Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI KENDARAAN BERMOTOR


“SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL”

Oleh Andi Zulfiqar / H42151010


Golongan B

TEKNIK
PROGRAM STUDI MESIN OTOMOTIF
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Dasar Teori


Sistem pengapian sangat penting pada motor bensin untuk menjamin campuran udara
dan bahan bakar dalam ruang bakar dapat terbakar untuk menghasilkan tenaga.
Sistem pengapian yang bekerja baik adalah salah satu penentu efisiensi kerja dari
motor bensin, maka perawatan dan pemeriksaan teratur pada sistem pengapian
sangatlah dibutuhkan.
Proses pembakaran dimulai dengan letikan bunga api pada busi yang dihasilkan oleh
sistem pengapian. Tujuan sistem pengapian sebagai pemicu pembakaran pada motor
bensin melalui letikan bunga api pada busi memiliki dua persyaratan utama yaitu
kualitas api pada busi dan waktu pengapian (timing ignition). Dari kualitas, tegangan
pada busi harus tinggi untuk dapat meloncatkan listrik pada elektrodenya sehingga
menimbulkan bunga api. Besarnya tegangan pada busi adalah berkisar pada 10kV –
30kV. Tegangan ini diperhitungkan cukup untuk melawan resistansi tambahan akibat
proses kompresi pada mesin.
Sementara itu ketepatan waktu pengapian dibutuhkan agar waktu yang diperlukan
untuk membakar campuran bahan bakar dan cukup sehingga semua campuran dapat
terbakar dengan baik. Hal yang paling penting adalah dari proses pembakaran akan
dapat menghasilkan tekanan maksimal di dalam silinder tercapai pada titik yang
ditetapkan yaitu berkisar antara 100 – 200 setelah TMA bergantung pada desain dan
konstruksi mesin (misal : besarnya offset mesin). Titik terjadinya tekanan maksimum
ini harus selalu dipertahankan agar tenaga dorong pada torak yang dihasilkan oleh
proses pembakaran dapat dimanfaatkan secara maksimal menjadi tenaga.

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan dan mengerti jenis dari sistem pengapian.
2. Mahasiswa dapat mengerti nama dan fungsi setiap komponen sistem
pengapian.
BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


1. Trainer kontak platina.
2. Multimeter
3. Timing Light

2.2 Prosedur Kerja


1. Dosen atau teknisi membagi mahasiswa menjadi 4-5 kelompok setiap kelas
2. Semua mahasiswa mengerjakan tugas dari dosen atau teknisi
3. Mahasiswa mengikuti instruksi dosen atau teknisi
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Sistem pengapian konvensional

1. Ignition Switch :
Untuk memutuskan dan menghubungkan aliran listrik dari baterai ke koil.
2. Fuse :
Sebagai pengaman arus listrik
3. Ignition Coil / Koil Pengapian
Ignition Coil berfungsi untuk merubah arus listrik 12V yang diterima dari baterai
menjadi tegangan tinggi ( 10 KV atau lebih ) untuk mengahasilkan oncatan bunag api
yang kuat pada celah busi.Pada ignition coil , kumparan primer dan sekunder di
gulung pada inti besi. Kumparan – kumparan ini akan menaikkan tegangan yang
diterima dari baterai menjadi tegangan yang sanagt tinggi dengan cara induksi
elektomagnet.
4. Resistor
Untuk mengurangi penurunan tegangan pada Secundary Coil pada saat putaran mesin
tinggi dan untuk menstabilkan arus yang masuk ke kumparan primer.
Ada 2 type resistor :
- External resistor
- Internal resistor.
5. Kontak pemutus ( platina / breaker point )
Untuk memutuskan dan menghubungkan arus yang mengalir ke kumparan pimer,
agar terjadi tegangan induksi pada kumparan sekunder.
a. Sudut pengapian :
- Sudut putar cam distributor saat kontak pemutus mulai membuka 1 sampai kontak
pemutus mulai membuka pada tonjolan cam berikutnya 2
- Sudut putar cam distributor dan saat platina mulai membuka ( B ) sampai mulai
membuka pada tonjolan berikutnya ( C )
b. Sudut dweel ( dweel angle )
Sudut cam distributor pada saat platina mulai menutup ( A ) sampai platina mulai
membuka ( B ) ,Pengaruh sudut dwell :
 Sudut dwell besar:
Celah platina kecil, Arus yang mengalir ke primer koil terlalu lama, Kemagnetan
jenuh, Platina panas
 Sudut dwell kecil:
Celah platina lebar, Arus yang mengalir ke primer koil terlalu singkat, Kemagnetan
tidak tercapai maksimum, tegangan induksi kumparan sekunder kurang
6. Condensor
Mencegah terjadinya loncatan bunga api listrik pada platina, dengan cara menyerap
arus induksi. Menyerap loncatan bunga api yang terjadi antara breaker point pada saat
membuka dengan tujuan untuk menaikkan tegangan coil sekunder.
7. Governor advancer
Untuk memajukan saat pengapian berdasarkan putaran mesin
8. Distributor
Membagikan arus listrik tegangan tinggi dari rotor ke kabel tegangan tingi untuk
masing-masing silinder.
9. Cam (nok)
Membuka breaker point ( platina ) pada sudut crankshaft ( poros engkol) yang tepat
untuk masing-masing silinder
10. Vacuum Advancer
Memajukan saat pengapian sesuai dengan beban mesin.
11. Rotor
Membagikan arus listrik tegangan tinggi yang diahasilkan oleh ignition coil ke tiap –
tiap busi.
12. Busi / sprak plug
Arus listrik tegangan tinggi dari distributor menimbulkan bunga apidengan
temperature tinggi diantara elektroda tenaga dan masa dari busi untuk menyalakan
campuran udara bahan bakar yang telah di kompresikan.
13. Baterai
Baterai menyediakan arus listrik tegangan rendah (12 V).
14. Kabel tegangan tinggi(high tension cord)
Mengalirkan arus listrik tegangan tinggi dari ignition coil ke busi.

3.2 Sistem Pengapian CDI


Komponen hampir sama seperti sistem pengapian konvensional ,Cara Kerja
Sistem Pengapian CDI. Pada saat magnet permanen (dalam flywheel magnet)
berputar, maka akan dihasilkan arus listrik AC dalam bentuk induksi listrik dari
source coil. Arus ini akan diterima oleh CDI. Arus tersebut selanjutnya dirubah
menjadi arus searah oleh diode, kemudian disimpan dalam kondensor dalam CDI
unit. Kapasitor tersebut tidak akan melepas arus yang disimpan sebelum SCR
bekerja. Pada saat terjadinya pengapian, pulsa generator akan menghasilkan arus
sinyal. Arus sinyal ini akan disalurkan ke gerbang SCR. Dengan adanya trigger
dari gate tersebut, kemudian SCR akan aktif dan menyalurkan arus listrik dari
anoda (A) ke katoda (K). Dengan berfungsinya SCR tersebut, menyebabkan
kapasitor melepaskan arus dengan cepat. Kemudian arus mengalir ke kumparan
primer koil pengapian untuk menghasilkan tegangan sebagai tegangan induksi
sendiri. Akibat induksi diri dari kumparan primer tersebut, kemudian terjadi
induksi dalam kumparan sekunder. Tegangan tinggi tersebut selanjutnya mengalir
ke busi dalam bentuk loncatan bunga api yang akan membakar campuran bensin
dan udara dalam ruang bakar. Terjadinya tegangan tinggi pada koil pengapian
adalah saat koil pulsa dilewati oleh magnet, ini berarti waktu pengapian
ditentukan oleh penetapan posisi koil pulsa, sehingga sistem pengapian CDI tidak
memerlukan penyetelan waktu pengapian seperti pada sistem pengapian
konvensional. Pemajuan saat pengapian terjadi secara otomatis yaitu saat
pengapian dimajukan bersama dengan bertambahnya tegangan koil pulsa akibat
kecepatan putaran motor. Selain itu SCR pada sistem pengapian CDI bekerja
lebih cepat dari platina dan kapasitor, sehingga kumparan sekunder koil
pengapian teriduksi dengan cepat dan menghasilkan tegangan yang cukup tinggi
untuk memercikan bunga api.

3.3 Sistem Pengapian EFI

Pengertian dan Fungsi Sistem Pengapian EFI, Pengapian elektronik dirancang untuk
mengatasi kekurangan - kekurangan dari sistem pengapian konvensional. Sistem
pengapian ini memanfaatkan transistor untuk memutus dan mengalirkan arus primer
koil. Jika pada sistem pengapian konvensional pemutusan arus primer koil dilakukan
secara mekanis dengan membuka dan menutup kontak pemutus, maka pada sistem
pengapian elektronik pemutusan arus primer koil dilakukan secara elektronis melalui
suatu power transistor yang difungsikan sebagai saklar (switching transistor).

Komponen – Komponen dan Prinsip Kerja

ECU
ECU adalah sebuah singkatan untuk Electronic Control Unit atau Unit kontrol
elektronikyang berfungsi untuk melakukan optimasi kerjanya mesin kenaraan,
kadang-kadang disebut juga sebagai Unit kontrol mesin.

Sistem Kerja Pengapian EFI

Ketika kunci kontak ON dan kontak pemutus menutup


maka basis Tr1 berhubungan dengan ground melalui R4 sehingga:
-mengalir arus dari + baterai > R1 > terminal 15 ECU > Colektor Tr1 > Basis Tr1
> R4 > Kontak pemutus > ground, > akibatnya Tr1 ON
-karena TR1 ON maka mengalir arus dari Colektor Tr1 > Emitor Tr1 > Basis Tr2
> Emitor Tr2 > Ground, sehingga Tr2 juga ON

karena TR2 ON maka mengalir tegangan dari + baterai> R1>R2 > terminal 15
kumparan > primer koil > terminal 1 > Colektor Tr2 > Emitor Tr2 >
magnetGround, sehingga timbul medan pada koil pengapian

Selanjutnya jika mesin berputar maka tonjolan cam akan menekan kontak
pemutus mulai membuka seperti pada gambar dibawah . Karena seketika kontak
pemutus membuka maka :

- Basis Tr1 kehilangan ground akibatnya Tr1 OFF


- Arus menuju basis Tr2 hilang dan Tr2 juga OFF
- Arus pada kumparan primer koil terputus seketika dan kemagnetannya hilang
seketika akibatnya timbul induksi tegangan tinggi pada kumparan sekunder koil
yang dialirkan menuju busi melalui rotor dan kabel tegangan tinggi.
BAB IV
KESIMPULAN

Pertanyaan
1. Jelaskan, bagaimana sistem pengapian dapat meningkatkan tegangan dari
baterai hingga keluar dari koil !.
2. Jelaskan, bagaimana sistem pengapian dapat bekerja!.

Jawaban
1. Ignition Coil berfungsi untuk merubah arus listrik 12V yang diterima dari
baterai menjadi tegangan tinggi ( 10 KV atau lebih ) untuk mengahasilkan
oncatan bunag api yang kuat pada celah busi.Pada ignition coil , kumparan
primer dan sekunder di gulung pada inti besi. Kumparan – kumparan ini akan
menaikkan tegangan yang diterima dari baterai menjadi tegangan yang sanagt
tinggi dengan cara induksi elektomagnet.
Kumparan Primer .
o Menciptakan medan magnet
o Penampang kawatnya besar
o Jumlah gulungan sedikit ( +/- 400 gulungan )
Kumparan Sekunder.
o Merubah induksi menjadi tegangan tinggi
o Penampang kawat kecil
o Jumlah gulungan banyak ( +/- 30.000 gulungan )

2. Ketika kunci kontak di "ON" ke posisi IG arus listrik dari baterai mengalir ke
koil (+) di dalam koil listrik tersebut terinduksi diri pada inti besi pada dua
buah kumparan yaitu primer coil dan sekunder coil yang kemudian listrik
tersebut di ubah dari tegangan rendah menjadi tegangan tinggi.kemudian di
alirkan lagi ke distributor lalu terus mengalir ke dalam rotor yang sedang
berputar. Pada saat yang bersamaan sebagian kecil arus listrik yang berasal
dari koil mengalir masuk ke dalam kondensor dan bertemu dengan arus listrik
dari rotor lalu listrik tersebut di distribusikan ke tiap-tiap busi sesuai dengan
firing order.

Anda mungkin juga menyukai