Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

IMAN KEPADA ALLAH

Oleh
NAMA : MUHAMMAD NUR RIZQI AMIR MUSA
NIM : 41502A0008

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM


FAKULTAS TEKNIK
PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN
2015/2016
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT, berkat rahmat dan
nikmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Iman Kepada
ALLAH SWT. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Diharapkan makalah ini
dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan . Sehingga kami
dapat memperbaiki makalah ini sehingga menjadi lebih baik ke depannya.
Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dan
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini selalu bermanfaat.

Mataram, November 2015

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.................................................................................................. ii
DAFTAR ISI …............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 TujuanPenulisn.................................................................................. 1
1.3 Rumusan Masalah............................................................................. 1

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 Arti Iman Kepada ALLAH SWT..................................................... 2
2.2 Menunjukan Tanda-Tanda Adanya ALLAH SWT.......................... 3
2.3 Sifat-Sifat ALLAH SWT Dalam Asma’ul Husna............................ 4
2.4 Perilaku Orang Beriman Sebagai Cermin keyakinan Akan
Sifat-Sifat Allah............................................................................... 11

BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Adanya alam semesta beserta isinya, termasuk manusia dengan segala kelebihan dan
kekurangannya pasti ada yang menciptakan. Siapa Dia? Sudah tentu “Sang Pencipta” Dialah
Allah SWT. Untuk mengakui kebenaran dan keberadaan Allah SWT dibutuhkan dalam hati,
mengakui dan membenarkan tentang adanya Allah SWT.
Allah SWT adalah Tuhan pencipta dan pemelihara alam semesta dan segala isinya,
Yang Maha Esa dalam zat-Nya, maksudnya Zat Allah SWT hanya satu, tidak dua, tidak tiga,
dan tidak pula lebih. Zat Allah SWT tidak sama atau serupa dengan zat selainnya. Allah SWT
Esa dalam sifat-Nya, maksudnya sifat Allah SWT walaupun banyak, tetapi hanya dimiliki
oleh Allah SWT sendiri. Tidak ada zat selain Allah SWT yang memiliki atau menandingi
sifat-sifat Allah SWT. Allah SWT Esa dalam perbuatan-Nya, maksudnya perbuatan-
perbuatan Allah tidak terhingga banyaknya, tetapi hanya dimiliki oleh Allah SWT sendiri.
Tidak ada zat selain Allah SWT yang dapat menandingi, apalagi melebihi perbuatan-Nya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1) Apakah arti Iman Kepada Allah SWT itu?
2) Menunjukan tanda-tanda adanya Allah SWT.
3) Sifat-sifat Allah dalam Asmaul Husna.
4) Perilaku orang beriman sebagai cermin keyakinan akan sifat-sifat Allah.

1.3 TUJUAN
1) Menambah pengetahuan tentang Iman kepada Allah SWT.
2) Memberikan contoh perilaku yang mencerminkan akan sifat-sifat Allah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Arti Iman Kepada Allah SWT


Menurut pengertian secara bahasa, kata iman adalah percaya atau membenarkan.
Menurut ilmu tauhid, iman berarti kepercayaan yang diyakini kebenarannya dalam hati,
diikrarkan secara lisan, dan direalisasikan dalam perbuatan. Berdasarkan pengertian itu, dapat
ditarik kesimpulan bahwa Iman Kepada Allah SWT adalah mempercayai atau meyakini
dalam hati sanubari, diikrarkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan perbuatan amal saleh.
Dalam firman Allah-Nya, Allah SWT yang berarti :

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan.
Sesungguhnya kebajikan itu adalah iman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat,
kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan (sebagian) harta yang dicintainya kepada
kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan),
dan orang-orang yang meminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan
salat, menunaikan zakat, dan orang-ornag yang menepati janjinyaapabila ia berjanjidan
orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka
itulahorang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”
(Q.S. Al-Baqarah, 2: 177)
Rasa percaya akan adanya Sang Maha Pencipta Tunggal, Allah SWT, dapat
ditumbuhkan dengan berbagai cara. Diantaranya dengan menggunakan akal pikiaran yang
sehat untuk memperhatikan segala apa yang telah diciptakan Allah SWT, seperti alam
semesta dan segala isinya.
Imam Safi’i yang hidup antara tahun 150 H-204 H (767 M-820 M), membuktikan
kebenaran Ada dan Kuasanya Allah dengan memperhatikan tumbuhan murbei. Hasil amatan
Imam Safi’i menyimpulkan bahwa tumbuhan murbei mempunyai bermacam macam
kegunaan. Apabila daun tersebut dimakan oleh ulat sutera yang makan daun murbei akan
menjadi bahan kain sutera yang berkualitas dan indah dipakai.
Berdasarkan ayat- ayat Al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi yang diperkuat oleh akal sehat,
maka hukum beriman kepada Allah SWt itu adalah Fardu ain. Jika ada orang yang mengaku
Islam tetapi tidak percaya kepada Allah SWT maka orang tersebut dianggap telah murtad
atau keluar dari Islam.

2.2 Menunjukan Tanda-Tanda adanya Allah SWT


1. Meyakinkan hati bahwa Allah itu ada
Untuk membuktikan bahwa Allah itu ada dibutuhkan keyakinan dalam hati dan
keyakinan tersebut diterima dan dibenarkan dalam pikiran dan perasaannya bahwa Allah itu
benar-benar ada. Contohnya Nabi Ibrahim As meyakini adanya Allah SWT dengan cara
mengamati dan memahami segala sesuatu yang diciptakan Allah. Dengan cara itu keyakinan
Nabi Ibrahim As terhadap adanya Allah bertambah mantap, sehingga beliau memiliki
keberanian untuk menyatakan dan melakukan tindakan berdasarkan apa yang diyakini bahwa
Allah itu ada.
2. Mengamati dan Memikirkan Ciptaan Allah
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memahami dan meyakini adanya Allah SWT.
Salah satunya adalah dengan cara memehami dan memikirkan ciptaan Allah SWT. Untuk
memahami ciptaan Allah SWT dapat dilakukan dengan cara mengamati segala ciptaan-Nya,
seperti yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS. Kamu juga dapat melakukan hal yang sama
dengan cara mengamati dan memahami keanekaragaman yang terdapat dilingkungan kita dan
memikirkan keanekaragaman tersebut, dam mempertanyakan siapakah yang menciptakannya.
3. Menunjukan adanya Allah melalui Dalil Naqli
Untuk membuktikan adanya Allah dapat diketahui dari sumber dalil yang bersumber
dari ayat Al-Qur’an. Dalam ayat Al-Qur’an, banyak diterangkan tentang nama, sifat dan
keberadaan Allah. Semuanya menunjukan bahwa Tuhan Allah benar-benar ada. Sebagaimana
pada ayat berikut:

‫ست َّ ِة ايَّ ٍام‬


ِ ‫ض ِف ْي‬ ِ ‫ت َو ْاْلَ ْر‬ ِ ‫س ٰم ٰو‬َّ ‫ق ال‬ َ َ‫اِنَّ َربَّ ُك ُم هللاُ الَّ ِذ ْي َخل‬
ُ‫شى الَّ ْي َل النَّ َها َر يَ ْطلُبُه‬ ِ ‫ش يُ ْغ‬ ِۗ ِ ‫علَى ا ْلعَ ْر‬ َ ‫ست َ ٰوى‬ ْ ‫ث ُ َّم ا‬
َ‫ت ِبا َ ْم ِر ۙ ِه اَْل‬
ٍ ‫س َّخ ٰر‬َ ‫س َو ْلقَ َم َر َوالنُّ ُج ْو ُم ُم‬ َ ‫َحثِ ْيث ً ۙا َّوالش َّْم‬
.‫ب ا ْل ٰعلَ ِم ْي َن‬ ُّ ‫ق َو ْاْلُ ْم ِۗ ُر ت َ ٰب َر َك هللاُ َر‬
ُ ‫لَهُ ا ْل َخ ْل‬
Artinya:
“ Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam
enam masa, lalu Dia bersemayam diatas Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat, dan ( diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang
(masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan
adalah hak Allah, Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.” (Q.S. Al- A’raf, 7: 54)
Pada ayat diatas ditunjukkan bahwa Tuhan Allah benar-benar ada. Hal tersebut dapat
diketahui melalui dalil naqli atau ayat Al-Qur’an dengan pernyataan sebagai berikut.

No Kutipan ayat Arti Keterangan


Yang

ُ‫اِ َّن َربَّ ُك ُم للا‬


Sesungguhnya Tuhan dimaksud
1
kamu ialah Allah Tuhan ialah
Allah

ِ ‫َخلَقَ السَّمٰ ٰو‬


‫ت‬
Yang telah Allah Sang
2
menciptakan langit Pencipta

‫ث ُ َّم ا ْست َ ٰوى َعلَى ْالعَ ْر ِش‬


Lalu Dia bersemayam Berada di
3
diatas ‘Arsy ‘Arsy

2.3 Sifat-Sifat Allah dalam Asmaul Husna


Allah SWT adalah Tuhan Pencipta dan Pemelihara alam semesta dan segala isinya,
Yang Maha Esa dalam Dzat-Nya, maksudnya Dzat Allah SWT hanya satu. Dzat Allah
SWTtidak sama atau tidak serupa dengan dzat lainnya. Allah SWT Esa dalam sifat-Nya,
maksudnya sifat Allah SWT walaupun banyak, tetapi hanya dimiliki oleh Allah SWT sendiri.
Tidak ada ada dzat selain Allah SWT yang memiliki atau menandingi sifat-sifat Allah SWT.
Allah SWT Esa dalam perbuatan-Nya, maksudnya perbuatan-perbuetan Allah tidak terhingga
banyaknya, tetapi hanya dimiliki oleh Allah SWT sendiri. Tidak ada dzat selain Allah SWT
yang dapat menandingi, apalagi melebihi perbuatan-Nya.
Allah SWT dengan segala Mahasempurnanya memiliki tiga sifat pokok yaitu: sifat
wajib, sifat mustahil, dan sifat jaiz
Sifat-Sifat Wajib: Sifat Sifat
Wujud : ada Muhal Jaiz:
Qidam : dahulu Adam : Allah SWT
Baqa’ : kekal tidak ada serba
Mukhalafatu lilhawadisi: berbeda dengan makhluk-Nya Hudus : mungkin
QiyamuhuBinafsihi:berdiri sendiri baru melakukan
Wahdaniyyah : esa Fana : sesuatu
Qudrah : kuasa rusak atau
Iradah : berkehendak Mumassal meninggalk
Ilmun : mengetahui atu an sesuatu
Hayyah : hidup lilhawadisi
Sama : mendengar : sama
Basar : melihat dengan
Kalam : berfirman mahkluk
Qadiran : Mahakuasa Ihtiyaj
Muridan : MahaBerkehendak lighoirihi:
Aliman : Maha Mengetahui butuh yang
Hayyan : Maha hidup lain
Samian : Maha Mendengar Ta’adud :
Basiran : Maha Melihat terbilang
Mutakaliman : Maha berfirman Ajzun :
lemah
Karahah :
terpaksa
Jahlun :
bodoh
Mautun :
mati
Summun :
tuli
Umyun :
buta
Bukmun :
bisu
Ajizun :
Maha
lemah
Mukrahun:
Maha
terpaksa
Jahillun :
Maha
bodoh
Mayyitun :
Maha mati
Asamma :
Maha tuli
A’ma :
Maha buta
Abkama :
Maha bisu

Dengan memahami sifat-sifat Allah sebagaimana rincian diatas kita dapat memahami
betapa agung dan mulianya Allah. Untuk lebih jelasnya kita simak uraian berikut!
Wujud berarti ada. Sifat mustahilnya Adam berarti tidak ada.
Tidak mudah untuk membuktikan bahwa Allah itu ada, kecuali bagi orang yang benar-
benar beriman. Memang kiata tidak dapat melihat Allah, tetapi dapat menyaksikan
ciptaan_Nya yang berupa alam semesta. Dengan perantara akal sehat, kita akan
membenarkan bahwa lam semesta dengan segala isinya pasti ada yang membuat, Dialah
Allah SWT. Dialah yang mengadakan segala sesuatunya dan Dia pulalah yang menciptakan
alam semesta ini.
Qidam artinya dahulu. Sifat mustahilnya hudus berarti baru
Maksudnya, adanya Allah adalah yang paling awal sebelum adanya alam semesta ini.
Adanya alam berbeda dengan adanya alam semesta besertalainnya. Perbedaan tersebut
terdapat pada kejadian dan prosesnya. Adanya Allah tidak didahului oleh sebab-sebab
tertentu, karena Allah Dzat yang paling awal. Allah adalah pencipta alam semesta, tidak
mungkin ciptaan lebih dulu dari Sang Pencipta-Nya.
Baqa artinya kekal. Sifat mustahilnya fana artinya rusak
Semua makhluk seperti manusia, binatang, tumbuhan, planet dengan segala isinya, pada
saatnya akan mengalami kerusakan dan kehancuran. Manusia ynag sewaktu hidupnya gagah
perkasa, berharta, dan berkuasa akhirnya juga akan mati. Apapun wujudnya, seluruh ciptaan
Allah didunia ini akan mengalami kerusakan, kecuali Allah, karena Allah SWT bersifat
baqa’.
Mukhalafatuhu Lilhawadisi artinya berbeda dengan makhluk. Sifat mustahilnya
mumasalatuhu lilhawadisi artinya serupa dengan makhluk-Nya
Sifat ini menjelaskan bahwa Sang Pencipta berbeda dengan hasil ciptaan-Nya. Perbedaan
tersebut meliputi wujud, sifat, dan keberadaan-Nya. Allah sebagai pencipta berbeda dengan
ciptaan-Nya.
Qiyamuhu Binafsihi artinya berdiri sendiri. Sifat mustahilnya Qiyamuhu bighairihi.
Sifat ini menunjukkanbahwa Allah tidak sama dengan makhluk-Nya. Keberadaan
makhluk Allah karena bantuan yang lain. Alam bukan adakarena sendirinya. Manusia ada
karena diadakan oleh Allah melalui perantara kedua orang tua. Bahkan manusia itu tidak
dapat mempertahankan hidupnya tanpa bantuan orang lain.
Wahdaniyyah artinya esa atau tunggal. Sifat mustahilnya ta’addud, artinya berbilang
atau lebih dari satu
Keesaan Allah itu mutlak. Artinya bahwa Allah itu benar-benar esa, baik dalam dzat
maupun perbuatan-Nya. Pemahaman terhadap keesaan Allah yang semacam ini tentu mudah
dipahami. Meyakini keesaan Allah dalam ajaran Islam adalah hal prinsip, sehingga seseorang
dianggap Muslim atau tidak, tergantung pada pengakuan tentang keesaan Allah. Mustahil
Allah lebih dari satu. Apabila ini terjadi sudah pasti tidak akan terwujud alam semesta yang
teratur ini. Keteraturan alam semesta ini justu menunjukkan keesaan Allah SWT.
Qudrah artinya berkuasa. Sifat mustahilnya ‘ajzun berarti lemah
Kekuasaan Allah adalah kekuasaan yang sempurna. Ini karena kekuasaan Allah adalah
kekuasaan yang tidak terbatas. Hal ini tentu berbeda dengan manusia yang mempunyai
kelemahan dan keterbatasan. Penghayatan terhadap sifat ini akan memunculkan kesadaran
bahwa kita adalah makhluk yang lemah. Karena lemah maka sewajarnya kita memohon
bantuan, baik dengan sesama kita maupun kepada Allah. Akhirnya kita akan menjadi
manusia yang rendah hati, tidak arogan maupun takabur.
Iradah artinya berkehendak. Sifat mustahilnya karahah artinya terpaksa
Allah mempunyai sifat berkehendak. Kehendak Allah sesuai dengan kemauan Allah
sendiri tanpa ada rasa terpaksa atau dipaksa pihak lain. Kehendak Allah tidak dipengaruhi
oleh pihak lain. Manusia juga mempunyai kehendak terhadap sesuatu, namun kehendak
tersebut sangat terbatas. Yang membatasi kehendak manusia adalah kemampuan yang
dimiliki oleh manusia itu sendiri.
Ilmun artinya mengetahui. Sifat mustahilnya jahlun artinya bodoh
Dengan menghayati sifat ilmun kita akan berusaha meniru, yakni menjadi orang yang
berilmu. Dengan ilmu itu kita akan banyak mengetahui kekuasaan Allah dan akan menjadi
orang yang akan banyak bersyukur. Akhirnya, kitapun mengakui bahwa diri kita tidak ada
apa-apanya dibanding dengan kekuasaan-Nya.
Hayyah artinya hidup. Sifat mustahilnya mautun artinya mati
Allah Mahahidup, tidak tidur, mengantukpun tidak, apalagi mati. Selama itu pula Allah
selalu mengurus dan mengawasi seluruh makhluk ciptaan-Nya, termasuk manusia tanpa
kecuali. Oleh karena itu, hendaknya kita berhati-hati dalam segala tindakan, karena segala
gerak-gerik kita diawasi dan dicatat oleh Allah. Kelak di akhirat segala perbuatan kita akan
pertanggungjawabkan.
Sama artinya Allah mendengar. Sifat mustahilnya samamun artinya tuli
Allah Maha mendengar. Pendengaran Allah tidak terbatas dan tidak terhalang oleh jarak,
ruang dan waktu. Pendengaran Allah tidak sama dengan pendengaran makhluk-Nya. Selirih
apapun suara, Allah mendengarnya. Pendengaran manusia, juga makhluk lain mengalami
perubahan. Umur semakin tua biasanya pendengaran makin berkurang. Begitulah
keterbatasan manusia, ini tentu jauh beda dengan pendengaran Allah yang Mahasempurna.
Basar artinya melihat. Sifat mustahilnya ‘ama artinya buta
Mustahil Allah itu buta karena Allah Maha Sempurna, termasuk sempurna penglihatan-
Nya. Penglihatan Allah bersifat mutlak. Artinya penglihatan Allah tidak terbatas pada tempat
maupun waktu. Allah melihat segala sesuatu; yang besar, yang kecil, yang nyata maupun
yang tersembunyi. Kekuasaan Allah untuk melihat, tidak terhalang oleh apapun.
Kalam artinya berkata. Sifat mustahilnya bukmun artinya bisu
Ada beberapa kitab Allah yang diturunkan kepada para Nabi, salah satu dari kitab
tersebut adalah Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan cara
itulah sebagian cara Allah berbicara dengan umat manusia, yaitu dengan menurunkan wahyu
kepada para Nabi dan Rasul-Nya. Jadi mustahil jika Allah bersifat bukmun.
Sifat-sifat Allah dalam Asma’ul Husna antara lain sepuluh sifat berikut ini:
 Ar- Rahman
Allah SWT bersifat Ar-Rahman (Yang Maha Pemurah), karena Dia melimpahkan
rahmat-Nya kepada seluruh makhluk-Nya, tanpa pandang bulu. Seluruh umat manusia yang
hidup di alam dunia ini, baik yang taat kepada Allah SWT dan berakhlak baik, maupun yang
durhaka kepada-Nya dan berperilaku jahat, tetap memperoleh rahmat Allah SWT, antara lain
udara untuk bernafas, air untuk diminum, dan berbagai jenis makanan serta kebutuhan-
kebutuhan lainnya.
 Ar-Rahim
Sifat Maha Pengasih dan Maha Penyayang Allah SWT terdapat dalam nama-Nya Ar-
Rahim. Sifat Ar-Rahim Allah selalu dilimpahkan kepada seluruh hamba-Nya yang beriman
secara tetap atau bersifat kekal, bukan saja dalam hidup didunia tetapi juga dalam hidup
dialam kubur dan di alam akhirat.
Di dunia, Allah SWT menetapkan hukuman bagi mereka yang bermaksiat, misalnya
hukuman rajam bagi pezina, potong tangan bagi pencuri, dan sebagainya. Di alam akhirat
kelak, keadilan Allah SWT akan benar-benar ditegakkan. Jika seluruh anggota masyarakat
telah beriman dan bertaqwa kepada-Nya maka Allah SWT akan menurunkan rahmat-Nya
berupa kehidupan yang aman, tentram, adil, dan makmur, berbahagia duniawi maupun
ukhrawi.
 Al-Quddus
Allah SWT bernama Al-Quddus (Mahasuci). Hal ini disebabkan, antara lain karena
Dzat Allah SWT itu Mahatunggal, suci atau bersih dari sekutu, tidak beranak dan tidak
diperanakkan dan tidak ada yang setara dengan-Nya. Selain itu sifat-sifat Allah SWT pun
Mahasuci, bersih dari segala kekurangan, kehendak, kekuasaan, pendengaran, penglihatan,
ilmu, dan sifat-sifat Allah SWT lainnya Mahasempurna, tidak ada cacat celanya dan kekal.
Demikian juga segala perbuatan Allah SWT Mahasuci, bersih dari segala maksud
buruk dan tujuan berbuat aniaya kepada seluruh hamba-Nya. Seluruh perbuatan Allah SWT
merupakan rahmat bagi seluruh alam. Maha suci Allah SWT dari melakukan suatu perbuatan
yang sia-sia tanpa mengandung hikmah.
 Al-Mu’min
Pada hakikatnya kehidupan yang aman atau sentosa yang dialami umat manusia, baik
secara individu dan keluarga maupun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
adalah merupakan pemberian Allah SWT. Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Terpercaya
dan Dipercaya. Ayat-ayat Al-Qur’an mencantumkan tentang wa’dun, yaitu janji-janji baik
dari Allah SWT bahwa Dia akan memasukkan manusia yang ketika didunia senantiasa
mentaati Allah SWT dan Rasul-Nya ke dalam surga.
Adapun ayat-ayat Al-Qur’an tentang wa’id yaitu ancaman-Nya, bahwa Dia akan
mencampakkan ke dalam neraka, manusia yang ketika didunia durhaka kepada Allah SWT
dan Rasul-Nya. Wa’dun dan Wa’id Allah SWT tersebut pasti akan ditepati-Nya, karena ia
adalah Tuhan Yang Maha Terpercaya.
 Al-Adlu
Salah satu nama Allah yang termasuk Asmaul Husna ialah Al-Adlu yeng berarti Maha
adil dan sangat sempurna keadilannya. Tidak ada dzat selain Allah SWT yang memiliki
keadilan Allah SWT, apalagi melebihi-Nya. Adil artinya meletakkan sesuatu pada tempat
yang semestinya. Allah SWT Mahaadil, karena Dia selalu menempatkan sesuatu pada tempat
yang semestinya, sesuai dengan keadilan-Nya yang Mahasempurna. Tidak ada manusia yang
Mahaadil, karena keadilan manusia itu terbatas dan tidak sempurna. Manusia yang berada
dalam keadaan lupa dan salah, sudah tentu tidak dapat berlaku adil.
 Al-Gaffar
Menurut pengertian bahasa, Al-Gaffar berarti Yang Maha Pengampun. Allah SWT
bernama Al-Gaffar sebab Allah SWT Yang Maha Pengampun, yang memiliki kebebasan
penuh untuk memberikan ampunan dosa kepada hamba yang dikehendaki-Nya.
Manusia dalam hidupnya didunia ini tidak luput dari dosa. Baik dosa yang ditimbulkan
karena tidak melaksanakan perintah Allah SWT yang wajib, maupun dosa yang disebabkan
karena melanggar larangan-Nya yang haram. Allah SWT tentu akan mengampuni dosa
hamba-Nya, apabila hamba-Nya itu mohon ampun kepada-Nya dan betul-betul bertobat.
 Al-Hakim
Menurut pengertian bahasa, Al-Hakim berarti yang Mahabijaksana. Allah SWT
bernama Al-Hakim sebab Allah SWT itu Mahabijaksana, tidak ada dzat selain Allah SWT
yang memiliki kebijaksanaan sama dengan-Nya, apalagi melebihi-Nya.
Bukti-bukti lain bahwa Allah SWT itu Mahabijaksana sangat banyak, baik yang
terdapat dalam diri manusia maupun yang terdapat diluar diri manusia. Apa saja yang
diciptakan Allah SWT yang terdapat dalam diri manusia dan yang terdapat di luar diri
manusia seperti pada hewan, tumbuh-tumbuhan, dan alam lainnya, tidak diciptakan dengan
sia-sia, tetapi mengandung hikmah dan manfaat yang besar, khususnya bagi kesejahteraan
hidup manusia.
 Al-Malik
Allah SWT bernama Al-Malik yang artinya Maha Merajai. Tidak ada raja yang
memiliki kedudukan dan kekuasaan yang sama dengan Allah SWT, apalagi melebihi. Allah
SWT adalah Tuhan Yang Mahatinggi dan Raja yang sebenarnya, yang mengatur dan
mengendalikan kerajaan-Nya sesuai dengan kehendak-Nya sendiri. Allah SWT Maha Merajai
seluruh alam, baik alam syahadah (nyata) maupun alam ghaib (abstrak).
Segala apa yang ada di alam, mau tidak mau harus tunduk kepada kehendak dan
kekuasaan Allah SWT. Bumi, matahari, bulan, dan planet-planet lainnya beredar pada garis
edar masing-masing. Semua itu sesuai dengan kehendak dan kekuasaan Allah SWT.
Manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan yang dahulunya tidak ada, kemudian ada, dan
akhirnya binasa juga sesuai dengan kehendak dan kekuasaan Allah SWT.
 Al-Hasib
Allah SWT bernama Al-Hasib artinya Maha Menjamin, yakni memberikan jaminan
kecukupan kepada seluruh hamba-Nya. Manusia dalam hidupnya didunia ini mempunyai
banyak kebutuhan, seperti kebutuhan akan makanan , minuman, pakaian, dan kebutuhan yang
lainnya. Allah SWT telah menyediakan semua kebutuhan tersebut, asal manusia mau
berusaha untuk memperolehnya.
Al-Hasib juga bisa berarti Maha Memperhitungkan. Segala amal manusia ketika
didunia, akan dihisab atau diperhitungkan di alam akhirat oleh Allah SWT dengan seteliti-
telitinya dan seadil-adilnya. Manusia yang ketika hidupnya di dunia beramal kebaikan, sudah
tentu di alam akhirat kelak akan memperoleh pahala kebaikan yang berlipat ganda dari Allah
SWT. Sebaliknya, manusia yang ketika didunia melakukan keburukan atau berbuat dosa
sudah tentu akan mendapat siksaan sesuai dengan dosanya.

2.4 Perilaku Orang Beriman Sebagai Cermin Keyakinan Akan Sifat-Sifat Allah
Beriman kepada Allah SWT dapat dilakukan dengan cara meyakini dalam hati,
diucapkan dengan lisan, dan diwujudkan dalam bentuk sikap dan tindakan nyata. Untuk
mewujudkan hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengenali dan memahami sifat-sifat
Allah SWT serta mengamalkannya dalam bentuk tindakan nyata, antara lain:
1. Melaksanakan segala perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Apalah artinya
meyakini adanya Allah SWT tetapi tidak melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-
Nya. Hal yang terpenting dari iman adalah mewujudkan dalam bentuk tindakan nyata.
2. Meneladani sifat-sifat Allah serta menampilkannya dalam perilaku sehari-hari dalam bentuk
ucapan, sikap, maupun tindakan.
Setiap orang beriman yang menghayati sifat-sifat Allah SWT, tentu dalam kehidupan
sehari-hari ia akan senantiasa berusaha agar mampu membiasakan diri dengan sikap dan
berperilaku terpuji yang diridhoi Allah SWT dan menjauhkan diri dari sikap perilaku tercela
yang dimurkai-Nya. Sikap perilaku dimaksud misalnya: Berusaha selalu berbuat baik dan
berkasih sayang, Berusaha menjadi mukmin yang bertaqwa, Memelihara kesucian diri,
Menjaga keselamatan diri dan orang lain, Menjadi orang yang terpercaya dan dapat
memberikan rasa aman kepada sesama, Berperilaku adil, Berusaha menjadi orang yang
pemaaf, Berperilaku bijaksana, Menjadi pemimpin yang baik, Bermuhasabah ( Introspeksi
diri).
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Menurut pengertian secara bahasa, kata iman adalah percaya atau membenarkan.
Menurut ilmu tauhid, iman berarti kepercayaan yang diyakini kebenarannya dalam hati,
diikrarkan secara lisan, dan direalisasikan dalam perbuatan.
Menunjukan Tanda-Tanda adanya Allah SWT
1. Meyakinkan hati bahwa Allah itu ada
2. Mengamati dan Memikirkan Ciptaan Allah
3. Menunjukan adanya Allah melalui Dalil Naqli
Beriman kepada Allah SWT dapat dilakukan dengan cara meyakini dalam hati,
diucapkan dengan lisan, dan diwujudkan dalam bentuk sikap dan tindakan nyata. Untuk
mewujudkan hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengenali dan memahami sifat-sifat
Allah SWT serta mengamalkannya dalam bentuk tindakan nyata, antara lain:
1. Melaksanakan segala perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Apalah artinya
meyakini adanya Allah SWT tetapi tidak melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-
Nya. Hal yang terpenting dari iman adalah mewujudkan dalam bentuk tindakan nyata.
2. Meneladani sifat-sifat Allah serta menampilkannya dalam perilaku sehari-hari dalam bentuk
ucapan, sikap, maupun tindakan.
Setiap orang beriman yang menghayati sifat-sifat Allah SWT, tentu dalam kehidupan
sehari-hari ia akan senantiasa berusaha agar mampu membiasakan diri dengan sikap dan
berperilaku terpuji yang diridhoi Allah SWT dan menjauhkan diri dari sikap perilaku tercela
yang dimurkai-Nya.
DAFTAR PUSTAKA

M. Nasikin, dkk. 2006. Ayo Belajar Agama Islam untuk SMP kelas VII. Penerbit Erlangga:
Jakarta.
Syamsuri. 2006. Pendidikan Agama Islam untuk SMA Kelas X. Penerbit Erlangga: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai