Anda di halaman 1dari 24

DIET SALURAN PENCERNAAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ilmu Gizi


Dosen Pengajar Ibu Ns. Fetty Rahmawaty, S.Kep.,M.Kep

Disusun oleh:

Kelompok : III (Tiga)


Nama : Bertha Silvia Juniasi : NIM: PO.62.20.1.16.124
Farihatun Nisa : NIM: PO.62.20.1.16.140
Icha Seveny Febriana : NIM: PO.62.20.1.16.144
Muhammad Sidik : NIM: PO.62.20.1.16.154
Selestia Rahmah : NIM: PO.62.20.1.16.160

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA


DIV KEPERAWATAN REGULER III
2017
ii
DIET SALURAN PENCERNAAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ilmu Gizi
Dosen Pengajar Ibu Ns. Fetty Rahmawaty, S.Kep.,M.Kep

Disusun oleh:

Kelompok : III (Tiga)


Nama : Bertha Silvia Juniasi : NIM: PO.62.20.1.16.124
Farihatun Nisa : NIM: PO.62.20.1.16.140
Icha Seveny Febriana : NIM: PO.62.20.1.16.144
Muhammad Sidik : NIM: PO.62.20.1.16.154
Selestia Rahmah : NIM: PO.62.20.1.16.160

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA


DIV KEPERAWATAN REGULER III
2017
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga
rangkuman ini dapat tersusun hingga selesai. Dan tidak lupa mengucapkan banyak terima
kasih, terutama kepada Ibu Ns. Fetty Rahmawaty, S.Kep.,M.Kep Selaku pembimbing dalam
penulisan rangkuman sederhana ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
baik secara moral maupun materil dan Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
pada karya rangkuman ini. Oleh sebab itu Penulis menantikan adanya kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca yang budiman demi perbaikan untuk penulisan yang akan
datang.
Dan harapan kami semoga rangkuman sederhana ini dapat memberikan manfaat yang
besar bagi para pembaca khususnya mahasiswa.

Palangka Raya 29 Mei 2017

Kelompok Tiga
iv
DAFTAR ISI

Halaman ..................................................................................................................................... i
Halaman Depan ........................................................................................................................ ii
Kata Pengantar. ......................................................................................................................iii
Daftar Isi .................................................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1


A. Latar Belakang ............................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 2


A. Definisi Diet Saluran Pencernaan .................................................................................. 2
B. Gangguan Saluran Pencernaan ...................................................................................... 3
C. Diet Pada Penyakit Saluran Pencernaan

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 17


A. Kesimpulan .................................................................................................................. 17
B. Saran ............................................................................................................................ 17

Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 18


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan akan asupan nutrisi merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi
manusia untuk bertahan hidup. Nutrisi tersebut juga harus memiliki persyaratan kelengkapan
gizi untuk pemenuhan secara sempurna bagi seseorang dalam melengkapi kebutuhan nutrisi.
Namun terkadang kebutuhan akan nutrisi tersebut terhambat manakala terjadi gangguan pada
sistem pencernaan. Gangguaan tersebut utamanya adalah gangguan pada saluran cerna.Jika
seseorang mengalami gangguan saluran cerna, maka harus ada langkah rehabilitasi, salah satu
caranya yaitu dengan melakukan diet saluran cerna.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi diet saluran pencernaan?
2. Apa saja gangguan saluran pencernaan?
3. Bagaimana diet pada penyakit saluran pencernaan?

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan definisi diet saluran pencernaan?
2. Menjelaskan gangguan saluran pencernaan?
3. Menjelaskan diet pada penyakit saluran pencernaan?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Diet Saluran Pencernaan


Dalam konteks bahasa, istilah diet memiliki arti sebagai jumlah makanan yang
dikonsumsi oleh seseorang.Di Indonesia, penggunaan istilah diet lebih menunjukkan pada
usaha menurunkan berat badan atau mengatur asupan nutrisi. Definisi diet menurut para ahli:
1. Muda (2003)
Diet merupakan aturan makan khusus untuk kesehatan dan sebagainya
(biasanya atas petunjuk dokter), berpantang atau menahan diri terhadap makanan
tertentu untuk kesehatan, mengatur kuantitas, dan jenis makanan untuk mengurangi
berat badan atau karena penyakit.
2. Kim dan Lennon (2006)
Diet adalah pengurangan kalori untuk mengurangi berat badan.
3. Hawks (2008)
Diet merupakan usaha sadar seseorang dalam membatasi dan mengontrol
makanan yang akan dimakan dengan tujuan untuk mengurangi dan mempertahankan
berat badan.

Diet Saluran Pencernaan


Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal adalah sistem organ dalam manusia
yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi,
menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak
dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus
besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar
saluran pencernaan yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
Diet saluran cerna berarti diet yang dilakukan saat terjadi gangguan pada saluran
pencernaan.Penderita dapat mengalami gangguan pencernaan walaupun penyebab dan
mekanisme terjadinya gangguan tersebut secara pasti belum diketahui secara pasti, namun
gangguan tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor psikologis.

2
3
B. Gangguan Saluran Pencernaan
1. Gastritis (Upper Abdominal Syndrome)
Gangguan pencernaan bagian atas yang secara umum dikenal sebagai penyakit
“maag” merupakan gangguan saluran cerna yang cukup sering dikeluhkan. Selain
disebabkan oleh faktor organik seperti adanya luka/peradangan pada saluran cerna
bagian atas (lambung), gangguan ini juga dihubungkan dengan faktor psikologis
mendasarinya. Gangguan ini ditandai antara lain oleh adanya rasa sakit dan atau rasa
penuh di daerah epigastrium (ulu hati), kanan atau kiri di bawah lengkung iga. Rasa
sakit bersifat membakar atau samar-samar, tidak jarang menjalar, intensitasnya
sedang, menghebat karena makanan atau langsung setelah makan, tidak ada
hubungannya dengan kejadian tertentu. Gejala-gejala lain yang timbul antara lain
gangguan menelan, eruktasi (bersendawa), pirosis (merasa terbakar dan rasa asam
atau pahit), mual dan muntah, kembung (meteorismus), dan lain-lain. Penderita
gastritis biasanya menunjukkan perubahan yang cukup mencolok yaitu sikap depresi.
Seringkali penderita menyalahkan lingkungan atau makanannya, tetapi ternyata
dengan diet (makanan) juga tidak mengurangi rasa sakitnya. Keseimbangan yang
rapuh yang mudah menjadi runtuh dapat terlihat ketika penderita mengalami keluhan
pada saluran cernanya dan jelas terlihat adanya ketergantungan pada objek yang
memanjakannya.
2. Sindrom Fungsional Hipogastrium (Lower Abdominal Syndrom)
Gangguan pencernaan yang mengenai saluran cerna bagian bawah ini juga
dikenal sebagai spastic colon, irritable colon, colitis nervosa, dan obstipasi spastic.
Penderita penyakit ini akan mengeluhkan rasa sakit pada perut, biasanya di bawah
pusat, diare atau obstipasi (sembelit). Bila terjadi obstipasi, feses penderita dapat
keluar berbentuk seperti potlot atau tahi kambing (obstipasi spastik). Faktor
psikologis yang berperan pada penderitanya yaitu adanya harapanharapan untuk
meminta lebih banyak lagi dari orang lain karena mereka telah memberi banyak pada
orang tersebut.
3. Aerofagi
Gejala yang timbul dari gangguan saluran cerna ini adalah berupa rasa sakit
perut dan perut dirasakan penuh dan membengkak, hal ini dibuktikan dengan
bersendawa (belching) yang keras bertubi-tubi. Simtom ini terutama ditemukan pada
meraka yang bergantian menelan dan mengeluarkan udara. Bila tidak dapat
bersendawa, maka perut akan terasa kembung (meteorismus) dan kentut (flatus) yang
4
tidak berbau. Karena penyebab yang mendasari gangguan ini adalah faktor psikologis
(setelah hasil pemeriksaan tidak ditemukan adanya penyebab organik yang mendasari
nya) dari penderitanya maka selain memberikan pengobatan yang dapat mengurangi
gejala yang dialami penderitanya maka psikoterapi juga dibutuhkan untuk
menghilangkan atau setidaknya mengurangi gangguan ini.
4. Mencret (Diare)
Diare terjadi karena adanya rangsangan yang berlebihan pada mukosa usus
sehingga gerakan otot usus meningkat dan makanan kurang terserap secara sempurna.
Diare termasuk gangguan perncernaan yang paling sering muncul terutama pada
anak-anak. Diare akut kalau anak mencret lebih dari 4 kali sehari. Penyebabnya bisa
infeksi, bisa juga hanya karena salah makan, sebagai contoh makanan yang tidak
sesuai dengan usia anak, misalnya sudah diberikan makan padat sebelum waktunya.
Faktor kebersihan juga menjadi sebab diare. Diare yang disebabkan bakteri
atau salah makan adalah penyebab utama gangguan pencernaan pada anak di bawah 5
tahun (Balita). Selain itu, ada juga diare akibat cacingan.
5. Heartburn
Heartburn adalah nyeri akut yang dirasakan di daerah epigastrium, yang
dirasakan dapat menyebar ke bagian lain dari dada atau lengan. Heartburn ini
biasanya timbul setelah makan dan disebabkan oleh refluks isi lambung ke esofagus.
6. Esofagitis
Esofagitis adalah peradangan kronik esofagus. Kelainan ini sering terjadi
akibat refluks kronik isi lambung ke dalam esofagus. Apabila hal ini terjadi, lapisan
mukosa esofagus dapat mengalami tukak oleh asam. Kerusakan lapisan mukosa dapat
menyebabkan peradangan kronik, spasme otot, dan pembentukan jaringan parut di
esofagus, yang dapat menyebankan terhambatnya makanan. Gejala klinis:
a. Nyeri seperti terbakar di epigastrium
b. Muntah
c. Disfagia (kesulitan menelan)
7. Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, suatu membran yang melapisi
rongga abdomen. Perionitis biasnya terjadi akibat masuknya bakteri dari saluran cerna
atau organ-organ abdomen ke dalam ruang peritoneum melalui perforasi usus atau
rupturnya suatu organ. Gejala klinis:
a. Nyeri, terutama di atas daerah yang meradang
5
b. Peningkatan kecepatan denyut jantung akibat hipovolemia karena perpindahan
cairan ke dalam perinium
c. Mual dan muntah
d. Abdomen yang kaku
8. Sembelit (Konstipasi)
Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan dengan gejala mengalami
pengerasan feses yang sulit untuk dibuang yang dapat menyebabkan kesakitan pada
penderitanya. Konstipasi dapat disebabkan oleh pola makan, hormon, efek samping
obat-obatan, dan juga karena kelainan anatomis. Biasanya, konstipasi disebabkan
karena defekasi yang tidak teratur sehingga feses mengeras dan sulit dikeluarkan.
Pengobatan konstipasi dapat dilakukan dengan mengubah pola makan, obat pencahar
(laksatif), terapi serat, dan pembedahan, walaupun pilihan terakhir jarang dilakukan.
Konstipasi hebat disebut juga dengan obstipasi. Gangguan pada sistem pencernaan
juga bisa disebabkan karena stres. Sebab stres dapat mempengaruhi sistem saraf
dalam tubuh. Sementara penanganan untuk yang susah BAB, harus dilihat dulu apa
penyebabnya.
9. Wasir atau hemoroid
Wasir atau hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah balik (vena) di dalam
anyaman pembuluh darah. Keluhan pertama kali yaitu darah segar menetes setelah
buang air besar (BAB). Biasanya tanpa disertai rasa nyeri dan gatal di anus.
Pencegahannya adalah perlu diet tinggi serat dengan makan sayur sayuran dan buah-
buahan yang bertujuan membuat volume tinjanya besar, tetapi lembek, sehingga saat
BAB, karena tidak perlu mengejan dapat merangsang wasir.
10. Kanker usus
Kanker usus merupakan penyakit ketiga yang menjadi penyebab kematian di
seluruh dunia. Studi pada manusia juga menunjukan keseluruhan jumlah kalsium
yang dikonsumsi sangat positif dalam mengurangi tingkat dari resiko kanker susu ini.
Setiap kenaikan 1.000 miligram kalsium sehari atau lebih akan mempu mengurangi
15% resiko dari kanker usus pada wanita dan 10% pada pria. Konsumsi susu dan
kalsium bisa mengurangi resiko terkena kanker usus. Keju dan yoghurt juga
merupakan hasil olahan dari susu. Cara terbaik untuk mencegah dan mengurangi
risiko kanker usus adalah dengan mengkonsumsi makanan yang seimbang antara
buah, sayuran, dan kalori. untuk mengurai proses penimbunan lemak.
6
C. Diet Pada Penyakit Saluran Pencernaan
1. Diet Saluran Cerna Atas
1) Diet Disfagia
a. Pengertian
Disfagia adalah kesulitan menelan karena adanya gangguan aliran
makanan pada saluran cerna. Hal ini dapat terjadi karena kelainan sistem
saraf menelan, pascastoke dan adanya massa atau tomor yang menetupi
saluran cerna.
b. Tujuan diet disfagia adalah:
a) Menurunkan risiko aspirasi akibat masuknya makanan ke dalam
saluran pernapasan.
b) Mencegah dan mengoreksi defisiensi zat gizi dan cairan.
c. Syarat-syarat diet disfagia adalah:
a) Cukup energi, protein dan zat gizi lainnya.
b) Mudah dicerna, porsi makanan kecil dan sering diberikan.
c) Cukup cairan.
d) Bentuk makanan bergantung pada kemampuan menelan,. Diberikan
secara bertahap,dimulai dari makanan cair penuh atau cair kental,
makanan saring dan makanan lunak.
e) Makanan cair jernih tidak diberikan karena sering menyebabkan
tersedak atau aspirasi.
f) Cara pemberian makanan dapat per oral atau melalui pipa (selang) atau
sonde.
Disfagia dapat terjadi pada lansia, adanya gangguan saraf
menelan, tumor esofagus dan pascastoke. Bentuk makanan bergantung
pada cara pemberian. Bila diberikan melalui pipa, makanan diberikan
dalam bentuk makanan cair penuh, bila diberikan per oral maka
makanan diberikan dalam bentuk makanan cair kental, saring, atau
lunak.
2) Diet Pasca-Hematemesis-Melena
a. Pengertian
Hematemesis-melena adalah keadaan muntah dan buang air besar
berupa darah akibat luka atau kerusakan pada saluran cerna.
b. Tujuan diet pasca-hematomesis-melena adalah:
7
a) Memberikan makanan secukupnya yang memungkinkan istirahat pada
saluran cerna, mengurangi risiko perdarahan tulang dan mencegah
aspirai.
b) Mengusahakan keadaan gizi sebaik mungkin.
c. Syarat diet :
a) Tidak merangsang sal.cerna
b) Tidak meninggalkan sisa
c) Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-48
jam untuk memberikan istirahat pada lambung
d) Diet diberikan jika perdarahan pada lambung atau duodenum sudah
tidak ada Diet pasca-hematemesis-melena diberikan dalam bentuk
makanan cair jernih, tiap 2-3 jam pasca perdarahan. Nilai gizi makanan
ini sangat rendah, sehingga diberikan selama 1-2 hari saja.
3) Diet Penyakit Lambung
a. Pengertian
Penyakit lambung atau gastrointestinal meliputi gastritis akut dan
kronis, ulkus peptikum, pasca-operasi lambung yang sering diikuti dengan
“dumping syndrome” dan kanker lambung. Gangguan gastrointestinal
sering d hubungkan dengan emosi atau psikoneurosis dan makan terlalau
cepat karena kurang di kunyah serta terlalu banyak merokok. Gangguan
pada lambung umumnya berupa sindroma distepsia, yaitu kumpulan gejaa
yang terdiri dari mual, muntah, nyeri efigastrium, kembung, nafsu makan
berkurang dan rasa cepat kenyang.
b. Tujuan diet penyakit lambung adalah:
a) Memberikan makan dan cairan secukupnya yang tidak meberatkan
lambung serta mencegah
b) menetralakn sekresi asm lambung yang berlebihan.
c. Syarat Diet :
a) Mudah cerna, porsi kecil dan sering di berikan.
b) Energy dan protein cukup, sesuai kemampuan pasien untuk
menerimanya.
c) Lemak rendah, yaitu 10 – 15 % dari kebutuhan energy total yang di
tingkatkan secara bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan.
8
d) Rendah serat, terutama serat tidak arut air yang di tingkatkan secara
bertahap.
e) Cairan cukup, terutama bila ada muntah.
f) Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik
secara termis, mekanis, maupun kimia ( disesuaikan daya terima
perorangan).
g) Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa, umumnya tidak di
anjurkan minum susu terlalu banyak.
h) Makan secara perlahan di lingkunan yang tenang.
i) Pada fase akut dapat diberikan makan parenteral saja selama 24 – 48
jam untuk member istirahat pada lambung.
d. Macam Diet Dan Indikasi Pemberian
Diet lambung diberikan pada pasien dengan gastritis, ulkus pektikum,
tifus abdominalis, dan paska bedah saluran cerna atas.
1) Diet Lambung I
Diet lambung I diberikan pada pasien ulkus peptikum akut,
ulkus peptikum perdaarahan, oeseophagitis dan gastritis akutserta
penderita tifus abdominalis berat. Makanan diberikan berupa susu dan
bubur susu dan hanya diberikan selama 2 hari saja karena
membosankan serta kurang energi, zat besi, tiamin, dan vitamin C.
Makanan diberikan dalam porsi kecil tiap 3 jam.

Bahan makanan yang diberikan sehari


Bahan Makanan Berat Urt
Susu 1800 9 gls
Maizena 60 12 sdm
Gula Pasir 90 9 sdm

Nilai Gizi
Kalori 1630 gr
Besi 2,0 mg
Protein 58 gr
Vitamin A 2340 SI
9
Lemak 63 gr
Tiamin 0,5 mg
Hidrat Arang 213 gr
Kalsium 2,6 gr
Vitamin C 18 mg

Pembagian makanan sehari


Pukul 07.00 Bubur Susu : 200 ml = 1 gls
Susu : 200 ml = 1 gls
Pukul 10.00 Susu : 200 ml = 1 gls
Pukul 13.00 Bubur Susu : 200 ml = 1 gls
Susu : 200 ml = 1 gls
Pukul 15.00 Susu : 200 ml = 1 gls
Pukul 18. 00 Bubur Susu : 200 ml = 1 gls
Susu : 200 ml = 1 gla
Pukul 20.00 Susu : 200 ml = 1 gls

2) Diet Lambung II
Diet lambung II diberikan sebagai perpindahan dari diet
lambung I, setelah fase akut dapat diatasi kepada pasien tifus
abdominalis dengan suhu tubuh tinggi dan sesudah operaasi saluran
pencernaan. Makanan berbentuk saring atau cincang, tiap 3
jam.Sebaiknya diberikan selama beberapa hari saja karena
membosankan.
Bahan Makanan Sehari Bahan makanan
Bahan Makanan Berat Urt
Beras 60 gr 2
Maizena 50 gr 10
Biskuit 20 gr 2
Daging 100 gr ½
Telur 150 gr 3
Susu 900 gr 4
Pepaya 200 gr 1
10
Sayuran 100 gr 1
Margarine 20 gr 2
Gula Pasir 70 gr 7

Nilai Gizi
Energi 1990 kkal
Besi 12,8 mg
Protein 73 g
Vitamin A 10103 SI
Lemak 84 g
Tiamin 0,9 mg
Karbohidrat 236 g
Vitamin C 174 mg
Kalsium 1,2 g

Pembagian Bahan Makanan Sehari


Maizena : 20 g = 4 sdm
Pagi Telur : 50 g = 1 butir
Susu : 300 g = 1,5 gls
Gula Pasir : 20 g = 2 sdm
Maizena : 15 gr = 3 sdm
Pukul 10.00 Susu : 300 gr = 1,5 gls
Gula Pasir : 20 gr = 2 sdm
Beras : 30 g = 1 gls bubur saring
Daging : 50 g = 0,5 gls saring
Maizena : 10 g : 1 sdm
Siang dan Sore Telur : 50 g = 1 btr
Pepaya : 100 g = 0,5 gls saring
Sayuran : 50 g = 0,5 gls saring
Maizena : 15 gr = 3 sdm
Pukul 16.00 Susu : 100 ml = 0,5 gls
Gula Pasir : 20 gr = 2 sdm
Susu : 200 ml = 1 gls 11

Pukul 20.00 Gula Pasir : 10 g = 1 sdm


Biscuit : 20 gr = 2 bh

Contoh Menu Sehari


Bubur susu
Pagi Telur setengah mateng
Susu
Pukul 10.00 Pudding + saos susu
Susu
Bubur saring/bubur tepung
Semur daging saring
Siang Telur setengah matang
Sayur saring
Sari kelapa
Pukul 16.00 Bubur susu
Teh manis
Pukul 18.00 Biskuit
Susu

3) Diet Lambung III


Diet lambung III diberikan sebagai perpindahan dari diet
lambung II pada pasien dengan ukus peptikum, tifus abdominalis yang
suhu tubuhnya sudah kembali normal. Makanan yang berbentuk lunak
atau yang bergantung pada toleransi pasien. Diberikan 6 kali sehari
dengan porsi kecil.Makanan ini cukup energy, protein, mineral,
vitamin C dan kurang tiamin.
Bahan Makanan Sehari Bahan makanan
Bahan makanan Berat Urt
Beras 90 gr 2 ¾ gls bubur
Maizena 30 gr 6 sdm
Roti 40 gr 2 ptng
Daging 100 gr 2 ptng sdm
12
12
Telur 100 gr 2 btg
Susu 600 gr 3 gls
Sayuran 200 gr 2 gls
Buah 200 gr 2 ptng sdg
Margarin 35 gr 3,5 sdm
Gula pasir 70 gr 7 sdm

Nilai Gizi
Energi 1921 kkal
Besi 17,8 mg
Protein 61 g
Vitamin A 10469 SI
Lemak 74 g
Tiamin 0,8 mg
Karbohidrat 157 g
Vitamin C 134 mg
Kalsium 0,8 g

Pembagian Bahan Makanan Sehari


Beras : 30 g = 1 gls bubur
Telur : 50 g = 1 btr
Pagi Sayuran : 50 g = 0,5 gls
Gula Pasir : 10 g = 1 sdm
Margarin : 5 g = 0,5 sdm
Maizena : 15 g : 3 sdm
Pukul 10.00 Gula Pasir : 25 g : 1,5 sdm
Susu : 300 g : 2,5 gls
Beras : 30 g = gls bubur
Daging : 10 g = ptg sdg
Siang Margarin : 50 g = sdm
Sayuran : 74 g = ¾ gls
Pepaya : 100 g = ptg sdg
Maizena : 15 g = 3 sdm
Pukul 16.00 Gula Pasir : 300 g = 2,5 sdm
Susu : 25 g = 1,5 gls
Sore Beras : 30 g = 1 gls bubur
Daging : 50 g = 1 ptg sdg
Sayuran : 75 g = ¾ gls
Pepaya : 100 g = 1 ptg sdg
Margarin : 10 g = 1 sdm
Pukul 20.00 Roti : 40 g = 2 ptg
Margarin : 10 g = 1 sdm
Telur : 50 g = 1 btr
Gula Pasir : 10 g = 1 sdm

Bahan Makanan Yang Dianjurkan Dan Tidak Dianjurkan


Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Sumber Karbohidrat Beras ditim, nasi; Beras ketan, mi, bihun,
kentang direbus, dipure; bulgur, jagung, cantel, ubi,
macaroni, mi, bihun singkong, tales, cake, dodol
direbus; roti, biscuit, dll kue yang terlalu manis
krekers; tepung-tepungan dan gurih
dibuat pudding atau
bubur
Sumber Protein Daging sapi empuk, hati, Daging, ikan ,ayam
Hewani ikan, ayam direbus, yangdigoreng,daging babi;
disemur, ditim, telur diceplok atau
dipanggang; telur ayam digoreng.
direbus, didadar, ditim,
diceplok air dan
dicampur dalam
makanan; susu
Sumber Protein Tahu, tempe disrebus, Tahu, tempe digoreng;
Nabati ditim, ditumis; kacang kacang tanah, kacang
hijau direbus dan merah, kacang tolo.
dihaluskan.
Sumber Sayuran Sayuran yang tidak Sayuran lain dimasak dan
banyak serat dan tidak sayuran mentah
menimbulkan gas
dimasak; bayam, buncis,
kacang panjang, bit, labu
siam, labu kuning,
wortel, tomat direbus dan
ditumis.
Buah-buahan Papaya, pisang, sawo Buah yang tinggi serat atau
jeruk manis, sari buah, dapat menimbulkan gas
pir dan peach dalam seperti jambu biji, nanas,
kaleng kedondong, durian, nangka;
buah yang dikeringkan.
Lemak Margarine dan mentega Macam-macam lemak
hewan, santan.
Minuman Sirup , teh encer Teh kental, minuman yang
mengandung soda dan
alcohol, kopi
Bumbu Gula, garam, Lombok, bawang, merica,
vetsin,dalam jumlah cuka, dan sebagainya yang
terbatas; kunci, kencur, tajam
jahe, kunyit, terasi, laos,
saam sereh

Contoh Menu Sehari


Pagi Nasi tim/ nasi
Telur setengah mateng
Setup wartel
Teh manis
Pukul 10.00 Pudding maizena + sous sirup
Siang Nasi tim/nasi
Semur daging giling
13
Setup bayam
Papaya
Pukul 16.00 Kue talam
Susu
Sore Nasi tim/nasi
Sup daging giling
Tumis labu siam dan tomat
Pisang
Pukul 20.00 Roti Bakar
Orak arik telur

4) Diet Lambung IV
Diet lambung IV diberikan sebagai makanan perpindahan dari
diet lambung III atau kepada pasien ulkus peptikum ringan, gastritis
ringan, esofagus ringan, serta tifus abdominalis
yang hampir sembuh. Makanan diberikan dalam bentuk lunak dan
biasa, tergantung toleransi pasien. Makanan ini cukup kalori dan
semua zat gizi.
Bahan makanan yang diberikan sehari
Bahan Makana Berar Urt
Beras 200 g 4 gls tim
Meizena 15 g 3 sdm
Biscuit 20 g 2 bt
Daging 100 g 2 ptg sd
Telur 50 g 1 btr
Susu 400 g 2 gls
Tempe 100 g 4 ptg sdg
Sayuran 200 g 2 gls
Buah 200 g 2 ptg papaya sdg
Minyak 25 g 2,5 sdm
Gula Pasir 40 g 2 sdm

Nilai gizi
14
kalori 2.080 kkal
Zat besi 21.3 mg
Protein 74 gr
Vitamin A 9055 SI
lemak 65 gr
Tiamin 0,9 mg
Karbohidrat 303 gr
Vitamin C 132 mg
Kalsium 0,8 g

Pembagian makanan sehari


Pagi Beras : 50 gr = 1 gls tim
Telur : 50 gr = 1 btr
Sayuran : 50 gr = ½ gls
Gula pasir : 10 gr = 1 sdm
Minyak : 5 gr = ½ gls
Pukul 10.00 Maizena : 15 gr = 3 sdm
Gula Pasir : 20 gr = 2 sdm
Susu : 200 gr = 1 gls
Siang dan sore Beras : 75 gr = 1 ½ gls tim
Daging : 50 gr = 1 ptg sdg
Tempe : 50 gr = 2 ptg gls
Sayuran : 75 gr = ¾ gls
Pepaya : 10 gr = 1 ptg gls
Minyak : 10 gr = 1 sdm
Pukul 16.00 Biscuit : 200 gr = 2 bj
Susu : 200 gr = 1 gls
Gula Pasir : 20 gr = 1 sdm

2. Diet Penyakit Saluran Cerna Bawah


1) Diet Penyakit Usus Inflamatorik (Inflammatory Bowel Disease)
a. Pengertian
15
Penyakit usus inflamatorik adalah peradangan terutama pada ileum dan
usus besar dengan gejala diare, disertai darah, lendir, nyeri abdomen, berat
badan berkurang, demam dan kemungkinan terjadi streatorea (adanya lemak
dalam feses). Penyakit ini dapat berupa Kolitis Ulseratif dan Chron’s Disease.
b. Tujuan diet penyakit inflamatorik adalah:
a) Memperbaiki ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
b) Mengganti kehilangan zat gizi dan memperbaiki status gizi kurang.
c) Mencegah iritasi dan inflamasi lebih lanjut.
d) Mengistirahatkan usus pada masa akut.
c. Syarat-syarat diet penyakit usus inflamatorik adalah:
a) Pada feses akut dipuasakan dan diberi makanan secara parenteral saja.
b) Bila fase akut teratasi, pasien diberi makanan secara bertahap, mulai dari
bentuk cair (peroral maupun enteral), kemudian meningkat menjadi siet
sisa rendah dan serat rendah.
c) Bila gejal ahilang dapat diberikan makanan biasa.
d) Kebutuhan gizi, yaitu :
1. Energi dan protein tinggi.
2. Suplemen vitamin dan mineral antara lain vitamin A, C, D asm folat,
vitamin B12, kalsium, zat besi, magnesium dan seng.
e) Makanan enteral rendah atau bebas laktosa dan mengandung asam lemak
rantai sedang (medium chain trygliceride = MTC) dapat diberikan karena
sering terjadi intoleransi laktosa dan malabsorpsi lemak.
f) Cukup cairan dan elektrolit.
g) Menghindari makanan yang mengandung gas.
h) Sisa rendah dan secara bertahap kembali ke makanan biasa
2) Diet Penyakit Divertikular
a. Pengertian
Penyakit divertikular terdiri atas penyakit Divertikulosis dan
Divertikulitis. Penyakit Divertikulosis yaitu adanya kantong-kantong kecil
yang terbentuk pada dinding kolon yang terjadi akibat tekanan intrakolon yang
tinggi pada konstipasi kronik. Hal ini terutama terjadi pada usia lanjut yang
makanannya rendah serat. Penyakit Divertikulitis terjadi bila penumpukan sisa
makanan pada divertikular menyebabkan peradangan. Gejala-gjalanya antar
16
alain kram pada bagian kiri bawah perut, mual, kembung, muntah, konstipase
atau diare, menggigil dan demam.
b. Tujuan Diet Penyakit Divertikulosis
a) Meningkatkan volume dan konsistensi fees.
b) Menurunkan tekanan intra luminal.
c) Mencegah infeksi.
d) Mengistirahatkan usus untuk mencegah perforasi.
e) Mencegah akibat laksatif dari makanan berserat tinggi.
c. Syarat-syarat Diet Penyakit Divertikulosi
a) Kebutuhan energi dan zat-zat gizi normal.
b) Cairan tinggi, yaitu 2-2,5 liter sehari.
c) Serat tinggi.
d) Mengusahakan asupan energi dan zat-zat gizi cukup sesuai dengan batasan
diet yang ditetapkan
e) Bila ada pendarahan, dimuali dengan makanan cair jernih.
f) Makanan diberikan secara bertahap, dimulai dari diet sisa rendah I kediet
sisa rendah II dengan konsistensi yang sesuai.
g) Hindari makanan yang banyak mengandung biji-biji kecil, seperti tomat,
jambu biji dan stroberi yang dapat menumpuk dalam divertikular.
h) Bila perlu diberi makanan enteral rendah atau bebas laktosa.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diet saluran cerna berarti diet yang dilakukan saat terjadi gangguan pada saluran dan
mekanisme pencernaan dalam tubuh manusia. Gangguan atau kelainan dalam system
pencernaan antara lain :
a. Gastritis (Upper Abdominal Syndrome)
b. Sindrom Fungsional Hipogastrium (Lower Abdominal Syndrom)
c. Aerofagi
d. Mencret (Diare)
e. Heartburn
f. Esofagitis
g. Peritonitis
h. Sembelit (Konstipasi)
i. Wasir atau hemoroid
j. Kanker usus
Diet pada gangguan saluran cerna dibagi menjadi 2 yaitu : Diet pada saluran cerna
atas dan diet pada saluran cerna bawah. Diet pada saluran cerna atas meliputi diet disfagia,
diet pasca hematemesis-melena dan diet penyakit lambung. Sedangkan pada saluran cerna
bawah meliputi diet penyakit usus inflamatorik dan diet divertikular.

B. Saran
Dalam melakukan diet, hendaknya ditetapkan target waktu dan hasil penyesuaian
gejala serta diseimbangkan dengan aktivitas olahraga sehingga diet akan tetap sehat.
Penyesuaian gejala utamanya dilakukan saat terjadi gangguan (seperti gangguan saluran
cerna) dan diharuskan melakukan diet, sehingga nantinya diet akan lebih maksimal
memberikan hasil.

17
18
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Gizi RS Dr.Cipto Mangunkusumo. 1997. Penuntun Diit. Jakarta : PT Gramedia


Pustaka Utama

Beck, Mary E. 2011. Ilmu Gizi dan Diet – Hubungannya Dengan Penyakit – penyakit untuk
Perawat dan Dokter. Jakarta: Andi Publisher

Hartono, Andry dan Kristiani. 1995. Ilmu Gizi dan Diet Hubungannya dengan Penyakit-
Penyakit untuk Perawat dan Dokter. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica

Anda mungkin juga menyukai