Telur merupakan bakal embrio dari generasi baru seekor unggas. Telur terdiri dari beberapa bagian, antara lain cangkang, khalaza, air cell, putih telur, dan kuning telur. Kualitas telur dapat dipengaruhi keadaan kuning telur. Kuning telur mengandung zat warna (pigmen) yang umumnya termasuk dalam golongan karotenoid yaitu santrofil, lutein dan zeasantin serta sedikit betakaroten dan kriptosantin. Warna atau pigmen yang terdapat dalam kuning telur sangat dipengaruhi oleh jenis pigmen yang terdapat dalam pakan yang dikonsumsi. Meningkatnya permintaan telur membuat pengolahan telur terus berkembang. Pengolahan telur dapat berupa pengawetan pasterisasi, penggorengan, pembuatan telur asin dan sebagainya. Pengolahan tersebut berpengaruh terhadap fisik dan kimia dari telur, termasuk warna pada telur. Perubahan warna yang terjadi pada hasi olahan telur antara lain : hitam kehijauan, coklat atau merah. Warna hitam kehijauan disebabkan oleh pemanasan yang terlalu lama sehingga terbentuk ikatan Fe dengan S. Warna coklat disebabkan terjadinya reaksi pencoklatan (browning) sehingga terbentuk karbonilamin, sedangkan warna merah disebabkan terbentuknya ikatan kompleks antara conalbumin dengan ion besi. Pada pembuatan tepung telur, terdapat tahapan desugarization, yaitu penghilangan gula pada telur. Tahap ini penting dalam pembuatan tepung telur karena menentukan warna tepung telur. Glukosa menyebabkan tepung telur berwarna kecoklatan yang terjadi akibat reaksi Maillard. Reaksi Maillard terjadi pada bahan yang mengandung gula dan protein dan dipanaskan pada suhu tinggi. Gula dihilangkan dari albumen setelah pasteurisasi dengan menggunakan fermentasi gula mikrobiologis, kemudian diinkubasi pada suhu 30-33o C dengan mikrooganisme berupa bakteri atau khamir. Penambahan sel khamir pada level tinggi (1%) pada cairan putih telur akan menghasilkan tepung dengan flavor khamir yang menyengat. proses desugarisasi secara optimal selama 45 menit. Selain itu, dalam proses pembuatan tepung bubuk terdapat penambahan asam sitrat. Penambahan tersebut tidak berbeda nyata dengan tepung tanpa asam sitrat. Hal ini karena warna larutan asam sitrat yang bening sehingga tidak merubah warna asli produk. Nilai kecerahan tepung berkisar 64,76 - 65,72 yang menunjukkan tingkat kecerahannya mendekati warna putih. Tingkat kecerahan dari suatu produk akan mempengaruhi perilaku konsumen untuk mengkonsumsinya, biasanya produk yang lebih cerah lebih disukai konsumen. Penggorengan merupakan cara mengolah telur yang paling sederhana. Cara ini tentunya merubah warna telur. Tingkat intensitas warna ini tergantung dari lama dan suhu menggoreng, juga komposisi kimia pada permukaan luar dari bahan pangan. Semakin lama waktu yang digunakan dalam penggorengan menyebabkan proses oksidasi pada minyak akan semakin meningkat dan merubah warna minyak. Warna minyak yang gelap akan mempengaruhi warna hasil penggorengan. Perubahan warna pada penggorengan disebabkan oleh reaksi maillard, dan non enzimatis. Pada pembuatan telur asin, terdapat rekayasa warna, yaitu dengan penggunaan ekstrak daun teh yang bertujuan agar zat tannin yang terkandung dalam daun teh dapat menutupi pori-pori kulit telur serta memberikan warna coklat muda yang menarik dan bau telur asin yang lebih khas. Zulaekah, S., & Widiyaningsih, E. N. (2005). Pengaruh konsentrasi ekstrak daun teh pada pembuatan telur asin rebus terhadap jumlah bakteri dan daya terimanya. Amiarti, D. R. (2007). Sifat Fisik dan Fungsional Tepung Putih Telur Itik dengan Penambahan Taraf Asam Sitrat yang Berbeda. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.