Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMORAGIK STROKE

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. DEFENISI
Menurut WHO stroke yakni adanya tanda-tanda klinik yang berkembang
cepat akhir gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan selesai hidup tanpa
adanya penyebab lain yang terang selain vaskular (Muttaqin, 2008).
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di
otak pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke
hemoragi antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri
venosa. Biasanya kejadiannya dikala melaksanakan acara atau dikala aktif,
namun bisa juga terjadi dikala istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun
(Ria Artiani, 2009).
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu
kawasan di otak dan kemudian merusaknya (M. Adib, 2009).
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stroke hemoragik adalah salah satu
jenis stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di otak
sehingga darah tidak dapat mengalir secara semestinya yang menyebabkan
otak mengalami hipoksia dan berakhir dengan kelumpuhan.
2. ETIOLOGI
Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi
a. Aneurisma Berry, biasanya defek kongenital.
b. Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis. Atherosklerosis yakni
mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau
elastisitas dinding pembuluh darah. Dinding arteri menjadi lemah dan
terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi perdarahan
c. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
d. Malformasi arteriovenous, yakni pembuluh darah yang mempunyai
bentuk abnormal, terjadi kekerabatan persambungan pembuluh darah
arteri, sehingga darah arteri eksklusif masuk vena, menyebabkan mudah
pecah dan menimbulkan perdarahan otak.
e. Ruptur arteriol serebral, akhir hipertensi yang menimbulkan penebalan
dan degenerasi pembuluh darah.

Faktor resiko pada stroke adalah

1) Hipertensi
2) Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif,
fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif)
3) Kolesterol tinggi, obesitas
4) Peningkatan hematokrit (resiko infark serebral)
5) Diabetes Melitus (berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)
6) Kontrasepasi oral (khususnya dengan disertai hipertensi, merokok, dan
kadar estrogen tinggi)
7) Penyalahgunaan obat (kokain), rokok dan alkohol

3. PATOFISIOLOGI STROKE HEMORAGIK


Ada dua bentuk CVA bleeding
a) Perdarahan intra cerebral

Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi


menyebabkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa
atau hematom yang menekan jaringan otak dan menimbulkan oedema di
sekitar otak. Peningkatan TIK yang terjadi dengan cepat dapat
menyebabkan selesai hidup yang mendadak karena herniasi otak.
Perdarahan intra cerebral sering dijumpai di kawasan putamen, talamus,
sub kortikal, nukleus kaudatus, pon, dan cerebellum. Hipertensi kronis
menyebabkan perubahan struktur dinding permbuluh darah
berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.

b) Perdarahan sub arachnoid

Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM.


Aneurisma paling sering didapat pada percabangan pembuluh darah
besar di sirkulasi willisi. AVM dapat dijumpai pada jaringan otak
dipermukaan pia meter dan ventrikel otak, ataupun didalam ventrikel
otak dan ruang subarakhnoid. Pecahnya arteri dan keluarnya darah
keruang subarakhnoid menyebabkan tarjadinya

peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya struktur peka nyeri,


sehinga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk dan
tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatam TIK yang
mendadak juga menyebabkan perdarahan subhialoid pada retina dan
penurunan kesadaran. Perdarahan subarakhnoid dapat menyebabkan
vasospasme pembuluh darah serebral. Vasospasme ini seringkali terjadi
3-5 hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya hari ke 5-9,
dan dapat menghilang setelah ahad ke 2-5. Timbulnya vasospasme
diduga karena interaksi antara bahan-bahan yang berasal dari darah dan
dilepaskan kedalam cairan serebrospinalis dengan pembuluh arteri di
ruang subarakhnoid. Vasospasme ini dapat menyebabkan disfungsi otak
global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese,
gangguan hemisensorik, afasia dan lain-lain). Otak dapat berfungsi kalau
kebutuhan O2 dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan
didalam sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak
punya cadangan O2 jadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak walau
sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan
kebutuhan glukosa sebagai materi bakar metabolisme otak, tidak boleh
kurang dari 20 mg% karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan
glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga
bila kadar glukosa plasma turun hingga 70 % akan terjadi gejala
disfungsi serebral. Pada dikala otak hipoksia, badan berusaha memenuhi
O2 melalui proses metabolik anaerob,yang dapat menyebabkan dilatasi
pembuluh darah otak.

4. MANIFESTASI KLINIK
Kemungkinan keganjilan yang berkaitan dengan stroke
a. Daerah a. serebri media
1) Hemiplegi kontralateral, sering disertai hemianestesi
2) Hemianopsi homonim kontralateral
3) Afasi bila mengenai hemisfer dominan
4) Apraksi bila mengenai hemisfer nondominan
b. Daerah a. Karotis interna
Serupa dengan bila mengenai a. Serebri media
c. Daerah a. Serebri anterior
1) Hemiplegi (dan hemianestesi) kontralateral terutama di tungkai
2) Incontinentia urinae
3) Afasi atau apraksi tergantung hemisfer mana yang terkena
d. Daerah a. Posterior
1) Hemianopsi homonim kontralateral mungkin tanpa mengenai
2) Daerah makula karena kawasan ini juga diperdarahi oleh a. Serebri
media
3) Nyeri talamik spontan
4) Hemibalisme
5) Aleksi bila mengenai hemisfer dominan
e. Daerah vertebrobasiler
1) Sering fatal karena mengenai juga pusat-pusat vital di batang otak
2) Hemiplegi alternans atau tetraplegi
3) Kelumpuhan pseudobulbar (disartri, disfagi, emosi labil)

5. KOMPLIKASI
Stroke hemoragik dapat menyebabkan
a) Infark Serebri
b) Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus normotensif
c) Fistula caroticocavernosum
d) Epistaksis
e) Peningkatan TIK, tonus otot abnormal

6. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan untuk stroke hemoragik, antara lain:
a) Menurunkan kerusakan iskemik cerebral
Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti central jaringan
otak, sekitar kawasan itu mungkin ada jaringan yang masih bisa
diselematkan, tindakan awal difokuskan untuk menyelematkan sebanyak
mungkin area iskemik dengan memperlihatkan O2, glukosa dan aliran
darah yang adekuat dengan mengontrol / memperbaiki disritmia (irama
dan frekuensi) serta tekanan darah.
b) Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala
yang berlebihan, pemberian dexamethason.
c) Pengobatan
1. Anti koagulan: Heparin untuk menurunkan kecederungan perdarahan
pada fase akut.
2. Obat anti trombotik: Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa
trombolitik/emobolik.
3. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral

d) Penatalaksanaan Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran
darahotak. Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga
menderita beberapa penyulit menyerupai hipertensi, diabetes dan penyakit
kardiovaskular yang luas. Tindakan ini dilakukan dengan anestesi umum
sehingga saluran pernafasan dan kontrol ventilasi yang baik dapat
dipertahankan.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Angiografi cerebral

Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik menyerupai


perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber
perdarahan menyerupai aneurism atau malformasi vaskular.

b) Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan adanya hemoragi pada subarakhnoid atau perdarahan pada
intrakranial.
c) CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya
secara pasti.

d) MRI (Magnetic Imaging Resonance)


Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar
terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami
lesi dan infark akhir dari hemoragik.
e) EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat duduk perkara yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infrak sehingga menurunnya impuls listrik
dalam jaringan otak.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Aktivitas dan istirahat
a) Data Subyektif:
1) Kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi
atau paralisis.
2) Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )
b) Data obyektif:
1) Perubahan tingkat kesadaran
2) Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis (
hemiplegia ) , kelemahan umum.
3) Gangguan penglihatan
2. Sirkulasi
1) Data Subyektif:
a) Riwayat penyakit jantung ( penyakit katup jantung, disritmia,
gagal jantung , endokarditis bacterial ), polisitemia.
2) Data obyektif:
a) Hipertensi arterial
b) Disritmia, perubahan EKG
c) Pulsasi : kemungkinan bervariasi
d) Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
3. Integritas ego
a) Data Subyektif:
Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
b) Data obyektif:
1. Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesedihan ,
kegembiraan
2. Kesulitan berekspresi diri
4. Eliminasi
a) Data Subyektif:
1) Inkontinensia, anuria
2) Distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya
bunyi usus ( ileus paralitik )
5. Makan/ minum
a) Data Subyektif:
1. Nafsu makan hilang
2. Nausea / vomitus mengambarkan adanya PTIK
3. Kehilangan sensasi pengecap , pipi , tenggorokan, disfagia
4. Riwayat DM, peningkatan lemak dalam darah
b) Data obyektif:
1. Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan
faring )
2. Obesitas ( faktor resiko )
6. Sensori neural
a) Data Subyektif:
1. Pusing / syncope ( sebelum CVA / sementara selama TIA )
2. Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub
arachnoid.
3. Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat
menyerupai lumpuh/mati
4. Penglihatan berkurang
5. Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas
dan pada muka ipsilateral ( sisi yang sama )
6. Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
b) Data obyektif:
1. Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan ,
gangguan tingkah laku (seperti: letargi, apatis, menyerang) dan
gangguan fungsi kognitif
2. Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua
jenis stroke, genggaman tangan tidak seimbang, berkurangnya
reflek tendon dalam ( kontralateral )
3. Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )
4. Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif/ kesulitan berkata-kata, reseptif / kesulitan berkata-kata
komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.
5. Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran,
stimuli taktil
6. Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
7. Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi
pada sisi ipsi lateral
7. Nyeri / kenyamanan
a) Data Subyektif:
Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
b) Data Obyektif:
Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial
8. Respirasi
a) Data Subyektif:
Perokok ( faktor resiko )
Tanda:
1) Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas
2) Timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur
3) Suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
9. Keamanan
a) Data Obyektif:
1) Motorik/sensorik : duduk perkara dengan penglihatan
2) Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat
objek, hilang kewaspadaan terhadap episode badan yang sakit
3) Tidak bisa mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah
dikenali
4) Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan
regulasi suhu tubuh
5) Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap
keamanan, berkurang kesadaran diri
10. Interaksi sosial
a) Data Obyektif:
Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi
11. Pengajaran / pembelajaran
Data Subjektif :
a) Riwayat hipertensi keluarga, stroke
b) Penggunaan kontrasepsi oral
12. Pertimbangan rencana pulang
1) Menentukan regimen medikasi / penanganan terapi
2) Bantuan untuk transportasi, shoping , menyiapkan makanan ,
perawatan diri dan pekerjaan rumah

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berafiliasi dengan aliran darah


ke otak terhambat
2. Kerusakan komunikasi ekspresi berafiliasi dengan penurunan sirkulasi ke
otak
3. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting berafiliasi
kerusakan neurovaskuler
4. Kerusakan mobilitas fisik berafiliasi dengan kerusakan neurovaskuler
5. Resiko kerusakan integritas kulit berafiliasi dengan immobilisasi fisik
6. Resiko Aspirasi berafiliasi dengan penurunan kesadaran
7. Resiko injuri berafiliasi dengan penurunan kesadaran
8. Pola nafas tidak efektif berafiliasi dengan penurunan kesadaran.
D. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan

1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Monitorang neurologis


Perfusi jaringan tindakan keperawatan
1. Monitor ukuran, kesimetrisan, reaksi dan
serebral b.d aliran selama 3 x 24 jam,
bentuk pupil
darah ke otak diharapkan suplai aliran
terhambat. darah keotak lancar 2. Monitor tingkat kesadaran klien
dengan kriteria hasil:
3. Monitir tanda-tanda vital
- Nyeri kepala / vertigo
berkurang hingga de- 4. Monitor keluhan nyeri kepala, mual,

ngan hilang muntah

- Berfungsinya saraf 5. Monitor respon klien terhadap pengobatan

dengan baik
6. Hindari acara kalau TIK meningkat

- Tanda-tanda vital
7. Observasi kondisi fisik klien
stabil

Terapi oksigen

1. Bersihkan jalan nafas dari sekret

2. Pertahankan jalan nafas tetap efektif

3. Berikan oksigen sesuai intruksi

4. Monitor aliran oksigen, kanul oksigen dan


sistem humidifier
5. Beri penjelasan kepada klien perihal
pentingnya pemberian oksigen

6. Observasi tanda-tanda hipo-ventilasi

7. Monitor respon klien terhadap pemberian


oksigen

8. Anjurkan klien untuk tetap memakai


oksigen selama aktifitas dan tidur

2 Kerusakan Setelah dilakukan 1. Libatkan keluarga untuk membantu


komunikasi ekspresi tindakan keperawatan memahami / memahamkan berita dari / ke
b.d penurunan selama 3 x 24 jam, klien
sirkulasi ke otak diharapkan klien bisa
2. Dengarkan setiap ucapan klien dengan
untuk berkomunikasi lagi
penuh perhatian
dengan kriteria hasil:

3. Gunakan kata-kata sederhana dan pendek


- dapat menjawab
dalam komunikasi dengan klien
pertanyaan yang diajukan
perawat 4. Dorong klien untuk mengulang kata-kata

- dapat mengerti dan 5. Berikan instruksi / perintah yang sederhana


memahami pesan-pesan setiap interaksi dengan klien
melalui gambar
6. Programkan speech-language teraphy
- dapat
mengekspresikan 7. Lakukan speech-language teraphy setiap

perasaannya secara interaksi dengan klien

ekspresi maupun
nonverbal

3 Defisit perawatan Setelah dilakukan 1 Kaji kamampuan klien untuk perawatan diri
diri; tindakan keperawatan
2 Pantau kebutuhan klien untuk alat-alat bantu
mandi,berpakaian, selama 3x 24 jam,
dalam makan, mandi, berpakaian dan
makan, diharapkan kebutuhan
toileting
mampu bangkit diatas
kaki sendiri klien 3 Berikan perlindungan pada klien hingga
terpenuhi, dengan kriteria klien sepenuhnya bisa mandiri
hasil:
4 Berikan dukungan pada klien untuk
- Klien dapat makan menunjukkan acara normal sesuai
dengan perlindungan kemampuannya
orang lain / mandiri
5 Libatkan keluarga dalam pemenuhan
- Klien dapat mandi de- kebutuhan perawatan diri klien
ngan perlindungan orang
lain

- Klien dapat memakai


pakaian dengan
perlindungan orang lain /
mandiri

- Klien dapat toileting


dengan perlindungan alat

4 Kerusakan Setelah dilakukan 1 Ajarkan klien untuk latihan rentang gerak


mobilitas fisik b.d tindakan keperawatan aktif pada sisi ekstrimitas yang sehat
kerusakan selama 3x24 jam,
2 Ajarkan rentang gerak pasif pada sisi
neurovas-kuler diharapkan klien dapat
ekstrimitas yang parese / plegi dalam
melaksanakan pergerakan
toleransi nyeri
fisik dengan kriteria hasil
: 3 Topang ekstrimitas dengan bantal untuk
mencegah atau mangurangi bengkak
- Tidak terjadi
kontraktur otot dan
4 Ajarkan ambulasi sesuai dengan tahapan
footdrop
dan kemampuan klien
- Pasien berpartisipasi
5 Motivasi klien untuk melaksanakan latihan
dalam jadwal latihan
sendi menyerupai yang disarankan
- Pasien mencapai
6 Libatkan keluarga untuk membantu klien
keseimbangan dikala
latihan sendi
duduk

- Pasien bisa
menggunakan sisi badan
yang tidak sakit untuk
kompensasi hilangnya
fungsi pada sisi yang
parese/plegi

5 Resiko kerusakan Setelah dilakukan 1 Beri penjelasan pada klien tentang: resiko
integritas kulit b.d tindakan perawatan adanya luka tekan, tanda dan gejala luka
immobilisasi fisik selama 3 x 24 jam, tekan, tindakan pencegahan biar tidak terjadi
diharapkan pasien bisa luka tekan)
mengetahui dan
2 Berikan masase sederhana
mengontrol resiko
dengan kriteria hasil : - Ciptakan lingkungan yang nyaman

- Klien bisa menge-nali- Gunakan lotion, minyak atau bedak untuk


tanda dan gejala adanya pelicin
resiko luka tekan
- Lakukan masase secara teratur
- Klien bisa berpartisi-
pasi dalam pencegahan - Anjurkan klien untuk rileks selama

resiko luka tekan (masase masase


sederhana, alih ba-ring,
- Jangan masase pada area kemerahan utk
administrasi nutrisi, menghindari kerusakan kapiler
administrasi tekanan).
- Evaluasi respon klien terhadap masase

3 Lakukan alih baring

- Ubah posisi klien setiap 30 menit- 2 jam

- Pertahankan tempat tidur sedatar


mungkin untuk mengurangi kekuatan
geseran

- Batasi posisi semi fowler hanya 30 menit

- Observasi area yang tertekan (telinga,


mata kaki, sakrum, skrotum, siku, ischium,
skapula)

4 Berikan administrasi nutrisi

- Kolaborasi dengan jago gizi

- Monitor intake nutrisi

- Tingkatkan masukan protein dan


karbohidrat untuk memelihara ke-
seimbangan nitrogen positif

5 Berikan administrasi tekanan

- Monitor kulit adanya kemerahan dan


pecah-pecah

- Beri pelembab pada kulit yang kering dan


pecah-pecah
- Jaga sprei dalam keadaan bersih dan
kering

- Monitor acara dan mobilitas klien

- Beri bedak atau kamper spritus pada area


yang tertekan

6 Resiko Aspirasi Setelah dilakukan Aspiration Control Management :


berafiliasi dengan tindakan perawatan
- Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk
penurunan tingkat selama 3 x 24 jam,
dankemampuan menelan
kesadaran diharapkan tidak terjadi
aspirasi pada pasien - Pelihara jalan nafas
dengan kriteria hasil :
- Lakukan saction bila diperlukan
- Dapat bernafas
dengan mudah,frekuensi- Haluskan makanan yang akan diberikan

pernafasan normal
- Haluskan obat sebelum pemberian

- Mampu
menelan,mengunyah
tanpa terjadi aspirasi

7 Resiko Injuri Setelah dilakukan Risk Control Injury


berafiliasi dengan tindakan perawatan
- menyediakan lingkungan yang aman bagi
penurunan tingkat selama 3 x 24 jam,
pasien
kesadaran diharapkan tidak terjadi
syok pada pasien dengan- memberikan berita mengenai cara
kriteria hasil: mencegah cedera
- bebas dari cedera - memberikan penerangan yang cukup

- mampu menjelaskan - menganjurkan keluarga untuk selalu


factor resiko dari menemani pasien
lingkungan dan cara
untuk mencegah cedera

- menggunakan
akomodasi kesehatan
yang ada

8 Pola nafas tidak Setelah dilakukan Respiratori Status Management


efektif berafiliasi tindakan perawatan
- Pertahankan jalan nafas yang paten
dengan penurunan selama 3 x 24 jam,
kesadaran diharapkan referensi - Observasi tanda-tanda hipoventilasi
nafas pasien efektif
dengan kriteria hasil : - Berikan terapi O2

- Menujukkan jalan nafas- Dengarkan adanya kelainan bunyi

paten ( tidak merasa pemanis

tercekik, irama nafas


- Monitor vital sign
normal, frekuensi nafas
normal,tidak ada bunyi
nafas tambahan

- Tanda-tanda vital dalam


batas normal
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Persarafan. Jakarta : Salemba Medika

___________. Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic. Diakses pada tanggal 6


Februari 2012 di http://nursingbegin.com/askep-stroke-hemoragik/

___________. Konsep Teori Stroke Hemoragik. Diakses pada tanggal 6 Februari


2012 http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/

http://sharekeperawatan.blogspot.com/2017/08/laporan-pendahuluan-stroke-
hemoragik.html
PATHWA HEMORAGIK STROKE

Anda mungkin juga menyukai