SKRIPSI
Oleh :
MISDA DEWI NOVALINA SAGALA
08111005007
SKRIPSI
Oleh :
MISDA DEWI NOVALINA SAGALA
08111005007
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Bidang Ilmu
Kelautan pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sriwijaya
Inderalaya, ………………...
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Sriwijaya, saya yang bertanda tangan di bawah
ini :
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif
ini Universitas Sriwijaya berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.
Inderalaya, …………………
Yang Menyatakan
Kata kunci : Perubahan Garis Pantai, Citra SPOT, Abrasi, Akresi, Tanjung Layang
vii
ABSTRACT
Tanjung Layang is a beach area mainly used for tourism activities in Bangka
Belitung province. This area is near Karimata Strait in east, so it is influenced by the
properties of the sea as winds generate waves and tides. The purpose of this research
was to analyze the height, period and direction of waves generated by the wind in
Layang Cape Sungailiat City; to analyze the amount of sediment transported by the
waves at Layang Cape Sungailiat City. This research also focus on analyzing the
changes at the Cape’s shoreline and the amount of sediment transported through
remote sensing technology in Layang Cape. This research was conducted from August
2015 to November 2015 at Layang Cape. Aside from the remote sensing method
{using satellite images SPOT 4(2007, 2008 and 2010) and SPOT 6 (2014)}, The
analytic method (using wind data from 2007 to 2014) was also used in this study. This
study’s findings showed that the shoreline changes from 2007 to 2008 resulted in an
abrasion and accretion area of 0.1916 km2 and 0.0161 km2, respectively with sediment
transport covering 174,882.7 m3. From 2008 to 2010, there was an abrasion and
accretion area of 0.3263 km2 and 0.0039 km2, respectively with sediment transport
covering 186,451.5 m3. Finally, from from 2010 to 2014, there was an abrasion and
accretion area of 0.1359 km2 and 0.022 km2, respectively with sediment transport
covering 866,661.92 m3.
viii
RINGKASAN
ix
LEMBAR PERSEMBAHAN
Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya
yang penulis terima sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Gelar Sarjana
Kelautan (S.Kel) yang penulis terima tidak terlepas dari peran orangtua, saudara,
dosen dan jajarannya, sahabat, teman serta pihak-pihak di sekitar penulis.
Skripsi ini kupersembahkan kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kehidupan, kesehatan, serta berkat
kasih karunia-Nya kepada penulis. Terimakasih Tuhan, cinta-Mu sungguh
teramat baik
2. Teristimewa kedua orangtua, Bapak Ir. M. Sagala (+) dan Mama
M.P br Sipayung. Terimakasih atas dukungan, pengorbanan, doa dan kasih
sayang yang tidak pernah berkesudahan yang selalu penulis terima.
3. Abang-abang terkasih dan eda yang selalu memberikan semangat, bantuan,
kritikan dan saran tiada hentinya kepada penulis (Irfan Prabet Togu Sagala, S.T
& Eda mama Riama, Sarman Pardamean Sagala, S.E & Eda mama Basvian,
Darman Mangihut Sagala, S.IP dan Ade Hotman Lihardo Sagala, S.Kel & Eda
Dewanti calon mama) Semoga berkat kasih-Nya selalu tercurah kepada kita.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Anis Saggaff, MSCE selaku Rektor Universitas Sriwijaya.
5. Bapak Drs. M. Irfan, M.T selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam.
6. Bapak Heron Surbakti, S.Pi., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Kelautan
FMIPA Universitas Sriwijaya sekaligus sebagai pembimbing kedua yang telah
banyak memberikan bantuan, arahan, masukan, dukungan dan ilmunya kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas bantuan dan
bimbingan bapak dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Bapak Andi Agussalim, S.Pi., M.Sc selaku dosen pembimbing akademik penulis
sekaligus pembimbing utama skripsi yang telah banyak memberikan ide,
masukan, arahan dan penyelesaian masalah baik selama perkuliahan,
pelaksanaan skripsi di lapangan sampai pembuatan laporan skripsi. Terimakasih
bapak atas bantuan dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.
x
8. Bapak Dr. M. Hendri, M.Si dan Ibu Anna Ida Sunaryo, S.Kel., M.Si selaku
penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam menyelesaikan
skripsi ini.
9. Bapak Syarief Budhiman, S.Pi., M.Sc selaku kepala Bidang Sumber Daya
Wilayah Pesisir dan Laut (SDWPL) serta Ibu Nanin Anggraini selaku
pembimbing lapangan bagi penulis di LAPAN yang telah banyak memberikan
saran, membagikan ilmu dan pengalamannya bagi penulis.
10. Seluruh dosen Ilmu kelautan dan jajarannya yang sangat mendidik sejak penulis
baru menjadi mahasiswa hingga penulis menjadi alumni.
11. Bapak tua, Maktua, Abang Warman dan eda di Palembang, terimakasih untuk
setiap kebersamaan maupun cinta kasih yang penulis rasakan, semoga Tuhan
menyertai dan memberikan kesehatan, panjang umur kepada paktua dan maktua.
12. Keluarga besar POSEIDON, terhitung 5 September 2011 kita berkenalan,
berbagi cerita, belajar+fieldtrip+jalan+tidur+makan+heboh+ngerjain_tugas+
lembur+pulang_malem+ngelab bareng, sedih dan sukanya ngejer ilmu dan
ngejer dosen hingga akhirnya kelak masing-masing kita akan berpisah satu demi
satu sampai tiba kembali saatnya bagi kita untuk bertemu:
Desi Melda Situmorang : jago futsal, care nya melebihi pacar, telaten kalo
ngerawat yang sakit dll. Terimakasih ya say untuk perhatian, kebersamaan, tawa dan
tangisnya semoga apa yang diharapkan senantiasa dilancarkan
Elza Anggraini : ahli pemetaan dengan tema skripsi tentang SPL,
semoga bisa nemuin rumus baru yah pir, siapa tau kan jadinya Menurut Anggraini,
2016* ciyeeeeehh. Sukses terus piri
Harum Farahisah Siregar : asal padang berdarah batak, paling ga suka heboh
namun terkadang heboh mendadak, bawaannya kalem tapi kalo tentang film/anime
paling paham. sukses dan semoga skripsinya lancar yah bor
xi
Hawa Fitari : lagi ngehits bareng scrap frame digitalnya di
genscrapp (IG) semoga lancar diusahanya dan di skripsinya ya piri.. Sukses dan
langgeng bareng abangnya.. :D
Juaini Anggraini : hijaber manis asal Kayuagung, paling up to date
perihal fashion dengan akun IG jujug_shop yang lagi nge_up banget (monggo difollow)
:D Sukses dan semoga diperlancar terus yah sayang
Lastari : jago silat dengan nim paling awal (01) jadi kalo maju
atau ujian selalu kena duluan, hehehh semoga segalanya berkah yah pir, sukses terus
piri
Mutiara Ananda Dwi Permata : cantik, baik lagi penyayang, selalu sabar dan tabah di
setiap kondisi, paling telaten kalo ngurusin barang fieldtrip. Terimakasih piri sayang
sudah banyak berbagi manisnya hidup, ceilaahhh, love you piri
Nilam Dio Tifani : manis, bijaksana, sopan dan patut jadi teladan.. Selalu
ngomong teratur dan lantun layaknya putri keraton solo, berhubung emang asalnya dari
Solo. Terimakasih untuk cerita-cerita kita ya mbak nilam..
Resty Paramitha : imut dengan pipinya yang tembem, suka senyum
dalam kondisi apapun, sekretaris himpunan dan berjaya pada masanya dan semoga
terus berjaya serta langgeng di masa depan yah pir.
Reza Iklima : co ass. lab Osekim yang paling rapi kalo lagi nulis
catetan, terus kalo lagi ujian paling mantep soal ringkasan, semoga ilmunya berkah buat
dunia pekerjaan ya sayang, juga skripsinya senantiasa dilancarkan.
Tiara Santeri : manis, cantik tapi sering dibuli, suka ngajak ribut
padahal pengen diungkit.. hahahha, thankyou yah piri sudah menghebohkan kelautan. I
Love you more
28 sahabat lelaki tangguh :
Andreas Hasiholan Sitorus Andy Irawan
Andy Taruna Chaidir Ali
Delvredo Barus Dwi Sapto Widodo
Endang Saputra Fadli Siregar
Fikri Hans Ishack Fernando Purba
Jimmy Parapat Jufrensis Pranata Sembiring
Leonardo Gultom Martua Simangunsong
Michael Ehud Otniel Sirait Michael Araventa Ginting
Rama Adriyan Recy Vetra
Rico Febriansyah Rinaldo Simbolon
Stevan Ginting Sumantri Munthe
Syafrizal Riesky Tonnie Sepwiratama
Tri Eka Maranatha Hutabarat Tumpal Sinaga
Yohanes Hutapea Zumar Haamim
Terimakasih untuk Poseidon-man (Itok, Iban, Ces, Tulang, Abang)
kebersamaan kita sungguh teramat istimewa, terimakasih sudah saling
menjaga selama ini dan semoga pertarungan yang masih dijalani di bumi
Inderalaya juga di tempat lain nantinya berjalan lancar sesuai harapan, Amin
xii
13. Kakak tingkat dari tahun 2006, 2007, 2008, 2009 dan 2010 serta adek tingkat
2012, 2013, 2014 dan 2015 terima kasih atas segala kebersamaan, motivasi,
suka, duka dan keceriaan bersama penulis. Kita Satu dalam Kelautan.
14. Hasian Martua Simangunsong, terima kasih atas kasih sayang, semangat,
inspirasi, bantuan, perhatian, kebersamaan yang telah dibagikan kepada penulis.
Semoga Tuhan senantiasa memberikan berkat dan kesuksesan kepada kita
15. Sahabat Paula Yuliani Sitanggang, S.P Terimakasih ya bor untuk setiap bantuan,
perjalanan, kisah dan cerita kita selama ini. Semoga sukses dan kelak dapat
dipertemukan kembali dalam kisah dan cerita yang berbeda.
16. Keluarga bedeng Pinky & bedeng OKE
Intan Anistya Sihombing, S.TP Melpa Jesika Sitanggang, S.KM
Ns. Anna Sihombing, S.Kep Citra Nainggolan
Eko Fernando Sitorus Josia Sitinjak, S.Kel
Nasib Sibuea, S.T Frans Dominggus Lubis, S.H
Tommy Simarmata, S.T Santoso Simangunsong
Simson Simatupang, S.T Aswin Nainggolan, S.T
Atven Sanggam Sianipar Tumpol Simarmata
Ranto Lubis Herbet Munthe
Mia Ica
Terima kasih untuk kebersamaan maupun bantuan yang penulis terima,
keluarga ini akan selalu penulis kenang dan semoga kelak kita dapat kembali
berkumpul bersama.
17. Sahabat ladies (Laura Situmorang, S.E, Susianty Natalia Dewi Sinaga, S.Sos,
Fera Haloho, S.Pd, Intan Meitriyani Sidauruk, S.Sos) Sukses terus yah bebs
18. Teman-teman selama kerja praktek dan skripsi di LAPAN
Chandra Boangmanalu (UNSRI) Yoseph Simangunsong (UNSRI)
Andreas Hasiholan Sitorus (UNSRI) Recy Vetra (UNSRI)
Andy Irawan (UNSRI) Tifa Ramadany, S.T (UNDIP)
Bagus Yuli Arianto, S.T (UNDIP) Monica Apriliana, S.T (UNDIP)
Dara Pricilia (UNSOED) Zahria Aulia Nisa (UNSOED)
Bayu Viyata (UHT) Denysyah Dwi Angky (UHT)
Kapten Dedy Suryanegara (STTAL) Lettu Faishal (STTAL)
Serma Arya (STTAL)
Terimakasih untuk saling berbagi cerita dan pengalamannya, semoga
kita semakin diperkaya lagi.
19. Afry Sitohang dan Willy Simanungkalit
20. Keluarga besar Laboratorium Penginderaan Jauh dan SIG, Batic’s, Naimarata,
Silahisabungan, HKBP Efrata dan GKPS Palembang.
21. Semua pihak yang telah banyak membantu selama ini namun tidak dapat
disebutkan satu persatu, Tuhan memberkati kita semua.
xiii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat yang
diberikan oleh-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Perubahan
Garis Pantai Menggunakan Citra SPOT Multitemporal dan Metode Analitik di
Daerah Tanjung Layang Kecamatan Sungailiat Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung”. Skripsi ini menjelaskan tentang perubahan garis pantai yang terjadi di
daerah Tanjung Layang selama 8 tahun (2007-2014).
Tanjung Layang berbatasan langsung dengan Selat Karimata sehingga
memiliki pengaruh tinggi dari gelombang yang dibangkitkan oleh angin. Gelombang
yang terjadi di daerah Tanjung akan mengakibatkan erosi dan mengurangi garis pantai
ke arah daratan, sedangkan gelombang yang terjadi di daerah tenang seperti pada
daerah teluk akan mengalami penambahan garis pantai ke arah lautan. Garis pantai
yang mengalami perubahan tersebut dapat dilihat dari hasil olahan data citra satelit
yakni satelit SPOT 4 tahun 2007, 2008 dan 2010 serta citra satelit SPOT 6 tahun 2014.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah berjasa
membantu, mengarahkan dan membimbing penulis dari tahap perencanaan, pelaksanaan,
penyusunan hingga sampai pada tahap penyelesaian skripsi ini. Penulis berharap hasil dari
penelitian ini dapat memberikan informasi sebagai ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi
seluruh pihak yang membutuhkan.
Penulis menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak, begitu juga dalam
penyusunan skripsi ini yang tidak luput dari kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menciptakan karya yang lebih
baik lagi dimasa akan datang. Semoga Tuhan senantiasa menyertai dan memberkati setiap
rencana dan kegiatan kita. Amin
Penulis
xiv
DAFTAR ISI
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Penelitian terkait dengan penelitian yang dilakukan ...................................... 2
2. Klasifikasi Ukuran Butir dan Sedimen ........................................................... 9
3. Klasifikasi Gelombang Berdasarkan Perioda ................................................. 11
4. Spesifikasi Satelit SPOT 4 ............................................................................. 17
5. Spesifikasi Satelit SPOT 6.. ........................................................................... 17
6. Karakteristik dan kemampuan aplikasi setiap saluran (band) SPOT ............ 18
7. Penelitian terkait dengan penelitian yang dilakukan ..................................... 19
8. Alat dan Bahan .............................................................................................. 27
9. Koordinat pengambilan sampel ..................................................................... 29
10. Persentase Berat Fraksi dan Tipe Sedimen di Tanjung Layang ................... 45
11. Frekuensi dan Persentase Angin Selama 8 Tahun (2007-2008) ................. 47
12. Panjang Fetch Efektif Perairan Tanjung Layang, Sungailiat Bangka ........ 52
13. Arah Datang Gelombang pada Tahun 2007-2008 ...................................... 56
14. Angkutan Sedimen pada Tahun 2007-2014 ................................................ 58
15. Kecepatan Akumulasi Sediment Trap pada Bulan Oktober ........................ 59
16. Perubahan Garis Pantai Berdasarkan Tahun Perekaman Citra ................... 60
17. Luasan Daerah Tanjung Layang yang mengalami Abrasi dan Akresi ....... 61
18. Perhitungan Kecepatan Akumulasi, Angkutan Sedimen, Luas Abrasi
dan Akresi Berdasarkan Teknologi Penginderaan Jauh dan Metode
Analitik Sesuai dengan Tahun Perekaman Citra ........................................ 66
19. Perhitungan Kedalaman Sedimen yang Terangkut dari Garis Pantai .......... 67
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Diagram Alir Perumusan Masalah ............................................................... 5
2. Terminologi Pantai untuk Keperluan Rekayasa Pantai ................................. 7
3. Akresi Pantai ................................................................................................. 13
4. Tanjung Layang Kota Sungailiat ................................................................... 15
5. Peta Lokasi Penentuan Perubahan Garis Pantai di Daerah Tanjung
Layang Sungailiat ......................................................................................... 23
6. Peta Penentuan Titik Sampling .................................................................... 24
7. Citra SPOT 4 tahun 2007 ............................................................................. 25
8. Citra SPOT 4 tahun 2008 ............................................................................. 25
9. Citra SPOT 4 tahun 2010 ............................................................................. 26
10. Citra SPOT 6 tahun 2014 ........................................................................... 26
11. Desain Sediment Trap menurut Rifardi (2012) .......................................... 29
12. Desain Sediment Trap Lapangan ............................................................... 30
13. Koreksi Pasang Surut ................................................................................. 33
14. Koreksi Kecepatan Angin dengan Fetch Lebih Besar dari 10 Mil ............. 36
15. Fetch .......................................................................................................... 37
16. Diagram Alir Pengolahan Data .................................................................. 41
17. Bagian Daerah Lokasi Penelitian ............................................................... 42
18. Lokasi abrasi (a) Pantai Matras (b) Pantai Tongaci (c) Pembangunan
Breakwater ................................................................................................. 43
19. Grafik Pasang Surut Oktober 2014 di Sungailiat ....................................... 44
20. Kecepatan dan arah angin tahun 2007 hingga 2014 .................................. 46
21. Kecepatan dan arah angin selama musim barat ......................................... 48
22. Kecepatan dan arah angin selama Musim Peralihan 1 ................................ 49
23. Kecepatan dan arah angin selama Musim Timur ........................................ 50
24. Kecepatan dan arah angin selama Musim Peralihan 2................................ 51
25. Tinggi dan Periode Gelombang per musim Tahun 2007-2014 ................... 53
26. Tinggi Gelombang per bulan Tahun 2007-2014 ......................................... 54
xviii
27. Periode Gelombang per bulan Tahun 2007-2014 ...................................... 55
28. Tinggi dan arah datang gelombang ............................................................. 56
29. Informasi (a) akresi dan (b) abrasi pantai hasil digitasi citra SPOT 4
(tahun 2007-2008) ....................................................................................... 62
30. Informasi (a) akresi dan (b) abrasi pantai hasil digitasi citra SPOT 4
(tahun 2008-2010) ....................................................................................... 63
31. Informasi (a) akresi dan (b) abrasi pantai hasil digitasi citra SPOT 4
(tahun 2010-2014) ....................................................................................... 64
32. Informasi (a) Garis pantai Matras 2010 sebelum pembangunan
breakwater dan (b) Akresi akibat pembangunan breakwater tahun
2014............................................................................................................. 65
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Analisis fetch efektif dari arah utara, timur laut, timur, tenggara, selatan,
barat daya dan barat laut .............................................................................. 74
2. Kecepatan rata-rata angin dan arah angin dominan yang terjadi per tahun . .79
3. Tinggi dan periode gelombang rata-rata selama tahun 2007-2014 .............. 80
4. Angkutan sedimen selama tahun 2007-2014. .............................................. 84
5. Ukuran besar butir sedimen ......................................................................... 102
6. Densitas sedimen ........................................................................................ 107
7. Kecepatan akumulasi sedimen pada tiap stasiun ........................................ 107
8. Koreksi pasang surut ................................................................................... 108
9. Pengukuran Panjang Fetch Melalui Software ArcGis 9.3 ........................... 112
10. Dokumentasi di lapangan ........................................................................... 113
11. Dokumentasi di laboratorium .................................................................... 115
12. Bukti pelaksanaan skripsi di LAPAN ......................................................... 116
13. Bukti serah terima data angin di BMKG .................................................... 117
xx
I PENDAHULUAN
Teknologi Metode
Penginderaan Jauh Analitik
Gelombang Arus
Analisis
Ditinjau dari profil pantai, daerah kearah pantai dari garis gelombang
pecah dibagi menjadi 3 daerah yaitu inshore, foreshore dan backshore. Perbatasan
antara inshore dan foreshore adalah batas antara air laut pada saat muka air rendah
dan permukaan pantai. Proses gelombang pecah di daerah inshore sering
menyebabkan terbentuknya longshore bar, yaitu gumuk pasir yang memanjang
dan kira-kira sejajar dengan garis pantai. Foreshore adalah daerah yang
terbentang dari garis pantai pada saat muka air rendah sampai batas atas dari
uprush pada saat air pasang tinggi (Triatmodjo, 2008).
dalam bidang horizontal. Swell adalah gelombang yang telah merambat keluar
dari medan pembangkit angin (Ningsih, 2000).
perbani. Pasut purnama adalah pasang yang paling tinggi yang dialami oleh suatu
perairan, terjadi pada waktu bulan purnama ataupun bulan mati, sedangkan pasut
perbani adalah surut yang paling rendah dan terjadi pada waktu bulan sabit (1/4
dan 3/4) (Pariwono, 1999).
representatif yang mewakili batas antar daratan dan perairan pada pantai-pantai
dengan karakteristik berbeda seperti pantai lumpur, pantai pasir, pantai batu,
pantai karang ataupun pantai buatan (Poerbondono dan Djunasjah, 2012).
Garis pantai tidak sama dengan garis pesisir (coastline). Pada saat air
dalam kedudukan pasang tinggi, maka terbentuk garis yang disebut dengan garis
pesisir (coastline). Garis pesisir ini terjadi relatif tetap dan terletak pada tempat
tertentu. Pada saat air berada pada kedudukan pasang tertinggi (highest water
level) maka garis pantai dan garis pesisir berada pada kedudukan berimpitan
(Fandeli, 2012).
Lingkungan pantai merupakan daerah yang selalu mengalami perubahan.
Perubahan lingkungan pantai dapat terjadi secara lambat hingga cepat, tergantung
pada imbang daya antara topografi, batuan dan sifat-sifatnya dengan gelombang,
pasut, dan angin. Yulius dan Ramdhan (2013) menyatakan bahwa kawasan pantai
bersifat dinamis, artinya ruang pantai (bentuk dan lokasi) berubah dengan cepat
sebagai reaksi terhadap proses alam dan aktivitas manusia. Terjadinya perubahan
garis pantai sangat dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi pada daerah
sekitar pantai. Proses ini berlangsung dengan sangat kompleks dan dipengaruhi
oleh tiga faktor utama yaitu kombinasi arus, gelombang dan transpor sedimen
serta konfigurasi pantai yang saling mempengaruhi satu sama lain.
2.5.1 SPOT 4
SPOT (Satellite pour I’Observation dela terre) merupakan sistem satelit
observasi bumi milik Perancis. Sistem observasi bumi SPOT dirancang oleh
Badan Antariksa Perancis (France Space Agency) yaitu CNES (Centre National
d’Etudes Spatiales), diproduksi oleh Perancis bekerja sama dengan Belgia dan
Swedia. SPOT 4 merupakan satelit generasi kedua setelah SPOT 2 yang
diluncurkan pada bulan Maret 1998. Karakteristik sistem inderaja SPOT 4 dapat
dilihat pada Tabel 4.
17
Spesifikasi SPOT 4
Resolusi Spasial Pankromatik 10 m (490-690 nm)
Multispektral 20 m
Panjang Gelombang 1 Band Pankromatik : 610-680 nm
4 Band Multispektral :
Green (500-590 nm)
Red (610- 680 nm)
Near IR (790-890 nm)
MIR (middle IR) (1580-1750 nm)
Resolusi Temporal 26 hari
Ukuran Frame 60 km2
Sumber : LAPAN, 2006
2.5.2 SPOT 6
SPOT 6 merupakan satelit generasi baru dari keluarga Satelit SPOT yang
memiliki dua pusat stasiun penerima di Toulouse (France) dan Kiruna (Sweden)
dengan pusat program Astrium GEO-Information Service di Toulouse dan
Chantilly VA (USA). Pusat control satelit SPOT 6 adalah Astrium Satellite di
Toulouse. SPOT 6 diluncurkan pada tanggal 12 September 2012 di Satish
Dhawan Space Center – India menggunakan kendaraan Polar Satellite Launch
Vehicle (PSLV). Karakteristik sistem inderaja SPOT 6 dapat dilihat pada Tabel 5.
Spesifikasi SPOT 6
Resolusi Spasial Pankromatik 1.5 meter
Multispektral 6 meter
Panjang Gelombang 1 Band Pankromatik : 450-745 nm
4 Band Multispektral :
Blue (450-520 nm)
Green ( 530-590 nm)
Red ( 625- 695 nm)
Near IR (760-890 nm)
26 hari
60 km2
Resolusi Temporal
Ukuran Frame
Sumber : Astrium, 2014
18
Citra digital dibentuk dari elemen-elemen gambar atau pixel. Ukuran pixel
adalah ukuran obyek terkecil yang masih dapat terekam dan disajikan pada citra
dan sering disebut sebagai resolusi spasial. Setiap jenis citra penginderaan jauh
memiliki karakteristik spektral sesuai dengan panjang gelombang yang digunakan
dalam perekaman datanya. Karakteristik spektral dalam penginderaan jauh adalah
ciri atau karakter setiap obyek dalam menyerap dan memantulkan tenaga yang
diterimanya. Karakteristik dan kemampuan aplikasi setiap saluran (band) SPOT
dapat dilihat pada Tabel 6.
Abrasi dan akresi pada garis pantai dipengaruhi oleh energi gelombang
yang ditimbulkan akibat tiupan angin. Menurut Pariwono (1999) gelombang
tersebut merupakan fungsi dari tiga faktor yaitu kecepatan angin, durasi angin dan
jarak sumber angin pada perairan terbuka. Perhitungan secara analitik atas ketiga
faktor tersebut dapat menghasilkan nilai tinggi dan periode gelombang serta
angkutan sedimen.
24
25
B Analisis di laboratorium
1 Sampel sedimen Bahan uji
2 Aluminium foil dan cawan Tempat sampel sedimen
3 Oven Pengering sampel sedimen
4 Timbangan analitik Mengukur berat sampel sedimen
5 Ayakan bertingkat Mengayak sampel sedimen
6 Gelas Ukur Wadah penampung air
7 Beaker glass Tempat mencampur sedimen
10 Alat Tulis Mencatat
11 Air Mengukur densitas sedimen
12 Tisu Membersihkan dan mengeringkan
alat
C Pengolahan Data
1 Laptop Menjalankan perangkat lunak dan
pengolahan data
2 Data Citra SPOT 4 thn 2007, 2008, Sumber data yang digunakan untuk
2010 & SPOT 6 thn 2014 penentuan perubahan garis pantai
3 Data Angin 2007 s/d 2014 Peramalan gelombang
4 Peta Batimetri Dishidros, Bangka Peta koreksi pasang surut
thn2003 No.104
5 Peta Indonesia Peta penentuan Fetch
6 Data Pasang Surut Koreksi Citra
7 Software WRPLOT Mengolah data angin wind rose
8 Software ArcGis 9.3.0 Layout perubahan garis pantai
9 Software ErMapper 7.0 dan ENVI Mengolah data citra
10 Software Ms. Excel Mengolah data angin dan data
pasang surut
28
B. Data Angin
Data angin yang digunakan untuk peramalan gelombang diperoleh dari
Stasiun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika di Pangkalpinang. Angin
diperoleh pada ketinggian 10 meter dengan durasi perekaman tiap jam. Data angin
yang digunakan merupakan data interval 8 tahun, periode data tersebut
disesuaikan dengan data citra yang dianalisis.
D. Data Sedimen
Pengambilan data dari lapangan berupa sampel sedimen pada 5 titik
stasiun yang sudah ditentukan. Data pasang surut pada lokasi penelitian
menunjukkan waktu yang tepat untuk pemasangan sediment trap agar selalu
tergenang air. Pemasangan sediment trap dilakukan pada masing-masing stasiun
pada lokasi penelitian selama dua minggu (14 hari). Pemasangan Sediment trap
berguna untuk mengetahui jumlah angkutan sedimen. Lama pemasangan
sediment trap selama 14 hari sudah memenuhi anggapan bahwa sedimen telah
tertangkap dalam sediment trap dan mewakili periode pasang purnama dan
pasang perbani. Secara geografis titik pengambilan sampel di daerah pesisir
Pantai Tanjung Layang Sungailiat ditampilkan pada Tabel 9.
300 cm
C
B 60 cm
D 30 cm
A
2
70 cm
Keterangan :
1 : Tiang Pancang
2 : Tabung Perangkap sedimen
3 : Pipa
4 : Bendera
A: Sediment trap sisi darat (tegak lurus pantai)
B: Sediment trap sisi laut (tegak lurus pantai)
C: Sediment trap sisi kiri (sejajar pantai)
D: Sediment trap sisi kanan (sejajar pantai)
31
color) dan contrast enhancement agar kenampakan dari obyek garis pantai
menjadi jelas. Kombinasi Band (Red Green Blue) yang digunakan untuk
mempermudah proses identifikasi objek data citra satelit SPOT 4 dan SPOT 6
adalah kombinasi 413 seperti yang dilakukan oleh Wahyudin (2013).
6. Digital Number (DN)
Metode DN threshold sering digunakan untuk pengamatan perubahan
luasan. Beberapa penelitian seperti Liu dan Jezek (2004) dalam Marfai et al.
(2007) menggunakan ekstraksi otomatis pada garis pantai dari citra satelit dengan
menggunakan DN threshold, Chalabi et al. (2006) dalam Marfai et al. (2007) juga
telah melakukan pixel-based segmentation pada citra Ikonos menggunakan DN
threshold. Pemisahan antara darat dan laut telah dilakukan dengan sangat jelas
dan kontras menggunakan metode tersebut.
7. Klasifikasi tidak terbimbing
Klasifikasi tidak terbimbing dilakukan untuk menghasilkan 2(dua) kelas
dari citra yang dianalisis, yakni darat dan laut. Garis perbedaan atas hasil
pemisahan antara zona daratan dan lautan kemudian akan dianalisis sebagai garis
pantai (Purwadhi dan Sanjoto, 2008).
8. Convert data to vector
Proses ini merupakan tahapan mengubah bentuk cell pada citra menjadi
bentuk vektor dengan menggunakan software ErMapper 7.0. Menu yang
digunakan pada tahapan ini adalah Process kemudian Raster cells to vector.
Proses ini akan menghasilkan keluaran berupa garis perbedaan antara zona
daratan dan lautan (Purwadhi dan Sanjoto, 2008).
9. Export data vector to .shp
Export data vector to .shp dilakukan masih pada software ErMapper 7.0.
Data perolehan vector yang telah berbentuk garis kemudian di export dalam
bentuk .shp (shapefile) agar dapat diolah pada software ArcGis. Tahapan ini
terdapat pada menu Utilities dan export vector (Purwadhi dan Sanjoto, 2008).
10. Koreksi pasang surut
Dengan melihat waktu perekaman pada metadata dari kelima citra, maka
dilakukan koreksi pasang surut. Proses koreksi pasang surut ini merupakan proses
koreksi data citra yang dikoreksi terhadap kedudukan MSL (Mean Sea Level)
33
kurun waktu 8 tahun (2007-2014) dengan pertimbangan bahwa citra yang diolah
yaitu tahun 2007, 2008, 2010 dan 2014. Data pasang surut diperoleh melalui data
BOOST Departemen Kelautan dan Perikanan Pangkalpinang. Sudut kemiringan
pantai diperoleh dari proses pengolahan yang dilakukan pada Peta Dishidros.
Langkah pengkoreksian dimodifikasi dari perumusan geometri oleh
Purcell dan Varberg (1984). Proses koreksi dapat dilihat pada Gambar 13.
E
α
D
α
F
α
C
B
:..?
A
……………………………… (3)
……………………………… (4)
……………………………… (5)
Keterangan :
A : (Kedalaman pada Peta LPI) – ( MSL – Tinggi muka air perekaman citra)
B : Kedalaman pada Peta LPI (MSL)
C : (Tinggi muka air - MSL pada tahun citra) + (Kedalaman pada Peta LPI)
D : Jarak antara titik batimetri Peta LPI terhadap garis pantai (m)
E : Jarak antara kedalaman (C) terhadap garis pantai (m) (pasang)
F : Jarak antara kedalaman (A) terhadap garis pantai (m) (pasang)
α : Sudut kemiringan pantai
: Koreksi pasang surut (m)
34
Besar butir rata-rata (mean grain size) merupakan fungsi ukuran butir dari
suatu populasi sedimen atau nilai terbesar butir di mana 50% halus dan sebaliknya
kasar. Perhitungan untuk besar butir rata-rata menurut Wibisono (2005) adalah
sebagai berikut :
16 50 84
Mz ……………………………… (10)
3
Keterangan :
16 : ukuran partikel 16 %
50 : ukuran partikel 50 %
84 : ukuran partikel 84 %
durasi 1 jam, koreksi pengukuran angin dari darat ke laut dan juga koreksi
stabilitas. Data angin yang diperoleh dari BMKG merupakan data yang diambil
pada durasi tiap jam dengan ketinggian 10 m, sehingga koreksi yang perlu
dilakukan adalah koreksi pengukuran kecepatan angin di darat ke laut
(Triadmodjo, 2008).
Biasanya pengukuran angin dilakukan di daratan, sedangkan data yang
digunakan dalam rumus-rumus pembangkitan gelombang adalah yang ada di atas
permukaan laut. Oleh karena itu perlu dilakukan transformasi dari data angin di
atas daratan yang terdekat dengan lokasi studi ke data angin di atas permukaan
laut (Triadmodjo, 2008).
Gambar 14. Koreksi Kecepatan Angin dengan Fetch Lebih Besar dari 10 Mil
(sumber : Triatmodjo, 2008)
Hubungan antara angin diatas laut dan angin di atas daratan terdekat
diberikan oleh RL = Uw/UL seperti dalam Gambar 14. Gambar tersebut merupakan
hasil penelitian yang dilakukan di Great Lake, Amerika Serikat. Grafik tersebut
dapat digunakan untuk daerah lain kecuali apabila karakteristik daerah sangat
berlainan (Triadmodjo, 2008).
Koreksi stabilitas dilakukan jika fetch lebih besar dari 10 mile. Jika dalam
penelitian perbedaan temperatur air laut dan udara tidak diketahui, maka
diasumsikan sebagai kondisi tidak stabil (RT=1.1). Perhitungan yang digunakan
dalam koreksi stabilitas adalah sebagai berikut (Triatmodjo, 2008) :
Uc = RT . U10 ……………………………… (11)
Keterangan :
Uc : Kecepatan hasil koreksi (m/s)
RT : Konstanta koreksi stabilitas
U10 : Kecepatan pada ketinggian 10 m (m/s)
37
3. Perhitungan Fetch
Pada pembangkitan gelombang di laut, fetch dibatasi oleh bentuk daratan
yang mengelilingi laut. Di daerah pembentukan gelombang, gelombang tidak
hanya dibangkitkan dalam arah yang sama dengan arah angin tetapi juga dalam
berbagai sudut terhadap arah angin. Gambar 15. merupakan Peta Indonesia untuk
penentuan fetch agar dapat memperoleh fetch efektif. Menurut Triatmodjo (2008)
rumus perhitungan fetch adalah sebagai berikut:
……………………………… (12)
Keterangan :
Feff : Fetch rerata efektif
Xi : Panjang segmen fetch yang diukur dari titik observasi gelombang ke ujung
akhir fetch
: Deviasi pada kedua sisi dari arah angin dengan menggunakan pertambahan
6o sampai sudut 42o pada kedua sisi dari arah angin
……………………………… (15)
……………………………… (16)
Keterangan :
Hmo = tinggi gelombang energi signifikan (m)
Tp = periode gelombang (s)
X = panjangnya fetch (daerah tiupan angin),
u*2 = velositas friksi
U10 = kecepatan angin pada ketinggian 10 m dari muka laut (m/s)
Cd = koefisien gesekan
g = gravitasi bumi (9,8 m2/s)
5. Transformasi Gelombang
Metode transformasi gelombang (CHL, 2002) digunakan sebagai penentu
arah gelombang di pantai, metode tersebut ditentukan melalui persamaan di
bawah ini :
……………………………… (17)
……………………………… (18)
……………………………… (19)
Keterangan :
o = arah gelombang laut dalam
= arah gelombang pada kedalaman perairan dangkal
T = periode gelombang (s)
d = kedalaman perairan dangkal (m)
g = gravitasi bumi (9,8 m2/s)
……………………………… (21)
……………………………… (22)
Keterangan :
Hb : tinggi gelombang pecah (m)
Ho : tinggi gelombang (m)
Hmo : tinggi gelombang energi signifikan (m)
o : arah gelombang laut dalam
: arah gelombang pada perairan dangkal
Lo : panjang gelombang (m)
……………………………… (24)
a dan b dalam persamaan diatas dapat ditentukan melalui persamaan di bawah ini:
……………………………… (25)
40
……………………………… (26)
Keterangan :
db : kedalaman laut dimana gelombang pecah
tan : kelandaian pantai
a dan b : fungsi kelandaian pantai
Hb : Tinggi gelombang pecah (m)
γb : indeks gelombang pecah
g : gravitasi bumi (9,8 m2/s)
…………………… (27)
……………………………… (29)
Keterangan :
Q = Jumlah angkutan sedimen (m3/dt)
ρs = densitas partikel sedimen ( kg/m3)
ρ = densitas air laut ( kg/m3)
γb = Indeks gelombang pecah, perbandingan antara gelombang pecah dengan
kedalaman air dimana gel tersebut pecah.
n = Porositas sedimen
= Sudut gelombang pecah (0)
K = dimensional eolian koefisien transpor sedimen (1.4 e -2,5 D50)
……………………………… (30)
Keterangan :
Q = Angkutan sedimen (m3)
A = Abrasi/Akresi (m2)
z = Kedalaman (m)
41
……………………………… (31)
Keterangan :
KA = Kecepatan akumulasi (gr/cm3/hari)
W = Berat kering sedimen (gr)
L = volume sediment trap (cm3)
t = Waktu pemasangan sediment trap (hari)
Diagram alir pengolahan data perubahan garis pantai pada penelitian ini disajikan
pada Gambar16.
Klasifikasi Unsupervised
Prediksi Gelombang
Laut Lepas (Hmo, Tp)
Raster to Vector Vector to Shp
Transformasi Gelombang
Garis
Gelombang Pecah (Hb, db, γb) Pantai Terkoreksi
Kondisi fisik Pantai Tanjung Layang pada umumnya adalah sebagai berikut :
Kondisi pantai sebagian besar berpasir putih
Kemiringan rata-rata pantai landai dengan sudut 0,5o
Berdasarkan informasi dari penduduk setempat, garis pantai telah
mengalami kemunduran yang signifikan yang disebabkan adanya abrasi
dan terasa dalam 20 tahun terakhir
43
(a) (b)
(c)
Gambar 18. Lokasi abrasi (a) Pantai Matras (b) Pantai Tongaci
(c) Pembangunan Breakwater
(sumber : dokumentasi lapangan, Oktober 2015)
44
Tabel 10. Persentase Berat Fraksi dan Tipe Sedimen di Tanjung Layang
4.2 Angin
Distribusi kecepatan dan arah angin digunakan untuk mengetahui
persentase kejadian dari masing-masing kecepatan untuk setiap arah angin.
Kecepatan dan arah angin ini kemudian akan digunakan untuk mengetahui arah
46
Gambar 20. Kecepatan dan arah angin tahun 2007 hingga 2014
Hasil rekapitulasi data angin dari tahun 2007 – 2014 menunjukkan angin
bertiup dominan dari arah Tenggara dengan interval kecepatan maksimum berada
pada rentang nilai 4,5-9 m/s. Selat Karimata akan dipengaruhi oleh pergerakan
angin dari Benua Australia ke Benua Asia melalui Samudera Hindia Hasil
penelitian ini didukung oleh Martono (2009), yang menyatakan bahwa pola
sirkulasi angin permukaan di belahan bumi bagian selatan (Samudera Hindia)
relatif konstan sepanjang tahun yakni angin bergerak dari arah timur dan tenggara
ke arah barat dan barat laut.
Kecepatan maksimum dari kecepatan angin rata-rata tiap bulan adalah
7,65 m/s, sedangkan kecepatan angin minimum adalah 0,91 m/s dengan kecepatan
angin rata-rata dari total 8 tahun adalah 3,43 m/s (Lampiran 2). Kecepatan yang
ada dibagi berdasarkan interval, dimana kecepatan dominan yaitu pada interval
1,5-3,0 m/s sebesar 42%, interval 3,0-4,5 m/s sebesar 34% dan interval 4,5-9 m/s
sebesar 21% dan kecepatan angin dengan persentase paling kecil berada pada
interval 0-1,5 m/s sebesar 3,13%. Frekuensi dan persentase angin selama 8 tahun
dapat dilihat pada Tabel 11.
47
Kecepatan angin tertinggi dari tahun 2007-2014 berada pada bulan Juli
2013 sebesar 7,65 m/s dan kecepatan angin terendah terdapat pada bulan April
2010 senilai 0,91 m/s. Penelitian Martono (2009) menyatakan kecepatan sirkulasi
angin permukaan paling kuat di Samudera Hindia terjadi pada bulan Juli yang
merupakan puncak musim timur, sedangkan paling lemah terjadi pada bulan april
sesuai dengan hasil penelitian di Tanjung Layang (lampiran 2).
Pembagian musim berdasarkan Arinardi et al. (1997) dibagi menjadi
empat kategori, antara lain musim barat terjadi pada bulan Desember, Januari dan
Februari; musim peralihan 1 terjadi pada bulan Maret, April dan Mei; musim
timur terjadi pada bulan Juni, Juli dan Agustus sedangkan musim peralihan 2
terjadi pada bulan September, Oktober dan November.
Kecepatan dan arah angin selama musim barat dari tahun 2007 hingga
2014 ditunjukkan oleh Gambar 21. Angin bertiup dari arah utara, barat laut dan
barat dengan kecepatan dominan pada selang 3,0-4,5 m/s dan arah dominan dari
barat laut. Kecepatan tertinggi dengan selang 4,5m/s hanya datang dari arah
utara yang berbatasan langsung dengan Selat Karimata. Mulyadi et al. (2015)
dalam penelitiannya mengenai tinggi dan periode gelombang laut signifikan yang
dibangkitkan oleh angin di Selat Karimata juga menyatakan bahwa pada musim
barat, angin dominan dari barat laut sampai utara dengan kecepatan angin rata-rata
di laut lepas berkisar antara 5,51-7,59 m/s.
48
Pada musim barat dinyatakan arah angin yang tertinggi bertiup dari utara
dan dominan dari arah barat laut. Hal ini dikarenakan saat musim dingin tekanan
udara tinggi terdapat diatas daratan Asia dan yang rendah diatas daratan Australia.
Keadaan ini menyebabkan angin berhembus dari Asia menuju Australia melewati
Selat Karimata sehingga angin berhembus kencang dari belahan bumi utara.
Penelitian ini didukung oleh Martono (2009) dalam penelitiannya mengenai
karakteristik dan variabilitas bulanan angin di Perairan Samudera Hindia.
Selanjutnya dijelaskan bahwa pada bulan Januari, Februari, November dan
Desember posisi matahari berada di selatan ekuator sehingga energi matahari di
belahan bumi bagian selatan lebih panas dibandingkan bumi bagian utara.
Tekanan udara yang rendah di belahan bumi bagian selatan menyebabkan gerakan
udara berpindah dari belahan bumi utara ke belahan bumi selatan.
Angin barat pada bulan Maret masih berhembus selama musim peralihan
1, namun kecepatannya sudah berkurang, pada bulan April dan Mei arah angin
sudah tidak menentu. Menurut Martono (2009), pada bulan tersebut posisi
matahari mulai bergeser ke utara ekuator sehingga gerakan angin juga mulai
berubah arah secara perlahan. Kecepatan dan arah angin selama musim peralihan
1 dari tahun 2007 hingga 2014 dapat dilihat pada Gambar 22. Angin bertiup dari
49
6 arah mata angin, antara lain utara, timur laut, timur, tenggara, selatan dan barat
laut dengan kecepatan dominan pada selang 1,5-3,0 m/s dan arah dominan dari
utara. Kecepatan tertinggi dengan selang 3,0-4,5m/s datang dari arah utara, timur,
tenggara dan selatan.
Gambar 23. memperlihatkan kecepatan dan arah angin pada musim timur
dari tahun 2007 hingga 2014 didominasi oleh angin yang bertiup dari arah
tenggara. Peristiwa ini disebabkan oleh karena adanya pergantian tekanan antara
daratan Australia dan Asia, tekanan udara yang rendah di atas daratan Asia
menyebabkan angin berhembus dari Australia melewati Selat Karimata ke atas
daratan Asia. Martono (2009) juga menyatakan bahwa pada bulan Mei hingga
September matahari berada di belahan bumi utara, ini menyebabkan temperatur
udara permukaan di belahan bumi bagian utara lebih panas dibandingkan bumi
bagian selatan sehingga tekanan udara bumi bagian utara lebih rendah.
Berdasarkan hasil perhitungan, angin bertiup dari arah timur, tenggara dan
selatan dengan kecepatan angin berkisar antara 2,58 m/s - 7,65 m/s . Hasil ini
didukung oleh Mulyadi et al. (2015) yang menyatakan bahwa pada musim timur,
angin dominan terjadi dari arah tenggara dengan sebaran nilai kecepatan angin
cenderung konstan berkisar 5,38-6,54 m/s kecuali di dekat Pulau Bangka.
Penelitian Mulyadi et al. (2015) menunjukkan bahwa kecepatan angin setelah tiba
50
di dekat Pulau Bangka akan berubah cenderung tidak konstan, sesuai dengan
kecepatan angin yang beragam yang diperoleh di Tanjung Layang.
bahwa pola angin di Selat Karimata pada musim peralihan 2 memperlihatkan arah
angin dominan terjadi dari arah tenggara sampai barat daya.
4.3 Fetch
Gelombang dibangkitkan dalam arah yang sama dengan arah angin dan
berbagai sudut terhadap arah angin, hal ini mengakibatkan nilai fetch efektif
sangat diperlukan dalam perhitungan. Berdasarkan bentuk pantai Tanjung Layang
yang menjorok ke arah laut, diperoleh tujuh arah mata angin yang dapat
membangkitkan gelombang. Tabel 12. menunjukkan panjang fetch efektif di
Tanjung Layang Sungailiat Bangka.
Berdasarkan hasil perhitungan fetch efektif diperoleh tujuh arah mata
angin yang dapat menimbulkan gelombang antara lain, utara, timur laut, timur,
tenggara, selatan, barat daya dan barat laut. Arah angin dari barat di Tanjung
Layang tidak diperhitungkan karena merupakan sumber angin dari daratan yang
diasumsikan tidak menyebabkan pembentukan gelombang. Ramadhani (2013)
juga menyatakan bahwa dalam tinjauan pembangkitan gelombang di laut, fetch
dibatasi oleh bentuk daratan yang mengelilingi laut.
52
Tabel 12. Panjang Fetch Efektif Perairan Tanjung Layang, Sungailiat Bangka
Timur Barat
Arah Angin Utara Timur Tenggara Selatan Barat Laut
Laut Daya
Fetch eff (m) 154.441,3 200.000 193.560,8 94.720,52 3.507,19 325,90 140.882,31
Sumber arah angin dari timur laut memiliki nilai 200.000 m, hal ini
mengindikasikan bahwa daratan menghadap ke laut lepas dengan tanpa rintangan
angin. Rumus empiris menyatakan bahwa pada jarak ini tinggi dan periode
gelombang tidak berubah lagi walaupun kecepatan angin bertambah. Panjang
fetch dari urutan tertinggi hingga terendah berikutnya adalah mata angin timur,
utara, barat laut, tenggara, selatan dan barat daya. Berdasarkan rumus perhitungan
yang dilakukan, panjang fetch berbanding lurus dengan tinggi dan periode
gelombang, sehingga semakin panjang fetch maka nilai tinggi dan periode
gelombang akan semakin tinggi. Kurniawan et al. (2011) dalam penelitiannya
juga menyatakan bahwa semakin panjang jarak fetch-nya, ketinggian
gelombangnya akan semakin besar.
4.4 Gelombang
4.4.1 Tinggi dan Periode Gelombang Per Musim Selama 2007-2014
Gelombang dapat menimbulkan energi yang dapat merubah konfigurasi
bentuk pantai, baik itu abrasi maupun akresi. Bentuk gelombang yang paling
berpengaruh dalam pembentukan pantai adalah gelombang angin yang
dibangkitkan oleh tiupan angin di permukaan laut. Peramalan gelombang
dilakukan untuk mentransformasikan data angin menjadi data gelombang. Data
hasil ramalan gelombang yang diperoleh adalah tinggi, periode dan arah datang
gelombang rata-rata selama 8 tahun dalam empat musim.
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh rata-rata tinggi dan periode
gelombang pada tahun 2007-2014, masing-masing nilai direpresentasikan dalam
empat musim seperti pada Gambar 25. Tinggi dan periode gelombang yang
dihasilkan saling berhubungan, semakin tinggi gelombang semakin lama waktu
yang diperlukan oleh partikel air untuk kembali pada kedudukan yang sama
dengan kedudukan sebelumnya. Nadia et al. (2013) dalam penelitiannya juga
menghasilkan nilai tinggi dan periode gelombang dengan grafik kenaikan yang
53
0,6 9
Gambar 25. Tinggi dan Periode Gelombang per musim Tahun 2007-2014
fetch pada musim peralihan 1 yang lebih tinggi dari musim peralihan 2. Hasil ini
didukung oleh penelitian Dauhan et al. (2013) yang menyatakan bahwa
gelombang dominan dan maksimum disebabkan daerah pembangkitan gelombang
(fetch) yang lebih besar.
1,2
1,1
Tinggi Gelombang (m)
1,0
0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0,0
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 52 55 58 61 64 67 70 73 76 79 82 85 88
Bulan ke-
14
12
10
8
6
4
2
0
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 52 55 58 61 64 67 70 73 76 79 82 85 88
Bulan ke-
2008 316.49 316.12 46.48 46.48 180.00 133.83 134.10 134.06 133.83 134.06 - 316.82
2009 316.21 316.16 0 92.87 133.18 133.89 133.98 180 180 180 - -
2010 316.43 0 0 48.75 96.09 180 180 180 180 180 180 -
2011 316.16 316.26 316.68 316.82 133.25 133.83 134.03 134.16 134.16 133.41 212.20 317.41
2012 316.26 0.00 316.82 133.11 133.41 133.89 133.96 134.20 134.09 133.29 93.87 317.38
2013 316.25 316.55 0 93.03 0 92.87 180 134.41 180 180 315.99 -
WAVE
HIGH (m)
barat dan timur memiliki sumber arah angin dominan, yakni dari barat laut
melintasi Selat Karimata pada musim barat serta dari selatan dan tenggara dari
Laut Jawa pada musim timur sehingga gelombang akan tinggi pada musim dan
arah gelombang tersebut.
Keterangan : (-) = Angin bertiup dari arah barat laut, utara dan timur laut mengikis sedimen
di bagian utara Tanjung Layang
(+) = Angin bertiup dari arah selatan, tenggara dan timur mengikis sedimen di
bagian selatan Tanjung Layang
Nilai angka negatif (-) pada Tabel 14. menunjukkan bahwa gelombang
datang dari arah barat laut, utara dan timur laut mengikis sedimen daratan di
58
bagian utara Tanjung Layang, sedangkan nilai angka positif (+) menyatakan
bahwa gelombang datang dari arah timur, selatan dan tenggara mengikis sedimen
daratan di bagian selatan Tanjung Layang. Penelitian ini didukung dari penelitian
oleh Pariwono (1999) tentang kawasan pantai timur Lampung yang mengalami
abrasi, peristiwa ini diakibatkan oleh gelombang besar yang menerpa pantai pada
musim timur ketika angin timur bertiup langsung menuju pantai timur.
Nilai angkutan sedimen yang dihasilkan dari perhitungan data angin dapat
dilihat pada Tabel 14. Angkutan sedimen rata-rata per hari tertinggi berada pada
musim timur tahun 2013 sebesar 8,99 x 103 m3/hari, yang artinya arah gelombang
dari timur, selatan dan tenggara mengikis sedimen bagian selatan daerah Tanjung
Layang sebesar 8,99 x 103 m3/hari, sedangkan musim peralihan 2 tahun 2010
merupakan nilai angkutan sedimen terendah yang juga mengikis sedimen bagian
selatan daerah Tanjung Layang sebesar 6,36 m3/hari.
Metode dan rata-rata hasil perhitungan yang diperoleh pada penelitian ini
serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Johnson (1956, 1957) dan Komar
(1976) dalam CHL (2002), penelitian tersebut menghasilkan jumlah angkutan
sedimen tahunan sejajar pantai di sepanjang pantai timur Amerika Serikat
bernilai diantara 1,53 x 105 dan 2,75 x 105 m3/tahun untuk bagian pantai New
Jersey. Pantai Tanjung Layang juga memiliki angkutan sedimen bernilai diantara
4,73 x 103 dan 2,82 x 105 m3/tahun.
tersuspensi akibat abrasi. Kecepatan akumulasi sediment trap pada bulan Oktober
dapat dilihat pada Tabel 15.
dengan akumulasi dari arah sisi kanan pantai (tabung D). Berdasarkan analisa dari
data angin yang menyatakan bulan Oktober masuk pada musim peralihan 2 dan
didominasi oleh arah gelombang dari tenggara, selatan dan barat daya, maka
akumulasi sedimen akan lebih banyak dari sisi kiri karena gelombang juga akan
mengangkut sedimen berbanding lurus dengan arah gelombang. Pariwono (1999)
juga menyimpulkan bahwa arah gelombang timur yang menerpa pantai timur akan
mengangkut sedimen dari pantai tersebut.
4.6 Pemetaan Perubahan Garis Pantai Tahun 2007, 2008, 2010 dan 2014 di
Tanjung Layang Kecamatan Sungailiat, Bangka Belitung
Panjang garis pantai hasil digitasi di Tanjung Layang pada tahun 2007
adalah 8.862 m, pada tahun 2008 adalah 8.864 m, tahun 2010 sepanjang 8.773 m
dan pada tahun 2014 yakni 9.670 m. Garis pantai yang terbentuk tiap tahun
semakin berubah, hal ini dapat terjadi akibat penambahan lekukan-lekukan yang
disebabkan proses abrasi maupun akresi di tiap garis pantai yang ada. Tabel 16.
menunjukkan perubahan panjang garis pantai dari Tanjung Layang yang terekam
oleh citra satelit. Perubahan panjang garis pantai yang dihasilkan dari hasil
digitasi garis pantai juga terdapat dalam penelitian Arief et al. (2011) di
Kabupaten Kendal selama 29 tahun (1972-2008) dengan laju perubahan garis
pantai (1972-1991) ialah 499 m/tahun, (1991-2001) adalah -247 m/tahun, (2001-
2008) adalah 148 m/tahun.
Daerah yang mengalami abrasi maupun akresi dapat diketahui dengan cara
mengintegrasikan hasil digitasi garis pantai citra dari tahun yang berbeda. Dua
hasil citra kemudian di overlay untuk memperoleh informasi perubahan pantai.
Luasan daerah Tanjung Layang yang mengalami abrasi dan akresi dapat dilihat
61
pada Tabel 17. serta hasil integrasi dua hasil digitasi dari tahun yang berurutan
dapat dilihat pada Gambar 29. Gambar 30. dan Gambar 31. Tabel 17.
menunjukkan bahwa daerah Tanjung Layang memiliki bagian-bagian yang
mengalami abrasi dan akresi, namun daerah tersebut lebih dominan mengalami
peristiwa abrasi.
Tabel 17. Luasan Daerah Tanjung Layang yang mengalami Abrasi dan Akresi
Tahun Perubahan Abrasi (km2) Akresi (km2)
2007-2008 0,1916 0,0161
2008-2010 0,3263 0,0039
2010-2014 0,1359 0,0222
tahun (September 2010 hingga Oktober 2014) menjadi 0,1359 km2 dan
meningkatnya luasan daerah akresi menjadi 0,0222 km2. Luasan abrasi yang
menurun juga diakibatkan oleh sumber fetch dominan dari tenggara dan selatan
yang lebih pendek sehingga gelombang yang dihasilkan tidak terlalu besar.
(a) (b)
Gambar 29. Informasi (a) akresi dan (b) abrasi pantai hasil digitasi citra SPOT 4
(tahun 2007-2008)
terhadap perubahan garis pantai dan angkutan sedimen yang ada di pantai
tersebut.
(a) (b)
Gambar 30. Informasi (a) akresi dan (b) abrasi hasil digitasi citra SPOT 4
(tahun 2008-2010)
Perubahan luas daratan selama 2 tahun dari tahun 2008 hingga 2010
diperlihatkan pada Gambar 30. Penambahan daratan (akresi) yang tidak terlalu
banyak terjadi di dua titik pada pantai Matras dan satu titik di pantai Parai seluas
0,0039 km2. Akresi terjadi di bagian cekungan-cekungan pantai (teluk) yang
memiliki tinggi gelombang yang rendah yang membawa sedimen dan akhirnya
terakumulasi di daerah tersebut. Arief et al. (2011) juga menyatakan bahwa
majunya garis pantai disebabkan adanya proses sedimentasi yang dibawa oleh
sungai maupun laut.
Pengurangan daratan (abrasi) pada Gambar 30 (b). menunjukkan bahwa
proses abrasi pada periode tahun 2008 sampai dengan 2010 terjadi hampir di
seluruh bagian pantai. Abrasi dimulai dari pantai Matras, pantai Turun Aban,
pantai Parai, pantai Batu Bedaun dan Pantai Tongaci seluas 0,3263 km2.
Perubahan garis pantai yang signifikan ini diakibatkan oleh terpaan gelombang
yang mengikis garis pantai secara musiman, pantai sebelah selatan Tanjung
Layang mengalami abrasi yang tinggi dikarenakan angin musim timur yang
64
bersumber dari Selatan dan Tenggara telah mengikis sedimen dan membawanya
kembali ke lautan. Yulius dan Ramdhan (2013) dalam penelitiannya juga
menyatakan bahwa abrasi yang terjadi di Teluk Bungus disebabkan oleh
gelombang pada dinding batuan penyusun pantai sehingga membentuk daratan
pantai menjadi curam dan sempit.
(a) (b)
Gambar 31. Informasi (a) akresi dan (b) abrasi pantai hasil digitasi citra SPOT 4
dan SPOT 6 (tahun 2010-2014)
breakwater untuk mencegah abrasi yang semakin meluas. Setyandito dan Triyanto
(2007) menyampaikan hal serupa pada penelitiannya, yakni diperlukan
penanganan oleh pemerintah terhadap masalah erosi pantai di Takisiung dengan
cara perbaikan jetty muara sungai yang tergerus.
Breakwater (pemecah gelombang) / pengaman pantai yang mulai
dibangun di Pantai Matras pada tahun 2013 dapat dilihat pada citra satelit
SPOT 6. Penambahan sedimen terdapat disisi kanan breakwater/pengaman pantai
seluas 3.866,58 m2 seperti ditunjukkan pada Gambar 32. Berdasarkan citra satelit
tersebut dapat diketahui bahwa breakwater berhasil mencegah sedimen terangkut
ke arah lautan (utara dan barat laut) dan membuat endapan disisi kanan
breakwater yang memiliki gelombang tenang. Breakwater memerlukan
perencanaan pembangunan yang matang sehingga mampu mewujudkan bangunan
yang efisien dan tidak merusak estetika kepariwisataan.
(a) (b)
Gambar 32. Informasi (a) Garis pantai Matras 2010 sebelum pembangunan
breakwater dan (b) Akresi akibat pembangunan breakwater tahun 2014
Keterangan :
KA = Kecepatan akumulasi
Q = Angkutan sedimen
67
Tabel 19. Perhitungan Kedalaman Sedimen yang Terangkut dari Garis Pantai
St 2007-2008 2008-2010 2010-2014
3 2 3 2 3
Q (m ) A (m ) z (m) Q (m ) A (m ) z (m) Q (m ) A (m2) z (m)
Keterangan :
Q = Angkutan sedimen
A = Abrasi
z = Kedalaman
Ē = Nilai Rata-rata
68
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari penelitian perubahan garis pantai di
Tanjung Layang Kecamatan Sungailiat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Tinggi gelombang maksimum dan minimum yang terjadi di Tanjung
Layang adalah 1,149 m dan 0,014 m dengan tinggi gelombang rata-rata
0,438 m. Nilai periode gelombang maksimum, minimum dan rata-rata
secara berurutan adalah 18,116 dt; 0,215 dt dan 6,898 dt. Arah gelombang
dominan pada musim barat, peralihan 1, timur dan peralihan 2 secara
berurutan adalah barat laut, utara, tenggara dan selatan.
2. Jumlah angkutan sedimen rata-rata yang disebabkan oleh gelombang di
Tanjung Layang Kota Sungailiat adalah senilai 92.652,24 m3/tahun
3. Perubahan garis pantai dari tahun 2007 sampai 2008 mengalami abrasi dan
akresi seluas 0,1916 km2 dan 0,0161 km2 dengan angkutan sedimen
sebanyak 174.882,7 m3, tahun 2008 hingga 2010 mengalami abrasi dan
akresi seluas 0,3263 km2 dan 0,0039 km2 dengan angkutan sedimen
sebanyak 186.451,5 m3 dan dari tahun 2010 hingga 2014 mengalami abrasi
dan akresi seluas 0,1359 km2 dan 0,022 km2 dengan angkutan sedimen
sebanyak 866.661,92 m3.
5.2 Saran
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan alat sediment trap
pada perwakilan waktu seluruh periode musim dan dengan waktu peletakan yang
lebih lama sehingga kecepatan akumulasi yang diperoleh dapat disesuaikan
dengan angkutan sedimen pada seluruh periode musim.
DAFTAR PUSTAKA
Akhir B dan Mera M. 2011. Lintasan gelombang laut menuju pelabuhan pulau
BAAI Bengkulu. Rekayasa Sipil Vol. 07 (Nomor 2) : 47-60
Anasiru T. 2006. Angkutan sedimen pada muara sungai Palu. Smartek Vol. 04
(Nomor 1) : 25-33
Arinardi, Sutomo AB, Yusuf SA, Trimaningsih, Asnaryanti E, Riyono SH. 1997.
Kisaran Melimpah dan Komposisi Plankton Predominan di Perairan
Kawasan Timur Indonesia. Jakarta: LIPI. 140 hlm
[CHL] Coastal Hidraulic Laboratory. 2002. Coastal Engineering Manual, Part II-
III. Washington DC : Department of the Army U.S : Army Corp of
Engineers
Girsang EJ dan Rifardi. 2014. Karakteristik dan pola sebaran sedimen perairan
selat Rupat bagian timur. Berkala Perikanan Terubuk Vol. 42 (Nomor 1) :
53-61
Harti AM. 2010. Perubahan Garis Pantai Teluk Jakarta Tahun 1970-2009
[skripsi]. Depok : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas
Indonesia. 84 hal
71
Hidayah R, Suntoyo, Armono HD. 2012. Analisa perubahan garis pantai Jasri,
Kabupaten Karangasem Bali. Jurnal Teknik ITS Vol. 01 (Nomor 1) : 259-
264
Inman DL. 2002. Nearshore Processes. San Diego : Coastal Morphology Group
Istiono F. 2010. Evaluasi Perubahan Garis Pantai dan Tutupan Lahan Kawasan
Pesisir dengan Data Penginderaan Jauh [skripsi]. Surabaya : FTSP, Institut
Teknologi Surabaya.
Mulyadi, Jumarang MI, Apriansyah. 2015. Studi variabilitas tinggi dan periode
gelombang laut signifikan di Selat Karimata. Positron Vol. 5 (Nomor 1) :
19-25
Nadia P, Ali M, Besperi. 2013. Pengaruh angin terhadap tinggi gelombang pada
struktur bangunan breakwater di tapak paderi kota Bengkulu. Inersia Vol. 5
(Nomor 1) : 41-57
[PU] Pekerjaan Umum. 2013. Jumlah Satuan Kerja dan Alokasi Dana Tahun
2013. https://eproc.pu.go.id/publik/eproc2015/kegiatan/info_paket.asp?id=
{D43899AF-20D5-4B8D-81C1-CDE74B3EC31E}. [14 Maret 2016]
Purcell EJ dan Varberg D. 1984. Kalkulus dan Geometri Analitis. Susila IN,
Kartasasmita B, Rawuh, penerjemah ; Rizal H, Paul S, editor. Jakarta:
Erlangga. Terjemahan dari : Calculus With Analytic Geometry
Purwadhi FSH dan Sanjoto TB. 2008. Pengantar Interpretasi Citra Penginderaan
Jauh. Jakarta : LAPAN-Geografi UNNES
Ramadhani SD. 2013. Studi Kinerja Bangunan Groin Tanjung Bunga [skripsi].
Makassar : Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.
Rifardi. 2012. Ekologi Sediment Laut Modern. Edisi Revisi. Riau : Universitas Riau
Press Pekanbaru (UR Press Pekanbaru). 167 hal
Rufaida NH. 2008. Perbandingan Metode Last Square (Program World Tides dan
Program TIFA) dengan Metode Admiralty dalam Analisis Pasang Surut
[skripsi]. Bandung : Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB
Setyandito O dan Triyanto J. 2007. Analisa erosi dan perubahan garis pantai pada
pantai pasir buatan dan sekitarnya di Takisung, propinsi Kalimantan
Selatan. Jurnal Teknik Sipil Vol. 07 (Nomor 3) : 224-235
Sutarman E. 2013. Konsep & Aplikasi Mekanika Tanah. Yogyakarta: Andi. 292
hlm
Tarigan MS. 2007. Perubahan garis pantai di wilayah pesisir perairan Cisadane,
Provinsi Banten. Makara Sains Vol. 11 (Nomor 1) : 49-50
Teliandi D, Djunaedi OS, Purba NP, Pranowo WS. 2013. Hubungan variabilitas
mixed layer depth criteria T=0.50C dengan sebaran tuna di Samudera Hindia
bagian timur. Depik Vol. 2 (Nomor 3) : 162-171
Wibisono MS. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Jakarta: PT Gramedia. 226 hal
Yulius dan Ramdhan M. 2013. Perubahan Garis Pantai di teluk Bungus Kota
Padang, Provinsi Sumatera Barat Berdasarkan Analisis Citra Satelit. Jurnal
Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol.5 (Nomor 2) :417-427