Propasal Tesis Yetro
Propasal Tesis Yetro
PENDAHULUAN
kebutuhan dasar bagi masyarakat yang ingin maju. Demikian halnya bagi
globalisasi. Era globalisasi yang sedang terjadi saat ini dihadapkan pada tantangan
yang lebih kompleks dan persaingan sumber daya manusia yang semakin ketat,
sehingga dibutuhkan sumber daya manusia yang unggul dengan menguasai ilmu
pendidikan.
1
Hasil pendidikan memang tidak mungkin dilihat dan dirasakan dalam
waktu yang singkat secara instan, hasil dari pendidikan baru dapat dilihat dalam
kurun waktu yang lama atau mungkin baru terasa setelah satu generasi, itu
sebabnya sistem pendidikan itu tidak boleh keliru atau salah kendati kesalahan itu
sedikit bisa merubah suatu sistem yang ditata dengan baik, itu sebabnya tangan-
tangan yang mengelola sistem pendidikan dari atas sampai ke dalam kelas harus
Berdasarkan pembukaan UUD 1945 Alinea ke-4 salah satu tujuan bangsa
bangsa harus diartikan secara mendalam dan menyeluruh sehingga bisa diartikan
bahwa pendidikan seharusnya tidak hanya dijadikan sebagai alat untuk menaikkan
derajat ekonomi saja, namun harus dapat menjadikan manusia - manusia potensial
yang diharapkan.
Kualitas pendidikan di Indonesia sendiri sampai saat ini masih rendah. Hal ini
dijelaskan dalam artikel pada website BBC Indonesia tanggal 27 November 2012
terendah di dunia menurut tabel liga global yang diterbitkan oleh Firma
Pendidikan Pearson. Rangking ini memadukan hasil tes internasional dan data
seperti tingkat kelulusan antara 2006 dan 2010. Indonesia berada diposisi
terbawah bersama Meksiko dan Brasil. Sedangkan peringkat pertama dan kedua
2
Selain itu, menurut Programme for International Study Assessment (PISA) 2012
juga menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan peringkat terendah
skor yang dicapai pelajar usia 15 tahun dalam kemampuan membaca, matematika,
dan sains. Selama mengikuti study tersebut dari tahun 2000, peringkat Indonesia
selalu berada diposisi terendah (Riski Puspita Sari, 2013). Fakta menunjukkan
bahwa dulu Negara Malaysia banyak yang belajar di Indonesia, tapi sekarang
berubahnya kurikulum. Sejak Indonesia merdeka tahun 1945 hingga tahun 2013
Rencana Pelajaran Dirinci Dalam Rencana Pelajaran Terurai, tahun 1964 Rencana
Pendidikan Dasar, tahun 1968 Kurikulum Sekolah Dasar, tahun 1974 Kurikulum
tahun 1984 Kurikulum Cara Belajar Siswa Aktif (KCBSA), Kurikulum 1994,
tahun 1997 Revisi Kurikulum 1994, tahun 2004 KBK, tahun 2006 KTSP, dan
dinamakan Kurikulum 2013. Perubahan kurikulum dengan umur yang berbeda itu
yang berlaku pada sebelumnya (Alfred Dama, 2013), Serta kurangnya sarana dan
3
Hal tersebut merupakan berbagai permasalahan dalam manajemen pendidikan
tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 sudah tercantum
prasarana. Dari lingkup standar pendidikan nasional tersebut dapat dilihat bahwa
sarana dan prasarana merupakan salah satu komponen penting dalam peningkatan
akan tercapai dengan baik apabila Pengelolaan Sarana dan Prasarana ter-
4
Dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya
terletak di hulu sungai samba tepatnya desa Tumbang Habangoi Kecamatan Petak
Habangoi Berdiri sejak tahun 1985 dirintis oleh seorang pemuka adat bernama D.
pertama yaitu Muntir, selanjut nama sekolah berubah menjadi SDN-1 Tumbang
Habangoi dan di pimpin oleh Posiansyah kemudian pada tahun 2015 SDN-1
pimpin oleh kepala sekolah Alinson dan pada bulan juli tahun 2018 SD Negeri
Tumbang Habangoi mempunyai Kepala Sekolah baru yang bernama Margo, S.Pd.
pagi hari mempunyai sarana pendidikan yaitu 9 ruangan kelas, 1 kantor serta 1
prasarana yang dimilik yaitu 1 lapangan sepak bola, 1 lapangan volly ball, 1 meja
tenis meja dan perlengkapan olahraga yang cukup memadai adapun pendidik yang
bertugas di SD Negeri Tumbang Habangoi yaitu: 6 guru PNS, 1 guru kontrak dan
1 guru honor sekolah hanya saja karena letak SD Negeri Tumbang Habangoi yang
5
berada jauh dari Kecamatan dan kabupaten sehingga akses telekomunikasi/akses
Habangoi.
jumlah yang cukup besar, yang mana dana BOS ini digunakan dalam rangka
Negeri Tumbang Habangoi sangat sulit berkembang kearah yang lebih baik
seolah-olah stagnan di tempat hal inilah yang memicu penulis untuk melakukan
Berdasarkan hasil study awal penelitian yang dilakukan dengan observasi dan
Tumbang Habangoi belum terlaksana dengan baik hal ini dipicu oleh kurangnya
pemahaman kepala sekolah dan guru tentang konsep manajemen sekolah itu
tentang pentingnya manajemen sekolah, bahkan guru – guru dan kepala sekolah di
6
Berdasarkan fenomena yang terjadi didalam penerapan manajemen sekolah di
yang tidak terlaksana dengan baik sehingga peneliti berasumsi bahwa perlu
Negeri Tumbang Habangoi. Mengingat masalah yang begitu kompleks dan waktu
yang terjadi di dalam penerapan manajemen sarana dan prasarana sehingga bisa
yang terjadi di dalam penerapan manajemen sarana dan prasarana tersebut dengan
dengan asumsi walaupun SD Negeri dari 9 guru yang ada, 7 orang berkualifikasi
7
sarana dan prasarana pendukung dalam kegiatan pembelajaran. Maka dari itu,
Ketiga, manajemen sarana dan prasarana dengan pembinaan yang baik akan
Tumbang Habangoi ?
8
1.2.5. Apa faktor – faktor yang menghambat proses manajemen sarana dan
dan peran guru dalam manajemen sarana dan prasarana serta faktor – faktor yang
Habangoi.
9
2) Bagi Guru
3) Bagi Peneliti
sarana dan prasarana nantinya harus dikuasai oleh peneliti ketika terjun secara
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
sebagai: (1) asumsi atau konsep-konsep yang menjadi dasar/titik tolak pemikiran
sebuah teori, dan (2) definisi, konotatif atau denotative atau konsep-konsep yang
konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lain dan berfungsi untuk
11
2.1.1 Behaviorisme
Sukardjo (2009:33) melanjutkan bahwa kerangka kerja (frame work) dan teori
diamati.Oleh karena itu, aliran itu, aliran ini berusaha mencoba menerangkan
tingkah laku. Dalam aliran ini tingkah laku dalam belajar akanberubah kalau ada
stimulus dan respon. Dalam aliran behavior, faktor lain yang pentingadalah
Tokoh aliran Behaviorisme antara lain (1) Pavlov; (2) Watson; (3) Skinner;
2.1.2 Kognitivisme
teori pendidikan kognitivisme adalah dasarnya rasional. Teori ini memiliki asumsi
12
aliran ini, kita belajar disebabkan oleh kemampuan kita dalam menafsirkan
dalam belajar bagaimana orang-orang berpikir. Menurut Uno (2006:10) teori ini
mental internal dalam diri kita. Oleh karena itu dalam aliran kognitivisme lebih
mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Tokoh aliran
menjadikannya dasar bagi pengetahuan tentang dunia yang akan dia peroleh
dari tiga tahapan, yakni asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi. Kemudian Piaget
perkembangan kognitif yang dilalui siswa, yang dalam hal ini Piaget membaginya
menjadi empat tahap yaitu tahap sensor-motor (ketika anak berumur 1,5 sampai 2
13
tahun), tahap pra-operasional (2/3 sampai 7/8 tahun), tahap operasional kongkrit
(7/8 sampai 12/14 tahun) dan tahap operasional formal (14 tahun atau lebih).
itu ada tiga tahap. Tahap pertama, enaktif, merupakan representasi pengetahuan
secara visual.Dan tahap ketiga yang paling maju adalah representasi simbolik,
yaitu digunakan kata – kata dan lambing – lambing lain untuk melukiskan
mendasar dari mata ajaran yang disebut konsep – konsep pengatur harus
seperti ini menurut Bruner memungkinkan orang mengajarkan mata ajar apapun
secara efektif dalam bentuk yang serba terang secara intelektual kepada siswa
2.1.3 Konstruktivisme
berdasarkan data. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus dirancang dan
14
dikelola sedemikian rupa sehingga mampu mendorong siswa mengorganisasi
menyatakan bahwa proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu
sendiri. Teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses dalam
belajar dalam bentuknya yang paling ideal yaitu memanusiakan manusia. Oleh
karena itu proses belajar dapat dianggap berhasil apabila si pembelajar telah
para pendidik sebaiknya melihat kebutuhan yang lebih tinggi dan merencanakan
berkembang, untuk menjadi lebih baik, dan juga belajar. Secara singkat Sukardjo
manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan
15
Combs dalam Sukardjo (2009:58) menyatakan bahwa banyak guru
membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi
diharapkan siswa tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Dalam hal ini yang
belajar bagi pribadinya dan materi pelajaran tersebut yang menghubungkan materi
asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal (a) suatu usaha yang positif
untuk berkembang, dan (b) kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan.
memenuhi kebutuhan yang bersifat hierarkis. Pada diri setiap orang terdapat
berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut
untuk mengambil kesempatan, takut dengan apa yang sudah ia miliki, dan
sebagainya.
Salah satu ciri utama pendekatan humanistik adalah bahwa yang dilihat
adalah perilaku manusia, bukan spesies lain. Akan sangat jelas perbedaan antara
Rogers dalam Sukardjo (2009: 61) membedakan dua tipe belajar, yaitu
16
Sukardjo(2009:61) menyatakan bahwa menurut Rogers yang terpenting dalam
ialah:
untuk ditolaknya. 5) Tugas – tugas belajar yang mengancam diri lebih mudah
dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman – ancaman dari luar itu semakin
kecil. 6) Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh
dengan berbagai acara yang berbeda – beda dan terjadilah proses belajar. 7)
yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya. 10) Kepercayaan terhadap diri sendiri,
untuk mawas diri dan mengkritik dirinya sendiri. 11) Belajar yang paling berguna
secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar.
belajar sebagai sebuah proses yang terjadi dalam individu yang melibatkan
seluruh bagian atau domain yang ada yang meliputi domain kognitif, afektif dan
emosi atau perasaan, komunikasi terbuka, dan nilai – nilai yang dimiliki oleh
17
setiap siswa. Untuk itu, metode pembelajaran humanistik mengarah pada upaya
pembelajaran.
Pada mulanya manajemen belum dapat dikatakan sebagai teori karena teori
harus terdiri atas konsep – konsep yang secara sistematis dapat menjelaskan dan
meramalkan apa yang akan terjadi dan membuktikan ramalan itu berdasarkan
terlalu umum dan subjektif. Evolusi konsep, ide, dan pemikiran manajemen
bermula pada 5.000 SM di Mesir. Pada waktu itu, orang menggunakan catatan
ilmu jika teori – teorinya mampu menuntun manajer dengan memberi penjelasan
bahwa apa yang harus dilakukan pada situasi tertentu dan memungkinkan mereka
18
Menurut Mary Parker Follet dalam Stoner (1986), Manajemen sebagai seni
untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang – orang (The art getting thing done
manajemen mencapai tujuan organisasi dengan cara mengatur orang lain. Hal
sebagai suatu seni membutuhkan tiga unsur, yaitu pandangan, pengetahuan teknis
dan komunikasi. Ketiga unsur tersebut terkandung dalam manajemen. Oleh karena
manajemen terdapat fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer atau
segala aspek yang ada agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.
Untuk membangun sumber daya manusia (SDM) yang bermutu tinggi maka
SDM yang bermutu hanyalah dapat dibentuk, dikembangkan segala potensi dan
adalah satu kunci penting dalam membangun sistem pendidikan nasional sebab
19
pembelajaran, keuangan, sarana dan prasarana dan keterlibatan terpadu antara
satunya adalah guru sebab selain sebagai seorang pendidik, seorang guru juga
memainkan peran sebagai manajer karena seorang guru harus dapat merencanakan
seperti apa proses pembelajaran di kelas serta sarana dan prasarana apa yang akan
dipakai selama proses pembelajaran itu sendiri. Bush dalam Bush dan Coleman
mengarah kepada suatu sistem yang sistematis dimana sistem yang sistematis
yang tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan yang telak
ditetapkan sebelumnya agar efektif dan efisien”. Dari dua pernyataan ahli diatas
adanya kerjasama sekelompok orang yang mempunyai maksud, tujuan dan cita –
cita yang sama guna mencapai tujuan yang diharapkan dimana dalam mencapai
20
memanfaatkan segala sumber daya yang ada agar tujuan yang diharapkan dapat
maka sudah termuat hal – hal yang menjadi objek pengelolaan atau pengaturan.
yang diharapkan.
paradigma baru pendidikan yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah
MBS merupakan salah satu wujud reformasi dalam bidang pendidikan yang
menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan
memadai bagi peserta didik. Otonomi dalam manajemen merupakan potensi bagi
21
merupakan inti dari MBS yang dipandang memiliki tingkat efektivitas tinggi serta
MBS ditandai dengan otonomi sekolah dan pelibatan masyarakat yang merupakan
22
yang memungkinkan pemerintah lebih berkonsentrasi kepada kelompok tertentu
tanggung jawab pengelolaan sumber daya dan pengembangan strategi MBS sesuai
akhirnya akan mendukung efektivitas dalam pencapaian tujuan sekolah, selain itu
manajemen pendidikan. Sementara itu, Sarana pendidikan adalah salah satu dari
23
Arikunto dan Yuliana (2008) mengatakan bahwa sarana pendidikan adalah
semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik yang bergerak
maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan berjalan dengan lancar.
Misalnya; gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat – alat media pengajaran.
Seperti halaman sekolah, kebun, taman, jalan, tetapi bila dimanfaatkan secara
langsung untuk kegiatan pembelajaran, seperti halaman sekolah dan taman untuk
pelajaran IPA, halaman sekolah juga bisa untuk pelajaran olahraga maka
perangkat peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam
gedung, ruang kelas, meja kursi serta alat – alat dan media pengajaran”
24
“Fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan
dan pengajaran seperti halama, kebun, taman sekolah dan jalan menuju
prasarana pendidikan”
Ketersedian sarana dan prasarana merupakan salah satu komponen penting yang
Manajemen sarana dan prasara dapat diartikan sebagai proses kerja sama
pendayagunaan semua sarana dan prasaran pendidikan secara efektif dan efisien
dan prasarana adalah kegiatan pengelolaan sarana dan prasarana yang dilakukan
ketersediaan dan pemanfaatan sumber belajar bagi guru, siswa serta penataan
25
serta penataan lahan, bangunan, perlengkapan dan perabot sekolah secara tepat
guna dan tepat sasaran. Selanjutnya pernyataan diatas diperkuat oleh Rohiat
prasarana adalah suatu proses kegiatan pengelolaan semua fasilitas baik bergerak
maupun tidak bergerak yang mana didalam pengelolaan tersebut dimulai dari
yang menyenangkan bagi bagi guru maupun siswa untuk berada di sekolah.
memadai secara kuantitatif, kualitatif dan relevan dengan kebutuhan serta dapat di
2.5.1 Tujuan, Prinsip, dan dan Fungsi Manajemen Sarana dan Prasaran
pendidikan agar proses pembelajaran bisa berlangsung secara efektif dan efisien.
Berkaitan dengan tujuan ini, Bafadal (2003) dalam Mustari (2015 : 120)
26
menjelaskan secara rinci tentang tujuan dari manajemen sarana dan prasarana
sekolah melalui sistem perencanaan dan pengadaan yang hati – hati dan
dengan kebutuhan.
sarana dan prasarana dengan membuat daftar prioritas keperluan pada setiap
sekolah oleh tim dan tenaga kependidikan yang profesional pada dinas pendidikan
yang perlu diperhartikan agar tujuan bisa tercapai dengan maksimal, menurut
Bafadal (2003) dalam Mustari (2015 : 122), prinsip – prinsip itu antara lain:
27
sekolah dapat dikatakan berhasil bilamana fasilitas sekolah itu selalu siap
hati sehingga bisa diperoleh fasilitas yang berkualitas baik dengan harga
melibatkan banyak orang. Bilamana hal itu terjadi maka perlu adanya
28
bentuk proses kerja sekolah yang kompak. Oleh karena itu, walaupun
memiliki tugas dan tanggung jawab masing – masing namun satu dengan
Manajemen sarana dan prasarana bertugas mengatur dan menjaga sarana dan
29
(primer) dan kebutuhan yang menunjang. Dalam proses perencanaan ini
hibah dan lain – lain. Pengadaan sarana dan prasarana sekolah dapat
daftar barang yang menjadi milik sekolah ke dalam satu daftar inventaris
berisi daftar jenis dan jumlah barang yang bergerak maupun tidak
barang yang sesuai dengan kebutuhan secara efektif dan efisien. Dalam
30
b. Kesesuaian antarmedia yang akan digunakan dengan materi yang
akan dibahas.
d. Karakteristik siswa.
tersebut awet dan tahan lama. Pihak yang terlibat dalam pemeliharaan
barang tersebut.
pemusnahan.
perencanaan sarana dan prasarana pendidikan. Dalam hal ini guru lebih banyak
berhubungan dengan sarana pengajaran yaitu alat pelajaran, alat peraga dan media
31
pengajaran lainnya. Peranan guru dalam manajemen sarana dan prasarana dimulai
mengusulkan kebutuhan belajar siswa untuk kebutuhan buku atau bahan ajar
dalam bentuk modul, buku paket ataupun lembar kerja siswa, kebutuhan alat
peraga atau kebutuhan alat – alat olahraga, alat – alat laboratorium. Biasanya
pelajaran masing – masing. Dan dalam pemeliharaan dan pengawasan, guru ikut
terlibat dengan cara melibatkan siswa untuk ikut serta merapikan dan menyimpan
kembali barang – barang yang telah digunakan. Pengawasan yang dilakukan guru
dengan memeriksa kembali segala sarana yang telah digunakan serta mencatat
Arti dasar dari kata kualitas dalam Kamus Modern Bahasa Indonesia adalah
atau mutu diartikan dengan kenaikan tingkatan menuju suatu perbaikan atau
kemapanan. Sebab kualitas mengandung arti kata bobot atau tinggi rendahnya
sesuatu. Menurut Supranta (1997: 288), kualitas adalah sebuah kata bagi penyedia
proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dari kontek “proses” pendidikan yang
32
berkualitas terlibat berbagai input seperti: (bahan ajar: kognitif, afektif dan
pendidikan mengacu pada hasil atau prestasi yang dicapai oleh sekolah dalam
kurun waktu tertentu. Prestasi yang dicapai bisa berupa test kemampuan
lulusan yang memiliki prestasi akademik dan non – akademik yang mampu
dilakukan oleh:
33
1. Harsono (2017) dengan judul Proposal Penelitian “Pengelolaan
34
belum semua guru memiliki kesadaran terhadap pemeliharaan dan
35
5. Romi Suganda (2013) dengan judul penelitian “Pengelolaan Sarana
36
2.9 Alur pikir
Manajemen
Sarana
Prasarana SESUDAH
SEBELUM
? ?
1. Perencanaan/Analisis
kebutuhan
2. Pengadaan
3. Penginventarisasian
4. Penggunaan sarana
prasarana Peran guru
5. Pemeliharaan
6. Penghapusan
7. pertanggungjawaban
1. PERENCANAAN
2. PEMANFAATAN
KUALITAS PENDIDIKAN 3. PEMELIHARAAN
4. PENGAWASAN
37
BAB III
METODE PENELITIAN
fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan, dan lain – lain, secara holistik dengan mendeskripsikan dalam
bentuk kata – kata pada konteks khusus yang alamiah. Metode penelitian
kualitatif ini digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam dan mengandung
Katingan.
Provinsi Kalimantan Tengah. Lokasi ini sangat strategis dan akses yang mudah
38
dipilih oleh peneliti untuk melakukan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada
keterangan. Penelitian ini mengambil subjek guru, kepala sekolah, dan siswa SD
teknik sampling yang sering digunakan adalah purposive sampling dan snowball
peneliti untuk menjelajahi objek atau situasi sosial yang diteliti (Sugiyono, 2009:
300).
Jenis dan sumber data utama dalam penelitian ini merujuk pada pendapat para
ahli dalam penelitian naturalistik/ kualitatif. Pendapat yang pertama yaitu berasal
dari Lincoln and Guba dalam Sugiyono (2013: 223) yang mengatakan
yang kedua bersumber dari Nasution dalam Sugiyono (2013: 223) yang
menyatakan bahwa: “Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada
39
3.4.1. Sumber Data Primer
Sumber data primer yang berupa kata – kata, informasi dan tindakan dari
informan. Informan adalah orang yang terlibat dalam kegiatan penelitian untuk
dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Guru dan Siswa SD Negeri Tumbang
sumber data pendukung (sekunder) yang berasal dari arsip atau dokumen dari
berbagai macam literatur. Merujuk pada pendapat Sugiyono (2013: 217 – 221)
penelitian).
tujuan – tujuan yang selaras dan relevan dengan penelitian. Misalnya orang
tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau dia sebagai
40
penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial
peneliti menetapkan sampel lainnya yang akan memberikan data lebih lengkap.
Pada penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai
berikut:
3.5.1 Observasi
Menurut Nasution (Sugiyono, 2009: 310) observasi adalah dasar semua ilmu
yaitu observasi yang tidak melibatkan peneliti dengan kegiatan sehari-hari orang
independen.
3.5.1. Wawancara
maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang
mengetahui hal-hal yang akan diteliti dari responden secara mendalam. Oleh
41
karenan itu, dengan teknik ini diharapkan agar data yang didapatkan lebih
3.5.2. Dokumentasi
otentik sehingga fakta yang ditemukan di lapangan memiliki nilai keabsahan yang
tinggi. Tujuan teknik dokumentasi adalah sebagai pendukung data-data yang telah
kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen
perpustakaan di sekolah.
42
3.6.3. Dokumentasi
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis data,
43
Analisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Data yang diperoleh peneliti di lapangan masih bersifat komplek, maka perlu
dicatat secara rinci. Data yang diperoleh harus segera dianalisis melalui reduksi.
penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
Miles dan Huberman (Sugiyono, 2010: 249) menyampaikan yang paling sering
digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
Data yang sudah disajikan dipilih yang penting untuk kemudian dibuat
3) Peneliti menganalisis hasil dari reduksi data dan sajian data untuk ditarik
44
agar lebih utuh. Apabila terdapat pernyataan tambahan setelah dilakukan
dibutuhkan.
Menurut Sugiyono (2009: 270) uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif
benar yang telah diperoleh baik dari hasil wawancara mendalam, observasi
lainnya. Hal ini akan dilakukan karena kemungkinan data yang diperoleh dari
informan kurang dan atau tidak benar, yang dapat saja terjadi karena peneliti salah
mengajukan pertanyaan yang berarti jawabannya juga salah, atau keinginan para
45
1) Uji credibility atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian.
46
Pengecekan kredibilitas data dilakukan untuk membuktikan apakah
yang diamati oleh peneliti benar-benar telah sesuai dengan apa yang
yang bersifat emic, baik bagi pembaca maupun bagi subjek yang diteliti.
dengan informan lainnya. Misalnya dan guru yang satu ke guru lainnya,
diwaktu atau situasi yang berbeda, contoh dilakukan pagi hari dan
47
berusaha melaporkan hasil penelitiannya secara rinci. Uraian laporan
dengan para informan atau para ahli. Kegiatan ini dilakukan secara
48
dilalui selama penelitian, sedangkan pengauditan konfirmabilitas
49
DAFTAR PUSTAKA
Pendidikan.
Asmani. Maamur Jamal. (2012). Tips Aplikasi Manajemen Sekolah. Diva Press.
Jokjakarta
Sani. Abdulah Ridwan dkk. (2018). Penelitian Pendidikan. Tira Smart. Tangerang
Alfabeta
Alfabeta.
50
Harsono. (2017). Proposal Tesis Pengelolaan Sarana Prasarana SD Swasta
Dasar.
https://pandidikan.blogspot.com/2011/05/kualitas-pendidikan.html
https://rezafardanyramadhan005.wordpress.com/2016/11/22/pengertian-kualitas-
pendidikan-menurut-para-ahli/
https://tulisanterkini.com/artikel/artikel-ilmiah/7736-pengertian-kualitas-
pendidikan.html
51