Anda di halaman 1dari 11

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA OSTEOARTHRITIS GENU

SINISTRA
DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi


Diploma III pada jurusan Fisioterapi

Oleh :
ANZELA ROSEPTI FARLINDA
J100130002

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
IIALAMAN PERSDTUJUAN

PENATAI,AKSANAAN FISIOTERAPI PAD A, OSTEOARTHRINS GENU

f,?riffi{
DOSEN PEMBIMBTNG

Maskun Pudjianto, SMPIL, M.Kcs

1l
HALAMAN PENGESAIIAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA OSTEOARTHRITIS GENU


SINISTRA
DI RSUD Dr. MOEWARDI SIJRAI<-{RTA

OIeh:

AI\ZE LA ROSEPTI TARLINDA

J100130002

Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiya Sruakarta pada hari Rabu tanggal 5 juli 2017

dan dinyatakan telah memenuhi syaxat

Dewan Perguji

Maskun Pudjianto, SMPH., M.Kes


1.
(Ketua Dewan Penguji)

Wah),uni, S.Fis, M.Kes

(Anggota 1 Dewan Penguii)


,fr
Agus Widodo, S.Fis, M.Fis
3.
(Anggota Il Dewan Perguji)

Disahkan Oleh
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah S urakarta

SKM, M.Kes)
N- 06171I7301

ii

111
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI DENGAN TRANSCUTANEUS
ELECTRICAL NERVE STIMULATION DAN TERAPI LATIHAN PADA
OSTEOARTHRITIS GENU SINISTRA RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA

ABSTRAK

Latar Belakang: Osteoartritis merupakan gangguan degenerasi struktur tulang


rawan pada persendian. Lutut merupakan persendian yang paling sering mengalami
OA. Pada kasus tersebut bisa ditanggulangi dengan modalitas fisioterapi
transcutaneus electrical nerve stimulation dan terapi latihan. Fisioterapi pada kasus
ini dapat menurunkan nyeri meningkatkan kekuatan daya tahan otot dan
peningkatan aktivitas fungsional.
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh pemberian transcutaneus electrical nerve
stimulation dan terapi latihan terhadap pengurangan nyeri, peningkatan kekuatan
otot dan peningkatan aktivitas fungsional.
Hasil: Setelah dilakukan enam kali terapi, hasilnya terdapat pengurangan nyeri
pada nyeri diam T0:1 hingga T6 masih 1, nyeri tekan T0: 3 dan T6: 1, nyeri gerak
T0: 1 dan T6: masih 1. Untuk peningkatan kekuatan otot ekstensor genu T0: 4- T6:
4, fleksor genu T0: 4 T6: 4. Untuk peningkatan aktivitas fungsional T0: 7,5 T6: 5.
Kesimpulan: Transcutaneus electrical nerve stimulation dan terapi latihan dapat
mengurangi nyeri, meningkatkan kekuatan otot dan meningkatkan aktivitas
fungsional.

Kata Kunci: Osteoarthritis, transcutaneus electrical nerve stimulation dan terapi


latihan.

ABSTRACT

Background: Osteoarthritis (OA) is a degeneration disorder of cartilaginous


structure in the joints. The most common joint that have OA is knee. In this case
the patient could treated with physiotherapy modalities which are, transcutaneous
electrical nerve stimulation and exercise therapy. In this case, physiotherapy could
reduce pain, enhance muscle strength and functional activity.
Aim of Research: To find out the effect oftranscutaneous electrical nerve
stimulation and exercise therapy on pain reduction, enhance muscle strength and
functional activity.
Result: After sixth therapies, the researcher found there are reduction of quite pain
T0:1 to T6 is 1, tenderness T0: 3 to T6: 1, painful motion T0: 1 to T6: 1, to enhance
muscle strength of extensor genu T0: 4- T6: 4, flexor genu T0: 4 T6: 4. To enhance
functional activity T0: 7,5 T6: 5.
Conclusion: Transcutaneus electrical nerve stimulation and exercise therapy can
reduce pain, enhance muscle strength and functional activity.

Key words: Osteoarthritis, transcutaneus electrical nerve stimulation and exercise


therapy.

1
1. PENDAHULUAN
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi yang paling sering
ditemukan di dunia, termasuk di Indonesia. Penyakit ini menyebabkan nyeri dan
gangguan gerakan sendi sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari (Adnan,
2007).
American College of Rheumatology mengartikan sebagai kondisi dimana
terdapat gejala ke cacatan pada integritas articular tulang rawan yang ditandai
dengan perubahan kapsula sendi. OA biasanya mengenai sendi penopang berat
badan (weight bearing) misalnya pada panggul, lutut, vertebra, tetapi dapat juga
mengenai bahu, sendi-sendi jari tangan, dan pergelangan kaki (Carlos, 2013).
Pada kondisi OA timbul problematika fisioterapi berupa impairment antara
lain nyeri kaku sendi, keterbatasan lingkup gerak sendi dan penurunan kekuatan
otot. Nyeri dapat timbul saat sendi bergerak dan menumpu berat badan yang
berlebihan, nyeri berkurang pada saat istirahat. Kekakuan sendi timbul apabila
sendi tidak digerakkan dalam beberapa waktu dan akan menghilang setelah
sendi digerakkan. OA juga dapat menimbulkan gangguan aktivitas fungsional
seperti kesulitan berjalan jarak jauh, sulit berdiri dari posisi jongkok, naik turun
tangga, aktivitas fungsional lainnya yang membebani lutut dan menyebabkan
aktivitas fungsional terganggu.
Modalitas Fisioterapi yang dapat digunakan untuk mengatasi nyeri pada
kondisi OA genu (sendi lutut) adalah menggunakan Transcutaneus Electrical
Nerve Stimulation (TENS) untuk menstimulasi sistem saraf melalui permukaan
kulit sehingga dapat mengurangi nyeri (Parjoto, 2006).
2. METODE PENELITIAN
Osteoarthritis (OA) adalah salah satu jenis arthritis yang paling umum
terjadi. Kondisi ini menyebabkan sendi-sendi terasa sakit dan kaku. Sendi yang
sering mengalami kerusakan meliputi tangan, lutut, pinggul, dan tulang
punggung.
Nyeri pada OA di deskripsikan sebagai nyeri tumpul (dull pain) dan nyeri
cubitan (aching pain). Nyeri yang terjadi pada sendi lutut dapat bertambah
buruk oleh gerakan, dan jalan.Awalnya nyeri berkurang saat istirahat pun nyeri
bertambah hebat akhirnya mengganggu aktivitas. Nyeri meningkat pada

2
struktur yang mempunyai nerve ending (bersifat nociceptor) dan dapat
diakibatkan dari microfraktur pada subcondral bone, meningkatnya tekanan
darah pada subkondral bone dan osteofit, synovitis, penebalan kapsuler dan
subluxatio. Bila hanya kerusakan pada cartilago tidak akan terasa nyeri, karena
cartilago tidak berisi nerve ending (Kuntono, 2011).
Adapun kriteria OA sendi lutut menurut Kellgren Lawrence, (Wahyono,
2007) adalah sebagai berikut :
2.1 Grade I (ragu-ragu), tanpa osteofit, permukaan sendi normal
2.2 Grade II (minimal), osteofit sedikit pada tibia dan patella dan permukaan
sendi menyempit asimetris.
2.3 Grade III (moderat), adanya osteofit moderat pada beberapa tempat,
permukaan sendi menyempit dan tampak sklerosis subkondral.
2.4 Grade IV (berat), ada osteofit besar, permukaan sendi menyempit secara
komplit, sklerosis subkondral berat dan kerusakan permukaan sendi.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Nyeri

Gambar 4.1. Grafik evaluasi nyeri dengan VDS

3.1.2 Kekuatan Otot

Gambar 4.2. Grafik evaluasi kekuatan otot dengan MMT

3
3.1.3 Lequesne Algo Functional Index (Index lequesne)

4.
5.
6.
7.
Gambar 4.3 Evaluasi kemampuan fungsional dengan Lequesne
Algo Functional Index

Dari gambar grafik diatas, nilai lequesne index yang didapatkan saat
setelah dilakukan terapi sebanyak enam kali. Hal ini dapat dilihat dari
lequesne index pada T0 dengan hasil 7,5 pada derajat berat sedangkan T6
dengan hasil 5 pada derajat sedang. Grafik menunjukkan bahwa adanya
penurunan total nilai lequesne index yang berarti terdapat peningkatan
kemampuan fungsional.
Dari data diatas dapat diketahui bahwa:
3.1.3.1 Terdapat penurunan nyeri.
3.1.3.2 Terdapat peningkatan kekuatan otot.
3.1.3.3 Terdapat peningkatan kemampuan fungsional.

3.2 Pembahasan
Dalam bab ini, penulis akan membahas mengenai pengaruh pemberian
TENS dan terapi latihan yang diterapkan untuk mengatasi problem OA
genu. Pada kasus ini, pasien usia 74 tahun dengan diagnosa medis OA genu
sinistra grade II yang menimbulkan problematika fisioterapi seperti adanya
nyeri pada lutut kiri, penurunan kekuatan otot quadriceps, dan penurunan
kemampuan fungsional. Setelah diberikan terapi TENS dan terapi latihan
sebanyak 6 kali. Analisa dan pembahasan hasil sebagai berikut:

4
3.2.1 Nyeri
Pada T1, nyeri yang terjadi adalah nyeri yang mungkin dapat
bersumber dari regangan serabut saraf periosteum, hipertensi intra-
osseous, regangan kapsul sendi, hipertensi intra-artikular, regangan
ligament, microfraktur tulang subkondral, entesopati, spasme otot
(Kalim, 2014). Dengan pemberian TENS maka serabut saraf
berdiameter besar akan diaktivasi dan dapat mengaktivasi sel - sel
interneuron di substansia gelatinosa sehingga susunan saraf
berdiameter kecil terhalang menyampaikan rangsangan nyeri ke pusat
saraf dan menutup spinal gate. Dengan menutupnya spinal gate maka
informasi nyeri terputus (Pardjoto, 2006).
3.2.2 Kekuatan otot
Pada kasus ini, dilakukan resisted exercise dengan metode
endurance menggunakan quadriceps bench, karena penurunan
kekuatan otot dan daya tahan otot akan menurun pada proses penuaan
dengan daya tahan otot penurunannya lebih besar dari kekuatan otot
(Salem et al, 2002 : 489-50, dikutip oleh Utomo, 2010). Latihan akan
menyebabkan terjadinya perubahan pada otot maupun sirkulasi
jantung. Hipertrofi pada otot meningkatkan sistem transportasi
oksigen sehingga kekuatan otot akan meningkat (Kusumawati, 2003).
Adaptasi merupakan karakteristik utama pada otot skeletal (Lesmana,
2012). Latihan beban dapat meningkatkan protein contraktil sehingga
terjadi peningkatan konsentrasi ATP-PC dan enzim glycolisis Lamb
(dikutip oleh Suharjana, 2013 dan Setiawan, 2014).
3.2.3 Kemampuan fungsional
Faktor kekuatan otot dan daya tahan otot anggota gerak bawah
berhubungan dengan kemampuan fungsional khususnya kemampuan
mobilitas seperti penurunan kecepatan jalan, penurunan
keseimbangan dan peningkatan resiko jatuh (Ferruci et al, 1997
dikutip oleh Utomo, 2010). Kenaikan nilai penurunan kekuatan otot
quadriceps femoris dan daya tahan otot quadriceps femoris lansia

5
akan diikuti kenaikan kemampuan fungsionallansia (Utomo, 2010).
Faktor yang mendukung peningkatan kemampuan fungsional yaitu
dengan berkurangnya nyeri dan meningkatnya kekuatan otot
quadriceps maka secara otomatis akan terjadi peningkatan
kemampuan fungsional.
Pemeriksaaan kemampuan fungsional dengan Lequesne Algo
Functional Index dibuat untuk OA lutut dan OA panggul serta
merupakan alat ukur yang memiliki validitas dan realibilitas yang
baik. Index lequesne ini terdiri dari 3 bagian, kategori: (1) Keluhan
nyeri atau ketidaknyamanan (pain or discomfort), (2) Jarak tempuh
maksimal dalam berjalan (maximum distance walked), (3)
Kemampuan beraktivitas fisik sehari – hari. Derajat beratnya OA
berdasarkan index Lequesne: dengan cara mengkalkulasi ketiga
parameter diatas kemudian mendapat derajat beratnya OA dan
disabilitas (Kalim, 2014).
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah dijelaskan pembahasan pada halaman sebelumnya, disimpulkan
bahwa pasien dengan nama Tn. S dengan umur 74 tahun dengan diagnosis
OA genu sinistra grade II terdapat permasalahan antara lain adanya nyeri
pada lutut kiri, adanya penurunan kekuatan otot, adanya penurunan
kemampuan fungsional. Setelah dilakukan terapi sebanyak 6 kali dengan
modalitas transcutaneus electrical nerve stimulationdan terapi latihan,
terjadi penurunan nyeri, peningkatan kekuatan otot, dan peningkatan
kemampuan fungsional.
4.2 Saran
Saran diberikan pada pasien agar dapat bekerjasama dengan terapis
dalam proses penyembuhan. Pasien dianjurkan mengurangi aktivitas yang
berlebihan, seperti tumpuan yang berlebih pada lutut kirinya. Pasien
dianjurkan untuk melakukan latihan dirumah seperti yang dilakukan saat
terapi yaitu latihan dengan menggunakan beban yang ditempatkan pada

6
bagian ankle dan bergerak ke arah menekuk dan meluruskan lutut, memakai
knee brace yang berfungsi untuk membatasi gerakan, dan mengompres
hangat pada lutut saat terasa nyeri dengan demikian akan mengurangi
keluhan yang timbul (Lesmana, 2006). Untuk olahraga, pasien disarankan
melakukan olahraga, seperti bersepeda statis, berjalan dalam air, berenang
(Ambardini, 2010).

DATAR PUSTAKA
Adnan Zainal. 2007. Mekanisme Gangguan Sendi (Osteoartritis) Dan
Pengelolaannya. Online http://perpustakaan.uns.ac.id, 20 Maret 2017.

Carlos, LJ.2013.Training Program. ClinicalMedicine.Department of Medicine,


Division of Rheumatology and Immunology. University of Miami.
Terjemahan Leonard M Miller. Editors Herbert S Diamond. 2013 School of
Medicine. USA.

Kalim, H. 2014. Rekomendasi IRA untuk Diagnosis dan Penatalaksanaan


Osteoartritis. Jakarta: Divisi Reumatologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI/RSCM.

Kuntono, Heru purbo. 2011. Nyeri Secara Umum dan osteoarthritis lutut dari
aspek.Fisioterapi Surakarta: Muhammadiya University Press.

Kusumawati, 2003. Pengaruh Latihan Isotonik Dengan En Tree Terhadap


Pengurangan Nyeri Dan Perbaikan Kapasitas Fungsional Pada
Osteoarthritis Lutut. Laporan Penelitian. Semarang: Universitas Diponegoro.

Parjoto, S. 2006. Terapi Listrik Untuk Modulasi Nyeri. Semarang: Ikatan


Fisioterapi Indonesia.

Wahyono, yulianto. 2007. Osteoarthritis pada lutut. IFI Magelang. Magelang. Pp


5-14.

Anda mungkin juga menyukai