Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PETROLOGI

“GENESIS MAGMA”

OLEH :

HUSNUL KHATIMAH
410016040

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL


YOGYAKARTA
2017
Genesis Magma

Condie (1982) menyebutkan bahwa kebanyakan kemunculan magma dihasilkan


dibatas lempeng, kecuali pada sesar transform yang bilamanapun ada dihasilkan magma
dalam jumlah sedikit. Lingkungan dimana magma dihasilkan dapat dikelompokkan ke dalam
lingkungan tepi lempeng (plate margin) dan bagian tengah lempeng (intraplate) yang
didalamnya dapat dibagi lagi menjadi tujuh tataan tektonik lempeng (tabel 1.1). Dipihak lain
Wilson (1989) menjelaskan bahwa lingkungan tataan tektonik pembentuk magma meliputi
tepi lempeng konstruktif, tepi lempeng destruktif, tataan bagian tengah lempeng samudra dan
tataan bagian tengah lempeng benua (tabel 1.2). selain itu McBirney (1984) memberikan
perkiraan angka kecepatan pembentukan magma (km3 per tahun) didalam lingkungan-
lingkungan tektonik yang berbeda-beda tersebut (tabel 1.3). tampak bahwa kecepatan
pembentukan magma pada batuan plutonik jauh lebih cepat (29,5 km3/tahun) dibanding pada
batuan gunung api (4,1 km3/tahun) untuk masing-masing lokasi tataan tektoniknya.

Tabel 1.1 Klasifikasi magma yang berhubungan dengan lingkungan tektonik lempeng
(Condie, 1982)

Tepi Lempeng Bagian Tengah Lempeng

Samudera Benua
Konverge Cekunga
Tataan Divergen
n n
Lempen
g (punggunga samudera Sistem Jalur
(jalur Cekunga Daerah
n (kepulaua reganga Tumbuka
penekuka n laut kraton
samudera) n dan n n
n)
pulau
laut)

Tholeit Bimoda
Tholeit Tholeit Bimodal
Seri Kapur- l Alkali
Kapur- Kapur-
Magma Alkali (K-rendah) Alkali Tholeit Bimodal
alkali alkali
Alkali

Rejim Kompresi Ekstensi Kompresi Ekstens Kompres Kompres


Ekstensif
Tegasan f f f Minor if if minor if
Tabel 1.2. Ciri-ciri seri magma yang berasosiasi dengan tatan tektonik khusus (Wilson 1989).

Tepi Lempeng Dalam Lempeng

Tataan Bagian Bagain


Tektonik Konvergen Divergen tengah tengah
(Destruktif) (Konstruktif) lempeng lempeng
Samudera benua

Jalur
Pegunungan
Roman Bususr regangan
tengah
Muka kepulauan, Kepulauan benua,
samudera,pusat
Gunung tepi benua samudera provinsi
pemekaran
Api aktif banjir-basal
belakang busur
benua

Tholeit Tholeit Tholeit Tholeit


Ciri-ciri
Seri Kapur Alkali - - -
Magma
Alkali - Alkali Alkali

Kisaran Basal dan Basal dan Basal dan


Basal
SiO2 lebih Asam lebih Asam lebih asam

Tabel 1.3. Kecepatan global magmatisme pada Masa Kenozoikum (McBirney, 1984).

Kecepatan (km3/tahun)
Lokasi
Batuan gunung api Batuan Plutonik

Tepi Lempeng
3 18
Konstruktif

Tepi Lempeng
0,4 – 0,6 2,5 – 8,0
Destruktif

Bagian tengah
0,03 – 0,1 0,1 – 1,5
lempeng benua

Bagian tengah
0,3 – 0,4 1,5 – 2,0
lempeng samudera

Total Global 3,7 – 4,1 22,1 – 29,5

Pada dasarnya distrubusi magma tampak berhubungan denga tegasan tektonik


didalam kerak maupun dimantel bagian atas seperti yang digambarkan oleh Ringwood (1969;
Gambar 1.1). lingkungan tegasan ekstensif seperti punggungan samudera, cekungan tepi
lautan dan regangan benua dicirikan oleh seri magma tholeit, atau dalam hal ini diregangan
benua dicirikan oleh vulkanisme bimodal yang meliputi seri magma tholeit dan seri magma
alkali. Jalur subduksi/penekukan diasosiasikan dengan dominasi tegasan kompresif yang
menghasilkan seri magma kapur alkali. Daerah dengan tegasan minor (kompresif atau
ekstensif) seperti cekungan samudera adalah daerah kraton/atau inti benua dicirikan oleh seri
magma tholeit atau seri magma alkali.

Telah dijelaskan dimuka bahwa sebagian besar pembentukan magma berlangsung


pada batas lempeng litosfer seperti yang sering dijumpai di punggungan tengah samudera,
busur kepulauan dengan bagian tepi benua aktif yang merupakan batas-batas persentuhan
lempeng. Namun demikan pembentukan magma juga berlangsung secara terpisah-pisah
menempati bagian tengah lempeng yaitu pusat-pusat magmatisme yang bersumber dari hot
spot. Seperti yang ditunjukkan gambar 1.1. diatas, bahwa lokasi hotspot terletak didekat
punggungan samudera, bagian tengah lempeng samudera dan berada pada lempeng-lempeng
benua. Berdasarkan hal itu maka diperkirakan magma yang membentuk kerak samudera
dipunggungan tengah samudera berasal dari peluburan bagian paling atas astenosfer,
sedangkan yang membangun pulau-pulau samudera (Hawaii) berasal dari peluburan bahan
dibagian dalam mantel bumi.

Definisi Magma
Secara sederhana magma didefinisikan sebagai material induk pembentuk batuan
beku atau disebut sebagai zat batuan yang mencair. Magma dicirikan oleh komposisi
didominasi silika (SiO2), bersuhu tinggi dan mempunyai kemampuan untuk mengalir.
Dibawah ini diberikan beberapa definisi magma dari penelitian terdahulu sebagai berikut:

 Magma adalah batuan kental pijar yang berada didalam bumi yang sudah dilontarkan
kepermukaan bumi (MacDonald, 1972).
 Magma adalah meterial silikat cair, termasuk didalamnya kristal dan gas yang
terletak dibawah permukaan bumi (Flint, 1977).
 Magma adalah suatu substansi alamiah yang secara keseluruhan atau sebagian berupa
bahan kental pijar yang pada proses pendingan membeku membentuk batuan beku
tersusun oleh kristal atau gelas (Williams dan McBirney, 1979).
 Magma adalah larutan atau cairan yang terbentuk secara alamiah, bersifat mudah
bergerak (mobile), bersuhu tinggi antar 900o C – 1100o C dan berasal atau terbentuk
pada kerak bumi bagian bawah hingga mantel bagian atas (Alzwar dkk., 1988).
 Magma adalah batuan pijar yang terdiri dari tiga atau lebih komponen lelehan cairan
silikat, kristal padat dan gelembung gas. Magma yang membeku didalam bumi akan
menghasilkan batuan intrusi atau batuan plutonik, sedangkan lava adalah magma yang
membeku dipermukaan bumi (Grove, 2000).
 Magma adalah campuran padat (kristal dan fragmen batuan) multifase bersuhu tinggi,
larutan silikat atau karbonatit dan gas kaya H-O-C-S-Cl atau larutan yang terbentuk
sebagai akibat peleburan sebagian atau keseluruhan sumber material induk (Spera,
2000).

Definisi magma tersebut menggambarkan adanya sifat fisik magma dan sifat kimia
magma. Sifat fisik magma berhubungan dengan magma sebagai bahan cair kental pijar,
mengandung gas, dan bersuhu tinggi, oleh sebab itu magma mudah bergerak dan arah
pergerakannya mempunyai kecendrungan menuju arah permukaan bumi membentuk gunung
api. Bila mana magma membentuk jauh didalam permukaan bumi (deep seated intrusion)
membentuk batuan beku dalam atau batuan plutonik, sedangkan magma yang membentuk
didekat permukaan (sub volcanic intrusion; shallow magma intrusions and hypabyssal
intrusions) atau didalam tubuh gunung api sampai membeku dipermukaan bumi mebentuk
batuan intrusi dangkal atau batuan gunung api.

Sifat mudah bergeraknya magma atau mudah mengalirnya magma berkaitan dengan
viskositas/kekentalan magma artinya magma yang mempunyai viskositas tinggi tidak mudah
mengalir dan relatif cepat membeku, sedangkan magma yanga mempunyai vikositas rendah
akan mudah mengalir dan relatif lambat membeku. Viskositas lava tergantung pada
komposisi (terutama SiO2 dan kandungan gas yang terlarut didalamnya) dan tergantung pada
temperatur. Magma berkomposisi basal (kurang dari 50% SiO2) adalah cepat
mengalir/mudah mengalir, sedangkan magma yang mempunya komposisi riolit (mengandung
> 70% SiO2) adalah sangat pekat (viskositas tinggi) sehingga mengalir sangat lambat dan
pergerakannya sukar dideteksi. Sifat kekentalan yang tinggi tersebut membuat gelembung gas
sulit untuk keluar. Hal yang terakhir ini berkaitan dengan letusan kuat yang menghasilkan
abu gunug api.

Sifat magma yang mempunyai suhu tinggi hingga mencapai 1400oC (Macdonald,
1972) berhubungan dengan komposisi magma yaitu mulai dari magma berkomposisi basal
sampai magma berkomposisi riolit. Magma berkomposisi basal mempunyai suhu paling
tinggi (1000oC - 1400oC) dibanding magma berkomposisi lebih asam (misal magma riolit =
850oC).

Sifat kimia magma menunjuk pada pengertian komponen yang dikandung magma
yaitu terdiri dari bahan cair, padat dan gas. Komponen tersebut sering dikenal sebagai bahan
volatil dan non volatil. Mason (1958) menyebutkan bahwa bahan volatil berupa unsur atau
senyawa kimia yang mempunyai titik lebur rendah sehingga mudah larut dalam larutan
magma atau hilang pada pembekuan, sedangkan bahan non volatil berupa unsur atau oksida
logam dan metaloid yang dikelompokkan kedalam unsur utama (major elements), unsur jejak
(trace elements) dan unsur tanah jarang (rare earth elements). Didalam unsur utama
membentuk senyawa oksida (major oxides) yang jumlahnya sangat berlimpah (± 99%)
berupa SiO2, TiO2, Al2O3, Fe2O3, FeO, MnO, MgO, CaO, Na2O3, K2O dan P2O5 dengan
satuan persen berat (weight percent). Lebih kurang satu persen membentuk unsur jejak atau
unsur tanah jarang atau unsur lain. Unsur jejak terdiri dari Ni, Sr, Ba dan V dengan satuan
hitung ppm (part per million), sedangkan unsur tanah jarang terdiri dari Mo, Ir, Eu dan Sm
dengan satuan hitung ppb (part per billion).

Magma primer adalah magma yang terbentuk pertama kali didalam bumi atau pada
jalur Moho. Magma primer juga sering disebut sebagi magma primitif karena magma tersebut
berkomposisi ultra basa dengan unsur-unsur penyusun utama berupa Fe, Mg, Ni dan Cr,
termasuk didalamnya unsur Si dan O. Kedua magma tersubut sering juga disebut sebagai
magma induk karena magma ini merupakan induk dari magma-magma turunan yang
dihasilkannya sebagai akibat proses diferensiasi magma. Dipihak lain Basaltic Volcanism
Study Project (1981) menerangkan bahwa magma primer adalah suatu cairan magma yang
berkomposisi basal yang belum berubah komposisinya semenjak terbentuk didaerah sumber
sebagai akibat peleburan. Magma induk adalah induk dari mana magma-magma basal yang
lebih terubah serta magma turunan lainnya dapat dihasilkan. Magma primitif adalah magma
primer atau magma induk yang mempunyai perbandingan tinggi Mg / (Mg + Fe) dan Ca / (Ca
+ Na), serta unsur-unsur kompatibel (Ni, Cr, Co) yang melimpah. Perbandingan nilai Mg ini
sering disebut nomor magnesium (Mg number, simbol Mg#) dan berguna untuk mengetahui
tingkat ke-primitif-an suatu magma atau batuan beku. Semakin tinggi nilai magnesium yang
dipunyai batuan beku maka semakin tinggi pula tingkat ke-primitif-an magma
pembentuknya. Artinya komposisi mineral yang terkandung pada batuan beku tersebut
mendekati komposisi mantel bumi yang berupa peridotit.

Komposisi Magma

Secara umum batuan beku disusun oleh enam kelompok mineral seperti olivin,
piroksen, amfibol, mika, feldspar dan kuarsa. Kita ketahui bahwa batuan beku merupakan
hasil pembekuan langsung magma baik didalam bumi maupun diatas permukaan bumi, jadi
komposisi magma dapat diketahui dari studi batuan beku. Contoh terbaik magma
dipermukaan bumi adalah lava. Unsur-unsur yang terkandung didalm mineral-mineral
penyusun batuan beku adalah Si (silikon), Al (Aluminium), Ca (Kalsium), Na (Sodium), K
(Potasium), Fe (Besi), Mg (Magnesium), H (Hidrogen), O (Oksigen), unsur-unsur ini selalu
diekspresikan dalam ion oksida sebagai SiO2, Al2O3, dst., oleh sebab itu unsur-unsur ini
merupakan unsur-unsur terpenting didalam magma sehingga unsur ini sering dipakai para
ahli sebagai komponen pembanding untuk klasifikasi batuan magma.

Secara mendasar komposisi kimia dan mineralogi daerah sumber mengendalikan


kelebihan kimiawi batuan magma (gambar 1.2). komposisi unsur-unsur utama dan jejak
ditentukan oleh jenis proses peleburan dan derajat peleburan sebagaian, walaupun komposisi
peleburan dapat dimodifikasi dalam jumlah besar selama menuju permukaan bumi
(Rollinson, 1993). Daerah sumber merupakan ciri khas terbaik dengan komposisi isotop
radiogeniknya karena perbandingan isotop tidak berubah selama proses peleburan sebagian
dan proses-proses dapur magma. Komposisi sumber sendiri adalah fungsi dari proses-proses
pencampuran yang ada didalam daerah sumber.

Bahwa batuan magma disaring terlebih dulu melalui dapur magma sebelum
perpindahannya ke permukaan bumi atau dekat permukaan bumi. Proses-proses dalam dapur
magma sering merubah komposisi kimia magma primer produk peleburan sebagian sumber
melalui fraksinasi kristal, pencampuran magma, kontaminasi, atau pencampuran dinamis
beberapa proses-proses tersebut. Selanjutnya kemungkinan batuan beku secara kimiawi
berubah kerena pelepasan gas atau karena interaksinya dengan cairan yang dapat
mempengaruhi kimia isotop stabil.

Flint (1977) menjelaskan bahwa komposisi magma hasil analisis kimia memnjukkan
kisaran 45% berat dan sampai 75% berat SiO2. Hanya sedikit lava yang komposisi SiO2
mencapai serendah 30% berat dan setinggi 80% berat, tetapi variasu ini terbentuk apabila
magma terasimilasi oleh fragmen batuan sedimen dan batuan malihan atau ketika diferensiasi
magma sehingga menyebabkan komposisi magma berubah.

Berdasarkan analisis kimia tersebut didapt tiga jenis magma (gambar 1.3) yaitu:

 Magma mengandung sekitar 50% SiO2 membentuk batuan beku basal, diabas dan gabro.
 Magma mengandung sekitar 60% SiO2 membentuk batuan beku andesit dan diorit.
 Magma mengandung sekitar 70% SiO2 membentuk batuan beku riolit dan granit.

Selain komposisi senyawa SiO2, pada gambar juga memperlihatkan bahwa batuan beku
basal/gabro didominasi oleh mineral yang berkomposisi Al2O3, FeO, MgO, dan CaO,
sedangkan batuan riolit/granit didominasi oleh mineral yang mempunyai komposisi Al2O3,
Na2O3, dan K2O.

Seluruh batuan beku yang terdapat didalam kerak bumi (kombinasi samudera dan
benua) diperkirakan 80 % terbentuk dari magma basal, 10 % dari magma andesit dan 10 %
dari magma riolit. Sementara itu Chernicoff dan Venkatakrishnan (1995) menyebutkan
bahwa bumi mula-mula terdiri dari mineral-mineral dasar silikon-oksiden. Silikat tersebut
merupakan penyusun utama batuan beku yang terbagi kedalam empat kelompok komposisi
utama yang didasarkan pada perbandingan komposisi kandungan silika-nya dan unsur lain.
Batuan beku dan magma dikelompokkan sebagai ultra mafik, mafik, menengah, dan felsik .

Dipihak lain Peccerillo dan Taylor (1976) membagi magma berdasarkan kandungan
SiO2 dan kombinasi antara SiO2 dan K2O komposisi kombinasi menunjukkan adannya
afinitas magma K-rendah (low-K series) atau sering disebut Tholeiite, K-menengah rendah
(calc-alckaline series), K-menengah tinggi (high-K calc alkaline series), dan K-tinggi
(shoshonite series). Pada gambar 1.4. dapat dijelaskan bahwa terdapat beragam komposisi
batuan beku seperti; andesit tholeiit, andesit kapur alkali dan andesit shosonit, begitupun juga
untuk komposisi batuan beku yang lain. Sebagai contoh andesit tholeiit berarti batuan beku
volkanik yang disusun oleh silika sebesar 57 -63 % berat dan berasal dari magma dengan
kandungan potasium rendah (K < 0,2 % berat).

Tabel 1.4. Komposisi batuan beku (Chernicoff dan Venkatakkrishnan, 1995)

Suhu Pada
Unsur Viskositas Pembekuan
Jenis Kandungan Produk Batuan
Utama Magma Kristal
Komposisi Silika (%) Beku
Lain Relatif Pertama
(oC)

Granit
Felsik > 70 Al, K, Na Tinggi 600 – 800 (plutonik), Riolit
(volkanik)

Diorit
Al, Ca,
(plutonik),
Menengah 60 Na, Fe, Menengah 800 – 1000
Andesit
Mg
(volkanik)
Gabro
Al, Ca, 1000 –
Mafik 40-50 Rendah (plutonik), Basal
Fe, Mg 1200
(volkanik)

Peridotit
Ultra Mg, Fe, Sangat (plutonik),
< 40 > 1200
Mafik Al, Ca Rendah Komatit
(volkanik)

Tabel 1.5. Jenis magma dan komposisi magma (Peccerillo dan Taylor, 1976).

Jenis Magma SiO2 (%) Komposisi Magma

> 69 Riolit
Asam > 63
63 – 69 Dasit

57 – 63 Andesit
Menengah 53 – 63
53 – 57 Andesit Basal

Basa < 53 < 53 Basal dan Pikrit

Diferensiasi dan Kristalisasi Magma

Ahli geologi membedakan dua bentuk hasil peleburan yaitu magma dan lava. Kita
ketahui bahwa magma yang terdapt didalam bumi dpat berupa cairan sempurna,
kemungkinan berupa cairan sempurna antara larutan dengan kristal padat dan gas yang
terlarut didalamnya.

Kristal padat melebur bilammana ikatan-ikatan antar ion-ion terurai/lepas,


membiarkan partikel-partikel dengan tiba-tiba bergerak bebas (gambar 1.5). pada waktu suhu
dibawah permukaan bumi bertambah tinggi, maka tidak lama kemudian batuan kristal padat
terpanaskan dan akhirnya ikatan-ikatan dalam mineral hancur sehingga tinggal sedikit sedikit
fragmen padat yang terkandung dalam larutan magma. Bebagai jenis mineral mempunyai
titik lebur berbeda dan perbedaan titik lebur mineral sejalan dengan meningkatnya panas
secara berangsur. Berhubungan terjadinnya pengayaan dan masuknya mineral peleburan baru
maka komposisi magma berubah. Sementara itu, ion-ion yang terdapat didalam magma terus-
menerus bergerak membentuk ikatan yang bersifat sementara yang secara periodik hancur
dan terbentuk kembali.

Perkembangan magma primer dari menuju permukaan bumi dari pemisahan


kedalaman yang beragam atau berkisar lebih besar dari pada 100 km sekurang-kurangnya 50
km dalam tataan tektonik yang berbeda, magma akan mulai mebeku dan akhirnya
mengkristal. Pembekuan magma ini terjadi pada suhu yang spesifik (gambar 1.8) yaitu
dikenal sebagai suhu dimana terjadi awal kristalisasi (liquidis) dan suhu di akhir kristalisasi
(solidus). Liquidus dan solidus tergantung pada tekanan dan keduannya subparalel dalam
ruang P – T. Wilson (1989) menyebutkan bahwa secara umum diperkirakan thap awal
menyerupai garis kenaikan adiabatik dan oleh sebab itu diberikan lereng P – T pada liquidus,
magma basal mungkin tidak mengkristal hingga merekan mencapai kedalaman kerak bumi.
Bagaimananpun juga, magma primer pikrit mengkristal sejumlah olivin dalam perjalanannya
ke permukaan bumi.

Pertanyaan mendasar bagaimana magma dengan komposisi berbeda dapat terbentuk?.


Beberapa magma mafik akan bergenerasi pada daerah yang dalam dikerak bumi bagian
bawah atau mantel bagian atas karena peleburan bumi dari batuan ultra mafik. Mineral yang
mempunyai titik lebur rendah akan melebur lebih awal dan mineral yang mempunyai titik
tinggi tidak melebur. Bila kedudukannya lebih dalam lagi didalam kerak maka berbagai
batuan akan melebur secara sempurna, menghasilkan magma dan komposisi magma yang
sama. Namun, ketika magma membeku, akan menghasilkan mineral yang spesifik pada suhu
yang spesifik pula sesuai dengan aturan kristalisasi mineral penyusun batuan beku. Aturan
kristlaisasi ini dapat dilihat pada fractional crystallization atau differentiation. Dari magma
yang ditunjukkan oleh Norman Levi Bowen (1928; Kushiro, 1979).

Fraksionasi kristal adalah proses pemisahan kristal dari suatu kristalisasi magma
karena grafitasi, baik yang melayang ataupun yang tenggelam (atau beberapa proses lain).
Menurut Condie (1982) proses inilah yang membuat larutan magma menjadi lebih asam atau
meningkatnya kandungan SiO2 dan kaya alkali. Rollinson (1993) menyebutkan bahwa
fraksionasi kristal merupakan proses utama didalam evolusi batuan beku, dan seringkali
menyebabkan kecenderungan yang tampak pada diagram variasi bataun beku. Secara normal
penggabungan frasionasi mineral ditunjukkan oleh kehadiran fenokris. Jika kecendrungan
pada diagram variasi dikontrol oleh komposisi fenorkis maka hal ini mungkin dapat
disimpulkan bahwa kimia batuan dikendalikan oleh fraksionasi kristal. Sementara itu Huang
(1962) mendefinisikan fraksionasi kristal sebagai proses dimana magma menghasilkan
bagian yang berbeda karena pemisahan kristal dari larutan didalam suatu pendinginan
magma, sedangkan Middlemost (1985) menyatakan bahwa fraksionasi kristal adalah proses
diferensiasi magma yang penting karena proses ini dapat menghasilkan seri larutan sisa yang
mempunyai komposisi berbeda dibandingkan dengan magma induknya. Beberpa penjelasan
yang telah disebutkan sebelumnya ini memberikan gambaran yang kita sebut sebagai magma
akibat kristalisasi adalah perubahan komposisi yang terjadi didalm magma karena pemisahan
mineral-mineral yang terbentuk lebih dulu dari cairan sisa.

Fraksionasi magma merupakan pemisahan magma menjadi dua bagian (fraksi) yang
lebih kecil dalam material asam melalui peleburan sebagian dan atau kristalisasi sebagian.
Dua bagian yang lebih kecil tersebut dapat dijelaskan sebagian massa yang berbeda
komposisi, berbeda dengan material asal, dipisahkan melalui gravity settling atau pergerakan
larutan ke arah atas (gambar 1.9). untuk menghasilkan suatu fraksionasi kristal dibutuhkan
suatu mekanisme alami yaitu mekanisme yang dapat memisahkan kristal dari magma atau
memisahkan kristal tersebut sehingga tidak lagi bereaksi dengan magma. Gambar tersebut
memperlihatkan mekanisme batuan induk yang berkomposisi mafik (A) berupa basal/gabro
menjalani fraksionsi menghasilkan sisa padat yang berkomposisi ultra mafik (B) berupa
peridotit, dan larutan berkomposisi intermediet (C) berupa anadesit/diorit, sementara larutan
intermediet masih mejalani frakasionasi menghasilkan sisa padat berkomposisi mafik (D)
berupa basal/gabro, dan larutan berkomposisi felsik (E) riolit/granit. Tampak pula pada
gambar bahwa larutan sisa mempunyai komposisi lebih asam dibandingkan dengan sisa
endapan yang terbentuk terlebih dahulu dan demikian seterusnya hingga sampai pada titik
dimana unsur-unsur berat Mg-Fe penyusunnya habis dan tinggal unsur-unsur ringan (K, Al,
Na) yang membentuk batuan beku yang berkomposisi lebih asam.

Proses Lain

Kita ketahui bahwa keseluruhan yang terjadi di dalam bumi tidak semuannya berjalan
normal, artinya bumi bersifat dinamis, selalu berubah. Sebagai contoh magma dari yang ultra
basa kearah yang lebih asam, tidak selalu mengikuti hukum diferensiasi normal, melainkan
juga dipengaruhi oleh proses lain yang menyertainnya. Diferensiasi magma merupakan
pembagian kelas-kelas magma sesuai dengan komposisi kimianya yang terjadi pada saat
magma mulai membeku. Pembekuan magma dan kristalisasi akan membentuk batuan dengan
barbagai modifikasi komposisi melalui kristalisasi fraksional dan setimbang, asimilasi, difusi
dan transfer gas, larutan tak bercampur (liquid immiscibility), hibridisasi (hybridiztion),
autometasomatisme, dan pencampuran magma (magma mixing). Kombinasi dari berbagai
proses tersebut menghasilkan keanekaragaman batuan beku di permukaan bumi.

Asimilasi menggambarkan magma yang melebur, larut dan atau bereaksi dengan
batuan samping sehingga menghasilkan batuan lebur dengan densitas dan viskositas yang
kontras, sedangkan pencampuran dua magma (magma mixing/mingling) yang berbeda
komposisi membentuk magma tunggal dengan komposisi sebagian berasal dari magma asal
tersebut. Batuan beku yang terbentuk karena proses asimilasi dengan batuan samping
(masuknya batuan samping kedalam tubuh magma) akan banyak dijumpai xenoliths
(accidental rocks) dan atau xenocrysts.

Terjadinnya proses asimilasi magma sebagai akibat adanya material asing dalam
tubuh magma. Adanya batuan disekitar magma yang masuk atau hadir sebagai xenolit dan
bereaksi dengan magma induk. Penambahan material asing kedalam tubuh magma ini
menyebabkan komposisi magma induk berubah. Komposisi magma baru tergantung pada
batuan yang bereaksi dengan magma induk, sehingga magma baru tersebut akan
menghasilkan batuan beku dengan komposisi yang berbeda.

Pencampuran magma merupakan pembentukan magma baru karena terjadinya


pencampuran dua magma atau lebih yang berbeda sifat dan sumbernya. Misal magma yang
berkomposisi basal dengan riolit. Proses ini sering disebut dengan hibridisasi yang dicirikan
oleh kandungan mineral yang heterogen dan tidak mengikuti Seri Reaksi Bowen.
Lava

Lava adalah cairan larutan magma pijar yang mengalir keluar dari
dalam bumi melalui kawah gunung berapi atau melalui celah (patahan) yang kemudian
membeku menjadi batuan yang bentuknya bermacam-macam.

Bila cairan tersebut encer akan meleleh jauh dari sumbernya membentuk aliran
seperti sungai melalui lembah dan membeku menjadi batuan seperti lava ropi atau lava blok
(umumnya di Indonesia membentuk lava blok). Bila agak kental, akan mengalir tidak jauh
dari sumbernya membentuk kubah lava dan pada bagian pinggirnya membeku membentuk
blok-blok lava tetapi suhunya masih tinggi, bila posisinya tidak stabil akan mengalir
membentuk awan panas guguran dari lava.

Berdasarkan komposisi dan sifat fisik dari magma asalnya, siaft-sifat eksternal dari
lava seperti cara-cara bergerak atau (mengalir), sebaran dan sifat eksternalnya seperti bentuk
dan strukturnya setelah membeku, tipe lava dapat dibagi menjadi tiga kelompok; lava basltis,
lava andesitis, lava riolitis.

Lava Basaltis

Merupakan lava yang paling banyak dikeluarkan berasal dari magma yang bersusunan
mafis, bersuhu tinggi dan mempunyai viskositas yang rendah. Lava ini aka mudah mengalir
pada lembah yang ada dan mampu menyebar hingga mencapai jarak yang sangat jauh apabila
lerengnya cukup besar, tipis dan magma yang keluar cukup banyak. Di Hawaii lava basaltis
mampu menempuh jarak hingga ± 50 km dari sumbernya dengan ketebalan rata-rata 5
meter.di Iceland bahkan jaraknya dapat mencapai hingga 100 km lebih, dan ditaran Columbia
lebih dari 150 km. Lava basaltis akan membeku menghasikan dua macam bentuk yang khas,
yaitu bentuk Aa dan Pahoehoe (istilah Polynesia di Hawaii, dilafalkan pa-hoy-hoy, yang
artinya “tali”).

Lava yang encer akan bergerak mengalir dengan kecepatan 30 km/jam, menyebar
sehingga mampu mencapai ketebalan 1 meter, dan membeku dengan permukaan yang masih
elastis sehingga akan terseret-seret dan membentuk lipatan-lipatan melingkar seperti tali
(gambar 1.10). semakin jauh dari pusatnya kekentalannya akan meningkat dan membeku
dengan permukaan yang rapuh namun bagian dalamnya yang masih panas dan encer tetap
bergearak dan menyeret bagian permukaan yang membeku. Karena bagian dalamnya
bergerak lebih cepat dari permukaanya, maka akibatnya akan membentuk permukaan lava
yang kasar, dengan ujung-ujungnya yang runcing-tuncing.

Block lava atau lava bongkah merupakan istilah yang diterpakan untuk segala jenis
lava yang mempunyai permukaan yang kasar berbongkah-bongkah. Kedalamnya juga
termasuk lava Aa. Bentuk bongkah yang terjadi karna permukaanya yang cepat membeku
sedangkan bagian dalamnya masih bergerak karena panas yang agak kental. Sifat hal lainnya
yang terdapat pada beberapa jenis lava basaltis adalah kehadiran lubang-lubang dari bekas
kandungan gas yang keluar pada saat lava membeku. Gas yang terlarut didalam magma akan
naik kebagian atas dari magma pada saat mendingin dan kemudian meninggalkan lubang-
lubang (vesicles) sebesar kacang pada bagian permukaan lava. Basalt yang mempunyai
lubang-lubang dalam jumlah yang cukup banyak disebut skoria.

Lava basaltis pada saat membeku juga sering membentuk struktur seperti tiang
dengan penampang segi lima (columnar jointing). Apabila keluarnya lava basalt berlangsung
dibawah laut (submarine), lava akan membeku membentuk struktur mebulat lonjong dengan
permukaan yang licin seperti permukaan gelas akibat proses pendinginan yang cepat, dan
cembung tetapi dengan dasar yang mendatar. Lava yang mengalir kemudian diatasnya, akan
mengikuti permukaan membulat yang telah ada dibawaahnya. Disamping bentuknya
menyerupai tumpukkan-tumpukkan bentuk lonjong dengan permukaan yang membulat, juga
penampangnya mempunyai struktur rekahan radial sebagai akibat perenggangan.

Ciri khas lainnya dari lava bantal adalah adanya sedimen yang mengisi ruang diantara
bentuk lonjongnya, yaitu endapan laut yang terperangkap pada saat lava mengalir dan
membeku.

Lava Andesit

Lava ini mempunyai susunan antara basaltis dan riolitis, atau intermediate. Lava
andesitis yang mempunyai sifat fisik kental, tidak mampu mengalir jauh dari pusatnya. Pada
saat membeku, seperti halnya lava basaltis juga dapat membentuk struktur Aa, kekar tiang
dan struktur bantal. Tetapi jarang sekali terbentuk struktur pahoe-hoe.

Lava Riolit

Karena magmajenis ini sifatnya sangat kental, jarang sekali dijumpai sebagai lava,
karena sudah membeku dibawah permukaan karena telah terjadi erupsi.

GEOKIMIA MAGMA

Magma adalah bahan pijar bersifat cair liat, bersuhu tinggi (900-1400o C) yang
terbentuk didalam bumi. Batuan beku terbentuk sebagai hasil pembekuan daripada magma.
Magma berasal dari peleburan sebagian bahan selubung bumi bagian atas atau pada jalur
Moho (Mohorovicic discontinuity) magma yang pertama kali terbentuk disebut magma
primer atau bisa juga disebut magma primitif karena berkomposisi ultara basa, dengan unsur
penyusun utama Fe, Mg, Ni, dan Cr, selain Si dan O. Magma primer atau magma primitif
juga disebut magma induk karena merupakan induk daripada magma-magma turunan yang
dihasilkannya sebagai akibat proses diferensiasi magma.

Didalam buku Volcanism Study Project (1981) dijelaskan bahwa magma primer
adalah suatu cairan magma yang berkomposisi basal yang belum berubah semenjak terbentuk
disumbernya akibat peleburan (a primary magma is a liquid of basaltic composition since it
was generated in its source region by melting). Magma induk adalah suatu magma darimana
magma-magma basal yang lebih terubah serta magma turunan lainnya dapat dihasilkan (a
parental magma is a magma from which more evolved basalts and other magmatic
derivatives can be resulted). Magma primitif adalah magma primer atau magma induk yang
mempunyai perbandingan tinggi pada Mg / (Mg + Fe) dan Ca / (Ca + Na), serta unsur-unsur
kompatibel yang berlimpah (a primitif magma is primary or parental magmas having greater
Mg /magmas having greater Mg / (Mg + Fe) and Ca / (Ca + Na) and compatible elements
abundances). Termasuk unsur-unsur kompatibel disini adalah Ni, Cr dan Co. Tabel 2.1.
menyuguhkan komposisi kimia yang dipandang sebagai magma primer.

Perbandingan Ma / (Mg + Fe) disebut juga nomor magnesium (Mg number, dengan
kode Mg#). Nilai nomor Mg ini sangat berguna untuk mengetahui tingkat kepremitifan suatu
magma atau batuan beku. Semakin tinggi nilai nomor magnesium maka semakin tinggi pula
tingkat keprimitifannya, sehingga mendekati komposisi selubung bumi yang berupa peridotit.
Untuk menghitung nomor-nomor magnesium itu dilakukan langkah-langka sebagai berikut:

Persen berat MgO dari suatu hasil analisa kimia dibagi dengan berat molekul MgO sebesar
40,32 untuk mendapatkan proporsi Mg.

Tabel 2.1. Komposisi kimia magma primer menurut Bronto (1989), Nicholls dan
Whitford (1976), Tatsumi dkk. (1983; basal kaya alumina dan basal olivin), Frey dkk.,
(1974), serta Langmuir dkk., (1977). Besi total sebagai FeO*. Mg# = nomor magnesium.

1 2 3 4 5 6

50,0 – 49,4 –
SiO2 49,39 49,71 49,7 49,1
49,0 49,1

TiO2 0,8 – 0,7 1,0 – 0,9 0,85 0,74 0,72 0,62

16,4 – 18,0 –
Al2O3 15,70 14,97 16,4 16,5
15,1 17,2

FeO* 8,3 – 9,2 9,5 – 9,7 9,76 10,57 7,89 8,78

MgO 10,0 -12,5 8,4 – 10,3 12,5 13,03 10,1 10,3

10,9 –
CaO 10,2 – 9,7 9,43 9,0 13,0 12,4
11,7

Na2O 2,4 – 1,9 2,8 – 2,6 2,33 1,56 1,98 1,92

K2O 0,4 – 0,3 0,3 – 0,3 0,34 0,28 0,01 0,07

Ni (ppm) 119 – 193 200 232

Cr (ppm) 418 – 711 479 410

Mg# 69 – 75 64 - 68 71,4 71,37 71,7 69,9


Proporsi Fe didapat dengan membagi persen berat FeO dengan berat molekul FeO (71,85).
Nomor magnesium dihitung berdasarkan rumus 100 % x Mg / Mg + Fe.

DAFTAR PUSTAKA

Bowen, N. L., 1928, The Evolution of Igneus Rocks, Princeton Univ. Press, Princeton, New
Jersey, USA.

Brownlow, A. H., 1996 Geochemistry, Prentice-Hall Ltd., London, 580 p.

Goldschmidt, V. M., 1911, Die Kontrakmetamorphose im Kristianiagebeit, Oslo Vidensh,


Skr., I., Mat. Naturv., K1., no. 11.

Hartono, H.G., 2009, “Petrologi dan Batuan Beku Gunung Api”, UNPAD Press.

Krauskopf, K. B. And Bird, D. K., 1995, Introduction of Geochemistry, McGraw-Hill, Inc.,


647 p.

Mason, B., 1985, Prenciples of Geochemistry, John Wiley and Sons, Inc., New York, 310 p.

Meyer , C. And Hemley, J. J., 1967, Wall rock alteration, in: Geochemistry of Hydrotermal
Ore Deposits, H. L. Barnes, Holt, Rine and Wintson, Eds., New York, 166-253.

Anda mungkin juga menyukai