Anda di halaman 1dari 5

Terms of Reference

Proyek Peningkatan Akses Air Minum dan Sanitasi

1. Gambaran Umum:

Latar Belakang:
AQUA berkomitmen untuk berkontribusi terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan
Milenium dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dalam meningkatkan
proporsi masyarakat yang memiliki akses terhadap air minum dan sanitasi yang layak.
Diharapkan intervensi di sektor air minum dan sanitasi tersebut akan memberikan dampak
terhadap:
• Pengurangan angka kematian balita: perubahan perilaku higienitas serta
pemanfaatan sarana air minum dan sanitasi berpotensi menurunkan penyakit diare
sebagai penyakit no 4 yang menyebabkan kematian pada balita di Indonesia.
• Peningkatan kesejahteraan masyarakat: penurunan angka kesakitan dalam
keluarga akan meningkatkan produktivitas dan kesempatan memperoleh
pendidikan.
• Keberlanjutan lingkungan: manajemen sumber daya air dan pengolahan limbah
yang aman sebagai upaya mendukung konservasi lingkungan.

Tujuan Umum:
Tujuan dari proyek ini adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia
melalui peningkatan akses yang berkelanjutan terhadap air minum dan sanitasi yang layak.

Sasaran:
Sasaran program ini adalah kelompok masyarakat dan siswa Sekolah Dasar di pedesaan
dan pinggiran kota yang memiliki prevalensi penyakit bawaan air yang tinggi dan belum
mendapatkan akses terhadap air minum dan sanitasi.

Strategi Implementasi:
• Penekanan diberikan ke peningkatan kapasitas masyarakat dan pendampingan
terhadap pemerintah daerah yang disasar. Hal ini dapat dicapai diantaranya
melalui pelibatan seluruh pemangku kepentingan pada saat perencanaan,
implementasi, pemanfaatan dan pemantauan proses peningkatan akses air minum
dan sanitasi.
• Mengedepankan perubahan perilaku melalui pendekatan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM), yang membutuhkan dukungan berupa tersedianya sarana air
minum.
• Kelompok pengelola sarana air bersih dan kader STBM dibentuk/diperkuat untuk
mendukung perubahan perilaku di masyarakat serta peningkatan akses air minum
dan sanitasi.
• Adanya mobilisasi sumberdaya masyarakat untuk intervensi di tingkat rumah
tangga, seperti pembangunan jamban.
• Kelompok masyarakat mendapatkan dukungan teknis untuk memproduksi dan
memasarkan produk yang mendukung pemicuan STBM, seperti material untuk
jamban, sarana pengolahan air minum rumah tangga, dan sebagainya.
• Penekanan diberikan kepada keberlanjutan kegiatan, seperti pemicuan STBM dan
operasional serta pemeliharaan sarana air minum dan sanitasi yang terbangun di
tingkat masyarakat dan sekolah.

2. Lokasi Proyek:
Proyek ini direncanakan untuk diimplementasikan pada salah satu diantara wilayah di
bawah ini:
Kabupaten Lombok Utara, Propinsi Nusa Tenggara Barat
Kabupaten Lombok Timur, Propinsi Nusa Tenggara Barat
Kabupaten Sumbawa Barat, Propinsi Nusa Tenggara Barat
Calon mitra pelaksana dapat memilih salah satu diantaranya, menyesuaikan
karakteristik wilayah tersebut diatas dengan sumberdaya dan kualifikasi yang dimiliki
serta ketentuan yang disebutkan pada Term of Reference ini.
Penentuan Desa yang akan disasar melalui proyek ini, didapatkan melalui diskusi
bersama Pemerintah Kabupaten/Kota Serta Pokja AMPL dan Sanitasi dengan merujuk
kepada Rencana Aksi Daerah di Sektor Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
(AMPL) dan/atau Strategi Sanitasi Kabupaten Kota - Memorandum Program Sanitasi
(SSK – MPS).

3. Target Penerima Manfaat:


Proyek ini direncanakan untuk memberikan manfaat bagi lebih dari 10.000 orang di
lokasi terpilih.

4. Ruang Lingkup Proyek:

Tujuan Khusus:
1. Meningkatkan jumlah masyarakat yang memiliki akses air minum dan sanitasi
2. Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pembangunan, pemanfaatan dan
pemeliharaan sarana air minum dan sanitasi berbasis masyarakat
3. Meningkatkan efektifitas dan keberlanjutan jangka panjang atas sarana air minum
dan sanitasi berbasis masyarakat

Keluaran:
1. Digunakannya pendekatan partisipatif dalam memberdayakan masyarakat
2. Masyarakat memiliki akses terhadap sarana sanitasi melalui pendekatan STBM
3. Meningkatnya pengetahuan dan perilaku higienitas siswa Sekolah Dasar
4. Sarana air bersih terbangun dan mampu melayani kebutuhan masyarakat
5. Kelompok pengelola sarana terbangun dan mampu menjalankan fungsinya
6. Terwujudnya keterlibatan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam pemantauan
keberlanjutan sarana

Indikator Keberhasilan:
1.1 Tersusunnya Rencana Kerja Masyarakat (RKM) dengan metode MPA-PHAST
1.2 Tersusunnya Rencana Aksi Sekolah (RAS), dengan melibatkan kepala sekolah,
guru dan komite sekolah
1.3 Adanya kontribusi masyarakat dalam bentuk tenaga, uang atau barang
1.4 Adanya kontribusi sekolah dalam bentuk tenaga, uang atau barang
2.1 Terbentuknya kader STBM di masing-masing Dusun
2.2 70% Desa yang diintervensi mendeklarasikan Open Defecation Free (ODF)
2.3 85% masyarakat mampu mempraktekkan cuci tangan pakai sabun dengan benar
2.4 Adanya minimal 2 (dua) alat pengolahan air minum rumah tangga di tiap Dusun,
sebagai percontohan
2.5 85% masyarakat mampu merebus air dengan benar
2.6 Terbentuknya gerakan 3R (Reduce, Reuse, Recycle)
2.7 30% KK menerapkan sistem pengolahan limbah cair rumah tangga
3.1 Terbentuknya 10 duta pelajar di masing-masing sekolah
3.2 Terlibatnya minimal 2 guru pendamping dalam kegiatan di sekolah
3.3 85% siswa memiliki pengetahuan dan berperilaku higienitas
3.4 Tersedianya sarana sanitasi yang sehat bagi siswa di sekolah dengan didukung
oleh sistem pemeliharaan yang baik untuk keberlanjutannya.
3.5 Tersedianya sarana cuci tangan pakai sabun di sekolah dengan didukung oleh
sistem pemeliharaan yang baik untuk keberlanjutannya.
3.6 Diadopsinya kegiatan promosi higienitas dalam kurikulum sekolah
4.1 Terbangunnya Sarana Air Bersih, dengan kapasitas suplai minimal 60
liter/orang/hari
4.2 Kualitas air baik kriteria fisik maupun kimia sesuai dengan KepMenKes RI No
907/MenKes/SK/VII/2002
4.3 Teraksesnya air bersih melalui sambungan rumah tangga atau sekurang-
kurangnya 250 meter melalui kran umum
4.4 Adanya upaya konservasi sumber daya air dengan penanaman pohon di sekitar
sumber atau pembatasan kegiatan yang beresiko mencemari kualitas atau
mengurangi kapasitas sumber
5.1 Terbentuknya kelompok pengelola sarana terbangun, dengan kewenangan yang
dilegitimasi di tingkat Desa
5.2 Disahkannya peraturan mengenai mekanisme pengelolaan sarana terbangun yang
dilegitimasi di tingkat Desa
5.3 Kelompok pengelola sarana memiliki kemampuan teknis dan manajerial yang
dibutuhkan
6.1 Adanya alokasi sumber daya dari Pemerintah Kabupaten/Kota untuk memantau,
memelihara, mengembangkan sarana terbangun dan pemicuan STBM di sekitar
lokasi proyek
6.2 Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki kemampuan untuk menyusun proposal
kemitraan multi pihak dalam hal peningkatan akses terhadap air minum dan
sanitasi

5. Pendekatan:
Prinsip pendekatan pelaksanaan proyek adalah sebagai berikut:
a. Berbasis masyarakat. Seluruh proses perencanaan kegiatan proyek seperti
pemilihan kebutuhan air dan pelaksanaan kegiatan menyertakan partisipasi aktif
seluruh komponen masyarakat tidak terkecuali perempuan. Hal ini sebagai
pengejawantahan atas pemenuhan kebutuhan masyarakat atas sarana air minum
dan sanitasi, sehingga diharapkan sarana yang terbangun dipelihara dan dikelola
oleh masyrakat.
b. Kemitraan, antara pemerintah, sektor usaha, lembaga masyarakat serta dengan
masyarakat setempat dalam penyelenggaraan proyek.
c. Partisipatif, artinya masyarakat terlibat secara aktif dalam seluruh kegiatan mulai
dari proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pemanfaatan.
d. Transparansi. Penyelenggaraan kegiatan proyek dilakukan bersama dengan
masyarakat dan seluruh kegiatan dapat diakses data/informasinya melalui media
oleh pemangku kepentingan setempat.
e. Tanggap kebutuhan. Penyelenggaraan kegiatan proyek haruslah dilandasi oleh
kebutuhan masyarakat akan fasilitas air minum, sanitasi, dan proyek kesehatan,
dengan memberi kesempatan seluas-luasnya pada masyarakat untuk memberikan
pilihan dan hak bersuara dalam proses pelaksanaan proyek.
f. Tepat Mutu artinya pembangunan yang berkualitas. Semua fasilitas yang dibangun
harus memenuhi rancangan/disain dan standar teknik yang ditetapkan, dengan
menggunakan bahan-bahan yang berkualitas.
g. Kesinambungan/Keberlanjutan sarana. Sarana yang dibangun dapat
menyediakan air bersih secara kontinyu dengan kualitas yang dapat diterima (baik
dari sudut pandang pengguna maupun pemerintah) dan memenuhi kebutuhan
kuantitas domestik, serta masyarakat turut serta memelihara sarana tersebut agar
tetap berfungsi.
h. Keberpihakan pada masyarakat berpenghasilan rendah, artinya orientasi
kegiatan dalam proses maupun pemanfaatan berguna bagi masyarakat
berpenghasilan rendah
i. Kesetaraan Jender, artinya pelaksanaan proyek memberikan kesempatan yang
sama kepada perempuan, seperti halnya laki-laki, untuk berpartisipasi dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pemeliharaan/pengelolaan proyek di masyarakat.
j. Dapat dipertanggung jawabkan. Penyelenggaraan kegiatan harus dapat
dipertanggungjawabkan dalam hal tepat sasaran, tepat waktu, tepat pembiayaan
dan ketepatan mutu pekerjaan.

6. Waktu Pelaksanaan:
Durasi pelaksanaan proyek adalah 18 bulan sejak dilakukannya kick-off meeting.
7. Perencanaan dan Pelaporan
• Calon mitra pelaksana menyiapkan rencana manajemen proyek paska dirilisnya
Surat Perintah Kerja dan sebelum dilakukannya kick-off meeting.
• Calon mitra pelaksana menyerahkan laporan kemajuan proyek setiap kwartal.
• Calon mitra pelaksana menyerahkan laporan akhir proyek, selambat-lambatnya
tiga bulan paska penyelesaian proyek.
• Calon mitra pelaksana menyerahkan ringkasan kemajuan proyek bagi pemangku
kepentingan setempat setiap bulan.

8. Kualifikasi Mitra yang Dibutuhkan:


Calon mitra pelaksana diharapkan memiliki kualifikasi berikut:
• Berpengalaman dalam menjalankan pendekatan pemberdayaan masyarakat
• Berpengalaman dalam memfasilitasi pembangunan sarana air minum berbasis
masyarakat
• Berpengalaman dalam menjalankan pendekatan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
• Berpengalaman dalam menjalankan teknik partisipatif untuk mobilisasi masyarakat,
identifikasi masalah, perencanaan, implementasi dan pemantauan
• Berpengalaman dalam peningkatan kapasitas bagi Pemerintah
Kabupaten/Kota/Kecamatan/Desa dan organisasi/kelompok masyarakat
• Berpengalaman dalam melakukan advokasi di sektor air minum dan sanitasi
• Berpengalaman bekerja di lokasi proyek yang dituju atau yang memiliki
karakteristik serupa

9. Rincian Anggaran:
• Diharapkan agar minimal 70% dari total biaya yang dianggarkan merupakan biaya
langsung proyek dan maksimal 30% digunakan sebagai biaya tidak langsung (atau
operasional proyek).
• Diharapkan agar calon mitra pelaksana memberikan kontribusi minimal senilai 2%
dari total biaya proyek.
• Diharapkan agar masyarakat memberikan kontribusi minimal senilai 5% dari total
biaya proyek.

Anda mungkin juga menyukai