, menyembuhkan, dan menyegarkan”. (HR Bukhari dan
Muslim)
”Rasulullah saw telah melarang minum dari mulut poci”. (HR Bukhori dan Ibnu Majah)
Hal ini sebagai upaya untuk mengikuti apa yang dilakukan para penghuni surga. Dalilnya adalah
Qur’an surat al-Waqi’ah ayat 20-21:
”Dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih, dan daging burung dari apa yang mereka
inginkan”.
”Tutuplah wadah tempat makanan dan minuman, karena dalam satu tahun ada satu malam yang
di malam itu turun wabah dari langit. Wabah itu tidak menjumpai wadah yang terbuka
melainkan akan ada sebagian dari wabah itu yang mengenai wadah itu”.
Hal ini dimaksudkan untuk membersihkan gigi dari sisa makanan dan bakteri. Secara khusus
beliau menekankan pentingnya berkumur setelah minum susu:
”Berkumurlah kalian setelah minum susu, karena di dalamnya mengandung lemak”. (HR. Ibnu
Majah)
Rumah Nabi tidak pernah kehabisan madu. Nabi juga menganjurkan untuk meminum madu
secara teratur. Nabi bersabda:
Adapun Nabi mengajarkan bahwa cara terbaik meminum madu adalah dengan melarutkan satu
sendok madu dengan air yang tidak dingin dan diaduk dengan baik.
Ada dua pendapat mengenai maksud dari memasukkan makanan pada makanan.
Pendapat pertama adalah kita dilarang makan kecuali setelah dua jam dari waktu makan
berat.
Pendapat kedua adalah kita dilarang menyuap makanan ke dalam mulut pada saat masih
ada makanan di dalamnya.
Dunia kedokteran modern membuktikan bahwa kedua hal tersebut memang berdampak negatif
pada kesehatan
Menjilati tempat bekas makan akan sangat membantu pencernaan. Rasulullah saw sendiri
menjilati jemari beliau setelah makan. Beliau bersabda:
”Apabila salah seorang di antara kalian selesai makan, hendaklah dia tidak membersihkan
tangannya sehingga menjilatinya”. (HR. Bukhori, Muslim, Ahmad, Tabrani)
Hal itu menunjukkan adanya perintah untuk tidak meninggalkan sisa makanan di tempat makan.
Juga diriwayatkan Turmudzi dengan lafaz:
”Barangsiapa makan di piring, lalu ia menjilatinya, maka piring itu akan memohonkan ampun
untuknya”. (HR. Turmudzi, Ibnu Majah, Ahmad)
Nabi melarang menggabungkan antara susu dan ikan, cuka dan susu, cuka dan ikan, buah dan
susu, cuka dan nasi, delima dengan tepung, kubis (kol) dengan ikan, bawang putih dengan
bawang merah, makanan lama dengan makanan baru, makanan asam dengan makanan pedas,
makanan panas dengan makanan dingin.
Nabi menganjurkan seseorang berjalan-jalan setelah makan malam. Tapi bisa juga digantikan
oleh shalat. Hal ini dimaksudkan agar makanan yang dikonsumsi masuk lambung dengan tepat
sehingga bisa dicerna dengan baik.
”Makan malamlah sekalipun hanya dengan kurma kering (yang rusak), karena meninggalkan
makan malam dapat mempercepat penuaan”.
Hal ini menyebarkan sekaligus menciptakan nuansa penuh kasih sayang dan rasa saling
mencintai yang tentunya akan memberi nilai positif bagi selera makan.
Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan suasana rileks dan menyenangkan saat makan.
Menghormati budaya dan tradisi makan yang ada di tempat kita makan. Dilarang menghina atau
membenci makanan, sekalipun makanan itu di luar kebiasaan kita.
Bersikap lembut terhadap orang sakit dengan tidak memaksakan makanan tertentu.
Makanan yang aman dimaksudh disini adalah makanan yang terlalu panas dan minuman yang
terlalu dingin. Makanan yang terlalu panas atau terllau dingin dapat menyebabkan berbagai
masalah bagi kesehatan pencernaan karena itu sangat tidak aman.
Sementara itu dalam buku ”Muhammad Seorang Milyuner” karya Dr. Ali Syu’aibi (2004), pada
bagian ketiga kita bisa menemukan setidaknya tiga anjuran Rasulullah berkaitan dengan pola
makan:
Diriwayatkan oleh Imam Turmudzi dari Aisyah ra, dia mengatakan bahwa bagian lengan atas
adalah daging yang paling disukai Nabi. Namun beliau tidak memakan daging setiap hari. Maka
yang tersisa ditangguhkan untuk keesokan harinya.
Diriwayatkan dari Ummu Al-Mundzir binti Qais, seorang wanita Anshar, dia mengatakan:
”Rasul datang kepadaku bersama Ali yang waktu itu baru sembuh dari sakit. Kebetulan waktu
itu kami punya buah yang masih tergantung di pohonnya. Rasul pun berdiri dan dan memetik
buah dan memakannya. Ali juga ikut memetik, namun ketika akan memakannya, Rasul mencegah
seraya berkata: “Jangan Ali, kamu baru sembuh dari sakit”. Ali pun mengurungkan niatnya.
Maka aku membuat roti dan makanan yang direbus dan membawakannya pada mereka. Maka
Rasul pun berkata pada Ali: “Makanlah ini. Ini lebih baik untukmu”. (HR. Abu Dawud)
3. Tidak pernah menolak undangan makan, bahkan jika yang dihidangkan nilainya sangat
murah
Rasul tidak pernah menolak undangan makan apapun selama makanan yang dihidangkan itu
halal, meskipun makanan itu sangat murah. Beliau berkata: “Jika kalian diundang untuk
menghadiri jamuan makan, maka hadirilah. Kalau suka makanlah, kalau tidak, tinggalkan”.
(HR. Abu Dawud)
Sebagaimana Rasul juga pernah mengatakan: “Kalau aku diundang untuk menghadiri suatu
jamuan, meskipun yang dihidangkan hanya kaki atau tangan, aku akan datang. Begitu juga
kalau aku diberi hadiah tangan atau kaki, aku pasti menerimanya”. (HR. Bukhori).
Itulah pola dan tata cara makan Rasulullah SAW yang seharusnya kita terapkan dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga tidak hanya kesehatan saja yang terjaga, tapi juga dapat berbuah pahala.
Terima kasih