Diet Saluran Pencernaan Kel 3
Diet Saluran Pencernaan Kel 3
Disusun oleh:
Disusun oleh:
Puji syukur kehadirat kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga
rangkuman ini dapat tersusun hingga selesai. Dan tidak lupa mengucapkan banyak terima
kasih, terutama kepada Ibu Ns. Fetty Rahmawaty, S.Kep.,M.Kep Selaku pembimbing dalam
penulisan rangkuman sederhana ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
baik secara moral maupun materil dan Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
pada karya rangkuman ini. Oleh sebab itu Penulis menantikan adanya kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca yang budiman demi perbaikan untuk penulisan yang akan
datang.
Dan harapan kami semoga rangkuman sederhana ini dapat memberikan manfaat yang
besar bagi para pembaca khususnya mahasiswa.
Kelompok Tiga
iv
DAFTAR ISI
Halaman ..................................................................................................................................... i
Halaman Depan ........................................................................................................................ ii
Kata Pengantar. ......................................................................................................................iii
Daftar Isi .................................................................................................................................. iv
A. Latar Belakang
Kebutuhan akan asupan nutrisi merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi
manusia untuk bertahan hidup. Nutrisi tersebut juga harus memiliki persyaratan kelengkapan
gizi untuk pemenuhan secara sempurna bagi seseorang dalam melengkapi kebutuhan nutrisi.
Namun terkadang kebutuhan akan nutrisi tersebut terhambat manakala terjadi gangguan pada
sistem pencernaan. Gangguaan tersebut utamanya adalah gangguan pada saluran cerna.Jika
seseorang mengalami gangguan saluran cerna, maka harus ada langkah rehabilitasi, salah satu
caranya yaitu dengan melakukan diet saluran cerna.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi diet saluran pencernaan?
2. Apa saja gangguan saluran pencernaan?
3. Bagaimana diet pada penyakit saluran pencernaan?
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan definisi diet saluran pencernaan?
2. Menjelaskan gangguan saluran pencernaan?
3. Menjelaskan diet pada penyakit saluran pencernaan?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
3
B. Gangguan Saluran Pencernaan
1. Gastritis (Upper Abdominal Syndrome)
Gangguan pencernaan bagian atas yang secara umum dikenal sebagai penyakit
“maag” merupakan gangguan saluran cerna yang cukup sering dikeluhkan. Selain
disebabkan oleh faktor organik seperti adanya luka/peradangan pada saluran cerna
bagian atas (lambung), gangguan ini juga dihubungkan dengan faktor psikologis
mendasarinya. Gangguan ini ditandai antara lain oleh adanya rasa sakit dan atau rasa
penuh di daerah epigastrium (ulu hati), kanan atau kiri di bawah lengkung iga. Rasa
sakit bersifat membakar atau samar-samar, tidak jarang menjalar, intensitasnya
sedang, menghebat karena makanan atau langsung setelah makan, tidak ada
hubungannya dengan kejadian tertentu. Gejala-gejala lain yang timbul antara lain
gangguan menelan, eruktasi (bersendawa), pirosis (merasa terbakar dan rasa asam
atau pahit), mual dan muntah, kembung (meteorismus), dan lain-lain. Penderita
gastritis biasanya menunjukkan perubahan yang cukup mencolok yaitu sikap depresi.
Seringkali penderita menyalahkan lingkungan atau makanannya, tetapi ternyata
dengan diet (makanan) juga tidak mengurangi rasa sakitnya. Keseimbangan yang
rapuh yang mudah menjadi runtuh dapat terlihat ketika penderita mengalami keluhan
pada saluran cernanya dan jelas terlihat adanya ketergantungan pada objek yang
memanjakannya.
2. Sindrom Fungsional Hipogastrium (Lower Abdominal Syndrom)
Gangguan pencernaan yang mengenai saluran cerna bagian bawah ini juga
dikenal sebagai spastic colon, irritable colon, colitis nervosa, dan obstipasi spastic.
Penderita penyakit ini akan mengeluhkan rasa sakit pada perut, biasanya di bawah
pusat, diare atau obstipasi (sembelit). Bila terjadi obstipasi, feses penderita dapat
keluar berbentuk seperti potlot atau tahi kambing (obstipasi spastik). Faktor
psikologis yang berperan pada penderitanya yaitu adanya harapanharapan untuk
meminta lebih banyak lagi dari orang lain karena mereka telah memberi banyak pada
orang tersebut.
3. Aerofagi
Gejala yang timbul dari gangguan saluran cerna ini adalah berupa rasa sakit
perut dan perut dirasakan penuh dan membengkak, hal ini dibuktikan dengan
bersendawa (belching) yang keras bertubi-tubi. Simtom ini terutama ditemukan pada
meraka yang bergantian menelan dan mengeluarkan udara. Bila tidak dapat
bersendawa, maka perut akan terasa kembung (meteorismus) dan kentut (flatus) yang
4
tidak berbau. Karena penyebab yang mendasari gangguan ini adalah faktor psikologis
(setelah hasil pemeriksaan tidak ditemukan adanya penyebab organik yang mendasari
nya) dari penderitanya maka selain memberikan pengobatan yang dapat mengurangi
gejala yang dialami penderitanya maka psikoterapi juga dibutuhkan untuk
menghilangkan atau setidaknya mengurangi gangguan ini.
4. Mencret (Diare)
Diare terjadi karena adanya rangsangan yang berlebihan pada mukosa usus
sehingga gerakan otot usus meningkat dan makanan kurang terserap secara sempurna.
Diare termasuk gangguan perncernaan yang paling sering muncul terutama pada
anak-anak. Diare akut kalau anak mencret lebih dari 4 kali sehari. Penyebabnya bisa
infeksi, bisa juga hanya karena salah makan, sebagai contoh makanan yang tidak
sesuai dengan usia anak, misalnya sudah diberikan makan padat sebelum waktunya.
Faktor kebersihan juga menjadi sebab diare. Diare yang disebabkan bakteri
atau salah makan adalah penyebab utama gangguan pencernaan pada anak di bawah 5
tahun (Balita). Selain itu, ada juga diare akibat cacingan.
5. Heartburn
Heartburn adalah nyeri akut yang dirasakan di daerah epigastrium, yang
dirasakan dapat menyebar ke bagian lain dari dada atau lengan. Heartburn ini
biasanya timbul setelah makan dan disebabkan oleh refluks isi lambung ke esofagus.
6. Esofagitis
Esofagitis adalah peradangan kronik esofagus. Kelainan ini sering terjadi
akibat refluks kronik isi lambung ke dalam esofagus. Apabila hal ini terjadi, lapisan
mukosa esofagus dapat mengalami tukak oleh asam. Kerusakan lapisan mukosa dapat
menyebabkan peradangan kronik, spasme otot, dan pembentukan jaringan parut di
esofagus, yang dapat menyebankan terhambatnya makanan. Gejala klinis:
a. Nyeri seperti terbakar di epigastrium
b. Muntah
c. Disfagia (kesulitan menelan)
7. Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, suatu membran yang melapisi
rongga abdomen. Perionitis biasnya terjadi akibat masuknya bakteri dari saluran cerna
atau organ-organ abdomen ke dalam ruang peritoneum melalui perforasi usus atau
rupturnya suatu organ. Gejala klinis:
a. Nyeri, terutama di atas daerah yang meradang
5
b. Peningkatan kecepatan denyut jantung akibat hipovolemia karena perpindahan
cairan ke dalam perinium
c. Mual dan muntah
d. Abdomen yang kaku
8. Sembelit (Konstipasi)
Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan dengan gejala mengalami
pengerasan feses yang sulit untuk dibuang yang dapat menyebabkan kesakitan pada
penderitanya. Konstipasi dapat disebabkan oleh pola makan, hormon, efek samping
obat-obatan, dan juga karena kelainan anatomis. Biasanya, konstipasi disebabkan
karena defekasi yang tidak teratur sehingga feses mengeras dan sulit dikeluarkan.
Pengobatan konstipasi dapat dilakukan dengan mengubah pola makan, obat pencahar
(laksatif), terapi serat, dan pembedahan, walaupun pilihan terakhir jarang dilakukan.
Konstipasi hebat disebut juga dengan obstipasi. Gangguan pada sistem pencernaan
juga bisa disebabkan karena stres. Sebab stres dapat mempengaruhi sistem saraf
dalam tubuh. Sementara penanganan untuk yang susah BAB, harus dilihat dulu apa
penyebabnya.
9. Wasir atau hemoroid
Wasir atau hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah balik (vena) di dalam
anyaman pembuluh darah. Keluhan pertama kali yaitu darah segar menetes setelah
buang air besar (BAB). Biasanya tanpa disertai rasa nyeri dan gatal di anus.
Pencegahannya adalah perlu diet tinggi serat dengan makan sayur sayuran dan buah-
buahan yang bertujuan membuat volume tinjanya besar, tetapi lembek, sehingga saat
BAB, karena tidak perlu mengejan dapat merangsang wasir.
10. Kanker usus
Kanker usus merupakan penyakit ketiga yang menjadi penyebab kematian di
seluruh dunia. Studi pada manusia juga menunjukan keseluruhan jumlah kalsium
yang dikonsumsi sangat positif dalam mengurangi tingkat dari resiko kanker susu ini.
Setiap kenaikan 1.000 miligram kalsium sehari atau lebih akan mempu mengurangi
15% resiko dari kanker usus pada wanita dan 10% pada pria. Konsumsi susu dan
kalsium bisa mengurangi resiko terkena kanker usus. Keju dan yoghurt juga
merupakan hasil olahan dari susu. Cara terbaik untuk mencegah dan mengurangi
risiko kanker usus adalah dengan mengkonsumsi makanan yang seimbang antara
buah, sayuran, dan kalori. untuk mengurai proses penimbunan lemak.
6
C. Diet Pada Penyakit Saluran Pencernaan
1. Diet Saluran Cerna Atas
1) Diet Disfagia
a. Pengertian
Disfagia adalah kesulitan menelan karena adanya gangguan aliran
makanan pada saluran cerna. Hal ini dapat terjadi karena kelainan sistem
saraf menelan, pascastoke dan adanya massa atau tomor yang menetupi
saluran cerna.
b. Tujuan diet disfagia adalah:
a) Menurunkan risiko aspirasi akibat masuknya makanan ke dalam
saluran pernapasan.
b) Mencegah dan mengoreksi defisiensi zat gizi dan cairan.
c. Syarat-syarat diet disfagia adalah:
a) Cukup energi, protein dan zat gizi lainnya.
b) Mudah dicerna, porsi makanan kecil dan sering diberikan.
c) Cukup cairan.
d) Bentuk makanan bergantung pada kemampuan menelan,. Diberikan
secara bertahap,dimulai dari makanan cair penuh atau cair kental,
makanan saring dan makanan lunak.
e) Makanan cair jernih tidak diberikan karena sering menyebabkan
tersedak atau aspirasi.
f) Cara pemberian makanan dapat per oral atau melalui pipa (selang) atau
sonde.
Disfagia dapat terjadi pada lansia, adanya gangguan saraf
menelan, tumor esofagus dan pascastoke. Bentuk makanan bergantung
pada cara pemberian. Bila diberikan melalui pipa, makanan diberikan
dalam bentuk makanan cair penuh, bila diberikan per oral maka
makanan diberikan dalam bentuk makanan cair kental, saring, atau
lunak.
2) Diet Pasca-Hematemesis-Melena
a. Pengertian
Hematemesis-melena adalah keadaan muntah dan buang air besar
berupa darah akibat luka atau kerusakan pada saluran cerna.
b. Tujuan diet pasca-hematomesis-melena adalah:
7
a) Memberikan makanan secukupnya yang memungkinkan istirahat pada
saluran cerna, mengurangi risiko perdarahan tulang dan mencegah
aspirai.
b) Mengusahakan keadaan gizi sebaik mungkin.
c. Syarat diet :
a) Tidak merangsang sal.cerna
b) Tidak meninggalkan sisa
c) Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-48
jam untuk memberikan istirahat pada lambung
d) Diet diberikan jika perdarahan pada lambung atau duodenum sudah
tidak ada Diet pasca-hematemesis-melena diberikan dalam bentuk
makanan cair jernih, tiap 2-3 jam pasca perdarahan. Nilai gizi makanan
ini sangat rendah, sehingga diberikan selama 1-2 hari saja.
3) Diet Penyakit Lambung
a. Pengertian
Penyakit lambung atau gastrointestinal meliputi gastritis akut dan
kronis, ulkus peptikum, pasca-operasi lambung yang sering diikuti dengan
“dumping syndrome” dan kanker lambung. Gangguan gastrointestinal
sering d hubungkan dengan emosi atau psikoneurosis dan makan terlalau
cepat karena kurang di kunyah serta terlalu banyak merokok. Gangguan
pada lambung umumnya berupa sindroma distepsia, yaitu kumpulan gejaa
yang terdiri dari mual, muntah, nyeri efigastrium, kembung, nafsu makan
berkurang dan rasa cepat kenyang.
b. Tujuan diet penyakit lambung adalah:
a) Memberikan makan dan cairan secukupnya yang tidak meberatkan
lambung serta mencegah
b) menetralakn sekresi asm lambung yang berlebihan.
c. Syarat Diet :
a) Mudah cerna, porsi kecil dan sering di berikan.
b) Energy dan protein cukup, sesuai kemampuan pasien untuk
menerimanya.
c) Lemak rendah, yaitu 10 – 15 % dari kebutuhan energy total yang di
tingkatkan secara bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan.
8
d) Rendah serat, terutama serat tidak arut air yang di tingkatkan secara
bertahap.
e) Cairan cukup, terutama bila ada muntah.
f) Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik
secara termis, mekanis, maupun kimia ( disesuaikan daya terima
perorangan).
g) Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa, umumnya tidak di
anjurkan minum susu terlalu banyak.
h) Makan secara perlahan di lingkunan yang tenang.
i) Pada fase akut dapat diberikan makan parenteral saja selama 24 – 48
jam untuk member istirahat pada lambung.
d. Macam Diet Dan Indikasi Pemberian
Diet lambung diberikan pada pasien dengan gastritis, ulkus pektikum,
tifus abdominalis, dan paska bedah saluran cerna atas.
1) Diet Lambung I
Diet lambung I diberikan pada pasien ulkus peptikum akut,
ulkus peptikum perdaarahan, oeseophagitis dan gastritis akutserta
penderita tifus abdominalis berat. Makanan diberikan berupa susu dan
bubur susu dan hanya diberikan selama 2 hari saja karena
membosankan serta kurang energi, zat besi, tiamin, dan vitamin C.
Makanan diberikan dalam porsi kecil tiap 3 jam.
Nilai Gizi
Kalori 1630 gr
Besi 2,0 mg
Protein 58 gr
Vitamin A 2340 SI
9
Lemak 63 gr
Tiamin 0,5 mg
Hidrat Arang 213 gr
Kalsium 2,6 gr
Vitamin C 18 mg
2) Diet Lambung II
Diet lambung II diberikan sebagai perpindahan dari diet
lambung I, setelah fase akut dapat diatasi kepada pasien tifus
abdominalis dengan suhu tubuh tinggi dan sesudah operaasi saluran
pencernaan. Makanan berbentuk saring atau cincang, tiap 3
jam.Sebaiknya diberikan selama beberapa hari saja karena
membosankan.
Bahan Makanan Sehari Bahan makanan
Bahan Makanan Berat Urt
Beras 60 gr 2
Maizena 50 gr 10
Biskuit 20 gr 2
Daging 100 gr ½
Telur 150 gr 3
Susu 900 gr 4
Pepaya 200 gr 1
10
Sayuran 100 gr 1
Margarine 20 gr 2
Gula Pasir 70 gr 7
Nilai Gizi
Energi 1990 kkal
Besi 12,8 mg
Protein 73 g
Vitamin A 10103 SI
Lemak 84 g
Tiamin 0,9 mg
Karbohidrat 236 g
Vitamin C 174 mg
Kalsium 1,2 g
Nilai Gizi
Energi 1921 kkal
Besi 17,8 mg
Protein 61 g
Vitamin A 10469 SI
Lemak 74 g
Tiamin 0,8 mg
Karbohidrat 157 g
Vitamin C 134 mg
Kalsium 0,8 g
4) Diet Lambung IV
Diet lambung IV diberikan sebagai makanan perpindahan dari
diet lambung III atau kepada pasien ulkus peptikum ringan, gastritis
ringan, esofagus ringan, serta tifus abdominalis
yang hampir sembuh. Makanan diberikan dalam bentuk lunak dan
biasa, tergantung toleransi pasien. Makanan ini cukup kalori dan
semua zat gizi.
Bahan makanan yang diberikan sehari
Bahan Makana Berar Urt
Beras 200 g 4 gls tim
Meizena 15 g 3 sdm
Biscuit 20 g 2 bt
Daging 100 g 2 ptg sd
Telur 50 g 1 btr
Susu 400 g 2 gls
Tempe 100 g 4 ptg sdg
Sayuran 200 g 2 gls
Buah 200 g 2 ptg papaya sdg
Minyak 25 g 2,5 sdm
Gula Pasir 40 g 2 sdm
Nilai gizi
14
kalori 2.080 kkal
Zat besi 21.3 mg
Protein 74 gr
Vitamin A 9055 SI
lemak 65 gr
Tiamin 0,9 mg
Karbohidrat 303 gr
Vitamin C 132 mg
Kalsium 0,8 g
A. Kesimpulan
Diet saluran cerna berarti diet yang dilakukan saat terjadi gangguan pada saluran dan
mekanisme pencernaan dalam tubuh manusia. Gangguan atau kelainan dalam system
pencernaan antara lain :
a. Gastritis (Upper Abdominal Syndrome)
b. Sindrom Fungsional Hipogastrium (Lower Abdominal Syndrom)
c. Aerofagi
d. Mencret (Diare)
e. Heartburn
f. Esofagitis
g. Peritonitis
h. Sembelit (Konstipasi)
i. Wasir atau hemoroid
j. Kanker usus
Diet pada gangguan saluran cerna dibagi menjadi 2 yaitu : Diet pada saluran cerna
atas dan diet pada saluran cerna bawah. Diet pada saluran cerna atas meliputi diet disfagia,
diet pasca hematemesis-melena dan diet penyakit lambung. Sedangkan pada saluran cerna
bawah meliputi diet penyakit usus inflamatorik dan diet divertikular.
B. Saran
Dalam melakukan diet, hendaknya ditetapkan target waktu dan hasil penyesuaian
gejala serta diseimbangkan dengan aktivitas olahraga sehingga diet akan tetap sehat.
Penyesuaian gejala utamanya dilakukan saat terjadi gangguan (seperti gangguan saluran
cerna) dan diharuskan melakukan diet, sehingga nantinya diet akan lebih maksimal
memberikan hasil.
17
18
DAFTAR PUSTAKA
Beck, Mary E. 2011. Ilmu Gizi dan Diet – Hubungannya Dengan Penyakit – penyakit untuk
Perawat dan Dokter. Jakarta: Andi Publisher
Hartono, Andry dan Kristiani. 1995. Ilmu Gizi dan Diet Hubungannya dengan Penyakit-
Penyakit untuk Perawat dan Dokter. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica