Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

2.1.1 Pengetahuan

A. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung,

telinga dan sebagainya). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh

melalui indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata).3

Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan tidak dapat

dipisahkan dengan penelitian demikian juga sebaliknya. Ilmu dan

pengetahuan adalah dua buah kelebihan manusiadibandingkan dengan

makhluk lain ciptaan Tuhan. Dengan pengetahuan (knowledge) maka manusia

dapat mengtahui tentang alam semesta beserta segala isinya.3

B. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), membagi enam tingkat pengetahuan.

Ada enam tingkat pengetahuan yang dicapai dalam domain kognitif yaitu3

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkatan ini

adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari

6
7

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.Oleh

sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan

materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

d. Analisa (Analysis)

Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi

tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis

dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan

(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan

sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

suatu formula baru dari formulasi-formulasi yang ada.


8

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Mubarak (2011) beberapa faktor yang mempengaruhi

pengetahuan ada empat yaitu :3

a. Tingkat Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada

orang lain agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat dipungkiri

bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka

menerima informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya

akan semakin banyak. Sebaliknya, jika seseorang memiliki tingkat

pendidikan yang rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap

orang tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru

diperkenalkan.

b. Usia

Usia adalah individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai

berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi

kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang

yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman

dan kematangan jiwa. Batasan usia menurut WHO yang dikutip menurut

Dra.Ny.Jos Masdani (Psikolog UI) Manusia lanjut usia merupakan


9

kelanjutan dari dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian

yaitu:

1. Fase Inventus (dewasa muda) :antara 25 ampai 45 tahun

2. Fase Vertilitas (dewasa penuh) : antara 45 sampai 50 tahun.

3. Fase Prasenium (masa setengah umur) : antara 55 sampai 65 tahun.

4. Fase Senium (masa lanjut usia) antara 65 tahun sampai dengan tutup

usia.

c. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang

dalam berinteraksi dengan lingkungannya.Orang cenderung berusaha

melupakan pengalaman yang kurang baik.Sebaliknya, jika pengalaman

tersebut menyenangkan, maka secara psikologis mampu menimbulkan

kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaan

seseorang.Pengalaman baiki ini akhirnya dapat membentuk sikap positif

dalam kehbidupannya.

d. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak

langsung.

e. Minat

Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi

terhadap sesuatu.Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan


10

menekuni suatu hal, sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang

lebih mendalam.

f. Kebudayaan lingkungan sekitar

Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi

atau sikap seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat kita hidup dan

dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukkan sikap

kita.Apabila dalam suatu wilayah mempunyai sikap menjaga kebersihan

lingkungan, maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai

sikap selalu menjaga kebersihan lingkungan.

g. Informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat

seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.

D. Kriteria Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) kriteria untuk menilai dari tingkatan

pengetahuan menggunakan nilai:3

a. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai >75%

b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 75-50%

c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai <50%.

E. Metode Memperoleh Pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan menjadi dua,

yaitu cara tradisional (non ilmiah) dan cara modern (ilmiah).3


11

a. Cara tradisional (non ilmiah)

Cara ini dipakai orang untuk memperoleh pengetahuan sebelum

ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematis dan

logis. Cara penentuan pengetahuan secara tradisional antara lain:

1. Coba-coba dan salah

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan

mungkin sebelum adanya peradaban.

2. Cara kekuasaan (otoritas)

Prinsip dalam cara ini adalah orang lain menerima pendapat yang

diketemukan oleh orang yang mempunyai aktivitas tanpa menguji

atau membuktikan kebenaran terlebih dahulu berdasarkan fakta

empiris atau berdasarkan penalaran sendiri.

3. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau merupakan

suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Dilakukan

dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh

dalam memecahkan permasalahan yang ada pada masa lalu.

4. Melalui jalan pikir

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia

telahmenggunakan jalan pikirannya secara induksi dan deduksi.

b. Cara modern (ilmiah)

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat

ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah.Dalam memperoleh kesimpulan


12

dilakukan dengan jalan mengadakan observasi langsung dan membuat

pencatatan terhadap semua fakta sebelumnya dengan objek penelitian

(Notoatmodjo,2005).

2.1.2 Sikap

Menurut Oxford Advanced Learner Dictionary mencantumkan bahwa sikap

(attitude) berasal dari bahasa Italia attitudine yaitu “Manner of placing or holding

the body, dan way of feeling, thinking or behaving”. Campbel (1950) dalam buku

Notoadmodjo (2003, p.29) mengemukakan bahwa sikap adalah “A syndrome of

response consistency with regard to social objects”. Artinya sikap adalah

sekumpulan respon yang konsisten terhadap obyek sosial. Dalam buku

Notoadmodjo (2003, p.124) mengemukakan bahwa sikap (attitude) adalah

merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap

stimulus atau obyek. Menurut Eagle dan Chaiken (1993) dalam buku A. Wawan

dan Dewi M. (2010, p.20) mengemukakan bahwa sikap dapat diposisikan sebagai

hasil evaluasi terhadap obyek sikap yang diekspresikan ke dalam prosesproses

kognitif, afektif (emosi) dan perilaku. Dari definisi-definisi di atas menunjukkan

bahwa secara garis besar sikap terdiri dari komponen kognitif (ide yang umumnya

berkaitan dengan pembicaraan dan dipelajari), perilaku (cenderung mempengaruhi

respon sesuai dan tidak sesuai) dan emosi (menyebabkan respon-respon yang

konsisten).

A. Ciri-ciri Sikap

Ciri-ciri sikap menurut Heri Purwanto (1998) dalam

bukuNotoadmodjo (2003, p.34) adalah:


13

a. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari

sepanjang perkembangan itu dalam hubungannya dengan obyeknya.

b. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap

dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan

syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan

tertentu terhadap suatu obyek. Dengan kata lain sikap itu terbentuk,

dipelajari, atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu obyek

tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

d. Obyek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga

merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

e. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat

alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan- kecakapan atau

pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.

B. Fungsi Sikap

Menurut Katz (1964) dalam buku Wawan dan Dewi (2010, p.23)sikap

mempunyai beberapa fungsi, yaitu:

a. Fungsi instrumental atau fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat.

Fungsi ini berkaitan dengan sarana dan tujuan. Orang memandang

sejauh mana obyek sikap dapat digunakan sebagaisarana atau alat

dalam rangka mencapai tujuan. Bila obyek sikap dapat membantu

seseorang dalam mencapai tujuannya, maka orang akan bersifat positif

terhadap obyek tersebut. Demikian sebaliknya bila obyek sikap


14

menghambat pencapaian tujuan, maka orang akan bersikap negatif

terhadap obyek sikap yang bersangkutan.

b. Fungsi pertahanan ego. Ini merupakan sikap yang diambil oleh

seseorang demi untuk mempertahankan ego atau akunya. Sikap ini

diambil oleh seseorang pada waktu orang yang bersangkutan terancam

keadaan dirinya atau egonya.

c. Fungsi ekspresi nilai

d. Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu

untuk mengekspresikan nilai yang ada pada dirinya. Dengan

mengekspresikan diri seseorang akan mendapatkan kepuasan dapat

menunjukkan kepada dirinya. Dengan individu mengambil sikap

tertentu akan menggambarkan keadaan sistem nilai yang ada pada

individu yang bersangkutan.

e. Fungsi Pengetahuan

Individu mempunyai dorongan untuk ingin mengerti dengan

pengalaman-pengalamannya. Ini berarti bila seseorang mempunyai

sikap tertentu terhadap suatu obyek, menunjukkan tentang pengetahuan

orang terhadap obyek sikap yang bersangkutan.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Azwar S (2011, p.30) faktor-faktor yang mempengaruhisikap

yaitu:
15

a. Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat menjadi dasar pembentukan sikap apabila

pengalaman tersebut meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih

mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam

situasi yang melibatkan faktor emosional.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Individu pada umumnya cenderung untuk memiliki sikap yang konformis

atau searah dengan sikap seseorang yang dianggap penting.

Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi

dan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting

tersebut.

c. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dapat memberi corak pengalaman individu-individu

masyarakat asuhannya. Sebagai akibatnya, tanpa disadari kebudayaan

telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.

d. Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi

lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif

berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama

sangat menentukan sistem kepercayaan. Tidaklah mengherankan apabila

pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.


16

f. Faktor emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari

emosi yang berfungsi sebagai sebagai semacam penyaluran frustasi atau

pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

2.1.3 Tindakan

Tindakan adalah wujud dari sikap yang nyata. Untuk mewujudkan sikap

menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu

kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Suatu sikap belum

otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour).Untuk mewujudkan

sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu

kondisi yang memungkinkan. Tindakan dibedakan atas beberapa tingkatan :4

a. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang

akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

b. Respon terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatau sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai

dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

c. Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah

mencapai praktek tingkat tiga.


17

d. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik.

2.2 Demam Berdarah Dengue

2.2.1 Definisi

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan

oleh virus dengue. Menisfestasi klinis seperti demam, nyeri otot, dan atau sendi

yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis

hemoragik.1,2

Penyebab penyakit ini adalah virusdengue yang termaksud genus flavivirus

keluarga flaviviridae, terdiri dari 4 tipe (tipe 1, 2, 3, 4). Serotipe virus dominan di

Indonesia adalah tipe 3 yang tersebar di berbagai daerah dan menyebabkan kasus

yang berat. Virus dengan diameter sekitar 30 nm ini dapat tumbuh pada badan

nyamuk terutama Aedes aegypti.1

2.2.2 Nyamuk Aedes aegypti

Nyamuk Aedes Aegypti merupakan vektor penularan virus dengue dari

penderita kepada orang lain melalui gigitannya,dan Virusdengue sebagai

penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkanmelalui nyamuk. Virus ini dapat

terustumbuh dan berkembang dalam tubuh manusia dan nyamuk.7

Taksonomi Nyamuk Aedes aegypti yang dikutip oleh Anggraeni (2010),

kedudukan nyamuk Aedes aegypti dalam klasifikasi hewan adalah sebagai

berikut:8
18

Taksonomi Aedes aegypti :

Kingdom : Animalia

Filum : arthropoda

Kelas : insekta

Ordo : diptera

Famili : flaviviridae

Genus : Aedes

Contoh spesies : Aedes aegypti (Linnaeus, 1972)

A. Daur hidup

Nyamuk Aedes aegypti Memiliki siklus hidup yang terdiri atas 4

tahap yaitu telur, larva, pupa, dan nyamuk dewasa. Tiga tahap pertama

merupakan tahap akuatik, sedangkan tahap dewasa adalah tahap terestrial

atau udara.11

Aedes aegypti mengalami metamorphosis sempurna.Nyamuk betina

meletakkan telurnya diatas permukaan air dalam keadaan menempel pada

dinding tempat perindukannya.Seekor nyamuk betina dapat meletakkan

rata-rata sebanyak 100 butir telur tiap kali bertelur. Telur ini ditempat kering

(tanpa air) dapat bertahan sampai 6 bulan.9

Periode perkembangbiakan larva meliputi 4 instar yang biasanya

berlangsung 5-15 hari untuk sampai dengan lengkap atau sempurna. Pada

akhir tahap instar, larva akan mengadakan pengelupasan kulit. Instar

keempat adalah larva matur yang siap berubah menjadi pupa. Setelah 5-7
19

hari larva akan tumbuh menjadi pupa, dan 1-2 hari kemudian akan

berkembang menjadi nyamuk. Pertumbuhan dari telur sampai menjadi

dewasa kira-kira membutuhkan waktu 10 hari.15

Gambar 2.1 Daur hidup Nyamuk Aedes aegypti.3

Umur Aedes aegypti dewasa di alam bebas biasanya sekitar 10

hari.Umur 10 hari ini cukup untuk mengembangbiakan virus dengue

didalam tubuh nyamuk tersebut. Dalam keadaan istirahat bentuk dewasa

dari Aedes dan Culex hinggap dalam keadaan sejajar dengan permukaan,

sedangkan Anopheles hinggap agak tegak lurus dengan permukaan.9,11

B. Cara penularan Virus Dengue

Penularan virus dengue antar manusia diperantai oleh gigitan

nyamuk.Dipermukiman, manusia adalah inang utama dari virus ini.Di

Malaysia dan Afrika, monyet adalah inang utama pada daerah hutan.Jenis

nyamuk yang menjadi vektor yang paling efisien dari virus dengue adalah

dari jenis Aedes aegypti.Nyamuk betina dari spesies ini menggigit manusia
20

pada siang hari, pagi hari jam 8-12 dan sebelum matahari terbenam jam 15-

18, baik di dalam maupun di luar rumah. Tempat istirahat dari nyamuk ini

adalah semak-semak atau tanaman rendah seperti rerumputan yang ada

diperkarangan rumah, juga dapat pada pakaian yang tergantung didalam

rumah, seekor nyamuk betina Aedes aegypti dapat menularkan virus ini

apabila nyamuk tersebut menggigit manusia yang positif terinfeksi virus

dengue yang sedang berada dalam fase viremia selama 4-7 hari dan

kemudian telah melewati fase inkubasi virus dalam tubuh nyamuk antara 7-

10 hari dimana virus mulai memperbanyak diri dan menetap dalam kelenjar

ludah nyamuk, dan kemudian menggigit manusia lain yang secara kebetulan

berada dalam wilayah populsi nyamuk tersebut.6,15

Gambar 2.2 Cara Penularan Nyamuk Aedes aegypti.3

Sekali nyamuk terinfeksi, nyamuk tersebut akan terus dapat

menularkan virus sepanjang nyamuk tersebut masih hidup dan vektor

potensial lainnya seperti Aedes albopictus yang sepintas mirip Aedes

aegypti, namun nyamuk ini lebih menyenangi perindukan yang bersifat


21

alami, seperti kelopak daun, tempurung kelapa yang mengandung air hujan,

dan nyamuk dewasa lebih suka beristirahat diluar rumah.¹

Kontak antara vektor dengan pejamu terjadi akibat aktivitas vektor

dalam mencari mangsa.Salah satu aspek penting dari kebiasaan makan

vektor adalah kesukaan terhadap pejamu tersebut.Dalam hal ini, Aedes

aegyptitergolong antropofilik walaupun terdapat pejamu alternatife. Aedes

aegypti memiliki kebiasaan menggigit berulang, yaitu menggigit beberapa

orang secara bergantian dalam waktu relatif singkat.hal ini disebabkan

karena Aedes aegypti sangat sensitif dan mudah terganggu. Habitat vektor

DBD khususnya Aedes aegypti memiliki karakter spesifik yang berbeda

dengan spesies lainnya. Pada saat dilingkungan air, Aedes aegypti lebih suka

menggunakan tempat perindukan yang tidak alami berupa kontainer, seperti

tempayan, gentong, bak mandi, ban-ban bekas, kaleng, dan lain–lain. Jenis

air yang disukai adalah air yang jernih terutama yang berada didalam rumah

atau disekitar rumah.¹,¹5

C. Pencegahan dan Pengendalian nyamuk Aedes aegypti

Strategi pemberantasan DBD lebih ditekankan pada upaya

pencegahan, pemerintah sudah berupaya keras mengantisipasi kenaikan dan

penyebaran kasus DBD, dengan program pencegahan dan pemeberantasan

seperti (fogging) dan abatisasi masal. Menurut suroso et al(2003)

pelaksanaan pengabutan dengan aplikasi Ultra Low Volume (ULV)

tampaknya merupakan metode paling diandalkan dalam pengendalian


22

vektor. Upaya-upaya tersebut belum dapat melindungi dan mencegah

penularan penyakit DBD, bahkan terjadi perluasan penyebaran. Faktor yang

mempengaruhi keberhasilan (efektifitas) dari pengkabutan adalah (1) faktor

alamiah, yaitu cuaca (angin, suhu, kelembaban, hujan).(2) faktor sosial

antara lain masyarakat kurang berpatisipasi melakukan pemberantasan

sarang nyamuk (PSN). (3) Faktor teknis peralatan yang digunakan sudah

cukup tua, dan pengetahuan petugas dalam melaksanakan pengendalian

vektor DBD yang terbatas.15

Strategi utama pemberantasan DBD Depkes awalnya adalah

memberantas nyamuk dewasa dengan pengasapan (fogging), kemudian

dengan larvasida (abatisasi) yang ditaburkan ditempat penampungan

air.Kedua metode ini sampai sekarang belum memperlihatkan hasil yang

memuaskan. Mengingat obat dan vaksin untuk membunuh virus dengue

belum ada, maka cara yang efektif untuk mencegah penyakit DBD adalah

pemberantasan sarang nyamuk (PSN), yang dilaksanakan oleh masyarakat

atau keluarga secara teratur setiap minggu dan berkesinambungan terus-

menerus.13

Penggerakan masyarakat untuk mencegah penyakit DBD dilakukan

dengan pemberantasan nyamuk dan pemberantasan dilakukan dengan

pemberantasan nyamuk dan pemberantasan jentik-jentik nyamuk melalui

gerakan 4M yaitu menguras tempat penampungan air, menutup tempat

penampungan air, mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang

dapat menampung air hujan dan Memantau .Gerakan ini oleh masyarakat
23

dilakukan dengan kerjasama lintas sektor yang dikoordinasi oleh kepala

wilayah setempat melalui wadah kelompok kerja operasional (pokjanal)

DBD. Data tahun 1999 menunjukkan bahwa semua provinsi di Indonesia

sudah terbentuk pokjal DBD, di tingkat Kabupaten 68,09 tingkat kecamatan

33,16% dan tingkat Desa 30,21.16

Pemberantasan nyamuk dewasa menggunakan insektisida yang lebih

dikenal dengan fogging (aplikasi ULV, fogging, spraying). Obat-obatan

untuk fogging banyak macamnya dan masing-masing mempunyai efektifitas

dan efisiensi yang berbeda-beda. Kelompok insektisida yang sering dipakai

adalah bahan aktif Malathion, Cypermethrin, Chlorpyrifos dan L-

Cyhalothrin.11

Tujuan pemberantasan vektor untuk memutuskan rantai penularan

penyakit dengan mencegah perindukan vektor dan mengurangi kontak

antara manusia-vektor-patogen. Pengaturan lingkungan, baik lingkungan

nyamuk dewasa atau lingkungan nyamuk pra dewasa (tempat perindukan),

merupakan cara efektif untuk mengendalikan vektor.

Pengendalian lingkungan nyamuk dewasa bertujuan untuk

mengusahakan agar kondisi lingkunggan tidak disukai nyamuk sehingga

umur nyamuk berurang dan tidak mempunyai kesempatan untuk

menularkan penyakit. Usaha pengendalian yang dapat dilakukan

diantaranya:14

1. Memasang kawat kasa pada pintu, jendela dan lubang ventilasi.

2. Membuang segala benda yang dapat menampung air hujan.


24

3. Mengganti air atau membersihkan tempat-tempat penampungan atau

penyimpanan air bersih.

4. Pemberian abate ke dalam tempat penampungan air bersih

5. Melakukan fogging setidaknya 2 kali dengan jarak waktu 10 hari.

Pengendalian tempat perindukan juga diperlukan dengan tujuan

untuk menghalangi nyamuk meletakkan telurnya atau menghalangi proses

perindukan. Tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti yaitu berupa

genangan air yang tertampung disuatu wadah atau kontainer bukan pada

genangan air di tanah.12

Wadah atau kontainer dapat dibedakan sebagai berikut:16

1. Tempat penampungan air (TPA) yaitu tempat-tempat untuk menampung

air guna keperluan sehari–hari. Contoh: tempayan, bak mandi, bak wc,

drum, bak penampungan air, ember dan lain-lain.

2. Bukan tempat penampungan air (non TPA) yaitu tempat yang bisa

menampung air tetapi bukan untuk keperluan sehari – hari. Contoh:

tempat minum hewan peliharaan, barang- barang bekas (Ban bekas,

kaleng bekas, botol), vas bunga dan lain-lain.

3. Tempat penampungan air alamiah. Contoh: lubang pada pohon dan batu,

pelepah pohon, tempurung kelapa, potongan bambu dan lain-lain.

2.2.3 Epidemiologi

Departemen kesehataan Republik Indonesia menetapkan bahwa setiap

kasus DBD supaya segera ditindak lanjuti dengan penyelidikan epidemiologi dan

penanggulangan seperlunya untuk mencegah penyebarluasan penyakit DBD atau


25

terjadinya kejadian luar biasa (KLB). Penyelidikan epidemiologi adalah kegiatan

pencarian penderita atau tersangka DBD lainnya dan pemeriksaan larva nyamuk

menular DBD di rumah penderita atau tersangka dan rumah-rumah sekitarnya

dalam radius sekurang – kurangnya 100 meter serta tempat umum yang

diperkirkan menjadi sumber penularan penyakit. Tujuannya untuk mengetahui ada

tidaknya kasus DBD tambahan dan luasnya kemugkinan penyebaran penyakit

DBD di lokasi tersebut.21

Di Indonesia, penyakit DBD masih ditemukan secara endemik disertai

dengan ledakan KLB yang muncul dalam periode waktu tertentu. Data dari

Southeast Asia Regional Office (SEARO) tahun 1996 menunjukkan bahwa

Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai Negara endemik di Asia

Tenggara, disusul oleh Thailand dan Myanmar yang masing – masing menduduki

peringkat kedua dan ketiga.16

Faktor – faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus

DBD sangat kompleks yaitu: (1) Pertumbuhan penduduk yang tinggi, (2)

urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali, (3) tidak adanya kontrol

vektor nyamuk yang efektif didaerah endemis dan (4) peningkatan sarana

transportasi. Pola berjangkit infeksi virus dengue dipengaruhi oleh iklim,

kelembaban udara. Pada suhu yang panas (28 – 32° C) dengan kelembaban tinggi,

nyamuk Aedes akan tetap bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama. Di

Indonesia karena suhu dan kelembaban tidak sama disetiap tempat, maka pola

waktu terjadinya penyakit agak berbeda untuk setiap tempat.22


26

Kabupaten Asahan menempati urutan keenam penderita DBD terbanyak di

Sumut pada tahun 2016.Hingga September 2016 terdata ada 299 pasien asal

Asahan yang menderita DBD. Angka ini meningkat siginifikan dari 2015 yang

terdata 174 pasien. Dari 25 kecamatan di Kabupaten Asahan, angka tertinggi

penderita DBD berada di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Pulau Rakyat dengan

angka kejadian penderita 92 pasien dan meninggal 3 pasien, Kecamatan Buntu

Pane angka kejadian terbanyak kedua yaitu jumlah penderita 58 pasien dan tidak

ada yang meninggal, dan Kecamatan Rahuning merupakan daerah ketiga

terbanyak kejadian DBD yaitu 37 pasien.Tak heran jika ketiga kecamatan itu

berstatus kejadian luar biasa (KLB) DBD.Sedangkan di Kecamatan Tinggi Raja

terdapat 17 penderita DBD, yang terdiri dari 7 desa yaitu desa Terusan Tengah 1

penderita, desa Piasa Ulu 3 penderita, desa Tinggi Raja 2 penderita, desa padang

sari 2 penderita, desa Teladan 2 penderita, desa Sidomulyo 2 penderita,

danSumber Harapan 5 penderita. Pada desa Sumber Harapan terdapat 7 dusun dan

angka kejadian terbanyak terjadi di Dusun I yaitu 3 penderita.

Perilaku yang sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan

mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan

pembangunan kesehatan.Perilaku mencakup pengetahuan, sikap dan tindakan dari

individu itu sendiri.

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, maka dari itu

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran perilaku

(Pengetahuan, Sikap dan Tindakan) masyarakat mengenaipenyakit Demam


27

Berdarah Dengue di Desa Sumber Harapan Dusun I Wilayah Kerja Puskesmas

Tinggi Raja Periode Desember 2016 – Februari 2017.

2.2.4 Etiologi

Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue

yangtermasuk dalam genus Flavivirus dan famili Flaviviridae.Virus dengue

termasukvirus yang termolabil dan bisa disimpan pada -700C.Virus dalam darah

penderitayang disimpan pada temperatur 50C masih dapat menularkan penyakit

untukbeberapa minggu.Terdapat 4 serotipe yaitu DEN-I, DEN-2, DEN-3, DEN-4

yangsemuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue.

Keempat serotipe telah ditemukan di lndonesia dengan DEN-3 merupakanserotipe

yang paling banyak ditemukan. Infeksi yang disebabkan oleh salah satuserotipe

akan menyebabkan imunitas terhadap serotipe virus tersebut.1

2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyakit DBD

Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit DBD

Penularan penyakit DBD dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu agent (virus),

host (pejamu), dan lingkungan, yaitu :5

1. Agent (penyebab penyakit) adalah semua unsur atau elemen hidup atau

mati yang kehadirannya, apabila diikuti dengan kontak yang efektif

dengan manusia rentan dalam keadaan yang memungkinkan akan

menjadi stimuli untuk mengisi dan memudahkan terjadinya suatu proses

penyakit. Dalam hal ini yang menjadi agent dalam penyebaran DBD

adalah virus dengue.


28

2. Karakteristik host (pejamu) adalah manusia yang kemungkinan terjangkit

penyakit DBD. Faktor-faktor yang terkait dalam penularan DBD pada

manusia yaitu :

a. Mobilitas penduduk akan memudahkan penularan dari suatu tempat ke

tempat yang lainnya. Hasil penelitian Fathi (2004) di kota Mataram

mobilitas penduduk tidak ikut berperan dalam terjadinyaKLB

penyakit DBD di kota Mataram, hal ini dapat dikaitkan dengan

mobilitas penduduk di kota Mataram yang relatif rendah yaitu

sebagian besar adalah petani.

b. Pendidikan akan mempengaruhi cara berpikir dalam penerimaan

penyuluhan dan cara pemberantasan yang dilakukan, hal ini berkaitan

dengan pengetahuan.

c. Umur akan mempengaruhi peluang terjadinya penularan penyakit

DBD. Penyakit dapat mengenai semua umur tetapi lebih diwaspadai

bahwa DBD cenderung meningkat pada kelompok umur remaja dan

dewasa.

3. Lingkungan, lingkungan yang terkait dalam penularan penyakit DBD

adalah :

a. Tempat penampungan air / keberadaan kontainer, sebagai tempat

perindukan nyamuk Aedes aegypti.

b. Ketinggian tempat suatu daerah mempunyai pengaruh terhadap

perkembangbiakan nyamuk dan virus DBD. Di wilayah dengan


29

ketinggian lebih dari 1.000 meter diatas permukaan laut tidak

ditemukan nyamuk Aedes aegypti.

c. Curah hujan, pada musim hujan (curah hujan diatas normal) tempat

perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang pada musim kemarau

tidak terisi air, mulai terisi air. Telur-telur yang belum sempat

menetas, dalam tempo singkat akan menetas, dan kelembaban udara

juga akan meningkat yang akan berpengaruh bagi kelangsungan hidup

nyamuk dewasa dimana selama musim hujan jangka waktu hidup

nyamuk lebih lama dan berisiko penularan virus lebih besar.

d. Kebersihan lingkungan / sanitasi lingkungan, kondisi sanitasi

lingkungan berperan besar dalam perkembangbiakan nyamuk Aedes

aegypti.

2.2.6 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik (tidak

bergejala), atau dapat berupa demam yang tidak khas, demam dengue, demam

berdarah dengue atau sindrom syok dengue (SSD). Masa inkubasi virus dalam

tubuh manusia sekitar 4-6 hari (rentang 3-14 hari), timbul gejala prodromal yang

tidak khas seperti : nyeri kepala, nyeri tulang belakang dan perasaan lelah. Setelah

itu pada umumnya pasien akan mengalami fase demam selama 2-7 hari, yang

diikuti oleh fase kritis selama 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak

demam, akan tetapi mempunyai resiko untuk terjadi renjatan jika tidak mendapat

pengobatan yang adekuat.5


30

2.2.7. Diagnosis

Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO

tahun 1997 terdiri dari kriteria klinis dan laboratorium.5

1. Kriteria Klinis

a.Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus

menerus selama 2-7 hari.

b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan : uji tourniquet

positif, petechie, echymosis, purpura, perdarahan mukosa, epistaksis,

perdarahan gusi, hematemesis dan malena. Uji tourniquet dilakukan

dengan terlebih dahulu menetapkan tekanan darah.Selanjutnya

diberikan tekanan di antara sistolik dan diastolik pada alat pengukur

yang dipasang pada lengan di atas siku, tekanan ini diusahakan

menetap selama percobaan. Setelah dilakukan tekanan selama 5

menit, diperhatikan timbulnya petekia pada kulit di lengan bawah

bagian medial pada sepertiga bagian proksimal. Uji dinyatakan

positif apabila pada 1 inchi persegi (2,8 x 2,8 cm) didapat lebih dari

20 petekia.

c.Pembesaran hati (hepatomegali).

d.Syok (renjatan), ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan

tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan

gelisah.

2. Kriteria Laboratorium

a. Trombositopeni ( < 100.000 sel/ml)


31

b. Hemokonsentrasi, dapat dilihat dari peningkatan hematokrit 20% atau

lebih.

3. Derajat Penyakit DBD, menurut WHO tahun 1997.

Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat, yaitu :

a. Derajat I Demam disertai dengan gejala umum nonspesifik, satu-

satunya manifestasi perdarahan ditunjukkan melalui uji tourniquet

yang positif.

b. Derajat II Selain manifestasi yang dialami pasien derajat I, perdarahan

spontan juga terjadi, biasanya dalam bentuk perdarahan kulit dan atau

perdarahan lainnya.

c. Derajat III Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai

hepatomegali dan ditemukan gejala-gejala kegagalan sirkulasi

meliputi nadi yang cepat dan lemah, tekanan nadi menurun ( < 20

mmHg) atau hipotensi disertai kulit lembab dan dingin serta gelisah.

d.Derajat IV Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai

hepatomegali dan ditemukan gejala syok (renjatan) yang sangat berat

dengan tekanan darah dan denyut nadi yang tidak terdeteksi.

2.2.8. Penatalaksanaan

Pengobatan penderita DBD pada dasarnya bersifat simptomatik dan

suportif yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi.6

1.Penatalaksanaan DBD tanpa komplikasi :

a. Istirahat total di tempat tidur.


32

b. Diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula atau air

ditambah garam/oralit). Bila cairan oral tidak dapat diberikan oleh

karena tidak mau minum, muntah atau nyeri perut berlebihan, maka

cairan inravena harus diberikan.

c. Berikan makanan lunak

d. Medikamentosa yang bersifat simptomatis. Untuk hiperpireksia dapat

diberikan kompres, antipiretik yang bersifat asetaminofen, eukinin, atau

dipiron dan jangan diberikan asetosal karena dapat menyebabkan

perdarahan.

e. Antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi

sekunder.

2. Penatalaksanaan pada pasien syok :

a. Pemasangan infus yang diberikan dengan diguyur, seperti NaCl, ringer

laktat dan dipertahankan selama 12-48 jam setelah syok diatasi.

b. Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernapasan

tiap jam, serta Hemoglobin (Hb) dan Hematokrit (Ht) tiap 4-6 jam pada

hari pertama selanjutnya tiap 24 jam.

c. Bila pada pemeriksaan darah didapatkan penurunan kadar Hb dan Ht

maka diberi transfusi darah.

2.2.9. Pencegahan

Penanggulangan penyakit DBD meliputi tindakan promotif, preventif, dan

kuratif. Tindakan promotif dilaksanakan secara vertikal yaitu melalui edukasi dan

informasi kepada masyarakat luas mengenai penyakit DBD dan cara


33

pencegahannya. Upaya ini melibatkan berbagai sektor untuk mendukung

penyebarluasan informasi penyakit DBD.Tindakan preventif (pencegahan)

dilakukan seiring dengan tindakan promotif yaitu dengan melakukan berbagai

kegiatan kebersihan lingkungan dengan fokus pembasmian tempat perindukan

nyamuk Aedes. Tindakan kuratif terus dikembangkan dengan meningkatkan

pengetahuan tentang penatalaksanaan penyakit DBD. Hingga saat ini secara resmi

belum ditemukan obat ataupun vaksin yang dapat mengobati penyakit

ini,walaupun penelitian terakhir di Thailand masih dikembangkan vaksin yang

diharapkan dapat mencegah penyakit ini, sehingga pengendalian DBD tergantung

pada pengendalian nyamuk Aedes Aegypti.4

2.3. Kerangka Konsep

KarakteristikResponden

 Jenis Kelamin Prilaku (Pengetahuan,


 Usia Sikap dan Tindakan)
 Pekerjaan mengenai penyakit DBD
 Pendidikan

Gambar 2.3 Kerangka konsep

Anda mungkin juga menyukai